5.3.6.4. Kandungan Fosfor, Kalsium, Magnesium, Sodium dan  Potasium
Hasil analisis terhadap kandungan fosfor tanah menunjukkan bahwa tanah pada kawasan habitat gajah memiliki kandungan fosfor yang sangat rendah  0,4
ppm  di lokasi I;  0,6 di lokasi II dan 0,4 ppm di lokasi  III. Rendahnya kandungan fosfor  karena  lokasi  habitat  gajah tidak pernah mendapat pembinaan habitat,
juga kemungkinan  disebabkan  kawasan ini merupakan  areal  eks HPH PT. Maju Jaya Raya Timber  dan di beberapa bagian dari kawasan habitat  sedang
mengalami suksesi. Faktor lain  kemungkinan karena tingginya curah hujan  yang mengakibatkan  pencucian terhadap mineral- mineral tanah.
Hasil  analisis  kandungan Ca, Mg, Na dan K  di kawasan habitat gajah menunjukkan kriteria  sifat kimia  tanah tergolong  rendah sampai sangat rendah.
Hal tersebut diduga karena bahan induk pembentuk  tanah di kawasan habitat gajah  memiliki kandungan unsur-unsur Ca, Mg, Na dan K yang  rendah, juga
diduga   karena  unsur-unsur   tersebut   tercuci  pada  waktu  musim hujan. Faktor utama yang menentukan ketersediaan unsur-unsur Ca, Mg, Na dan K dalam tanah
adalah pH tanah, drainase tanah, jerapan liat, reaksi kimia, serta ikatannya dengan bahan organik Hardjowigeno 1992.
5.3.6.5. Kapasitas Tukar Kation KTK
Nilai KTK tanah  di lokasi   I  4,93 me100 g;  5,81 me100 g  di lokasi II; dan  lokasi III  4,98 me100 g.  Menurut kriteria sifat kimia tanah lokasi I  sangat
rendah  dan lokasi II termasuk kategori    rendah  sedangkan lokasi III kategori sangat rendah.
Pearson dan Ison 1997  menyatakan KTK yang rendah
berhubungan dengan miskinnya hara terutama  fosfor dan kation-kation yang dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na  dan K. Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian  yang menunjukkan bahwa kandungan  P, Ca, Mg, Na dan K   pada tingkat sangat   rendah sampai  rendah, sehingga nilai KTK juga berada dalam
kriteria  sangat rendah  dan rendah.
5.4. Kelerengan  dan Ketinggian Tempat  Kawasan HPT  PLG  Seblat
Gajah  Sumatera  sangat  menyukai    kawasan  yang  kelerengannya  datar untuk  mencari pakan dan  sumber air.  Kelerengan  kawasan  HPT PLG  Seblat
berkisar  dari  datar  sampai   bergelombang  dengan  ketinggian  berkisar  56-113 m dpl  Anonim  2000.
Berdasarkan SK Mentan No.837KptsUm111980 kemiringan lereng dikelompokkan menjadi datar 0-8, landai 8-15, agak curam 15-25,
curam 25-45 dan sangat  curam  45. Hasil  penelitian menunjukkan topografi  di kawaan HPT PLG Seblat  bervariasi  dengan  tingkat  ketinggian dari
permukaan laut  mulai  dari  50  m dpl sampai dengan  82  m  dpl.  Demikian juga dengan  kelerengankemiringan  kawasan  HPT PLG Seblat  memiliki kelerengan
yang  bervariasi  dari datar hingga bergelombang  5
o
hingga 9
o
dengan kondisi suhu  sekitar berkisar antara  28
o
C-30
o
C.  Ketinggian dan kelerengan tempat di lokasi penelitian disajikan  pada Tabel  20.
Tabel  20  Ketinggian dan kelerengan tempat lokasi penelitian HPT PLG Seblat No
Lokasi Penelitian Ketinggian tempat dari
permukaan laut m Kelerengan
tempat
o
1. Air Tenang
50 5
2. Air Senaba
62 7
3. Air Riki
75 8
4. Simpang Tiga
79 6
5. Air Sabai
80 8
6. Batu Ampar
82 9
Pada  lokasi  yang  berbukit  menunjukkan  bahwa  kelerengan  curam sampai  sangat  curam.  Lokasi untuk mengasin gajah  ditemukan pada dinding
sungai ataupun tebing, hal ini ditunjukkan dengan adanya bekas galian tanah yang dilakukan oleh gajah.  Aktivitas  gajah  lebih  banyak pada  daerah  yang  datar
hingga  landai, dengan ketinggian  berkisar  antara  50  m dpl hingga  100  m dpl hal ini  disebabkan karena gajah  memiliki tubuh  yang  besar dengan  bobot
badan  yang  berat  akan  menyulitkan  gajah  untuk  mencari makan, minum, mandi dan berkubang  pada  lokasi  yang  curam  hingga sangat  curam.
