PENDAHULUAN Pedoman Teknis Pembinaan Usaha Perkebunanan Berkelanjutan

1 PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis, ekologis, dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan memiliki fungsi antara lain: a fungsi ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; b fungsi ekologi, yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung; dan c sosial budaya yaitu sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Perusahaan Perkebunan Besar mempunyai peranan yang penting terutama sebagai sumber pendapatan Negara, sumber teknologi dan menejemen, penyerapan tenaga kerja, pemicu pengembangan wilayah, mitra usaha perkebunan rakyat, menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Hasil produksi perkebunan juga 2 merupakan bahan baku industri baik untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Pemberian Izin Usaha Perkebunan berdasarkan peraturan Menteri Pertanian Nomor : 26PermentanOT.14022007 perusahaan wajib memenuhi berbagai ketentuan antara lain legalitas, manajemen, penyelesaian hak atas tanah, realisasi pembangunan kebun dan atau unit pengolahan, kepemilikan sarana dan prasarana dan sistem pencegahan dan pengendalian kebakaran, kepemilikan sarana prasarana dan sitem pencegahan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman, penerapan AMDAL atau UKL dan UPL, penumbuhan dan pemberdayaan masyarakatkoperasi setempat dan pelaporan. Dalam upaya menjaga kesinambungan, maka perlu dilakukan pembinaan terhadap perusahaan Perkebunan besar, salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah melalui penilaian usaha Perkebunan yang dilakukan secara periodik. Sejalan dengan telah diterbitkannya peraturan Menteri Pertanian Nomor 07Permentan OT.14022009 maka penilaian usaha Perkebunan tersebut mulai dilaksanakan pada tahun 2009 yang sebelumnya mengacu pada keputusan 3 Menteri Pertanian Nomor 486.1KptsOT.1002003 tentang Klasifikasi dan dilakukan sejak tahun 19721973 dan sampai tahun 19881989 dilaksanakan setiap 5 tahun dan selanjutnya dengan mempertimbangkan bahwa Perkebunan besar berkembang cukup pesat maka sejak tahun 19881989 dipercepat menjadi 3 tahun sekali, yang menjadi penilaian dalam usaha Perkebunan antara lain legalitas, manajemen, penyelesaian hak atas tanah, realisasi pembangunan kebun danatau unit pengolahan, kepemilikan sarpras dan sistem pencegahan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman, kepemilikan sarpras dan sistem pencegahan dan pengendalian kebakaran, penerapan AMDAL, atau UKL dan UPL, penumbuhan dan pemberdayaan masyarakatkoperasi setempat dan pelaporan. Pada pelaksanaan Penilaian Usaha Perkebunan tahun 2009, jumlah kebun yang telah dinilai sebanyak 1.413 kebun yang dikelola oleh 934 perusahaan yang tersebar di 30 provinsi. dengan luas areal 5.357.102,58 ha, dengan hasil untuk kebun kelas I amat baik sebanyak 200 kebun 14,15 dengan luas 980.713, 11 ha, kebun klas II baik sebanyak 455 kebun 4 32,20 dengan luas 2.207.556,32 ha, kebun kelas III cukup sebanyak 478 kebun 33,82 dengan luas 1.465.511,55 ha, kebun kelas IV kurang sebanyak 170 kebun 12,03 dengan luas 433.844,37 ha serta kebun kelas V sangat kurang sebanyak 110 kebun 7,78 dengan luas 269.477,23 ha. Hak Guna Usaha merupakan hak untuk pengusahaan tanah yang langsung dikuasai oleh Negara termasuk didalamnya areal kawasan hutan yang sudah dilepas dalam jangka waktu tertentu untuk usaha pertanian atau usaha Perkebunan. Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26 Tahun 2007, bagi perusahaan yang telah mendapatkan izin IUP, IUP-B atau IUP-P harus menyelesaikan hak atas tanah selambat- lambatnya 2 dua tahun sejak diterbitkannya. Pelepasan Kawasan Hutan khususnya bagi perusahaan yang lahannya berasal dari kawasan hutan merupakan salah satu tahapan penting yang harus ditempuh agar penerima IUP dapat memproses perolehan hak atas tanah berupa HGU. Ketentuan pelepasan kawasan hutan tersebut dilaksanakan berdasarkan keputusan bersama Menteri Pertanian, Menteri 5 Kehutanan dan Kepala Badan Pertanahan Nasional. Lebih lanjut saat ini Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26 Tahun 2007 sedang dalam tahap pembahasan yang intensif guna penyempurnaan dan diharapkan peraturan penggantinya dapat segera diterbitkan pada akhir tahun 2012, sehingga memerlukan penyebarluasan diseminasi dan sosialisasi yang intensif pada setiap kesempatan pada semua pihak terkait. Berdasarkan hal tersebut di atas, untuk melaksanakan pembinaan terhadap usaha perkebunan secara profesional, maka pada tahun 2013 dipandang perlu pembinaan dan pengawalan kegiatan usaha perkebunan dan fasilitasi pertemuan sosialisasi legalitas, peraturan perizinan usaha perkebunan guna meningkatkan pengetahuan bagi petugas dinas yang membidangi perkebunan provinsi dan kabupatenkota serta mendorong pelaku usaha perkebunan memenuhi baku teknis usaha perkebunan dalam memaksimalkan kinerja usaha perkebunan dan mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku. 6 B. Sasaran Nasional 1 Sasaran pelaksanaan sosialisasi yaitu petugas Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan dan KabupatenKota serta instansi terkait BPN dan Kehutanan; 2 Sasaran pembinaan usaha perkebunan yaitu perusahaan Perkebunan PBS dan PBN serta petani pekebun perkebunan rakyat. C. Tujuan Kegiatan ini bertujuan : 1 Terlaksananya pertemuan sosialisasi legalitas, peraturan perizinan usaha perkebunan; 2 Memperoleh masukan dari peserta untuk bahan perbaikan program dan kebijakan pembinaan usaha perkebunan ke depan; 3 Meningkatkan pemahaman dan kompetensi petugas Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan dan KabupatenKota; 4 Terlaksananya pendataanpendaftaran STD-B usaha perkebunan rakyat dengan pengusahaan lahan ≤ 25 ha; 5 Terlaksananya pembinaan usaha perkebunan inti PBS dan PBN dan perkebunan rakyat plasma. 7

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN