Strategi Pengelolaan Perikanan Jaring Arad

64 • Pembatasan jumlah jaring arad yang dapat beroperasi di wilayah perairan Kota Tegal 3-4 mil sesuai undang-undang otonomi daerah, kecuali diatas 4 mil. • Penentuan zonasi daerah penangkapan jaring arad, yaitu hanya boleh beroperasi pada jalur Ib keatas 3 mil. • Pelaksanaan monitoring, pengawasan, dan evaluasi yang dilakukan oleh dinas perikanan Kota Tegal dan instansi terkait yang dibantu oleh nelayan SISWASMAS • Melakukan kegiatan sosialisasi pada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan wilayah pesisir dan laut berkelanjutan dengan melakukan penyuluhan maupun penyebaran informasi melalui media cetak maupun media elektronik. Penerapan kebijakan di sektor perikanan dan kelautan di Indonesia diperlukan suatu instrumen kelembagaan dan hukum yang memadai karena selama ini implementasi dan penegakan hukum law enforcement dinilai masih lemah dan sanksi hukum bagi pelanggar terlalu ringan. Disamping itu masih sering terjadi tumpang tindih kebijakan yang menimbulkan konflik kewenangan. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pengelolaan sumberdaya perikanan ditangani lebih dari satu departemen dan mempunyai kewenangan terpisah yang tentu saja memiliki kepentingan yang berbeda pula. Lemahnya koordinasi diakibatkan oleh belum adanya sistem atau lembaga yang mampu mengkoordinasikan setiap kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan.

4.2.6 Strategi Pengelolaan Perikanan Jaring Arad

Sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya yang dapat pulih dan lestari, namun bila tidak dikelola dengan baik niscaya sumberdaya ini akan habis dan tidak memberikan manfaat optimum. Permasalahan utama yang selalu dihadapi oleh perikanan tangkap adalah penurunan hasil tangkapan yang disebabkan oleh penangkapan yang berlebihan serta degradasi terhadap sumberdaya di wilayah pesisir. Kondisi ini mewajibkan bagi pengelola stakeholder untuk mengelola sumberdaya wilayah pesisir dengan baik, yaitu mengoptimalkan tingkat pemanfaatan dengan memperhatikan keberlanjutan. Agar kegiatan penangkapan dapat berkelanjutan harus diupayakan agar laju 65 penangkapan menghasilkan jumlah tangkapan yang seimbang dengan laju pertumbuhan stok ikan. Kond isi lingkungan perairan pantai utara Jawa sejak lama telah diidentifikasi dalam keadaan yang semakin memprihatinkan Dwiponggo,1988; Nikijuluw, 2002 dan Aziz et al. 1998. Penelitian ini menghasilkan indikasi bahwa jumlah sumberdaya ikan di perairan Kota Tegal terlalu sedikit untuk armada yang ada dengan luas wilayah perairan yang sangat sempit. Kondisi tersebut menyebabkan secara ekonomi tidak layak, dan ditinjau dari sisi sumberdaya telah terjadi degradasi. Oleh karena itu, perikanan tangkap di pesisir Kota Tegal harus segera ditangani dengan menggunakan beberapa strategi. Menurut Holden 2004 diacu dalam Bintoro 2005 bahwa alokasi hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan telah dijadikan rekomendasi dalam pengelolaan sumberdaya ikan yang sifatnya share stock antar negara seperti untuk ikan plaice, round fish, cod, haddock, dan whitting di Laut Utara sistem TAC, ikan tuna di Samudera Pasifik, Atlantik dan Hindia sistem quota dan stok mackerel di perairan English dan Bristol Channel pembatasan jumlah alat tangkap dan closed season. Berdasarkan hal tersebut sistem yang paling tepat untuk diterapkan dalam pengelolaan perikanan jaring arad di Kota Tegal adalah pembatasan jumlah jaring arad, closed season dan pelarangan pengoperasian jaring arad pada wilayah pesisir kurang dari 3 mil. Diketahui bahwa sumberdaya di wilayah pesisir pantai utara Jawa telah mengalami tangkap lebih demikian pula halnya yang terjadi di wilayah pesisir Kota Tegal. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa masalah data statistik perikanan yang ada masih sangat minim sekali bahkan sampai saat ini produksi perikanan jaring arad belum terdata dengan baik, sebagian besar nelayan jaring arad tidak melaporkan hasil tangkapannya kecuali hasil tangkapan ikan yang dilelang di TPI itupun dalam jumlah kecil. Oleh karena itu masalah data statistik perikanan menjadi prioritas karena dari data tersebut dapat dijadikan dasar dalam menentukan jumlah alat tangkap jaring arad yang dapat beroperasi yang disesuaikan denga n daya dukungnya. Wilayah perairan Kota Tegal berdasarkan undang-undang otonomi daerah hanya mempunyai wilayah perairan seluas 13 dari 12 mil 4 mil dengan panjang pantai 7,5 km. Dengan luasan tersebut maka wilayah perairan Kota Tegal sangat 66 sempit dengan jumlah nelayan yang beroperasi sangat banyak. Berdasarkan peraturan pemerintah tentang jalur-jalur penangkapan ikan, daerah penangkapan IA 1-3 mil hanya alat tangkap yang tidak aktif dapat beroperasi. Berdasarkan hal tersebut maka jaring arad hanya dapat beroperasi pada daerah 3-4 mil. Dasar pemikiran bahwa luasan perairan Kota Tegal yang semakin sempit maka jumlah jaring arad yang beroperasi harus dikurangi. Alternatif daerah penangkapan jaring arad diarahkan pada wilayah perairan diatas 4 mil. Program yang berhubungan dengan penyadaran nelayan yang berkaitan dengan keberlanjutan diharapkan dapat menjadikan sektor perikanan di Kota Tegal menjadi penopang kehidupan dan kesejahteraan bagi masyarakat nelayan. Strategi yang harus dilakukan agar alat tangkap jaring arad yang berbasis di Kota Tegal dapat berkelanjutan yaitu pemanfaatan sumberdaya ikan dan udang sesuai potensi lestari dengan menggunakan teknologi penangkapan yang ramah lingkungan. Program untuk strategi tersebut adalah : 1 Melakukan pendataan hasil tangkapan ikan dan udang dengan mewajibkan nelayan mempunyai log book dan melaporkan ke TPI. 2 Membentuk lembaga khusus pada dinas perikanan Kota Tegal yang menangani masalah data dan informasi perikanan. 3 Menentukan jumlah alat tangkap yang dapat dioperasikan di wilayah pesisir Kota Tegal pada daerah penangkapan 3-4 mil. Jaring arad yang ada di Kota Tegal rata-rata dioperasikan selama 3 jam towing, dengan kecepatan towing rata-rata selama 1,5 knot 2,778 kmjam. Luas perairan Kota Tegal yang dapat dioperasikan nelayan jaring arad berdasarkan undang-undang otonomi daerah dan peraturan pemerintah mengenai jalur-jalur penangkapan ikan yaitu pada daerah penangkapan 3-4 mil seluas 13,5 km 2 , swept area jaring arad adalah sebesar 0,0075 km 2 . Berdasarkan pada data swept area jaring arad, maka jumlah armada yang sebaiknya dioperasikan adalah sebanyak 180 unit. Jika 180 unit armada jaring arad ini semuanya beroperasi maka akan terjadi penumpukan pengoperasian dengan alat tangkap lain pada daerah penangkapan yang sama dan dapat menyebabkan terjadinya konflik, 67 sehingga jumlah jaring arad yang dapat dioperasikan pada luasan perairan tersebut dikurangi setengahnya yaitu sebanyak 90 unit. Perhitungan swept area disajikan pada Lampiran 3. 4 Pengenalan dan pelatihan kepada nelayan tentang teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Program ini dapat dilakukan karena di Kota Tegal telah ada Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan BPPP. 5 Melakukan kajian-kajian keilmuan tentang penyadaran masyarakat dala m pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ramah lingkungan. 