Budidaya tebu (Saccharum officinarum L.) lahan kering di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan aspek khusus pemupukan beberapa kategori tanaman tebu lahan kering

(1)

BUDIDAYA TEBU (

Saccharum officinarum

L.) LAHAN

KERING DI PG MADUKISMO PT MADUBARU

YOGYAKARTA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMUPUKAN

BEBERAPA KATEGORI TANAMAN TEBU LAHAN KERING

DINI ROSDIANINGSIH

A24080042

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013


(2)

(3)

Abstrack

The internship was conducted at PG Madukismo PG Madubaru Yogyakarta beginning 14 February 2012 to 15 Mei 2012. The special purpose is study fertilization of some category of upland sugarcane at PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta. Fertilization in PG Madukismo is important because one in order to achieve high productivity is a good fertilizer. Most of the fields in the PG Madukismo was upland. There are two types of cultivated sugar cane that is PC (Plant Cane) and RC (Ratoon Cane) Fertilizer used in PG Madukismo is the dose recommended by the P3GI and considered by PG Madukismo and farmers. Parties responsible for the extraction of manure from the barn to the application to sugarcane was foreman and field assistant. Dosage fertilizer for PC (Plant Cane) are 11 ku/ha Madros, 5 ku/ha ZA and 5 ku/ha Phonska while for RC (Ratoon Cane) are 5 ku/ha ZA and 5 ku/ha Phonska. The data obtained were analyzed using t-test. From the results obtained for plants PC or RC I obtained the best productivity of sugarcane grown on land that has a typology mild soil type, irrigation well (pump) and the current drainage there are Kledokan field in Magelang which have productivity 598 ku /ha and Sikendal field in Temanggung which have productivity 693 ku/ha.


(4)

DINI ROSDIANINGSIH. Budidaya Tebu (

Saccharum officinarum

L.) Lahan Kering di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta

dengan Aspek Khusus Pemupukan Beberapa Kategori Tanaman

Tebu Lahan Kering. Dibimbing oleh PURWONO.

Pabrik gula Madukismo merupakan perusahaan swasta dengan status berbentuk perseroan terbatas (PT) yang berdiri pada tanggal 14 Juni 1955. Pabrik Gula Madukismo dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. PG Madukismo didirikan di lokasi bekas PG Padokan, 5 km di sebelah selatan Yogyakarta, tepatnya di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Wilayah kerja PG Madukismo terbagi menjadi empat rayon terbesar pada delapan Kabupaten di Provinsi DIY dan Jawa Tengah. Rayonisasi dibagi berdasarkan posisi afdeling dari PG Madukismo. Empat rayon tersebut adalah Rayon Bantul dan Gunung Kidul, Rayon Sleman, Rayon Kulon Progo, Magelang dan Temanggung, Rayon Purworejo dan Kebumen. Areal kebun di wilayah kerja PG Madukismo adalah Tebu Rakyat (TR), adapun lahan sewa adalah lahan yang digunakan untuk kebun bibit. Total luas kebun bibit sekitar 200 hektar yang terdiri dari tiga hektar merupakan lahan milik pabrik sendiri yaitu Kebun Bibit Kembaran yang digunakan untuk membudidayakan bibit pokok, bibit nenek dan bibit induk dan sisanya dalah kerjasama dengan petani tebu rakyat. Total luasan KTG Tebu Rakyat Kerjasama yang terdapat di wilayah kerja PG Madukismo tahun 2011/2012 yaitu 2 533.98 ha.

Kegiatan magang dilaksanakan di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta, pada tanggal 14 Februari sampai dengan 15 Mei 2012. Kegiatan magang ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman kerja dan keterampilan teknis serta manajerial di lapangan dan memperluas pengetahuan serta teori mahasiswa dalam budidaya tebu lahan kering, tujuan khususnya yaitu mengetahui pemupukan pada beberapa kategori tanaman tebu lahan kering di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta. Pelaksanaan magang dilakukan dengan menggunakan metode secara langsung dan tidak langsung. Metode secara


(5)

ii

langsung dilakukan dengan mengikuti kegiatan di lapangan yang terdiri dari aspek teknis, aspek manajerial dan aspek khusus. Selama bekerja langsung di kebun, kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu sesuai dengan jadwal yang telah tersusun oleh pihak kebun, sedangkan metode tidak langsung dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder PG Madukismo beserta studi pustakanya.

Berdasarkan pengamatan kegiatan yang dilakukan di lapangan, diperoleh data produktivitas tebu dan dosis pupuk yang digunakan untuk setiap kategori tanaman tebu. Pemupukan di PG Madukismo dilakukan sebanyak dua kali untuk tanaman keprasan yaitu pemupukan I dan pemupukan II. Pada tanaman pertama dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pemupukan dasar, pemupukan I dan pemupukan II. Dosis pupuk PG Madukismo direkomendasikan oleh P3GI (Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula Indonesia). Dosis pupuk tanaman pertama dan tanaman keprasan umumnya sama, yaitu 5 ku/ha ZA dan 5 ku/ha Phonska namun untuk tanaman pertama diaplikasikan pupuk Madros sebagai pupuk dasar yaitu pupuk organik yang berbahan baku dari blotong tebu yang biasanya diaplikasikan secara bersamaan dengan kegiatan penanaman. Produktivitas terbaik diperoleh pada tanaman tebu yang ditanam di lahan yang mempunyai tipologi RPL (jenis tanah ringan, pengairan lancar (pompa) dan drainase lancar) yaitu Kebun Kledokan di Kabupaten Magelang dengan produktivitas 598 ku/ha dan Kebun Sikendal di Kabupaten Temanggung dengan produktivitas 693 ku/ha.


(6)

YOGYAKARTA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMUPUKAN

BEBERAPA KATEGORI TANAMAN TEBU LAHAN KERING

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DINI ROSDIANINGSIH

A24080042

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013


(7)

(8)

MADUBARU YOGYAKARTA DENGAN ASPEK

KHUSUS PEMUPUKAN BEBERAPA KATEGORI

TEBU LAHAN KERING

Nama

: DINI ROSDIANINGSIH

NIM

: A24080042

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Purwono, MS. NIP : 19580922 198203 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003


(9)

(10)

Penulis dilahirkan di Kota Kuningan, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 27 Agustus 1990. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Didin Rosidin dan Ibu Penti.

Tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Rajawetan kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Pancalang selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Mandirancan pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Selanjutnya tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Kuningan yaitu HIMARIKA (Himpunan Mahasiswa Arya Kemuning). Penulis juga pernah mengikuti beberapa kegiatan kampus diantaranya yaitu kegiatan IPB Go field pada tahun 2009 dan menjadi panitia kegiatan pelatihan Kader Petani Muda (KATIMU) yang dilaksanakan oleh kerjasama antara KODAM III Siliwangi dan IPB.


(11)

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

Karya Ilmiah ini berjudul “Budidaya Tebu (Saccharum officinarum L.) Lahan Kering di PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta dengan Aspek Khusus Pemupukan Beberapa Kategori Tanaman Tebu Lahan Kering”. Selama kegiatan magang dan penyelesaian karya ilmiah ini penulis telah banyak dibantu oleh berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Mama, Bapak, Pa olot, A ae, Teh Ika, Teh Lis, Dani, Anto (Amedt) dan semua keluarga besar Barsa yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan baik moril maupun materil.

2. Dr. Ir. Purwono, MS. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis, memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi.

3. Ir. Endang Sjamsudin, MSc, Agr. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam urusan akademik. 4. Dr. Dwi Guntoro SP. MSi dan Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS. selaku dosen

penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam perbaikan skripsi. 5. Pak Nugroho, Pak Syaiful Anam, Pak Nooryanto, Pak Kelik, Pak Teguh, Pak

Budi, Mas Padi dan Mas Arianto, dan karyawan bagian giling contoh yang telah memberikan bimbingan selama magang di PG. Madukismo.

6. Bapak dan Ibu Ponido (Bapak Ibu Kost) yang telah mengijinkan kami untuk tinggal di rumah Beliau selama magang.

7. Sahabat Indigenous 45, rusun 215, OMDA HIMARIKA serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Bogor, April 2013


(12)

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani dan Morfologi Tanaman Tebu ... 3

Syarat Tumbuh Tanaman Tebu ... 3

Budidaya Tebu Lahan Kering ... 5

Pemupukan ... 6

METODE MAGANG ... 8

Tempat danWaktu ... 8

Metode Pelaksanaan ... 8

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ... 10

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 10

Visi dan Misi Perusahaan ... 12

Lokasi dan Luas Areal Perusahaan ... 12

Kondisi Iklim dan Tanah ... 13

Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan ... 14

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 19

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 21

Aspek Teknis ... 21

Aspek Manajerial ... 42

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

Pola Kemitraan Pabrik Gula Madukismo dengan Petani ... 44

Sumber Daya Manusia (SDM) ... 46

Dosis Pupuk PG. Madukismo ... 47

Pelaksanaan Pemupukan PG. Madukismo ... 47

Kondisi Umum Kebun Contoh ... 49

Produktivitas Tebu Kebun Contoh ... 50

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

Kesimpulan ... 53

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(13)

(14)

Nomor Halaman

1. Daftar Luas Areal Tebu Rakyat Kerjasama Binaan Di PG Madukismo.... 13

2. Daftar Luas Areal Tebu Rakyat Kerjasama Di PG Madukismo ... 13

3. Jadwal Jam Kerja Khusus Mandor (Mandor riet teller, Laboratorium, NPP, Tobong, Gamping, Pemurnian, Penguapan dan Masakan)... 17

4. Jadwal Jam Kerja Khusus Mandor dan Tenaga (Mandor dan Tenaga Putaran Gudang Gula) ... 18

5. Jadwal Jam Kerja Karyawan non-Pabrikasi... 18

6. Produksi tebu, rendemen dan produksi hablur PG Madukismo selama lima tahun terakhir ... 19

7. Varietas yang dikembangkan di PG Madukismo ... 20

8. KesesuaianVarietas Tebu terhadap Tipologi Wilayah ... 25

9. Data Gulma Dominan di Wilayah PG Madukismo ... 32

10. Aplikasi Jenis dan Dosis Herbisida MusimTanam 2011/2012 ... 33

11. Dosis Rekomendasi Pemupukan Tebu di PG Madukismo ... 47

12. Realisasi Pemupukan Tebu pada Kebun Contoh di Kabupaten Magelang dan Temanggung ... 48

13. Realisasi Pemupukan dan Hasil Taksasi Maret Kebun Salam dan Kebun Kledokan ... 51

14. Realisasi Pemupukan dan Hasil Taksasi Maret Kebun Tembarak B dan Kebun Sikendal ... 52


(15)

(16)

