Analisis Keterampilan Memprediksi dan Mengkomunikasikan Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

(1)

Andri Kasrani

ABSTRAK

ANALISIS KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Oleh

ANDRI KASRANI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan siswa dalam mem-prediksi dan mengkomunikasi pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 SMA YP Unila Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen, desain one shot case study, dan analisis data menggunakan statistika deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan memprediksi pada kelompok tinggi 70% berkriteria sangat baik, 30% berkriteria baik; kelompok sedang 30% berkriteria sangat baik, 60% berkri-teria baik dan 10% berkriberkri-teria cukup; kelompok rendah 10% berkriberkri-teria sangat baik, 40% berkriteria baik, 40% berkriteria cukup, dan 10% berkriteria kurang. Keterampilan mengkomunikasi pada kelompok tinggi 40% berkriteria sangat baik, 50% berkriteria baik, dan 10% berkriteria cukup; kelompok sedang 10% ber-kriteria sangat baik, 65% berber-kriteria baik, dan 25% berber-kriteria cukup; kelompok rendah 10% berkriteria baik, 40% berkriteria cukup, dan 50% berkriteria kurang.


(2)

Andri Kasrani

Kata kunci : inkuri terbimbing, keterampilan memprediksi, keterampilan mengkomunikasikan, kelarutan dan hasil kali kelarutan.


(3)

(4)

ANALISIS KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

(skripsi)

Oleh

ANDRI KASRANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

(6)

(7)

(8)

MOTO

“T

here is miracle when You believe; di mana ada

keyakinan, maka di situ ada keajaiban

(Ust. Yusuf Mansur)

Tanamlah kebajikan, karena kebajikan

pasti dituai oleh penanamnya


(9)

PERSEMBAHAN

Terucap syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan ridho-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini teruntuk :

Ayah dan Bunda

Kasih dan sayang yang engkau curahkan,

tak henti meski terkadang anakmu mengabaikanmu, tak pernah

letih usaha, do’a dan pengorbanan untuk kami. Tak kan mampu ku

membalasnya.

Kedua adikku tercinta, Beni Saputra dan Candra Agus Trianto

Atas cerita, canda dan tawa yang kalian bagi bersama.

Keluargaku, sahabatku, rekanku, dan Almamaterku


(10)

RIWAYAT HIDUP

Andri Kasrani dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 13 April 1988, anak pertama dari tiga bersaudara, buah hati Bapak Komari dan Ibu Dede Suryati.

Pendidikan formal diawali pada tahun 1995 di SD Negeri 2 Gisting Jaya Kecamatan Negara Batin yang diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2001

diterima di SMP Negeri 2 Negara Batin Way Kanan yang diselesaikan pada tahun 2004, kemudian di tahun yang sama pula diterima di SMA Negeri 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007.

Tahun 2007 diterima di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke Jakarta, Bandung dan Yogyakarta pada tahun 2008, di tahun yang sama pula diterima sebagai asisten praktikum Kimia Dasar I semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009. Tahun 2012, mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung.


(11)

iv

SANWACANA

Alhamdulillah, wa syukurillah...

Tiada kata yang mampu dituliskan untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat yang begitu besar sehingga dapat diselesaikan perkuliahan dan skripsi ini yang

berjudul “Analisis Keterampilan Memprediksi dan Mengkomunikasikan pada

Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Model Inkuiri Terbimbing”. Sesungguhnya segala ilmu dan pengetahuan yang mencerahkan jalan manusia, adalah dari Allah SWT semata. Semoga setiap ilmu pengetahuan yang bertambah seiring waktu berlalu, senantiasa menuntun kita untuk semakin mengakui kebesaran-Nya. Shalawat serta salam juga semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia dan pembahas atas segala bimbingan, saran dan kritik yang diberikan dalam memperbaiki penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediannya untuk memberi bimbingan, kritik, dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini.


(12)

v 5. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Pembimbing II, atas kesediannya

untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi.

6. Bunda Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si., selaku pembimbing akademik, atas segala saran, dukungan, serta perhatian bunda demi terselesaikannya studi ini. 7. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memberikan

banyak sekali ilmu dan inspirasi.

8. Bapak Drs. H. Berchah Pitoewas, M.H., selaku kepala SMA YP Unila Bandar Lampung dan Ibu Ismita Dewi, S.Pd., selaku guru mitra atas kerja sama, dan bimbingannya.

9. Bunda dan Ayah. Terima kasih atas segala do’a, kasih sayang, dukungan, peluh dan pengorbanan-pengorbanan mulia yang tiada henti tercurahkan kepada ananda.

10. Sahabat-sahabatku, mas Arya, Herdi, Pazar, Asep, Amin, Tiyas, Krisna, dan Anton, terima kasih atas masukan, bantuan serta penguatan yang kalian beri-kan; rekan tim penelitian saya, Yogi, terima kasih atas kerjasamanya.

11. Teman-temanku di Pendidikan Kimia 2007 atas dukungan, doa, dan semangat yang telah kalian berikan.

Akhirnya, mohon maaf atas segala ucapan dan tingkah laku yang kurang ber-kenan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan kasih sayang dan hidayah-Nya dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita. Aamiin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,


(13)

vii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 8

C. Keterampilan Proses Sains ... 12

D. Kemampuan Kognitif ... 15

E. Kerangka Pemikiran ... 16

F. Anggapan Dasar ... 19

G. Hipotesis Umum ... 19

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 20


(14)

vii

B. Metode dan Desain Penelitian ... 19

C. Data Penelitian ... 21

D. Instrumen Penelitian ... 21

E. Validasi Instrumen Penelitian ... 22

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 23

G. Teknik Pengelompokkan ... 25

H. Analisis Data ... 27

1. Pengelolahan data posttest ... 27

2. Pengelolahan data respon siswa ... 27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian ... 31

B. Pembahasan ... 34

1. Pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan menggunakan inkuiri terbimbing ... 35

2. Keterampilan memprediksi dan mengkomunikasikan ... 43

3. Kendala selama penelitian ... 47

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA 50 LAMPIRAN 1. Silabus ... 53

2. RPP ... 63

3. Lembar Kerja Siswa 1 ... 85

4. Lembar Kerja Siswa 2 ... 93

5. Lembar Kerja Siswa 3 ... 100

6. Lembar Kerja Siswa 4 ... 108

7. Lembar Kerja Siswa 5 ... 114

8. Soal Test Materi Garam Hidrolisis ... 120


(15)

viii

10. Kisi-kisi soal Posttest... 124

11. Soal Posttest ... 128

12. Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Posttest ... 131

13. Kuesioner (respon siswa) ... 134

14. Penentuan Kelompok Kognitif Siswa Berdasarkan nilai Tes Materi Garam Hidrolisis ... 135

15. Hasil Hasil Tes Tertulis Berbasis Keterampilan Memprediksi dan Mengkomunikasikan ... 137

16. Data Kuesioner ... 140

17. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 143

18. Lembar Observasi Guru ... 155


(16)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prosedur pelaksanaan penelitian ... 25 2. Nilai rata-rata keterampilan memprediksi dan mengkomunikasikan

setiap kelompok kognitif ... 31 3.

4.

Persentase siswa setiap kriteria tingkat kemampuan pada

keterampilan memprediksi ... Persentase siswa setiap kriteria tingkat kemampuan pada

ketrampilan mengkomunikasikan ... 32


(17)

ix DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing ... 11

2. Kriteria pengelompokkan siswa ... 27

3. Pengelompokkan kognitif siswa ... 27

4. Kriteria tingkat kemampuan siswa ... 28

5. Penskoran pada angket respon siswa berdasarkan skala Likert ... 29 6.

7.

Hubungan antara persentase dengan tafsiran ... Respon siswa terhadap pembelajaran materi Ksp ...

30 33


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kima merupakan cabang ilmu yang mempelajari materi berupa sifat, struktur, susunan, maupun perubahan materi, beserta energetika dan kinetika yang me-nyertai perubahan tersebut. Dalam penerapannya, ilmu kimia meliputi dua hal, yakni kimia sebagai proses dan produk. Kedua hal tersebut berkaitan satu sama lain. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses, produk. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan penge-tahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, hukum-hukum, dan prinsip-prinsip kimia, sedangkan kimia sebagai proses adalah berupa kerja ilmiah. Untuk menumbuhkan sikap ilmiah tersebut maka perlu dilatihkan keterampilan kepada siswa ketika pembelajaran berlangsung, salah satunya adalah keterampilan proses sains. Sehingga dapat diharapkan proses pembelajaran kimia bukan hanya seke-dar memahami konsep-konsep kimia semata, melainkan juga mengajarkan siswa untuk membangun konsep melalui keterampilan proses sains (KPS).

Keterampilan proses sains (KPS) terdiri dari mengamati (observasi), inferensi, mengelompokkan, menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), dan meng-komunikasikan. KPS pada pembelajaran ilmu kimia lebih menekankan pem-bentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan, konsep, dan


(19)

2

mengkomunikasikan hasilnya. Adapun tujuan dilatihkan KPS kepada siswa agar mereka mampu mengembangkan kemampuan yang dimiliki.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA YP Unila Bandar Lampung, hasil yang didapati di lapangan proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center). Hal ini terlihat ketika pembelajaran berlangsung, siswa cenderung diam ketika ditanya oleh guru untuk memprediksi harga pH dari contoh garam pada materi garam hidrolisis. Terlihat pula ketika guru meminta siswa untuk menyam-paikan isi tabel dalam bentuk kalimat, mereka mengalami kesulitan dan cende-rung hanya membaca apa yang ada di dalam tabel saja. Keterampilan mempre-diksi dan mengkomunikasikan yang masih rendah.

Kompetensi Dasar (KD) materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yaitu mempre-diksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan. Berdasarkan KD ini siswa dilatihkan keterampilan mempre-diksi mengenai terbentuknya suatu endapan dari suatu reaksi kimia berdasarkan pemaparan contoh-contoh dan hasil percobaan. Siswa juga dapat dilatihkan ke-terampilan mengkomunikasikan hasil percobaan yang dituangkan dalam bentuk tabel, atau pun grafik.

Untuk mengembangkan kedua keterampilan di atas, maka diperlukan sebuah mo-del pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan dapat melatihkan keterampilan memprediksi dan mengkomunikasikan. Satu dari berbagai model pembelajaran yang mampu memenuhi kriteria tersebut adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.


(20)

3

Inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang bersifat konstruktivistik. Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah untuk diselesaikan oleh siswa. Setelah masalah diung-kapkan, siswa mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dan menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan (Gulo dalam Trianto, 2010).

Penelitian yang berhubungan dengan materi kelarutan dan hasil kelarutan meng-gunakan inkuiri terbimbing yang sebelumnya dilakukan oleh Tohir (2012) dengan judul “Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan”, diperoleh hasil bahwa model inkuiri terbimbing efektif dalam me-ningkatkan keterampilan mengomunikasi siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hal ini menunjukkan bahwa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat dikembangkan keterampilan mengkomunikasikan dengan

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Kemampuan kognitif dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni kelompok ke-mampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Siswa dengan keke-mampuan kognitif tinggi, cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan ke-mampuan kognitif sedang dan rendah (Nasution, 2000). Hal ini diperkuat dari hasil penelitian mengenai keterampilan memprediksi dan mengkomunikasikan oleh Aisah (2013) mengenai Analisis keterampilan memprediksi dan


(21)

4

mengkomunikasikan pada materi asam-basa” diperoleh hasil bahwa siswa dengan kemampuan kognitif lebih tinggi memiliki keterampilan memprediksi dan

mengkomunikasikan lebih tinggi daripada kelompok sedang dan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keterampilan memprediksi dan mengkomunikasikan dengan kemampuan kognitif siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat keterampilan proses sains siswa kelas XI IPA3 SMA YP Unila Bandar Lampung pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang berjudul: “Analisis keterampilan memprediksi dan mengkomunikasikan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah keterampilan memprediksi pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah?

2. Bagaimanakah keterampilan mengkomunikasikan pada materi kelarutan dan hasil

kali kelarutan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah?


(22)

5

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan diadakannya penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan keterampilan memprediksi dan meng-komunikasikan siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari dilakukannya penelitian ini diharapkan sebagai berikut :

1. Sebagai pengalaman dilatihkannya secara langsung keterampilan memprediksi dan mengkomunikasikan bagi siswa dalam memahami materi kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Memberikan informasi bagi guru kimia SMA YP Unila Bandar Lampung mengenai tingkat keterampilan proses sains siswanya yang meliputi keteram-pilan memprediksi dan mengkomunikasikan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. 3. Referensi bagi sekolah untuk perbaikan mutu pembelajaran guna melatihkan

keterampilan proses sains siswa, diantaranya keterampilan memprediksi dan mengkomunikasikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian


(23)

6

1. Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah. (KBBI, 2008).

2. Keterampilan memprediksi adalah mengantisipasi atau membuat jawaban berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau

hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip.

3. Keterampilan mengkomunikasikan adalah menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep dalam bentuk tulisan, gambar, grafik, dan tabel.

4. Tahap-tahap pembelajaran inkuiri terbimbing pada penelitian ini menggunakan teori menurut Gulo.

5. Kelompok tinggi, sedang dan rendah merupakan kelompok siswa berkemam-puan kognitif tinggi, sedang dan rendah.


(24)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Slavin dalam Nurhadi dan Senduk (2002) mengemukakan, teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Adapun prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;

2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar;

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan

6. Guru adalah fasilitator.

Dari uraian prinsip-prinsip di atas, yang penting dari segi psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa begitu saja. Akan tetapi, menurut Nur dalam Trianto (2007) siswa juga harus


(25)

8

membangun sendiri pengetahuan yang ada di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Guru juga mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

Von Glaserfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), mengemuka-kan bahwa agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlumengemuka-kan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan

mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan memban-dingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan

perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi

pembentukan pengetahuannya.

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban ter-hadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).

Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara


(26)

9

sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri pene-muannya dengan penuh percaya diri.

Sund dan Trowbridge dalam Dewi (2010) mengungkapan beberapa macam model inkuiri yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu:

1. Guided Inquiry

Guided inquiry atau pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pem-belajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Dalam pembelajaran inkuiri ter-bimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelejensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai intelejensi tinggi tidak memonopoli kegiatan.

2. Modified Inquiry

Model pembelajaran inkuiri ini memiliki ciri yaitu guru hanya memberikan permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur pe-nelitian untuk memperoleh jawaban. Selain itu, guru merupakan nara sumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan untuk meng-hindari kegagalan dalam memecahkan masalah.

3. Free Inquiry

Pada model ini siswa harus mengidentifikasikan dan merumuskan macam masalah yang dipelajari dan dipecahkan. Jenis model inkuiri ini lebih bebas daripada kedua jenis inkuiri sebelumnya.

Menurut Herron (Elyani, 2011) tingkatan dalam inkuiri terbimbing ada tiga jenis, yaitu :

1. Inkuiri terstruktur (Structure Inquiry). Dalam inkuiri terstruktur siswa akan mengadakan penyelidikan dan penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang disediakan guru.

2. Inkuiri terbuka (Open Inquiry). Dalam inkuiri terbuka, siswa melakukan penyelidikan berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang mereka bentuk.

3. Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry). Meskipun siswa melakukan

penyelidikan yang berdasarkan pada pertanyaan yang diajukan guru, tetapi siswa yang menentukan prosedur penelitiannya.


(27)

10

Model inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang me-nitikberatkan kepada aktivitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri terbimbing adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin-tahuan mereka. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat me-ningkatkan kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa tersebut. Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pem-belajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi.

Sanjaya (2011), mengemukakan bahwa:

Model inkuiri terbimbing yaitu model inkuiri dimana guru membimbing sis-wa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan asis-wal dan mengarahkan pada suatu diskusi, biasanya digunakan bagi siswa yang kurang berpengala-man belajar dengan model inkuiri. Dengan model ini siswa belajar lebih ber-orientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat me-mahami konsep-konsep pelajaran. Pada model ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk kepada siswa ketika siswa tidak bisa mengerjakan sesuatu. Sebagian proses dalam pembelajar-an telah dibuat oleh guru, seperti siswa tidak merumuskpembelajar-an masalah. Dalam pem-belajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan


(28)

11

kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang beripikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa yang mempunyai daya pikir tinggi tidak memonopoli kegiatan.

Tersedianya bimbingan bagi siswa, membuat inkuiri terbimbing biasa digunakan bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan model inkuiri. Pada tahap-tahap awal pembelajaran, diberikan bimbingan lebih banyak berupa per-tanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan pengarah selain dikemukakan lang-sung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam LKS. Oleh karena itu, LKS dibuat sedemikian rupa sehingga dapat membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan (Dwi, 2009).

Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto (2011), yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

No Fase Kegiatan Guru

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagi siswa dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipo-tesis. Guru membimbing siswa dalam menen-tukan hipotesis yang relevan dengan per-masalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. 3. Mengumpulkan data Guru membimbing siswa mendapatkan


(29)

12

No Fase Kegiatan Guru

maupun telaah literatur.

4. Menganalisis data Guru memberi kesempatan pada tiap kelom-pok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

5. Membuat kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Menurut Suryosubroto (2002), ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing, antara lain sebagai berikut:

1. Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.

2. Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. 3. Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan

kemampuan.

4. Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.

5. Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar. 6. Strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan kepada

mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide.

Sedangkan kelemahan pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Suryosubroto (2002), antara lain:

1) Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini. 2) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian

waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemu-kan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.

3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.

C. Keterampilan Proses Sains

Dimyati (2002) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan mendasar yang pada prinsipnya


(30)

13

telah ada dalam diri siswa. Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dalam IPA disebut keterampilan proses sains (KPS).

Hartono dalam Fitriani (2009) mengemukakan:

Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pem-belajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain ber-kaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.

KPS merupakan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh seseorang. KPS yang dimiliki siswa tentunya dengan dilatihkan terlebih dahulu. Indrawati dalam Sulastri (2012) menyatakan bahwa KPS adalah keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif atau psikomotor) yang dapat digunakan untuk mene-mukan suatu konsep atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan. Menurut Rustaman dalam Rachmania (2012), KPS melibatkan keterampilan-kenterampilan kognitif (intelektual), manual, dan sosial. Keterampilan kognitif (intelektual) terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses, siswa meng-gunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat karena siswa melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Sedang-kan keterampilan sosial dimaksudSedang-kan bahwa siswa dapat berinteraksi dengan se-samanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.


(31)

14

Tahapan-tahapan pendekatan pembelajaran KPS menurut Dimyati dan Mudjiono (2002):

Pendekatan keterampilan proses lebih cocok diterapkan pada pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan: (1) penam-pilan fenomena. (2) apersepsi. (3) menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. (4) demonstrasi atau eksperimen, (5) siswa mengisi lembar kerja. (6) guru memberikan penguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan.

Penerapan pendekatan pembelajaran KPS memungkinkan dikembangkannya kemampuan-kemampuan yang pada dasarnya sudah dimiliki oleh siswa. Hal itu didukung oleh pendapat Arikunto (2004):

Pendekataan berbasis keterampilan proses adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya keterampilan-keterampilan intelektual tersebut telah ada pada siswa.

Terdapat empat alasan mengapa pendekatan keterampilan proses sains diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari menurut Setiawan dalam Hariwibowo (2009), yaitu:

(1) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa. (2) Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami

konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret. (3) Penemuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat mutlak 100 %, tapi bersifat relatif. (4) Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak terlepas dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

Keterampilan proses merupakan konsep yang luas, sehingga para ahli banyak yang mencoba menjabarkan keterampilan proses menjadi aspek-aspek yang lebih rinci. Menurut Funk dalam Nur (1996) keterampilan proses terdiri dari keteram-pilan proses tingkat dasar yang terdiri dari mengobservasi, mengklasifikasi,


(32)

15

mengkomunikasikan, mengukur; memprediksi, menyimpulkan, sedangkan ke-terampilan proses terpadu terdiri dari menentukan variabel, menyusun tabel data, membuat grafik, menghubungkan antar variabel, memproses data, menganalisis, penyelidikan, menyususn hipotesis, menentukan variabel, merencanakan penyeli-dikan, dan bereksperimen.

Menurut Dimyati dan Moedjiono (2002), ada berbagai keterampilan dalam ke-terampilan proses sains, keke-terampilan-keke-terampilan tersebut terdiri dari keteram-pilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keteramketeram-pilan-keterampilan terintegrasi atau terpadu (integrated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni: mengamati (mengobservasi), mengklasifikasi, meng-ukur, memprediksi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.

Keterampilan memprediksi menurut Dimyati dan Moedjiono (2002) dapat diarti-kan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan berdasardiarti-kan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. Sedangkan keterampilan mengkomunikasikan dapat di-artikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan, gambar, misalnya dengan berdiskusi, meng-ungkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan dan tulisan).

D. Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat penge-tahuan atau kemampuan siswa terhadap suatu materi pembelajaran yang sudah


(33)

16

dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai ke-mampuan kognitif (Winarni, 2006). Lebih lanjut Nasution dalam Winarni (2006) mengemukakan bahwa secara alami dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dikelompokkan menjadi 3 kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Usman dalam Winarni (2006), apabila siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif berbeda kemudian diberi pengajaran yang sama, maka hasil belajar (pemahaman konsep) akan ber-beda-beda sesuai dengan tingkat kemampuannya, karena hasil belajar berhubung-an dengberhubung-an kemampuberhubung-an siswa dalam mencari dberhubung-an memahami materi yberhubung-ang akberhubung-an dipelajari.

Siswa berkemampuan tinggi adalah sejumlah siswa yang memiliki keadaan awal lebih tinggi dari rata-rata kelas. Sedangkan siswa yang berkemampuan rendah adalah sejumlah siswa yang memiliki keadaan awal lebih rendah atau sama dengan rata-rata kelas. Siswa berkemampuan tinggi memiliki keadaan awal lebih baik daripada siswa berkemampuan awal rendah. Hal ini menyebabkan siswa ber-kemampuan tinggi memiliki rasa percaya diri yang lebih dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan rendah.

E. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan memprediksi dan mengkomunikasikan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Siswa SMA YP Unila Bandar


(34)

17

Lampung memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda (heterogen). Pada saat proses pembelajaran siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang heterogen berdasarkan kemapuan kognitif mereka. Dalam satu kelompok terdapat anak berkemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang termasuk dalam kelompok kognitif tinggi seyogyanya memiliki keterampilan memprediksi dan mengkomunikasikan yang lebih baik, lebih aktif dan percaya diri dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan kelompok sedang dan rendah.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dalam tinjauan pustaka, terdapat tahapan-tahapan dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing. Prinsip dasar model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah guru memberikan permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahannya ter-sebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian.

Pada tahap awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah disampaikan fenomena atau fakta yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, lalu merumuskan masalah, siswa diberikan permasalahan oleh guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan tersebut dibawah bimbingan guru. Pada tahap tersebut, siswa akan termotivasi untuk bertanya dan menemukan mungkinan jawaban atas permasalahan yang diberikan oleh guru, sehingga ke-terampilan proses sains terutama keke-terampilan memprediksi siswa dapat ber-kembang, siswa dapat memperkirakan apa jawaban dari permasalahan tersebut. Pada tahap ini, siswa kelompok tinggi diharapkan lebih aktif dan percaya diri dalam tahap ini, baik dalam diskusi dalam menentukan hipotesis dari permasalah-an maupun aktif bertpermasalah-anya kepada guru.


(35)

18

Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan jawabannya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Setelah siswa mengembangkan hipo-tesis, langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data dengan melakukan percoba-an dpercoba-an telaah literatur untuk membuktikpercoba-an bahwa hipotesis siswa tersebut benar, tepat dan rasional. Pada tahap ini siswa akan terpacu berpikir, bertanya, dan ber-eksperimen, kemudian siswa diminta untuk menyajikan data hasil percobaan da-lam bentuk tabel hasil pengamatan. Pada tahap ini siswa akan terlatih menyam-paikan hasil pengamatan dari data percobaan ke dalam bentuk tabel/grafik se-hingga keterampilan mengkomunikasikan siswa dapat berkembang. Siswa yang tergolong dalam kelompok tinggi dari masing-masing kelompok diskusi tentu akan lebih aktif dalam penyampaian hasil diskusi kelompok dan aktif bertanya dalam penulisan hasil percobaan serta percaya diri dalam menyampaikan hasil diskusi kepada kelompok lain.

Langkah berikutnya menganalisis data hasil pengamatan. Pada tahap ini siswa dapat melahirkan ungkapan/definisi menurut pandangan dan pendapat mereka sendiri berdasarkan analisis data, kemudian guru memberikan kesempatan pada tiap siswa masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Terakhir siswa melalui bimbingan dari guru dapat menarik ke-simpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Melalui penerapan model inkuiri terbimbing pada pembelajaran kimia di kelas diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan memprediksi dan mengkomunikasikan sehingga keterampilan proses sains siswa akan semakin tinggi sebanding dengan semakin tingginya kemampuan kognitif siswa.


(36)

19

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 SMA YP Unila tahun pelajaran 2013/2014 yang menjadi subyek penelitian mempunyai tingkat kemampuan kognitif yang heterogen.

G. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah semakin tinggi kemampuan kognitif siswa, maka akan semakin tinggi pula keterampilan memprediksi dan


(37)

20

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA YP Unila Bandar Lampung dengan kelas XI yang berjumlah 5 kelas. Penentuan subjek penelitian didasarkan pada per-timbangan kelas yang memiliki kemampuan kognitif yang heterogen. Berdasar-kan pertimbangan tersebut maka dipilih siswa kelas XI IPA3 SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/ 2014 dengan jumlah 40 siswa sebagai subyek penelitian.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pre-eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah one shot case study. Penelitian dengan meng-gunakan desain ini yaitu hanya diberi suatu perlakuan pada subyek penelitian kemudian diobservasi. Menurut Creswell (1997) dan Fraenkel and Wallen (2006) desain penelitiannya adalah sebagai berikut:

Keterangan: X = Perlakuan yang diberikan O = Posttest


(38)

21

C. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data hasil tes mengenai materi garam hidrolisis yang digunakan untuk mengelompokkan siswa sesuai kelompok kognitifnya.

2. Data kinerja guru. 3. Data aktivitas siswa.

4. Data hasil tes setelah pembelajaran (posttest) mengenai materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

5. Data respon siswa mengenai proses pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan menggunakan model inkuiri terbimbing.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Silabus dan RPP

2. Lembar kerja siswa yang digunakan berjumlah 5 buah yaitu LKS 1 mengenai larutan jenuh, kelarutan, garam dan basa sukar larut serta hasil kali kelarutan, LKS 2 hubungan kelarutan dan hasil kali kelarutan, LKS 3 pengaruh ion se-nama terhadap kelarutan, LKS 4 pengaruh pH terhadap kelarutan, dan LKS 5 pembentukan endapan.

3. Tes tertulis yang digunakan yaitu:

(a) tes materi garam hidrolisis yang terdiri dari 4 soal dalam bentuk uraian yang digunakan untuk mengelompokkan siswa sesuai dengan kelompok kognitifnya.


(39)

22

(b) posttest materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang terdiri dari 4 soal dalam bentuk uraian yang sesuai untuk mengukur keterampilan proses sains yang meliputi kemampuan memprediksi dan mengkomunikasikan. 4. Lembar observasi yang digunakan terdiri dari lembar aktivitas siswa dan

lembar kinerja guru. Pengisian lembar observasi dilakukan dengan cara mem-beri tanda check list pada kolom yang telah disediakan.

5. Kuesioner (angket) yang diberikan bertujuan untuk memperoleh respon me-ngenai proses pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Daftar pertanyaan ber-sifat tertutup dengan alternatif jawaban telah ditentukan sebelumnya.

E. Validasi Instrumen Penelitian

Agar diperoleh data hasil penelitian yang optimal sesuai dengan tujuan penelitian, maka dibutuhkan instrumen yang valid pula. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Maka, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menganalisis kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, kisi-kisi soal dengan butir-butir pertanyaan posttest. Apabila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka instrumen dianggap valid dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian tersebut.


