sedangkan nilai thitung sangat rendah, maka kemungkinan terdapat multikolinearitas dalam model tersebut. Beberapa prosedur koreksi jika
multikolinearitas ditemukan adalah dengan memperbesar ukuran sampel atau menghilangkan salah satu atau beberapa variabel yang mempunyai korelasi tinggi
dari model regresi atau dengan mentranformasi variabel nilai variabel yang
digunakan mundur satu tahun. 3.8.3 Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah adanya variansi variabel dalam model regresi tidak sama konstan. Salah satu cara untuk mendiagnosis adanya
heteroskedastisitas dalam suatu model regresi adalah dengan uji Glesjer. Uji ini dilakukan dengan membuat model regresi yang melibatkan nilai absolut residual
│e│, sebagai variabel dependen terhadap semua variabel independen. Jika semua variabel independen signifikan secara statistik, maka terdapat
heteroskedastisitas. Untuk menghilangkan heteroskedastisitas dilakukan dengan mentransformasi variabel menjadi log, kemudian di antilog kan sehingga
diperoleh model regresi yang baru Algifari, 2000: 88.
3.8.4 Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara anggota –anggota serangkaian
observasi yang tersusun dalam rangkaian waktu atau yang tersusun dalam rangkaian ruang Sumodiningrat, 1999: 231.
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu data time
series. Uji autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang dianalisis merupakan data time series Gujarati, 1993.
dimana: d = nilai Durbin Watson
Σe
i
= jumlah kuadrat sisa
Nilai Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan nilai d-
tabel
. Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut:
1. Jika d dl, berarti terdapat autokorelasi positif 2. Jika d 4
– dl, berarti terdapat autokorelasi negatif 3. Jika du d 4
– dl, berarti tidak terdapat autokorelasi 4. Jika dl d du atau 4
– du, berarti tidak dapat disimpulkan
58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini obyek penelitian yang digunakan adalah laporan keuangan 30 KPRI di Kota Semarang selama periode tahun 2010 sampai dengan
tahun 2011. Dalam kurun waktu tersebut terdapat 115 KPRI yang menjadi populasi dalam penelitian. Jumlah 115 KPRI tersebut merupakan KPRI yang
terdaftar di DISPERINDAGKOP Kota Semarang.Dari 115 KPRI tersebut kemudian didapatkan sampel sebanyak 30 KPRI yang dijadikan obyek
penelitian.
4.1.2 Jenis Usaha KPRI
KPRI di Kota Semarang yang menjadi anggota dari KPRI berjumlah 115 dan bergerak dibidang usaha pertokoan, simpan pinjam, wartel, foto copy, dan
lain-lain.Dari 115 KPRI tersebut 30 diantaranya dijadikan sampel dalam penelitian ini. Jenis usaha yang dijalankan oleh 30 KPRI yang dijadikan sampel
antara lain sebagai berikut:
1. Pertokoan
Usaha pertokoan yang ada menyediakan berbagai barang kebutuhan sehari-hari anggota dan masyarakat pada umumnya, antara lain kebutuhan
sembilan bahan pokoksembako, barang elektronik dan lain-lain. Barang-barang kebutuhan tersebut dijual secara tunai dan kredit.