11
kegiatan operasional. Sehingga untuk periode selanjutnya perusahaan harus memperhatikan faktorfaktor tersebut guna mencapai tujuan
perusahaan sesuai dengan yang diharapkan.
B. Ulupui 2009 Dengan judul : Analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage,
aktivitas, dan Profitabilitas terhadap harga saham Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penelitian ini menemukan hal-hal
sebagai berikut. •
Variabel current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham satu periode ke depan.
• Variabel return on asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham satu periode ke depan. •
Variabel debt to equity rasio menunjukkan hasil yang positif, tetapi tidak signifikan.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Bank
2.2.1.1.Pengertian Bank
Menurut undang-undang no. 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan Pasal 1 Bank merupakan lembaga keuangan yang usahanya
adalah memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas uang pembayaran dan peredaran uang.
Menurut undang-undang no. 17 tahun 1992 tentang perbankan Bank adalah suatu usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
12
bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa bank merupakan suatu badan usaha yang dalam kegiatan usahanya
mengandalkan kepercayaan dari masyarakat. Oleh karena itu menjaga kesehatan bank merupakan salah satu kunci keberhasilan bank di dalam
menggaet nasabah.
2.2.1.2.Jenis Jenis Bank
Menurut UU No. 7 tahun 1992, ada dua jenis bank yaitu : 1. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Menurut Subagyo 1997 :44 bank umum adalah badan usaha yang kegiatan utamanya memberikan simpanan dalam masyarakat dan
atau pihak lainnya, kemudian mengalokasikannya kembali untuk memperoleh keuntungan serta menyediakan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Dari segi kepemilikan, Bank Umum di Indonesia dibedakan
menjadi 2 yaitu Subagyo, 1997: 65: a. Bank Umum Pemerintahan
Bank Umum Pemerintahan adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan dan
pendirinya dibawah Undang-Undang tersendiri.
13
b. Bank Umum Swasta Nasional, dibedakan menjadi : • Bank Umum Swasta Nasional
Bank Umum swasta Nasional adalah Bank milik swasta yang didirikan dalam bentuk hokum perseroan terbatas
yang mana seluruh sahamnya dimiliki oleh warga Indonesia, dan atau badan hokum di Indonesia serta
pengelolaanya ditangani oleh warga Indonesia. • Bank Umum Swasta Asing
Bank Umum Swasta Asing adalah Bank yang didirikan dalam bentuk cabang-cabang Bank yang sudah ada diluar
negei atau dalam bentuk campuran antara Bank Asing dan Bank Swasta Nasional di Indonesia.
2. Bank Perkreditan Rakyat BPR Bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan dan atau bentuk lainya yang dipersamakan dengan itu.
2.2.1.3. Azas, fungsi dan tujuan perbankan
Ditinjau dari segi umum dalam pelaksanaanya menurut kenyataanya, fungsi pokok Bank Umum Subagyo, 1997 : 44 adalah :
1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang relative efisien dalam kegiatan ekonomi.
14
2. Menciptakan uang melalui penyaluran kredit dan investasi. 3. Menghimpun data dan menyalurkan kembali kepada masyarakat.
4. Menyediakan jasa-jasa pengelolaan dana trust atau perwalian amanat individu dan perusahaan-perusahaa.
5. Menyediakan fasilitas-fasilitas untuk perdagangan Internasional. 6. Memberikan pelayanan penyimpanan barang-barang berharga.
7. Menawarkan jasa-jasa keuangan lainya, misalnya kartu kredit, cek perjalanan, ATM, dan transfer dana lainya.
Berdasarkan Undang-Undang RI No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, dijelaskan bahwa azas, fungsi dan tujuan perbankan di
Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Perbankan Indonesia dalam melaksanakan usahanya berazaskan
demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian prudential banking .
2. Fungsi utama perbankan diIndonesia sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat.
3. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan Nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas Nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
15
2.2.2. Informasi Keuangan 2.2.2.1. Pengertian Informasi
Menurut Robert G murdick 1986 : 6, Informasi terdiri dari data yang telah di ambil kembali, diolah atau sebaliknya digunakan untuk tujuan
informasi atau kesimpulan, argumentasi, atau sebagai dasar untuk kriteria peramalan atau pengambilan keputusan.