(40)

23

Mekanisme kerja dalam pengujian validitas isi dengan cara judgment yang merlukan ketelitian dan keahlian penilai. Maka peneliti meminta ahli untuk me-lakukannya. Dalam hal ini diperlukan bantuan kepada Dra. Ila Rosilawati, M.Si. dan Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi pendahuluan

a. Meminta izin kepada kepala SMA YP Unila Bandar Lampung untuk melaksanakan penelitian.

b. Mengadakan observasi sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan infor-masi mengenai data siswa, karakteristik siswa, jadwal, cara mengajar guru kimia di kelas, dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat diguna-kan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

c. Menentukan model pembelajaran yang cocok untuk digunakan pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan berdasarkan keterampilan proses sains yang ingin dikembangkan yakni keterampilan memprediksi dan mengkomunikasikan.

d. Menentukan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian berdasarkan karakteristik siswa dan pertimbangan dari guru mata pelajaran kimia. 2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) tahap yaitu :


(41)

24

a. Tahap persiapan

1) Membuat perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas, anatara lain analisis indikator, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, dan angket.

2) Membuat instrumen penelitian yang akan digunakan berupa posttest untuk mengumpulkan data mengenai keterampilan keterampilan proses sains siswa dalam hai ini keterampilan memprediksi dan

mengkomunikasikan.

3) Melakukan validasi instrumen sebelum digunakan dalam penelitian.

b. Tahap pelaksanaan penelitian

1) Melaksanakan proses pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan pada subyek penelitian melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

2) Memberikan posttest kepada subyek penelitian berupa tes tertulis. 3) Memberikan kuesioner (angket) kepada subyek penelitian setelah

pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. c. Tahap analisis data

1) Menganalisis data berupa jawaban tes tertulis siswa dan jawaban kuesioner (angket) untuk memperoleh tanggapan mengenai proses pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

2) Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian. 3) Menarik kesimpulan


(42)

25

Alur prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan berikut ini:

Ket:

--- = Pembagian tahap-tahap utama dalam penelitian = Menuju ke tahap berikutnya

= Langkah tambahan sebelum dilakukan tahap berikutnya Gambar 1. Bagan prosedur pelaksanaan penelitian

G. Teknik Pengelompokkan Siswa

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini mengambil subyek pene-litian pada kelas yang memiliki kemampuan kognitif yang heterogen. Sehingga dalam pelaksanaan penelitian, siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan

Observasi Pendahuluan

Posttest Kuesioner

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Membuat instrumen penelitian

Validasi instrumen penelitian

Analisis Data

Simpulan Pembahasan

Menentukan Subyek Penelitian

Perbaikan Perbaikan

T ah ap p er si ap an T ah ap p el ak sa n aa n T ah ap a n al is is d at a T ah ap p en d ah u lu an


(43)

26

kognitifnya ke dalam tiga kelompok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelompok ini berdasarkan hasil nilai tes mengenai materi garam hidrolisis. Pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan kognitifnya, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mengurangi nilai terbesar dengan nilai terkecil untuk menentukan rentang. b. Menentukan banyak kelas interval menggunakan rumus:

Banyak kelas = 1 + 3,3 log n = banyak data

c. Membagi rentang dengan banyak kelas untuk menentukan panjang interval. d. Menentukan mean menggunakan rumus:

= ���� �� Keterangan:

Mx = Mean

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah Fi = Jumlah frekuensi siswa

e. Menentukan standar deviasi menggunakan rumus:

�� = ����

2

�� −(

����

�� )2

Keterangan:

SDx = Standar deviasi

Fi = Jumlah frekuensi siswa

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah

FiXi2 = Jumlah frekuensi siswa dikali kuadrat nilai tengah f. Menghitung mean + SD dan mean – SD

g. Menentukan kriteria pengelompokkan kemampuan kognitif siswa ke dalam kategori tinggi, sedang dan rendah menurut Sudijono (2008).


(44)

27

Tabel 2. Kriteria pengelompokkan siswa

Kriteria Pengelompokkan Kelompok

Nilai ≥ mean + SD Tinggi

Mean –SD ≤ nilai < mean + SD Sedang Nilai < mean – SD Rendah

Hasil pengelompokkan kognitif siswa berdasarkan data tes garam hidrolisis adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Pengelompokkan kognitif siswa

Kriteria Pengelompokkan Kelompok Jumlah Siswa

Nilai ≥ 70,01 Tinggi 10

47,79 ≤ Nilai < 70,01 Sedang 19 Nilai < 47,79 Rendah 11

H. Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan data posttest

Untuk menganalisis data yang berasal dari tes berupa soal uraian, dilakukan dengan cara:

a. Memberi skor pada setiap jawaban siswa pada tes tertulis berbentuk uraian ber-dasarkan pedoman jawaban yang telah dibuat.

b. Menjumlahkan skor yang didapat setiap siswa sesuai dengan keterampilan prediksi dan mengkomunikasikan.

c. Mengubah skor menjadi nilai, dengan menggunakan persamaan:

� ��= � �


(45)

28

d. Menghitung nilai rata-rata siswa untuk keterampilan prediksi dan mengkomunikasikan. pada kelompok tinggi, sedang dan rendah

� �� � � − � � � = � �� � � � � �

� � 100 e. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk nilai rata-rata yang

di-dapat pada poin (d) berdasarkan skala kriteria tingkat kemampuan siswa seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (1997).

Tabel 4. Kriteria tingkat kemampuan siswa

Skor Kriteria

80,1-100,0 Sangat baik 60,1-80,0 Baik 40,1-60,0 Cukup 20,1-40,0 Kurang 0,0-20,0 Sangat kurang

f. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk nilai siswa pada keterampilan prediksi dan mengkomunikasikan berdasarkan Tabel 3. g. Menentukan jumlah siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk

setiap kriteria tingkat kemampuan.

h. Menentukan persentase siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan.

% = � � � � �� � �� � � � � �

� � � 100%

2. Mengolah data tanggapan siswa

Adapun kegiatan dalam teknik analisis data angket tanggapan siswa dilakukan dengan cara :


(46)

29

a. Mengkode dan mengklasifikasikan data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban pernyataan angket.

b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban ber-dasarkan pernyataan angket dan banyaknya responden (pengisi angket). c. Memberi skor jawaban responden.

Penskoran jawaban responden berdasarkan skala Likert.

Tabel 5. Penskoran pada angket respon siswa berdasarkan skala Likert. Pilihan Jawaban Skor

Baik 3

Cukup 2

Kurang 1

d. Mengolah jumlah skor jawaban responden

Pengolahan jumlah skor (S) jawaban angket adalah sebagai berikut : 1) Skor untuk pernyataan Baik

Skor = 3 x jumlah responden yang menjawab Baik 2) Skor untuk pernyataan Cukup

Skor = 2 x jumlah responden yang menjawab Cukup 3) Skor untuk pernyataan Kurang

Skor = 1 x jumlah responden yang menjawab Kurang

e. Menghitung persentase skor jawaban responden angket pada setiap pernyataan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% 100

% 

maks in

S S


(47)

30

Keterangan : %Xin = Persentase skor jawaban pernyataan ke-i pada angket.

S= Jumlah skor jawaban total

Smaks = Skor maksimum yang diharapkan

f. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan taf-siran Koentjaraningrat (1990) seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Hubungan antara persentase dengan tafsiran

Presentase Tafsiran

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-75% Sebagian besar

76%-99% Hampir seluruhnya


(48)

48

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian analisis keteram-pilan memprediksi dan mengkomunikasikan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat

disimpulkan bahwa :

1. Keterampilan memprediksi untuk kelompok kognitif tinggi sudah sesuai dengan hipotesis, sedangkan untuk kelompok sedang dan rendah terdapat ketidaksesuaian dengan hipotesis dikarenakan pada kelompok sedang masih terdapat 30% siswa berkriteria sangat baik; serta adanya 10% siswa berkriteria sangat baik dan 40% berkriteria baik pada kelompok rendah.

2. Keterampilan mengkomunikasikan untuk masing-masing kelompok terdapat ketidaksesuaian dengan hipotesis, kelompok tinggi terdapat 10% berkriteria cukup; pada kelompok sedang masih terdapat 10% berkriteria sangat baik; dan pada kelompok rendah masih ada 10% yang berkriteria baik.

3. Keterampilan memprediksi untuk masing-masing kelompok kognitif yaitu: a. kelompok tinggi 70% berkriteria sangat baik, dan 30% berkriteria baik. b. kelompok sedang, 30% berkriteria sangat baik, 60% berkriteria baik dan


(49)

49

c. kelompok rendah, 10% berkriteria sangat baik, 40% berkriteria baik, dan 40% berkriteria cukup, dan 10% berkriteria kurang.

4. Keterampilan mengkomunikasikan untuk masing-masing kelompok kognitif yaitu:

a. kelompok tinggi 40% berkriteria sangat baik, 50% berkriteria baik, dan 10% berkriteria cukup.

b. kelompok sedang 10% berkriteria sangat baik, 65% berkriteria baik, dan 25% berkriteria cukup.

c. kelompok rendah 10% berkriteria baik, 40% berkriteria cukup, dan 50% lainnya berkriteria kurang.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan bahwa :

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penerapan model pem-belajaran inkuiri terbimbing, sebaiknya memberikan penjelasan singkat me-ngenai tahapan-tahapan model pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai, sehingga proses belajar siswa dapat berjalan dengan baik.

2. Pengelompokan siswa sebaiknya didasarkan pada beberapa hasil tes sehingga menghasilkan data pengelompokan yang lebih akurat.


(50)

50

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. . 2004. Penilaian Program Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. Aisah, S. 2013. Analisis keterampilan prediksi dan mengkomunikasikan pada

materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran problem solving siswa kelas XII IPA4. Skripsi. Universitas Lampung. Tidak dipublikasikan. Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative

Approaches. Sage Publications. London.

Dewi, S.W. 2010. Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry pada materi redoks dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA. (Skripsi). Bandung : UPI Bandung.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Dwi, A. 2009. Macam – Macam Model Inkuiri. [online] http://ventidanokarsa. blogspot.com/2009/10/macam-macam-model-pembelajaran-inkuiri.html. Diakses pukul 8.22am tanggal 17 Mei 2012.

Elyani, I. 2011. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta.

Fitriani, D. 2009. Penerapan model siklus belajar empiris-induktif (SBEI) berbasis keterampilan proses sains untuk meningkatkan penguasaan konsep laju reaksi (PTK pada siswa kelas XII IPA 2 SMAN 1 Bandar Lampung TP 2009-2010). Skripsi. FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Fraenkel, J. R. dan Norman E. W. 2006. How to Desain and Evaluate in Education. Mc Grow Hill. USA.

Hariwibowo. 2009. Makalah Pembelajaran Proses Pendekatan Keterampilan Proses (online). www.yahoo.com. CERPEN LUBIS GRAFURA. Lubis Grafura (Ed). 26 Mei 2012. 30 Desember 2013.


(51)

51

http://lubisgrafura.wordpress.com/2012/05/26/makalah-pembelajaran-proses-pendekatan-keterampilan-proses/

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Inkuiri. [online] http://herfis.blogspot.com/ 2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html. Diakses pukul 20.25pm tanggal 22 Februari 2013.

Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.

Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara.

Nurhadi, B. Y. dan Senduk, A. G. 2002. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang. Nur, M. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan

Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Pannen, P. , Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Rachmania, O. S. 2012. Analisis PhET sugar and salt solutions dalam

membangun konsep larutan elektrolit dan non-elektrolit serta keterampilan proses sains siswa SMA. Skripsi. FKIP UPI. Bandung.

Sanjaya, W. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada. Jakarta.

Sudbudhy, Endang R dan I M Nuryata. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Sekarmita. Jakarta.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sulastri, O. 2012. Analisis keterampilan proses sains siswa kelas XI pada

pembelajaran hidrolisis garam menggunakan model problem solving. Skripsi. FKIP UPI. Bandung. Diakses tanggal 09 Juli 2014 dari http: //repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0807604.pdf

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.

Suryosubroto, B. 2002. Proses belajar mengajar di sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.