Nomor Halaman

1. Lahan setelah dilakukan Pengolahan Tanah ... 22

2. Pola Tanam Bibit ... 25

3. Tebang Bibit ... 26

4. Angkut Bibit ... 26

5. Pembersihan Bibit ... 27

6. Seleksi Bibit ... 27

7. Pemotongan Bibit ... 28

8. Pengeceran Bibit ... 29

9. Penutupan Bibit ... 29

10. Bibit Tebu Dederan ... 30

11. Pemupukan ... 31

12. Penggerek Pucuk (Triporyza vinella F.) ... 33

13. Penggerek Batang (Chilo auricillius D.) ... 34

14. Aplikasi Pias ... 35

15. Hama Uret (Lepidiota stigma F.) ... 35

16. Tikus Sawah (Rattus argentiventer R.) ... 36


(17)

(18)

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang di PG Madukismo PT Madubaru ... 58

2. Data Curah Hujan PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta ... 66

3. Struktur Organisasi PG Madukismo PT Madubaru Yogyakarta... 67

4. Peta Wilayah Kerja PG Madukismo PT Madubaru bagian Sleman ... 68

5. Peta Wilayah Kerja PG Madukismo PT Madubaru bagian Bantul ... 69

6. Peta Wilayah Kerja PG Madukismo PT Madubaru bagian Kulon Progo ... 70

7. Peta Wilayah Kerja PG Madukismo PT Madubaru bagian Purworejo ... 71

8. Peta Wilayah Kerja PG Madukismo PT Madubaru bagian Magelang ... 72


(19)

(20)

Latar Belakang

Tebu (Saccharum officanarum L.) merupakan salah satu komoditas penting penghasil gula. Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok (sembako) kebutuhan pangan yang sangat penting bagi masyarakat indonesia baik dalam rumah tangga maupun industri makanan dan minuman baik yang berskala besar maupun yang kecil. Mengingat Indonesia merupakan posisi yang strategis maka pemerintah berkewajiban menyediakan gula dalam jumlah yang cukup pada tingkat harga yang terjangkau di masyarakat (Prawiro, 2011).

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan perkapita per tahun serta industri makanan dan minuman, kebutuhan gula akan terus meningkat. Rata-rata konsumsi gula pasir penduduk Indonesia sekitar 12 kg per kapita per tahun. Produksi gula dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan total konsumsi domestik, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri. Kementerian Perdagangan RI mengeluarkan kebijakan impor sebagai solusi, tentu dengan tetap hati-hati dan sesuai dengan kebutuhan riil yang terjadi (Direktorat Jendral Perdagangan dalam Negeri, 2012). Tidak tercukupinya kebutuhan gula di Indonesia dikarenakan efisiensi perkebunan tebu di Indonesia tergolong rendah, rendahnya efisiensi perkebunan tebu disebabkan karena diabaikannya kaidah dasar budidaya tebu oleh petani, dalam hal pemakaian bibit, pemeliharaan, pemanenan yang tidak memperhatikan teknik dan umur panen yang tepat dan manajemen transportasi (sistem tebang, muat, angkut) yang tidak baik (Syarif, 2010).

Tahun 2014 konsumsi gula diperkirakan mencapai 5.7 juta ton yang terdiri dari 2.96 juta ton untuk konsumsi langsung masyarakat dan 2.74 juta ton untuk keperluan industri. Target pencapaian swasembada gula nasional pada tahun 2014 mengharuskan pemerintah untuk meningkatkan produksi tebu (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Upaya untuk meningkatkan produksi tebu pada tahun 2014 adalah dengan cara peningkatan produktivitas tebu (menggunakan bibit unggul dan melaksanakan teknik budidaya yang baik), perluasan area, merevitalisasi perusahaan gula yang sudah ada, mengaktifkan kembali perusahaan gula yang


(21)

2

masih mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, membangun perusahaan gula baru (Manggabarani, 2008).

Penggunaan pupuk sangatlah penting karena selain dapat membantu menyuburkan tanah juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Pemupukan yang efektif dan efisien akan tercapai apabila diketahui terlebih dulu kondisi kesuburan lahan dan jenis tanaman, kemudian dibuatkan susunan hara (formula) berdasar kepentingan spesifik lokasi kebun tertentu (Hakim dan Djakasutami, 2009).

Pemupukan sebagai salah satu usaha peningkatan kesuburan tanah, pada jumlah dan kombinasi tertentu dapat menaikkan produksi tebu dan gula. Rekomendasi pemberian macam dan jenis pupuk harus didasarkan pada kebutuhan optimum dan terjadinya unsur hara dalam tanah disertai dengan pelaksanaan pemupukan yang efisien yaitu waktu pemberian dan cara pemberian. Kombinasi jenis dan jumlah pupuk yang digunakan berkaitan erat dengan rendemen tebu dan tingkat produktivitas (Sutardjo, 1996).

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang ini adalah memperoleh pengalaman kerja dan keterampilan teknis serta manajerial di lapangan dan memperluas pengetahuan serta teori mahasiswa dalam budidaya tebu lahan kering. Tujuan khusus kegiatan magang ini yaitu mengetahui pemupukan beberapa kategori pada tebu lahan kering di PG Madukismo PT Madubaru, Yogyakarta.


(22)

Botani dan Morfologi Tanaman Tebu

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk kedalam kelas Monocotyledoneae, ordo Glumaceae, famili Gramineae, subfamili Andropogoneae dan genus Saccharum. Pemilihan Saccharum officinarum L. sebagai spesies yang banyak dibudidayakan karena mempunyai kandungan sukrosa yang tinggi dan kandungan serat yang rendah. Daun Saccharum officinarum L. lebih luas dibanding yang lain dalam genus Saccharum, berbatang besarserta berdaya tunas baik jika tanah dan iklimnya cocok (Sudiatso, 1999).

Bagian utama tanaman tebu adalah akar, batang, daun dan bunga. Tanaman tebu berakar serabut yang memiliki fungsi melekatkan tanaman, menyerap air dan garam mineral serta sebagai organ penyimpan (Hidayat, 1995). Batang tebu terdiri dari beberapa ruas yang disekat oleh buku-buku. Panjang satu ruas berkisar 15-25 cm. Ruas yang terbentuk pada awal pertumbuhan pendek, semakin dewasa ruasnya semakin panjang, selanjutnya semakin mendekati pucuk panjang ruasnya semakin berkurang. Potensi bobot batang tebu 2-3 kg dengan tinggi batang 3-5 meter (Soeprapto, 1989). Daun tebu mempunyai struktur yang tipis dan mudah robek. Posisi daun tebu melekat pada batang dan tumbuh pada pangkal node. Setiap daun terdiri dari bagian yang melekat dan bagian yang tidak melekat. Bagian yang melekat berbentuk seperti pipa yang menyelimuti batang dengan panjang dari bawah sampai atas batang. Ketika tebu sudah mulai memasuki masa panen, daun tebu tumbuh sebagai lamina dengan panjang daun berdasarkan pengukuran di lapangan berkisar 120 – 160 cm dan lebar daun 3.5 – 6 cm. Bunga tebu berupa bunga majemuk yang berbentuk malai. Pembungaan terjadi pada perubahan dari fase vegetatif ke fase reproduktif. Bunga tebu tumbuh di ujung batang tebu dengan pajang 70-90 cm (James, 2004).

Syarat Tumbuh Tanaman Tebu

Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang (daerah tropik dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara


(23)

4

35ºLS dan 39º LU. Unsur – unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah tanah, curah hujan, sinar matahari, angin dan suhu. Syarat tumbuh tanaman tebu menurut Indrawanto et al. (2010) adalah sebagai berikut :

Tanah

Struktur tanah yang baik untuk pertanaman tebu adalah tanah yang gembur sehingga aerasi udara dan perakaran berkembang sempurna. Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 6–7.5, akan tetapi masih toleran pada pH tidak lebih tinggi dari 8.5 atau tidak lebih rendah dari 4.5. Pada pH yang tinggi ketersediaan unsur hara menjadi terbatas. Sedangkan pada pH kurang dari 5 akan menyebabkan keracunan Fe dan Al pada tanaman, oleh karena itu perlu dilakukan pemberian kapur (CaCO3) agar unsur Fe dan Al dapat dikurangi.

Curah hujan

Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik didaerah dengan curah hujan berkisar antara 1 000 – 1 300 mm pertahun dengan sekurang-kurangnya 3 bulan kering. Distribusi curah hujan yang ideal untuk pertanaman tebu adalah pada periode pertumbuhan vegetatif diperlukan curah hujan yang tinggi (200 mm per bulan) selama 5-6 bulan. Periode selanjutnya selama 2 bulan dengan curah hujan 125 mm dan 4-5 bulan dengan curah hujan kurang dari 75 mm/bulan yang merupakan periode kering. Periode ini merupakan periode pertumbuhan generatif dan pemasakan tebu.

Suhu

Pengaruh suhu pada pertumbuhan dan pembentukan sukrisa pada tebu cukup tinggi. Suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 24ºC–34ºC dengan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10ºC. Pembentukan sukrosa terjadi pada siang hari dan akan berjalan lebih optimal pada suhu 30ºC. Sukrosa yang terbentuk akan disimpan pada batang dimulai dari ruas paling bawah. Proses penyimpanan ini paling efektif dan optimal pada suhu 15ºC.

Sinar matahari

Tanaman tebu membutuhkan penyinaran 12–14 jam setiap harinya. Proses asimilasi akan terjadi secara optimal, apabila daun tanaman memperoleh radiasi penyinaran matahari secara penuh sehingga cuaca yang berawan pada siang hari


(24)

akan mempengaruhi intensitas penyinaran dan berakibat pada menurunnya proses fotosintesa sehingga pertumbuhan terhambat.

Angin

Kecepatan angin sangat berperan dalam mengatur keseimbangan kelembaban udara dan kadar CO2 di sekitar tajuk yang mempengaruhi proses fotosintesa. Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam di siang hari berdampak positif bagi pertumbuhan tebu, sedangkan angin dengan kecepatan melebihi 10 km/jam akan mengganggu pertumbuhan tanaman tebu bahkan tanaman tebu dapat patah dan roboh.

Budidaya Tebu Lahan Kering

Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan suplai dari curah hujan (Setiawan, 2009). Beda pokok lahan kering dan lahan basah adalah cara penyediaan air untuk pertumbuhan tanaman. Pada lahan pertanian basah kebutuhan air tersedia kurang lebih tetap secara alamiah, dapat dicukupi dari air permukaan, misalnya rawa, mata air dan sungai. Sementara pada pertanian lahan kering tanaman hanya memperoleh air dari air hujan (tadah hujan). Penanaman tebu di lahan kering memerlukan perhatian yang lebih seksama. Kondisi krisis yang sering dijumpai di lahan kering, seperti miskin hara, jumlah air terbatas, rawan erosi, gulma dan hama. Tanpa unsur hara/makanan dan air yang cukup tebu tidak mungkin tumbuh normal (Susilowati, 2008).

