Keputusan petani lahan sempit dalam menggunakan combine harvester pada saat panen

25 4. Berkurangnya kesempatan kerja panen bagi buruh panen perempuan Di semua desa penelitian, tenaga kerja yang terlibat dalam panen menggunakan combine harvester adalah buruh laki-laki, termasuk juga calo panen. Semua operator combine harvester adalah laki-laki. Satu hingga tiga orang asisten operator juga buruh laki-laki. Tenaga kerja laki-laki yang terlibat biasanya merupakan orang kepercayaan atau masih ada hubungan saudara. Pilihan pekerjaan bagi buruh panen perempuan selain pada saat panen juga sangat terbatas. Buruh perempuan juga harus bersaing dengan buruh laki-laki untuk mendapatkan pekerjaan non panen tersebut. Di Sambi, laki- laki lebih mudah mengakses pekerjaan seperti menjadi pengemudi becak motor, buruh bangunan, atau buruh penjemuran di pabrik. Berikut ini cerita menarik informan secara lebih detail tentang dampak masukknya combine harvester yang dirangkum dalam box 3.3

5. Keputusan petani lahan sempit dalam menggunakan combine harvester pada saat panen

sangat tergantung kepada petani lahan luas. Combine harvester tidak mau melakukan panen pada lahan kecil dibawah 0,5 ha jika lokasi sawah sulit dijangkau. Selain itu, combine harvester tidak melayani panen pada lahan sempit yang tidak berada dalam satu hamparan dengan sawah lain yang akan dipanen. Petani lahan luas lebih bisa menentukan sendiri sistem panen yang diinginkan, seperti tebasan, menggunakan power thresher, atau menggunakan combine harvester pada saat panen. Sementara pada desa-desa yang keberadaan combine harvester sudah massif di dalam desa, keputusan panen oleh petani lahan sempit lebih bergantung kepada petani lahan luas yang ada dalam satu hamparan. Petani lahan sempit tidak bisa serta merta menentukan panen menggunakan combine harvester sementara petani lahan luas yang berada dalam satu hamparan. Selain itu, mayoritas petani di Desa Kendah yang memiliki petak sawah yang sempit merasa keberatan jika harus mengeluarkan uang tunai untuk biaya panen menggunakan combine harvester. Petani lebih memilih menggunakan tenaga derep, karena tidak harus mengeluarkan uang tunai sebagai biaya panen. Petani kecil lebih memilih membayar bawon dengan perbandingan 1:10 dibandingkan dengan harus membayar sewa combine harvester sebesar 200-300 ribucengkal. 25 25 1 hektar sama dengan 7 cengkal Ibu Imah buruh p anen di Kelurahan Kayaran, mengatakan bahwa setelah banyak combine harvester yang masuk ke Kayaran banyak buruh pasangkih dan para pengumpul sisa padi yang tidak lagi memiliki pekerjaan. Mereka yang kebanyakan wanita kini menganggur atau beralih pekerjaan. Reaksi mereka terhadap combine harvester disampaikan melalui keluh kesah sesama buruh pasangkih. Mereka tidak melakukan protes terbuka karena tidak berani terhadap pemilik combine harvester. Mereka hanya bisa pasrah. Mereka berpikir kalaupun mereka melakukan protes, mungkin nanti tidak dihiraukan juga. Hal ini juga dirasakan oleh Bu Marnah. Dirinya tidak pernah lagi bekerja sebagai buruh panen setelah hilangnya deros, mesin perontok. Padahal, dulu Bu Marnah dapat bekerja sebagai buruh panen hingga ke luar kota. Pada saat masih aktif sebagai buruh panen, setiap selesai panen dirinya bisa belanja ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari – hari. Namun, sekarang dirinya tidak memiliki tambahan penghasilan selain dari hasil menggarap sawah tetangganya. Dahulu, sebagian ibu-ibu di Kayaran dalam satu hari mendapatkan upah rata-rata sekitar 10 kg. Mereka kemudian menjualnya untuk mendapat uang. Sementara, dalam sehari dapat mengumpulkan rata-rata 80 kg gabah dari hasil mengumpulkan padi sisa panen. Hasil tersebut jika dijual bisa mencapai 250 ribu . 26

6. Hilangnya pendapatan gabah bagi buruh ngasak.