Kerangka Berpikir LANDASAN TEORI

guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang waktu,tenaga, dan biaya yang berlebihan. g. Transparasi – yang dimaksud dengan “prinsip transparasi” adalah bahwa penanggulangan bencana yang dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. h. Akuntabilitas – yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas” bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum i. Kemitraan j. Pemberdayaan k. Nondiskriminasi- yang dimaksud dengan “prinsip nondiskriminasi” bahwa dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin,suku,agama,ras, dan aliran politik apapun l. Nonproletisi – yang dimaksud dengan “prinsip nonproletisi” adalah bahwa dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.

2.6 Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir merupakan bagian yang memaparkan dimensi- dimensi kajian utama, faktor-faktor kunci dan hubungan-hubungan antara dimensi yang disusun dalam bentuk narasi dan grafis. Banjarnegara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai daerah dengan kemiringan yang tinggi. Kabupaten Banjarnegara sendiri merupakan wilayah berbukit dan salah satu daerah yang rawan akan bencana tanah longsor. Potensi kejadian tanah longsor di kawasan pegunungan daerah Kabupaten Banjarnegara sangat besar, selalu terjadi dari tahun ke tahun. Dalam 5 tahun terakhir menurut data dari BPBD Banjarnegara tercatat 15 kali mengalami bencana tanah longsor. Selama musim hujan yaitu pada bulan November- Desember 2014 Kabupaten Banjarnegara terdapat 25 titik longsor. Ke 25 titik rawan longsor tersebut dibagi dalam delapan desa yang terbagi dalam enam kecamatan, dari jumlah keseluruhan 16 kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara. Titik longsor itu biasanya ada di daerah perbukitan yang tanahnya rentan gerak. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 maka dibentuklah Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam hal penanggulangan bencana.Agar penanggulangan bencana dapat terakomodir dengan baik maka di tiap daerah dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah serta berdasarkan potensi bencana yang ada di Kabupaten Banjarnegara maka pemerintah Kabupaten Banjarnegara mengeluarkan Peratuan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara. Di dalam Perda tersebut disebutkan bahwa BPBD Kabupaten Banjarnegara adalah perangkat daerah Kabupaten yang dibentuk dalam rangka menjalankan tugasnya untuk melaksanakan penanggulangan bencana. Dalam melaksanakan tugasnya, BPBD mempunyai kendala yaitu kurangnya Sumber Daya Manusia SDM yang berkompeten di bidang penanggulangan bencana serta sarana dan prasarana yang kurang memadai. BPBD merupakan sektor yang diharapkan mampu menangani bencana alam di daerah terdampak bencana, baik sebelum bencana, saat bencana dan pra bencana. Sehingga BPBD diharapkan mampu melakukan penanganan bencana alam secara cepat, tepat, efektif dan efisien dengan cara melakukan pengurungan resiko bencana melalui kegiatan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Peran aktif masyarakat juga diharapkan untuk mendukung kegiatan pengurangan resiko bencana. Dari upaya-upaya tersebut dimungkinkan dapat mengurangi dampak bencana dan juga meminimalisir korban akibat bencana alam. Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Bencana Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara Pelaksanaan Perda Nomor 3 Tahun 2011 Faktor Pendukung Faktor Penghambat Upaya untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan Perda 40

BAB III METODE PENELITIAN