Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Koperasi lahir sebagai reaksi terhadap sistem liberalisme ekonomi pada permulaan abad ke19, yang pada waktu itu sekelompok kecil pemilik-pemilik modal menguasai kehidupan masyarakat. Mereka hidup berlebih sedangkan sekelompok besar dari masyarakat yang lemah kedudukan sosial ekonominya makin terdesak. Pada saat itulah tumbuh gerakan Koperasi, yang menentang aliran individualisme dengan asas kerja sama dan bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Bentuk kerja sama ini melahirkan perkumpulan Koperasi. Dalam tata perekonomian nasional kita, sangat diharapkan agar Koperasi Indonesia dapat menempati posisi dan kedudukan yang penting. Bahkan Koperasi Indonesia diharapkan menjadi soko guru perekonomian nasional Indonesia. Koperasi Indonesia mempunyai dasar konstitusional yang kuat, yakni UUD 1945 pasal 33 ayat 1 berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dalam penjelasan dari pasal tersebut dikatakan bahwa produksi dikerjakan oleh semua untuk semua, di bawah pimpinan atau kepemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Oleh karena itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan . Menurut UU No. 25 Tahun 1992, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Koperasi Pegawai Republik Indonesia KPRI adalah Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari para Pegawai Negeri Republik Indonesia dalam suatu daerah kerja. Koperasi Pegawai Republik Indonesia KPRI merupakan salah satu jenis Koperasi yang membutuhkan modal yang cukup untuk menggerakkan dan meningkatkan seluruh bidang usahanya. Sebagian besar KPRI dalam mengelola usahanya lebih mengutamakan menggunakan Modal Sendiri daripada Modal Pinjaman. Koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia, meskipun tidak berorientasi mencari keuntungan semata akan tetapi usaha-usaha yang dikelola harus tetap memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan kemampuan usaha. Keuntungan di dalam Koperasi biasa disebut dengan istilah Sisa Hasil Usaha SHU. Berdasarkan UU No.25 Tahun 1992 Pasal 45 Ayat 1 Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Jumlah Sisa Hasil Usaha yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan meningkat merupakan faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian dalam menilai keuntungan suatu Koperasi. Stabilitas usaha menunjukkan kemampuan Koperasi menggunakan modalnya secara efisien sehingga memperoleh keuntungan yang besar. Adapun faktor yang mempengaruhi SHU terdiri dari faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam seperti partisipasi anggota, jumlah Modal Sendiri, kinerja pengurus, jumlah unit usaha yang dimiliki, kinerja manajer, dan kinerja karyawan. Sedangkan faktor dari luar seperti modal pinjaman dari luar, para konsumen dari luar selain anggota Koperasi dan pemerintah Tri Ruli Yanti, 2005. Semakin besar SHU yang diperoleh Koperasi akan meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Untuk meningkatkan perolehan SHU sangat tergantung dari besarnya modal yang berhasil dihimpun oleh Koperasi untuk menjalankan usahanya. Modal Koperasi terdiri dari Modal Sendiri dan Modal Pinjaman. Modal Sendiri dapat berasal dari: Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan Modal Pinjaman dapat berasal dari: anggota, Koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta sumber lainnya yang sah. Hubungan modal Koperasi dengan perolehan Sisa Hasil Usaha SHU juga tergantung pada peran aktif anggotanya untuk tetap mempertahankan untuk menjadi anggota, artinya setiap anggota tidak akan meninggalkan Koperasinya. Oleh karena itu fungsi pendidikan bagi anggota harus terus-menerus dilaksanakan untuk mempertahankan mereka mempercayai Koperasinya, bahwa pengelolaan Koperasi benar-benar sehat, baik sehat organisasi maupun sehat usaha. Dalam setiap tahunnya SHU yang diperoleh Koperasi disisihkan dan dibagi untuk keperluan: cadangan koperasi, jasa anggota, dana pengurus, dana pegawai, dana pendidikan, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja. Adapun cara dan besarnya penyisihan SHU ditetapkan dalam Rapat Anggota Tahunan RAT masing-masing Koperasi. Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu banyak, maka perolehan SHU bagi Koperasi pada setiap tahun menjadi sangat penting. Melalui SHU, Koperasi dapat memupuk Modal Sendiri yaitu dengan dana cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU, apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal. Oleh sebab itu apabila Koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam setiap tahunnya dengan sendirinya akan memperkuat struktur finansialnya. Pada KPRI Kota Semarang, setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha. Mengingat fungsi SHU yang sangat penting bagi kelangsungan hidup KPRI, maka usaha-usaha yang dijalankan harus senantiasa dapat meningkatkan perolehan SHU. Dengan pengelolaan Modal Sendiri yang baik diharapkan akan memberikan manfaat yang dapat mendatangkan keuntungan Sisa Hasil Usaha SHU bagi Koperasi. Jika Modal Sendiri naik maka Sisa Hasil Usaha yang diperoleh akan naik juga. KPRI Kota Semarang adalah Koperasi yang usahanya bertumpu pada usaha pertokoan, simpan pinjam dan aneka jasa, berbagai jenis usaha ini dikelola oleh KPRI se Kota Semarang. Simpanan Wajib dan Simpanan Pokok merupakan Modal Sendiri yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan usaha pada KPRI Kota Semarang. Modal Sendiri yang diperoleh dari simpanan anggota digunakan Koperasi untuk usaha simpan pinjam dengan didukung oleh kemampuan permodalan yang cukup besar diharapkan akan diperoleh SHU yang cukup besar pula. Dalam setiap tahunnya KPRI Kota Semarang membuat Laporan Tahunan Pengurus dan Pengawas yang berisi tentang laporan pertanggungjawaban pengurus kepada Rapat Anggota atas kegiatan Koperasi dan usahanya yang dilakukan selama satu tahun. Adapun tujuan dibuatnya laporan tersebut untuk mengevaluasi sampai sejauh mana perkembangan yang telah dicapai oleh KPRI Kota Semarang. Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu banyak, maka perolehan SHU bagi Koperasi pada setiap tahun menjadi sangat penting. Melalui SHU, Koperasi dapat memupuk Modal Sendiri yaitu dengan dana cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU, apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal. Oleh sebab itu apabila Koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam setiap tahunnya dengan sendirinya akan memperkuat struktur finansialnya. Pada KPRI Kota Semarang, setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha. Mengingat fungsi SHU yang sangat penting bagi kelangsungan hidup KPRI, maka usaha-usaha yang dijalankan harus senantiasa dapat meningkatkan perolehan SHU. Dengan pengelolaan Modal Sendiri yang baik diharapkan akan memberikan manfaat yang dapat mendatangkan keuntungan Sisa Hasil Usaha SHU bagi Koperasi. Jika Modal Sendiri naik maka Sisa Hasil Usaha yang diperoleh akan naik juga. KPRI Kota Semarang adalah Koperasi yang usahanya banyak bertumpu pada pertokoan, simpan pinjam dan aneka jasa. Simpanan Wajib dan Simpanan Pokok merupakan Modal Sendiri yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan usaha pada KPRI Kota Semarang. Modal Sendiri yang diperoleh dari simpanan anggota digunakan Koperasi untuk usaha simpan pinjam dengan didukung oleh kemampuan permodalan yang cukup besar diharapkan akan diperoleh SHU yang cukup besar pula. Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan analisis lebih lanjut temuan- temuan empiris mengenai struktur modal. Khususnya yang menyangkut kegunaannya dalam pengaruh terhadap sisa hasil usaha. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu 1 variabel independen; Debt to Equity Ratio DER dan Debt to Total Asset Ratio DAR, 2 Variabel Dependen ; Sisa Hasil Usaha. Diadopsi dari variabel yang digunakan pada penelitian sebelumnya dan berbagai sumber dari literatur lain. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variabel Struktur Modal dapat membantu memberikan informasi dan mengevaluasi keadaan finansial masa lalu, sekarang serta untuk memproyeksi hasil atau laba yang akan datang, serta berdasarkan penelitian terdahulu membuktikan ada hubungan variabel struktur modal terhadap sisa hasil usaha, sehingga penelitian ini akan membahas mengenai “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Sisa Hasil Usaha SHU Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia KPRI Se Kota Semarang”

1.2 Perumusan Masalah