3 Pengoperasian alat tangkap jaring arad di Kota Tegal di sekitar wilayah
pesisir pada jalur I A 0-3 mil bersama-sama dengan alat tangkap lain yang sifatnya tidak aktif tentunya dapat berdampak buruk karena akan memicu
timbulnya konflik pemanfaatan. Hal ini didasarkan pada potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di pantai Utara Jawa telah mengalami tangkap
lebih over fishing. Kondisi ini harus segera diantisipasi oleh pemerintah Kota Tegal yaitu dengan melakukan pengaturan melalui pengelolaan sumberdaya
perikanan di wilayah pesisir dan laut secara baik dan benar dengan berazaskan pada kelestarian sumberdaya dan keberlanjutan kegiatan perikanan.
1.2 Perumusan Masalah
Konflik kepentingan yang terjadi di wilayah pesisir dan laut dari hari kehari terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan
intensitas kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan laut. Terjadinya over fishing, illegal fishing
dan degradasi fisik habitat perairan merupakan sebagian dari akibat negatif yang ditimbulkan. Lebih ironis lagi, bahwa sebagian besar
penduduk di wilayah pesisir yang bermata pencaharian sebagai nelayan merupakan kelompok masyarakat miskin di tanah air.
Perairan pantai Utara Kota Tegal kondisinya semakin memprihatinkan dan terus mengalami degradasi. Tingginya aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam
melalui kegiatan industri, budidaya tambak, penangkapan ikan dan aktivitas lainnya telah menyebabkan semakin tingginya tekanan terhadap sumberdaya ikan
dan lingkungan perairan. Penggunaan alat tangkap “ jaring arad” oleh nelayan skala kecil di Kota Tegal juga telah memberikan ancaman terhadap kelestarian
sumberdaya ikan. Akar permasalahan keberlanjutan sumberdaya perikanan di wilayah pesisir
Kota Tegal yaitu: § Sumberdaya perikanan di Laut Jawa telah mengalami tangkap lebih.
§ Terjadi peningkatan jumlah nelayan yang sangat pesat sementara luas wilayah penangkapan tetap. Jumlah nelayan Kota Tegal pada tahun 1997
sebanyak 8.246 orang meningkat menjadi 14.578 orang pada tahun 2003 dengan panjang pantai hanya 7,5 km.
4 § Jumlah alat tangkap jaring arad mengalami peningkatan yang cukup besar
yaitu tahun 1997 sebanyak 39 unit menjadi 361 unit pada tahun 2003 Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal, 2004.
§ Terjadi konflik antara nelayan jaring arad asal Kota Tegal dengan nelayan Suradadi pada tahun 1999.
§ Meningkatnya permintaan hasil perikanan akibat peningkatan jumlah penduduk dan kualitas hidupnya.
§ Keterbatasan teknologi dan modal sehingga daerah penangkapan ikan hanya terbatas di sekitar wilayah penangkapan jalur 1 perairan pantai
kurang dari 4 mil serta tingkat pendidikan masih rendah. Berdasarkan uraian di atas maka perlu adanya solusi yang tepat terhadap
pengelolaan alat tangkap “ jaring arad” yang berbasis di Kota Tegal. Secara skematis pendekatan masalah perikanan jaring arad dapat dilihat pada Gambar 1.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut di atas maka timbul beberapa pertanyaan yang perlu dijawab melalui penelitian ini, yaitu:
1 Bagaimana tingkat keramahan jaring arad terhadap lingkungan perairan dan kelestarian sumberdaya ?
2 Bagaimana strategi pengelolaan jaring arad yang berkelanjutan ?
1.3 Tujuan dan manfaat