Anestesi secara injeksi yang tergolong aman dan mudah aplikasinya adalah injeksi secara subkutan. Obat yang diinjeksikan secara subkutan akan
diserap oleh tubuh secara perlahan-lahan sehingga efek obat akan menjadi lebih lama, tetapi dosis obat harus ditingkatkan dari dosis yang dianjurkan
secara intramuskuler untuk dapat mencapai efek anestesi yang baik. Penelitian anestesi ketamin dengan premedikasi xilazin secara subkutan belum pernah
dilakukan dalam praktek kedokteran hewan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap perubahan klinik yang terjadi pada anjing serta berapa
dosis yang aman dan efektif yang mampu memberi efek anestesi yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah perubahan klinik yang
terjadi pada anjing lokal selama teranestesi ketamin dengan berbagai dosis premedikasi xilazin yang diberikan secara subkutan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan klinik yang terjadi pada anjing lokal selama teranestesi ketamin dengan berbagai dosis
premedikasi xilazin yang diberikan secara subkutan meliputi frekuensi detak jantung, frekuensi respirasi, pulsus, suhu tubuh, Capillary refill time CRT,
tekanan otot rahang dan warna membrana mukosa.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: a.
Memberikan informasi tentang perubahan klinik yang terjadi pada anjing lokal selama teranestesi ketamin dengan berbagai dosis premedikasi
xilazin yang diberikan secara subkutan. b.
Untuk mendapatkan alternatif lain dalam pengaplikasian anestesi yang mudah dengan biaya yang minim, tetapi dengan efek anestesi yang aman
dan durasi yang lama, sehingga dapat digunakan dalam praktik medis veteriner.
1.5 Kerangka Konsep
Pemilihan obat anestesi yang tepat dengan cara pemberian yang benar akan meminimalkan efek samping yang tidak diinginkan terhadap sistem vital
tubuh pasien Hall dan Clarke, 1983. Ketamin dapat menimbulkan efek samping seperti takikardia, hipersalivasi serta meningkatkan ketegangan otot
dan bila dosis berlebihan akan menyebabkan pemulihan berjalan lamban dan membahayakan Jones et al., 1997. Efek samping yang tidak diharapkan dari
suatu anestesi itu dapat diatasi dengan pemberian obat premedikasi yang memiliki kelebihan masing-masing Sardjana dan Kusumawati, 2004.
Premedikasi yang paling sering digunakan untuk anestesi ketamin adalah xilazin Sektiari dan Misaco, 2001. Xilazin dapat mengurangi sekresi saliva
dan peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh penggunaan ketamin Warren, 1983, disamping itu xilazin juga dapat merelaksasikan otot tetapi
dapat menyebabkan terjadinya muntah.
Penelitian terhadap perubahan klinik pada anjing lokal yang diberikan anestesi ketamin dengan premedikasi xilazin secara intramuskuler sudah
pernah dilakukan. Perubahan klinik dari anestesi ketamin dengan premedikasi xilazin dilaporkan bahwa rata-rata frekuensi detak jantung mengalami
penurunan sampai menit ke-40 dan terjadi peningkatan pada menit ke-50 dan 60. Selama teranestesi rata-rata frekuensi respirasi juga mengalami penurunan
pada menit ke-0 dan meningkat pada menit ke-10 hingga menit ke-50. Pada pemeriksaan terhadap suhu tubuh mengalami penurunan dari menit ke-0
sampai menit ke-60. Frekuensi pulsus juga mengalami hal yang sama, mengalami penurunan hingga menit ke-50 dan meningkat pada menit ke-60
Yanuaria dan Batan, 2002. Pemberian anestetikum yang kurang atau tidak mencukupi
menyebabkan pasien akan tetap merasakan nyeri, masih dalam keadaan sadar, masih adanya refleks dan masih ada pergerakan. Apabila dosis anestetikum
yang diberikan berlebihan bisa mengancam pasien bahkan dapat menimbulkan kematian. Guna mencegah dua kejadian yang ekstrim tersebut, harus
dilakukan pemantauan yang baik selama hewan teranestesi. Pemantauan dilakukan terhadap sistem respirasi, sistem kardiovaskuler, dan suhu tubuh
serta tetap mempertahankan kedalaman anestesi McKelvey dan Hollingshead, 2003.
1.6 Hipotesis