5.5.  Mengasin Saltlick
5.5.1. Perilaku Mengasin
Mengasin saltlick merupakan salah satu tingkah laku gajah dalam pemenuhan garam mineral. Kegiatan ini sangat penting untuk membantu proses
metabolisme dan menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuhnya serta melancarkan proses pencernaan makanan. Perilaku mengasin dilakukan dengan
cara mengkonsumsi tanah. Gumpalan tanah yang di  makan banyak mengandung unsur garam pospor P, calsium Ca, magnesium Mg,  potasium  K,  sodium
Na dan lain- lain.Unsur pospor sangat penting dan biasanya satwa yang kekurangan unsur ini dapat mempengaruhi daya reproduksinya. Unsur ini pun
dibutuhkan gajah untuk proses fermentasi karbohidrat. Unsur Ca dan Mg dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan kekuatan gigi.
Pemenuhan kebutuhan garam yang dilakukan gajah biasanya diikuti dengan aktivitas lainya, seperti mencari makan, minum, ataupun berkubang.
Perilaku mengasin gajah berbeda dengan satwa lainnya, tanah yang mengandung unsur garam dimakan oleh gajah, tidak seperti badak yang hanya menjilati tanah
tersebut. Aktivitas mengasin gajah biasanya dilakukan selama ataupun sesudah hujan turun, karena pada saat itu air tercampur dengan  tanah yang menyebabkan
tanah menjadi lembab dan mudah hancur. Pada gajah jantan dan betina terdapat perbedaan dalam perilaku
mengasinnya. Gajah jantan melakukan kegiatan mengasin dengan cara menusukan gadingnya ke tebing tanah sehingga menyebabkan terjadinya perubahan struktur
fisik tanah, yaitu tanah menjadi berlubang dan berserakan akibat dorongan dari gadingnya tersebut. Biasanya tanah yang berserakan tadi akan dimakannya dan
sisanya akan ditaburkan ke seluruh tubuhnya untuk mengusir lalat serta nyamuk yang menempel di tubuhnya, selain itu digunakan untuk melindungi tubuhnya dari
sinar matahari karena gajah sangat peka akan sengatan sinar matahari. Untuk gajah betina pencarian garam dilakukan dengan cara menghentakan kaki
depannya ke lantai hutan atau gundukan tanah, memakan lumpur yang ada di dasar dan tepi rawa, menggali tanah, lumpur, bahkan pasir dengan belalainya dan
memakannya.
5.5.2.  Bentuk Tempat Mengasin
Pada umumnya tempat mengasin gajah  Sumatera  adalah tepi tebing sungai, gundukan tanah, bongkahan kayu mati yang menjadi sarangrumah semut
dan lumpur di tepi rawakubangan. Umumnya gajah melakukan kegiatan mengasin di dekat sumber air seperti sungai. Hal ini terbukti dengan banyaknya
jejak yang ditemukan di dekat sumber-sumber air, baik itu berupa jejak tapak kaki maupun lubang tusukan.
Pada lokasi  saltlick  yang berupa tebing, biasanya terdapat jejak berupa lubang-lubang tusukan gading gajah, jumlah tusukan bervariasi antara 5-12
tusukan dengan diameter tusukan yang berbeda-beda antara 10-37 cm  dan kedalaman tusukan  +  14-35 cm. Diameter dan kedalaman tusukan gading
tergantung pada besar dan panjangnya gading serta kekerasan media tanah. Tempat mengasin disajikan pada Gambar  17 dan Gambar 18.
Gambar  17  Tempat mengasin yang berupa lubang tusukan a.
Gambar 18   Tempat mengasin yang berupa lubang tusukan b. Jumlah tusukan pada setiap tebing berbeda-beda tergantung pada jumlah
gajah yang melakukan kegiatan mengasin. Bahkan ditemukan pula lubang tusukan gading yang sudah hancur dan tidak berbentuk lubang tusukan, melainkan
hancuran tanah yang sudah berserakan. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat lebih dari satu gajah yang melakukan kegiatan mengasin di tempat tersebut.
Kegiatan mengasin pada gajah dilakukan secara temporal dan fleksibel, kegiatan ini biasa dilakukan pada saat makan, minum, mandi maupun berkubang.
Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan tempat mengasin dengan bentuk tebing di utara kawasan  HPT  PLG Seblat  jejak lubang tusukan yang terdapat di dinding
tebing  membuktikan bahwa gajah tersebut pernah mendatangi tempat ini untuk mengasin, hal ini di buktikan dengan ditemukanya jejak-jejak yang ditinggalkan
oleh gajah tersebut, baik berupa tapak kaki, lumpur yang menempel pada beberapa pohon yang tingginya  +1,5-2 m, serta longsoran tanah yang dibuat
dengan sengaja untuk menuruni dan menaiki tebing. Tidak hanya berbentuk tebing tanah, gajah dapat pula mengasin dengan cara menghancurkan dan
memakan gundukan tanah atau bongkahan kayu yang sudah mati yang menjadi sarangrumah bagi semut, lumpur di dasar atau tepi rawa dan kubangan.
5.6. Analisis  Vegetasi 5.6.1.  Struktur  Vegetasi  dan  Komposisi  Jenis
Struktur vegetasi suatu habitat antara lain ditentukan oleh penyebaran individu dan kelimpahan  masing- masing  jenis  tumbuhan.  Hasil  analisis
vegetasi terhadap jumlah jenis;  tumbuhan bawah, semai, pancang, tiang dan pohon di  enam lokasi  penelitian pada kawasan  HPT PLG Seblat disajikan pada
Tabel  21  dan   lokasi   pengambilan sampel  disajikan pada Gambar  19. Tabel  21  Jumlah jenis tumbuhan tiap tingkat vegetasi pada seluruh lokasi
penelitian di  kawasan  HPT PLG Seblat Lokasi
Penelitian Tingkat Vegetasi
Tumbuhan bawah
Semai Pancang
Tiang Pohon
Jumlah Air
Tenang 32
39 40
55 59
225 Air Senaba
32 35
38 47
63 215
Simp Tiga 31
30 38
57 51
207 Air Riki
29 34
33 44
57 197
Air Sabai 31
38 39
55 52
215 Batu
Ampar 23
32 40
58 60
213 Tabel 21  memperlihatkan jumlah jenis yang paling banyak terdapat di Air
Tenang   sebanyak  225 jenis. Kemudian Air Senaba dan Air Sabai masing- masing 215 jenis. Batu Ampar 213 jenis,  Simpang Tiga  207 jenis dan Air Riki 197 jenis.
Tingkat vegetasi yang paling banyak adalah pohon sebanyak 63 jenis yang terdapat di Air Senaba, sedangkan yang paling sedikit  adalah tumbuhan bawah
sebanyak 23 jenis di lokasi Batu Ampar. Bervariasi jumlah individu dari berbagai tingkat vegetasi disebabkan
lokasi   pengambilan sampel Air Tenang dan  Air Riki,  Air Senaba  mewakili komunitas hutan sekunder,  Air Sabai  dan  Simpang Tiga  yang mewakili  tipe
vegetasi  semak  dan  padang rumput.  Batu Ampar merupakan  tipe hutan primer Perubahan struktur vegetasi yang disebabkan oleh fragmentasi hutan
menyebabkan gajah berpindah dari suatu tempat ketempat lain untuk mencari pakan Osborn 2002.
Berdasarkan Indeks
Nilai Penting INP, yaitu
indeks yang
menggambarkan dominasi  suatu jenis tumbuhan, menunjukkan bahwa berturut- turut untuk  Air Tenang sampai  Batu Ampar, jenis dominan untuk vegetasi
tumbuhan bawah  adalah   Colocasia gigantea INP=13,35 Air Tenang, Imperata cylindrica    INP=15,52  Air  Senaba  dan  INP=15,73  Simpang Tiga,  Cynodon
dactylon   INP=15,30 Air Riki, Tithonia diversifolia INP=11,77 Air Sabai  dan Ichnanthus vicinus INP=13,74 Batu Ampar.
