Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring Arad (Mini Trawl) Yang berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon

(1)

DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON

Oleh: Asep Khaerudin

C54102009

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(2)

ABSTRAK

ASEP KHAERUDIN. Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring Arad (Mini Trawl) Yang Berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon. Dibimbing oleh RONNY IRAWAN WAHYU.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi dan mengkuantifikasi hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan unit penangkapan jaring arad serta mengestimasi analisis usaha alat tangkap jaring arad di Pesisir Utara, Kota Cirebon. Pengambilan data penelitian pada bulan Juli-Agustus 2005 yang berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon.

Hasil tangkapan jaring arad selama penelitian terdiri dari 22 spesies ikan, 8 spesies moluska, 7 spesies krustase, 1 spesies echinodermata, 1 spesies coelenterata dan kelompok lain-lain. Hasil tangkapan jaring arad terdiri atas hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan baik yang dimanfaatkan maupun yang dibuang ke laut (discards). Perbandingan berat antara hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan adalah 1:15 dengan perbandingan berat antara hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan dan yang dibuang ke laut adalah 1:10. Hasil tangkap sampingan dominan terdiri atas rajungan dengan jumlah 176 ekor (21%) dari jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan, sotong dengan jumlah 146 ekor (18%), ikan gulamah dengan jumlah 130 ekor (16%), ikan tigawaja dengan jumlah 114 ekor (14 %), ikan beloso dengan jumlah 47 ekor (6%). Berdasarkan proporsi tersebut, jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan selama musim penelitian yaitu musim timur (Mei-September) sebesar 6.495,30 kg dan jumlah hasil tangkap sampingan yang dibuang ke laut sebesar 64.953,90 kg.

Hasil analisis usaha menunjukan bahwa usaha perikanan jaring arad di Pesisir Utara Kota Cirebon memerlukan investasi sebesar Rp 9.700.000 per tahun, penerimaan yang didapat sebesar Rp 44.172.660 per tahun dengan total biaya sebesar Rp 25.762.000 per tahun. Keuntungan yang didapat dalam satu tahun sebesar Rp 18.410.660.


(3)

DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Asep Khaerudin C 54102009

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(4)

SKRIPSI

Judul skripsi : Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring Arad (Mini

Trawl) Yang berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon

Nama mahasiswa : Asep Khaerudin

NRP : C 54102009

Departemen : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Disetujui, Komisi Pembimbing,

Ir. Ronny Irawan Wahyu, M.Phil NIP. 131 663 023

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Kadarwan Soewardi NIP 130 805 031


(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL)

YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 3 Februari 2006

Asep Khaerudin


(6)

Penulis dilahirkan di Kota Purwakarta, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 1 Mei 1984. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara putra Bapak Wawan Tjarwanudin (Alm) dan Ibu Nani Maryati.

RIWAYAT HIDUP

Pendidikan

formal penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Al-Quran (TKA) di TKA Miftahul Huda, Purwakarta tahun 1990. Kemudian pada tahun 1991 penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Tegalmunjul, Purwakarta dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Purwakarta pada tahun 1997. Tahun 2002 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Purwakarta. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi di Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan akademis dan kemahasiswaan, antara lain menjadi anggota Departemen Minat Bakat dan Keprofesian pada Himpunan Profesi Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode 2003-2004. Penulis menjadi pengurus Masyarakat Pasir (MP) sebagai Ketua Divisi Eksternal periode 2004-2005, pernah juga menjadi asisten luar biasa mata kuliah Avertebrata Air pada semester ganjil selama dua periode, yaitu pada tahun ajaran 2004-2005 dan tahun 2005-2006. Penulis juga aktif dalam organisasi Kelompok Pelaut (KOPEL) sebagai sekretaris umum periode 2005-2006.

Dalam menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring Arad (Mini Trawl) Yang Berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon”. Penulis dinyatakan lulus dalam Sidang Ujian Skripsi yang diselenggarakan oleh Progaram Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 3 Februari 2006


(7)

Penyusunan skripsi yang berjudul “Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring

Arad (Mini Trawl) Yang Berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon” merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus di Pesisir Utara Kota Cirebon.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1 Ir. Ronny Irawan Wahyu M. Phil sebagai pembimbing yang telah membantu dalam memberikan arahan dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini; 2 Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc dan Ir. M. Dahri Iskandar, MS selaku dosen

penguji tamu yang telah memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini;

2 Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon yang telah membantu kelancaran penelitian ini;

3 Dedi Supriadi, A. Pi selaku Kepala Seksi Perikanan Kota Cirebon yang telah membantu kelancaran penelitian ini;

4 Keluarga Bapak Danu dan Bapak Chaplin yang telah membantu pelaksanaan penelitian;

5 Keluarga tercinta atas doa dan kasih sayangnya serta berbagai hal lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi peneliti lain sebagai pedoman dalam melakukan penelitian dan semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, 3 Februari 2006


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Tangkap Jaring Arad ... 3

2.2 Metode Pengoperasian ... 7

2.3 Daerah dan Musim Penangkapan ... 7

2.4 Hasil Tangkapan ... 8

2.5 Hasil Tangkap Sampingan ... 9

2.6 Analisis Usaha ... 9

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

3.2 Alat dan Bahan ... 11

3.3 Unit Penangkapan yang Digunakan ... 11

3.3.1 Alat Tangkap Jaring Arad ... 11

3.3.2 Perahu ... 13

3.3.3 Nelayan ... 14

3.4 Metode Penelitian ... 15

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 15

3.6 Metode Pengoperasian ... 17

3.7 Metode Analisis Data ... 20

3.7.1 Komposisi Ukuran Hasil Tangkap Sampingan ... 20

3.7.2 Estimasi Proporsi Hasil Tangkap Sampingan ... 21


(9)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografi dan Topografi ... 23

4.2 Tempat Pelelangan Ikan di Kota Cirebon ... 23

4.3 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Laut ... 24

4.4 Volume dan Nilai Produksi per Jenis Ikan Yang Didaratkan di Kota Cirebon ... 25

4.5 Unit Penangkapan Ikan ... 26

4.5.1 Kapal Penangkap Ikan ... 26

4.5.2 Alat Tangkap ... 27

4.5.3 Nelayan ... 28

4.6 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan ... 28

4.7 Pemasaran Hasil Perikanan ... 29

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Arad Selama Penelitian... 30

5.1.1 Komposisi Hasil Tangkapan Udang ... 32

5.1.2 Komposisi Hasil Tangkap Sampingan ... 36

5.1.3 Komposisi Ukuran Hasil Tangkap Sampingan ... 38

5.2 Estimasi Proporsi Hasil Tangkap Sampingan ... 43

5.3 Analisis Usaha Penangkapan jaring Arad ... 44

5.3.1 Investasi ... 44

5.3.2 Biaya Usaha ... 45

5.3.3 Penerimaan Usaha ... 46

5.3.4 Pendapatan Usaha ... 47

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN


(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Perkembangan volume produksi perikanan laut di Kota Cirebon periode

2000-2004 ... 24

2 Perkembangan nilai Produksi (by landing) perikanan laut di Kota Cirebon Periode 2000-2004 ... 25

3 Volome produksi dan nilai produksi per jenis ikan yang didaratkan di Kota Cirebon periode 2002-2004 ... 26

4 Data jumlah kapal motor dan motor tempel di Kota Cirebon Tahun 2004 ... 27

5 Data jumlah alat tangkap di Kota Cirebon tahun 2004 ... 27

6 Perkembangan jumlah nelayan di Kota Cirebon periode 2003-2004 ... 28

7 Jenis hasil tangkapan total jaring arad selama penelitian ... 30

8 Estimasi proporsi hasil tangkap sampingan perairan Pesisir Utara ... 43

9 Komponen investasi usaha penangkapan jaring arad di Perairan Pesisir Utara Kota Cirebon ... 45


(11)

DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON

Oleh: Asep Khaerudin

C54102009

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(12)

ABSTRAK

ASEP KHAERUDIN. Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring Arad (Mini Trawl) Yang Berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon. Dibimbing oleh RONNY IRAWAN WAHYU.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi dan mengkuantifikasi hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan unit penangkapan jaring arad serta mengestimasi analisis usaha alat tangkap jaring arad di Pesisir Utara, Kota Cirebon. Pengambilan data penelitian pada bulan Juli-Agustus 2005 yang berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon.

Hasil tangkapan jaring arad selama penelitian terdiri dari 22 spesies ikan, 8 spesies moluska, 7 spesies krustase, 1 spesies echinodermata, 1 spesies coelenterata dan kelompok lain-lain. Hasil tangkapan jaring arad terdiri atas hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan baik yang dimanfaatkan maupun yang dibuang ke laut (discards). Perbandingan berat antara hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan adalah 1:15 dengan perbandingan berat antara hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan dan yang dibuang ke laut adalah 1:10. Hasil tangkap sampingan dominan terdiri atas rajungan dengan jumlah 176 ekor (21%) dari jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan, sotong dengan jumlah 146 ekor (18%), ikan gulamah dengan jumlah 130 ekor (16%), ikan tigawaja dengan jumlah 114 ekor (14 %), ikan beloso dengan jumlah 47 ekor (6%). Berdasarkan proporsi tersebut, jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan selama musim penelitian yaitu musim timur (Mei-September) sebesar 6.495,30 kg dan jumlah hasil tangkap sampingan yang dibuang ke laut sebesar 64.953,90 kg.

Hasil analisis usaha menunjukan bahwa usaha perikanan jaring arad di Pesisir Utara Kota Cirebon memerlukan investasi sebesar Rp 9.700.000 per tahun, penerimaan yang didapat sebesar Rp 44.172.660 per tahun dengan total biaya sebesar Rp 25.762.000 per tahun. Keuntungan yang didapat dalam satu tahun sebesar Rp 18.410.660.


(13)

DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Asep Khaerudin C 54102009

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006


(14)

SKRIPSI

Judul skripsi : Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring Arad (Mini

Trawl) Yang berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon

Nama mahasiswa : Asep Khaerudin

NRP : C 54102009

Departemen : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Disetujui, Komisi Pembimbing,

Ir. Ronny Irawan Wahyu, M.Phil NIP. 131 663 023

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Kadarwan Soewardi NIP 130 805 031


(15)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL)

YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 3 Februari 2006

Asep Khaerudin


(16)

Penulis dilahirkan di Kota Purwakarta, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 1 Mei 1984. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara putra Bapak Wawan Tjarwanudin (Alm) dan Ibu Nani Maryati.

RIWAYAT HIDUP

Pendidikan

formal penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Al-Quran (TKA) di TKA Miftahul Huda, Purwakarta tahun 1990. Kemudian pada tahun 1991 penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Tegalmunjul, Purwakarta dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Purwakarta pada tahun 1997. Tahun 2002 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Purwakarta. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi di Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan akademis dan kemahasiswaan, antara lain menjadi anggota Departemen Minat Bakat dan Keprofesian pada Himpunan Profesi Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode 2003-2004. Penulis menjadi pengurus Masyarakat Pasir (MP) sebagai Ketua Divisi Eksternal periode 2004-2005, pernah juga menjadi asisten luar biasa mata kuliah Avertebrata Air pada semester ganjil selama dua periode, yaitu pada tahun ajaran 2004-2005 dan tahun 2005-2006. Penulis juga aktif dalam organisasi Kelompok Pelaut (KOPEL) sebagai sekretaris umum periode 2005-2006.

Dalam menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring Arad (Mini Trawl) Yang Berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon”. Penulis dinyatakan lulus dalam Sidang Ujian Skripsi yang diselenggarakan oleh Progaram Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 3 Februari 2006


(17)

Penyusunan skripsi yang berjudul “Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring

Arad (Mini Trawl) Yang Berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon” merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus di Pesisir Utara Kota Cirebon.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1 Ir. Ronny Irawan Wahyu M. Phil sebagai pembimbing yang telah membantu dalam memberikan arahan dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini; 2 Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc dan Ir. M. Dahri Iskandar, MS selaku dosen

penguji tamu yang telah memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini;

2 Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon yang telah membantu kelancaran penelitian ini;

3 Dedi Supriadi, A. Pi selaku Kepala Seksi Perikanan Kota Cirebon yang telah membantu kelancaran penelitian ini;

4 Keluarga Bapak Danu dan Bapak Chaplin yang telah membantu pelaksanaan penelitian;

5 Keluarga tercinta atas doa dan kasih sayangnya serta berbagai hal lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi peneliti lain sebagai pedoman dalam melakukan penelitian dan semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, 3 Februari 2006


(18)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Tangkap Jaring Arad ... 3

2.2 Metode Pengoperasian ... 7

2.3 Daerah dan Musim Penangkapan ... 7

2.4 Hasil Tangkapan ... 8

2.5 Hasil Tangkap Sampingan ... 9

2.6 Analisis Usaha ... 9

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

3.2 Alat dan Bahan ... 11

3.3 Unit Penangkapan yang Digunakan ... 11

3.3.1 Alat Tangkap Jaring Arad ... 11

3.3.2 Perahu ... 13

3.3.3 Nelayan ... 14

3.4 Metode Penelitian ... 15

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 15

3.6 Metode Pengoperasian ... 17

3.7 Metode Analisis Data ... 20

3.7.1 Komposisi Ukuran Hasil Tangkap Sampingan ... 20

3.7.2 Estimasi Proporsi Hasil Tangkap Sampingan ... 21


(19)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografi dan Topografi ... 23

4.2 Tempat Pelelangan Ikan di Kota Cirebon ... 23

4.3 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Laut ... 24

4.4 Volume dan Nilai Produksi per Jenis Ikan Yang Didaratkan di Kota Cirebon ... 25

4.5 Unit Penangkapan Ikan ... 26

4.5.1 Kapal Penangkap Ikan ... 26

4.5.2 Alat Tangkap ... 27

4.5.3 Nelayan ... 28

4.6 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan ... 28

4.7 Pemasaran Hasil Perikanan ... 29

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Arad Selama Penelitian... 30

5.1.1 Komposisi Hasil Tangkapan Udang ... 32

5.1.2 Komposisi Hasil Tangkap Sampingan ... 36

5.1.3 Komposisi Ukuran Hasil Tangkap Sampingan ... 38

5.2 Estimasi Proporsi Hasil Tangkap Sampingan ... 43

5.3 Analisis Usaha Penangkapan jaring Arad ... 44

5.3.1 Investasi ... 44

5.3.2 Biaya Usaha ... 45

5.3.3 Penerimaan Usaha ... 46

5.3.4 Pendapatan Usaha ... 47

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN


(20)

x

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Perkembangan volume produksi perikanan laut di Kota Cirebon periode

2000-2004 ... 24

2 Perkembangan nilai Produksi (by landing) perikanan laut di Kota Cirebon Periode 2000-2004 ... 25

3 Volome produksi dan nilai produksi per jenis ikan yang didaratkan di Kota Cirebon periode 2002-2004 ... 26

4 Data jumlah kapal motor dan motor tempel di Kota Cirebon Tahun 2004 ... 27

5 Data jumlah alat tangkap di Kota Cirebon tahun 2004 ... 27

6 Perkembangan jumlah nelayan di Kota Cirebon periode 2003-2004 ... 28

7 Jenis hasil tangkapan total jaring arad selama penelitian ... 30

8 Estimasi proporsi hasil tangkap sampingan perairan Pesisir Utara ... 43

9 Komponen investasi usaha penangkapan jaring arad di Perairan Pesisir Utara Kota Cirebon ... 45


(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Sketsa jaring arad ... 6

2 Otter board dari jaring arad yang digunakan untuk penelitian ... 13

3 Perahu yang digunakan saat penelitian ... 14

4 Alat penggerak pada perahu jaring arad... 14

5 Cara pengukuran panjang ikan ... 16

6 Setting alat tangkap jaring arad ... 18

7 Towing alat tangkap jaring arad ... 19

8 Hauling alat tangkap jaring arad ... 19

9 Rantai pemasaran hasil perikanan laut Kota Cirebon ... 29

10 Komposisi hasil tangkapan total jaring arad selama penelitian ... 31

11 Komposisi jumlah hasil tangkapan udang selama penelitian (ekor) ... 33

12 Komposisi berat hasil tangkapan udang selama penelitian (kg) ... 33

13 Komposisi jumlah HTS selama penelitian (ekor) ... 36

14 Komposisi berat HTS selama penelitian (kg) ... 37

15 Komposisi ukuran panjang hasil tangkap sampingan dominan yang tertangkap jaring arad selama penelitian ... 39


(22)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Desain dan spesifikasi jaring arad ... 53 2 Peta lokasi penelitian ... 57 3 Ukuran hasil tangkap sampingan dominsn yang tertangkap... 58 4 Data hasil sampling (by landing) selama penelitian di Pesisir Utara Kota

Cirebon ... 66 5 Hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan jaring arad selama

penelitian ... 68 6 Analisis usaha penangkapan jaring arad di Pesisir Utara Kota Cirebon ... 71 7 Posisi setting dan hauling penangkapan jaring arad selama penelitian ... 73


(23)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Cirebon merupakan salah satu wilayah perairan Indonesia yang menjadi basis kegiatan perikanan tangkap bagi nelayan. Kegiatan perikanan tangkap ini merupakan sumber pemasukan yang besar bagi pemerintah daerah setempat terutama

perikanan udang. Luas wilayah Kota Cirebon adalah 37,36 km2 dan luas wilayah laut

Kota Cirebon adalah 51,86 km2 (Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon, 2005).

Meskipun perairan laut lebih luas dibandingkan dengan luas daratannya, namun potensi laut Kota Cirebon yang dikenal dengan sebutan ”Kota udang” ini belum dimanfaatkan secara optimal.

Udang merupakan salah satu sumberdaya hayati laut dari kelas Crustacea yang sangat laku di pasaran baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor. Spesies ini digemari sehingga mempunyai nilai ekonomis tinggi. Adapun alat tangkap yang digunakan untuk menangkap udang dari sekian banyak alat tangkap yang dioperasikan di perairan Kota Cirebon seperti payang, dogol, pukat pantai,

jaring insang hanyut, jaring lingkar, jaring insang tetap, bagan tancap dan bubu

wadong atau bubu lipat adalah trammel net dan jaring arad.

Jaring arad merupakan salah satu alat penangkap yang ditujukan untuk menangkap udang. Jaring arad adalah alat tangkap yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu. Hasil tangkapan alat tangkap jaring arad dapat dikategorikan ke dalam hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan utama merupakan hasil tangkapan yang menjadi tujuan utama nelayan, sedangkan hasil tangkap sampingan merupakan tangkapan yang tidak sengaja tertangkap sewaktu alat tangkap jaring arad dioperasikan. Hasil tangkapan utama dari jaring arad ini adalah udang dan hasil tangkap sampingan berupa ikan-ikan demersal yang berukuran kecil seperti pepetek (Leiognathus sp), gulamah

(Argyrosomus sp), beloso (Saurida tumbil), tigawaja (Pennahia argentata), pari


(24)

2

Mengacu pada Tatalaksana Perikanan yang Bertanggung Jawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries) (FAO, 1995), permasalahan utama pada perikanan jaring arad adalah ketidakselektifan alat tangkap ini terhadap hasil tangkapan sehingga hasil tangkap sampingan (HTS) yang tertangkap jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan udang sebagai target spesies. Hasil tangkap sampingan dari jaring arad ada yang dimanfaatkan dan ada juga yang dibuang ke laut baik dalam keadaan hidup atau mati. Proses pembuangan hasil tangkap sampingan dapat menyebabkan berkurangnya stock spesies target dan spesies non target yang memiliki nilai ekonomis serta dapat mengganggu proses ekologi di dasar perairan (Saila, 1983 diacu dalam Hall, 1999).

Sejumlah peneliti, seperti Rakhman (2002), Fauzi (2004) dan Chalimi (2005) telah mengangkat jaring arad sebagai objek dari penelitiannya, namun mereka tidak meneliti besarnya proporsi hasil tangkap sampingan jaring arad baik yang dimanfaatkan maupun yang dibuang ke laut serta tidak mengestimasi analisis usaha untuk melihat proporsi hasil tangkap sampingan tersebut terhadap total penerimaan. Untuk itu maka penelitian tentang proporsi hasil tangkap sampingan jaring arad yang berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon dilakukan.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

1) Mengidentifikasi dan mengkuantifikasi hasil tangkapan utama dan hasil

tangkap sampingan alat tangkap jaring arad.

2) Mengestimasi analisis usaha alat tangkap jaring arad di Pesisir Utara, Kota

Cirebon.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan informasi penting yang dapat digunakan oleh semua pihak yang membutuhkan informasi tentang perikanan jaring arad, serta hasil tangkap sampingan baik yang dimanfaatkan maupun yang tidak dimanfaatkan oleh nelayan jaring arad di Pesisir Utara, Kota Cirebon.


(25)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Tangkap Jaring Arad

Jaring arad (mini trawl) adalah jaring yang berbentuk kerucut yang tertutup ke arah ujung kantong dan melebar ke arah depan dengan adanya sayap. Bagian-bagiannya terdiri dari dua sayap, mulut, badan dan kantong (cod-end) serta dilengkapi dengan pembuka mulut, yaitu otter board dan tali temali (bridle line, warp dan tali kantong). Jaring arad berkembang di Pantai Utara Jawa. Berbagai sebutan jaring arad pernah muncul di berbagai daerah seperti sotok rebon di Rembang, jaring arad di

Tegal-Brebes, gereuk di Jawa Timur, otok di Kendal, dan cotok di Demak (Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, 1997).

