Prosedur Penelitian PENGARUH RANSUM BERKADAR PROTEIN KASAR BERBEDA TERHADAP JUMLAH ERITROSIT, KADAR HAEMOGLOBIN, DAN HEMATOKRIT ITIK JANTAN

26 3. Pemeliharaan dan pemberian perlakuan Itik dipelihara dalam sekat untuk perlakuan dalam 1 sekat berisi 3 ekor. Pemberian perlakuan itu dilakukan berdasarkan taraf pemberian protein kasar dalam ransum yang berbeda dengan taraf 16, 18, 20, dan 22. Itik diberikan ransum dengan jumlah pemberian berdasarkan kebutuhan ransum perharinya. Gambar 3. Pemeliharaan dan pemberian perlakuan 4. Koleksi data Pengambilan data dilakukan pada akhir pemeliharaan, ketika itik berumur 70 hari. Penulis melakukan pengambilan data dengan mengambil darah itik menggunakan jarum suntik. Pengambilan darah itik 1 dari 3 jumlah itik pada setiap perlakuan. 27 Gambar 4. Koleksi data Adapun data yang diambil adalah sebagai berikut : a. Jumlah eritrosit Eritrosit diperoleh dari pengambilan sampel darah dihisap dengan pipet eritrosit standar sampai tanda 0,5, kemudian menghisap larutan Hayem hingga tanda 101, kemudian pipet eritrosit dikocok dengan membuat angka 8 agar darah bercampur baik. Larutan darah 3-4 tetes dimasukkan dalam kamar hitung yang ditutup dengan kaca penutup. Penghitungan jumlah eritrosit dilakukan dibawah mikroskop Sastradipraja et al., 1989. b. Kadar haemoglobin Haemoglobin dihitung dengan metode Sahli. Larutan HCl 0,01 N diteteskan pada tabung Sahli sampai tanda tera 0,1 atau garis bawah, kemudian sampel darah dihisap menggunakan pipet hingga mencapai tanda tera atas. Sampel darah segera dimasukkan ke dalam tabung dan ditunggu selama 3 menit atau hingga berubah warna menjadi coklat kehitaman akibat reaksi antara HCl dengan haemoglobin membentuk asam hematin. Larutan ditambah dengan aquades, diteteskan sedikit sambil terus diaduk. Larutan aquades ditambahkan hingga warna larutan sama dengan warna standar haemoglobinometer. Nilai haemoglobin di kolom “gram ” Hematokrit Kadar Hb Eritrosit 28 yang tertera pada tabung haemoglobin, yang berarti banyaknya haemoglobin dalam gram 100 ml darah Sastradipraja et al., 1989. c. Hematokrit Nilai hematokrit ditentukan dengan cara metode mikrohematokrit. Tabung mikrokapiler hematokrit yang dimasukkan darah sampai ¾ bagian tabung dan ditutup dengan penutup khusus. Tabung kapiler yang ditempatkan dalam sentrifuse hematokrit kemudian diputar dengan kecepatan16.000 rpm selama 3-5 menit. Nilai hematokrit dihitung dengan menggunakan grafik alat baca mikrohematokrit Sastradipraja et al., 1989.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam kemudian apabila menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata, dilakukan pengujian lanjut dengan uji Duncan’s Multiple Range Test DMRT Steel dan Torrie, 1993. V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. kadar protein kasar dalam ransum tidak berpengaruh terhadap jumlah eritrosit, kadar haemoglobin, dan hematokrit; 2. Semua ransum perlakuan menghasilkan jumlah eritrosit, kadar haemoglobin, dan hematokrit dengan komdisi normal.

B. Saran

Saran yang dianjurkan dari hasil penelitian ini perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut pada kandungan asam – asam amino dan mineral. ✁ DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia : Pakan Itik Dara. 5001-01-3909-2006. Bloom, W dan Fawcett, D.W. 1994. Buku ajar Histologi. 12th Ed. Penerjemah : Jan Tambayong. EGC. Jakarta. Budiman, R. 2007. Pengaruh Penambahan Bubuk Bawang Putih pada Ransum Terhadap Gambaran Darah Ayam Kampung yang Diinfeksi Cacing Nematoda Ascaridia galli. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Campbell TW. 1995. Avian Hematology and Cytology. 1th Ed. Iowa State University Press. Ames. Iowa. United States of America. Dharmawan, NS. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner, Hematologi Klinik. Skripsi. Universitas Udayana : Denpasar. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. CV. Karya Cemerlang. Jakarta. Fathul, F., Liman., N. Purwaningsih, dan S. Tantalo. 2013. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Buku Ajar. Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Frandson, R.D. 1993. Anatomy and Physiology of Farm Animal. Diterjemahkan oleh Srigandono dan Koen Praseno. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Ganong, W.F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 14th Ed. Diterjemahkan oleh dr. Jonatan Oswari. EGC. Jakarta. Guyton A.C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Diterjemahkan oleh Irawati Setiawan. EGC. Jakarta. Hoffbrand A.V, JE Pettit. 1996. Kapita Selekta Hematologi. Ed ke-2. Iyan D, penerjemah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Terjemahan dari : Essential Hematology.