EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh

DASIUN PAULUS MANIK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam me-ningkatkan penguasaan konsep siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian non equivalent (pretest-postest) control group design. Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 1 Bangun Rejo Lampung Tengah Tahun Pelajararan 2014 /2015. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh kelas XI2

sebagai kelas eksperimen dan kelas XI1 sebagai kelas kontrol. Model

pem-belajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektif apabila secara statistik terdapat perbedaan rata-rata n-Gain penguasaan konsep yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata n-Gain penguasaan konsep siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing 0,46 dan 0,41. Hasil uji hipotesis (uji-t), diperoleh rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan pada kelas eksperimen lebih besar daripada dengan rata-rata n-Gain penguasaan konsep


(2)

Dasiun Paulus Manik

pada kelas kontrol. Kesimpulan penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa.

Kata kunci: efektivitas, model pembelajaran inkuiri terbimbing, penguasaan konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa


(3)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh

DASIUN PAULUS MANIK

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

(Skripsi)

Oleh

Dasiun Paulus Manik

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prosedur pelaksanaan penelitian ………...……….…… 20 2. Rata-rata nilai pretes dan postes penguasaan konsep .…...….... 25 3. Rata-rata n-Gain penguasaan konsep …………...………. 26


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 7

B. Penguasaan Konsep ... 11

C. Kerangka Pemikiran ... 13

D. Anggapan Dasar ... 14

E. Hipotesis Umum ... 14

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 15

B. Jenis dan Sumber Data ... 15


(7)

D. Variabel Penelitian ... 16

E. Instrumen Penelitian dan Validasi Instrumen ... 17

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 18

G. Teknik Analisis Data ... 20

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ………. 25

B. Pembahasan ……… 28

C. Kendala Dalam Penelitian ……….. 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 38

B. Saran ……… 38

DAFTAR PUSTAKA ……….. 40

LAMPIRAN 1. Silabus ... 28

2. RPP ... 39

3. Lembar Kerja Siswa 1 ... 60

4. Lembar Kerja Siswa 2 ... 67

5. Lembar Kerja Siswa 3 ... 73

6. Lembar Kerja Siswa 4 ... 82

7. Lembar Kerja Siswa 5 ... 87

8. Kisi-kisi Soal ... 94

9. Soal Pretes dan Postes ... 100

10.Kunci Jawaban Soal Pretes dan Postes ... 103

11.Rubrik Penskoran Tes ... 108

12.Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 123

13.Lembar Observasi Guru ... 131

14.Lembar Penilaian Aspek Psikomotor Kelas Eksperimen ... 139

15.Perhitungan dan analisis Data ……… 147


(8)

viii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing …... 10

2. Desain penelitian ………..………... 16

3. Uji normalitas n-Gain penguasaan konsep ………... 27


(9)

MOTO

Life Is To Be Enjoyed, Not Endured ; Hidup itu

untuk dinikmati, bukan untuk ditanggung

(Gordon B. Hinckley)

“Jika memang itu sudah menjadi pilihan mu,

tetapkanlah dan mantapkan lah itu

tanpa ada unsur paksaan


(10)

(11)

(12)

(13)

PERSEMBAHAN

Puji syukur saya ucapkan kepada TUHAN YESUS KRISTUS yang

selalu memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan

lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

Ibu ku tercinta dan Mendiang bapakku tercinta

Kasih dan pengorbanan yang kalian berikan kepada ku akan

selalu ku ingat selama nya walaupun terkadang anakmu ini

sering sekali menyusahkan mu. Tapi percaya lah bahwa anakmu

ini sungguh sayang kepada mu.

Semua abang-abangku.

Terima kasih atas dukungan yang telah diberikan kepada ku.

Saya hanya bisa berdoa semoga abang-abangku semua diberi

kesehatan dan dilancarkan dalam pekerjaan nya.


(14)

RIWAYAT HIDUP

Dasiun Paulus Manik dilahirkan di Bangun Rejo Lampung Tengah, pada tanggal 29 Februari 1988, anak kedelapan dari delapan bersaudara, dari pasangan Bapak S. Manik dan Ibu M. Sidauruk.

