Wawancara Mendalam Combine Harvester: Teknologi Tidak Tepta Guna

9 sekaligus buruh tani. Pada saat transek, dilakukan juga validasi data sekunder bersama dengan aparatur desa atau pihak-pihak yang berkompetan memberikan informasi mengenai kondisi desa.

c. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam dengan informan kunci dilakukan untuk mendapatkan detail mengenai isu-isu menarik yang berkaitan dengan tema penelitian. Informan merupakan warga desa yang dapat memberikan informasi detail terkait dengan isu teknologi dan kesempatan kerja di pertaniannonpertanian. Pengambilan data menggunakan teknik ini lebih pada eksplorasi rinci tentang kontek desa seperti stuktural sosial-politik di dalam desa, bagaimana penggunaan teknologi, faktor penghambatpendukung penerapan teknologi, dan tantangan produktivitas pertanian di desa. Selain itu, wawancara mendalam dilakukan untuk mengecek berbagai kebijakan pemerintah pusat, propinsi, atau kabupaten yang mempengaruhi kegiatan pertanian di desa. Peneliti perlu melakukan triangulasi berulang kali mengenai kebijakan yang ada dan implementasinya sehingga mampu memahami dampak yang benar-benar terjadi di desa. 2.3 Metode Analisis Proses analisis data dilakukan dengan cara melihat kesamaan pola temuan lapangan dan memperhatikan variasi yang muncul pada pola yang ditemukan. Dalam laporan ini, variasi temuan disajikan dalam bentuk contoh kisah yang relevan. Penyampaian variasi ini diperlukan untuk memperkaya gambaran kenyataan yang terjadi akibat penggunaan combine harvester dan teknologi lainnya. Data kuantitatif dan kualitatif dikategorikan selaras dengan indikator utama dan indikator turunan. Analisis data kemudian dilakukan secara bertingkat berdasarkan: 1. Aktor-aktor yang terlibat dengan adanya teknologi combine harvester 2. Strata sosial ekonomi aktor-aktor masyarakat 2.4 Keterbatasan Studi Studi ini memiliki sejumlah keterbatasan yang telah diperkirakan ketika studi ini dirancang, mencakup: 1. Keterbatasan waktu pada saat pengambilan data lapangan fieldwork. Informasi mengenai persentase penguasaan lahan berdasarkan luasan diperoleh melalui data sekunder desa atau Dinas Pertanian serta proyeksi dari informan kunci. Data persentase penguasaan merupakan estimasi karena tidak diperoleh melalui pengumpulan data survei kuantitatif seperti sensus atau kuesioner. Para peneliti diharapkan untuk mengumpulkan informasi dengan cepat. 2. Potensi perubahan lokasi studi. Hal ini terjadi karena pemilihan lokasi didasarkan pada kepemilikan dan penggunaan combine harvester dan transplanter di dalam desa sehingga jika desa yang dituju tidak terdapat kepemilikan combine harvester dan transplanter dan penggunaannya maka lokasi desa akan mengalami perubahan. 10 BAB III TEMUAN STUDI DAN ANALISIS 3.1 Konteks Desa-Desa Penelitian 3.1.1 Penguasaan Lahan Pertanian