cm POTENSI DAN ASPEK TEKNOLOGI PENGELOLAAN

keprasan satu R 1 di lahan sawah hak guna usaha HGU PG. Jatiroto mengalami penurunan 19.3, sedangkan pada keprasan kedua R 2 sebesar 27.1. Pemanfaatan kompos serasah tebu sebagai pupuk organik pada lahan perkebunan diharapkan mampu memberi kontribusi dalam memperbaiki sifat fisik dan mekanik tanah serta peningkatan produksi tebu. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas kompos serasah tebu dan menganalisis pengaruh kompos terhadap sifat kimia, fisik dan mekanik tanah, kesuburan tanah, dan pertumbuhan tanaman tebu ratoon. Tinjauan Pustaka Bahan Organik Menurut Stevenson 1994, bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat. Kerusakan tanah secara fisik dapat diakibatkan karena kerusakan struktur tanah yang dapat menimbulkan pemadatan tanah. Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat pengolahan tanah yang salah atau penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebaga i ber ikut Stevenson 1994 : a Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara. Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, K, S, unsur mikro maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N 2 dengan cara menyediakan energi bagi bakteri penambat N 2 , membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran. b Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat. c Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman. d Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah. e Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke dalam tanah. f Meningkatkan kapasitas sangga tanah. g Meningkatkan suhu tanah. h Mensuplai energi bagi organisme tanah. i Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman. Pemberian bahan organik ke dalam tanah memberikan dampak yang baik terhadap tanah, tempat tumbuh tanaman. Tanaman akan memberikan respon yang positif apabila tempat tanaman tersebut tumbuh memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Pemberian pupuk organik dengan cara pengadukan bersama pengolahan tanah mampu memperbaiki struktur tanah dan sifat fisik lain yang berkaitan, juga mampu menurunkan fluktuasi suhu harian tanah Suwardjo et al. 1984 dalam Surawijaya 1995. Keterolahan tanah pada tanah bertekstur halus dipengaruhi oleh kadar bahan organik. Jumlah bahan organik tanah yang cukup akan mengurangi pengaruh buruk pengolahan tanah dan akan memperlebar selang kadar air optimum untuk pengolahan tanah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Mastur et al 1993 yang menyatakan bahwa tanah yang diberi bahan organik akan lebih mudah diolah atau dengan kata lain kebutuhan draft pengolahan tanah cenderung lebih rendah, ini terlihat dari lebar tanah terolah pada perlakuan bahan organik yang cenderung lebih tinggi dibanding perlakuan pupuk anorganik. Kompos Kompos merupakan pupuk organik dari hasil pelapukan jaringan atau bahan-bahan tanaman atau limbah organik. Kompos diperoleh karena ada campur tangan manusia dalam proses pembuatannya berupa penciptaan lingkungan mikro yang dikondisikan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kompos adalah hasil pembusukan sisa-sasa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara nisbah karbon dan nitrogen CN. Jika CN tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos dengan nisbah CN tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan dengan bahan bernisbah CN rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki nisbah CN antara 12- 15 Musnamar 2003. Beberapa tahun terakhir ini, kompos telah dianggap sebagai jantung dari sistem pertanian organik Hoitink dan Keener 1993. Kompos berdasarkan fungsinya dikelompokkan sebagai bahan pembenah tanah soil conditioner. Dalam hal peningkatan daya dukung tanah, kompos jelas lebih unggul dan bersifat ramah lingkungan daripada pupuk kimia sintetik karena dapat meningkatkan kandungan bahan organik di da lam tanah. Kandungan bahan organik di dalam tanah memiliki peranan yang sangat penting dan jumlah bahan organik tersebut sering digunakan secara langsung untuk mengukur indeks kesuburan tanah. Dalam budidaya tebu selain dihasilkan gula terdapat pula limbah padat organik LPO yang kuantitasnya sangat besar. Hutasoit dan Toharisman 1993 menyebutkan bahwa saat tebu dipanen dihasilkan pucuk cane tops dan serasah trash dengan jumlah rata-rata per hektar sekitar 20–25 ton. Proses pembuatan gula lebih lanjut di dalam pabrik mengeluarkan 4 tetes molase, 32 ampas bagasse, 3.5 blotong filter mud pada PG sulfitasi dan 7.5 pada PG karbonasi, serta 0.3 abu ketel boiler ash. Limbah padat organik tidak hanya digunakan sebagai sumber energi khususnya ampas tebu tetapi juga sebagai sumber nutrisi dan bahan ameliorasi tanah, sehingga berpotensi untuk meningkatkan produktivitas lahan Qureshi et al. 2000. Berdasarkan hasil pengomposan serasah tebu yang dilakukan di pabrik gula Tasikmadu karanganyar Solo diperoleh kandungan bahan organik kompos; 1.7 unsur N, 1.7 unsur P, 1.91 unsur K dan 0.3 unsur Ca Musnamar 2003. Ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur, dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Produsen kompos yang baik akan mencantumkan besarnya kandungan unsur hara pada kemasan. Meskipun demikian, dosis pemakaian pupuk organik tidak seketat pada pupuk buatan karena kelebihan dosis pupuk organik tidak akan merusak tanaman. Penggunaan dosis tertentu pada pupuk kompos lebih berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah daripada untuk menyediakan unsur hara. Tabel 4.1. Sifat dan kandungan kimia beberapa jenis bahan organik Unsur Kompos Blotong Daun Tebu pH 7.71 7.65 na B–organik 39.3 57.0 84.4 N gkg 14 20 15 P gkg 10 11 3 K gkg 7 3 13 Ca gkg 29 34 24 Mg gkg 3 3 1.5 S gkg 5 2 na Fe gkg na 0.6 0.14 Mn gkg 4.4 0.3 0.20 Keterangan : non analisa sumber: Lab. Tanah Tanaman P3GI Kandungan kimia kompos sangat bervariasi tergantung bahan dan cara pembuatannya. Salah satu contoh komposisi hara pupuk kompos dan jenis bahan organik lainnya disajikan pada Tabel 4.1. Berdasarkan kadar tersebut maka pada setiap 10 ton pupuk kandang akan setara dengan 130 kg N, 330 kg P dan 50 kg K atau setara dengan 591 kg ZA, dan 100 kg KCl. Apabila bahan itu diberikan ke dalam tanah paling tidak akan mengurangi biaya pemupukan. Pembuatan pupuk kompos di industri gula akan lebih mudah direalisasi. Disamping teknologinya telah tersedia dari hasil penelitian P3GI, juga bahan mentah relatif cukup banyak. Bahan dan Metode Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : Traktor 4 roda dan imp lemennya, seperangkat teknologi pengelola serasah tebu, penetrometer, ring sampel, cangkul, meteran, patok, label, dan tali rapia. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah serasah tebu, kompos dari serasah tebu dan tanaman tebu ratoon 4 R4 varietas TK 186. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Oktober 2011, bertempat di perkebunan tebu PG Takalar kabupaten Takalar dan Balai Besar Pelatihan Pertanian BBPP Batangkaluku kabupaten Gowa provinsi Sulawesi Selatan. Metode Penelitian Penelitian diawali dengan kegiatan survei lapangan untuk mengidentifikasi peralatan mekanis yang tersedia di perkebunan yang dapat menunjang sistem pengelolaan serasah tebu. Setelah itu dilakukan tahapan kegiatan lapangan yaitu : 1. Mengumpulkan serasah di lahan dengan menggunakan trash rake yang digandeng oleh traktor sebagai tenaga penarik. 2. Mengangkut serasah yang telah dikumpulkan menggunakan truk atau trailer yang ditarik oleh traktor ke rumah kompos tempat pengolahan serasah menjadi kompos. 3. Mencacah serasah tebu menggunakan chopper, sehingga menjadi potongan- potongan kecil 1-5 cm guna mempermudah proses pengomposan. 4. Mencampur bahan baku serasah tebu dengan bahan lain seperti pupuk kandang dan bioaktivator. Komposisi bahan serasah 2 000 kg, 500 kg pupuk kandang, dan 3 kg bioaktivator. 5. Selanjutnya melakukan fermentasi selama 2 bulan dan melakukan pembalikan 1-2 kaliminggu. 6. Kompos digiling untuk memperkecil ukuran partikelnya. 7. Melakukan pengayakan untuk menyeragamkan ukuran partikel. 8. Kompos siap untuk digunakan atau diaplikasikan pada tanaman ratoon. Sebelum melakukan uji lapang untuk aplikasi kompos, terlebih dahulu membuat plot petak percobaan dengan ukuran 24 m x 25 m. Selanjutnya ada beberapa parameter yang diamati dan diukur antara lain adalah sifat kimia, fisik dan mekanik tanah, pertumbuhan tebu setelah aplikasi pupuk organik yang berasal dari serasah tebu, dan analisis kesuburan tanah sebelum dan setelah aplikasi kompos. Metode pengomposan yang digunakan adalah motode yang telah dikembangkan oleh bagian Pengomposan dan Pengelolaan Bahan Organik Balai Besar Pelatihan Pertanian BBPP Batangkaluku kabupaten Gowa provinsi Sulawesi Selatan. Pengomposan dilakukan dengan meletakkan bahan dasar serasah tebu bagian paling bawah dengan ketebalan 15 cm, kemudian kotoran hewan setebal 10 cm untuk setiap lapisan. Maksimal jumlah lapisan adalah lima lapisan untuk setiap baris. Rancangan Perlakuan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan perlakuan yang menggunakan faktor dosis kompospupuk organik dengan tiga ulangan. Faktor dosis kompospupuk organik terdiri atas 2 taraf yaitu : K0 tanpa pupuk organik dan K15 pupuk organik 15 tonha. Dengan demikian akan terdapat 2 x 3 = 6 petak percobaan. Setelah lahan percobaan dibersihkan, lalu membuat petakan dengan ukuran 24 m x 25 m dan dibagi menjadi 6 petakan dengan masing-masing ukuran 4 m x 25 m. Selanjutnya pupuk organik yang berasal dari kompos serasah tebu dibenamkan di bawah permukaan tanah yang terdapat tebu ratoon sesuai dengan perlakuan. Pengukuran sifat kimia, fisik dan mekanik tanah dilakukan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan meliputi parameter : kandungan bahan organik, kadar air tanah, bulk density, dan tahanan penetrasi. Pengumpulan data pertumbuhan tanaman tebu dan kesuburan tanah dilakukan setelah tebu ratoon berumur 4 bulan. Pengukuran sifat kimia, fisik dan mekanik tanah dilakukan pada awal penelitian dan setelah tanaman berumur 4 bulan meliputi parameter sebagai berikut : - Kandungan bahan organik C dan N Pengukuran kandungan C dan N organik dilakuakan di Laboratorium Ilmu Tanah UNHAS. Sampel tanah dari lokasi penelitian dianalisis di Laboratorium. - Perhitungan Kadar Air Tanah Perhitungan kadar air tanah dapat dilakukan dengan mengambil sampel tanah pada setiap perlakuan, kemudian ditimbang dan dikeringkan dalam oven