(52)

52

Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi IV). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Tohir, A. 2012. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan. Skripsi. Universitas Lampung. Tidak dipublikasikan.

Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.


(1)

30

Keterangan : %Xin = Persentase skor jawaban pernyataan ke-i pada angket.

S= Jumlah skor jawaban total

Smaks = Skor maksimum yang diharapkan

f. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan taf-siran Koentjaraningrat (1990) seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Hubungan antara persentase dengan tafsiran

Presentase Tafsiran

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-75% Sebagian besar

76%-99% Hampir seluruhnya


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian analisis keteram-pilan memprediksi dan mengkomunikasikan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat

disimpulkan bahwa :

1. Keterampilan memprediksi untuk kelompok kognitif tinggi sudah sesuai dengan hipotesis, sedangkan untuk kelompok sedang dan rendah terdapat ketidaksesuaian dengan hipotesis dikarenakan pada kelompok sedang masih terdapat 30% siswa berkriteria sangat baik; serta adanya 10% siswa berkriteria sangat baik dan 40% berkriteria baik pada kelompok rendah.

2. Keterampilan mengkomunikasikan untuk masing-masing kelompok terdapat ketidaksesuaian dengan hipotesis, kelompok tinggi terdapat 10% berkriteria cukup; pada kelompok sedang masih terdapat 10% berkriteria sangat baik; dan pada kelompok rendah masih ada 10% yang berkriteria baik.

3. Keterampilan memprediksi untuk masing-masing kelompok kognitif yaitu: a. kelompok tinggi 70% berkriteria sangat baik, dan 30% berkriteria baik. b. kelompok sedang, 30% berkriteria sangat baik, 60% berkriteria baik dan


(3)

49

c. kelompok rendah, 10% berkriteria sangat baik, 40% berkriteria baik, dan 40% berkriteria cukup, dan 10% berkriteria kurang.

4. Keterampilan mengkomunikasikan untuk masing-masing kelompok kognitif yaitu:

a. kelompok tinggi 40% berkriteria sangat baik, 50% berkriteria baik, dan 10% berkriteria cukup.

b. kelompok sedang 10% berkriteria sangat baik, 65% berkriteria baik, dan 25% berkriteria cukup.

c. kelompok rendah 10% berkriteria baik, 40% berkriteria cukup, dan 50% lainnya berkriteria kurang.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan bahwa :

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penerapan model pem-belajaran inkuiri terbimbing, sebaiknya memberikan penjelasan singkat me-ngenai tahapan-tahapan model pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai, sehingga proses belajar siswa dapat berjalan dengan baik.

2. Pengelompokan siswa sebaiknya didasarkan pada beberapa hasil tes sehingga menghasilkan data pengelompokan yang lebih akurat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. . 2004. Penilaian Program Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. Aisah, S. 2013. Analisis keterampilan prediksi dan mengkomunikasikan pada

materi asam-basa melalui penerapan model pembelajaran problem solving siswa kelas XII IPA4. Skripsi. Universitas Lampung. Tidak dipublikasikan. Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative

Approaches. Sage Publications. London.

Dewi, S.W. 2010. Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry pada materi redoks dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA. (Skripsi). Bandung : UPI Bandung.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Dwi, A. 2009. Macam – Macam Model Inkuiri. [online] http://ventidanokarsa. blogspot.com/2009/10/macam-macam-model-pembelajaran-inkuiri.html. Diakses pukul 8.22am tanggal 17 Mei 2012.

Elyani, I. 2011. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta.

Fitriani, D. 2009. Penerapan model siklus belajar empiris-induktif (SBEI) berbasis keterampilan proses sains untuk meningkatkan penguasaan konsep laju reaksi (PTK pada siswa kelas XII IPA 2 SMAN 1 Bandar Lampung TP 2009-2010). Skripsi. FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Fraenkel, J. R. dan Norman E. W. 2006. How to Desain and Evaluate in Education. Mc Grow Hill. USA.

Hariwibowo. 2009. Makalah Pembelajaran Proses Pendekatan Keterampilan Proses (online). www.yahoo.com. CERPEN LUBIS GRAFURA. Lubis Grafura (Ed). 26 Mei 2012. 30 Desember 2013.


(5)

51

http://lubisgrafura.wordpress.com/2012/05/26/makalah-pembelajaran-proses-pendekatan-keterampilan-proses/

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Inkuiri. [online] http://herfis.blogspot.com/ 2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html. Diakses pukul 20.25pm tanggal 22 Februari 2013.

Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.

Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara.

Nurhadi, B. Y. dan Senduk, A. G. 2002. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang. Nur, M. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan

Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Pannen, P. , Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Rachmania, O. S. 2012. Analisis PhET sugar and salt solutions dalam

membangun konsep larutan elektrolit dan non-elektrolit serta keterampilan proses sains siswa SMA. Skripsi. FKIP UPI. Bandung.

Sanjaya, W. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada. Jakarta.

Sudbudhy, Endang R dan I M Nuryata. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Sekarmita. Jakarta.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sulastri, O. 2012. Analisis keterampilan proses sains siswa kelas XI pada

pembelajaran hidrolisis garam menggunakan model problem solving. Skripsi. FKIP UPI. Bandung. Diakses tanggal 09 Juli 2014 dari http: //repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0807604.pdf

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.

Suryosubroto, B. 2002. Proses belajar mengajar di sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.


(6)

Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi IV). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Tohir, A. 2012. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan. Skripsi. Universitas Lampung. Tidak dipublikasikan.

Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CORE DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

11 101 131

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

0 5 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 2 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 2 22

PERBEDAAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING DENGAN KOOPERATIF TIPE STAD MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

1 7 21

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS PRAKTIKUN TERHADAP HASIL BELAJAR SIWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 17

PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 12 47

ANALISIS PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 30

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI LABORATORIUM TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 41

Pengembangan Modul Multimedia Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI SMA/MA.

0 0 17