Tingkat  semai didominasi oleh   Dillenia excelsa INP=10,76 Air Tenang, Angiopteris  avecta  INP=11,26  Air Senaba  dan INP=15,63  Simpang Tiga,
Knema sp INP=17,78 Air Riki, Macaranga gigantea INP=10,66 Air Sabai dan Dacryodes rostrata INP=17,08 Batu Ampar.  Tingkat pancang  didominasi  oleh
Macaranga pruinosa  INP=8,58  Air Tenang,  Parkia  speciosa  INP=11,38  Air Senaba dan INP=10,91 Simpang Tiga, Mallotus paniculatus INP=14,78 Air Riki
dan  INP=12,98 Batu Ampar, dan  Macaranga gigantea INP=12,59 Air Sabai. Tingkat tiang didominasi oleh  Shorea  sp  masing- masing  INP=13,51 Air
Tenang, INP=13,02  Simpang Tiga dan  INP=12,83 Air Sabai,  Mallotus paniculatus  INP=30,95  Air Senaba dan  INP=22,44  Batu Ampar,  Arthocarpus
elasticus  INP=25,35  Air Riki. Kemudian tingkat  pohon yang mempunyai INP tertinggi adalah  Arthocarpus  elasticus  INP=16,72  Air Tenang,  Mallotus
paniculatus  INP=15,64  Air Senaba dan  INP=21,08 Air Sabai,  Shorea  sp INP=27,11 Simpang Tiga , INP= 15,99 Air Riki  dan  INP= 13,38  Batu Ampar.
Secara lengkap jenis dominan disajikan pada   Lampiran 1. Beberapa  jenis  tumbuhan  seperti  Colocasia gigantea,  Imperata
cylindrica,  Cynodon dactylon    dan  Ichnanthus vicinus  adalah tumbuhan  pakan gajah.  Jenis  tumbuhan pakan lain yang juga dominan adalah  Angiopteris avecta,
Knema  sp,  Macaranga gigantea,  Macaranga pruinosa,  Parkia  speciosa, Mallotus paniculatus, dan  Arthocarpus  elasticus  merupakan tumbuhan pakan
yang mempunyai nilai penting  tertinggi pada  tingkat  semai, pancang, tiang  dan pohon di lokasi penelitian.
Gambar   19   Lokasi  sampel  vegetasi di  kawasan  HPT PLG  Seblat .
5.6.2. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Indeks  keanekaragaman jenis tumbuhan  yang paling besar untuk tumbuhan bawah terdapat di Air Sabai H=4,769, tingkat semai dan tingkat
pancang terdapat di Air Tenang masing- masing H=5,144 dan H=5,138, tingkat tiang dan tingkat pohon terdapat di Air Senaba masing- masing  H=5,568 dan
H=5,628. Secara lengkap indeks  keanekaragaman disajikan pada Tabel  22. Tabel  22   Indeks  keanekaragaman jenis tiap tingkat vegetasi pada seluruh lokasi
penelitian Lokasi
Penelitian Indeks Keanekaragaman H
Tumbuhan bawah
Semai Pancang
Tiang Pohon
Air Tenang 4,576
5,144 5,138
5,489 5,519
Air Senaba 4,751
4,943 4,999
5,568 5,628
Simpang Tiga 4,728
4,733 5,037
4,816 5,349
Air Riki 4,736
4,671 4,773
5,281 5,471
Air Sabai 4,769
5,133 4,964
4,929 5,486
Batu Ampar 3,256
4,733 5,093
5,513 5,603
Hasil    analisis  indeks keanekaragaman pada  semua  tingkat  vegetasi, indeks  keanekaragaman  jenis  di lokasi  Air Tenang memiliki indeks
keanekaragaman  relatif  sama dengan Batu Ampar. Air  Sabai relatif sama dengan Simpang Tiga. Air Senaba relatif sama dengan Air Riki. Dengan demikian  dapat
dikatakan bahwa  lokasi  dengan indeks keanekaragaman  yang relatif sama memiliki kelimpahan  jenis  yang  sama.  Lokasi Air Senaba,  Air Riki  dan Air
Tenang merupakan hutan sekunder.  Air Sabai dan Simpang tiga mewakili  semak belukar dan padang rumput. Sedangkan Batu Ampar merupakan hutan primer.
Dendrogram  indeks keanekaragaman  tingkat vegetasi dari masing- masing lokasi penelitian  disajikan pada Gambar  20.
Var ia bles S
im ila
ri ty
A ir  Sabai Simp an g  Tiga
A ir  Se naba Air Riki
Bat u  Amp ar A ir  Te nan g
83.86
89.24
94.62
100.00
I ndek Kea neka ragaman
Gambar 20  Dendrogram  indeks keanekaragaman tingkat vegetasi dari  masing- masing lokasi penelitian.
Nilai keanekaragaman  jenis  tumbuhan  yang  tinggi  dari berbagai tingkat  vegetasi  diduga  berbanding lurus dengan keanekaragaman  fungsinya
sebagai habitat  gajah.  Lokasi- lokasi  yang  tinggi keanekaragaman  jenis tumbuhan  pada tingkat tumbuhan  bawah, semai, dan pancang; fungsi  habitat
utamanya  sebagai tempat  mencari  makan  karena  menurut  Eltringham 1982 gajah  lebih  banyak  mengkonsumsi  tumbuhan pakan pada  tingkat  tersebut.
Sedangkan  nilai  keanekaragaman  jenisnya tinggi pada  tingkat  tiang dan pohon, berfungsi  sebagai pelindung cover, antara  lain  sebagai tempat berlindung,
beristirahat dan  menjalin hubungan sosial.
5.6.3.  Keseragaman Jenis Tumbuhan
Indeks  keseragaman jenis tumbuhan  tiap tingkat vegetasi  disajikan  pada Tabel  23.  Dari data  yang diperoleh menunjukkan bahwa Air Riki memiliki
indeks keseragaman  tertinggi untuk tumbuhan  bawah J’=0,975. Tingkat semai Indeks  tertinggi ditemukan pada lokasi Air Sabai  J’=0,978.  Tingkat  pancang
indeks keseragaman tertinggi terdapat di Air Tenang J’= 0,965.  Pada  tingkat tiang, indeks  keseragaman  tertinggi adalah  Air Sabai J’=1,036. Lokasi  Air
Senaba  mempunyai  indeks keseragaman tertinggi pada tingkat  pohon J’=1,057.
Tabel  23  Indeks keseragaman jenis tumbuhan  tiap tingkat vegetasi pada seluruh lokasi penelitian
Lokasi Penelitian
Indeks  Keseragaman  J’ Tumbuhan
bawah Semai
Pancang Tiang
Pohon Air Tenang
0,915 0,973
0,965 0,949
0,938 Air Senaba
0,950 0,964
0,952 0,905
1,057 Simpang Tiga
0,954 0,964
0,960 0,955
0,967 Air Riki
0,975 0,918
0,946 0,903
0,938 Air Sabai
0,963 0,978
0,939 1,036
0,938 Batu Ampar
0,720 0,947
0,957 0,902
1,053 Indeks  keseragaman ini  berhubungan erat dengan  kelimpahan  dan
jumlah jenis tumbuhan yang  terdapat pada suatu komunitas. Bila jumlah individu jenis tumbuhan  di dalam  satu komunitas  penyebarannya  lebih  merata, dalam
arti  tidak ada kesenjangan dalam  kelimpahannya, dapat dikatakan  komunitas tersebut  lebih  seragam dan  mempunyai   indeks  keseragaman maksimum.
Berdasarkan hasil penghitungan indeks Simpson’s untuk  indeks keseragaman evenness, di dapat hasil bahwa  indeks  evenness yang paling besar
adalah tingkat pohon  J’=1,057  dan indeks terendah adalah tumbuhan bawah J’=0,720 hal ini berhubungan dengan jumlah jenis dan  indeks keanekaragaman
tertinggi untuk tingkat pohon terdapat di Air Senaba dan terendah untuk tumbuhan bawah terdapat di Batu Ampar.
5.6.4.  Kesamaan Komunitas
Pengamatan  kesamaan komunitas  dilakukan  pada enam lokasi  yang dianggap mewakili  sebagian dari habitat  gajah di  HPT PLG Seblat.  Ke enam
lokasi pengamatan  tersebut mempunyai kondisi  vegetasi   yang  relatif  sama. Lokasi  Air Tenang,  Air Senaba dan Air Riki merupakan  tipe  vegetasi hutan
sekunder. Batu Ampar merupakan  tipe vegetasi hutan primer. Sedangkan  Air Sabai dan    Simpang Tiga  merupakan tipe  vegetasi  semak belukar dan  padang
rumput.    Terbentuknya  vegetasi semak belukar merupakan  akibat  gangguan terhadap ekosistem  hutan  yang  berlangsung cukup lama, mengingat  adanya
kegiatan  looging  di masa lalu dan kemudian di susul dengan penggunaan lahan untuk areal perkebunan  dan  pembuatan jalan  yang  digunakan  untuk  membawa
hasil perkebunan. Keanekaragaman tipe komunitas  vegetasi  habitat gajah  di lokasi
penelitian dapat dianalisis  dengan  membandingkan  indeks kesamaan komunitas antara komunitas-komunitas yang diamati. Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa  secara  umum tipe komunitas  vegetasi habitat gajah di lokasi penelitian bisa dikatakan  relatif  sama. Hal ini  dapat dilihat dari nilai indeks  yang
dihasilkan  untuk semua tingkat  vegetasi   lebih dari 25. Menurut  Meuller- Dombois dan Ellenberg 1974  indeks kesamaan  komunitas  Jaccard  antara
25 hingga  50 menunjukkan  bahwa komunitas  yang dibandingkan merupakan bagian dari asosiasi  vegetasi  yang sama. Nilai tersebut diukur
berdasarkan  kehadiran  jenis dalam suatu komunitas. Kesamaan komunitas vegetasi disajikan pada Lampiran  7.