Pendidikan formal di SD Negeri 2 Bangun Rejo Lampung Tengah yang diselesai-kan pada tahun 2000. Tahun 2000 diterima di SMP Xaverius Kalirejo Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2003, kemudian di tahun yang sama pula di-terima di SMTI Tanjung Karang yang diselesaikan pada tahun 2006.

Pada tahun 2007 diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur Ekstensi (Non Reguler).

Selama menjadi mahasiswa pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke Jakarta, Bandung dan Yogyakarta pada tahun 2008. Tahun 2011 mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Bina Mulya Bandar Lampung.


(15)

SANWACANA

Puji Syukur dipanjatkan sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan cinta dan kasih Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep”. Disadari sepenuhnya bahwa dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediannya untuk memberi bimbingan, kritik, dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Lisa Tania, S.Pd. M.Sc., selaku Pembimbing II atas kesediannya untuk memberi bimbingan, motivasi, kritik, dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini..

6. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Pembahas telah memberikan masukan, semangat, bimbingan dan saran dalam menyusun skripsi.


(16)

7. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memberikan banyak sekali ilmu dan inspirasi.

8. Bapak A. Syarief Hamka, S.Pd,. M.M selaku Kepala Sekolah. Ibu Siti Rahayu, S.Pd., selaku guru mitra beserta siswa kelas XI1 dan XI2 SMAN 1

Bangun Rejo Lampung Tengah atas bantuannya selama penelitian ber-langsung.

9. Ibu ku tercinta dan mendiang bapak ku tersanyang. Terima kasih atas kasih sayang dan do’a nya. Pengorbanan mu akan selalu saya ingat.

10.Teman-temanku, Eka Yunita, Ria Marthandila, Antonius Hardiman,

Mugiyono, Chomsyah Novian Wibowo, terima kasih atas bantuan, masukan, saran, semangat serta canda tawa yang kalian berikan kepada saya.

Akhirnya, mohon maaf atas segala ucapan dan tingkah laku yang kurang ber-kenan. Semoga Tuhan selalu melimpahkan cinta dan kasih sayang dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, baik berupa penguasaan konsep, prinsip, dan fakta serta proses dari suatu penemuan (Tim penyusun, 2006). Salah satu cabang dari ilmu IPA yakni ilmu kimia. Ilmu kimia lahir dari pengalaman para ahli kimia untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan “apa” dan “mengapa” tentang sifat materi yang ada di alam melalui serangkaian proses menggunakan sikap ilmiah dan masing-masing akan menghasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika matematika (Tim penyusun, 2003). Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah) dan kimia sebagai sikap (Tim

penyusun, 2003).

Pembelajaran kimia di sekolah pada umumnya cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori secara verbal tanpa memberikan pengalaman bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut se-hingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Aktivitas siswa dapat dikatakan


(18)

2

hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Siswa hanya dituntut untuk menghafal sejumlah konsep yang diberikan oleh guru tanpa dilibatkan secara langsung dalam penemuan konsep tersebut. Untuk menum-buhkan sikap ilmiah tersebut maka penguasaan konsep siswa perlu ditingkatkan, se-hingga dapat diharapkan proses pembelajaran kimia bukan hanya sekedar memahami konsep-konsep kimia semata, melainkan juga mengajarkan siswa untuk membangun konsep siswa tersebut.