Salah satu masalah penting yang dihadapi dalam upaya meningkatkan produksi gula adalah areal tebu lahan basah yang semakin sempit. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain bagi perindustrian gula selain berupaya mengelola dan meningkatkan produktivitas tebu di lahan kering (Ismail, et. al, 1990). Budidaya tebu lahan kering merupakan pilihan yang sangat menjanjikan untuk mempercepat proses pencapaian kuantitas, kualitas dan kontinuitas produksi gula menuju kemandirian gula nasional. Produktivitas tebu lahan kering tidak kalah dengan tebu lahan sawah jika masalah bibit dan penyediaan air menurut ruang dan waktu dapat dilakukan dengan baik. Titik kritis dari pengelolaan tebu lahan kering yaitu kondisi kekeringan yang kelak akan berdampak terhadap penurunan produksi tebu


(25)

6

per hektar, terutama pada fase pembentukan gula maupun fase pematangan (Irianto, 2003).

Pemupukan

Menurut Garsoni (2006) pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Sri Setyati (1996) menyatakan untuk pertumbuhannya tanaman memerlukan nutrisi atau hara mineral yang berasal dari media tumbuh dan dari pupuk.

Menurut Hakim dan Djakasutami (2009) pemupukan adalah salah satu usaha peningkatan kesuburan tanah. Pemupukan yang efektif dan efisien akan tercapai apabila diketahui terlebih dulu kondisi kesuburan lahan dan jenis tanaman, kemudian dibuatkan susunan hara berdasarkan kepentingan spesifik lokasi kebun tertentu. Pemupukan sebagai salah satu usaha peningkatan kesuburan tanah pada jumlah dan kombinasi tertentu dapat menaikkan produksi tebu dan gula. Rekomendasi pemberian jenis pupuk harus didasarkan pada kebutuhan optimum dan terjadinya unsur hara dalam tanah disertai dengan pelaksanaan pemupukan yang efisien yaitu waktu dan cara pemberian. Kombinasi jenis dan jumlah pupuk yang digunakan berkaitan erat dengan rendemen tebu dan tingkat produktivitas. Produktivitas tanaman tebu tidak hanya dipengaruhi oleh berbagai faktor tipe lahan (sawah/tegalan) tetapi juga penggunaan sarana produksi dan teknik budidayanya.

Pemupukan akan sangat besar perannnya terhadap hasil panen (produktivitas) bila dilaksanakan dengan tepat cara, tepat dosis dan tepat harga (Djojosoewardho, 1988). Pemupukan pada tanaman tebu sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan rendemen. Pemupukan dilakukan (2–3) kali/periode panen, baik untuk pertanaman baru atau tebu keprasan. Hingga saat ini penggunaan pupuk organik masih jarang dilakukan akibatnya kualitas lahan menurun dan rendemen rendah. Penggunaan pupuk organik secara terus menerus tanpa dibantu oleh pemberian pupuk buatan mempunyai kecenderungan produktivitasnya menjadi rendah juga. Namun penggunaan keduanya akan menghasilkan sinergi positif yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman


(26)

(Hakim dan Djakasutami, 2009). Terdapat kelebihan pupuk organik dan anorganik diantaranya yaitu menambah kandungan hara tanah, menyediakan semua unsur hara dalam jumlah yang seimbang. Pupuk organik dapat meningkatkan KTK tanah dan dapat meningkatkan unsurhara sehingga kehilangan hara dapat dicegah (Susanto, 2002).

Unsur hara yang dibutuhkan tanaman pada dasarnya telah tersedia dalam tanah. Seiring pertumbuhan tanaman, ketersediaan unsur hara tersebut akan berkurang karena terserap oleh tanaman. Oleh karena itu pemupukan yang teratur diperlukan agar tanaman memperoleh hara dari tanah dalam jumlah lengkap dan cukup. Nitrogen, posfor dan kalium merupakan hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Akan tetapi kecenderungan pemupukan yang berlebihan terutama nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang berlebihan. Oleh sebab itu, dalam pertumbuhan dan perkembangannya tanaman memerlukan keseimbangan hara yang tepat (Poerwanto, 2003).

Nitrogen merupakan unsur penting yang dapat disediakan oleh manusia melalui pemupukan. Nitrogen diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Unsur ini berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis (Leiwakabessy et al., 2004).

Fosfor merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Fosfor memiliki pengaruh yang sangat menguntungkan bagi tanaman, diantaranya yaitu tanaman tahan terhadap penyakit, berperan dalam pembentukan bunga, buah dan biji, berperan dalam perkembangan akar halus dan akar rambut serta berperan dalam pembelahan sel (Soepardi, 1983).

Kalium merupakan unsur hara esensial yang digunakan hampir pada semua proses untuk menunjang hidup tanaman. Secara umum fungsi kalium bagi tanaman antara lain membentuk dan mengangkut karbohidrat, mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, mengatur pergerakan stomata dan memperkuat tegaknya batang sehingga tanaman tidak mudah roboh (Leiwakabessy et al., 2004).


(27)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2012 sampai dengan 15 Mei 2012 di PG Madukismo, PT Madubaru, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan magang dilakukan dengan menggunakan metode secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan mengikuti kegiatan di lapangan yang terdiri dari aspek teknis, aspek manajerial, dan aspek khusus. Selama bekerja langsung di kebun, kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu sesuai dengan jadwal yang telah tersusun oleh pihak perkebunan. Sedangkan metode tidak langsung dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder PG Madukismo beserta studi pustakanya.

Aspek teknis

Pada aspek teknis mahasiswa bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama 3 minggu. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan (pengendalian organisme pengganggu tanaman, klentek, pemupukan), pemanenan dan pengolahan hasil.

Aspek manajerial

Pada aspek menejerial mahasiswa bekerja sebagai :

a. Pendamping mandor kebun yang dilakukan selama 3 minggu. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu mengawasi pekerjaan di kebun dan membuat jurnal harian dari hasil kegiatan di kebun.

b. Pendamping Sinder Kebun Wilayah (SKW) yang dilakukan selama 6 minggu, kegiatan yang dilakukan adalah membantu mengelola dan mengawasi pekerjaan karyawan, melakukan kegiatan kontrol lapang, mengamati dan membantu penyusunan laporan serta mempelajari dan menganalisis kegiatan administrasi kebun.


(28)

Aspek khusus

Aspek khusus yang dilakukan yaitu mempelajari pemupukan di PG Madukismo. Data primer diperoleh dengan melakukan kegiatan, melakukan pengamatan, melakukan wawancara langsung dengan petani serta pengambilan data dari bagian gudang pupuk dan bagian tanaman.

a. Pengamatan dan pengumpulan data

Terdapat dua jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat ketika melakukan pengamatan langsung di lapang terhadap semua kegiatan yang berlangsung di kebun dan melakukan wawancara langsung dengan petani. Data primer yang didapat meliputi jenis pupuk yang digunakan, sumber pupuk, dosis pupuk yang digunakan, waktu pemupukan dan cara pemupukan. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data yang mendukung pelaksanaan teknis di lapangan, yang meliputi letak geografis kebun, kondisi iklim, kondisi lahan, kondisi areal dan tanaman, organisasi dan manajemen perusahaan serta tingkat produktivitas perusahaan. Data primer diperoleh dari 2 wilayah yang berbeda yaitu Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung, dari setiap wilayah diambil 2 kebun contoh. Pada kebun contoh dilakukan taksasi maret untuk mengetahui produktivitas tanaman tebu. Kegiatan wawancara dilakukan kepada petani sebanyak 10 orang petani yaitu 5 orang dari Kabupaten Magelang dan 5 orang dari Kabupaten Temanggung. Selain data primer, dilakukan juga pengumpulan data sekunder yang meliputi sejarah dan perkembangan perusahaan, letak geografis dan topografi, keadaan iklim, kondisi lahan, kondisi tanaman, organisasi dan manajemen perusahaan.

b. Analisis data dan informasi

Data dari kegiatan magang dianalisis dengan menggunakan perhitungan matematis sederhana yang meliputi nilai rata-rata dan persentase. Selain itu data dianalisis dengan menggunakan uji t-student degan taraf 5 %.


(29)

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda di sekitar DIY terdapat kurang lebih 17 pabrik gula antara lain : PG Padokan, PG Ganjuran, PG Gesikan, PG Kedaton, PG Cebongan dan PG Medari. Pengelolaan Pabrik Gula tersebut dilakukan oleh pemerintah Belanda karena pada saat itu kekuasaan Pemerintahan Hindia Belanda sangat dominan baik dalam dunia usaha (bisnis) maupun dalam dunia politik (pemerintahan) tetapi pengelolaan ini tidak berlangsung lama karena tentara Jepang menduduki wilayah RI pada tahun 1992 pabrik-pabrik tersebut diambil alih oleh Jepang.

Perkembangan pabrik-pabrik gula pada masa kepemilikan pemerintah jepang mengalami kemunduran yang parah karena areal penanaman tebu dialihfungsikan untuk menanam palawija dan padi demi keperluan tentara Jepang. Keadaan ini berlangsung hingga diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Sejak itu pemerintah RI merekrut semua pabrik gula tersebut dari tangan Jepang dan dibumihanguskan. Hingga sampai tahun 1950 seluruh pabrik gula hanya tinggal sisa dan puing-puingnya saja. Setelah pemerintahan berjalan dengan normal dan keamanan pulih kembali, Sri Sultan Hamengkubuwono IX memprakarsai didirikannya pabrik gula yang kemudian lebih dikenal dengan nama PG/PS Madukismo.

Peresmian PT Madubaru PG Madukismo dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 1958 oleh Presiden RI pada waktu itu adalah Ir. Soekarno. Awal berdirinya status perusahaan berbentuk perseroan terbatas (PT) yang berdiri pada tanggal 14 Juni 1955 dengan diberi nama “PT Madubaru PG/PS Madukismo”. PT Madubaru PG/PS Madukismo memiliki dua pabrik yaitu pabrik gula Madukismo (PG Madukismo) dan Pabrik Spiritus (PS Madukismo).

Pada tahun 1962 Pemerintah RI mengambil alih semua perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia, baik milik asing, swasta maupun semi swasta. Sejak saat itu status PT Madubaru PG/PS Madukismo berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) di bawah BPUPPN (Badan Pemimpin Umum Perusahaan Perkebunan Negara). Serah terima PT Madubaru PG/PS Madukismo


(30)

kepada Pemerintah RI dilakukan tanggal 11 Maret 1962 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX selaku Presiden Direktur PT Madubaru PG/PS Madukismo pada waktu itu. Tahun 1966 BPUPPN dibubarkan, sehingga PT Madubaru PG/PS Madukismo diberi kebebasan untuk memilih tetap sebagai perusahaan Negara atau ingin menjadi perusahaan swasta. PT Madubaru PG/PS Madukismo memilih menjadi Perusahaan Swasta sehingga statusnya kembali menjadi PT (Perserosan Terbatas) Madubaru PG/PS Madukismo dengan susunan Direktur yang dipilih oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Presiden Direkturnya.

Pada tanggal 4 Maret 1984 PT Madubaru PG/PS Madukismo mengadakan kontrak pengelolaan manajemen dengan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). RNI merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah Departemen Keuangan RI. Kontrak Pengelolaan manajemen antar PT Madubaru PG/PS Madukismo dengan PT Rajawali Indonesia (RNI) ini berlaku dalam jangka waktu 10 tahun dan kemudian pada tanggal 1 April diperbaharui kembali kontrak pengelolaan manajeman sampai 31 Maret 2004.