6 Mengembangkan kerjasama dengan kalangan akademisi dan lembaga- lembaga penelitian sebagai pelaksana pengembangan teknologi penangkapan yang ramah lingkungan. Produktivitas nelayan jaring arad di Kota Tegal masih rendah, hal itu ditunjukkan dengan kepasrahan nelayan terhadap hasil tangkapan, mereka tidak berusaha bagaimana meningkatkan pendapatan, yang terpenting yaitu dapat mencukupi kebutuhan sehari- hari. Terbukanya pasar dan meningkatnya permintaan akan ikan dapat menjadikan pendapatan nelayan jaring arad meningkat tentunya dengan perbaikan penanganan hasil, baik pada saat di atas kapal maupun pada saat akan dipasarkan karena hasil tangkapan selama ini nilai jualnya sangat rendah. Nelayan jaring arad mengabaikan faktor kualitas dan hanya mengejar jumlah tangkapan padahal kondisi sumberdaya ikan di pesisir pantai utara Jawa telah mengalami tangkap lebih, proses pasca panen akan mempengaruhi pendapatan nelayan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga strategi yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut yaitu peningkatan produktivitas dan nilai tambah usaha perikanan melalui pemanfaatan sumberdaya perikanan berkelanjutan bagi masyarakat maupun pendapatan asli daerah . Program untuk strategi tersebut adalah : 1 Penyediaan berbagai prasarana produksi perikanan khususnya nelayan skala kecil, karena prasarana produksi yang ada selama ini hanya dikuasai oleh pemodal, sehingga produk perikanan nelayan skala kecil kualitasnya sangat rendah. Hal ini berdampak terhadap harga jual yang pada akhirnya pendapatan nelayan skala kecil tidak layak. Kondisi yang demikian 68 menyebabkan nelayan skala kecil hidupnya selalu berada dibawah garis kemiskinan. 2 Pelatihan kepada nelayan dan pelaku usaha perikana n dalam penanganan produk dan mutu yang baik. Program ini sangat penting mengingat selama ini produk perikanan yang dipasarkan kurang memperhatikan keamanan bagi konsumen terutama masalah kesehatan. Hal ini dapat diketahui dengan banyaknya nelayanbakul menggunakan bahan pengawet yang sangat berbahaya seperti formalin, borak dan pestisida baygon. 3 Membangun industri kecil perikanan yang berbasis masyarakat. Selama ini hasil tangkapan ikan nelayan jaring arad hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak ataupun dijadikan ikan asin, dengan dibangunnya industri kecil diharapkan hasil tangkapan tersebut dapat mempunyai nilai tambah seperti ikan- ikan yang berukuran besar dapat dijadikan produk surimi dengan menggunakan alat pemisah tulang dan daging ikan. Sedangkan tulang ikan dapat diolah menjadi tepung ikan. Program pemanfaatan ikan menjadi surimi skala kecil telah dilakukan di Provinsi Papua dengan memanfaatkan HTS pukat udang. 4 Penyuluhan dan pembinaan kesadaran masyarakat untuk menjaga sarana fisik yang telah dibangun. Program ini sangat penting karena masih sangat sedikit masyarakat kita yang mempunyai kesadaran tentang hal itu, mereka selalu bergantung pada petugas. Faktor yang selalu menjadi kendala bagi pengembangan perikanan tangkap adalah masalah permodalan. Selama ini nelayan jaring arad selalu tergantung pada bakul yang bertindak sebagai patron. Hal ini disebabkan karena belum adanya lembaga keuangan yang dapat menggantikan peran mereka. Pendapatan nelayan jaring arad saat ini hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari, mereka tidak dapat meningkatkan hasil tangkapan karena keterbatasan modal yang berpengaruh pada jangkauan daerah penangkapan yang hanya disekitar pesisir pantai. Upaya penangkapan pada daerah yang lebih jauh tentunya harus didukung oleh armada penangkapan dan modal yang lebih besar. Nelayan dalam satu kali trip membutuhkan waktu lebih dari 2 hari. Oleh sebab itu diperlukan suatu strategi untuk mengatasi hal tersebut yaitu peningkatan 69 penyediaan sumber pendanaan bagi kegiatan di sektor perikanan yang didasarkan pada asas kerakyatan. Program untuk strategi tersebut adalah : 1 Memfasilitasi hubungan antara lembaga keuangan bank dengan nelayan dalam menyusun kelayakan usaha. Telah diketahui bahwa sebagian nelayan skala kecil Kota Tegal khususnya nelayan jaring arad tingkat pendidikannya sangat redah, hal ini tentunya menyulitkan pihak pemberi pinjaman lembaga keuangan untuk memberikan modal karena adanya persyaratan administrasi sehingga diperlukan fasilitator. 