Berdasarkan hasil obervasi dan wawancara dengan guru kimia di SMA Negeri 1 Bangun Rejo-Lampung Tengah diketahui bahwa proses pembelajaran kimia masih dominan menggunakan metode ceramah, kegiatan lebih berpusat pada guru, dan di-lakukan praktikum pada materi tertentu saja seperti larutan asam-basa. Dalam pembelajaran kimia, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat materi, mengerjakan soal latihan sehingga siswa cenderung pasif dan kurang termotivasi. Penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional cukup, sehingga penguasaan konsep siswa perlu ditingkatkan. Salah satu alternatif model pembelajaran yang me-mungkinkan dikembangkannya penguasaan konsep siswa adalah pembelajaran inkuiri terbimbing

Standar Kompetensi (SK) materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yaitu memahami sifat-sifat asam-basa, metode pengukuran dan terapannya. Kompetensi Dasar (KD) materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yaitu memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan. Untuk me-ningkatkan penguasaan konsep pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan


(19)

3

SK dan KD di atas, salah satu alternatif model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran yang dalam pe-laksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa (Sanjaya, 2008). Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, dan memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri

(Roestiyah, 1998). Lebih lanjut menurut Gulo (Trianto, 2010), pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah untuk diselesaikan oleh siswa. Setelah masalah diungkapkan, siswa menuangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Langkah selan-jutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dan menarik kesimpulan dari pembe-lajaran yang telah dilakukan. Dengan menggunakan model pembepembe-lajaran inkuiri terbimbing ini, diharapkan terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa.

Beberapa hasil penelitian yang mengkaji penerapan model inkuiri terbimbing adalah Aria (2014) yang melakukan penelitian pada siswa kelas XI IPA2 dan XI IPA3 SMA

Negeri 1 Seputih Mataram, telah melaporkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Aulia (2010) melakukan penelitian tindakan pada siswa kelas X8 SMA Al-Kautsar Bandar


(20)

4

Lampung, telah melaporkan bahwa penerapan pembelajaran penemuan terbimbing pada materi larutan non-elektrolit dan elektrolit serta reaksi redoks dapat meningkat-kan keterampilan komunikasi dan penguasaan konsep.

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah efektivitas model pem-belajaran inkuiri terbimbing pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam me-ningkatkan penguasaan konsep siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bangun Rejo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskrip-sikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan pe-nguasaan konsep siswa pada materi kelarutan dan hasil kelarutan.


(21)

5

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari dilakukannya penelitian ini diharapkan sebagai berikut : 1. Bagi siswa

Melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini siswa dapat memahami materi pelajaran dengan mudah, sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa khususnya pada kelarutan dan hasil kali kelarutan. 2. Bagi guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing baik pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan maupun materi lain yang memiliki karakteristik yang sama. 3. Bagi sekolah

Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran merupa-kan alternatif untuk meningkatmerupa-kan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektif apabila secara statistik terdapat perbedaan n-Gain yang signifikan penguasaan konsep antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.


(22)

6

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tahap-tahap, yaitu : mengajukan permasalahan, merumuskan hipotesis, mengum-pulkan data, analisis data, dan membuat kesimpulan (Gulo dalam Trianto, 2010). 3. Penguasaan konsep merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemprosesan

masukan (input). Penguasaan konsep berupa hasil tes pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan peroleh-an siswa sebagai hasil belajar.

Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997), antara lain:

(1) Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

(2) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.

(3) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

(4) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subyek belajar, tujuan, motivasi yang dipengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Dari ciri atau prinsip di atas, yang penting dari segi psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa begitu saja. Menurut Nur dalam Trianto (2007) siswa juga harus membangun sendiri pengetahuan yang ada di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kesempatan siswa untuk


(24)

8

menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Guru juga mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses ber-tanya dan mencari tahu jawaban terhadap perber-tanyaan ilmiah yang diajukan. Per-tanyaan ilmiah adalah perPer-tanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penye-lidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atu memecahkan masalah dengan bertanya dan mencari tahu (Retno, 2010).

Sund dan Trowbridge dalam Dewi (2010) mengungkapan beberapa macam model inkuiri yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu:

1. Guided inquiry

Guided inquiry atau pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pem-belajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

2. Modified inquiry

Model pembelajaran inkuiri ini memiliki ciri yaitu guru hanya memberikan permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur pe-nelitian untuk memperoleh jawaban.


(25)

9

3. Free inquiry Pada model ini siswa harus mengidentifikasikan dan merumuskan macam masalah yang dipelajari dan dipecahkan. Jenis model inkuiri ini lebih bebas daripada kedua jenis inkuiri sebelumnya.

