EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGEMUKAKAN HIPOTESIS DAN MENARIK KESIMPULAN PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGEMUKAKAN
HIPOTESIS DAN MENARIK KESIMPULAN PADA MATERI
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

(Skripsi)

Oleh
ELSA SINAGA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2012

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam
pernyataan Saya di atas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandarlampung, 6 Nopember 2012

Elsa Sinaga
NPM 0813023005

Elsa Sinaga

ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGEMUKAKAN
HIPOTESIS DAN MENARIK KESIMPULAN PADA MATERI
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Oleh
ELSA SINAGA


Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran
advance organizer dalam meningkatkan keterampilan mengemukakan hipotesis
dan menarik kesimpulan.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 7 Bandarlampung semester genap tahun ajaran 2011-2012. Penelitian ini menggunakan
metode pre-eksperimen dengan One-Group Pretest-Posttest Design. Efektivitas
model pembelajaran advance organizer ditunjukkan oleh adanya peningkatan
pretest dan postest yang dilihat dari nilai n-gain. Hasil perhitungan n-gain
kemudian diinterpretasikan melalui indeks n-gain yang dikemukakan oleh Hake.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata n-gain keterampilan mengemukakan
hipotesis yaitu 0,55 dalam kategori sedang dan rerata n-gain keterampilan menarik kesimpulan yaitu 0,47 juga dalam kategori sedang.

Elsa Sinaga

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran advance organizer efektif dalam meningkatkan keterampilan mengemukakan hipotesis dan menarik kesimpulan.

Kata kunci: model pembelajaran advance organizer, keterampilan mengemukakan
hipotesis, dan menarik kesimpulan.


EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGEMUKAKAN
HIPOTESIS DAN MENARIK KESIMPULAN PADA MATERI
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Oleh
ELSA SINAGA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2012


Judul Skripsi

: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN
ADVANCE ORGANIZER DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN
MENGEMUKAKAN HIPOTESIS DAN MENARIK
KESIMPULAN PADA MATERI KELARUTAN
DAN HASIL KALI KELARUTAN

Nama Mahasiswa

: Elsa Sinaga

Nomor Pokok Mahasiswa

: 0813023005

Program Studi

: Pendidikan Kimia


Jurusan

: Pendidikan MIPA

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing

Dr. Noor Fadiawati, M.Si.
NIP 19660824 199111 2 001

2.

Dra. Nina Kadaritna, M.Si.
NIP 19600407 198503 2 003


Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.
NIP 19671004 199303 1 004

MENGESAHKAN

1.

2.

Tim Penguji

Ketua

: Dr. Noor Fadiawati, M.Si.

______________

Sekretaris


: Dra. Nina Kadaritna, M.Si.

______________

Penguji
Bukan Pembimbing

: Dra. Chansyanah Diawati, M.Si.

______________

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 19600315 198503 1 003

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 6 Nopember 2012

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 30 April 1990, anak kelima dari delapan
bersaudara buah hati pasangan Bapak Jonni Sinaga dan Ibu Netti Br. Girsang.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1996 di Sekolah Dasar Negeri 3 Purbolinggo diselesaikan tahun 2002, SMP Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2005, SMA Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur yang diselesaikan tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi
Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur PKAB (Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di Himasakta (Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta) FKIP Unila dan UKM Kopma (Koperasi Mahasiswa)
Universitas Lampung. Pada tahun 2011, penulis menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tematik di SMA Negeri 1 Bumi Agung, Kecamatan Bumi Agung, Kabupaten
Way Kanan. Selama kuliah penulis telah mengaplikasikan ilmunya dengan menjadi staff pengajar BT/BS Medica Bandarlampung.

PERSEMBAHAN

Salam Damai Dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus
Puji syukur kuucapkan Bagi Allah Bapa melalui Putra-Nya Yesus Kristus yang
senantiasa melimpahkan kasih dan karunia-Nya dalam hidupku, dengan segala
kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada:

Teristimewa untuk Bapak dan Mama tersayang, yang telah

membesarkanku dengan kasih sayang yang tak hingga, terima kasih telah
mengajariku banyak hal dan selalu mendoakanku untuk bertumbuh
dalam iman, kasih, dan pengharapan semoga kelak aku tidak
mengecewakan kalian
Saudara tercinta, abang, kakak dan adik-adik, terima kasih atas dukungan
yang tiada henti
Sahabat-sahabat yang selalu kurindukan, terima kasih telah menjadikan
hari-hariku penuh warna
Almamater tercinta Universitas Lampung

MOTTO

Jika kamu percaya, kamu akan menerima yang kamu minta di dalam doa.
(Mat 21:22)

“Orang yang belajar bersungguh-sungguh, Tuhan akan meminjamkan tangan
pertolongan-Nya”.
(Aeschylus)

Aku percaya janji-Mu Tuhan, di setiap rencana-Mu aku tahu itu yang terbaik

bagiku, aku percaya mujizat-Mu nyata dan akan indah pada waktunya.
(Elsa Sinaga)

SANWACANA

Puji syukur kepada Allah Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus, karena kasih dan
karunia-Nya, hingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model
Pembelajaran Advance Organizer dalam Meningkatkan Keterampilan Mengemukakan Hipotesis dan Menarik Kesimpulan pada Materi kelarutan dan Hasil Kelarutan”.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Pendidikan di Universitas
Lampung.

Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:
1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila;

2.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;


3.

Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia,
Pembimbing Akademik, dan Pembimbing I atas kesediaan, ketulusan, dan
kesabarannya untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik dalam
proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini;

4.

Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini;

5.

Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si., selaku Pembahas atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses
penyusunan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi;
iii

6.

Seluruh staff dan dosen di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program
Studi Pendidikan Kimia Unila;

7.

Bapak Drs. Suharto, M.Pd., selaku kepala SMA Negeri 7 Bandar Lampung, atas
izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian;

8.

Ibu Telsi Sadijani, S.Pd., selaku guru mitra atas kerja sama dan bimbingannya;

9.

Abang Jekson dan keluarga, Kakak Eva, Abang Anri, Kakak Melan, Adek Rona,
Adek Iyus dan Adek Uli yang selalu menyemangatiku;

10. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Kimia 2008: Ena, Shinta, Qiqi, Ria,
Esty, Ika, Della, Devi, Dena, Wirdha, Ence, Juslia, Diky, Je, Mahfudz, Vera,
Agita, Anggun, Susi, Khusus, Relly, pipit, Irma, Rina, Indah, Sulastri, Alan, Joni,
Ari, Tohir, Anggi, pepin, Lia, Obed, Dita, Vina, Titin, Usep, Toro, Eti, dan
Andrian atas dukungan, doa, dan semangat yang diberikan;
11. Ariesta Yuan Iswahyudhi, S.I.Kom., atas kasih sayang, dukungan, doa, dan
semangat yang diberikan;
12. Kakak dan Adik tingkat di Program Studi Pendidikan Kimia serta semua pihak
yang tidak dapat ditulis satu persatu.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Bandarlampung, Oktober 2012
Penulis,

Elsa Sinaga
iv

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
I.

ix

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. ...

1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

6

E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................

7

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendekatan Konstruktivisme .............................................................

8

B. Model Pembelajaran Advance Organizer ..........................................

10

C. Keterampilan Berpikir Kritis .............................................................

18

D. Kerangka Berpikir ............................................................................

22

F. Anggapan Dasar ..................................................................................

24

G. Hipotesis Penelitian .............................................................................

25

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian................................................................................

26

B. Jenis dan Sumber Data ......................................................................

26

C. Metode dan Desain Penelitian ...........................................................

26

vi

IV.

V.

D. Variabel Penelitian ............................................................................

27

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya ..............................................

28

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .......................................................

29

G. Teknik Analisis Data ..........................................................................

30

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...............................................................................

32

B. Pembahasan .....................................................................................

34

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .........................................................................................

44

B. Saran ................................................................................................

44

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.

Silabus ......................................................................................................

47

2.

RPP............................................................................................................

53

3.

Lembar Kerja Siswa ..................................................................................

75

4.

Kisi-Kisi Soal Pretest/Posttest .................................................................. 107

5.

Soal Pretest/Posttest ................................................................................. 110

6.

Pedoman Penskoran Pretest/Posttest ....................................................... 112

7.

Perhitungan Data Hasil penelitian............................................................. 118

8.

Data Nilai Pretest, Postest, dan n-gain Keterampilan Mengemukakan
Hipotesis dan Menarik Kesimpulan .......................................................... 120

9. Surat Izin Melaksanakan Penelitian ........................................................... 122
10. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ............................................. 123

vii

DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Keunggulan model Advance Organizer .................................................... 18
2. Rerata perolehan skor pretest dan posttest keterampilan mengemukakan
hipotesis dan menarik kesimpulan ............................................................

33

3. Rerata n-gain keterampilan mengemukakan hipotesis dan menarik
kesimpulan ...............................................................................................

34

ix

DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Desain penelitian...................................................................................... 27
2. Interpretasi indeks n-Gain ........................................................................

31

3. Rerata skor pretest dan posttest keterampilan mengemukakan hipotesis
dan menarik kesimpulan ...........................................................................

32

viii

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA, yang
berkembang berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan yang berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum, dan teori), kimia sebagai proses, dan kimia sebagai sikap. Oleh
sebab itu pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai
produk, proses,dan sikap (BSNP, 2006).

Salah satu tujuan pembelajaran kimia di SMA dan MA adalah untuk memupuk sikap ilmiah yang mencakup sikap kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak
mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi, memahami konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan kemampuan berpikir
tingkat tinggi salah satunya adalah keterampilan berpikir kritis.

Menurut Ennis (1985), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif
dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu kecakapan

2

hidup (life skill) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan (Depdiknas,
2003). Elam dalam Redhana dan Liliasari (2008) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis telah menjadi tujuan pendidikan tertinggi. Sementara itu, Candy
dalam Redhana dan Liliasari (2008) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu tujuan yang paling penting dalam semua sektor pendidikan.

Keterampilan berpikir kritis sudah semestinya menjadi bagian dari kurikulum sekolah. Pembelajaran perlu dikondisikan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Dengan demikian, guru sebagai pendidik berkewajiban untuk mengkondisikan pembelajaran agar siswa mampu mengembangkan kecerdasan dan kemampuan berpikir kritisnya.

Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas XI semester genap
adalah memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Untuk mencapai kompetensi tersebut siswa dapat mengaitkan materi yang telah dipelajari sebelumnya ataupun pengalaman siswa yang relevan, sehingga materi atau pengalaman yang telah diperoleh siswa tidak dilupakan begitu saja. Untuk mengaitkan materi baru dengan materi atau
pengalaman siswa sebelumnya diperlukan kecerdasan dan kemampuan berpikir
kritis.

Beberapa hal yang tidak terlepas dari berpikir kritis adalah keterampilan mengemukakan hipotesis dan menarik kesimpulan. Pada keterampilan mengemukakan
hipotesis siswa diminta untuk mengemukakan hipotesis mereka terhadap suatu
masalah yang dikemukakan. Sedangkan keterampilan menarik kesimpulan adalah

3

kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk dan fakta atau informasi
dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Melatihkan keterampilan berpikir kritis
penting untuk membekali siswa mengembangkan kemampuan yang dimilikinya
untuk menyelesaikan masalah serta menjelaskan fenomena-fenomena yang ada
dalam kehidupannya sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap guru kimia
dan siswa di kelas XI IPA3 SMA Negeri 7 Bandarlampung, pembelajaran kimia
tidak menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis dan lebih
mengkondisikan siswa ke dalam belajar hafalan. Pembelajaran yang dilakukan
masih terkondisikan pada pembelajaran konvensional, dengan memberikan informasi yang berkaitan dengan materi kimia dengan menggunakan metode tanya jawab kemudian diikuti latihan soal yang diambil dari buku-buku kimia yang menjadi pegangan guru. Seperti materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang disampaikan dengan menggunakan metode ceramah yang disertai tanya jawab dan latihan soal. Siswa tidak diajak untuk melihat keterkaitan dengan materi dan pengalaman siswa sebelumnya, sehingga siswa lebih mudah melupakan materi yang
telah dipelajari. Cara pembelajaran seperti itu menyebabkan keterampilan berpikir kritis siswa kurang terlatih.

Kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 7 Bandarlampung yaitu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dalam proses pembelajarannya menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran, guru hanya berperan sebagai fasilitator
dan motivator. Namun pada kenyataanya paradigma lama yaitu guru merupakan
pusat kegiatan belajar di kelas (teacher center) masih dipertahankan di kelas XI

4

IPA3 SMA Negeri 7 Bandarlampung dengan alasan pembelajaran seperti itu
adalah yang paling praktis dan tidak menyita banyak waktu. Hal tersebut menyebabkan siswa dalam proses pembelajaran menjadi sangat pasif dan hanya mengulang atau mengingat materi pelajaran pada saat mengikuti tes saja.

Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran berfilosofi konstruktivisme yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan berlatih menggunakan keterampilan berpikir kritis. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Advance Organizer. Pada pembelajaran advance organizer materi yang telah dipelajari siswa dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai
titik tolak dalam mengkomunikasikan materi baru dalam kegiatan pembelajaran
sehingga siswa dapat melihat keterkaitan antara materi yang telah dipelajari
dengan materi baru.

Ausubel menjelaskan dalam Kardi (2003), bahwa informasi baru dapat dipelajari
secara bermakna dan tidak mudah dilupakan asalkan informasi baru tersebut dapat
dihubungkan dan dikaitkan dengan konsep yang sudah ada. Jika materi yang baru
sangat bertentangan dengan struktur kognitif yang ada atau tidak dapat dikaitkan
dengan konsep yang sudah ada, maka materi baru tersebut tidak dapat dipahami
dan disimpan lama.

Model advance organizer dalam pembelajaran terdiri dari 3 langkah, yaitu presentasi advance organizer, presentasi tugas atau materi belajar, dan memperkuat
struktur kognitif. Pada tahap presentasi advance organizer siswa diminta untuk
mengemukakan hipotesis mereka atas masalah yang diberikan mengenai kaitan
materi pembelajaran dengan advance organizer. Pada tahap kedua, penyampaian

5

materi dilakukan secara eksplisit sampai pada suatu kesimpulan sehingga siswa
dapat melatihkan keterampilan menarik kesimpulan. Pada tahap akhir siswa diminta untuk mengulang kembali materi secara tepat, membuat rangkuman, dan
menyimpulkan hubungan antara materi baru dengan presentasi advance organizer
sehingga dapat melatihkan keterampilan menarik kesimpulan. Oleh karena itu
jika pembelajaran advance organizer diterapkan di kelas, siswa dapat melatihkan
keterampilan berpikir kritisnya yaitu keterampilan mengemukakan hipotesis dan
menarik kesimpulan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2009) di SMP Muhammadiyah 4
Kelas VII Surakarta menunjukkan bahwa ada peningkatan minat dan prestasi siswa dengan menerapkan model pembelajaran advance organizer pada pembelajaran matematika dengan peta konsep. Hasil penelitian serupa oleh Setyawan (2010)
pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sukoharjo juga menunjukkan bahwa pembel-

ajaran model advance organizer dengan peta konsep dapat meningkatkan hasil
belajar matematika, pembelajaran dengan model ini juga mendapatkan respon
yang baik dari siswa.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian guna melihat efektivitas model pembelajaran ini. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian dengan judul: “Efektivitas Model Pembelajaran Advance Organizer dalam Meningkatkan
Keterampilan Mengemukakan Hipotesis dan Menarik Kesimpulan pada Materi
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”.

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar balakang masalah yang diuraikan di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran advance organizer dalam meningkatkan keterampilan mengemukakan hipotesis pada materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan?
2. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran advance organizer dalam meningkatkan keterampilan menarik kesimpulan pada materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran advance organizer dalam meningkatkan keterampilan mengemukakan hipotesis dan menarik kesimpulan pada
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam
dunia pendidikan, khususnya guru dan siswa yang langsung terlibat dalam proses
pembelajaran di kelas. Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa:
Pembelajaran advance organizer memberikan pengalaman kepada siswa untuk melatih kemampuan berpikir kritis khususnya pada materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan.