Jaring arad adalah alat tangkap yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu. Dalam istilah yang sesungguhnya nama jaring arad yang semula merupakan sejenis pukat pantai atau sesuai dengan nama daerahnya merupakan jaring krakad, bundes dan dogol. Namun akhir-akhir ini nama arad juga berkembang sejalan dengan perkembangan sejenis jaring pukat yang pengoperasiannya ditarik (pukat tarik/”putar”) dengan menggunakan perahu (bukan kapal) disepanjang dasar perairan. Dengan perkataan lain jaring pukat tarik (jaring putar) ini dikenal dengan sebutan jaring arad (Ditjen Perikanan, 1995). Alat ini biasanya dipakai untuk menangkap udang dan ikan demersal.

Manadiyanto et al., (2000), menjelaskan bahwa jaring arad adalah alat tangkap yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu. Alat ini biasanya dipakai untuk menangkap udang dan ikan demersal. Secara garis besar konstruksi jaring arad terdiri atas bagian sayap, badan dan kantong. Bahan jaring seluruhnya terbuat dari polyethylene (PE). Jaring arad ini dilengkapi dengan alat pembuka mulut

jaring (otter board) berukuran panjang 66 cm dan lebar 33 cm. Otter board pada

jaring arad ini terbuat dari bahan kayu yang diberi pemberat besi 6 kg. Otter board berfungsi untuk membuka mulut jaring ke arah horizontal.


(26)

4

Konstruksi jaring arad secara umum terdiri atas jaring, tali ris, pelampung, pemberat, danleno, palang (beam), tali segitiga, papan otter dan tali penarik (towing warp) (Ditjen Perikanan, 1995). Rinciannya sebagai berikut :

a) Sayap (wing)

Sayap disebut juga jaring pengarah yang merupakan perpanjangan badan jaring ke otter board . Sayap terdiri atas sayap kanan dan sayap kiri, masing-masing terdiri atas sayap atas (upper wing) dan sayap bawah (lower wing). Kedua sayap membentuk mulut jaring yang terdiri atas mulut atas (head line) yang diikatkan tali ris atas (head rope) sebagai tempat pelampung dan mulut

bawah (ground line) yang diikatkan tali ris bawah (ground rope) yang diberi

pemberat. b) Badan (Belly)

Badan jaring adalah bagian tengah jaring arad yang terbesar dari keseluruhan alat tangkap yang berfungsi untuk mengurung objek yang telah digiring oleh sayap. Pada sudut depan kiri dan kanan berhubungan dengan sayap kanan dan sayap kiri, sedang bagian belakang badan berhubungan langsung dengan bagian kantong.

c) Kantong (cod end)

Kantong berfungsi sebagai tempat terkumpulnya hasil tangkapan sehingga setelah kantong diikat maka objek tangkapan yang telah berada di dalam kantong tidak akan dapat melarikan diri. Bahan jaring seluruhnya terbuat dari polyethylene (PE).

d) Danleno

Danleno digunakan untuk mengupayakan agar kedudukan sayap selalu tegak (vertikal) sehingga udang dan ikan yang berada diantara sayap dapat tergiring masuk kedalam jaring.


(27)

e) Palang (Beam)

Palang berfungsi sebagai perentang sayap sehingga kedudukan sayap selalu terbuka selebar rentangan panjang palang. Panjang palang tidak lebih dari 6 meter.

f) Tali segitiga

Tali segitiga digunakan untuk mempertahankan kedudukan beam agar tetap pada posisi merentang mendatar.

g) Papan otter

Papan otter merupakan pengganti peran danleno dan beam sehingga

kedua sayap jaring terbuka kekanan dan kekiri. Ukuran papan otter ini tidak lebih dari 40 cm x 80 cm dan diberi pemberat besi 6 kg. Dengan penggunaan papan otter ini tali segitiga tidak diperlukan lagi.


(28)

Keterangan:

1. Kantong 8. Tali ris atas 2. Badan 9. Tali pendant 3. Tali penguat 10. Papan pembuka 4. Sayap 11. Bridle line

5. Pemberat 12. Danleno

6. Tali ris bawah 13. Warp

7. Pelampung

6 Gambar 1 Sketsa jaring arad


(29)

2.2 Metode Pengoperasian

Urutan pengoperasian alat tangkap jaring arad, menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1995) yaitu :

1. Setelah sampai di fishing ground kecepatan perahu dikurangi sehingga

bergerak perlahan. Melalui bagian samping kiri buritan kapal penawuran dimulai dengan penurunan kantong, badan, sayap, danleno dan palang. Untuk jaring yang pengoperasiaannya menggunakan papan otter, setelah semua bagian jaring berada dipermukaan air, jaring tersebut ditarik supaya kedudukan kedua sayap sejajar. Selanjutnya kedua papan diturunkan secara bersana-sama dan dibiarkan melayang dipermukaan air sambil ditarik sampai posisi kedua papan tersebut sempurna.

2. pada saat penurunan tali penarik, gerakan perahu agak dipercepat. Panjang tali

penarik disesuaikan dengan kedalaman perairan.

3. Ujung tali penarik diikat pada bagian depan perahu sedangkan dibagian

buritan kanan tali penarik tersebut ditarik sejajar perahu diharapkan posisi jaring berada di belakang perahu.

4. Perahu bergerak ke depan dengan kecepatan tertentu (3-4 knot) dan jaring

ditarik selama 1-3 jam.

5. Setelah penarikan jaring selesai, mesin dimatikan dan penarikan tali penarik

dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia sehingga seluruh jaring terangkat.

6. Hasil tangkapan dikeluarkan dari bagian kantong dengan membuka tali

pengikat kantong.

7. Jaring dan tali temali disusun kembali untuk penawuran berikutnya.

2.3 Daerah dan Musim Penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu wilayah perairan

yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan atau daerah yang diduga terdapat gerombolan ikan. Sulit untuk meramalkan arah dan letak dari perpindahan dari suatu daerah penangkapan ikan, karena ikan yang menjadi tujuan


(30)

8

usaha berada didalam air, dan tidak terlihat dari permukaan air sedangkan kemampuan mata manusia untuk melihat ke dalam air terbatas (Ayodhyoa, 1981).

Jenis-jenis ikan yang hidup di perairan amat beragam serta menempati fishing ground yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dalam usaha penangkapannya mempunyai banyak variasi baik dalam bentuk alat tangkap, metode penangkapan, maupun struktur organisasi usahanya (Ayodhyoa, 1981).

Jaring arad dioperasikan pada daerah pantai dengan tipe dasar perairan lumpur berpasir. Kedalaman perairan berkisar antara 15 – 60 m dengan tofografi dasar perairan yang relatif datar. Jaring arad dapat dioperasikan sepanjang tahun, namun intensitas pengoperasiannya dipengaruhi oleh musim penangkapan (Puslitbang Perikanan, 1991).

Manadiyanto et al (2000) menjelaskan bahwa puncak penangkapan udang

Penaeid di perairan Laut Jawa berlangsung pada musim timur, yaitu antara pertengahan Maret sampai pertengahan Juni. Selanjutnya Sumiono et al. (1987), diacu dalam Manadiyanto et al. (2000) menjelaskan bahwa udang lebih banyak tertangkap diperairan yang dangkal, terutama di daerah muara-muara sungai. Hal ini dikarenakan muara sungai merupakan tempat percampuran air sungai dan laut yang kaya akan makanan. Perairan yang berbentuk teluk dengan aliran sungai besar merupakan daerah udang yang baik juga. Pantai utara Jawa antara Cirebon dan Jawa Tengah sedikit menyerupai teluk, sehingga walaupun sungai-sungai yang mengalir ke teluk ini hanya kecil airnya, perairan ini dapat memenuhi kesuburannya sebagai daerah pemusatan udang. Udang jerbung sebagai hasil tangkapan utama dalam hal ini hidup didasar perairan dan hampir terdapat di seluruh perairan Indonesia, terutama di daerah-daerah dimana sungai besar bermuara.

2.4 Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan utama jaring arad adalah udang yang berukuran kecil, sedangkan hasil tangkapan selain udang adalah ikan-ikan demersal. Menurut

Manadiyanto et al. (2000), beberapa jenis udang yang tertangkap dengan jaring arad


(31)

udang windu (Penaeus monodon). Jenis ikan demersal yang tertangkap adalah

pepetek (Leiognathus sp), gulamah (Pseudosciena sp), beloso (Saurida tumbil),

bawal hitam (Formio niger), cumi-cumi (Loligo sp), manyung (Arius thalassinus) dan tigawaja (Pennahia argentata).

2.5 Hasil Tangkap Sampingan (By catch)

Hall (1999) membedakan kategori hasil tangkap sampingan (by-catch) menjadi dua kategori :

1) Spesies yang kebetulan tertangkap (incidental catch), yaitu hasil tangkapan yang

sekali-kali tertahan (tertangkap) dan bukan merupakan spesies target dari operasi penangkapan. Incidental catch ini ada yang dimafaatkan oleh nelayan dan ada juga yang dibuang tergantung dari nilai ekonomisnya.

2) Spesies yang dikembalikan ke laut (discarded catch), yaitu bagian dari hasil

tangkapan sampingan yang dikembalikan ke laut karena pertimbangan ekonomi (ikan yang tertangkap bernilai ekonomis rendah) atau karena spesies yang tertangkap adalah spesies yang dilindungi oleh hukum.

2.6 Analisis Usaha

Dalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

dapat memperbaiki tingkat hidupnya atau tingkat kesejahteraannya dengan kegiatan usaha. Dalam rangka usaha manusia untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya, telah dihadapkan pada kenyataan adanya sumber-sumber faktor produksi yang terbatas tersedianya, seperti modal, alam, tanah, keahlian dan sebagainya. Menghadapi kenyataan ini, sebelum keputusan diambil harus direncanakan dengan matang kegiatan yang akan dilaksanakan kemudian dilakukan perhitungan-perhitungan pendahuluan atau analisis usaha yang didasarkan pada perbandingan antara manfaat yang akan yang diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan (Djamin 1984).

Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang telah dicapai selama usaha perikanan itu berjalan. Dengan analisis usaha seorang pengusaha dapat membuat


(32)

10

perhitungan dan menentukan langkah untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam perusahaannya. Untuk mendapatkan keuntungan yang besar, dapat

dilakukan dengan cara menekan biaya produksi dan menambah effort (Rahardi,

2001).

Kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dapat direncanakan dan dapat

dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-sumber untuk dapat mendapatkan manfaat. Sumber-sumber tersebut sebagian atau seluruhnya dapat dianggap sebagai bagian-bagian konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh manfaat (Gittinger, 1986).

Komponen yang digunakan dalam usaha perikanan adalah biaya produksi, penerimaan usaha dan pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan. Pendapatan adalah total penerimaan (total revenue) dikurangi dengan total biaya (total cost). Penerimaan adalah total produksi dikalikan dengan harga persatuan produk. Biaya total adalah seluruh biaya yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah input tertentu. Biaya total dibedakan menjadi dua, yaitu biaya total tetap (total fixed cost) dan biaya variabel (total variable cost). Biaya total tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan berubahnya jumlah output, sedangkan biaya total variabel adalah biaya yang bisa berubah dengan berubahnya jumlah output (Djamin, 1984).


(33)

3

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2005. Kegiatan pengambilan data di lapangan dilakukan terhadap 10 armada jaring arad yang beroperasi dan mengikuti kegiatan operasi penangkapan jaring arad yang berbasis di Pesisir utara, Kota Cirebon

3.2 Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 Unit penangkapan ikan jaring arad sebagai objek penelitian;

2 GPS hand held e-trex Garmin untuk mengetahui posisi setting dan hauling pada

pengoperasian jaring arad;

3 Timbangan untuk mengukur berat total hasil tangkapan;

4 Alat pengukur panjang berupa penggaris dengan skala terkecil 0,1 cm untuk

mengukur panjang tubuh (body length) hasil tangkapan;

5 Buku identifikasi untuk mengetahui jenis udang atau ikan yang tertangkap jaring

arad;

6 Alat dokumentasi berupa kamera untuk mendokumentasikan pengoperasian jaring

arad dan ikan hasil tangkapan;

7 Data sheet dan alat tulis yang digunakan untuk mencatat hasil tangkapan;

8 Jangka sorong dengan tingkat ketelitian 0.1 cm untuk mengukur diameter

pelampung, pemberat dan tali;

9 Kuisioner yang akan diberikan melalui wawancara kepada nelayan jaring arad.

3.3 Unit Penangkapan yang Digunakan 3.3.1 Alat Tangkap Jaring Arad

Dalam satu unit jaring arad terdiri atas 4 bagian besar yaitu: (1) sayap; (2) badan jaring; (3) kantong; dan (4) papan otter; Spesifikasi bagian-bagian tersebut


(34)

12

(1) Sayap jaring

Sayap jaring berfungsi untuk mengarahkan hasil tangkapan masuk kedalam

jaring. Bagian ini berhubungan dengan otter board (bagian depan), dan dengan perut jaring (bagian belakang). Bahan yang digunakan adalah Polyethylene dan mata jaring berukuran 43,75 mm, terdiri dari dua bagian yaitu sayap kanan dan sayap kiri. Pada bagian ini terdapat tali ris atas sepanjang 10,6 m dengan diameter 40 mm yang dilengkapi dengan 12 pelampung kecil pada bagian sisi kiri dan kanan dengan diameter lubang 13,2 mm dan diameter tengah 35 mm, dua buah pelampung besar dengan diameter lubang 23,1 mm dan diameter tengah 85 mm pada bagian tengahnya. Pada bagian bawah terdapat ground rope sepanjang 14,6 m dengan diameter 10 mm yang dilengkapi 162 pemberat kecil dengan diameter lubang 80 mm dan 10 buah potongan-potongan timah dengan berat total 1 kg.

(2) Badan jaring

Bagian badan jaring berfungsi untuk mengurung ikan yang telah digiring oleh sayap. Sudut depan kiri dan kanan berhubungan langsung dengan sayap kiri dan kanan, sedangkan bagian belakang badan berhubungan dengan kantong. Bagian badan ini terbagi menjadi dua bagian dengan ukuran mata jaring yang berbeda. Bahan yang digunakan adalah Polyethylene dengan mata jaring berukuran 37,5 mm (bagian 1) dan ukuran 31,25 mm (bagian 2). Sepanjang bagian atas badan jaring dilengkapi dengan 20 pelampung kecil berdiameter tengah 35 mm.

(3) Kantong jaring

Bagian kantong merupakan bagian paling belakang dari alat tangkap jaring arad

yang berfungsi sebagai tempat untuk menampung hasil tangkapan. Pada bagian depan kantong berhubungan langsung dengan bagian badan jaring dan bagian belakang kantong diikat dengan seutas tali yang menggunakan simpul cod-end knot sehingga mudah untuk dilepaskan. Kantong terbuat dari bahan Polyethylene dengan ukuran mata jaring 25 mm.


(35)

(4) Otter board

Otter board (Gambar 2) ini berfungsi untuk membuka mulut jaring kearah

horizontal (ke arah kanan dan kiri) sewaktu alat tangkap jaring arad dioperasikan. Otter board ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 65 cm, tinggi 35 cm dan tebal 1,9 cm. Terbuat dari bahan kayu yang dilengkapi dengan besi pada bagian bawahnya yang berfungsi sebagai pemberat. Berat otter board ini mencapai 12 kg. Selama penelitian, otter board yang ada sebanyak dua pasang, satu pasang dipakai selama operasi penangkapan sedangkan satu pasang lagi digunakan sebagai cadangan di perahu.

65 cm

35 cm

Gambar 2 Otter boarddari jaring arad yang digunakan untuk penelitian 3.3.2 Perahu

Perahu yang digunakan dalam pengoperasian jaring arad selama penelitian

adalah perahu yang menggunakan motor tempel dengan kapasitas 4 GT. Mesin yang digunakan adalah mesin diesel berkekuatan 16 PK dengan merk Dongpeng sebanyak satu unit dengan bahan bakar campuran solar dan minyak tanah. Perahu memiliki dimensi L x B x D = 8 x 2.80 x 0.80 (m) yang terbuat dari kayu jati. Perahu dan


(36)

14

Gambar 3 Perahu yang digunakan saat penelitian

Gambar 4 Alat penggerak pada perahu jaring arad 3.3.3 Nelayan

Jumlah nelayan yang mengoperasikan jaring arad saat penelitian berjumlah satu

orang yang bertindak sebagai juru mudi sekaligus sebagai anak buah kapal. Nelayan adalah penduduk asli Pesisir Utara, Kota Cirebon yang termasuk ke dalam kelompok nelayan pemilik yang melakukan operasi penangkapan jaring arad.


(37)

3.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan secara umum adalah dengan menggunakan

metode survey dan obsevasi langsung ke lapangan mengikuti operasi penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad.

Nasution (2004) mengemukakan suatu penelitian survey bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang populasi yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil dari populasi itu. Untuk memperoleh keterangan dapat digunakan questionnaire atau angket, wawancara, observasi langsung atau kombinasi teknik-teknik pengumpulan data.

Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling, yaitu untuk memilih unit penangkapan jaring arad yang akan diikuti trip

penangkapannya dan untuk mendata jumlah hasil tangkap sampingan yang didaratkan armada jaring arad dari jumlah observasi sampel yang diambil. Metode ini digunakan berdasarkan pertimbangan unit penangkapan jaring arad yang dipilih adalah perahu yang menggunakan satu motor tempel dengan operasi penangkapan satu hari melaut (one day fishing).

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung selama penelitian meliputi jenis spesies ikan hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan, komposisi hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan berdasarkan jenis, sebaran distribusi panjang per spesies ikan yang tertangkap, presentase jumlah ikan hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan dan yang tidak dimanfaatkan serta kondisi perairan seperti suhu dan tipe dasar perairan. Data tersebut diperoleh dengan mengikuti 5 trip operasi unit penangkapan jaring arad. Sebagai pelengkap data dilakukan pengambilan data melalui wawancara dengan kuisioner kepada 20 orang nelayan dan tiga orang bakul. Data yang dikumpulkan meliputi cara pengoperasian, komposisi hasil tangkapan, jumlah hasil tangkapan selain musim yang dilakukan penelitian dan harga hasil tangkapan untuk menghitung analisis usaha penangkapan jaring arad.


(38)

16

Jenis ikan diketahui dengan melihat ciri-ciri ikan berdasarkan bentuk, tipe sirip dan warna ikan yang tertangkap dan mencocokannya dengan buku identifikasi ikan. Ukuran ikan diperoleh dengan menggunakan alat bantu meteran. Panjang total ikan diukur dari mulut bagian depan sampai ujung ekor dari ikan yang tertangkap

(Gambar 5). Untuk mengetahui tipe dasar perairan, yaitu dengan melihat substrat yang terbawa oleh alat tangkap pada saat hauling dilakukan.

Gambar 5 : Cara pengukuran panjang ikan (Sumber Carpenter, 1988)

Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon. Data sekunder berupa informasi tentang produksi perikanan, unit penangkapan dan lain-lain. Data sekunder yang dikumpulkan untuk melihat keadaan umum daerah penelitian dan untuk menunjang data primer yang didapat. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi:

1) Geografi dan topografi Kota Cirebon Provinsi Jawa Barat; 2) Tempat Pelelangan Ikan di Kota Cirebon;

3) Volume dan nilai produksi perikanan laut di Kota Cirebon; 4) Jumlah unit penangkapan ikan di Kota Cirebon;

5) Musim dan daerah penangkapan ikan; dan 6) Pemasaran hasil perikanan.


(39)

3.6 Metode Pengoperasian

Pengoperasian jaring arad di Pesisir Utara umumnya dilakukan pada malam hari yaitu mulai sore hingga pagi hari. Pengoperasian alat tangkap jaring arad pada saat penelitian melalui beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pencarian fishing ground, tahap operasi penangkapan (setting, towing atau penarikan jaring dan hauling atau pengangkatan jaring) dan tahap penanganan hasil tangkapan.

(1) Tahap persiapan

Persiapan dilakukan sebelum berangkat menuju daerah penangkapan ikan.

Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan alat tangkap, kondisi mesin, perahu, bahan bakar, GPS, termometer, kotak tempat hasil tangkapan dan persiapan perbekalan. Persiapan ini dimulai pada pukul 15.00 WIB.

(2) Tahap pencarian fishing ground

Penentuan fishing ground pada pengoperasian jaring arad dilakukan

berdasarkan informasi atau pengalaman hasil tangkapan sebelumnya. Perairan yang sering dijadikan fishing ground untuk pengoperasian jaring arad adalah Pesisir Utara, perairan Gebang Mekar, Jongor, Bagang dan daerah pengeboran minyak di Indramayu. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fishing ground ini berkisar 1-2 jam dengan kecepatan rata-rata perahu 8 km/jam.

(3) Tahap operasi penangkapan

Operasi penangkapan ikan yang diikuti 5 kali Trip sebanyak 24 kali setting dan

24 kali hauling dalam 5 hari operasi penangkapan. Operasi penangkapan dilakukan selama 12 jam dalam sehari.

(1) Setting

Sebelum dilakukan penurunan jaring terlebih dahulu dilakukan pengukuran suhu permukaan air laut dan posisi setting dengan menggunakan GPS hand held

e-trex Garmin. Kemudian jaring arad yang akan dioperasikan disiapkan di atas dek


(40)

18

dimulai dengan menurunkan bagian kantong, badan, sayap jaring, otter board dan danleno. Pada saat jaring diturunkan kecepatan kapal harus dipercepat agar jaring mengembang secara normal serta otter board dapat membuka mulut jaring dengan baik.

Kecepatan perahu pada saat setting berkisar antara 3-6 km/jam, sedangkan panjang tali selambar ini 4-5 kali kedalaman perairan. Kegiatan setting dapat dilihat

pada Gambar 6.

Gambar 6 Setting alat tangkap jaring arad

(2) Towing atau penarikan jaring

Setelah tali selambar diturunkan, perahu bergerak menarik alat tangkap selama

1-2 jam. Penarikan jaring harus memperhatikan olah gerak kapal untuk menghindari hal-hal yang dapat membahayakan perahu dan alat tangkap. Kecepatan kapal pada

saat towing berkisar 3-5 km/jam seperti yang ditunjukan pada layar GPS. Jika

kecepatan kapal pada saat towing terlalu lambat, maka posisi otter board dan bukaan mulut jaring tidak optimal sehingga akan mengeruk banyak lumpur. Jika terlalu cepat, otter board dan bukaan mulut jaring tidak optimal sehingga alat tangkap akan


(41)

Gambar 7. Towing alat tangkap jaring arad

(3) Hauling atau pengangkatan jaring

Pada saat hauling, mesin dimatikan dan jaring diangkat ke atas perahu.

Pengangkatan jaring dimulai dari tali selambar, danleno, otter board, bridle line, sayap, badan jaring dan kantong. Kegiatan hauling ini dilakukan oleh satu orang nelayan dari lambung kanan perahu. Kemudian hasil tangkapan dikeluarkan dari kantong dengan membuka simpul tali kantong. Kegiatan hauling dapat dilihat pada

Gambar 8


(42)

20

(4) Tahap penanganan hasil tangkapan

Setelah semua hasil tangkapan dikeluarkan dari kantong diatas dek perahu, tahap selanjutnya yaitu penanganan hasil tangkapan yang meliputi kegiatan sebagai berikut:

(a) Pemisahan hasil tangkapan berdasarkan jenis, baik itu jenis udang sebagai hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan berupa rajungan, cumi-cumi, sotong dan ikan. Untuk hasil tangkapan sampingan yang lain dibuang kelaut setelah dilakukan penyortiran dan pencatatan.

(b) Pengukuran biometrik hasil tangkapan berupa panjang total berdasarkan jenis spesies dan mencatatnya dalam data sheet penelitian

(c) Memindahkan hasil tangkapan udang kedalam termos besar yang diberi es curah dan jenis rajungan, sotong, cumi-cumi dan ikan sebagai hasil tangkapan sampingan ditempatkan dalam keranjang berukuran besar. Untuk selanjutnya dilakukan persiapan untuk setting berikutnya.

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Komposisi Ukuran Hasil Tangkap Sampingan (By catch)

Komposisi hasil tangkapan dipisahkan antara udang dan hasil tangkapan sampingan. Untuk hasil tangkapan udang dipisahkan berdasarkan jenisnya, kemudian dilakukan pengukuran panjang total udang dan ikan pada setiap hauling alat tangkap jaring arad. Hasil pengukuran panjang total udang dikelompokkan dalam selang kelas panjang dan interval kelas. Untuk menentukan jumlah selang kelas panjang dan interval kelas dihitung dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi menurut Walpole (1995), yaitu :

K = 1 + 3.3 log n

Lebar kelas (i) = Nilai terbesar-Nilai Terkecil K

Keterangan :

K : Jumlah kelas n : banyaknya data


(43)

Hasil pengolahan data ukuran panjang yang disajikan kedalam bentuk sebaran frekuensi, akan memudahkan dalam menganalisis pada selang kelas mana ikan sebagai hasil tangkap sampingan kebanyakan tertangkap dan dapat digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya ikan tersebut untuk ditangkap dengan mengetahui batasan ukuran panjang ikan tersebut matang gonad (length at first maturity).

3.7.2 Estimasi Proporsi Hasil Tangkap Sampingan (By catch)

Untuk melakukan estimasi terhadap jumlah hasil tangkap sampingan diperlukan data mengenai jumlah armada penangkapan jaring arad yang beroperasi, jumlah

observasi sampel dan jumlah hasil tangkap sampingan dari armada jaring arad ke i (i = 1.2.3,…, n). Sebanyak 10 armada penangkapan jaring arad yang beroperasi

diambil 6-7 observasi sampel selama 6 hari pengambilan data. Estimasi didasarkan pada asumsi:

1 sumberdaya ikan dan udang menyebar merata di setiap daerah penangkapan

ikan (fishing ground) yang dituju.

2 Kemampuan alat tangkap yang digunakan dalam pengoperasian jaring arad

relatif sama.

Jumlah ikan hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan dan yang dibuang ke laut diestimasi berdasarkan pendekatan sederhana, dengan rumus (Purbayanto et al., 2004):

JHTS = Nn.

=

n

i

Xi 1

Keterangan :

JHTS : Estimasi jumlah hasil tangkapan sampingan untuk suatu wilayah perairan N : Jumlah armada penangkapan jaring arad yang beroperasi

n : Jumlah observasi sampel

Xi : Jumlah hasil tangkapan sampingan dari armada jaring arad ke i (i = 1,2,3,….,n)


(44)

22

3.7.3 Analisis Usaha Penangkapan Jaring Arad

Analisis usaha adalah suatu perhitungan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha dan untuk mengetahui keadaan yang akan datang dari suatu perencanaan. Analisis usaha yang dilakukan berupa analisis pendapatan usaha untuk melihat besarnya total penerimaan dan keuntungan yang didapatkan oleh nelayan jaring arad selama satu tahun. Analisis pendapatan usaha pada umumnya digunakan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis pendapatan usaha dilakukan dengan rumus (Djamin, 1984):

µ = TR-TC Keterangan :

µ = Keuntungan

TR = Total Revenue (total penerimaan)

TC = Total Cost (total biaya)

Dengan kriteria:

(a) Apabila total penerimaan (TR) > total biaya (TC), maka usaha tersebut mengalami

keuntungan, sehingga usaha dapat dilanjutkan;

(b) Apabila total penerimaan (TR) < total biaya (TC), maka usaha tersebut mengalami

kerugian, sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan; dan

(c) Apabila total penerimaan (TR) = total biaya (TC), maka usaha tersebut tidak

mengalami keuntungan atau kerugian, dengan kata lain usaha tersebut berada pada titik impas.


(45)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografi dan Topografi

Kota Cirebon merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Barat

bagian timur laut tepatnya diperbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan

letak geografis pada posisi 06o41’ LS dan 108o33’ BT (Lampiran 2). Kota Cirebon

memiliki luas daratan 37,56 km2 dan luas areal perairan laut kurang lebih 51,8 km2.

Wilayah administrasi pemerintahan Kota Cirebon dibagi dalam 5 kecamatan dengan 22 Kelurahan, 237 Rukun warga, Serta 1.244 Rukun tetangga. Adapun batas wilayahnya sebagai berikut:

(1) Sebelah barat berbatasan dengan Sungai Banjir Kanal/Kabupaten Cirebon (2) Sebelah timur berbatasan dengan laut Jawa

(3) Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Kedung Pane/Kabupaten Cirebon (4) Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Kalijaga

Wilayah Kota Cirebon terletak pada daerah pantai utara Jawa Barat bagian timur yang merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 5 m dari permukaan laut. Ketinggian dataran cenderung meningkat kearah wilayah bagian selatan yaitu wilayah Kecamatan Harjamukti khususnya di Kelurahan Argasunya.

Kemiringan lahan di Kota Cirebon berkisar antara 0-25 %, yaitu: 0-3 % terdapat disebagian besar wilayah Kota Cirebon dan 4-25 % terdapat di wilayah Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti.

4.2 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kota Cirebon

Sarana dan prasarana perikanan yang baik merupakan salah satu pendukung pembangunan perikanan, sehingga dapat memberikan kemudahan bagi petani nelayan untuk melaksanakan usahanya yang akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Sarana dan prasarana perikanan tangkap, salah satunya adalah tersedianya Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Ada empat buah Tempat Pelelangan Ikan yaitu :


(46)

24

1). TPI Kebon Melati Kelurahan Kesenden Kecamatan Kejaksan 2). TPI Pesisir Kelurahan Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk 3). TPI Cangkol Kelurahan Kesepuhan Kecamatan Lemahwungkuk

4). TPI PPN Kejawanan Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk

Dalam kegiatannya dari empat TPI di atas hanya satu TPI yang aktif mengadakan pelelangan ikan yaitu TPI PPN Kejawanan, sedangkan tiga TPI lain tidak aktif melaksanakan pelelangan ikan. Hal ini dikarenakan sebagian besar nelayan menjual ikannya ke bakul dan rendahnya produktivitas bagi kapal-kapal perikanan tradisional dengan ukuran < 5 GT.

4.3 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Laut

Volume atau produksi ikan adalah banyaknya jumlah hasil tangkapan ikan (Kilogram) yang didaratkan disuatu tempat pendaratan ikan. Produksi perikanan laut di Kota Cirebon periode 2000-2002 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2003 mengalami penurunan sebesar 7.63 % dan pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 17,95 %. Penurunan produksi ini disebabkan oleh adanya penurunan produktivitas penangkapan, kenaikan BBM, harga ikan yang tidak stabil, dan proses perijinan kapal diatas 30 GT di Jakarta yang terlambat dan terhambat sehingga banyak kapal yang tidak dapat melaut, serta banyaknya pengusaha yang bangkrut.

Untuk lebih jelasnya perkembangan volume produksi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan volume produksi perikanan laut di Kota Cirebon periode 2000-2004 (kg)

Tahun

TPI Kebon Melati

TPI Pesisir

TPI PPN

Kejawanan Jumlah (kg)

Perkembangan (%)

2000 379,12 589,35 1.950.168,00 1.951.136,47 -

2001 485,6 72,05 2.592.233,00 2.592.890,65 32.89

2002 * * 3.283.544,00 3.283.544,00 26.64

2003 * * 3.033.030,00 3.033.030,00 -7.63

2004 * * 2.488.565,80 2.488.565,80 -17.95

Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (2005)


(47)

Nilai produksi adalah nilai yang diberikan terhadap jumlah hasil tangkapan (satuan rupiah). Nilai produksi perikanan laut di Kota Cirebon mengalami peningkatan periode 2000-2002, namun mengalami penurunan pada tahun 2003 sebesar 1,4 % dan pada tahun 2004 sebesar 4,7 %. Perkembangan nilai produksi

perikanan laut Kota Cirebon selama periode 2000-2004 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perkembangan nilai produksi (by landing) perikanan laut di Kota Cirebon periode 2000-2004

Tahun

TPI Kebon Melati

TPI Pesisir

TPI PPN

Kejawanan Jumlah (Rp)

Perkem bangan

(%)

2000 * 9.722.100 3.203.077.150 3.220.705.675 -

2001 1.222.500 2.980.000 4.863.477.130 4.877.679.930 51.45

2002 * * 5.446.023.450 5.446.023.450 11.65

2003 * * 5.370.818.850 5.370.818.850 -1.4

2004 * * 5.119.416.940 5.119.416.940 -4.7

Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (2005)

Keterangan: (*) = Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sudah tidak berfubgsi lagi.

4.4 Volume dan Nilai Produksi Per Jenis Ikan Yang Didaratkan di Kota Cirebon

Volume produksi per jenis ikan adalah banyaknya jumlah hasil tangkapan per

jenis ikan yang didaratkan di suatu tempat pendaratan ikan. Nilai produksi per jenis ikan adalah nilai yang diberikan terhadap jumlah hasil tangkapan per jenis ikan (satuan rupiah). Volume produksi ikan terbesar yang ada di Kota Cirebon periode 2002-2004 adalah udang jerbung dengan rata-rata volume produksi sebesar 130.8 ton per tahun. Tingginya volume produksi udang jerbung ini dipengaruhi oleh musim, cuaca, iklim dan metode penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan. Nilai produksi ikan terbesar yang ada di Kota Cirebon periode 2002-2004 adalah udang jerbung dengan rata-rata nilai produksi sebesar Rp 3.270.000,00 per tahun. Tingginya nilai produksi udang jerbung ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan permintaan pasar terhadap produksi udang jerbung. Untuk lebih jelasnya besarnya volume


(48)

26

produksi dan nilai produksi per jenis ikan yang didaratkan di Kota Cirebon periode

2002-2004 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Volume produksi dan nilai produksi per jenis ikan yang didaratkan di Kota Cirebon periode 2002-2004

2002 2003 2004 Jenis ikan Volume

(ton) Nilai produksi (Rp) Volume (ton) Nilai produksi (Rp) Volume (ton) Nilai produksi (Rp)

Manyung 80,2 160.400 109,5 219.000 166,1 332.200

Bambangan 68,2 170.500 92,6 231.500 140,5 351.250

Tigawaja 61,8 123.600 84,2 168.400 127,8 255.600

Bawal 49,2 197.600 67,4 269.600 102,2 408.800

Kuro 43,2 86.400 59 118.000 89,5 179.000

Tembang 61,8 123.600 84,2 168.400 127,8 255.600

Japung 68,2 102.300 92,6 138.900 140,6 210.900

Kembung 74,1 259.350 101 353.500 153,3 536.550

Tenggiri 43,2 194.400 59 265.500 89,5 402.750

Tongkol 37 111.000 50,5 151.500 76,7 513.890

Udang jerbung 114,4 2.860.000 124,40 3.110.000 153,6 3.840.000

Udang lainnya 32,8 295.200 36,70 330.500 138,9 1.250.100

Ikan lainnya 30,9 46.350 42 63.000 63,9 92.850

Jumlah 765,2 4.730.700 1003,1 5.587.600 1.570,4 8.632.490

Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (2005)

4.5 Unit Penangkapan Ikan 4.5.1 Kapal Penangkap Ikan

Kapal atau perahu penangkap ikan di Kota Cirebon dapat diklasifikasikan

menjadi 2 jenis, yaitu kapal motor (KM) dan perahu motor tempel (PMT). Kapal motor adalah kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin yang disimpan di dalam badan kapal (inboard engine), biasanya kapal motor ini digunakan untuk usaha perikanan skala besar seperti yang ada di Pelabuhan Kejawanan. Motor tempel adalah kapal atau perahu yang pengoperasiannya menggunakan mesin motor tempel (outboard engine) dan biasanya kapal atau perahu motor tempel ini umum dipakai oleh nelayan lokal dengan usaha perikanan skala kecil. Kapal motor umumnya menggunakan bahan bakar solar dan motor tempel umumnya menggunakan bahan bakar solar atau campuran solar dan minyak tanah. Kapal motor memiliki ukuran


(49)

10-115 GT sebanyak 105 unit dan motor tempel dengan ukuran 0-5 GT sebanyak 210 unit. Adapun data jumlah kapal motor (KM) dan perahu motor tempel (PMT) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Data jumlah kapal motor atau motor tempel di Kota Cirebon Tahun 2004

No Daerah pantai KM PMT Jumlah

1 Samadikun (TPI Kebon Melati) - 82 82

2 Pesisir (TPI Pesisir) - 82 82

3 Cangkol (TPI Cangkol) - 31 31

4 Kesunean (TPI Cangkol) - 15 15

5 Kejawanan (TPI PPN Kejawanan) 105 - 105

Jumlah 105 210 315

Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (2005)

4.5.2 Alat Tangkap

Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kota Cirebon sangat

bervariasi. Alat tangkap dominan yang digunakan oleh nelayan adalah bubu wadong berjumlah 300 pada tahun 2004. Lebih lengkap tentang jumlah alat tangkap di Kota

Cirebon pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Data jumlah alat tangkap di Kota Cirebon pada tahun 2004

Daerah Pantai Jenis alat

tangkap Samadikun Pesisir Cangkol Kesunean PPN

Kejawanan Jumlah

Jaring arad 89 71 28 - - 188

Garok 15 - 15 - - 30

Bubu wadong - - 300 - - 300

Rampus 4 15 - - - 19

Trammel net - - 26 - - 26

Rawai tuna - - - - 1 1

Jaring kejer - - 2 20 - 22

Liong bun - - - - 65 65

Bubu - - - - 39 39

Krakad 3 - - - - 3

Anco - 53 112 - - 165

Jumlah 111 139 484 20 105 858


(50)

28

4.5.3 Nelayan

Nelayan di Kota Cirebon dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu nelayan

pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik atau juragan adalah nelayan yang memiliki sarana produksi dan membiayai operasi penangkapan. Nelayan buruh adalah nelayan yang secara langsung melakukan operasi penangkapan. Ada nelayan buruh yang memiliki kapal atau perahu dan ada juga yang hanya menyediakan tenaga untuk operasi penangkapan. Jumlah nelayan buruh lebih banyak dibandingkan dengan nelayan pemilik. Perkembangan jumlah nelayan di Kota Cirebon periode

2003-2004 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Perkembangan jumlah nelayan (jiwa) di Kota Cirebon periode 2002-2004

Jenis nelayan Tahun

Nelayan pemilik Nelayan buruh Jumlah

Perkembangan (%)

2002 253 1523 1806 -

2003 256 1629 1885 4.37

2004 262 1778 2040 8.22

Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (2005)

4.6 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan

Kota Cirebon mengalami 3 macam angin muson yang dapat mempengaruhi musim suatu wilayah atau daerah, yaitu angin muson barat bertiup pada bulan Oktober sampai dengan Februari yang dikenal dengan musim penghujan, dan angin musim timur bertiup dari bulan Mei sampai dengan September yang dikenal dengan musim kemarau, sedangkan bulan Maret dan April dikenal dengan musim pancaroba (peralihan antara dua musim).

Pada musim kemarau di Kota Cirebon, angin bertiup dari arah tenggara yang disebut dengan angin timuran dan dikenal dengan angin kumbang, sedangkan pada musim penghujan angin bertiup dari arah utara yang disebut dengan angin baratan, pada musim baratan ini di Kota Cirebon terjadi musim ikan.

Nelayan di Kota Cirebon menentukan daerah penangkapan ikan umumnya berdasarkan kebiasaan atau pengalaman nelayan yang melakukan trip sebelumnya. Apabila hasil tangkapan pada trip sebelumnya banyak, maka nelayan akan melakukan


(51)

kegiatan di fishing ground yang sama. Sebaliknya, nelayan akan mencari daerah penangkapan yang baru apabila hasil tangkapan pada trip sebelumnya sedikit. Daerah penangkapan ikan yang dituju nelayan Kota Cirebon tersebar di sekitar Laut Jawa, yaitu Teluk Cirebon dan perairan indramayu, Selat sunda dan Perairan Sumatera.

4.7 Pemasaran Hasil Perikanan

Kegiatan pemasaran hasil perikanan yang sudah dilaksanakan dan sedang berjalan adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen, baik masyarakat Cirebon maupun memenuhi permintaan konsumen Jakarta, Semarang, Surabaya dan Bandung. Untuk lebih jelasnya urutan kegiatan pemasaran hasil perikanan di Kota Cirebon

dapat dilihat pada Gambar 9.

TPI

Perusahaan

Pengolahan & Eksportir

Gambar 9 Rantai pemasaran hasil perikanan laut Kota Cirebon

Nelayan

Hasil tangkapan ikan

Bakul tetap TPI

Perusahaan pengolahan dan eksportir

Memenuhi kualitas ekspor

Tidak memenuhi kualitas ekspor

Industri RT

Konsumen lokal Pengecer lokal


(52)

30

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Arad Selama Penelitian

Dalam penelitian ini telah dilakukan sebanyak 24 kali hauling dalam 5 trip

dimulai dari tanggal 22 Juli 2005 sampai 1 Agustus 2005 di Pesisir Utara, Kota Cirebon. Hasil tangkapan total yang teridentifikasi sebanyak 40 spesies yang terbagi kedalam tujuh kelompok organisme yaitu ikan sebanyak 22 spesies, moluska sebanyak 8 spesies, krustasea sebanyak 7 spesies, Arthropoda sebanyak 1 spesies, Echinodermata sebanyak 1 spesies, coelenterata sebanyak 1 spesies dan kelompok lain-lain. Jenis-jenis hasil tangkapan total baik yang dimanfaatkan atau dibuang

kelaut selama penelitian secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Jenis hasil tangkapan total jaring arad selama penelitian

No Kelompok Spesies Keterangan

Bawal putih (Pampus argentus) Dimanfaatkan Belanak (Valamugil speigieri) Dimanfaatkan Beloso (Saurida tumbil) Dimanfaatkan Bilis (Thryssa mystax) Dimanfaatkan Buntal (Legochepalus inermis) Dimanfaatkan Buntal besar (Arothtron stellatus) Dimanfaatkan Gulamah (Argyrosomus sp) Dimanfaatkan

Kakap putih (Lates calcarifer) Dimanfaatkan

Kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) Dimanfaatkan Kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) Dimanfaatkan Kerong-kerong (Therapon theraps) Dimanfaatkan Kuniran (Upeneus sulphureus) Dimanfaatkan Kuro (Eletheronema tetradactylum) Dimanfaatkan Lemadang (Coryphaena hippurus) Dimanfaatkan Lidah pasir (Cynoglossus lingua) Dimanfaatkan Pari (Himantura gerrardi) Dimanfaatkan

Pepetek (Leiognathus sp) Dibuang Remang (Congresok talabon) Dimanfaatkan

Selar (Caranx bucculentus) Dimanfaatkan Semadar (Siganus virgatus) Dimanfaatkan Sembilang (Euristhamus lepturus) Dimanfaatkan 1 Ikan


(53)

312 kg 86%

30,6 kg 8% 23,7 kg

6%

HTU HTS yang dimanfaatkan HTS Discards

No Kelompok Spesies Keterangan

Cumi-cumi (Loligo sp) Dimanfaatkan Haliotis japonica (kelas bivalvia) Dibuang

Keong macan (Babylonia spirata) Dimanfaatkan Kerang darah (Anadara granosa) Dibuang

Littorina sp (kelas Gastropoda) Dibuang

Murex ( kelas Gastropoda) Dibuang

Sotong (Sepia sp) Dimanfaatkan

2 Moluska

Turitella sp (kelas Gastropoda) Dibuang

Kepiting (Scylla sp) Dibuang Rajungan (Portunus pelagicus) Dimanfaatkan Udang dogol (Metapenaeus ensis) Dimanfaatkan Udang Jerbung (Penaeus merguiensis) Dimanfaatkan

Udang Krosok (Parapenaepsis sculptilis) Dimanfaatkan

Udang Ronggeng (Squilla sp) Dimanfaatkan 3 Krustase

Udang windu (Penaeus monodon) Dimanfaatkan

4 Arthropoda Mimi (Tachypleus) Dibuang

5 Echinodermata Bintang laut (Astropecten polyachantus) Dibuang

6 Coelenterata Ubur-ubur (Cassiopeia) Dibuang

7 Lain-lain Jenis kerang-kerangan Dibuang

Total hasil tangkapan dari jaring arad selama mengikuti trip sebanyak 366,3 kg,

terdiri dari hasil tangkapan udang (HTU) sebanyak 23,7 kg, hasil tangkap sampingan (HTS) yang dimanfaatkan sebanyak 30,6 kg dan yang dibuang kelaut (discards) sebanyak 312 kg. Selengkapnya tentang komposisi hasil tangkapan total jaring arad

dapat dilihat pada Gambar 10.


(54)

32

Hasil tangkapan total jaring arad selama penelitian didominasi oleh hasil tangkap sampingan. Sebagian besar hasil tangkap sampingan merupakan hasil

tangkap sampingan yang dibuang ke laut (discards). Jaring arad memberikan

kontribusi hasil tangkap sampingan yang lebih besar dan dapat menghasilkan produk lima kali lipat bila dibandingkan dengan alat tangkap lainnya (BPPI, 1997). Hal ini disebabkan karena jaring arad (mini trawl) merupakan alat yang paling efektif untuk menangkap udang dan ikan dasar lainnya. Dari segi konstruksi jaring arad memiliki kantong dengan ukuran mata jaring yang relatif kecil sehingga banyak organisme laut lain yang ikut tertangkap termasuk ikan dalam berbagai ukuran ketika alat tangkap tersebut dioperasikan. Rata-rata perbandingan berat antara hasil tangkapan udang dan hasil tangkap sampingan selama penelitian sebesar 1:15. Tingginya perbandingan udang dan ikan hasil tangkap sampingan dapat disebabkan karena:

(1) Alat tangkap jaring arad memiliki sifat aktif yaitu mengejar target ikan dengan

cara ditarik oleh perahu sehingga banyak ikan yang bukan menjadi target penangkapan ikut tertangkap (Manadiyanto et al., 2000).

(2) Perairan tempat penelitian adalah perairan dangkal dengan kedalaman 7-20 m,

kondisi ini menyebabkan bukaan mulut jaring arad masih dapat menyapu sebagian besar kolom perairan, ditandai dengan tertangkapnya jenis ikan pelagis.

(3) Perairan yang dangkal merupakan tempat ikan mencari makan (feeding ground),

pemijahan (spawning ground) dan pemeliharaan (nursery ground). Sehingga

banyak ikan-ikan muda (berukuran kecil) yang ikut tertangkap (Riyanto, 2005).

(4) Pengoperasian jaring arad tidak diikuti pemasangan By Catch Reduction Device

(BRD), sehingga jumlah ikan yang bukan menjadi target penangkapan banyak tertangkap (Chalimi, 2005).

5.1.1 Komposisi Hasil Tangkapan Udang

Hasil tangkapan udang selama penelitian (24 kali hauling dalam 5 trip) telah

diidentifikasi sebanyak 5 spesies udang, yaitu udang dogol (Metapenaeus ensis). Udang jerbung (Penaeus merguensis), udang krosok (Parapenaepsis sculptilis), udang ronggeng (Squilla sp) dan udang windu (Penaeus monodon). Jumlah total


(55)

udang yang tertangkap sebanyak 1.569 ekor dengan berat total sebanyak 23,7 kg. Komposisi hasil tangkapan udang berdasarkan jumlah spesies dan berat selama

penelitian dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12.

Gambar 11 Komposisi jumlah hasil tangkapan udang selama penelitian (ekor).

Gambar 12 Komposisi berat hasil tangkapan udang selama penelitian (kg)

255 ekor 16%

25 ekor 2%

11 ekor

1% 230 ekor

15%

1048 ekor 66%

U. Jerbung U. Dogol U. Krosok U. Ronggeng U. Windu

2,7kg 11%

2kg 8%

19kg 81%


(56)

34

Berdasarkan Gambar 11 dan Gambar 12 dapat dilihat bahwa hasil tangkapan

udang terbesar yaitu udang dogol (Metapenaeus ensis) sebanyak 1.048 ekor atau 66 % dari jumlah total hasil tangkapan udang dengan berat 19 kg atau 81 % dari berat total hasil tangkapan udang. Udang jerbung (Penaeus merguiensis) sebanyak 230 ekor atau 15 % dengan berat 2 kg atau 8 % dari total hasil tangkapan. Udang krosok (Parapenaepsis sculptilis) sebanyak 255 ekor atau 16 %, udang ronggeng (Squilla sp) sebanyak 25 ekor atau 2 % dan udang windu (Penaeus monodon) sebanyak 11 ekor atau 1 % dari jumlah total hasil tangkapan udang. Untuk berat total hasil tangkapan antara udang krosok, udang ronggeng dan udang windu disatukan pada saat penimbangan di bakul yaitu sebesar 2.7 kg atau 11 % dari berat total hasil tangkapan udang.

Hasil tangkapan udang banyak didominasi oleh udang dogol (Metapenaeus

ensis) dan udang krosok (Parapenaepsis sculptilis) dibandingkan udang jerbung

(Penaeus merguiensis), hal ini dikarenakan pengoperasian yang dilakukan pada saat penelitian adalah pada malam hari. Hasil tangkapan udang jerbung berfluktuasi menurut fase bulan dimana hasil tangkapan yang lebih tinggi terjadi sekitar bulan gelap, setengah purnama dan setelah bulan purnama. Sedangkan hasil tangkapan udang jerbung pada waktu siang hari lebih baik/lebih tinggi daripada waktu malam hari (Naamin, 1987). Tertangkapnya udang pada jaring arad karena udang bersifat bentik, udang mempunyai dua periode tingkah laku yang berbeda yaitu aktif dan pasif. Udang melakukan aktivitasnya pada malam hari dan membenam diri pada siang hari. Menjelang matahari terbit udang membenamkan diri dalam lumpur atau pasir atau mencari tempat yang agak gelap (Arhus, 1981 diacu dalam Saefuddin, 1995). Selama penelitian, udang jerbung (Penaeus merguiensis) yang didapat rata-rata memiliki ukuran yang kecil. Hal ini dikarenakan daerah penangkapan untuk jaring arad di Pesisir utara sebagian besar di daerah pantai sehingga udang jerbung yang didapat berukuran kecil atau masih muda. Untuk daerah penyebaran udang penaeid muda banyak terdapat dan terkonsentrasi di perairan pantai dan udang penaid dewasa terkonsentrasi di perairan yang lebih dalam pada kedalaman 15-40 m. Hal ini sesuai dengan daur hidup udang jerbung (Penaeus merguiensis) yang terbagi menjadi


(57)

dua fase yaitu fase laut dan fase muara sungai (Munro, 1968 diacu dalam Subagyo, 2005). Udang dewasa bertelur dan menetaskan larva di laut kemudian larva berkembang di muara sungai hingga akhirnya udang remaja berkembang menjadi udang dewasa dan matang telur serta kemudian memijah di laut

Selama penelitian, hasil tangkapan udang yang didapatkan oleh nelayan jaring arad di Pesisir Utara ini tergolong sedikit. Hal ini dikarenakan waktu penelitian termasuk musim timur sehingga hasil tangkapan udang sedikit. Pada musim timur atau musim kemarau dikenal nama angin kumbang yaitu angin yang bertiup dari arah tenggara. Dengan adanya angin ini hasil tangkapan udang yang didapat oleh nelayan semakin sedikit, namun kadang nelayan memilih untuk tidak melaut mengingat hasil yang didapat tidak bisa menutupi biaya operasional.

Jaring arad yang digunakan pada saat penelitian merupakan jaring arad standar yang umum digunakan oleh nelayan jaring arad di Kota Cirebon tanpa adanya perlakuan-perlakuan seperti penggunaan rantai pengejut (tickler chain) dalam upaya untuk meningkatkan hasil tangkapan udang (Rakhman, 2002) dan penggunaan gearbox pada in-board engine: pengaruhnya terhadap hasil tangkapan jaring arad (Fauzi, 2004). Menurut Rakhman (2002), komposisi hasil tangkapan udang pada jaring arad yang menggunakan tickler chain memiliki kesamaan dengan jaring arad standar perbedaannya adalah jumlah tangkapannya. Perbedaan jumlah hasil tangkapan ini diduga berkaitan erat dengan rantai yang dipasangkan pada jaring arad. Ketika jaring ditarik rantai akan menimbulkan bunyi dan mengejutkan udang yang bersembunyi di dasar perairan. Udang yang terkejut akan melompat dan akhirnya masuk ke dalam jaring. Sebagai akibatnya jaring arad yang dilengkapi dengan penggunaan rantai pengejut mempunyai peluang lebih banyak menangkap udang dibandingkan dengan jaring arad standar seperti yang digunakan oleh nelayan jaring arad di Pesisir Utara. Penggunaan gearbox pada in-board engine pun berpengaruh terhadap banyaknya jumlah hasil tangkapan yang didapat. Penggunaan gearbox dapat meningkatkan kecepatan perahu dan dapat meningkatkan luas area sapuan jaring arad pada saat dioperasikan di perairan (Fauzi, 2004).


(58)

36

5.1.2 Komposisi Hasil Tangkap Sampingan (By catch)

Hasil tangkapan non udang atau hasil tangkap sampingan yang dimaksud disini

adalah hasil tangkap sampingan (HTS) yang dimanfaatkan selama penelitian dengan perbandingan berat 1:10 dari hasil tangkap sampingan yang dibuang ke laut (discards). Jumlah total hasil tangkap sampingan sebanyak 821 ekor atau 30,6 kg, terdiri dari 21 spesies ikan , 3 moluska dan 1 krustase. Beberapa jenis hasil tangkap sampingan yang banyak tertangkap selama penelitian yaitu rajungan (Portunus pelagicus) dengan jumlah 176 ekor atau 20 % dari jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan yang berhasil tertangkap, sotong (Sepia sp) dengan jumlah 146 ekor atau 18 %, ikan gulamah (Argyrosomus sp) dengan jumlah 130 ekor atau 16 %, ikan tigawaja (Pennahia argentata) dengan jumlah 114 ekor atau 14 %, ikan beloso (Saurida tumbil) dengan jumlah 47 ekor atau 6 %, cumi-cumi (Loligo sp) dengan jumlah 37 ekor atau 5 %, ikan lidah pasir (Cynoglossus lingua) dengan jumlah 33 ekor atau 4 % dan sisanya ikan campuran dengan jumlah 138 ekor atau 17 % dari jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan. Komposisi hasil tangkap

sampingan berdasarkan jumlah dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Komposisi jumlah HTS selama penelitian (ekor)

130 ekor 16%

146 ekor 18% 176 ekor

20%

114 ekor 14% 47 ekor

6%

138 ekor 17% 33 ekor

4% 37 ekor

5%

Rajungan Sotong Gulamah Tigawaja


(59)

13,8 kg 45%

10,8 kg 35%

6 kg 20%

Rajungan Sotong & Cumi-cumi Ikan

Untuk berat total hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan selama

penelitian, pada saat penimbangan di bakul dibedakan menurut jenis, yaitu jenis ikan (ukuran besar dan ukuran kecil), jenis rajungan (ukuran besar dan ukuran kecil) serta

jenis sotong dan cumi-cumi. Berat hasil tangkap sampingan terbanyak yaitu untuk jenis ikan sebanyak 13.8 kg atau 45 % dari berat total hasil tangkap sampingan. Untuk jenis rajungan sebanyak 10,8 kg atau 35 % serta jenis sotong dan cumi-cumi sebanyak 6 kg atau 20 % dari berat hasil tangkap sampingan. Komposisi hasil

tangkap sampingan berdasarkan berat dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Komposisi berat HTS selama penelitian (kg)

Komposisi hasil tangkap sampingan yang disajikan merupakan komposisi hasil tangkapan yang diperoleh pada saat penelitian yaitu pada musim timur. Hasil tangkap sampingan yang tertangkap selama penelitian didominasi oleh sumberdaya ikan demersal. Sumberdaya ikan demersal yang mendiami wilayah paparan atau perairan dekat pantai memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan ikan pelagis (Mahiswara, 2004). Jenis sumberdaya ikan demersal ini tidak saja kelompok ikan, namun juga kelompok non ikan seperti moluska, krustase, colenterata, arthropoda dan echinodermata. Selain jenis ikan demersal, dalam komposisi hasil tangkap sampingan juga terdapat jenis ikan pelagis. Tertangkapnya ikan-ikan pelagis disebabkan beberapa faktor. Salah satu faktor penyebabnya adalah perairan dangkal


(1)

Kepiting (Scylla sp) Keong Macan (Babylonia spirata)

Rajungan (Portunus pelagicus) Hasil tangkapan saat hauling

Gg

Remang (Congresok talabon) dan Gulamah (Argyrosomus amoyensis) Buntal besar (Arothron stellatus)


(2)

Lidah Pasir (Cynoglossus lingua) Lemadang (Coryphaena hippurus)

Pari (Himantura gerrardi) Bilis (Thryssa mystax)

Bintang laut (Astropecten polyachantus) Kembung lelaki(Rastrelliger kanagurta)*

Sumber: Dokumentasi Pribadi


(3)

Cirebon tahun 2005

Jumlah trip per tahun : 236 trip

Musim biasa/paceklik : 126 trip (Maret-September) Musim puncak : 110 trip (Oktober-Februari) Penyusutan = Nilai beli

Umur teknis

1. Biaya Investasi

a) Kapal (umur ek. 10 th) ... ………… Rp 7.000.000,00 b) Mesin (umur ek. 5 th)………... Rp 2.000.000,00 c) Alat tangkap (umur ek. 2 th)………. Rp 600.000,00 d) Layar (umur ek. 1 th)………. Rp 100.000,00 Total investasi ………... Rp 9.700.000,00

2. Biaya Tetap

a) Penyusutan kapal ….. ……….…... Rp 700.000,00 b) Penyusutan mesin ………. Rp 400.000,00 c) Penyusutan alat tangkap ………. Rp 300.000,00 d) Penyusutan layar ………Rp 100.000,00 e) Perawatan kapal per tahun ……… Rp 600.000,00 f) Perawatan mesin per tahun ……….. Rp 1.000.000,00 g) Perawatan alat tangkap per tahun ………. Rp 360.000,00 Total biaya tetap ………... Rp 3.460.000,00

3. Biaya variabel

a) Solar 20 lt x 236 trip x Rp 2.300,00 ……….. Rp 10.856.000,00 b) Minyak tanah 10 ltr x 236 trip x Rp 1.200,00 ………... Rp 2.832.000,00 c) Oli 1 lt x 236 trip x Rp 5000 ………. Rp 1.180.000,00 d) Es 1/8 batang (236 trip x Rp 1.500,00). ……… Rp 354.000,00 e) Perbekalan Rp 30.000,00 x 236 Trip ……… Rp 7.080.000,00 Total biaya variabel………... Rp 22.302.000,00 Total biaya ……… Rp 25.762.000,00


(4)

4. Penerimaan (revenue)

a) Musim biasa/paceklik

1 Hasil tangkapan udang

ƒ Udang jerbung 0.27 kg/trip x 126 trip x Rp 45.000,00 Rp 1.530.900,00 ƒ Udang dogol 4.43 kg/trip x 126 trip x Rp 20.000,00 Rp 11.163.600,00 ƒ Udang krosok 0.90 kg/trip x 126 x Rp 6.500,00 Rp 737.100,00 Sub jumlah ……….. Rp 13.431.600,00 2 Hasil tangkap sampingan

ƒ Rajungan besar 1,29 kg/trip x 126 trip x Rp 15.000,00 Rp 2.438.100,00 ƒ Rajungan kecil 1,08 kg/trip x 126 trip x Rp 3.000,00 Rp 408.240,00 ƒ Ikan besar 1,03 kg/trip x 126 trip x Rp 3.000,00 Rp 389.340,00 ƒ Ikan kecil 2,88 kg/trip x 126 trip x Rp 1.000,00 Rp 362.880,00 ƒ Cumi & sotong 1,10 kg/trip x 126 trip x Rp 10.000,00 Rp 1.386.000,00 Sub jumlah ……… Rp 4.984.560,00

b) Musim puncak

1 Hasil tangkapan udang

ƒ Udang jerbung 1 kg/trip x 110 trip x Rp 35.000,00 Rp 3.850.000,00 ƒ Udang dogol 6.5 kg/trip x 110 trip x Rp 13.000,00 Rp 9.295.000,00 ƒ Udang krosok 4.5 kg/trip x 110 x Rp 6.000,00 Rp 2.970.000,00 Sub jumlah ……….. Rp 16.115.000,00 2 Hasil tangkap sampingan

ƒ Rajungan besar 6 kg/trip x 110 trip x Rp 10.000,00 Rp 6.600.000,00 ƒ Rajungan kecil 5.5 kg/trip x 110 trip x Rp 2.000,00 Rp 1.210.000,00 ƒ Ikan besar 1,5 kg/trip x 110 trip x Rp 2.500,00 Rp 412.500,00 ƒ Ikan kecil 3 kg/trip x 110 trip x Rp 1.000,00 Rp 330.000,00 ƒ Cumi & sotong 1,10 kg/trip x 110 trip x Rp 9.000,00 Rp 1.089.000,00 Sub jumlah ……… Rp 9.641.500,00

c) Total penerimaan (total revenue) ……… Rp 44.172.660,00

5. Analisis pendapatan usaha

ƒ Total penerimaan (TR) = Rp 44.172.660,00 ƒ Total biaya (TC) = Rp 25.762.000,00 ƒ Investasi = Rp 9.700.000,00

Keuntungan = Total penerimaan (TR) – Total biaya (TC) = Rp 44.172.660,00-25.762.000,00

= Rp 18.410.660,00


(5)

(6)

73 Lintang (LS) Bujur (BT) Lintang (LS) Bujur (BT) Setting Hauling

1 22/07/2005 06o42.818’ 108o35.311’ 06o43.023’ 108o35.291’ 07.21 08.50

2 22/07/2005 06o41.362’ 108o34.363’ 06o42.271’ 108o34.431’ 09.10 10.50

3 22/07/2005 06o41.529’ 108o34.235’ 06o42.223’ 108o34.729’ 11.20 13.15

4 22/07/2005 06o42.735’ 108o35.274’ 06o43.232’ 108o35.435’ 13.35 16.01

5 25/07/2005 06o43.074’ 108o36.717’ 06o43.071’ 108o37.151’ 17.20 18.29

6 25/07/2005 06o43.055’ 108o37.094’ 06o42.361’ 108o38.236’ 18.41 20.08

7 25/07/2005 06o42.779’ 108o38.034’ 06o43.236’ 108o38.370’ 20.19 22.10

8 26/07/2005 06o42.220’ 108o38.413’ 06o43.303’ 108o37.540’ 22.20 23.53

9 26/07/2005 06o43.220’ 108o37.547’ 06o43.373’ 108o37.324’ 00.05 01.26

10 26/07/2005 06o43.008’ 108o37.278’ 06o42.842’ 108o37.419’ 01.42 02.31

11 28/07/2005 06o42.223’ 108o38.431’ 06o43.305’ 108o37.610’ 17.25 19.20

12 28/07/2005 06o43.075’ 108o37.163’ 06o43.073’ 108o36.721’ 19.28 21.30

13 28/07/2005 06o43.011’ 108o37.281’ 06o42.836’ 108o37.421’ 21.35 23.40

14 29/07/2005 06o42.261’ 108o38.231’ 06o43.061’ 108o37.102’ 23.49 01.05

15 29/07/2005 06o43.035 108o37.539’ 06o43.363’ 108o37.357’ 01.15 03.09

16 29/07/2005 06o42.789’ 108o38.038’ 06o43.242’ 108o38.376’ 03.20 04.50

17 29/07/2005 06o41.008’ 108o43.179’ 06o40.863’ 108o43.493’ 18.01 20.20

18 29/07/2005 06o41.021’ 108o43.724’ 06o40.557’ 108o43.631’ 20.30 22.50

19 30/07/2005 06o40.829’ 108o43.220’ 06o40.826’ 108o43.649’ 23.20 02.05

20 30/07/2005 06o41.066’ 108o43.539’ 06o40.629’ 108o43.441’ 02.30 04.20

21 31/07/2005 06o41.328’ 108o42.932’ 06o40.719’ 108o43.461’ 18.00 19.04

22 31/07/2005 06o40.831’ 108o43.617’ 06o40.545’ 108o43.714’ 19.10 20.17

23 01/08/2005 06o42.009’ 108o37.835’ 06o42.463’ 108o37.745’ 22.05 00.34