1
PEDOMAN REKONSILIASI A.
Latar Belakang Rekonsiliasi
Sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Pasal 33
menyatakan bahwa sistem pengendalian intern yang andal harus diciptakan prosedur rekonsiliasi antara transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh Pengguna
AnggaranKuasa Pengguna Anggaran dengan data transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh Bendahara Umum NegaraDaerah.
Selanjutnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59PMK.062005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, menyatakan bahwa
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat SAPP terdiri dari : 1. Sistem Akuntansi Pusat SiAP yang dilaksanakan secara berjenjang oleh unit-unit
Ditjen PBN dimulai dari tingkat KPPN, Kanwil Ditjen PBN dan Kantor Pusat Ditjen PBN yang terdiri dari SAKUN yang menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca
KUN dan SAU yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU. 2.
Sistem Akuntansi Instansi SAI yang dilaksanakan secara berjenjang oleh Kementerian NegaraLembaga dengan membentuk unit akuntansi keuangan yang
dimulai dari tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran UAKPA, Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Wilayah UAPPA-W, Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Anggaran-Eselon 1 UAPPA-E1, Unit Akuntansi Pengguna Anggaran UAPA dan unit akuntansi barang UAPB, UAPPB-E1, UAPPB-W dan
UAKPB, pemrosesan data yang dilakukan menghasilkan Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Pelaksanaan SiAP dan SAI yang terpisah akan menghasilkan data yang akurat dan andal apabila kedua sub sistem tersebut menghasilkan suatu internal check yang
kemudian secara berkala harus dilakukan rekonsiliasi. Agar rekonsiliasi data transaksi tersebut terlaksana dengan baik, maka perlu diatur dalam suatu pedoman yang lebih
rinci.
B. Kebijakan Rekonsiliasi
1. Sesuai dengan Permenkeu 59PMK.062005 bahwa semua satker harus melakukan rekonsiliasi dengan KPPN. Hasil rekonsiliasi berupa ADK dan Laporan
Keuangan dikirimkan ke UAPPA-W. Selanjutnya UAPPA-W melakukan rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen PBN.
2. Satker di daerah yang kewenangannya Kantor Pusat KP, sepanjang satker tersebut merupakan satker instansi wilayah, tetap harus menggunakan kode
wilayah sesuai DIPA dan tidak diperkenankan menggunakan kode wilayah 0199. Satker instansi pusat yang berkedudukan di wilayah tidak melakukan rekonsiliasi
dengan kanwil DJPBN setempat contohnya Akademi Kepolisian merupakan satker instansi pusat yang ada di daerah.
2 3. UAPPA-E1 yang menerima data setiap bulan dari satuan kerja yang merupakan
instansi pusat harus melakukan rekonsiliasi dengan Dit. APK setiap triwulan. Sedangkan satker yang menggunakan kode kewenangan KP tetapi merupakan
satker wilayah harus melakukan rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen PBN melalui UAPPA-W setempat.
4. Satuan kerja yang tidak satu wilayah dengan UAPPA-W nya, tidak diwajibkan rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen PBN. UAPPA-W yang menerima kiriman data dari
satker tersebut di atas wajib melakukan rekonsiliasi dengan kanwil Ditjen PBN setempat contoh : Polres Bekasi yang ada di wilayah Jawa Barat tetapi UAPPA-W
ada di DKI Jakarta, maka Polres Bekasi tidak perlu rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen PBN Jawa Barat
5. BAE1 yang mempunyai beberapa UAPPA-W dalam satu wilayah harus melakukan rekonsiliasi dengan Kanwil Ditjen PBN berdasarkan satker di wilayahnya contoh :
Propinsi DKI Jakarta mempunyai lebih dari satu Kanwil Ditjen Pajak, masing- masing Kanwil merupakan UAPPA-W tersendiri yang membawahi beberapa
satkerKPP yang menjadi lingkup wilayah kerjanya. Rekonsiliasi masing-masing UAPPA-W dengan Kanwil Ditjen PBN dilakukan per satker untuk lingkup kerjanya.
6. BA yang mempunyai kantor vertikal di daerah, tetapi tidak mempunyai kantor wilayah harus menunjuk salah satu satker sebagai UAPPA-W.
7. Data yang berhubungan dengan penerimaan danatau pengeluaran pada satker yang pencairan dananya pada beberapa KPPN, rekonsiliasi dilakukan pada KPPN
setempat, sebesar dana yang disetordicairkan pada KPPN tersebut, tidak harus memisahkan data dalam laporan yang berasal dari KPPN lain.
8. Dalam melakukan rekonsiliasi dangan KPPN, KPPN memastikan bahwa satker menyertakan laporan BMN pada semua tingkatan.
9. Setiap rekonsiliasi SAU dan SAI di seluruh tingkatan diterbitkan berita acara rekonsiliasi. Jika hasil rekonsiliasi belum sama, diterbitkan Berita Acara
Rekonsiliasi Sementara. Jika hasil rekonsiliasi sudah sama diterbitkan Berita Acara Rekonsiliasi Final. BAR final diterbitkan dengan memperhatikan batas waktu
penyelesaian dan penyampaian laporan keuangan. 10. Setiap penerbitan BAR harus dilampiri dengan Laporan Hasil Rekonsiliasi LHR.
11. Yang bertanggungjawab menerbitkan Berita Acara Rekonsiliasi BAR adalah KPPNKanwil Ditjen PBN sebagai kuasa BUN sesuai dengan kewenangannya.
3
C. Unsur-Unsur Rekonsiliasi