7

2. Bagi guru dan calon guru:
Memberi inspirasi dan pengalaman secara langsung bagi guru dalam kegiatan
membelajarkan kimia dengan menerapkan model pembelajaran advance
organizer sebagai model alternatif baik pada materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan maupun materi lain yang memiliki karakteristik yang sama.
3. Bagi sekolah:
Dengan menerapkan pembelajaran advance organizer di sekolah dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1.

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 7 Bandarlampung pada semester genap
tahun ajaran 2011-2012

2. Model pembelajaran advance organizer adalah suatu model pembelajaran
yang diperkenalkan oleh David Ausubel.
3. Efektivitas model pembelajaran advance organizer ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai pretest dan postest (ditunjukan oleh indeks n-gain).
4. Keterampilan berpikir kritis yang akan diteliti adalah keterampilan berpikir
kritis menurut Ennis (1985) yaitu menyimpulkan dengan indikator menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi yang berfokus pada sub indikator
mengemukakan hipotesis dan menyimpulkan dengan indikator menginduksi
dan mempertimbangkan hasil induksi yang berfokus pada sub indikator menarik kesimpulan

8

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri
(Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu, 2001). Menurut Sagala
(2007), konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan pada strategi memperoleh dan
mengingat pengetahuan.

David Ausubel seorang ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa materi pelajaran yang dipelajari harus bermakna (meaningfull). Pembelajaran bermakna
merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan
yang terdapat dalam struktur kognitif seorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta,
konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Belajar bermakna menurut Ausubel merupakan proses mengaitkan informasi
atau materi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif.

Pembelajaran bermakna erat kaitannya dengan teori konstruktivisme pemikiran
Vygotsky (Social and Emancipator Constructivism). Paham ini berpendapat

9

bahwa siswa mengkonstruksikan pengetahuan atau menciptakan makna sebagai
hasil dari pemikiran dan berinteraksi dalam suatu konteks sosial. Teori belajar ini
merupakan teori tentang penciptaan makna. Selanjutnya, teori ini dikembangkan
oleh Piaget (Piagetian Psychological Constructivism) yang menyatakan bahwa
setiap individu menciptakan makna dan pengertian baru berdasarkan interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui dan dipercayai dengan fenomena, ide atau
informasi baru yang dipelajari. Piaget menjelaskan bahwa setiap siswa membawa
pengertian dan pengetahuan awal yang sudah dimilikinya ke dalam setiap proses
belajar yang harus ditambahkan, dimodifikasi, diperbaharui, direvisi, dan diubah
oleh informasi yang dijumpai dalam proses belajar. Belajar merupakan proses
penciptaan makna sebagai hasil dari pemikiran individu dan melalui interaksi
dalam suatu konteks sosial. Piaget dan para konstruktivis pada umumnya berpendapat bahwa dalam mengajar, seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah
diperoleh siswa sebelumnya. Dengan demikian, mengajar dianggap sebagai proses untuk mengubah gagasan anak yang sudah ada yang mungkin “salah”, bukan
proses pemindahan gagasan-gagasan baru pada siswa (Dahar, 1996).

Dalam proses kontruksi itu, menurut Glasersfeld (Komalasari, 2010) diperlukan
beberapa kemampuan sebagai berikut:
1. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman.
Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman
sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi dengan
pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan. Kemampuan membandingkan sangat penting
untuk dapat menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman
khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk dapat membuat
klasifikasi dan membangun suatu pengetahuan.

10

3. Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain
karena kadang seseorang lebih menyukai pengalaman tertentu daripada
yang lain, maka muncullah soal nilai dari pengalaman yang kita bentuk.

Secara sederhana konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah
suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan
orang yang sedang mempelajarinya.

B. Model Pembelajaran Advance Organizer
Ausubel (Muhkal, 1991) menyatakan bahwa faktor tunggal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa berupa materi
pelajaran yang telah dipelajarinya. Apa yang telah dipelajari siswa dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai titik tolak dalam mengkomunikasikan materi baru dalam
kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat melihat keterkaitan
antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan informasi atau ide baru. Namun
sering terjadi siswa tidak mampu melakukannya. Dalam kegiatan seperti inilah sangat diperlukan adanya alat penghubung yang dapat menjembatani informasi atau
materi pelajaran baru dengan materi pelajaran yang telah diterima oleh siswa. Alat
penghubung yang dimaksud oleh Ausubel dalam teori belajar bermaknanya adalah
“advance organizer”.

Ausubel menjelaskan dalam Kardi (2003), bahwa materi baru dapat dipelajari
secara bermakna dan tidak mudah dilupakan asalkan materi baru tersebut dapat
dihubungkan dan dikaitkan dengan konsep yang sudah ada. Jika materi yang baru
sangat bertentangan dengan struktur kognitif yang ada atau tidak dapat dikaitkan

11

dengan konsep yang sudah ada, maka materi baru tersebut tidak dapat dipahami
dan disimpan lama.

Model pembelajaran advance organizer merupakan suatu cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada pembelajaran, yang artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep
tertentu yang membentuk kerangka dari sistem pemprosesan informasi yang dikembangkan dalam pengetahuan itu.

Advance organizer mempunyai tujuan memperkuat struktur kognitif dan menambah daya ingat materi baru. Ausubel menjelaskan advance organizer sebagai
pengantar materi yang dipresentasikan terlebih dahulu dan berada pada tingkat
observasi yang tertinggi, sehingga dapat menjelaskan, mengintegrasikan dan
menghubungkan materi baru dengan materi yang telah dimiliki sebelumnya dalam
struktur kognitif siswa. Pengorganisasian yang paling efektif adalah dengan
menggunakan konsep dan proposisi yang telah dikenal sebelumnya oleh siswa.
Pengorganisasian memperlihatkan gambaran dari isi materi yang harus disampaikan berupa konsep, proposisi, generalisasi, prinsip dan hukum-hukum yang terdapat dalam kajian bidang studi.

Abiansyah (2007) menjelaskan advance organizer berfungsi dalam memberikan
dukungan pada informasi baru untuk memudahkan menghubungkan pengetahuan
baru dengan konsep yang telah ada pada struktur kognitif siswa sehingga terjadi
belajar bermakna. Advance organizer mengarahkan perhatian siswa kepada sesuatu yang penting dalam materi yang akan datang, menyoroti hubungan-hubungan
antargagasan yang akan disajikan, dan mengingatkan siswa akan informasi

12

relevan yang telah dimiliki siswa. Sedangkan bagi guru, advance organizer membantu dalam menyampaikan informasi seefesien mungkin sehingga terjadi belajar
bermakna.
Terdapat dua macam advance organizer, yaitu “Expository Advance Organizer”
dan “Comparative Advance Organizer”. Menurut Prikasih dalam Abiansyah
(2007) Expository Advance organizer digunakan jika akan menjelaskan suatu gagasan umum yang memiliki beberapa bagian yang saling berhubungan. Konsepkonsep tersebut berfungsi sebagai perantara untuk mengaitkan informasi baru.
Comparative Advance organizer digunakan pada materi yang relatif telah dikenal.
Pengorganisasian ini disusun dengan tujuan untuk membedakan konsep lama dengan konsep baru untuk menghindari kebingunan siswa. Dengan demikian, guru
dan siswa harus mengeksplorasi organizer dan materi belajar. Bagi guru, hal ini
berarti mengungkapkan hal-hal yang paling penting, menjelaskannya, dan memberikan contoh-contoh. Penyajian organizer tidak perlu panjang, tetapi organizer
itu harus dimengerti (siswa harus menyadarinya), dipahami secara jelas, dan secara terus menerus dikaitkan dengan materi yang diorganisasinya.

Menurut Joyce dalam Abiansyah (2007) cara penyajian advance organizer memiliki tiga tahap kegiatan, ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut. Pertama,
tahap penyajian atau presentasi advance organizer. Kedua, penyajian atau presentasi materi belajar atau materi belajar. Ketiga, menguji hubungan materi belajar
terhadap ide-ide yang ada agar dapat menimbulkan suatu proses belajar yang aktif
atau dengan kata lain memperkuat struktur kognitif siswa.

13

Dalam Fadiawati (2007) dijelaskan bahwa setiap kegiatan-kegiatan tersebut di
atas dirancang dengan maksud untuk meningkatkan kejelasan dan kemantapan
materi belajar yang baru sehingga sedikit sekali pengetahuan yang hilang, rancau
antara pengetahuan yang satu dengan lainnya, atau tetap membingungkan. Para
siswa perlu mengoperasikan pengetahuan pada saat mereka menerimanya dengan
cara menghubungkan materi belajar yang baru itu dengan pengalaman pribadi
siswa serta terhadap struktur kognitif yang ada, dan menggunakan pengetahuan
secara kritis.

Tahap pertama, presentasi advance organizer yang terdiri atas:
1. Menjelaskan tujuan pembelajaran; menjelaskan tujuan pengajaran adalah suatu
cara untuk memperoleh perhatian siswa dan memberikan orientasi kepada
mereka terhadap tujuan pengajaran, yang keduanya penting untuk mempermudah belajar bermakna. Penjelasan tujuan ini juga penting bagi guru dalam merancang pengajarannya.
2. Menyajikan atau presentasi organizer, yang meliputi: identifikasi atributatribut tertentu, memberikan contoh, menunjukkan hubungan, dan mengulang.
Materi organizer itu bukan sekedar suatu uraian singkat dan sederhana; materi
itu merupakan suatu gagasan dan gagasan itu sendiri harus dieksplorasi secara
tepat. Materi organizer itu juga harus dibedakan dengan materi pendahuluan,
yang berguna dalam pelajaran, tetapi hal ini bukan advance organizer. Materi
organizer itu dibangun atas konsep-konsep pokok dan atau proposisi-proposisi
dari suatu topik atau pokok bahasan.

14

3. Membangkitkan kesadaran atau mengingatkan kembali pengetahuan dan pengalaman siswa yang relevan. Di sini peran aktif siswa tampak dalam bentuk
memberikan respon terhadap presentasi yang diberikan oleh guru.

Tahap kedua yaitu penyajian materi belajar. Penyajian tugas atau materi belajar
yang terdiri atas:
1. Menyajikan materi;
2. Mempertahankan perhatian;
3. Membuat organisasi secara eksplisit; dan
4. Menyusun urutan materi belajar secara logis.

Penyajian materi belajar bisa dilakukan dengan cara ceramah, diskusi, film, percobaan/praktikum, atau membaca. Selama presentasi materi belajar kepada siswa
perlu dibuat secara eksplisit sehingga mereka memiliki suatu pengertian secara
keseluruhan tentang tujuan dan dapat melihat urutan logis tentang materi dan bagaimana organisasi materi itu berkaitan dengan advance organizer.

Tahap ketiga dari pembelajaran ini yaitu memperkuat organisasi atau struktur
kognitif. Tahap ini terdiri atas:
1. Penggunaan prinsip-prinsip penyatuan materi secara integratif;
2. Meningkatkan belajar penerimaan secara aktif;
3. Menimbulkan pendekatan yang kritis terhadap materi; dan
4. Menjelaskan.

Tujuan tahap ini adalah ingin mengendapkan pengetahuan atau materi baru ke
dalam struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa atau struktur kognitif yang ada

15

pada siswa. Hal ini dilakukan dengan jalan memperkuat organisasi atau struktur
kognitif siswa. Dalam alur pengajaran yang berlangsung secara wajar, beberapa
prosedur ini mungkin dikaitkan dengan tahap kedua. Ausubel mengidentifikasi
empat kegiatan, yang meliputi:
1. Meningkatkan rekonsiliasi secara integratif; yaitu mempertemukan materi baru
dengan struktur kognitif. Ada beberapa cara untuk mempermudah pemaduan
materi-materi baru dengan struktur kognitif yang sudah ada. Untuk mencapai
hal tersebut, maka guru dapat:
a.

mengingatkan siswa tentang ide-ide (melalui gambar besar);

b.

meminta siswa membuat rangkuman dari atribut-atribut yang pokok atau
utama tentang materi baru;

c.

mengulang definisi secara tepat;

d.

meminta siswa membuat perbedaan-perbedaan tentang aspek-aspek dari
materi yang diajarkan; dan

e.

meminta siswa mendeskripsikan materi yang diajarkan guna mendukung
konsep atau proposisi yang sedang dipakai sebagai organizer.

2. Meningkatkan belajar secara aktif; dapat ditingkatkan melalui:
a.

meminta siswa untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara materi baru
dengan organizer;

b.

meminta siswa membuat contoh-contoh lain tentang konsep atau proposisi
dalam materi belajar;

c.

meminta siswa menjelaskan inti materi, dengan menggunakan kalimat dan
kerangka pikirannya sendiri; dan

d.

meminta siswa membahas materi menurut sudut pandangnya sendiri.

16

3. Menimbulkan pendekatan kritis terhadap materi yang dipelajari; dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada siswa tentang asumsi atau pendapatnya
yang berhubungan dengan materi pelajaran. Guru melakukan pertimbangan
dan tantangan terhadap pendapat tersebut dan menyatukan kontradiksi apabila
terjadi perbedaan pendapat
4. Melakukan klarifikasi. Klarifikasi dapat terjadi, kemungkinan memunculkan
banyak pertanyaan yang memperlihatkan kekurangjelasan. Guru dapat melakukan klarifiksasi dengan cara memberikan tambahan informasi baru atau
mengaplikasikan gagasan ke dalam situasi baru atau contoh lain.

Menurut Soekamto dalam Oktaviyanto (2007) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran advance organizer antara lain:
1. Menentukan tujuan instruksional.
2. Mengukur kesiapan siswa melalui pertanyaan awal, interview, dan teknik
lainnya.
3. Memilih materi yang cocok dan mengaturnya kembali dalam bentuk penyajian
konsep.
4. Mengidentifikasi prisip-prinsip yang harus dikuasai dari materi baru.
5. Menyajikan suatu pandangan yang menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari.
6. Membuat rangkuman terhadap materi yang baru saja diberikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan keterkaitan dengan materi yang akan
diberikan.
7. Mengajak siswa memahami konsep-konsep dan prinsip yang ada dengan memberikan fokus pada hubungan yang ada.

17

8. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Seperti model pembelajaran yang lain, model pembelajaran advance organizer
juga memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelemahan model pembelajaran advance organizer yaitu diantaranya: memakan waktu yang lama, tidak semua model
pembelajaran dapat digabungkan dengan advance organizer. Sedangkan kelebihan model pembelajaran ini yaitu dapat membantu pemahaman siswa, membantu
mempertajam daya ingat siswa.

Menurut Nur dan Wikandari (1999), Kelebihan Advance Organizer sebagai
berikut:
1. Siswa dapat berinteraksi dengan memecahkan masalah untuk menemukan
konsep-konsep yang dikembangkan.
2. Dapat membangkitkan perolehan materi akademik dan keterampilan sosial
siswa.
3. Dapat mendorong siswa untuk mengetahui jawaban pertanyaan yang
diberikan (siswa semakin aktif).
4. Dapat melatih siswa meningkatkan keterampilan siswa melalui diskusi
kelompok.
5. Meningkatkan berpikir siswa baik secara individu maupun kelompok
6. Menambah kompetensi siswa dalam kelas.

Ada dua dampak yang dapat terlihat dan merupakan keunggulan dari model pembelajaran advance organizer yaitu dampak langsung dan dampak iringan
(Wuryani, 2007). Dampak instruksional atau dampak langsung akan memperkuat
struktur konseptual anak dan memberikan proses konsep asimilasi. Dampak
nukturant atau dampak iringan yang berupa rasa ketertarikan untuk menyelidiki
lebih lanjut dan membiasakan siswa untuk berpikir secara tepat. Keunggulan
advance organizer dapat digambarkan sebagai berikut.

18

Struktur Konseptual
Model Advance
Organizer

Memiliki prilaku secara tepat

Asimilasi bermakna dari
informasi dan ide

Minat dalam inkuiri

Gambar 1. Keunggulan model Advance Organizer
Keterangan:
= Dampak instruksional atau dampak langsung
= Dampak nukturant atau dampak iringan

C. Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecahpecah ke dalam langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir. Satu contoh keterampilan berpikir adalah menarik kesimpulan
(inferring), yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk (clue) dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan. Untuk mengajarkan keterampilan berpikir menarik kesimpulan tersebut, pertama-tama proses
kognitif inferring harus dipecah ke dalam langkah-langkah sebagai berikut: (a)
mengidentifikasi pertanyaan atau fokus kesimpulan yang akan dibuat, (b) mengidentifikasi fakta yang diketahui, (c) mengidentifikasi pengetahuan yang relevan
yang telah diketahui sebelumnya, dan (d) membuat perumusan prediksi hasil
akhir. Kemampuan berpikir menitikberatkan pada penalaran sebagai fokus utama

19

dalam aspek kognitif. Costa dalam Rhedana dan Liliasari (2008) membagi
keterampilan berpikir menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks atau tingkat tinggi. Keterampilan berpikir dasar meliputi
kualifikasi, klasifikasi, hubungan variabel, tranformasi, dan hubungan sebab akibat. Berpikir kompleks atau tingkat tinggi dapat dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Diantara proses berpikir tingkat tinggi, salah satu yang digunakan
dalam pembentukan sistem konseptual IPA adalah berpikir kritis.

Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyikapi permasalahan kehidupan yang dihadapi. Berpikir kritis membuat seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat
bertindak lebih cepat. Seseorang dikatakan berpikir kritis, apabila ia mencoba
membuat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan terbaik dengan
menggunakan berbagai kriteria. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa.
Berpikir biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir kritis
lebih komplek dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan.

Presseisen dalam Costa (1985) mengatakan bahwa:
berpikir kritis diartikan sebagai keterampilan berpikir yang menggunakan
proses berpikir dasar, untuk menganalisis argumen dan memunculkan
wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, mengembangkan pola
penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi yang mendasari tiap-tiap
posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan
meyakinkan.

Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu modal dasar atau modal intelektual yang sangat penting bagi setiap orang (Depdiknas, 2003) dan merupakan

20

bagian yang fundamental dari kematangan manusia (Penner dalam Rhedana dan
Liliasari, 2008). Oleh karena itu, pengembangan ketrampilan berpikir kritis menjadi sangat penting bagi siswa di setiap jenjang pendidikan. Keterampilan berpikir kritis adalah potensi intelektual yang dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran. Setiap manusia memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang menjadi pemikir yang kritis karena sesungguhnya kegiatan berpikir memiliki hubungan dengan pola pengelolaan diri (self organization) yang ada pada setiap makhluk
di alam termasuk manusia sendiri (Rhedana dan Liliasari, 2008).

Berpikir kritis didefinisikan sebagai suatu proses kompleks yang melibatkan penerimaan dan penguasaan data, analisis data, dan evaluasi data dengan mempertimbangkan aspek kualitatif serta melakukan seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi (Gerhard dalam Redhana dan Liliasari 2008). Berpikir kritis
menurut R. Swartz dan D. N. Perkins dalam Sugiyarti (2005) berarti bertujuan
untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa
yang akan kita lakukan dengan alasan yang logis, memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan, menerapkan berbagai
strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan
standar tersebut, mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk
dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.
”Ennis menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara
beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa
yang harus dipercaya atau dilakukan”. Seorang siswa tidak akan dapat mengembangkan berpikir kritis dengan baik, tanpa ditantang untuk berlatih

21

menggunakannya dalam konteks berbagai bidang studi yang dipelajarinya. Berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan
menghafal konsep-konsep, tetapi mengintegrasikan dan mengaplikasikan konsepkonsep yang telah dimiliki.

Moore dan Parker menyatakan bahwa berpikir kritis memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Menentukan informasi mana yang tepat atau tidak tepat.
Membedakan klaim yang rasional dan emosional.
Memisahkan fakta dari pendapat.
Menyadari apakah bukti itu terbatas atau luas.
Menunjukkan tipuan dan kekurangan dalam suatu argumentasi orang lain.
Menunjukkan analisis data atau informasi.
Menyadari kesalahan logika dalam suatu argumen.
Menggambarkan hubungan antara sumber-sumber data yang terpisah dan
informasi.
Memperhatikan informasi yang bertentangan, tidak memadai atau
bermakna ganda.
Membangun argumen yang meyakinkan.
Memilih data penunjang yang paling kuat.
Menghindari kesimpulan yang berlebihan.
Mengidentifikasi celah-celah dalam bukti dan menyarankan pengumpulan
informasi tammateri.
Menyadari ketidakjelasan.
Mengusulkan pilihan lain dan mempertimbangkannya dalam pengambilan
keputusan.
Mempertimbangkan semua pemangku kepentingan atau sebagiannya
dalam pengambilan keputusan.
Menyatakan argumen dan kontek untuk apa argumen itu.
Menggunakan bukti secara benar.
Menyusun argumen secara logis dan kohesif.
Menghindari unsur-unsur luar dalam penyusunan argumen.
Menunjukkan bukti untuk mendukung argumen yang meyakinkan.

Menurut Ennis (1989) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan

22

(interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Kedua belas indikator tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Memfokuskan pertanyaan.
Menganalisis argumen.
Bertanya dan menjawab pertanyaan.
Mempertimbangkan kredibilitas sumber.
Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi.
Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi.
Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan.
Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi.
Mengidentifikasi asumsi.
Memutuskan suatu tindakan.
Berinteraksi dengan orang lain.

Indikator keterampilan berpikir kritis yang diteliti dalam penelitian ini yaitu menyimpulkan dengan indikator menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi
yang berfokus pada sub indikator mengemukakan hipotesis dan menyimpulkan
dengan indikator menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi yang berfokus pada sub indikator menarik kesimpulan.

D.

Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan suatu materi pokok adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan. Model pembelajaran yang diterapkan diharapkan
dapat mengembangkan daya nalar siswa dalam memecahkan permasalahan, melatih keterampilan berpikir kritisnya dan mengaplikasikan konsep-konsep yang
telah dipelajari dalam kehidupan nyata.

Advance Organizer adalah suatu model pembelajaran dimana materi yang telah
dipelajari siswa dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai titik tolak dalam

23

mengkomunikasikan materi baru dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa
dapat melihat keterkaitan antara materi yang telah dipelajari dengan materi baru.

Model advance organizer dalam pembelajaran terdiri dari tiga tahap yaitu presentasi advance organizer, presentasi tugas atau materi pembelajaran dan penguatan
struktur kognitif. Setiap langkah atau tahap advance organizer memungkinkan
siswa untuk berlatih menggunakan keterampilan mengemukakan hipotesis dan
menarik kesimpulan yang merupakan bagian dari indikator berpikir kritis.

Pada tahap pertama model pembelajaran advance organizer, guru mengawali
pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Hal ini
dimaksudkan agar menarik perhatian dan mengarahkan siswa kepada apa saja
yang akan dicapai setelah pembelajaran, dengan demikian dapat menunjang berlangsungnya pembelajaran bermakna. Selain itu juga tujuan pembelajaran ini dapat membantu guru dalam merencanakan pembelajaran. Kegiatan lain yang dilakukan pada tahap ini adalah menyajikan atau mempersentasikan advance organizer dan membangkitkan kesadaran atau mengingatkan kembali pengetahuan dan
pengalaman siswa yang relevan. Pada kegiatan ini siswa diharapkan dapat
mengemukakan hipotesis mereka terhadap pertanyaan yang diajukan guru dengan
mengaitkan materi sebelumnya atau pengalaman siswa dengan materi yang akan
dipelajari. Sehingga diharapkan pada tahap ini dapat melatihkan keterampilan
mengemukakan hipotesis siswa.

Pada tahap penyajian materi pembelajaran, siswa dituntut untuk berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Penyampaian materi pembelajaran ini dapat dilakukan dengan cara berdiskusi, melakukan percobaan atau pun membaca materi

24

yang akan dipelajari, sehingga dalam langkah kedua ini siswa yang banyak berperan dalam pembelajaran. Materi pembelajaran disusun secara eksplisit sampai
pada suatu kesimpulan, sehingga pada tahap ini diharapkan siswa dapat melatihkan keterampilan menarik kesimpulannya.

Selanjutnya pada tahap terakhir yaitu memperkuat organisasi atau struktur kognitif, pada tahap ini terdiri dari meningkatkan belajar penerimaan secara aktif, menimbulkan pendekatan yang kritis terhadap bahan dan melakukan klarifikasi.
Pada tahap ini siswa dapat mengulang dan menjelaskan kembali materi secara tepat, membuat rangkuman, dan menyimpulkan hubungan antara materi baru
dengan presentasi advance organizer. Sehingga diharapkan siswa dapat melatihkan keterampilan menarik kesimpulan.

Sehingga pada akhirnya, dari uraian di atas diharapkan model pembelajaran advance organizer dapat meningkatkan keterampilan mengemukakan hipotesis dan
menarik kesimpulan yang merupakan bagian dari indikator berpikir kritis.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1.

Siswa kelas XI IPA3 semester genap SMA Negeri 7 Bandarlampung tahun
ajaran 2011-2012 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan
dasar yang sama dalam keterampilan mengemukakan hipotesis dan menarik
kesimpulan.

25

2.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan mengemukakan hipotesis dan menarik kesimpulan siswa kelas XI semester genap SMA
Negeri 7 Bandarlampung tahun ajaran 2011-2012 diabaikan.

F. Hipotesis Penelitian

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis penelitian dengan perumusan sebagai berikut: “ model pembelajaran advance organizer
efektif dalam meningkatkan keterampilan mengemukakan hipotesis dan menar

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN HYPNOTEACHING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN BERPENDAPAT PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

1 26 50

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MERUMUSKAN HIPOTESIS DAN MENARIK KESIMPULAN PADA MATERI KOLOID

0 7 40

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAPORKAN HASIL OBSERVASI DAN MEMBERIKAN ALASAN PADA MATERI KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN

1 11 42

EFEKTIVTAS MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENDEFINISIKAN DAN MENARIK KESIMPULAN PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

2 9 50

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN

0 12 45

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYATAKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT DAN NEGASI

0 10 41

Analisis Keterampilan Memprediksi dan Mengkomunikasikan Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

0 7 52

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CORE DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

11 101 131

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

0 5 45

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI LABORATORIUM TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 41