Tumbuhan  bawah  memiliki  kesamaan  dari seluruh  lokasi  penelitian. Derajat kesamaan  komunitas  terbesar  dimiliki lokasi  Air Senaba dan Simpang
Tiga  85,88. Dengan demikian  bisa dikatakan bahwa  lokasi  Air Senaba  dan Simpang Tiga mempunyai  kesamaan  pada vegetasi  tumbuhan bawah.
Lokasi  Air Senaba dan Batu Ampar  memiliki  indeks  kesamaan terbesar 77,72  untuk   vegetasi tingkat  semai. Sedangkan  pasangan lokasi Air Tenang
dan  Air Riki  hanya  36,72.  Pada tingkat pancang  indeks kesamaan  komunitas terbesar terdapat pada  pasangan lokasi Air Senaba dengan Simpang Tiga
82,64. Indeks kesamaan  komunitas  tertinggi  pada  tingkat tiang sebesar 79,60
terdapat di lokasi  Simpang Tiga dengan Air Sabai. Sedangkan lokasi Air Tenang dan Air Senaba memiliki  indeks  kesamaan komunitas tingkat tiang terendah
32,64. Lokasi  Air Riki dengan Batu Ampar  memiliki  indeks  kesamaan komunitas  tertinggi  untuk  tingkat pohon sebesar 74,30, sedangkan  indeks
kesamaan komunitas terendah untuk tingkat pohon terdapat pada pasangan lokasi Simpang Tiga dengan Air Riki.
Secara  umum  dapat dikatakan bahwa dari  indeks kesamaan  komunitas, keenam lokasi penelitian  yang dianalisis  sebagai representasi  dari habitat  gajah
menunjukkan  adanya  kesamaan similarity  antara  komunitas-komunitas  yang diteliti.  Adanya  kesamaan  komunitas ke enam lokasi  penelitian disebabkan
karena lokasi  habitat   gajah  di HPT PLG Seblat  merupakan  areal eks konsesi HPH  PT.  Maju Jaya  Raya Timber  yang sudah  berakhir  masa  konsesi pada
tahun 1999. Struktur  tegakan dapat juga dilihat dari kerapatan pohon dan pola
penyebaran menurut  kelas diameternya. Pola penyebaran kerapatan menurut kelas diameter dapat  menggambarkan kondisi  ekosistem hutan  yang
bersangkutan. Hasil analisis kerapatan menurut kelas diameter  untuk setiap lokasi penelitian  disajikan  pada  Tabel  24.
Tabel   24   Kerapatan pohon per  hektar  menurut  kelas  diameter Lokasi
Penelitian Kerapatan Pohonha Menurut Kelas Diameter cm
20-30 cm 30-40 cm
40-50 cm 50 cm
Air Tenang 101
84 30
4 Air Senaba
90 57
24 9
Simpang Tiga 69
73 20
9 Air Riki
87 84
30 4
Air Sabai 81
52 31
7 Batu Ampar
100 84
37 11
Hasil perhitungan menunjukkan  bahwa secara  keseluruhan, kerapatan pohon  yang berdiameter  20  –  30 cm  tertinggi  terdapat di Air Tenang 101
pohonha. Kerapatan pohon terendah  adalah yang berdiameter 50 cm masing- masing terdapat di Air Tenang dan Air Riki  sebanyak 4 pohonha.
