Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,ekonomi dan
tekhnologi disuatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan berkurangnya
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
2.5 Penanggulangan Bencana
Penanggulangan bencana adalah keseluruhan aspek perencanaan kebijakan pembangunan yang berisiko bencana, kegiatan pada sebelum,
saat, dan sesudah terjadi bencana yang mencakup pencegahan bencana, mitigasi,kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan kondisi akibat
dampak bencana. Kegiatan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang mencakup penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi
Bencana adalah hasil dari munculnya kejadian luar biasa hazard pada komunitas yang rentan vulnerable sehingga masyarakat tidak
dapat mengatasi berbagai implikasi dari kejadian luar biasa tersebut. Manajemen bencana pada dasarnya berupaya untuk menghindari
masyarakat dari bencana baik dengan mengurangi kemungkinan munculnya hazard maupun mengatasi kerentanan. Terkait dengan
manajemen penanggulangan bencana, maka UU No 24 Tahun 2007 pasal 1 ayat 5 menyatakan bahwa :
“Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan, tanggap darurat dan rehabilita
si”. Rumusan penanggulangan bencana dari UU tersebut mengandung
dua pengertian dasar yaitu a.
Penanggulangan bencana sebagai sebuah rangkaian atau siklus. b.
Penanggulangan bencana dimulai dari penetapan kebijakan pembangunan yang didasari resiko bencana dan diikuti tahap
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam UU No.
24 tahun 2007 secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Siklus Bencana Sumber : www.palangmerahIndonesia
: Manajemen-Bencana.co.id, diunduh tanggal 10 Februari 2015
a. Tanggap Darurat
tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan,
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. b. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai
pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan
kehidupan masyarakat
pada wilayah
pascabencana c. Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada
tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat
pada wilayah pascabencana.
d. Kesiapsiagaan Bencana Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
e. Mitigasi Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
f. Peringatan Dini Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang 2.5.1
Tujuan Penanggulangan Bencana a.
Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana
b. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
c. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu,terkoordinasi, dan menyeluruh d.
Menghargai budaya local e.
Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta; f.
Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan
g. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat,
h. Berbangsa, dan bernegara.
2.5.2 Prinsip – Prinsip dalam Penanngulangan Bencana
a. Cepat dan Akurat - yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan
tepat” adalah bahwa dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan
keadaan b. Prioritas
– yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus
mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan
penyelamatan jiwa manusia. c. Koordinasi
– yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah bahwa penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi
yang baik dan saling mendukung. d. Keterpaduan
– yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai
sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerjasama yang baik dan saling mendukung.
e. Berdaya Guna – yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna”
adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang
berlebihan. f. Berhasil Guna
– yang dimaksud dengan “prinsip berhasil guna” adalah bahwa kegiatan penaggulangan bencana harus berhasil
guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu,tenaga, dan biaya yang berlebihan.
g. Transparasi – yang dimaksud dengan “prinsip transparasi”
adalah bahwa penanggulangan bencana yang dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
h. Akuntabilitas – yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas”
bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum
i. Kemitraan j. Pemberdayaan
k. Nondiskriminasi- yang
dimaksud dengan
“prinsip nondiskriminasi” bahwa dalam penanggulangan bencana tidak
memberikan perlakuan
yang berbeda
terhadap jenis
kelamin,suku,agama,ras, dan aliran politik apapun l. Nonproletisi
– yang dimaksud dengan “prinsip nonproletisi” adalah bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada
saat keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.
2.6 Kerangka Berpikir