Dalam pembelajaran inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa ter-sebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa terter-sebut. Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang menitikberatkan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar.

Menurut Sanjaya (2008) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pem-belajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau pe-tunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan, sehingga siswa yang berfikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksana-kan, dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan, oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan meng-adaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo (Trianto, 2010).


(26)

10

Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel. 1. Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing

No Fase Kegiatan Guru 1. Mengajukan

pertanyaan atau permasalahan

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagi siswa dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

3. Mengumpulkan data Guru membimbing siswa mendapatkan informasi/ data-data melalui percobaan maupun telaah literatur. 4. Menganalisis data Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk

menyampaikan hasil pengolahan data yang tekumpul. 5. Membuat

kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki keunggulan-keunggulan dibanding-kan dengan model-model pembelajaran lain. Keunggulan model pembelajaran inkuiri menurut Roestiyah (1998) yaitu :

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, ber-sikap obyektif, jujur dan terbuka.


(27)

11

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Adapun menurut Prambudi (2010) pada pembelajaran inkuiri terbimbing terdapat pula kelemahan yang pasti dihadapi pada proses pembelajaran baik secara konsep maupun teknis, kelemahan pembelajaran inkuri yaitu :

1. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

B. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil berpikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak penga-laman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik sehingga dapat di-gunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung konsep tersebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal (Djamarah dan Zain, 2006).


(28)

12

Penguasaan konsep adalah proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dari hasil belajar siswa pada akhir pembelajaran. Menurut pendapat Romiszowaki dalam Abdurrahman (1999) penguasaan konsep merupakan keluaraan (output) yang berupa perbuatan atau kinerja (performance) dari suatu sistem pemprosesan masukan (input) yang berupa bermacam-macam informasi.

Penguasaan konsep merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Setelah proses belajar dilakukan maka keber-hasilan suatu proses itu akan dapat dilihat dalam suatu tes penguasaan konsep. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 1999)

Setelah belajar seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Hasil dari kegiatan kompleks adalah kapabilitas. Timbulnya kapabilitas tersebut dari : (1) Stimulasi yang berasal dari lingkungan, (2) Proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.

Penguasaan konsep dasar dengan baik akan membantu dalam pembentukan konsep-konsep yang lebih kompleks untuk menemukan suatu prinsip. Dengan memiliki penguasaan konsep, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sagala (2003)

Penguasaan konsep adalah buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip hukum dari suatu teori, konsep tersebut diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak.


(29)

13

C. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran di mana siswa diberikan ke-sempatan untuk menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh guru. Pada tahap-tahap awal pembelajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.

Pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki lima tahapan, yaitu: pada tahap pertama guru mengajukan permasalahan dan menghadapkan siswa dengan masalah yang ber-hubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya apa yang akan terjadi jika satu sendok garam (NaCl) dimasukkan ke dalam segelas air lalu diaduk? pasti garam akan akan larut semua kan?. Lalu bagaimana jika ke dalam gelas tersebut dimasukkan garam secara terus menerus sambil diaduk?

Setelah siswa dihadapkan suatu masalah di atas, diharapkan siswa menemukan sen-diri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasa-lahan tersebut. Tahap kedua, untuk memecahkan masalah tersebut, siswa mencari informasi dan merumuskan hipotesis dari permasalahan yang diberikan. Kemudian tahap ketiga, guru membimbing siswa untuk mengumpulkan data yang dapat di-peroleh dari melakukan percobaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS, bila siswa tidak mengerti dapat bertanya langsung pada guru. Tahap


(30)

14

selanjutnya, siswa menganalisis data dari hasil percobaan secara terbimbing. Tahap terakhir, yaitu membuat kesimpulan, guru membimbing siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan dan analisis data yang telah diperoleh.

Dengan demikian, diharapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

D. Anggapan Dasar

Beberapa hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bangun Rejo, Tahun Pelajaran 2014-2015 yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan awal yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep siswa kelas XI semester genap SMAN 1 Bangun Rejo Tahun Pelajaran 2014-2015 diabaikan.

F. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan efektif dalam meningkatkan


(31)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bangun Rejo Tahun Pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 102 siswa dan tersebar dalam empat kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui. Dalam hal ini pengambilan sampel dibantu oleh guru bidang studi kimia dengan pertimbangan kognitif kedua kelas relatif sama, sehingga diperoleh kelas XI IPA2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA1 sebagai kelas kontrol.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif. Data kuantitatif berupa data hasil tes sebelum pembelajaran (pretes), hasil tes setelah pembelajaran (postes) dan data aktivitas siswa. Adapun sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas kontrol.


(32)

16

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitiannya meng-gunakan Non Equivalent (Pretest-Posttest) Control Group Design (Creswell, 1997) yang disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas kontrol O1 X2 O2

Keterangan:

X1 : Perlakuan pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing

X2 : Perlakuan pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran konvensional

O1 : Pretes yang diberikan sebelum perlakuan

O2 : Postes yang diberikan setelah perlakuan.

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri ter-bimbing dan pembelajaran konvensional.

2. Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah penguasaan konsep siswa pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.


(33)

17

E. Instrumen Penelitian dan Validasi Instrument

Instrumen penelitian merupakan suatu alat atau fasilitas yang dipergunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Arikunto, 2006).

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah : 1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

3. Soal pretes dan postes yang berupa soal penguasaan konsep dalam bentuk soal essay.

4. Lembar observasi kinerja guru dan lembar observasi aktivitas siswa

Untuk diperoleh data hasil penelitian yang optimal sesuai dengan tujuan penelitian, maka dibutuhkan instrumen yang valid pula. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan pengujian empirik. Instrumen ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur. Adapun peng-ujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment.

Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya.


(34)

18

Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka perlu meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing penelitian untuk menilainya

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Observasi pendahuluan

a. Meminta izin kepada kepala SMA Negeri 1 Bangun Rejo.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan in-formasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat di gunakan sebagai sarana pendukung pelak-sanaan penelitian.

c. Menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : a. Tahap persiapan

Peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas, antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan instrumen tes.


(35)

19

b. Tahap pelaksanaan penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian, kelas XI IPA2 yaitu kelas eksperimen (X1)

diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan pada kelas XI IPA1

diterapkan pembelajaran konvensional (X2).

Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :

1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

3) Memberikan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol


(36)

20

Adapun langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur penelitian

G. Teknik Analisis Data

Setelah proses penelitian dan pengumpulan data selesai maka tahap selanjutnya adalah pengolahan dan analisis data. Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan

sebelumnya.

Tahap observasi

Penetapan populasi dan sampel

Mempersiapkan instrumen

Validasi istrumen

Pretes Postes

Pembelajaran konvensional pada

kelas kontrol Pembelajaran inkuiri

terbimbing pada kelas eksperimen

Analisis data


(37)

21

1. Perhitungan nilai siswa

Nilai pretes atau postes dirumuskan sebagai berikut:

Nilai siswa =

100 ... (1)

2. Perhitungan Gain ternormalisasi

Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam mening-katkan penguasaan konsep , dilakukan perhitungan nilai gain ternormalisasi dengan menggunakan rumus n-Gain Menurut Meltzer adalah sebagai berikut : n-Gain -

- ... (2)

3. Uji hipotesis a) Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.

H0 = data penelitian berdistribusi normal.

H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal.