Dari  komposisi jenis  tumbuhan   mempunyai  struktur kualitatif   yang berbeda. Lokasi  Air Tenang, Air Sabai,  Simpang Tiga, Air Riki    menyediakan
banyak  tumbuhan sumber pakan dari jenis  rumput pendek short grasses, semak dan herba serta beberapa  jenis  pakan  kesukaan gajah seperti: Angiopteris avecta,
Nephrolepis exaltata,  Axonopus compressus,  Colocasia gigantea,  Cynodon dactylon,  Desmodium dichotonum, Gleichenia linearis,  Tithonia diversifolia,
Achasma megalocheilas,  Cyperus compressus,  Ichnanthus vicinus,  Imperata cylindrica,  Panicum repens,  Paspalum conjungatum,  Nephelium lapaceum,
Dillenia excelsa,  Alstonia pneumetophora,  Garcinia parvifolia,  Pithecellobium jiringa,  Arthocarpus elasticus,  Mallotus paniculatus,  Macaranga gigantea,
Arthocarphus heterophyllus,    Peronema canescens, dan  Macaranga pruinosa. Gajah  menggunakan  lokasi  ini  sebagai tempat  untuk  aktivitas
makan. Lokasi  Batu Ampar dan  Air Senaba   mempunyai  struktur  kualitatif
vegetasi  yang dapat dikatakan  memenuhi  beberapa  fungsi  habitat, yaitu sebagai lokasi  makan, beristirahat dan berlindung  serta menjalin hubungan
sosial, karena terdapatnya jenis-jenis  tumbuhan pakan  kesukaan seperti: Cyperus compressus,  Ichnanthus  vicinus,  Imperata cylindrica,  Tithonia
diversifolia, Nephelium lapaceum,  Angiopteris avecta,  Garcinia mangostana, Dacryodes rostrata,  Arthocarpus elasticus, Mallotus paniculatus, Albizzia falkata
,  Acacia mangium, dan  Macaranga pruinosa,  Cynodon dactylon,  Desmodium dichotonum,    Setaria geniculata,  Carex  fragrans, Artocarphus heterophyllus,
Arthocarpus elasticus,  Santiria laevigata,  Nephrolepis exaltata auct ,  Digitaria ciliaris,  Paspalum conjungatum,  Vitex pubescens,  Macaranga gigantea,  dan
Garcinia parvifolia,  kerapatan  tumbuhan pada tingkat tiang dan pohon yang cukup tinggi,  pohon-pohon  dengan diameter besar dan bertajuk cukup rapat
yang  memungkinkannya  sebagai  naungan. Pohon-pohon  yang digunakan untuk menggosok-gosokkan badan  gajah
sesudah  aktivitas  berkubang rubbing trees juga  tersedia,  terlihat  dari   bekas atau tanda  lumpur  yang  menempel  pada  batang pohon bekas gosokan badan
gajah. Hal ini  menunjukkan bahwa kubangan gajah  terdapat di  sekitar lokasi ini. Diagram profil vege tasi di lokasi istirahat dan lokasi berkubang disajikan pada
Gambar 21 dan Gambar 22.
5.7. Tumbuhan  Pakan Gajah
Gajah adalah herbivora yang pakannya bersumber pada tumbuh-tumbuhan yang meliputi: daun, batang dan kulit batang, umbi, umbut, akar dan buah.  Di
habitat alaminya gajah menjelajah hutan dalam area yang sangat luas untuk memenuhi kebutuhan pakan kelompoknya, mengingat ukuran tubuhnya yang
besar yang membutuhkan makanan lebih banyak dibandingkan herbivora lainnya. Sukumar 1985 menyatakan bahwa,  meskipun gajah India adalah
pemakan segala jenis tumbuhan namun ada beberapa ordo yang paling sering dikonsumsinya sebanyak 68 dari jenis tumbuhan yang tercatat sebagai pakan
gajah, adalah dari  ordo Malvales dari suku  Malvaceae, Sterculiaceae,  dan Tilliaceae,  kemudian dari  suku  Leguminoceae, Palmae, Cyperaceae dan
Graminae. Dari hasil penelitian  ini menunjukkan  beberapa jenis pakan  gajah yang
dikonsumsi termasuk dalam suku  Annonaceae, Apocynaceae, Araceae, Arecaceae,  Asteraceae, Bambucaceae, Bombacaceae, Burseraceae,  Davalliaceae,
Dilleniaceae, Dipterocarpaceae,
Euphorbiaceae, Fabaceae,
Fagaceae, Flacourtiaceae,
Gleicbeniaceae, Guttiferae, Hernandiaceae,
Lauraceae, Malvaceae, Marattiaceae, Melastomataceae, Mimosaceae, Moraceae,
Pandanaceae, Poaceae, Sapindaceae, Sapotaceae, Theaceae, Thymeleaceae, Verbenaceae, dan Zingeberaceae.
5.7.1.  Jumlah  dan  Kerapatan  Jenis  Pakan  Gajah
Hasil analisis  data  jumlah jenis  pakan  gajah  di HPT  PLG Seblat menunjukkan  bahwa jumlah   jenis  pakan  gajah  dari tingkat  tumbuhan  bawah,
semai dan  pancang   untuk  masing- masing lokasi bervariasi. Jumlah jenis  pakan gajah disajikan pada  Tabel  25.
Tabel  25  menunjukkan bahwa  jumlah  jenis  tumbuhan  pakan gajah yang  terdapat di  lokasi  Air Tenang  memiliki  jumlah  yang  paling banyak 70
jenis, kemudian  lokasi   Air Senaba 67  jenis, Simpang Tiga 66 jenis, Air Riki 63 jenis,  Air Sabai  64 jenis dan  Batu Ampar  59 jenis  tumbuhan  pakan  gajah.
Bervariasi jumlah  jenis  pakan gajah  menunjukkan bahwa adanya perbedaan tipe vegetasi  dari  masing- masing   lokasi  penelitian.
Gambar  21  Diagram  profil vegetasi di lokasi  istirahat.
Gambar  22  Diagram  profil vegetasi di lokasi  berkubang.
Tabel  25  Jumlah   jenis  pakan  gajah  di  kawasan  HPT   PLG  Seblat Lokasi
Tumbuhan Bawah
Semai Pancang
Jumlah Air Tenang
31 20
19 70
Air Senaba 31
17 19
67 Simpang Tiga
30 16
20 66
Air Riki 28
19 16
63 Air Sabai
30 17
17 64
Batu Ampar 21
19 19
59 Kerapatan tumbuhan pakan gajah per hektar mencerminkan  banyaknya
individu  tumbuhan pakan  per hektar  yang  dapat menyediakan  pakan bagi gajah.  Kerapatan  tumbuhan pakan per hektar  di lokasi  penelitian disajikan pada
Tabel  26 . Tabel  26  Kerapatan  per  hektar tumbuhan  pakan gajah  di  HPT  PLG  Seblat
Lokasi Tumbuhan
bawah individuha
Semai individuha
Pancang individuha
Air Tenang 80500
15125 2700
Air Senaba 112500
16375 2400
Simpang Tiga 79000
9250 2600
Air Riki 115500
13500 2320
Air Sabai 98500
15375 2560
Batu Ampar 78000
17125 2680
Hasil analisis  terhadap kerapatan tumbuhan per hektar menunjukkan bahwa  tingkat tumbuhan  bawah  mendominasi dari kerapatan per hektar
dibandingkan  tingkat  vegetasi  yang lain semai dan pancang.  Lokasi  Air  Riki memiliki  kerapatan  tertinggi  untuk  tumbuhan bawah 115500 individuha.
Tingkat  semai  tertinggi  terdapat di  Batu Ampar  sebesar 17125  individuha. Lokasi Air Tenang  memiliki  kerapatan  tertinggi  untuk  tingkat  pancang
sebanyak  2700  individuha.
a. Air  Tenang
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, wawancara petugas dan masyarakat lokal serta studi pustaka, diperoleh sebanyak    70
jenis  tumbuhan pakan gajah Sumatera  yang terdiri  dari  tumbuhan bawah, tingkat semai dan
pancang. Jumlah jenis tumbuhan pakan gajah di Air Tenang dapat dilihat pada Gambar  23.
5 10
15 20
25 30
35
Tumbuhan bawah Semai
Pancang
Tingkat Tumbuhan Pakan Jumlah Jenis
Tumbuhan Pakan
Tumbuhan bawah Semai
Pancang
Gambar  23   Jumlah jenis tumbuhan pakan gajah di Air Tenang. Dari gambar  23  dapat diketahui bahwa pada tipe  komunitas hutan
sekunder  ditemukan jenis tumbuhan pakan gajah  Sumatera  dari berbagai tingkatan. Jumlah jenis tumbuhan pakan gajah di dominasi oleh tumbuhan bawah
memiliki  31  jenis,  tingkat semai  20 jenis dan pancang 19 jenis. Banyaknya jenis tumbuhan bawah  disebabkan karena lokasi Air Tenang
merupakan tipe vegetasi hutan sekunder  yang  banyak terdapat jenis  tumbuhan bawah  seperti;  Colocasia gigantea,  Cyperus compressus,  Desmodium
dichotonum,    Gleichenia linearis,  Ichnanthus vicinus,  Achasma megalocheilas, dan  Setaria geniculata.
Tingkat semai didominasi jenis  Macaranga pruinosa,  Mallotus paniculatus,  Peronema canescens,  Angiopteris avecta,  Nephellium lappaceum,
Garcinia mangostana, dan  Dillenia excelsa.
Macaranga pruinosa,  Arthocarpus elasticus,  Mallotus paniculatus,  Vitex pubescens, dan  Macaranga  gigantea  merupakan  jenis yang dominan  sebagai
pakan  gajah  pada tingkat  pancang.
b. Air  Senaba