Menurut Raymond 1996 : 18, informasi adalah data yang telah di proses atau data yang memiliki arti.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna
dan lebih berarti bagi yang menerimanya, menggambarkan suatu kejadian dan suatu kejadian nyata yang dapat digunakan sebagai dasar peramalan atau
pengambilan keputusan sekarang maupun masa depan.
2.2.2.2. Sifat informasi
Suatu informasi bagi perusahaan sangatlah penting, oleh karena itu pihak manajemen perusahaan harus memperhatikan sifat-sifat dari informasi
tersebut karena akan sangat mempengaruhi kualitas pengambilan keputusan. Menurut Rosyidi 1999 : 242 sifat-sifat informasi adalah sebagai
berikut : 1. Dapat dipahami, kualitas informasi dapat membantu atau memberi
kesempatan kepada para pemakai untuk memahami maknanya.
16
2. Relevan, kapasitas informasi yang dapat mendorong keputusan tertentu atau keputusan yang berbeda apabila dimanfaatkan oleh para
pemakainya untuk kepentingan memprediksi hasil pada masa yang akan datang, yang didasarkan atas kejadian waktu lampau dan saat sekarang.
3. Dapat dipercaya, informasi bebas dari kesalahan serta telah dinilai dan disajikan secara layak sesuai dengan tujuan.
4. Tepat waktu, informasi yang siap digunakan oleh para pemakainya sebelum kehilangan makna dan kapasitasnya dalam mempengaruhi dan
menentukan berbagai keputusan. 5. Netralitas, informasi yang disajikan tidak memihak dan bebas dari
penyimpangan.
2.2.3. Laporan Keuangan
2.2.3.1.Pengertian Laporan Keuangan
Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan. Agar para pemakai jasa laporan keuangan
memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun harus didasarkan pada standar akuntansi yang lazim. Di Indonesia standar
akuntansi tersebut disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia dengan nama Standar Akuntansi Keuangan.
Menurut Kieso 1995 : 6, laporan keuangan merupakan sarana utama melalui informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak luar
perusahaan. Laporan ini memberikan suatu sejarah yang berkesinambungan yang dikualifikasikan dalam suatu satuan yang berkenaan dengan sumber
17
daya ekonomi dan kewajiban dari suatu perusahaan bisnis dan aktivitas ekonomi yang mengubah sumber daya dan kewajiban.
Menurut Riyanto 1997 : 327, laporan finansial financial Statement memberikan ikhisar mengenai keadaan finansial suatu
perusahaan, dimana neraca Balance Sheet mencerminkan nilai aktiva, uatang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan rugi laba
income statement mencerminkan hasil-hasil yang di capai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun
Menurut Zaki Baridwan 1997 : 17, laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaki-transaksi keuangan yang
terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan yang di buat oleh manajement dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan
tugas-tugasnya yang di bebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga di gunakan untuk memenuhi
tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.
Menurut Sawir 2005 : 2 , laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang,
dicatat dan diolah sedemikian rupa, laporan akhirpun disajikan dengan nilai uang. Transaksi yang tidak dapat dicatat dengan nilai uang, tidak akan
terlihat dalam laporan keuangan.Maka dari itu hal-hal yang belum terjadi dan masih berupa potensi,tidak tercatat dalam laporan keuangan.
18
Sedangkan menurut Jumigan 2006 : 4 , laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan.
Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan
data keuangan perusahaan. Menurut Harahap 1998 : 105 , laporan keuangan menggambarkan
kondisi keuangan dan hasil suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah
Neraca, Laporan Laba-Rugi atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan.
Menurut Munawir 1995 : 2 , laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktifitas perusahaan
tersebut. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa laporan keuangan merupakan merupakan bagian dari proses pelaporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan labarugi, laporan
perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi pelajaran yang merupakan bagian dari integral dari laporan keuangan. Laporan
keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh
pemilik perusahaan. Di samping itu laporan keuangan dapat juga digunakan
19
untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak- pihak luar perusahaan, agar para pemakai jasa laporan keuangan tadi
memperoleh gambaran dengan jelas. Oleh karena itu laporan keuangan yang disusun harus berdasarkan Standar Akuntansi yang lazim Di Indonesia,
Standar Akuntansi tersebut disusun oleh Ikatan Akuntan dengan Nama Standar Akuntansi Keuangan.
2.2.3.2. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan harus memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor dan pemakai lain dalam pengambilan keputusan ekomomi,
selain itu laporan keuangan juga membantu dalam menilai jumlah waktu dari penerimaan kas di masa depan dari bunga hasil dari penjualan,
penarikan atau jatuh tempo dari sekuritas atau pinjaman Kieso, 1995 : 9 Menurut Zaki Baridwan 1999 : 4 Tujuan umum laporan keuangan
dapat dinyatakan sebagai berikut : a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekomoni netto Sumber
dikurangi kewajiban Suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas- aktivitas usaha dalanm rangka memperoleh laba.
20
c. Untuk memberikan infomasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam
menghasilkan laba. d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengetahui
perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban,seperti informasi mengenai aktifitas pembelanjaan dan penanaman.
e. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
kebutuhan pemakai laporan,seperti informasi mengenai kebijaksanaan akuntansi yang dianut perusahaan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia SAK 2002 : 4 Tujuan laporan keuangan, yaitu:
1 Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan pasisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2 Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, kebutuhan bersama menyediakan semua informasi yang
mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan
dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
21
3 Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen stewardship, atas sumberdaya yang diperdayakan
kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan manajemen, agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi,
keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau
keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
2.2.3.3.Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai.
Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan SAK 2004 : 7
• Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh
pemakainya. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
• Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
22
Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka dimasa lalu.
• Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan yang material, dan dapat diandalkan
pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan. •
Dapat diperbandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan trend posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif.
2.2.3.4.Pemakai Laporan keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan SAK 2004 disebutkan bahwa para pemakai laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1 Investor Penanaman modal beresiko dan penasehat mereka berkepentingan
dengan resiko yang melekat serta hasil dari pengembangan
23
investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu apakah harus membeli, menahan, atau menjual
investasi tersebut dan digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
2 Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan
mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa,manfaat pensiun, kesempatan kerja.
3 Pemberi Pinjaman Mereka tertarik dengan informasi keuangan yang dapat
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dibayar pada saat jatuh tempo.
4 Pemasok dan Kreditor usaha lainnya Mereka tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka
untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan
dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka
tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
24
5 Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung
perusahaan. 6 Pemerintah
Mereka yang membutuhkan informasi untuk mengatur aktifitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk
menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7 Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti
pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik.
2.2.3.5. Jenis –jenis Laporan Keuangan Bank
Didalam penyajian suatu informasi keuangan perusahaan, biasanya mencakup semua laporan keuangan, yang terdiri dari neraca, laporam
komitmen dan kontijensi, laporan laba rugi, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, laporan keuangan gabungan dan konsolidasi.
Berikut ini akan dijelaskan masing-masing laporan keuangan yang dihasilkan pada tiap periode sebagai berikut:
25
1 Neraca Balance sheet Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank
pada tanggal tertentu, Posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi aktiva Harta, Pasiva Kewajiban dan Ekuitas suatu bank.
Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. Kasmir 2003:243
2 Laporan Komitmen dan Kontinjensi Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang
berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak Irrevocable dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama
dipenuhi. Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan atau pembelian aktiva bank dengan syarat
Repurcbase Agrement Repo, sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan
timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. Penyajian laporan
komitmen dan kontinjensi disajikan tersendiri tanpa pos lama. . Kasmir 2003:243
3 Laporan laba-rugi income statement Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang meng-
gambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber
26
pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan Kasmir 2003:243.
4 Laporan Arus Kas Statement Of Cash Flow Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua
aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus
disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan Kasmir 2003:243.
5 Catatan atas laporan keuangan Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai Posisi
Devisa Neto, menurut jenis masa uang dan aktivitas lainnya. Kasmir 2003:243.
6 Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-caban-
bank yang bersangkutan baik yang ada di dalarn negeri maupudi luar negeri. Sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank
yang bersangkutan dengan anak perusahaannya. Kasmir 2003:243
2.2.4. Analisis Rasio 2.2.4.1. Pengertian Analisis Rasio
Analisa rasio merupakan bentuk cara yang umum digunakan dalam menganalisis laporan finansial. Rasio menggambarkan suatu
hubungan atau pertimbangan mathematical relationship antara suatu
27
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan
gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut
dibandingkan dengan rasio perbandingan digunakan sebagai standar.Munawir, 1998 : 64
Menggunakan analisa laporan finansiil dari perusahaan, manajer akan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansiil dari
perusahaan dan akan dapat diketahui hasil-hasil finansiil yang telah dicapai dari waktu lalu dan waktu yang sedang berjalan. Dengan
mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya diusahakan agar dapat diperbaiki. Analisa yang dilakukan oleh manajer disebut analisis
intern Bambang, 1997 : 328 Analisa intern dilakukan oleh kreditur atau investor. Investor
berkepentingan terhadap laporan finansiilnya. Suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modal. Para kreditur
berkepentingan terhadap kemampuan nasabah untuk dapat memenuhi kewajiban finansiil yang harus dipenuhi Bambang, 1997 : 328-329
2.2.4.2. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Menurut Bambang 1997 : 331 mengelompokkan rasio finansiil yaitu antara lain :
28
1. Rasio Likuiditas, yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya atau kewajiban yang telah jatuh
tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain sebagai berikut:
a. Cash Ratio, yaitu Likuiditas minimum yang harus dipelihara oleh Bank dalam membayar kembali pinjaman jangka pendek bank.
Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam prakteknya akan
dapat mempengaruhi profitabilitas. Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah alat liquid yang dimiliki bank dengan
pinjaman yang harus segera dibayar. b. Reserve Requirement RR, yaitu likuiditas wajib minimum yang
wajib dipelihara dalam bentuk Giro pada BI. Reserve requirement merupakan ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisihkan
sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum yang berupa rekening bank
yang bersangkutan pada Bank Indonesia. Menurut surat edaran BI tahun 1997, besarnya RR minimal 5.
c. Loan to Deposit Ratio LDR, yaitu rasio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan Bank dengan dana yang diterima oleh Bank.
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
29
likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk
segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk
memberikan kredit. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemapuan likuiditas bank yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Rasio LDR ini
merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari
LDR suatu bank adalah sekitar 80. Namun batas toleransi berkisar antara 85-100.
d. Loan to Asset Ratio LAR, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan
bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat
likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar.
2. Rasio Rentabilitas, yaitu alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh Bank yang
bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam
30
perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbale balik antar pos yang terdapat pada laporan laba-rugi bank
dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efesiensi dan profitabilitas
bank yang bersangkutan. Rasio-rasio rentabilitas terdiri atas: a. Return On Asset ROA, yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam
penggunaan asset. Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank ada perbedaan sedikit antara ROA berdasarkan teoritis dan
cara perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak,
sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak.
b. Return On Equity ROE, yaitu perbandingan diantara laba bersih bank dengan modal sendiri. ROE ini merupakan indikator yang
amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang
dikaitkan dengan pembagian deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan.
Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga
31
saham. Perlu diperhatikan, bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian
besarnya ROA dan tidak memasukkan unsure ROE. Hal ini dikarenakan Bank Indonesia selaku Pembina dan pengawas
perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal
dari simpanan masyarakat c. Rasio Beban Operasional BOPO, yaitu perbandingan antara
beban operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Untuk bank syariah, pendapatan operasional bank terdiri atas pendapatan bagi hasil, keuntungan
atas kontrak jual-beli, fee, biaya administrasi, dll. d. Net Profit Margin NPM, adalah rasio yang menggambarkan
tingkat keuntungan bank, dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Sebagaimana halnya
dengan perhitungan rasio sebelumnya, rasio NPM pun mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari
kegiatan pemberian kredit yang dalam prakteknya memiliki berbagai resiko seperti resiko kredit kredit bermasalah dan kredit
macet, serta Kurs Valas jika kredit diberikan dalam bentuk valas.
32
3. Analisa Solvabilitas. Analisis ini digunakan untuk mengukur kemampuan Bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya,
atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi likuiditasi Bank. Disamping itu, rasio ini digunakan untuk
mengetahui perbandingan antara volume jumlah dana yang diperoleh dari berbagai hutang jangka pendek dan jangka panjang
serta sumber-sumber lain diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki
bank. Rasio Solvabilitas ini terdiri atas: a.
Capital Adequacy Ratio CAR, adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung resiko kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana
dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman hutang, dll. Dengan kata lain CAR adalah rasio untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit
yang diberikan. CAR merupakan indicator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari
kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva beresiko. Berdasarkan Deregulasi BI tertanggal 29 Februari 1993, bank yang
dinyatakan termasuk bank sehat berkinerja baik apabila memiliki
33
CAR paling sedikit sebesar 8, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank for International Settlements BIS.
b. Debt to Equity Ratio DER, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh
hutanghutangnnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari dana bank sendiri. Dengan kata lain,
rasio ini mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri atas persentase modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya
hutang. Dalam bisnis perbankan, sebagian besar dana yang ada pada suatu bank berasal dari simpanan masyarakat, baik berupa
simpanan giro, tabungan ataupun deposito. Dengan demikian, hanya sebagian kecil saja dana yang berasal dari modal sendiri.
Selain memperoleh hutang kewajiban dari deposan penyimpanan dana, pada umumnya bank juga bisa meperoleh pinjaman dari
lembaga-lembaga perbankan, baik dalam maupun luar negeri, serta pinjaman dari Bank Indonesia KLBI, BLBI, dan fasilitas lainnya.
2.2.4.3. Kegunaan Analisis Rasio
Analisis rasio seperti halnya alat-alat analisis yang lain adalah “future oriented”. Oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk
menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu itu dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan
mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang
34
bersangkutan. Dengan demikian kegunaan atau manfaat suatu angka rasio sepertinya tergantung kepada kemampuan atau kecerdasan
penganalisa dalam menginterprestasikan data yang bersangkutan. Munawir, 1998 : 64
Analisis rasio digunakan oleh tiga kelompok utama Weston, 1990 : 312- 313 Yaitu :
1. Manajer, yang menggunakan rasio-rasio tersebut untuk menganalisis mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan.
2. Analisa kredit, seperti petugas kredit bank atau analis yang menetapkan peringkat obligasi di AS, yang menganalisis rasio
untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan membayar utangnya.
3. Analisa sekuritas, yaitu analisis saham yang berkepentingan atas efisiensi dan prospek pertumbuhan perusahaan, dan analis obligasi
yang berkepentingan atas kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan pokok obligasi serta nilai likuiditas aktiva dalam hal ini
kepailitan. Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan dikemukaan oleh
Harahap 2002 :195-197 sebagai berikut : a Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada
yang terdapat dalam laporan keuangan biasa.
35
b Dapat menggali informasi yang tidak nampak secara kasat mata eksplisit dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik
laporan keuangan implisit. c Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan
keuangan. d Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya
dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. e Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan
model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan rating
f Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh pengambil keputusan.
g Dapat menentukan peringkat rating perusahaan menurut criteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
h Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan Standar Industri normal
atau Standar ideal. i Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami
perusahaan baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.
36
j Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa yang akan datang.
Menurut Dahlan 1993 : 266 Analisis rasio menggambarkan hubungan matematis antara suatu jumlah lainnya. Perhitungan yang
digunakan dalam analisis rasio ini sebenarnya relatif sederhana, namun interprestasi terhadap rasio tersebut merupakan masalah yang cukup
komplek. Oleh karena itu, efektifnya rasio keuangan ini sebagai suatu alat analisis, sangat tergantung dari kemampuan dan keahlian analisis
menginterprestasikan rasio-rasio yang digunakan. Selanjutnya, analisis rasio keuangan dapat memberikan petunjuk dan gejala-gejala serta
informasi keuangan lainnya mengenai keadaan keuangan suatu bank.
2.2.4.4. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap 1998 : 298 , Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keterbatasan yang diharuskan untuk diketahui
dalam penggunaan dalam perhitungan. Keterbatasan tersebut antara lain :
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yng dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjaga keterbatasan teknik seperti :
Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu hanya mengandung taksiran dan judgment yang dapat
dinilai bias atau subjektif.
37
Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dari rasio adalah nilai perolehan cost bukan harga pasar.
Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bias diterapkan berbeda oleh perusahaan yang
berbeda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan
menimbulkan kesulitan dalam menghitung rasio. 4. Sulit jika ada data yang sesuai tidak sinkron.
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika
dilakukan perbandingan bias terjadi kesalahan.
2.2.5. Saham
Saham menurut Tandellin 2001:26 dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Saham Preferen
Adalah Saham yang mempunnyai kombinasi karakteristik gabungan dari obligasi maupun saham biasa, karena saham preferen memberikan
pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi, dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada saham biasa.
2. Saham Biasa Adalah Sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa
tersebut mempunnyai hak kepemilikan atas asset-aset perusahaan.
38
Oleh karena itu, pemegang saham mempunnyai hak suara voting rights untuk memilih direktur maupun manajemen perusahaan dan
ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham RUPS.
Jika dilihat menurut tingkatannya dalam perdagangan saham tersebut menurut Sitompul 1996:4-6, saham-saham dapat dibedakan
atas: a. Saham Utilitas Utility Stock
Saham ini merupakan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan di bidang sarana dan prasarana umum
misalnya telekomunikasi, listrik, energi dan yang berkaitan dengan kepentingan umum lainnya. Saham-saham dari perusahaan ini banyak
diminati pata pemodal sebab kebanyakan dari perusahaan tersebut memegang monopoli dari pemerintah, dengan demikian beresiko kecil
meskipun tidak dapat dikatakan tidak mempunnyai resiko. b. Saham Blue Chip Blue Chip Stock
Saham yang dikategorikan dalam jenis ini adalah saham-sahan dari perusahaan-perusahaan besar yang sudah sangat mapan misalnya
perusahaan-perusahaan besar terutama perusahaan multinasional seperti IBM, General Electric dan sebagainya, di Indonesia dapat
dikatakan antara lain Astra. Namun demikian bukannya tanpa resiko menanamkan modal diperusahaan tersebur, Karena dengan besarnya
perusahaan, maka deviden yang diterima para pemodal akan kecil
39
jumlah persahamnya, sehongga bgi pemodal-pemodal kecil tidak begitu menguntungkan.
c. Saham Establish Growth Yaitu saha dari perusahaan yang sedang berkembang dengan pesat,
saham perusahaaan seperti ini menjanjikan keuntungan yang besar di masa depan, perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan yang baik
namun kekuatan finansial kurang, sehingga memerlukan investasi yang relative besar untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya.
Menanamkan modal pada perusahaan ini penuh resiko, namun bila pertumbuhan berhasil baik maka para pemodal akan mendapat
keuntungan yang besar sesuai dengan resiko yang dihadapi. d. Saham Emerging Growth
Saham dari perusahaan yang baru berkembang dan baru memasuki pasar untuk produk atau jasa yang dihasilkan. Penghasilan yang
didapat perusahaan ini digunakan untuk mendukung pemasaran produk atau jasanya. Resiko pemodal di perusahaan ini lebih besar,
karena dapat saja dalam prakteknya perusahaan seperti ini tidak mampu mengembangkan diri dan mengalami kematian.
e. Saham Penny Penny stock Perusahannya juga biasa disebut perusahaan Penny, yaitu perusahaan
yang baru memulai usahanya dan tentunya memerlukan dana yang besar untuk menjalankan bisnisnya. Pemidal yang memiliki saham
40
perusahaan ini harus siap menerima resiko kehilangan seluruh investasi.
2.2.5.1. Keuntungan Membeli Saham
Pada dasarnya, ada dua keuntungann yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu :
1. Deviden, adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Deviden diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Investor yang berhak menerima deviden
adalah investor yang memegan saham hingga batas waktu ditentukan oleh perusahaan pada saat pengumuman deviden.
Umumnya merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang, misalnya investor institusi, dana
pensiun, dan lain-lain. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai Dividend, yaitu kepada setiap pemegang
saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa deviden saham
stock dividend, yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan deviden dalam bentuk saham sehingga jumlah saham yang dimiliki
seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian deviden tersebut.
41
2. Capital Gain, merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham
di pasar sekunder. Misalnya, seorang investor membeli saham Telkom TLKM dengan harga per saham Rp 3.000, kemudian
menjualnya kembali dengan harga per saham Rp 3.500, maka investor tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk
setiap saham yang dijualnya. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Investor
seperti ini bisa saja membeli saham pada pagi hari, lalu menjualnya lagi pada siang hari jika saham mengalami kenaikkan.
3. Saham Bonus jika ada, adalah saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio
saham adalah selisi antara harga jual terhadap harga nominal saham pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar
perdana. Misalnya, setiap saham dengan nominal Rp 500 dijual dengan harga Rp 800, maka setiap saham akan memberikan agio
kepada perusahaan sebesar Rp 300.
Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga saham mengalami fluktuasi naik maupun turun.
Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan demand dan penawaran supply atas saham tersebut. Dengan kata lain, harga saham
terbentuk atas permintaan dan penawaran saham. Supply dan demand terjadi karena beberapa faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham
42
kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak, maupun yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi
sosial-politik, maupun rumor-rumor yang berkembang.
2.2.5.2. Karakteristik Saham
1. Saham Preferen, mempunyai beberapa karateristik antara lain : o
Memiliki hak lebih dahulu memperoleh deviden. o
Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditor, apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi dibubarkan. o
Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan disamping penghasilan yang diterima secara
tetap. o
Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan diatas pemegang saham biasa
setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
Kelebihan Dan Kelemahan Saham Preferen o
Kelebihannya adalah lebih aman daripada saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan
pembagian deviden terlebih dahulu. o
Kelemahannya yaitu :
43
Dibandingkan dengan investasi dalam bentuk pinjaman utang, saham preferen kurang aman karena deviden
secara hukum bukan kewajiban. Tidak memiliki waktu jatuh tempo.
Sulit diperjualbelikan dibanding saham biasa karena biasanya jumlah saham preferenyang beredar jauh lebih
sedikit. Pada saaat perusahaan dilikuidasi, yang dibayarkan
hanyalah nilai nominalnya. 2. Saham Biasa, mempunyai beberapa karakteristik, antara lain :
o Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
o Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham satu
saham satu suara atau one share one vote. o
Memiliki hak terakhir junior dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jiak perusahaan dilikuidasi setelah semua
kewajiban perusahaan dilunasi. o
Hak untuk memiliki saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan terlebih dahulu preemptive right.
Saham dikenal dengan karakteristik “imbal hasil tinggi, resiko tinggi” high risk, high return. Artinya, saham merupakan surat berharga
yang memberikan peluang keuntungan dan potensi resiko yang tinggi. Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan imbal hasil atau
capital gain yang besar dalam waktu singkat. Namun, seiring
44
berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Resiko investor yang
memiliki saham diantaranya : 1. Tidak mendapat deviden
Perusahaan akan membagikan deviden jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat
membagikan deviden jika mengalami kerugian. Dengan demikian, potensi keinginan investor untuk mendapatkan deviden ditentukan
oleh kinerja perusahaan tersebut. 2. Capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang
dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, seorang
investor mengalami capital loss. Misalnya, seorang investor
membeli saham Indosat ISAT dengan harga Rp 9.000, namun beberap waktu kemudian dijual dengan harga Rp 8.000 per saham,
maka investor tersebut mengalami capital loss Rp 1.000 untuk setiap saham yang dijual. Dalam jual beli saham, terkadang untuk
menghindari potensi kerugian yang ssemakin besar seiring terus menurunnya harga saham, maka seorang investor rela menjual
sahamnya dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan penghentian kerugian cut loss.
45
3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi Jika sebuah perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak
langsung terhadap saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, jika sebuah perusahaan
bangkrut maka secara otomatis saham perusahaan akan dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi,
maka pemegang saham menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi.
4. Saham dikeluarkan dari bursa delisting Jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan Bursa Efek
atau di-delist. Saham perusahaan dikeluarkan dari bursa umumnya dikarenakan kinerja yang buruk, misalnya dalam kurun waktu
tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden secara berturut-turut
selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai Peraturan Pencatatan Efek di Bursa.
2.2.6. Pengaruh Rentabilitas Terhadap Harga saham
Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan sebelum pajak dengan modal rata-rata yang
digunakan, maka dengan rentabilitas tinggi mencerminkan efisiensi perusahaan yang tinggi. Jadi, rentabiltas ini menjadi alat ukur efektivitas
dan efisiensi operasi perusahaan dalam menggunakan modalnya untuk
46
menghasilkan laba, maka marjin keuntungan, rasio operasi, dan produktivitas tenaga kerja merupakan faktor-faktor yang mencerminkan
efisiensi dan hal ini tercermin dalam rentabilitas. Jadi rentabilitas memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan.
Dari rasio di atas dapat diketahui bahwa semakin besar rasio ini berarti bahwa manajemen bank cenderung menghasilkan laba operasi yang
relatif lebih besar sebagai akibat operasinya efisien atau biaya operasi yang relatif lebih kecil. Sehingga jika semakin besar rasio ini berarti manajemen
semakin beroperasi efisien sehingga laba akhirpun akan semakin besar. Jadi kondisi ini menurut Suardana 2008 akan meningkatkan reputasi
bank dalam hal meraih laba sehingga pada akhirnya akan berdampak pada harga saham perusahaan. Dan selanjutnya adalah semakin meningkatnya
harga saham. Dengan rumus: ROE = Laba Bersih x 100
Modal Sendiri
2.2.7. Pengaruh Likuiditas Terhadap Harga saham
Likuiditas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi,
selanjutnya berkaitan dengan masalah likuiditas ini perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya berarti
perusahaan dalam keadaan liquid dan sebaliknya apabila perusahaan tidak segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih berarti
perusahaan tersebut dalam keadaan inliquid.
47
Likuiditas merupakan indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi atau membayar kewajibannya simpanan
masyarakat yang harus segera dipenuhi. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan dengan tepat waktu berarti perusahaan
tersebut dalam keadaan liquid. Dalam dunia perbankan rasio likuiditas dapat diketahui dengan Loan To Deposit Ratio LDR. Rasio tersebut
merupakan rasio kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank yang bersangkutan. Menurut Purnomo 2007 semakin
tinggi rasio LDR maka akan semakin tidak liquid perusahaan perbankan dikarenakan bank tidak mempunyai cash asset yang cukup untuk
membayar tagihan atau penarikan para deposannya sehingga akan mengakibatkan hilangnya kepercayaaan masyarakat akan kemampuan
bank dalam pemenuhan likuiditasnya karena masyarakat tidak leluasa dalam melakukan penarikan atas dananya, jika bank tersebut tidak
mempunyai cash asset yang cukup untuk membayar tagihan para deposannya. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa Loan To Deposit
Ratio LDR mempunyai hubungan yang negatif terhadap harga saham. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia bahwa LDR perusahaan
perbankan tidak boleh lebih dari 110. Jadi apabila ada perbankan yang mempunyai LDR tinggi, bahwasannya bank tersebut mempunyai risiko
yang tinggi. Dengan rumus :
LDR = Jumlah Pembiayaan Yang Diberikan x 100 Jumlah Dana yang diterima Bank
48
2.2.8. Pengaruh Solvabilitas Terhadap Harga saham
Rasio solvabilitas menunjukkan berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Kreditur lebih menyukai rasio utang
yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi
lain, pemegang saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.
Menurut Suwarno 2003 jika rasio solvabilitas meningkat, maka modal sendiri yang dimiliki bank meningkat sehingga tersedia dana murah
yang cukup besar untuk mengakselerasi pemberian kredit dan pengembangan. Kondisi demikian akan dapat meningkatkan laba
perusahaan yang pada akhirnya membuka peluang untuk pengembangan skala usaha dan peluang pembagian dividen kepada pemegang saham. Hal
ini akan memberikan dampak pada peningkatan penilaian kinerja bank. Dan menurut Surya Ananta 2002 peersepsi pasar yang meningkat
terhadap kinerja perbankan akan meningkatkan permintaan saham sehingga akan dapat memicu meningkatnya harga saham dan pada
akhirnya akan meningkatkan harga saham. Dengan rumus : DER = Jumlah Utang x 100
Jumlah Modal Sendiri
2.3. Kerangka Konseptual