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

………..(3)

Keterangan : = uji Chi- kuadrat fo = frekuensi observasi

fe = frekuensi harapan


(38)

22

b) Uji homogenitas

Uji homogenitas dua varians digunakan unuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk uji homogenitas dua varians ini, rumusan hipotesisnya adalah :

Ho : 12 22 = rata-rata n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol

memiliki varians homogen

H1 : 2

2 2

1 

  = rata-rata n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen

Keterangan :

= varians skor kelompok 1 = varians skor kelompok 2

Untuk menguji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji kesamaan dua varians, dengan rumusan statistik uji F sebagai berikut:

... (4)

Keterangan :

F = kesamaan dua varians = varians terbesar = varians terkecil Dengan kriteria :

Pada taraf nyata 5%, terima Ho jika Fhitung < Ftabel dan tolak sebaliknya.

c) Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan efektivitas perlaku-an terhadap sampel dengperlaku-an melihat n-Gain penguasaperlaku-an konsep pada materi


(39)

23

kelarutan hasil kali kelarutan antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan model pembelajaran konvensional dari siswa SMAN 1 Bangun Rejo. Rumus hipotesis untuk uji ini adalah :

H0: μ1y >μ 2y : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep pada materi kelarutan

dan hasil kali kelarutan di kelas eksperimen lebih besar daripada rata-rata n-Gain penguasaan konsep di kelas kontrol. H1: μ1y ≤ μ 2y : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep pada materi kelarutan dan

hasil kali kelarutan di kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan rata-rata n-Gain penguasaan konsep di kelas kontrol. Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (y) pada materi kelarutan hasil kali kelarutan pada

kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing.

µ2 : Rata-rata n-Gain (y) pada materi kelarutan hasil kali kelarutan pada

kelas dengan pembelajaran konvensional y : Penguasaan konsep.

Data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian meng-gunakan uji statistik parametrik, yaitu mengmeng-gunakan uji t (Sudjana, 2005):

2 1 2 1 1 1 n n s X X th itu n g

   ...(5) dan …...(6) 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s


(40)

24

Keterangan :

1

x = rata-rata n-Gain kelas eksperimen. 2

x = rata-rata n-Gain penguasaan konsep kelas kontrol. 2

1

s = Varians kelas eksperimen.

2 2

s = Varians kelas kontrol.

1

n = Jumlah siswa pada kelas eksperimen.

2

n = Jumlah siswa pada kelas kontrol.

Dengan kriteria uji :


(41)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan pada penelitian dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran inkuiri

terbim-bing lebih besar daripada rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pem-belajaran konvensional pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMAN 1 Bangun Rejo Lampung Tengah.

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMAN 1 Bangun Rejo Lampung Tengah.

B. Saran.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan karena terbukti efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.


(42)

39

2. Agar penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berjalan maksimal, baiknya tidak ada pemenggalan/ pemotongan jam pelajaran oleh waktu jam istirahat terutama untuk mata pelajaran kimia.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 1999. Metode Pembelajaran Tindakan Kelas. Grafindo. Jakarta. Aulia. 2010. Penerapan pembelajaran penemuan terbimbing pada materi larutan non

elektrolit dan elekrolit serta reaksi redoks dalam meningkatkatkan keterampilan komunikasi dan penguasaan konsep. Skripsi. FKIP UNILA. Bandar Lampung. Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Ayuwulanda, A. 2010. Perbandingan penguasaan konsep kelarutan dan hasil kali

kelarutan antara penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pembelajaran Learning Cycle 6 Phase. Skripsi. FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Creswell, J.W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Thousand Oaks-London-New. New Delhi: Sage Publications.

Dewi, S.W. 2010. Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry pada materi redoks dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Skripsi. UPI Bandung : Bandung.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, B.S. dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Elyani, I. 2011. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil

belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta.

Gallagher, J.J., 2007. Teaching Science for Understanding: A Practical Guide for School Teachers., Pearson Merril Prentice Hall. New Jersey.

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Inkuiri. [online] http://herfis.blogspot.com/

2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html. Diakses pukul 20.25pm tanggal 22 Februari 2013.


(44)

41

Jaya, A. A. 2014. Efektivitas model inkuiri terbimbing dalam meningkatkatkan keterampilan menginferensi dan penguasaan konsep pada materi koloid. Skripsi. FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Nur, M. 2007. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Nurhadi, B. Y. dan Senduk, A. G. 2002. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang.

Pannen, P. , Mustafa, D, dan Sekarwinahyu, M. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Prambudi, S. 2010. Strategi Pembelajaran Inkuiri. [online]

http://shoimprambudi.wordpress.com/. Diakses 17 November 2014 Retno, D. S. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu: Yogyakarta Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada. Jakarta.

Sitopu, J.W. 2010. Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Dalam Belajar Sains Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Habonaron do Bona Edisi 1 Maret 2010, 34-37.s

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika. PT. Tarsito. Bandung.

_______, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Suyanti, R D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Medan.

Tim Penyusun. 2003. Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

___________. 2003. Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . BSNP. Jakarta.

___________. 2006. Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . BSNP. Jakarta.


(45)

42

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.


(1)

24

Keterangan :

1

x = rata-rata n-Gain kelas eksperimen.

2

x = rata-rata n-Gain penguasaan konsep kelas kontrol.

2 1

s = Varians kelas eksperimen. 2

2

s = Varians kelas kontrol. 1

n = Jumlah siswa pada kelas eksperimen. 2

n = Jumlah siswa pada kelas kontrol.

Dengan kriteria uji :


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan pada penelitian dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran inkuiri terbim-bing lebih besar daripada rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pem-belajaran konvensional pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMAN 1 Bangun Rejo Lampung Tengah.

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMAN 1 Bangun Rejo Lampung Tengah.

B. Saran.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan karena terbukti efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.


(3)

39

2. Agar penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berjalan maksimal, baiknya tidak ada pemenggalan/ pemotongan jam pelajaran oleh waktu jam istirahat terutama untuk mata pelajaran kimia.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 1999. Metode Pembelajaran Tindakan Kelas. Grafindo. Jakarta. Aulia. 2010. Penerapan pembelajaran penemuan terbimbing pada materi larutan non

elektrolit dan elekrolit serta reaksi redoks dalam meningkatkatkan keterampilan komunikasi dan penguasaan konsep. Skripsi. FKIP UNILA. Bandar Lampung. Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Ayuwulanda, A. 2010. Perbandingan penguasaan konsep kelarutan dan hasil kali

kelarutan antara penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pembelajaran Learning Cycle 6 Phase. Skripsi. FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Creswell, J.W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Thousand Oaks-London-New. New Delhi: Sage Publications.

Dewi, S.W. 2010. Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry pada materi redoks dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Skripsi. UPI Bandung : Bandung.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, B.S. dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Elyani, I. 2011. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil

belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta.

Gallagher, J.J., 2007. Teaching Science for Understanding: A Practical Guide for School Teachers., Pearson Merril Prentice Hall. New Jersey.

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Inkuiri. [online] http://herfis.blogspot.com/

2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html. Diakses pukul 20.25pm tanggal 22 Februari 2013.


(5)

41

Jaya, A. A. 2014. Efektivitas model inkuiri terbimbing dalam meningkatkatkan keterampilan menginferensi dan penguasaan konsep pada materi koloid. Skripsi. FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Nur, M. 2007. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Nurhadi, B. Y. dan Senduk, A. G. 2002. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang.

Pannen, P. , Mustafa, D, dan Sekarwinahyu, M. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Prambudi, S. 2010. Strategi Pembelajaran Inkuiri. [online]

http://shoimprambudi.wordpress.com/. Diakses 17 November 2014 Retno, D. S. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu: Yogyakarta Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Kencana Prenada. Jakarta.

Sitopu, J.W. 2010. Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Dalam Belajar Sains Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Habonaron do Bona Edisi 1 Maret 2010, 34-37.s

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika. PT. Tarsito. Bandung.

_______, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Suyanti, R D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Medan.

Tim Penyusun. 2003. Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

___________. 2003. Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . BSNP. Jakarta.

___________. 2006. Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . BSNP. Jakarta.


(6)

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Analisis Keterampilan Memprediksi dan Mengkomunikasikan Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

0 7 52

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CORE DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

11 101 131

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 2 22

PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 12 47

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 36

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 36

ANALISIS PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 30

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI LABORATORIUM TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 41

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMK PADA KONSEP HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 40

Pengembangan Modul Multimedia Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI SMA/MA.

0 0 17