23
3.
Calo
Penggunaan combine harvester dalam proses panen memunculkan profesi baru di desa. Calo atau peluncur dibutuhkan sebagai perantara yang bekerja untuk pengelola combine harvester. Calo
mendapatkan keuntungan dari komisi per luasan lahan yang berhasil dipanen menggunakan menggunakan combine harvester. Komisi yang diterima oleh calo beragam mulai dari 100-300 ribu
per ha lahan panen. Terdapat juga yang menerapkan komisi per karung gabah yang dihasilkan, sebesar 2500-3000 per karung. Bahkan, terdapat calo yang mendapatkan keuntungan baik dari
pengelola lahan maupun dari petani yang sawahnya berhasil di panen menggunakan combine harvester. Keuntungan tersebut diperoleh dengan jalan mendapatkan komisi dan menaikkan harga
sewa combine harvester kepada petani. Tugas calo adalah mencari petani-petani pemilik atau penggarap sawah yang bersedia menggunakan
combine harvester pada saat panen. Calo ini biasanya merupakan pengurus Gapoktan Poktan di desa atau preman-preman yang disegani di desa.
3.4.2 Kerugian Penggunaan Combine Harvester Secara Sosial
1.
Mahalnya biaya olah lahan pada musim tanam selanjutnya
Pengolahan lahan persiapan tanam berikutnya pada sawah yang dipanen menggunakan combine harvester menjadi lebih sulit dan biayanya lebih mahal. Pada sawah yang dipanen menggunakan
combine harvester tanahnya menjadi padat bantat dan lebih banyak lubang menyerupai parit. Dibutuhkan pengolahan ekstra pada lahan yang keras dan berlubang. Hal ini berbeda dengan lahan
paska panen manual atau menggunakan power thresher yang tanahnya masih tetap rata dan tidak padat.
Biaya oleh lahan pada sawah yang dipanen manual atau menggunakan power thresher sekitar 800 ribuha, sedangkan jika dipanen menggunakan combine harvester biaya olah lahan mencapai 1-1,2
jutaha. Mahalnya biaya olah lahan selain disebabkan karena pengolahannya lebih sulit dan jumlah hari yang dibutuhkan lebih banyak. Sebelum diolah menggunakan traktor tangan, jerami sisa panen
dengan combine harvester harus dipangkas terlebih dahulu karena lebih tinggi. Membutuhkan biaya tenaga kerja tambahan untuk memotong jerami sisa yang tidak bisa langsung diolah menggunakan
traktor tangan. 2.
Mengurangi waktu kerja pemilik mesin perontok power thresher
Combine harvester dapat mengurangi hari orang kerja HOK bagi pemilik mesin perontok power thresher. Seperti yang terjadi di Kisaran, sebelum combine harvester beroperasi, pemilik power
thresher dapat bekerja selama 30 hari selama musim panen. Namun, ketika combine harvester masuk ke desa dan beroperasi maka jumlah HOK pemilik power thresher hanya 14-20 hari selama
musim panen.
Pada musim kemarau, keberadaan combine harvester sangat mengurangi luas panen oleh pemilik power thresher. Pada musim penghujan, mesin power thresher dapat melakukan panen pada sawah
seluas 30 ha dengan lama kerja selama 1-2 bulan. Sementara, pada musim kemarau mesin power thresher tidak bekerja sama sekali. Hampir semua sawah di Tanjung dipanen menggunakan combine
harvester pada saat panen musim kemarau. Lebih parah lagi, beroperasinya mesin combine harvester telah menghilangkan fungsi kerja power
thresher. Di Kayaran Sulawesi Selatan, pemilik power thresher tidak lagi mampu bersaing dengan combine harvester mendapatkan lahan panen. Hanya ada 1 orang pemilik mesin perontok yang
24
mampu membeli combine harvester murah merk Cina yang kalah bersaing dengan combine harvester mahal lainnya.
3. Penurunan pendapatan bawon bagi petani lahan sempit