2 Menyusun strategi kemitraaan antara pengusaha dan nelayan yang dilindungi oleh pemerintah. Program kemitraan yang telah berhasil meningkatkan pendapatan nelayan yaitu di pangandaran, program ini tentunya dapat menguntungkan kedua belah pihak. Program kemitraan selama ini banyak difasilitasi oleh Departemen Kelautan dan Perikanan. 3 Pembinaan terhadap lembaga keuangan yang telah ada ditingkat nelayan. 4 Pembentukan BPR khusus untuk melanyani masyarakat nelayan dengan persyaratan ringan dan bunga pinjaman rendah. Program ini dibentuk karena selama ini nelayan melakukan pinjaman dengan bakul dengan bunga yang sangat tinggi tetapi mereka dapat membayar pinjaman tersebut. Peluang ini dapat dimanfaatkan karena dengan terbentuknya BPR maka beban nelayan untuk membayar pinjaman semakin kecil. 5 Mengaktifkan koperasi dan menjadikannya sebagai lembaga keuangan mikro yang mandiri. Agar hasil tangkapan jaring arad mampu memberikan manfaat bagi masyarakat di wilayah pesisir Kota Tegal maka peningkatan kualitas sumberdaya manusia sangat penting untuk dilakukan. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi pengelolaan yang berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan dan partisipasi masyarakat secara luas dalam pembangunan di wilayah pesisir Kota Tegal. Hal ini dimaksudkan agar produksi yang dihasilkan dari sektor perikanan terutama perikanan tangkap dapat memberikan efek manfaat ekonomi secara luas bagi masyarakat Kota Tegal, strategi yang dilakukan yaitu pemberdayaan masyarakat nelayan dalam pengo lahan hasil perikanan. 70 Program untuk strategi tersebut adalah: 1 Memberikan pelatihan dan penyuluhan tentang kewirausahaan. 2 Pembentukan kelompok industri kecil dan menengah dengan sistem manajemen yang maju. 3 Mengadakan program pendampingan bagi industri rumah tangga dan kecil 4 Pemberian paket bantuan yang diberikan secara bergulir. Selama ini peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya perikanan sangat banyak, bahkan terkesan saling tumpang tindih. Hal ini menyebabkan stakeholder di bidang perikanan menjadi tidak menentu karena ketidakpastian hukum yang ada. Akibatnya terjadi kesalahan dalam pengelolaan karena banyaknya terjadi pelanggaran baik yang dilakukan oleh nelayan maupun aparat pemerintah. Daerah penangkapan Kota Tegal yang sempit mengharuskan nelayan melakukan penangkapan pada wilayah otonomi daerah lain. Sumberdaya ikan akan selalu berpindah-pindah tetapi dalam pengelolaannya menjadi kewenangan daerah yang mempunya i wilayah perairan tersebut. Hal inilah yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah Kota Tegal, karena sebagian besar nelayan Kota Tegal menangkap ikan bukan di wilayah otonominya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar tidak terjadi konflik dengan pemerintah daerah lain, yaitu dengan pembagian retribusi dari hasil tangkapan, sesuai dengan daerah penangkapan. Upaya ini dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh semua stakeholders yang terkait, serta didukung oleh data yang akurat terutama jumlah tangkapan dan daerah penangkapan ikan. Upaya untuk memperbaiki sumberdaya perikanan di wilayah pesisir Kota Tegal dan Laut Jawa yang telah over fishing, tidak hanya dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Tegal tetapi oleh semua wilayah yang ada di pesisir pantai Utara Jawa yaitu dengan melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan secara bersama dan terpadu. Pengelolaan ini dimaksudkan agar semua kebijakan yang diterapkan disetiap daerah tidak bertentangan, tanpa pengelolaan yang baik, justru akan menimbulkan kebijakan yang berbeda setiap