PT Madubaru terdiri dari dua kepemilikan saham, yaitu 65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan 35% milik Pemerintahan RI yang dikuasakan kepada Departemen Kuangan RI. Adanya perubahan kepemilikan saham pada tanggal 10 Maret 1997, yaitu 65% milik Keraton Yogyakarta dan 35% untuk pemerintah RI.

Pada awal berdirinya PG Madukismo didesain pada kapasitas 1 500 TTH (ton tebu per hari) kemudian secara bertahap kapasitas pabrik ditingkatkan menjadi 2 500 TTH pada tahun 1976 dan 3 300 pada tahun 1993 setelah PT Madubaru mengadakan kontrak manajemen dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Saat ini kapasitas produksi PG Madukismo telah meningkat kembali menjadi 3 500 TTH sedangkan kapasitas untuk produksi gula SHS (Super High Sugar) I yang merupakan produk utama mencapai sekitar 40 000 ton pertahunnya. Produksi alkohol sebesar kurang lebih 2 500 juta liter/tahun dan spiritus kurang lebih 24 000 liter/hari sedangkan pupuk yang dihasilkan kurang lebih 30 ton pertahun. Jumlah produksi ini tergantung pada jumlah tebu yang diolah di pabrik.


(31)

12

Visi dan Misi Perusahaan

Dalam menjalankan usahanya PT Madubaru selalu menjaga hubungan baik dengan petani sebagai mitra sejatinya. PT Madubaru juga mempunyai visi, misi dan tujuan yang diinginkan guna memajukan perusahaan. Visi misi PT Madubaru adalah sebagai berikut:

a. Visi PT Madubaru PG Madukismo

PT Madubaru menjadi perusahaan agroindustri yang unggul di Indonesia dengan petani sebagai mitra sejati.

b. Misi PT Madubaru PG Madukismo

1) Menghasilkan gula dan etanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat dan industri gula di Indonesia.

2) Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah lingkungan, dikeloka secara profesional dan inovatif, memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan, serta mengutamakan komitmen dengan petani.

3) Mengembangkan produk atau bisnis baru yang mendukung bisnis inti. 4) Menempatkan karyawan dan stake holder lainnya sebagai bagian

terpenting dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian stake holder values.

Lokasi dan Luas Perkebunan Tebu

PG Madukismo didirikan di lokasi bekas PG Padokan, 5 km di sebelah selatan Yogyakarta, tepatnya di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. PG Madukismo berada pada ketinggian 84 m diatas permukaan laut dengan curah hujan 2 000 mm/th dengan sinar matahari cukup dan kecepatan angin kurang dari 10 km/jam.

Wilayah kerja PG Madukismo terbagi menjadi empat rayon yang tersebar di delapan Kabupaten di Provinsi DIY dan Jawa Tengah. Setiap afdeling dipimpin oleh Sinder Kebun Wilayah (SKW). Rayonisasi dibagi berdasarkan posisi afdeling dari PG Madukismo. Empat rayon tersebut adalah Rayon Bantul dan Gunung Kidul, Rayon Sleman, Rayon Kulon Progo Magelang dan Temanggung, Rayon Purworejo dan Kebumen.


(32)

Luasan lahan wilayah kerja PG Madukismo rata-rata adalah lahan Tebu Rakyat (TR). Total luas kebun bibit sekitar 200 hektar yang terdiri dari tiga hektar merupakan lahan milik pabrik sendiri yaitu kebun bibit kembaran yang digunakan untuk membudidayakan bibit pokok, bibit nenek serta bibit induk dan dan sisanya adalah kerjasama dengan petani tebu rakyat. Keseluruhan areal KTG yang terdapat di wilayah PG Madukismo tahun 2011/2012 merupakan Tebu Rakyat (TR) kerjasama yaitu seluas 2 533.98 ha yang dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Luas Areal Tebu Rakyat Kerjasama Binaan di PG Madukismo

Rayon Luas (ha)

Bantul dan Gunung Kidul (BGK) 1 103.20

Sleman 494.52

Kulon Progo, Magelang dan Temanggung (KMT) 784.43

Purworejo dan Kebumen (PKB) 151.83

Jumlah 2 533.98

Sumber : Bina Sarana Tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Kondisi Iklim dan Tanah

Wilayah kerja PG Madukismo memiliki keadaan iklim yang menurut Oldeman termasuk dalam Zone C atau beriklim agak basah. PG Madukismo PT Madubaru ini berada pada curah hujan rata-rata 2 000 mm/tahun dan BK (Bulan Kering) pada bulan Juni - September serta BB (Bulan Basah) antara November - Maret. Adapun jika dilihat berdasarkan kondisi tanahnya PG Madukismo memiliki topografi yang beragam dari datar hingga berbukit dengan kemiringan 3–8 derajat. Keadaan lahan tersebut sebagian besar merupakan tanah berat berpengairan lancar dengan luas 1 122.46 ha, yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar Luas Areal Tebu Rakyat Kerjasama di PG Madukismo

Keterangan Luas (Hektar)

Tanah Berat Pengairan lancar (TBPL) 1 122.46

Tanah Berat Pengaian Tidak Lancar (TBPTL) 109.40

Tanah Ringan Pengairan Lancar (TRPL) 631.67

Tanah Ringan Pengairan Tidak Lancar (TRPTL) -

Tanah Sedang Pengairan Lancar (TSPL) 631.70

Tanah Sedang Pengairan Tidak Lancar (TSPTL) 38.75

Jumlah 2 533.98


(33)

14

Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan

Struktur organisasi PG Madukismo

PT Madubaru dipimpin seorang Direktur yang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI), Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Instalasi, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, Kepala Bagian SDM dan Umum dan Kepala Bagian Pabrik Spiritus. Setiap perangkat perusahaan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Berikut adalah tugas dan tanggung jawab masing-masing :

a. Direktur

Direktur memiliki fungsi sebagai pengelola perusahaan untuk melaksanakan kebijakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Berikut ini adalah tugas Direktur :

1) Merumuskan tujuan perusahaan

2) Menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan 3) Menyusun rencana jangka panjang

4) Menetapkan kebijakan-kebijakan dan pedoman-pedoman penyusunan anggaran tahunan.

5) Menetapkan rancangan Rapat Umum Pemegang saham

6) Melakukan manajemen yang meliputi keseluruhan kegiatan termasuk keputusan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dewan Direksi. 7) Bertanggung jawab kepada direksi dan semua faktor produksi. 8) Mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.

b. Satuan Pengawasan Intern (SPI)

1) Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, konsultasi dan pembinaan terhadap semua kegiatan dan fungsi organisasi.

2) Melakukan pengawasan atas pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan atas persetujuan Direktur.

3) Melakukan audit investigasi terhadap aspek penuh dan bebas keseluruhan fungsi, catatan, dokumen, aset dan karyawan.

4) Melakukan penugasan memiliki aspek penuh dan bebas keseluruhan fungsi, catatan, dokumen, aset dan karyawan.


(34)

5) Mengalokasikan sumberdaya dan menentukan lingkup kerja serta menerapkan teknik-teknik audit.

6) Memperoleh bantuan kerjasama dari personil di unit-unit perusahaan pada saat melakukan pengawasan juga jasa-jasa khusus lainnya dari dalam maupun luar perusahaan.

7) Menjadi counterpart bagi auditor eksternal dalam pelaksanaan tugasnya.

c. Kepala Bagian Tanaman

Kepala Bagian Tanaman memiliki fungsi untuk membantu General Manager dalam melaksanakan kebijakan Direksi dalam bidang-bidang berikut:

1) Penanaman dan penyediaan bibit tebu

2) Pemasukan areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) 3) Penyuluhan teknis penanaman tebu

4) Rencana tebang dan angkutan tebu

5) Kegiatan lahan yang menyangkut penyediaan supply bahan baku berupa tebu

6) Memimpin seksi-seksi yang berada dalam bagiannya guna mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan perusahaan.

d. Kepala Bagian Instalasi

Kepala Bagian Instalasi memiliki tugas sebagai berikut :

1) Bertanggung jawab kepada Direktur di bidang instalasi atau mesin. 2) Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bidang instalasi. 3) Meningkatkan efisiensi kerja alat produksi untuk kelangsungan proses. e. Kepala Bagian Pabrikasi

1) Bertanggung jawab kepada Direktur di bidang pabrikasi.

2) Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bidang pabrikasi. 3) Meningkatkan efisiensi proses dan menjaga kualitas produk (gula). f. Kepala Bagian Pemasaran

1) Menyusun strategi pemasaran.

2) Mengusahakan pengembangan pasar untuk produk-produk PT Madubaru.


(35)

16

4) Menilai prestasi kerja staf pemasaran.

5) Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang dan proses penagihan.

g. Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan

1) Bertanggung jawab di bagian tata usaha, keuangan dan pengadaan barang perusahaan.

2) Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang keuangan, anggaran, biaya produksi, kegiatan pembelian dan penjualan.

3) Mengkoordinir administrasi tebu rakyat dan timbangan tebu. 4) Mengawasi hasil produksi di gudang gula.

h. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum

1) Bertanggung jawab di bagian tata uasaha dan personalia.

2) Mengkoordinasi dan memimpin kegiatan pengolahan tenaga kerja dan kesehatan karyawan.

3) Mengkoordinir kegiatan pendidikan bagi karyawan.

4) Bertanggung jawab pada kegiatan-kegiatan umum seperti pengaturan dan penggunaan kendaraan dan koordinasi keamanan perusahaan. i. Kepala Bagian Pabrik Spiritus/Alkohol

1) Mengkoordinir kegiatan produksi spiritus dan alkohol.

2) Melakukan evaluasi terhadap konsentrasi spiritus dan alkohol yang diinginkan pasar.

Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam melaksanakan proses produksi di suatu perusahaan. Untuk meningkatkan produktivitas kerja para karyawan maka perusahaan harus memiliki manajemen pengendalian yang baik terhadap tenaga kerjanya sehingga produksi perusahaan yang ditingkatkan minimal dipertahankan sama dengan produksi periode sebelumnya.

Tenaga kerja di PT Madubaru dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : a. Tenaga kerja tetap

Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang dipekerjakan dalam waktu yang tidak tentu dan saat dimulai hubungan kerja diawali dengan masa


(36)

percobaan selama 3 bulan. Karyawan tetap bekerja sepanjang tahun selama musim giling ataupun tidak. Tenaga kerja tetap dibedakan atas staf dan non staf.

b. Tenaga kerja PKWT (Perjanjian Kontrak Waktu Tertentu)

Tenaga kerja PKWT ialah tenaga yang dipekerjakan untuk jangka waktu tertentu dan pada awal dimulainya hubungan kerja tanpa masa percobaan kerja. Karyawan jenis ini biasanya akan melamar pada musim giling dan bekerja dengan sistem kontrak hanya selama musim giling saja. Karyawan tidak tetap dapat dibedakan lagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1) Karyawan PKWT dalam

Karyawan PKWT dalam bekerja pada bagian yang terlibat langsung dalam proses produksi seperti karyawan penimbangan tebu, karyawan unit gilingan dan karyawan unit masakan. Masa kerjanya adalah satu kali masa gilingan.

2) Karyawan PKWT Luar

Karyawan musiman bekerja pada bagian sekitar amplasemen namun tidak terlibat langsung dengan bagian proses produksi. Karyawan yang termasuk jenis ini antara lain pekerja lintasan rel, pekerja derek tebu, supir dan pembantu supir traktor, juru tulis gudang dan pekerja pengambil contoh tebu untuk analisa laboratorium. Masa bekerjanya sama dengan karyawan PKWT dalam yaitu satu kali masa gilingan. Pada musim giling, PG Madukismo beroperasi selama 24 jam dengan pembagian tiga shift kerja untuk karyawan bagian pabrikasi. Tabel di bawah adalah pembagian jam kerja untuk tiap shift (Tabel 3 dan Tabel 4).

Tabel 3. Jadwal Jam Kerja Khusus Mandor (Mandor Riet Teller, Laboratorium, NPP, Tobong, Gamping, Pemurnian, Penguapan dan Masakan)

Shift Jam Mulai Jam Selesai

Pagi 05.30 WIB 13.30 WIB

Siang 13.30 WIB 21.30 WIB

Malam 21.30 WIB 05.30 WIB


(37)

18

Tabel 4. Jadwal Jam Kerja Khusus Mandor dan Tenaga (Mandor dan Tenaga Putaran Gudang Gula)

Shift Jam Mulai Jam Selesai

Pagi 06.30 WIB 14.30 WIB

Siang 14.30 WIB 22.30 WIB

Malam 22.30 WIB 06.30 WIB

Sumber : Bagian Pabrikasi PG Madukismo, Bantul (2012)

Berbeda dengan karyawan pabrikasi, karyawan yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi memiliki jam kerja tersendiri yang berlaku baik dalam masa giling maupun diluar masa giling tebu. Bagi karyawan yang tidak terikat langsung dengan proses produksi, berlaku ketentuan jam kerja diluar musim giling sedangkan karyawan yang terkait langsung dengan proses produksi menggunakan ketentuan jam kerja pada musim giling. Pembagian jam kerja tersebut ditampilkan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Jadwal Jam Kerja Karyawan non-Pabrikasi

Hari Jam Mulai Jam Selesai

Senin-Kamis 06.30 WIB 15.00 WIB

Jumat-Sabtu 06.30 WIB 11.30 WIB

Sumber : Bagian SDM PG Madukismo, Bantul (2012)

Kesehatan para pekerja di PG Madukismo sangat diperhatikan oleh perusahaan yaitu dengan pemberian pelayanan kesehatan di klinik bagi karyawan tetap dan tidak tetap. Pengobatan diberikan secara gratis jika sakit pada waktu menjalankan tugas maka pengobatan diberikan secara gratis secara opname di rumah sakit. Jaminan kesejahteraan lainnya adalah cuti tahunan, cuti panjang, cuti bekerja berat/bahaya, pinjaman upah kerja dan beberapa jaminan sosial bagi tenaga kerja. Fasilitas lain yang telah tersedia adalah perumahan, koperasi karyawan, tempat ibadah, tempat olahraga dan sarana transportasi. Selain itu perusahaan memberikan beberapa program untuk menjamin para karyawannya, diantaranya program JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), hak pensiun, untuk karyawan tetap (pimpinan dan pelaksana) dan program TASKHAT (Tabungan Asuransi Kesehatan Hari Tua).


(38)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Produksi unggulan Pabrik Madukismo tidak hanya gula saja tetapi juga spiritus oleh karena itu pabrik tersebut dinamakan PT Madubaru PG/PS Madukismo. Disamping produk unggulan, PG Madukismo pun mempunyai produk sampingan yaitu berupa blotong, tetes dan ampas tebu. Blotong ini biasa digunakan sebagai pupuk organik yang biasa diaplikasikan saat pemeliharaan tanaman tebu di lahan. Tetes digunakan sebagai bahan baku industri alkohol dan spirtus. Ampas tebu biasanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar tambahan pabrik tersebut. Sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan PG Madukismo terdapat data hasil produksi lima tahun terakhir yang merupakan suatu kinerja PG Madukismo. Berikut adalah data hasil produksi lima tahun terakhir yang merupakan kinerja PG Madukismo dengan hasil yang berfluktuatif (Tabel 6).

Tabel 6. Produksi Tebu, Rendemen dan Produksi Hablur PG Madukismo selama Lima Tahun Terakhir

Tahun Tebu Ren

demen (%)

Hablur

Ku Ku/ha Ku Ku/ha

2007 5 600 107 800 6.80 381 068.24 54.44

2008 4 585 734 750 7.37 337 968.32 55.28

2009 4 780 076 716 6.80 325 042.75 48.68

2010 5 234 137 793 5.66 296 398.10 44.92

2011 4 152 391 621 6.73 279 456.20 41.82

Sumber : Bina Sarana Tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Terdapat dua jenis kebun di PG Madukismo yaitu Kebun Bibit dan Kebun Tebu Giling. Pengelolaan kebun bibit dilakukan secara bertahap yaitu Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI) dan Kebun Bibit Datar (KBD). Varietas yang dibudidayakan di PG Madukismo adalah varietas yang berasal dari P3GI dan pabrik gula lainnya. PG Madukismo menggunakan varietas bibit unggul untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman tebu. Varietas yang digunakan berdasarkan fase kemasakan tanaman tebu yaitu fase masak awal, masak tengah dan masak akhir. Varietas yang dikembangkan PG Madukismo ditunjukkan pada Tabel 7.


(39)

20

Tabel 7. Varietas yang dikembangkan di PG Madukismo

Masa Tanam Varietas

Masak Awal PSCO 90-2411

Masak Awal Tengah PS-862

Masak Tengah PS-851, PS-921, PA 198

Masak Tengah Lambat PS-864

Masak Lambat BL, PS-951

Sumber : Bina Sarana Tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Tanaman tebu yang dibudidayakan terbagi menjadi dua kategori yaitu tanaman pertama (Plant Cane/PC) dan tanaman keprasan (Ratoon Cane/RC). Tanaman pertama merupakan tanaman yang ditanam di areal yang telah dilakukan pengolahan tanah dan dari bibit yang berasal dari Kebun Bibit Datar (KBD) sedangkan tanaman keprasan merupakan tanaman yang tumbuh dan berproduksi kembali dari hasil tebangan tanaman pertama. Pada umumnya di wilayah kerja PG Madukismo dilakukan pengeprasan sebanyak 3-5 kali.


(40)

Aspek Teknis

1. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah yang dilakukan di PG Madukismo yaitu pembajakan, rotafasi (penggaruan) dan pengkairan.

Pembajakan

Pembajakan merupakan kegiatan menghancurkan dan membalikkan tanah dengan tujuan menghancurkan gulma dan tunggul tebu dengan membalikannya ke dalam tanah sehingga sirkulasi udara dan pertumbuhan akar lebih baik. Pembajakan hanya dilakukan satu kali. Kedalaman pembajakan yaitu sekitar 40 – 50 cm. Kegiatan pembajakan dilakukan dengan menggunakan traktor 80 HP 4 WD atau 110 HP 4 WD dengan implemen bajak piring ( HD Disc Plough ) 4 piringan atau menggunakan 110 HP 4 WD dengan implemen bajak piring 5 piringan.

Rotafasi (Penggaruan)

Rotafasi dilakukan setelah pembajakan dengan tujuan untuk meremahkan tanah, menghancurkan bongkahan tanah hasil pembajakan, meratakan tanah, mencacah dan mematikan tunggul dan tunas tebu yang masih tersisa dalam kebun. Kegiatan rotafasi dapat dilaksanakan bersamaan dengan pembajakan dalam waktu yang sama. Rotafasi memiliki arah tegak lurus terhadap arah pembajakan. Traktor yang digunakan untuk melakukan kegiatan rotafasi sama dengan traktor yang digunakan untuk melakukan pembajakan.

Pengkairan

Pengkairan merupakan kegiatan pembuatan alur tanam (juringan) sebagai tempat bibit bagal ditanam. Pembuatan juringan dilakukan setelah rotafaktor. Kedalaman kairan yaitu sekitar sekitar 40 cmdengan panjang juringan 10 m per juring sedangkan jarak dari pusat ke pusat (PKP) adalah 1 m, sehingga dalam 1 ha terdapat 1 000 juringan. Dalam pembuatan kairan harus memperhatikan pola kontur lahan agar jumlah juringan yang dibuat pada lahan yang bentuknya bukan persegi dapat sesuai harapan. Traktor yang digunakan adalah traktor 4 WD 110


(41)

22

HP. Setelah dilakukan pengkairan terkadang di lahan terdapat daerah head land yaitu bagian tanah yang tidak dapat dijangkau oleh traktor, pengerjaan ini akan dilaksanakan secara manual dengan menggunakan cangkul.

Gambar 1. Lahan setelah dilakukan pengolahan tanah

2. Pembuatan got

Pembuatan got dilakukan dengan tujuan agar proses pengairan berjalan dengan baik dan lancar. Pembuatan got pada lahan kering biasanya dilakukan dengan mekanisasi kecuali pembuatan got keliling. Terdapat tiga jenis got yang dibuat di kebun PG Madukismo yaitu got malang, got mujur dan got keliling. Pekerjaan pembuatan got diawali dengan pembuatan got keliling kemudian got mujur dan yang terakhir adalah got malang. Got dibuat lebih dalam dari pada juringan agar tebu yang ditanam tidak busuk karena terendam air terutama pada lahan sawah kedalaman got sangat dipelukan.

Got mujur adalah saluran air yang searah atau sejajar dengan juringan. Got mujur dibuat dengan kedalaman 70 cm dengan lebar 50 cm sedangkan got malang adalah got yang tegak lurus terhadap got mujur dan juringan. Got malang dibuat dengan kedalaman 60 cm dengan lebar 50 cm. Got keliling dibuat lebih dalam dari pada got mujur dan got malang karena dalam hal ini got keliling berfungsi untuk membuang kelebihan air ke dalam saluran buangan besar secara cepat dan efektif. Got keliling dibuat dengan kedalaman 80 cm dengan lebar 50 cm.


(42)

3. Persiapan bahan tanam

Bahan tanam dalam budidaya tebu adalah bibit berupa bagal. Bibit yang ditanam di kebun PG Madukismo berasal dari P3GI (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) Pasuruan. Terdapat empat jenjang bibit yang disediakan oleh PG Mdukismo yaitu KBP (Kebun Bibit Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI (Kebun Bibit Induk) dan KBD (Kebun Bibit Datar). Bibit yang ditanam pada KTG ( Kebun Tebu Giling ) berasal dari KBD (Kebun Bibit Datar) yang dikelola oleh PG bagian Bina Sarana Tani (BST) atau dikelola oleh petani dengan membuat suatu perjanjian dengan pihak PG yang biasa disebut dengan KBD kerjasama.

Bibit yang diserahkan oleh P3GI kepada PG adalah kebun bibit pokok utama. Selanjutnya kebun bibit pokok akan ditebang dan ditanam kembali menjadi KBN (Kebun Bibit Nenek) dengan proporsi 1 : 7 artinya satu hektar bibit pokok dapat memenuhi kebutuhan bibit untuk tujuh hektar lahan kebun bibit nenek. Dari kebun bibit nenek akan memasuki jenjang berikutnya ke kebun bibit induk (KBI) dan selanjutnya ke kebun bibit datar (KBD).

Maksud dan tujuan penyelenggaraan kebun bibit adalah menyediakan bibit tebu yang memenuhi syarat-syarat diantaranya jumlah yang memadai dengan kebutuhan kebun tebu yang memerlukan bibit tersebut, tepat saat dibutuhkan, mutu yang baik dengan ciri-ciri bebas hama dan penyakit, mata yang sehat, kandungan air yang cukup dan ruas-ruas yang normal (tidak stagnasi) dan cocok untuk ditanam pada daerah yang bersangkutan .

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan kebun bibit yaitu Sapta Usaha Tani Pembibitan yang terdiri dari pengolahan tanah dan masa tanam yang tepat waktu, pemeliharaan tanam yang baik dan tertib, pemberian air yang cukup pada saat dibutuhkan, pemupukan yang tepat, pengendalian hama dan penyakit yang tertib, penebangan yang tepat dan tertib, pendistribusian dan pemakaian bibit yang tertib serta penetapan lokasi yang tepat.

Pabrik Gula Madukismo mempunyai standar mutu kebun bibit yaitu kemurnian varietas KBPU/KBP harus bebas dari campuran varietas lain serta kesehatan tanaman yang antara lain serangan penggerek pucuk kurang dari 5 %,


(43)

24

serangan penggerek batang kurang dari 2 %, serangan penyakit noda daun (karat daun, daun hangus, noda kuning) kurang dari 10 %.

Bibit yang siap tebang adalah bibit yang berumur 6 – 8 bulan. Proporsi kebutuhan bahan tanam dari KTG untuk KBD adalah 1 : 9 artinya satu hektar kebun bibit datar (KBD) dapat memenuhi kebutuhan bibit untuk sembilan hektar Kebun Tebu Giling (KTG). Pemeliharaan KBD pada dasarnya sama dengan pemeliharaan KTG namun pada KBD tidak dilakukan pengelentekan, hal ini bertujuan agar mata tunas terlindungi dan tidak rusak.

Pemupukan di kebun bibit datar dilakukan dua dua kali yaitu pemupukan pertama dengan mengaplikasikan 2.5 ku/ha ZA dan 2.5 ku/ha Phonska. Pemupukan pertama dilakukan sebelum tanaman berumur dua minggu dan pemupukan kedua dilakukan dua bulan setelah tanam (BST) dengan mengaplikasikan 2.5 ku/ha ZA dan 2.5 ku/ha Phonska. Sebelum melaksanakan pemupukan pertama, terlebih dahulu dilakukan pemupukan dasar yaitu pupuk madros yang terbuat dari blotong tebu dengan dosis 1.1 ton per hektar yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan penanaman tebu.

4. Penanaman

Penanaman adalah kegiatan menanam bibit tebu berupa bagal tebu yang ditanam di dalam juringan. Penanaman dilakukan 1 - 2 hari setelah kegiatan pengolahan tanah selesai. Dalam setiap juringan, tebu yang ditanam berjumlah sekitar 80 mata tunas. Dalam satu bagal terdiri dari 2 mata tunas sehingga rata-rata bagal yang ditanam per juring yaitu sekitar 40 bagal. Sistem penanaman yang digunakan adalah over lapping. Sistem penanaman over lapping yaitu menanam tebu dengan cara menyimpan bagal ke dalam juringan secara zigzag, bagian ujungnya ditambahkan lagi satu bibit sejajar dengan bibit yang sebelumnya (Bibit Sumpingan). Penggunaan sistem penanaman ini bertujuan untuk meminimalkan penyulaman.


(44)

(A) (B)

Gambar 2. Pola Tanam Bibit : A. Over Lapping; B. Bibit Sumpingan

Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, perlu dilakukan pemilihan jenis atau varietas tebu yang memenuhi kriteria kesesuaian dengan lahan yang akan ditanami dan tahan terhadap serngan hama dan penyakit. Tipologi wilayah, varietas dan masa tanam dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kesesuaian Varietas Tebu terhadap Tipologi Wilayah

Tipologi Wilayah Pola Tanam Varietas

Jenis Tanah

Status Pengairan

Status

Drainase Musim Kemarau

(Pola I)

Awal Musim Penghujan

(Pola II)

B P L PS 851; PS863; PS864;

PS 921; PS951

-

B P J PS 864; PS 921; PS951 -

B H L - PS 864; PS 951

B H J - PS 864; PS 921

R P L PS 851; PS 862; BL -

R P J PS 864; PS 921 -

R H L - PS 851; PS 864

Sumber : Bina Sarana Tani PG Madukismo, Bantul (2012) Keterangan :

 B (berat dengan kadar lempung tinggi)

 R (ringan dengan kadar lempung rendah-sedang)

 P (tersedia air cukup dari irigasi/pompa)

 R (tadah hujan dan atau ada pengairan yang tidak memadai)

 L (drainase lancar pada musim hujan), J (drainase kurang baik pada musim penghujan) Penanaman tebu terdiri dari tebang bibit, angkut bibit, pembersihan bibit, seleksi bibit dan klentek bibit, pemotongan bibit, pengeceran, penutupan bibit serta penyiraman.


(45)

26

a. Tebang bibit

Tebang bibit merupakan kegiatan menebang bibit pada kebun yang telah ditentukan dan memenuhi kriteria untuk ditebang yaitu umur sekitar 6-7 bulan. Tebang bibit dilakukan satu hari sebelum penanaman. Tebang bibit dilakukan dengan menggunakan golok tebang dengan cara menebang tebu sampai mepet tanah dan memotong tebu bagian pucuk pada titik tumbuh.

Gambar 3. Tebang bibit

b. Angkut bibit

Angkut bibit merupakan kegiatan membawa bibit dari kebun bibit ke kebun tanam. Bibit tebu diangkut dengan menggunakan truk berkapasitas sekitar 5-6 ton, pengangkutan bibit dilakukan sehari sebelum tanam.

Gambar 4. Angkut bibit

c. Pembersihan bibit

Pembersihan bibit merupakan kegiatan membersihkan bibit tebu yang telah tersedia di kebun tanam. Bibit tebu dibersihkan dari daun-daun (klaras).


(46)

Pembersihan bibit tebu dilakukan dengan menggunakan tangan (manual), hal ini bertujuan agar mata tunas pada tanaman tebu tidak rusak. Pembersihan dilakukan di lokasi penanaman dan setelah dibersihkan bibit tersebut langsung di tanam agar tunas tidak terlalu lama tersinari matahari.

Gambar 5. Pembersihan bibit

d. Seleksi bibit

Seleksi bibit dilakukan setelah batang tebu bersih dari daun-daunnya. Seleksi bibit dilakukan dengan tujuan memisahkan bibit yang layak tanam dengan yang tidak layak tanam. Seleksi bibit dilakukan dengan cara mengamati keadaan fisik batang tebu.

Gambar 6. Seleksi bibit

Bibit yang layak ditanam yaitu bibit yang segar (tidak mengkerut dan tidak kering), bermata tunas sehat (tidak cacat), tidak terserang hama dan penyakit dan tidak tercampur dengan varietas lain. Bibit yang tidak layak tanam dipisahkan dan dibakar. Untuk mendapatkan bibit yang baik, PG Madukismo


(47)

28

memiliki standar mutu kebun bibit yaitu KBPU/KBP harus bebas dari campuran varietas lain, serangan penggerek pucuk kurang dari 5 %, Serangan penggerek batang kurang dari 2 % dan seerangan penyakit noda daun (karat daun, daun hangus, noda kuning) kurang dari 10 %.

e. Pemotongan bibit

Pemotongan bibit tebu dilakukan dengan menggunakan golok atau pisau tajam. Adapun tujuan dari pemotongan bibit adalah untuk menyeragamkan perkecambahan tebu yang ditanam. Golok atau pisau yang digunakan untuk memotong bibit dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air dengan campuran Lisol dengan takaran 300 ml lisol dicampur dengan 10 liter air. Penggunaan larutan Lisol ini bertujuan agar golok yang digunakan steril dan tidak menyebabkan bagal tebu terkontaminasi. Pada saat pemotongan bibit tebu, batang tebu diposisikan miring ke arah membelakangi mata tunas agar mata tunas tidak rusak sehingga bibit dapat tumbuh dengan baik. Panjang bibit bagal sekitar 30 – 35 cm dengan jumlah mata tunas sekitar 2 mata tunas.

Gambar 7. Pemotongan bibit

f. Pengeceran bibit

Pengeceran bibit merupakan kegiatan menyimpanan bibit ke dalam juringan. Jumlah mata tunas per meter adalah 8 mata tunas sehingga dalam satu juringan ditanam sekitar 80 mata tunas.


(48)

Gambar 8. Pengeceran bibit

g. Penutupan bibit

Penutupan bibit dilakukan setelah bagal tebu berada dalam juringan. Bagal tebu ditutup oleh tanah hingga bagal tertutup semua secara merata. Tujuan dari penutupan bibit adalah untuk menjaga kelembaban bibit dan mengurangi terjadinya penguapan.

Gambar 9. Penutupan bibit

h. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setelah bibit ditanam. Pada saat musim hujan, penyiraman dilakukan dengan mengandalkan air hujan sedangkan pada saat musim kemarau tanaman disiram air sungai yang diambil dengan menggunaan pompa dari sumber airnya. Kegiatan pengairan bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah, merangsang pertumbuhan, menyediakan kebutuhan air bagi tanaman sehingga tanaman tetap tumbuh dan tidak kekurangan air.


(49)

30

5. Pemeliharaan tanaman

Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan di PG Madukismo adalah penyulaman, pemupukan, pembumbunan (urug tanah), pengendalian hama, pengendalian gulma (dangir) dan klentek.

a. Penyulaman

Penyulaman merupakan kegiatan menanam bibit tambahan pada suatu kebun yang terdapat beberapa bibit yang tidak tumbuh. Kegiatan penyulaman ini dilakukan untuk mencapai populasi tanaman yang optimal. Kegiatan penyulaman dilakukan oleh tenaga kerja borongan. Penyulaman pada tanaman tebu pertama (PC) dilakukan pada saat 3 minggu setelah tanam bibit sedangkan penyulaman pada tanaman keprasan dilakukan satu seminggu setelah tebang atau setelah kebun bersih. Bibit sulaman diletakkan di pinggir petak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Bibit yang digunakan sebagai bahan sulam adalah bibit dederan berumur sekitar 3 minggu. Penyulaman juga dapat dilakukan dengan memecah rumpun atau memindahkan rumpun.

Gambar 10. Bibit tebu dederan

b. Pemupukan

Pemupukan adalah salah satu usaha peningkatan kesuburan tanah. Pemupukan yang efektif dan efisien akan tercapai apabila diketahui terlebih dulu kondisi kesuburan lahan dan jenis tanaman, kemudian dibuatkan susunan hara (formula) berdasar kepentingan spesifik lokasi kebun tertentu (Hakim, 2009). Pemupukan di PG Madukismo dilakukan sebanyak dua kali untuk tanaman keprasan yaitu pemupukan I dan pemupukan II sedangkan untuk


(50)

tanaman pertama dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pemupukan dasar, pemupukan I dan pemupukan II. Dosis pupuk tanaman pertama dan tanaman keprasan umumnya sama, yaitu 5 ku/ha ZA dan 5 ku/ha Phonska. Untuk tanaman pertama diaplikasikan pupuk madros sebagai pupuk dasar (pupuk organik yang berbahan baku blotong tebu). Pupuk dasar diaplikasikan secara bersamaan dengan kegiatan penanaman tebu dengan dosis 11 ku/ha. Pemupukan dilakukan secara manual, disebar secara merata ke dalam juringan kemudian pupuk ditutupi tanah. Aplikasi pupuk I dilakukan pada saat tanaman tebu berumur 1-2 minggu dengan dosis setengah dari dosis total yaitu 2.5 ku/ha ZA dan 2.5 ku/ha Phonska. Pemupukan II dilakukan pada saat tebu berumur 6-8 minggu setelah tanam. Dosis pemupukan II sama dengan dosis pemupukan I yaitu 25 ku/ha ZA dan 2.5 ku/ha Phonska.

(A) (B)

Gambar 11. Pemupukan : A. Aplikasi pupuk I (ZA dan Phonska); B. Aplikasi pupuk dasar (madros)

c. Pembumbunan

Pembumbunan atau urug tanah adalah kegiatan meninggikan tanah pada barisan tanaman dengan cara menimbun pangkal tebu dengan tanah. Pembumbunan ini dilakukan dengan tujuan agar unsur hara yang ada di dalam tanah dapat terserap oleh tanaman secara optimal, pertumbuhan anakan teratur, memberikan tambahan kekuatan bagi tegaknya tanaman dan memperbaiki aerasi. Dalam satu musim tanam pembumbunan dilakukan sebanyak dua kali. Pembumbunan pertama dilakukan pada saat tanaman tebu berumur 1.5 – 2 BST (bulan setelah tanam) sedangkan pembumbunan kedua dilakukan satu bulan setelah pembumbunan pertama (2.5 – 3 BST).


(51)

32

d. Pengendalian gulma

Pengendalian gulma yaitu kegiatan mengurangi populasi tumbuhan yang ada disekitar tanaman yang ditanam (tumbuhan selain tanaman utama). Pengendalian gulma ini bertujuan untuk mengurangi persaingan dalam memperoleh unsur hara antara tanaman tebu dengan gulma. Beberapa jenis gulma dominan di kebun wilayah kerja PG Madukismo ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Data Gulma Dominan di Wilayah PG Madukismo

Jenis Gulma Nama Gulma

Berdaun Sempit Cynodon dactilon L.

Berdaun Lebar Portulaca oleracea L.

Teki-tekian Cyperus rotundus L.

Sumber : Bina Sarana Tani PG Madukismo, Bantul (2012)

Gulma yang terdapat di PG Madukismo yaitu gulma berdaun sempit, berdaun lebar dan teki. Gulma berdaun sempit yang paling dominan adalah Cynodon dactylon L., gulma berdaun lebar yang paling dominan adalah Portulaca oleracea L. dan gulma jenis teki yang paling dominan pada tanaman tebu adalah Cyperus rotundus L. Cara pengendalian gulma yang dilakukan oleh PG Madukismo adalah manual, mekanik dan kimia.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan oleh buruh harian lepas dengan menggunakan alat sederhana yaitu kored atau sabit. Pengendalian gulma secara manual dilakukan jika gulma yang ada di kebun tebu tidak merata dan jumlahnya sedikit sehingga masih bisa dijangkau jika dilakukan secara manual. Pengendalian gulma secara mekanik dilakukan dengan menggunakan hand tractor. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida. Jenis dan dosis herbisida yang diaplikasikan di kebun wilayah kerja PG Madukismo dapat dilihat Tabel 10.

Tabel 10. Aplikasi Jenis dan Dosis Herbisida Musim Tanam 2011/2012

Kategori Jenis Dosis (l/Ha)

Tanaman Pertama Amigras 1 – 1.5

Damin 1 – 1.5

Tanaman Keprasan Amigras 1 – 1.5

Damin 1 – 1.5


(52)

Dosis campuran yang diaplikasikan dalam pengendalian gulma adalah 2.5 l/ha. Jika lahan didominasi oleh gulma berdaun sempit maka digunakan 1.5 liter amigras dan 1 liter damin sedangkan jika lahan didominasi oleh gulma berdaun lebar maka digunakan 1.5 liter damin dan 1 liter amigras.

e. Pengendalian hama

Pengendalian hama merupakan upaya untuk menurunkan kehilangan hasil dengan metode yang secara ekonomis menguntungkan dan tidak mencemarkan lingkungan. Pengendalian hama secara umum dapat dilakukan secara mekanik, biologis dan kimiawi. Hama penting yang menyerang tanaman tebu di PG Madukismo diantaranya adalah penggerek batang, penggerek pucuk, uret, tikus sawah, ulat grayak dan kutu bulu putih. Hama yang paling dominan yang menyerang tanaman tebu di PG Madukismo yaitu uret dan tikus terutama di daearah Purworejo.

Penggerek pucuk (Triporyza vinella F.) menyerang helaian daun dengan menggerek sehingga terdapat deretan lubang pada helaian daun tersebut. Ulat penggerek pucuk berwarna putih kekuningan menyerang tanaman tebu muda dan menyebabkan mati puser. Pada tebu beruas larva menggerek disekitar mata atau gelang akar tetapi hanya di permukaan batang, tidak masuk hingga ke ruas/batang. Serangan penggerek ini menyebabkan pertumbuhan batang tebu terhambat atau mati. Tanaman yang terkena serangan penggerek pucuk ditandai dengan mati puser pada tanaman muda dan tua, terdapat deretan lubang melintang helaian daun, lorong gerek di ibu tulang daun, terdapat lubang keluar ngengat dengan lorong gerek lurus ke atas.


(53)

34

Penggerek batang (Chilo auricillius D.) hama yang menyerang tanaman tebu yang berwujud ulat dengan lima garis longitudinal berwarna gelap di sepanjang tubuh. Tanaman yang terkena serangan penggerek batang ditandai dengan mati puser pada tanaman muda, bercak-bercak transparan pada daun, lubang-lubang pada ruas yang berhubungan dengan lorong gerek tidak beraturan di dalam batang dan lubang keluar ngengat hampir bulat.

Pengendalian secara hayati dilakukan dengan menggunakan parasitoid Trichogramma sp. sebagai parasit telur penggerek pucuk. PG Madukismo mengembangbiakkan Trichogramma sp. dan mengaplikasikan pada kebun tebu dengan cara pias ditempelkan pada kertas persegi panjang dengan ukuran 3x10 cm.

Gambar 13. Penggerek batang (Chilo auricillius D.)

Pemasangan pias sebanyak 20 lembar pias per hektar dan disebar secara merata. Pengendalian secara manual dilakukan dengan cara memotong pucuk tebu sekitar 2 cm. Pengendalian secara manual ini dilakukan pada saat tebu berumur 1.5 – 2 bulan.


(54)

(A) (B)

Gambar 14. Aplikasi pias : A. pias yang siap diaplikasikan di kebun tebu; B. Pemasangan pias pada daun tebu

Uret (Lepidiota stigma F.) adalah hama tanaman tebu yang menyerang akar tanaman. Uret menyerang tanaman tersebut dengan cara memakan akar tanaman sehingga tanaman mudah roboh. Hama uret juga kadang-kadang menyerang bagian bawah batang di dalam tanah dengan cara menggerek. Hama uret ini adalah hama yang paling utama menyerang kebun tebu PG Madukismo, terutama kebun yang berada di daerah Kabupaten Purworejo. Pengendalian hama uret secara hayati yaitu dengan mengaplikasikan jamur Metorhizium onisapliae A. yang dapat menyerang uret. Pengendalian secara mekanis yaitu dengan melakukan manipulasi waktu tanam dan tebang, pengolahan tanah diikuti secara intensif yang dilakukan oleh pekerja untuk mengambil larva secara manual, pengumpulan serangga dewasa saat musim penebangan di awal musim hujan dan pergiliran tanaman.


(55)

36

Tikus sawah (Rattus argentiventer R.) menyerang tebu pada saat musim panen padi dan banjir. Tanaman tebu yang banyak diserang tikus adalah tanaman yang berada didekat persawahan. Serangan yang dilakukan oleh hama tikus terhadap tanaman tebu yaitu dengan cara menggigit tunas pada bagal sehingga menyebabkan tanaman mati. Tanaman yang terkena serangan hama tikus ditandai dengan layunya daun hingga mengering. Hama tikus dikendalikan dengan menggunakan rokus (roti tikus) jika serangan hama tikus sangat tinggi maka digunakan rodentisida untuk mengendalikannya.

Gambar 16. Tikus sawah (Rattus argentiventer R.)

Kutu bulu putih (Saccharicoccus sacchari C.) menyerang tanaman tebu pada bagian daun. Kutu berkelompok di permukaan daun sebelah bawah dan menghisap cairan daun. Serangan berat kutu bulu putih terjadi di awal atau di akhir musim hujan. Serangan berat kutu bulu putih dapat menurunkan rendemen.


(56)

f. Klentek

Klentek adalah kegiatan melepas daun kering pada batang tebu hingga bersih. Tujuan dari pengelentekan adalah agar tebu dapat mencapai BSM (bersih, manis, segar) dan dapat mempermudah kegiatan tebang angkut. Selain itu juga agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan lancar dan sinar matahari dapat masuk kebun serta dapat menyinari batang-batang tebu sehingga tebu tidak mudah roboh. Di PG Madukismo pengelentekan dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu musim tanam.

6. Panen

Panen merupakan kegiatan terakhir dari budidaya tanaman tebu. Kegiatan akhir dari panen tebu yaitu tebang dan angkut. Sebelum melaksanakan kegiatan tebang angkut, terdapat beberapa tahapan kegiatan panen yang dilaksanakan sebelumnya yaitu taksasi produksi dan analisis pendahuluan.

Taksasi produksi adalah kegiatan melakukan perkiraan besarnya produksi yang akan dicapai. Taksasi produksi dilakukan oleh PG Madukismo sebanyak dua kali yaitu Taksasi Desember dan Taksasi Maret. Kegiatan Taksasi Desember yaitu hanya menghitung jumlah batang saja karena tanaman belum tumbuh optimal. Biasanya taksasi Desember tidak dapat dijadikan perkiraan produksi. Kegiatan yang dilakukan pada taksasi Maret adalah menghitung rata-rata jumlah batang per meter juring, rata-rata tinggi batang, rata-rata bobot batang permeter dan jumlah juring per hektar (faktor lubangan), dengan data yang diperoleh tersebut dapat diketahui hasil produktivitas tebu perhektar yang dihitung dengan rumus :

Hasil/ha = rata-rata jumlah batang/meter juring x rata-rata tinggi batang x rata-rata bobot batang/meter x jumlah juringan (faktor lubangan)

Jumlah batang per meter adalah jumlah batang yang dihitung dari juringan yang dijadikan sampel yang dipilih secara acak. Tinggi batang adalah panjang batang yang diukur dari pangkal batang tebu hingga ujung batang bagian cincin buku tebu teratas. Bobot batang permeter adalah bobot batang yang diperkirakan dapat dicapai pada waktu tebang dibagi tinggi batang.


(57)

38

Analisis pendahuluan adalah kegiatan untuk mengetahui perkembangan tingkat kemasakan tebu di setiap KTG diseluruh rayon, dengan dilakukannya analisis pendahuluan akan diketahui tanaman tebu mana yang harus ditebang terlebih dahulu karena tingkat kemasakan telah diketahui. Dari hasil analisis pendahuluan ini dapat disusun jadwal tebang sesuai dengan tingkat kemasakan tanaman tebu.

Analisis pendahuluan di PG Madukismo dilakukan selama delapan ronde dengan interval 15 hari tiap rondenya, dibedakan bulan muda (tanggal 1-15) dan bulan tua (tanggal 16-30). Kegiatan yang pertama dilakukan dalam analisis pendahuluan adalah menghitung jumlah batang tebu contoh dari kebun yang dibawa ke laboratorium analisis kemasakan kemudian dihitung bobot rata-rata tiap batang (kg/batang) dan panjang rata-rata tiap batang contoh (meter/batang) lalu tiap batang dipotong menjadi tiga bagian yang sama panjangnya yaitu bagian bawah, atas dan tengah. Bobot masing-masing bagian bawah, tengah dan atas ditimbang lagi lalu batang yang dipotong-potong tersebut dibelah untuk melihat serangan penggerek dan mempermudah penggilingan contoh. Batang tebu bagian bawah, tengah dan atas digiling kemudian masing-masing niranya dianalisis. Penggilingan dalam gilingan contoh diatur sehingga sama dengan gilingan besar (gilingan sesungguhnya), yaitu dengan persentase perah sebesar 70 %, yang diambil persentase perah yaitu :

Persentase perah=

x 100 % = ± 70 %

Terdapat tiga faktor analisis pendahuluan yaitu faktor kemasakan, kuosien peningkatran dan kuosien daya tahan.

Faktor kemasakan (FK) menggambarkan keadaan antara tingkat kemasakan dari rendemen batang bagian bawah (B) dan rendemen batang bagian atas (A). Faktor ini menunjukkan perbedaan antara rendemen-rendemen bawah (B) dan atas (A) dihitung dalam % dari rendemen (B), dengan rumus :

FK = –

x 100 %

Di Pabrik Gula Madukismo tebu dianggap matang dan siap tebang jika FK < 25 %, idealnya FK = 0 dimana Rendemen atas = Rendemen bawah.


(58)

Kuosien peningkatan (KP) adalah suatu besaran yang menunjukkan tingkat rendemen yang sudah dicapai oleh tanaman tebu. Kuosien peningkatan menggambarkan apakah tingkat rendemen masih akan bertambah jika tanaman tebu ditahan tidak ditebang. Rumus Kuosien Peningkatan :

KP =

x 100 %

Keterangan : Rendemen n = Rendemen pada ronde ke-n

Rendemen n – 2 = Rendemen pada 2 ronde sebelum ronde ke-n a. KP > 100 (Tebu bisa ditahan)

Bila KP berada diatas 100 maka dengan menahan tebu diharapkan rendemen masih bisa meningkat.

b. KP = 100 artinya bahwa rendemen pada saat ini dan 2 periode yang lalu adalah sama, artinya tidak ada kenaikan rendemen selama 2 periode tersebut. Hal ini berarti peningkatan rendemen sudah statis, tidak ada kenaikan. Pada periode ini sebaiknya tanaman tebu ditebang.

c. KP < 100 (tebu mulai mati)

Bila KP dibawah 100, artinya bahwa rendemen pada saat sekarang dibanding dengan rendemen 2 periode yang lalu sudah menurun, ini berarti bahwa tebu sudah mulai mati dan rendemen tidak naik tetapi akan menurun. Bila KP < 100 maka tanaman tebu harus segera ditebang.

Harkat Kemurnian (HK) adalah derajat perbandingan persen pol dengan persen brix, dimana pol adalah nilai kandungan gula dalam larutan nira. Nilai pol akan menurun bila tebu telah melewati kemasakan optimal. Brix adalah kandungan padatan gula dan bukan gula yang terdapat dalam larutan nira.

Rumus HK =

x 100 %

Kuosien Daya Tahan (KDT) menggambarkan daya tahan dari tanaman tebu. Kuosien daya tahan didapat dengan menghitung HK (Hasil Kemurnian) bagian bawah dari analisis terakhir (a.a) dalam proses dari HK bagian bawah dari analisis kedua sebelumnya (a.a - 2)

Rumus KDT =


(59)

40

Daya tahan ini didapat dengan perbandingan dengan 2 periode yang lalu. Adapun dasar penilaian KDT adalah sebagai berikut :

a. KDT > 100 (Tebu bisa ditahan)

Bila KDT diatas angka 100, berarti tebu tersebut masih kuat ditahan. b. KDT = 100 (Tebu minta ditebang)

Bila KDT sama dengan 100 maka tebu tersebut sudah mencapai optimal, sebentar lagi akan turun maka tebu sudah saatnya ditebang.

c. KDT < 100 (tebu harus segera ditebang)

Bila KDT dibawah angka 100, berarti daya tahan tebu sudah mulai menurun maka tebu tersebut harus segera ditebang.

Tebang angkut merupakan kegiatan akhir dari proses pemanenan tebu. Tebang angkut adalah rangkaian kegiatan melakukan penebangan tanaman tebu di kebun dan pengangkutan ke pabrik untuk digiling menjadi gula. Tujuan utama dari tebang angkut adalah memenuhi kapasitas giling pabrik dengan memberikan tebu yang BSM (bersih, segar, manis) kepada pabrik. Bersih artinya tebu yang dibawa ke pabrik tidak tercampur dengan benda selain tebu kemudian pucuk dipotong satu ruas dari titik tumbuh, segar artinya tebu yang ditebang dan dibawa ke pabrik harus langsung digiling dan tidak boleh lebih dari 36 jam, manis artinya umur 10-16 bulan tebu sudah masak dan layak untuk ditebang.

Tebangan dilakukan dengan sistem tebu ikat (bundle cane) dimana lonjoran tebu dibuang pucuknya lalu diikat dengan menggunakan pucuk atau kulit tebu. Alat yang digunakan untuk menebang tebu adalah golok tebang dan sabit. Tebang diusahakan tebang mepet tanah (TMT). Alat yang digunakan untuk mengangkut tebu ikat dari kebun tebu ke pabrik yaitu truk dengan bak terbuka dengan kapasitas angkut 6–8 ton. Kegiatan tebang angkut dilakukan oleh tenagan kerja musiman dari berbagai daerah. Kegiatan tebang dan angkut pengawasannya dilakukan oleh mandor tebang dan sinder tebang.

7. Pengolahan hasil tebu

Pengolahan tebu menjadi gula di PG Madukismo dilakukan melalui proses sulfitasi. Tahapan proses pengolahan tebu menjadi gula yaitu pemerahan nira, pemurnian nira, penguapan nira, kristalisasi, puteran gula, penyelesaian dan gudang gula.


(60)

a. Pemerahan nira

Tebu setelah ditebang dikirim ke stasiun gilingan (ekstraksi). Untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah) melalui alat-alat berupa unigrator mark IV digabung dengan 5 gilingan. Ampas yang diperoleh sekitar 30 % tebu untuk bahan bakar tebu distasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke stasiun pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan sanitasi distasiun gilingan.

b. Pemurnian nira

Pemurnian nira di PG Madukismo menggunakan sistem sulfitasi. Nira mentah ditimbang, dipanaskan 70ºC-75ºC, direaksikan dengan susu kapur dalam defecator dan diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi sampai pH 7 kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100ºC-105ºC. Kotoran yang dihasilkan diendapkan dalam peti pengendap (dorr clarifier) dan disaring menggunakan rotary vacum filter (alat penapis hampa). Endapan padatnya (blotong) digunakan sebagai pupuk organik. Kadar gula dalam blotong ini dibawah 2 %. Nira jernihnya dikirim ke satasiun penguapan.

c. Penguapan nira

Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan terlarut 16 % dapat dinaikkan menjadi 64 % dan disebut nira kental yang siap dikristalkan di stasiun kristalisasi/stasiun masakan. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas SO2 sebagai bleaching/pemucatan dan siap untuk dikristalkan.

d. Kristalisasi

Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ACD, dimana gula A sebagai gula produk, gula C dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan vacum sebesar 65 CmHg sehingga suhu didihnya hanya 65ºC, jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas tinggi. Hasil masakan merupakan


(1)

Lampiran 4. Peta Wilayah Kerja PG Madukismo PT Madubaru bagian Sleman

Lampiran 5. Peta Wilayah Kerja PG. Madukismo PT. Madubaru bagian Bantul


(2)

(3)

Lampiran 6. Peta Wilayah Kerja PG Madukismo PT Madubaru bagian Kulon Progo


(4)

(5)

Lampiran 8. Peta Wilayah Kerja PG Madukismo PT Madubaru bagian Magelang


(6)

Pekerjaan Biaya (Rp/ha)

Persiapan 100 000

Buka Tanah 1 500 000

Tanam 600 000

Pupuk (I dan II) 500 000

Bubut (2 kali) 500 000

Pengairan (4 kali) 1 000 000

Tambah Tanah (3 kali) 1 050 000

Pemeliharaan Got 600 000

Klentek (2 kali) 600 000

Tebang Angkut 5 000 000

Jumlah 11 450 000

Saprodi : Bibit (300 x 70 ku) 2 100 000

Pupuk 1 700 000

Pestisida 200 000

15 450 000 Taksasi Produksi : 800 ku/ha

Rendemen : 6.7 %

Gula Petani = 800 x 6.7 % x 66 % 3 537 kg

Harga Gula (HPP) 8 100/kg

Jumlah 28 649 700

Tetes Petani 2.5 % x 800 ku x Rp 800 1 600 000 TOTAL Pendapatan 30 249 000 TOTAL Pengeluaran 15 450 000 SHU 14 799 700