daerah dan dapat memicu timbulnya konflik pemanfaatan antar daerah 71 Kondisi ini apabila tidak segera diperbaiki dapat mengakibatkan suatu kerugian yang sangat besar seperti terjadinya konflik pemanfaatan antar nelayan serta terjadinya degradasi sumberdaya, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya kemiskinan pada nelayan terutama nelayan skala kecil. Strategi yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut yaitu penyusunan Peraturan daerah tentang pengelolaan perikanan tangkap. Program untuk strategi tersebut adalah : 1 Melakukan penelitian dan pengkajian ya ng berkaitan dengan sumberdaya perikanan di wilayah perairan Kota Tegal 2 Penyusunan PERDA yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan wilayah pesisir dalam pengelolaan sumberdaya perikanan 3 Mengaktualisasikan dan merevisi berbagai peraturan daerah yang telah ada sehingga sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat 4 Mensinergikan peraturan daerah Kota Tegal dengan daerah lain serta peraturan pusat yang telah ada. Kelemahan yang selalu timbul dalam setiap penerapan peraturan adalah masalah kesiapan aparat dalam melakukan pengawasan dan penegakan hukum. Untuk kawasan perairan pantai utara jawa dengan jumlah nelayan yang beroperasi sangat banyak, menggunakan berbagai macam alat tangkap baik yang legal ataupun illegal membutuhkan suatu pengawasan yang sangat ketat dan kontinyu serta sering dilakukan koordinasi dengan pengelola kabupatenkota. Hal ini dilakukan karena dalam pengelolan sumberdaya perikanan tangkap tidak dapat dikelola secara sendiri-sendiri karena nelayan dalam melakukan penangkapan ikan selalu bergerak mengejar target. Strategi yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu peningkatan pengawasan dan penegakan hukum di wilayah pesisir dan laut. Program untuk strategi tersebut adalah : 1 Menambah aparat pengawas yang bertugas di lapangan 2 Peningkatan kualitas aparat penegak hukum melalui pendidikan 3 Meningkatkan sarana operasional pengawasan laut dengan menambah armada kapal pengawas 72 4 Melakukan koordinasi dengan lembaga- lembaga yang terlibat dalam pengawasan 5 Menggalang partisipasi masyarakat pesisir dalam pengawasan kegiatan di kawasan pesisir dan laut 6 Pemberian sanksi hukum yang konsisten dan konsekuen bagi setiap pelanggar. Penambahan jumlah penduduk di wilayah pesisir Kota Tegal tanpa diimbangi dengan penyediaan lapangan pekerjaan merupakan ancaman bagi keberlanjutan sumberdaya perikanan. Karena dengan kondisi saat ini perikanan di pantai utara Jawa telah mengalami tekanan yang sangat berat sehingga diperlukan suatu strategi agar perikanan di Kota Tegal dapat berkelanjutan serta memberikan manfaat kesejahteraan, strategi yang dapat diterapkan yaitu membuka lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha bagi masyarakat pesisir sehingga tercapai peningkatan indeks kesejahteraan. Program untuk strategi tersebut adalah : 1 Pengembangan sumber pendapatan alternatif selain yang berasal dari sektor perikanan mengingat sumberdaya perikanan tangkap di pantai Utara Jawa jumlahnya sangat sedikit. Sehingga jumlah nelayan yang beroperasi harus dibatasi agar hasil tangkapan dapat memberikan kehidupan yang layak bagi nelayan Kota Tegal. 2 Relokasi nelayan ke daerah yang jumlah nelayannya kurang tetapi memiliki potensi sumberdaya perikanan yang berlimpah. Relokasi ini dilakukan karena jumlah nelayan yang ada telah melebihi kemampuan wilayah penangkapan Kota Tegal. 3 Pemberian nilai tambah bagi masyarakat pesisir untuk mengurangi kemiskinan dengan meningkatkan keterampilan. 4 Peningkatan akses dan pelayanan sosial yang didukung dengan prasarana dasar masyarakat melalui berbagai bentuk kegiatan yang melibatkan masyarakat. 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan