KENAKALAN REMAJA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH

(1)

ABSTRACT

JUVENILE DELINQUENCY IN STUDY PROCESS ON SCHOOL ENVIRONTMENT (Study at SMA Negeri 12 Bandar Lampung)

This is research is to knows the factors, shape and effects that makes juvenile delinquency in study process on SMAN 12 Bandar Lampung school environment. This research is using Kartono and Abin Syamsudin theory that the factors of juvenile delinquency that happens in SMAN 12 Bandar Lampung is because of teenagers psychological indication that doing on the teenagers age, which is identity, self control, family process, same age friends effect, social economy class, and school environment. This research is using a descriptive method and qualitative approach, the research location is in SMAN 12 Bandar Lampung and the informant is students and teachers.

There is 5 informant in this research that taking with snowball sampling, data was taken thru and interview and then the data is analyzed. The result from this research is pointed than any kind of juvenile delinquency activity in the study process of SMAN 1 Bandar Lampung which is, truant ng a homework, school and something that unnatural is try to drink a liquors. The factors that juvenile delinquency can be happen is because of the encouragement from the environment, modern technology effect, study system, unpleasant teachers to the students and less of love from the parents that make their psychological is get disturb. Then the effects that happens in juvenile delinquency on SMAN 12 Bandar Lampung is make the study process becoming hampered, school officer have to spend extra time if there is a student who did not obey to the teachers and even can make the student get drop out from the school because of there is no more good solution to forward. The real effect is student creativity in study at school is get hampered, school reputation can be threatened because of so many juvenile delinquency that happens in school.

The keyword is : Juvenile delinquency, factors, behavior, and effect of juvenile delinquency on school


(2)

ABSTRAK

KENAKALAN REMAJA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH

(Studi Pada Remaja SMAN 12 Bandar Lampung)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor, bentuk, dan dampak apa saja yang

membuat kenakalan remaja dalam proses pembelajaran di lingkungan sekolah SMAN 12 Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan teori Kartono dan Abin Syamsudin Makmun bahwa faktor-faktor kenakalan remaja yang terjadi di sekolah SMAN 12 dikarenakan gejala psikologis remaja yang dilakukan pada usia remaja atau masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja yaitu: Identitas, kontrol diri, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, dan lingkungan yang ada di sekitar sekolah. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah deskriptif dan pendekatannya yakni

Kualitatif dengan lokasi penelitian di SMAN 12 Bandar Lampung, dengan informan siswa dan guru.

Adapun jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang, diambil secara snowball sampling, pengambilan data melalui wawancara (interview), kemudian dilakukan analisa data. Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa kenakalan remaja apa saja yang dilakukan didalam proses pembelajaran di sekolah SMAN 12 Bandar Lampung adalah membolos pada saat jam pelajaran berlangsung, tidak memakai perlengkapan seragam lengkap pada saat upacara, mencontek pekerjaan rumah teman, melawan guru, merokok, tidak rapi dalam hal berpakaian, terlambat, dan yang sedikit tidak wajar adalah mencoba meminum minuman keras, faktor-faktor terjadinya kenakalan adalah karena dorongan dari lingkungan sekitar, pengaruh teknologi modern, sistem pembelajaran guru yang kurang menyenangkan bagi remaja, dan kurangnya kasih sayang dari orang tua sehingga psikologis remaja ikut terganggu. Kemudian dampak yang terjadi dalam kenakalan remaja di SMAN 12 Bandar Lampung adalah terhambatnya

penyampaian materi dalam jadwal pembelajaran, menyita waktu banyak pihak dalam sekolah apabila siswa remaja melawan guru, yang lebih fatal adalah siwa remaja bisa di keluarkan dari sekolah karena tidak ada solusi yang baik untuk kedepannya. Adapun dampak yang sangat nyata adalah terhambatnya kreatifitas siswa remaja dalam pembelajaran di sekolah. Reputasi sekolah pun dapat terancam karena banyaknya kenakalan remaja yang terjadi di sekolah.

.

Kata Kunci : Kenakalan remaja, faktor-faktor, perilaku dan dampak kenakalan remaja di sekolah


(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, skripsi saya asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Megister/Sarjana/ahli madya), baik di Universitas Lampung ataupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bentuk pihak lain, kecuali arahan pembimbing atau pembahas.

3. Dalam karya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya dengan norma yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 30 April 2012 Yang Membuat Pernyataan

Sandra Sandylia Rudi NPM:0856011037


(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kehidupan remaja yang selalu ingin mencoba hal-hal baru yang berbau modern yang tidak sesuai dengan budaya

Indonesia. Perubahan sosial budaya dewasa ini juga telah menyebabkan perubahan dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat termasuk kehidupan para remaja. Syamsu Yusuf (2004:165-166) mengemukakan sebagai berikut :

Perubahan-perubahan yang serba cepat sebagai konsekuensi dari globalisasi, modernisasi, industrialisasi, dan iptek telah mengakibatkan perubahan pada nilai-nilai kehidupan sosial dan budaya. Perubahan itu antara lain pada nilai moral, etika, kaidah agama, dan

pendidikan anak di rumah. Perubahan ini muncul karena pada masyarakat terjadi

pergeseran pola hidup yang semula bercorak sosial religius ke pola individual matrealistis dan sekuler. Demikian pola hidup konsumtif telah mewarnai kehidupan anak dan remaja di perkotaan yang dampaknya adalah kenakalan remaja, yaitu penyalah gunaan narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainnya.

Dewasa ini pembicaraan mengenai generasi muda merupakan topik yang cukup hangat dibicarakan oleh berbagai kalangan masyarakat, karena generasi muda merupakan tulang punggung bangsa yang akan menentukan maju tidaknya pembangunan di masa yang akan datang. Seperti yang dikemukakan oleh Sumantoro (1992:7) bahwa generasi muda adalah pewaris, penerus, pembangun masa depan kita (www.s_pkn_030039_chapter1.pdf). Hal tersebut juga senada dengan O.Solihin (2002:7) yang mengemukakan bahwa generasi muda merupakan posisi yang penting dalam proses regenerasi suatu masyarakat atau bangsa, generasi mudalah yang akan menyambut estafet kepemimpinan suatu bangsa.


(5)

Masa peralihan dan perkembangan fisik maupun mental remaja seringkali menghadapi permasalahan-permasalahan tersendiri baik yang berasal dari dalam diri (faktor intern) atau berasal dari luar diri (faktor ekstern). Permasalahan-permasalahan tersebut jika tidak dapat mereka atasi dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif, baik diri remaja itu sendiri maupun bagi orang di sekitarnya. Misalnya melanggar tindakan-tindakan yang melanggar aturan/hukum maupun norma yang berlaku dalam masyarakat yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja.

Seperti yang dikatakan seorang dosen UPI Bandung Abin Syamsudin Makmun (1990:7) bahwa masa remaja atau pubertas merupakan masa krisis identitas yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya. Anak memiliki kecenderungan melakukan

perubahan-perubahan yang justru bertentangan dengan norma-norma masyarakat atau agamanya, sehingga menimbulkan masalah kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan perbuatan atau perilaku yang tidak sesuai, menyimpang dari ketentuan yang telah ditentukan, dan melanggar nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat, bangsa, dan negara.

Senada dengan pengertian kenakalan remaja yang diungkapkan oleh Y. Singgih D.

Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (2001:19) bahwa kenakalan remaja merupakan perbuatan atau tingkah laku yang bersifat pelanggaran hukum serta pelanggaran nilai-nilai moral atau norma sosial yang ada dilingkungan hidupnya dan dilakukan oleh mereka yang berumur antara 13-17 tahun dan belum menikah.

Pelajar merupakan bagian dari remaja yang tidak dapat lepas dari permasalahan remaja pada umumnya. Dewasa ini pengaruh globalisasi, modernisasi, perubahan sosial budaya


(6)

dalam masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tidak saja membawa dampak positif melainkan membawa dampak negatif. Jika saja pelajar tidak dapat menyaring pengaruh-pengaruh yang masuk pada dirinya dengan baik akan mengakibatkan dirinya terjerumus dan terpedaya hal-hal negatif yang akan merugikan pelajar itu sendiri serta orang lain yang berada di sekitarnya. Contohnya pelajar yang terlalu sering dihadapkan dengan teknologi, maka kenakalan seperti menyimpangkan kepintarannya di dunia maya pun dapat terjadi.

Salah satu sekolah favorit Negeri di Bandar Lampung yang terletak di daerah Sukarame Bandar Lampung yaitu SMA Negeri 12 sudah sering terdengar adanya permasalahan pelik yang melibatkan murid-murid dengan para guru. Pada akhir bulan September 2011 yang diceritakan salah satu siswa SMA Negeri 12 Bandar Lampung ini dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja sekolah pada karya tulis ini, karena dari keterangan yang didapat dari beberapa informan pada saat pra riset, diceritakan bahwa seorang siswa kelas 3

semester awal mengamuk kepada pihak sekolah karena telah mengeluarkan dirinya dengan alasan kurang logis menurut siswa yang mengamuk tersebut. Kelas yang seharusnya berlangsung dengan jadwal mengajarnyapun akhirnya terpaksa ditinggalkan oleh guru, dan proses belajar mengajar pun menjadi terganggu.

Permasalahan kenakalan remaja pada umumnya yang terjadi saat ini di lingkungan sekolah adalah kenakalan seperti membolos dan tidak mematuhi peraturan yang telah dibuat

sekolah, selain itu mereka juga tidak mengerjakan tugas serta yang lebih fatal adalah melawan guru di sekolah. Pada masa yang lalu, siswa remaja sekolah sangat takut untuk melawan guru. Berbeda dengan zaman sekarang yang semakin canggihnya teknologi,


(7)

moral siswa remaja pun berpengaruh dan kenakalan remaja tersebut dapat membuat siswa remaja lebih berani meskipun dengan orang yang lebih tua dari siswa tersebut. Sebagai contoh peristiwa melawan guru yang dilakukan pelajar dapat meresahkan dan

mengakibatkan paraguru berdemonstrasi atau melakukan tindak kekerasan. Sebagai contoh peristiwa melawan guru yang dilakukan pelajar yang mengakibatkan para guru berdemonstrasi. Kutipan artikel Indosiar.com pada hari senin tanggal 4 Oktober 2011 lalu diberitakan ribuan guru yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia di Bima ini menggelar aksi solideritas mengecam pemukulan terhadap seorang guru praktek

mengajar di sekolah MTsN 1 kota Bima oleh muridnya sendiri. Aksi tersebut dilakukan karena sang murid kesal dipukul sang guru sehari sebelumnya. Ribuan guru pada akhirnya turun ke jalan yang mengakibatkan nyaris seluruh sekolah di Bima libur mendadak, yang akibatnya siswa menjadi terlantar padahal hari senin yang lalu merupakan hari pertama siswa mengikuti ujian midsmester, dan kini kasusnya tengah ditangani polres kota Bima. Melihat kasus-kasus kenakalan tersebut tentunya ada faktor faktor penyebab sehingga kita dapat mengidentifikasikan solusinya yang tepat dan benar-benar serius, bijaksana, serta bertanggung jawab dari pihak yang terkait. Penanggulangan ini harus dilakukan sejak dini kepada remaja supaya tidak terus berkembang dan berlanjut hingga usia dewasa. Hal ini dapat berakibat buruk bagi diri anak itu dan dapat merusak masa depan mereka serta lingkungan sekitarnya. Usaha untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja itu dimulai dari dasarnya yaitu lingkungan keluarga, kemudian pendidik atau guru, sistem pendidikan sosial, instansi pemerintah, dan lain sebagainya.

Peran komunikasi dalam keluarga sangat penting sebagai wahana untuk mentransfer nilai-nilai dan sebagai agen transformasi kebudayaan. Masyarakat terbentuk dari kumpulan unit


(8)

terkecil yaitu keluarga. Sebagai komunitas masyarakat, keluarga memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan komunitas masyarakat yang lebih luas. Kehidupan keluarga yang harmonis perlu dibangun di atas dasar sistem interaksi yang kondusif sehingga pendidikan dapat berlangsung dengan baik. Komunikasi yang baik akan memberikan hal yang baik pula terhadap perkembangan anak menjadi remaja hingga dewasa sebagai pencegahan kenakalan remaja. Komunikasi ini berjalan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau anak ke orang tua, dan dari anak ke anak serta interaksi dengan lingkungan yang lebih luas.

Kenyataannya keluarga pada zaman sekarang kurang memberikan waktu luangnya untuk berkomunikasi secara langsung ke anak-anaknya atau anggota keluarga lainnya. Orang tua terkesan mengajarkan hidup dengan gaya individualisme. Contoh Negara yang menganut budaya individualis terhadap keluarganya adalah negara Amerika. Setelah usia anak-anak mereka beranjak dewasa, anak-anak tersebut sudah di berikan kebebasan oleh orang tuanya untuk mencari nafkah serta kehidupan sendiri tanpa bantuan atau campur tangan dari orang tuanya.

Kebudayaan tersebut mulai mempengaruhi kebudayaan di Indonesia yang pada dasarnya kebudayaan kita lebih baik dan lebih terkenal kebersamaannya. Sebagai contoh keluarga Indonesia yang menggunakan budaya individual yaitu keluarga ibu Yanti (53) yang berprofesi sebagai pegawai swasta di perusahaan kredit motor. Beliau memiliki 3 (tiga) orang anak yang pertama perempuan sudah menikah, kemudian anak yang ke 2 (dua) yaitu laki-laki yang putus sekolah karena ingin bekerja dan terlibat pergaulan yang kurang baik dengan teman sebayanya, dan yang terakhir anak perempuan terpaut jauh dari anak


(9)

keduanya. Karena kesibukannya sebagai orang tua tunggal, ibu Yanti tidak punya banyak waktu untuk berkomunikasi secara langsung dengan anak-anak setiap harinya. Akibatnya, anak keduanya memilih jalan lain untuk mendapatkan perhatian lebih yaitu dengan bergaul dengan teman-teman yang salah. Begitulah akibat dari budaya individual yang sekarang mulai memasuki kebudayaan di Indonesia.

Selain itu, kenakalan remaja juga disebabkan oleh faktor para guru yang mulai bergeser makna dan fungsinya, karena guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa bukanlah guru dalam konteks pekerjaan tapi guru dalam konteks pengabdian yang artinya seseorang yang memang ingin membagi ilmu tanpa menjual ilmu itu sendiri, jadi tidak semua guru sekarang ini dapat disebut pahlawan tanpa tanda jasa.

Hal yang di katakan oleh Freud bahwa anak melewati serangkaian tahap secara dinamis berlainan selama lima tahun pertama kehidupan, kemudian selama satu periode lima tahun atau enam tahun berikutnya dinamika tersebut kurang lebih stabil, dinamika terebut

muncul kembali secara bertahap menjadi tenang ketika remaja memasuki masa dewasa. Hal ini membuktikan masa remaja memang masa yang tidak stabil bagi psikologis manusia yang mengakibatkan banyak faktor dalam mempengaruhi anak usia remaja mengalami kendala dalam berperilaku baik. (www.psikologizone.com)

Alasan pentingnya dilakukan penelitian ini adalah sebagai generasi penerus bangsa, para remaja yang sedang menuntut ilmu merupakan kunci dari keberhasilan dari suatu bangsa. Karena jika para penerusnya bermasalah dalam lingkungan pendidikan, maka akan rusaklah suatu bangsa tersebut ke depannya. Oleh karena itu usaha untuk menanggulangi kenakalan pada pelajar merupakan tanggung jawab semua unsur yang ada dalam


(10)

masyarakat baik itu orang tua, pendidik, lembaga keagamaan, pendidikan sosial, instansi pemerintah dan lain sebagainya. Saya selaku penulis ingin memecahkan apa saja aksi atau peilaku dari pelajar, serta dampak kenakalan remaja dalam proses pembelajarannya di sekolah.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah di uraikan dilatar belakang, adapun perumusan masalah dalam faktor-faktor, perilaku dan dampak kenakalan remaja dalam proses pembelajaran di lingkungan sekola

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam tentang faktor-faktor, perilaku ,dan dampak masalah kenakalan remaja yang terjadi di SMA Negeri 12 Bandar Lampung. Seperti perilaku murid-murid yang mulai melawan terhadap guru-gurunya serta bentuk kenakalan remaja lainya.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun Kegunan dari penelitian ini adalah :

1. Kegunaan Teoritis adalah sebagai sarana pengembangan ilmu Sosiologi terutama Sosiologi Pendidikan dan Sosiologi Keluarga.


(11)

a. Dengan wujud akhir dari penelitian ini, kelak saya sebagai peneliti terobsesi sekali menambah ilmu pengetahuan serta wawasan dalam bidang pendidikan dan keluarga. Serta sebagai syarat untuk menyelesaikan studi pada jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan politik Universitas Lampung.

b. Secara Umum

Diharapkan bagi kita sebagai warga yang bermasyarakat, sebagai guru, atau sebagai objek pendidikan. Diantaranya kelak mendapatkan dalam mengambil sikap dari kenakalan remaja serta solusi dari pemasalahan yang mungkin belum terselesaikan yaitu banyaknya kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan pada khususnya. Dengan harapan bahwa pendidikan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya permasalahan kekerasan di tengahnya.

Karena bukan hanya murid yang kenyataannya mendapatkan kekerasan, dewasa ini guru-guru pun yang merupakan fasilitas pendidikan mendapat perlakuan kasar karena kenakalan remaja yang sedang marak dilakukan murid dewasa ini.


(12)

1

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode yang digunakan dalam peneitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Natsir (1988 :63) penelitian deskritif adalah :

Suatu tipe penelitian dalam meneliti suatu kelompok manusia, objek, suatu kondisi. Suatu sistem penulisan atau kelas peristiwa masa sekarang. Tujuan dari membuat penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran, dan lukisan secara sistematis factual dan akurat mengenal fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Penelitiaan deskriptif ini digunakan untuk meneliti objek dengan cara menuturkan, menafsirkan, data yang ada, dan pelaksanaannya melalui

pengumpulan, penyusunan, analisa, dan interprestasi data yang diteliti pada masa sekarang secara kualitatif berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian.

Penelitian deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan secara jelas dan faktual tentang Kenakalan remaja yang terjadi disaat proses pembelajaran dalam lingkungan sekolah. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan pandangan konstruktivist (pengalaman individu atau pandangan advokasi.

B. Fokus Penelitian

Fokus penellitian penting dalam suatu penelitian yang bersifat kualitatif. Hal ini dimaksudkan untuk membatasi studi dalam bidang penelitian akan rumit karena banyaknya data dari lapangan yang membingungkan. Oleh karena itu fokus


(13)

2

penelitian memiliki peranan yang sangat penting sebagai pedoman dan pengarah dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah bentuk kenakalan remaja yang terjadi di lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran serta dampak dari kenakalan remaja tersebut.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan diambil contoh dan dilaksanakan di SMA Negeri 12 Bandar Lampung. SMA ini sengaja dipilih karena sangat cocok dengan tema pada penelitian ini karena pengamatan awal terlihat sangat sesuai, kemudian SMA ini merupakan salah satu SMA negeri favorit di Bandar Lampung.

D. Penentuan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan harus mempunyai banyak

pengalaman tentang latar penelitian, ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informan (Moleong,2006).

Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu agar secepatnya dan tepat seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks setempat. Disamping itu pemanfaatan informasi bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjaring (Moleong,2006).

Kriteria yang digunakan untuk memilih informan adalah mereka yang masih ikut terlibat dalam proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan pertimbangan yang dilakukan peneliti, maka dalam penelitian ini yang menjadi informan yaitu :


(14)

3

1. Guru Bimbingan Konseling

2. Guru Pendidikan Kewarganegaraan 3. Remaja sekolah atau siswa

Bila dalam proses pengumpulan data untuk menemukan masalah menjadi focus penelitian ini tidak muncul variasi informasi dihentikan atau tidak mencari informasi dari informan baru. Jika terdapat variasi data atau belum memadai dilanjutkan dengan memilih informan baru (snowball sampling). Setelah jawaban dirasa mengarah pada pola jawaban yang sama maka wawancara dihentikan dan dilakukan pengecekkan data yang terkumpul.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian ini, maka cara pengumpulan datanya dilakukan dengan :

a. Wawancara

Suharsimi (1999:231) menyatakan bahwa teknik wawancara dilakukan untuk membantu peneliti mengorek data informan, adapun pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara tidak terstruktur yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besarnya. Metode wawancara atau metode interview mencakup cara yang dipergunakan pada seseorang untuk tujuan tertentu, dan mencoba mendapat keterangan secara lisan dari informan dengan bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang tersebut

(Koenjaraningrat, 1983:126). Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa teknik wawancara dilakukan dengan cara bertatap langsung dengan


(15)

4

responden, karena dengan cara ini sangatt efektif untuk mendapatkan data yang nyata.

b. Observasi

Tenik observasi juga sangat diperlukan dalam penelitian (atau juga disebut dengan pengamatan langsung ke lapangan), tujuannya untuk mendapatkan data-data mengenai kenakalan remaja yang ada di sekolah.Adakah dampak yang berarti dalam proses pembelajaran dan hal-hal apa saya yang menjadi kebanyakan faktor dari kenakalan remaja di sekolah.

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data dari hasil penelitian ini dikumpulkan, maka untuk tahap selanjutnya adalah dilakukan pengolahan data. Adapun langkah-langkah pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap berikut ini :

a. Seleksi data

Teknik pengolahan data yang ditujukan untuk memeriksa dan meneliti data yang telah diperoleh.

b. Klasifikasi Data

Teknik pengolahan data yang ditujukan untuk menempatkan atau mengelompokandata sesuai dengan pokok bahasan atau pokok permasalahan yang telah disusun.

c. Penyusunan Data

Suatu kegiatan untuk menyusun data secara sistematis, mennurut tata urutan yang telah ditetapkan sehingga menjadi mudah untuk dianalisis.


(16)

5

G. Teknik Analisis Data

Menurut Patton (Moloeng,1994:103) analisa data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan penafsiran adalah memberikan arti yang signnifikan terhadap analisis. Menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. Dalam penelitian kualitatif, analisa data dilakkukan bersama dengan jalannya penelitian. Dalam penelitian ini, analisa data akan dilakukan melalui alur kegiatan. Adapun proses analisa data itu sendiri meliputi :

a. Reduksi Mata

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data

bentuk analisa yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan dapat ditarik dari diversifikasi. (Miles dan Huberman, 1992:15)

b. Display / Penyajian Data

Menurut Miles dan Hubermman (1992:14) data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang sering digunakan pada analisis data kualitatif adalah bentuk teks naratif (peristiwa-peristiwa yang ditampilkan secara berurutan). Data yang diperoleh dari hasil waawancara terhadap siswa maupun guru dikumpulkan untuk


(17)

6

diamil kesimpulan-kesimpulan sehingga bias disajikan dalam bentuk narasi deskriptif.

c. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Hasil wawancara dari informan kemudian ditarik kesimpulan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Pada tahun ini data yang telah dihubungkan satu dengan yang lain sesuai dengan konfigurasinya dan ditarik kesimpulan.

H . Kerangka Pikir

Pendidikan formal merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia seperti kita ketahui bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan

diharapkan dapat menumbuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Salah satu komponen yang ada di pendidikan formal adalah sekolah. Dalam hal ini sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang besar dalam

mempersiapkan dan membentuk manusia Indonesia yang berkualitas dan yang mempunyai rasa cinta terhadap bangsanya sendiri. Dengan begitu para penerus bangsa akan siap ke dalam tahap persaingan yang diadakan dunia.

Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah para calon penerus bangsa sudah mulai lalai dalam membangun rasa ingin maju dari keterpurukan, yaitu banyaknya siswa SMA yang melakukan penyimpangan dalam kegiatan

belajarnya di sekolah yang sering kita dengar dengan kenakalan remaja. Dalam kenyataannya kenakalan remaja dapat mempengaruhi cara belajar atau kegiatan


(18)

7

di sekolah dalam arti lain jika seorang siswa melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam proses belajarnya di sekolah, maka akan mengakibatkan hal-hal negatif yang terjadi dalam pembelajaran. Jadi secara garis besar, kenakalan remaja akan sangat mempengaruhi hasil dari proses pembelajaran pada saat di sekolah tetapi dapat pula proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan prosedur serta mengikuti perkembangan psikologis anak pun akan berakibat buruk dalam pembentukan karakter anak seperti kenakalan remaja.

Bagan Kerangka Pikir

Kenakalan Remaja

Proses Pembelajaran

di Sekolah

Faktor-faktor Kenakalan

Remaja


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa.

Sedangkan pengertian kenakalan remaja menurut Paul Moedikdo, S.H seorang ahli hukum adalah:

1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.

2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.

1. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial ( http://www.idafazz.com).

Remaja sebagai manusia yang sedang tumbuh dan berkembang terus melakukan interaksi sosial baik antara remaja maupun terhadap lingkungan lain. Melalui proses adaptasi, remaja mendapatkan pengakuan sebagai anggota kelompok baru yang ada dalam lingkungan sekitarnya. Remaja pun rela menganut kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam suatu kelompok remaja walaupun membuat mereka (para remaja) tidak nyaman. Dalam pergaulan remaja, kebutuhan untuk dapat diterima bagi setiap individu merupakan suatu hal yang sangat mutlak sebagai mahluk sosial. (www.s_pkn_030039_chapter1.pdf)

Setiap anak yang memasuki usia remaja akan dihadapkan pada permasalahan penyesuaian sosial, yang diantaranya adalah problematika pergaulan teman sebaya. Pembentukan sikap, tingkah laku dan perilaku sosial remaja banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan ataupun teman-teman sebaya. Apabila lingkungan sosial itu menfasilitasi atau memberikan


(20)

peluang terhadap remeja secara positif, maka remaja akan mencapai perkembangan sosial secara matang. Apabila lingkungan sosial memberikan peluang secara negatif terhadap remaja, maka perkembangan sosial remaja akan terhambat.

MenurutKartono (2003), seorang ilmuwan sosiologimenjelaskan bahwa kenakalan remaja yaitu merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, akibatnya mereka mengembangkan perilaku menyimpang

(www.akperpentirapih.com).

Mussen (1994), mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sanksi hukumSedangkan menurut Santrockkenakalan remajamerupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.

(www.akperpentirapih.com)

Berdasarkan teori definisi menurut Kartono (2003) dan Mussen (1994) maka dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah perbuatan yang diakibatkan dari gejala psikologis remaja yang melanggar norma aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa. Remaja sangat erat kaitannya dengan berbagai kegiatannya di sekolah, karena secara tidak langsung umumnya remaja berkembang menjadi pribadi baik atau buruk tergantung dari pergaulannya selama di sekoah. Adapun kenakalan-kenakalan yang sering dilakukan anak remaja sekolah pada umumnya adalah mencoba hal-hal baru yang dicontoh dari lingkungan sekitar seperti merokok, mencoba bolos sekolah, bahkan tidak mengikuti peraturan-peraturan yang telah ada di sekolah.


(21)

B. Bentuk dan Aspek-Aspek Kenakalan Remaja

Bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi menjadi empat (Kartono,2003) yaitu : 1. Kenakalan terisolir (Delinkuensi terisolir)

Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis.

Perbuatan nakal mereka didorong oleh faktor-faktor berikut :

a. Keinginan meniru dan ingin konform dengangenknya, jadi tidak ada motivasi, kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan.

b. Mereka kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifatnya yang memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil remaja melihat adanya genk-genk kriminal, sampai kemudian dia ikut bergabung. Remaja merasa diterima, mendapatkan kedudukan hebat, pengakuan dan prestise tertentu.

c. Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan mengalami banyak frustasi. Sebagai jalan keluarnya, remaja memuaskan semua kebutuhan dasarnya di tengah lingkungan kriminal. yang remaja nakal

memberikan alternatif hidup yang menyenangkan.

d. Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa mendapatkan latihan kedisiplinan yang teratur, sebagai akibatnya dia tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Ringkasnya, kenakalan terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari lingkungan sosial, mereka mencari panutan dan rasa aman dari kelompokgenk nya, namun pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal ini meninggalkan perilaku kriminalnya, paling sedikit 60% dari mereka menghentikan perilakunya pada usia 21-23 tahun. Hal ini disebabkan oleh proses pendewasaan dirinya sehingga remaja


(22)

menyadari adanya tanggung jawab sebagai orang dewasa yang mulai memasuki peran sosial yang baru.

2. Kenakalan neurotik (Delinkuensi neurotik)

Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain sebagainya.

Ciri - ciri perilakunya adalah :

a. Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gang yang kriminal itu saja.

b. Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan, karena perilaku jahat mereka merupakan alat pelepas ketakutan, kecemasan dan kebingungan batinnya.

c. Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka memperkosa kemudian membunuh korbannya, kriminal dan sekaligus neurotik.

d. Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah, namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah, dan orangtuanya biasanya juga neurotik atau psikotik.

e. Remaja memiliki ego yang lemah, dan cenderung mengisolir diri dari lingkungan. f. Motif kejahatannya berbeda-beda.

g. Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif (paksaan).


(23)

Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum criminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka adalah :

a. Hampir seluruh remaja delinkuen psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, berdisiplin keras namun tidak konsisten, dan orangtuanya selalu menyia-nyiakan mereka, sehingga mereka tidak mempunyai kapasitas untuk

menumbuhkan afeksi dan tidak mampu menjalin hubungan emosional yang akrab dan baik dengan orang lain.

b. Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran.

a. Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau dan tidak dapat diduga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsif, biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki

b. Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan normanorma sosial yang umum berlaku, juga tidak peduli terhadap norma subkultur gangnya sendiri.

e. Kebanyakan dari mereka juga menderita gangguan neurologis, sehingga

mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Psikopat merupakan bentuk kekalutan mental dengan karakteristik sebagai berikut: tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri, orangnya tidak pernah bertanggung jawab secara moral, selalu mempunyai konflik dengan norma sosial dan hukum.


(24)

Mereka sangat egoistis, anti sosial dan selalu menentang apa dan siapapun. Sikapnya kasar, kurang ajar dan sadis terhadap siapapun tanpa sebab. 4. Kenakalan defek moral (Delinkuensi defek moral)

Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Delinkuensi defek moral mempunyai ciri-ciri: selalu melakukan tindakan anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun ada disfungsi pada inteligensinya. Kelemahan para remaja delinkuen tipe ini adalah mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan, rasa kemanusiaannya sangat terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa afeksi jadi ada kemiskinan afektif dan sterilitas emosional.

Terdapat kelemahan pada dorongan instinktif yang primer, sehingga pembentukan super egonya sangat lemah. Impulsnya tetap pada taraf primitif sehingga sukar dikontrol dan dikendalikan. Mereka merasa cepat puas dengan prestasinya, namun perbuatan mereka sering disertai agresivitas yang meledak. Remaja yang defek moralnya biasanya menjadi penjahat yang sukar diperbaiki. Mereka adalah para residivis yang melakukan kejahatan karena didorong oleh naluri rendah, impuls dan kebiasaan primitif, di antara para penjahat residivis remaja, kurang lebih 80% mengalami kerusakan psikis, berupa disposisi dan perkembangan mental yang salah, jadi mereka menderita defek mental. Hanya kurang dari 20 % yang menjadi penjahat disebabkan oleh faktor sosial atau lingkungan sekitar.


(25)

Jensen dalam Sarwono (2002:256-257) membagi kenakalan remaja menjadi empat bentuk yaitu:

a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain- lain.

b. Kenakalan yang meninbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain- lain.

c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas.

d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah perintah.

Kenakalan yang dilakukan remaja terbagi dalam empat bentuk (Hurlock,1973) yaitu: a. Perilaku yang menyakiti diri sendiri dan orang lain.

b. Perilaku yang membahayakan hak milik orang lain, seperti merampas, mencuri, dan mencopet.

c. Perilaku yang tidak terkendali, yaitu perilaku yang tidak mematuhi orangtua dan guru seperti membolos, mengendarai kendaran dengan tanpa surat izin, dan kabur dari rumah.

d. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, seperti mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, memperkosa dan menggunakan senjata tajam.

Dari beberapa bentuk kenakalan pada remaja dapat disimpulkan bahwa semuanya menimbulkan dampak negatif yang tidak baik bagi dirinya sendiri dan orang lain, serta lingkungan sekitarnya. Adapun aspek-aspeknya diambil dari pendapat Hurlock (1973) & Jensen (dalam Sarwono, 2002). Terdiri dari aspek perilaku yang melanggar aturan dan


(26)

status, perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, perilaku yang mengakibatkan korban materi, dan perilaku yang mengakibatkan korban fisik.

C. Karakteristik Remaja Nakal

Menurut Kartono (2003), remaja nakal itu mempunyai karakteristik umum yang sangat berbeda dengan remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup :

1. Perbedaan struktur intelektual

Pada umumnya inteligensi mereka tidak berbeda dengan inteligensi remaja yang normal, namun jelas terdapat fungsi- fungsi kognitif khusus yang berbeda biasanya remaja nakal ini mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi daripada nilai untuk ketrampilan verbal (tesWechsler). Mereka kurang toleran terhadap hal-hal yang ambigius biasanya mereka kurang mampu memperhitungkan tingkah laku orang lain bahkan tidak menghargai pribadi lain dan menganggap orang lain sebagai cerminan dari diri sendiri.

2. Perbedaan fisik dan psikis

karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Bentuk tubuh mereka lebih kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya bersikap lebih agresif. Hasil penelitian juga menunjukkan ditemukannya fungsi fisiologis dan neurologis yang khas pada remaja nakal ini, yaitu: mereka kurang bereaksi terhadap stimulus kesakitan dan menunjukkan ketidakmatangan jasmaniah atau anomali perkembangan tertentu.


(27)

Remaja yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang, seperti : a. Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang,

bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan. b. Kebanyakan dari mereka terganggu secara emosional.

c. Mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggung jawab secara sosial. d. Mereka senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa berpikir yang

merangsang rasa kejantanan, walaupun mereka menyadari besarnya risiko dan bahaya yang terkandung di dalamnya.

e. Pada umumnya mereka sangat impulsif dan suka tantangan dan bahaya. f. Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.

g. Kurang memiliki disiplin diri dan kontrol diri sehingga mereka menjadi liar dan jahat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja nakal biasanya berbeda dengan remaja yang tidak nakal. Remaja nakal biasanya lebihambivalenterhadap otoritas, percaya diri, pemberontak, mempunyai control diri yang kurang, tidak mempunyai orientasi pada masa depan dan kurangnya kemasakan sosial, sehingga sulit bagi mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Kenakalan Remaja

Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Santrock, (1996) lebih rinci dijelaskan sebagai berikut :


(28)

Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (dalam Santrock, 1996) masa remaja ada pada tahap di mana krisis identitas versus difusi identitas harus di atasi. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi terjadi pada kepribadian remaja:

a. terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya dan

b. tercapainya identitas peran, kurang lebih dengan cara menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan dan gaya yang dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari remaja.

Erikson percaya bahwa delinkuensi pada remaja terutama ditandai dengan kegagalan remaja untuk mencapai integrasi yang kedua, yang melibatkan aspek-aspek peran identitas. Ia mengatakan bahwa remaja yang memiliki masa balita, masa kanak-kanak atau masa remaja yang membatasi mereka dari berbagai peranan sosial yang dapat diterima atau yang membuat mereka merasa tidak mampu memenuhi tuntutan yang dibebankan pada mereka, mungkin akan memiliki perkembangan identitas yang negatif. Beberapa dari remaja ini mungkin akan mengambil bagian dalam tindak kenakalan, oleh karena itu bagi Erikson, kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk suatu identitas, walaupun identitas tersebut negatif.

2. Kontrol diri

Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal dalam

mengembangkan kontrol diri yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan remaja telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima, namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal


(29)

membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku mereka.

Menurut (Santrock,1996) menunjukkan bahwa ternyata kontrol diri mempunyai peranan penting dalam kenakalan remaja. Pola asuh orangtua yang efektif di masa kanak-kanak (penerapan strategi yang konsisten, berpusat pada anak dan tidak aversif) berhubungan dengan dicapainya pengaturan diri oleh anak. Selanjutnya, dengan memiliki ketrampilan ini sebagai atribut internal akan berpengaruh pada menurunnya tingkat kenakalan remaja.

3. Usia

Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan, seperti hasil penelitian dari McCord (dalam Kartono, 2003) yang menunjukkan bahwa pada usia dewasa,

mayoritas remaja nakal tipe terisolir meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Paling sedikit 60 % dari mereka menghentikan perbuatannya pada usia 21 sampai 23 tahun.

4. Jenis kelamin

Remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada

perempuan. Menurut catatan kepolisian Kartono (2003) pada umumnya jumlah remaja laki- laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang diperkirakan 50 kali lipat daripada gang remaja perempuan.


(30)

5. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah

Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu

bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah.

Riset yang dilakukan oleh Janet Chang dan Thao N. Lee (2005) mengenai pengaruh orangtua, kenakalan teman sebaya, dan sikap sekolah terhadap prestasi akademik siswa di Cina, Kamboja, Laos, dan remaja Vietnam menunjukkan bahwa faktor yang berkenaan dengan orangtua secara umum tidak mendukung banyak, sedangkan sikap sekolah ternyata dapat menjembatani hubungan antara kenakalan teman sebaya dan prestasi akademik.

6. Proses keluarga

Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Patterson dan rekan-rekannya (dalam Santrock, 1996) menunjukkan bahwa

pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stressyang dialami keluarga juga berhubungan dengan kenakalan. Faktor genetik juga termasuk pemicu timbulnya kenakalan remaja, meskipun persentasenya tidak begitu besar.


(31)

7. Pengaruh teman sebaya

Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal. Pada sebuah penelitian Santrock (1996) terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di Boston, ditemukan persentase kenakalan yang lebih tinggi pada remaja yang memiliki hubungan reguler dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan.

8. Kelas sosial ekonomi

Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyakprivilege diperkirakan 50 : 1 (Kartono, 2003). Hal ini disebabkan kurangnya kesempatan remaja dari kelas sosial rendah untuk mengembangkan ketrampilan yang diterima oleh

masyarakat. Mereka mungkin saja merasa bahwa mereka akan mendapatkan perhatian dan

rendah, dan status seperti ini sering ditentukan oleh keberhasilan remaja dalam melakukan kenakalan dan berhasil meloloskan diri setelah melakukan kenakalan. 9. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal

Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau


(32)

penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor- faktor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan remaja.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berperan menyebabkan timbulnya kecenderungan kenakalan remaja adalah faktor keluarga yang kurang harmonis dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang baik, karena pada masa ini remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan menuju teman sebaya, sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan perilaku remaja dibandingkan dengan norma, nilai yang ada dalam keluarga dan masyarakat. (www.akperpentirapih.com)

E. Dampak Kenakalan Remaja

Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam setiap keputusan yang diambil oleh seseorang biasanya mempunyai dampak tersendiri, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Tetapi dampak kenakalan remaja pada umumnya berdampak negatif bagi seluruh siswa pelajar yang ada di SMAN 12 Bandar Lampung. secara general siswa remaja memiliki suatu karakter dengan tersendirinya sehingga karakter kenakalan mereka berbeda-beda meskipun segala sesuatu yang diperbuat oleh remaja tersebut tidak memiliki nilai positifnya, seperti dampak negatif berikut ini : 1. Adanya perbuatan kriminal di sekolahan, seperti mengambil hak orang lain dalm

bentuk materi atau pun material siswa remaja yang ada di sekolahan tersebut. 2. Tidak adanya etika atau sopan-santun kepada orang yang lebih tua dari dirinya.


(33)

3. Selalu mengambil tindakan yang salah, seperti membolos dari sekolah. F. Remaja Sekolah dan Masalahnya

Menurut Sarwono (2002:150) sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder.Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah sekolahnya. Anak remaja yang sudah duduk di bangku SMP atau SMA umunya menghabiskan waktu sekitar 7 jam sehari di sekolahnya. Ini berarti bahwa hamper sepertiga dari waktunya setiap hari dilewatkan remaja di sekolah.Tidak mengherankan kalau pengaruh sekolah terhadap perkembangan jiwa remaja cukup besar.

Sudah cukup lama dirasakan adanya ketidakseimbangan antara perkembangan intelektual dan emosional remaja di sekolah menegah (SLTP/ SLTA). Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang sejak awal melalui berbagai macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di sekolah. Mereka telah dibanjiri berbagai informasi, pengertian-pengertian, serta konsep-konsep pengetahuan melalui media massa (televisi, video, radio, dan film) yang semuanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan para remaja sekarang. Dari segi fisik, para remaja sekarang juga cukup terpelihara dengan baik sehingga mempunyai ukuran tubuh yang sudah tampak dewasa, tetapi mempuyai emosi yang masih seperti anak kecil.

Terhadap kondisi remaja yang demikian, banyak orang tua yang tidak berdaya berhadapan dengan masalah membesarkan dan mendewasakan anak-anak di dalam masyarakat yang berkembang begitu cepat, yang berbeda secara radikal dengan dunia di masa remaja mereka dulu.


(34)

Masalah Remaja sekolah di SLTP/ SLTA selalu mendapat banyak hambatan atau masalah yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku. Berikut ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para remaja di sekolah.

1. Perilaku Bermasalah (problem behavior). Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.

2. Perilaku menyimpang (behaviour disorder).Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour disorder. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebabbehaviour disorderlebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.

3. Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment). Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya.


(35)

Perilaku menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menegah (SLTP/SLTA). 4. Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder).

Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia

memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya . Selain itu,conduct disordserjuga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorderyaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.

5. Attention Deficit Hyperactivity disorder, yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadihyperactif. Remaja di sekolah yang hyperactifbiasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang

hyperactiftersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anakhyperactif sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami


(36)

kesulitan dalam bermain bersama dengan temannya, yang diungkapkan oleh Sarwono (2002:150).

G. Tinjauan Tentang Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah Pembelajaran adalah setiap perubahanperilakuyang relatif permanen, terjadi sebagai hasil daripengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorangmanusiadapat melihatperubahanterjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati karena kita akan melihatindividumengalami pembelajaran, melihat individu berperilakudalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan beberapa dari kita telah "belajar" dalam suatu tahap dalam hidup kita.

Dengan perkataan lain, kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya.(Fadillah Siregar, 10 April 2012)

H. Hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran Unsur-unsur yang terdapat dalam pengajaran ada tiga yaitu:

a. manusia, dalam hal ini adalah guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar.

b. institusi, yaitu lembaga atau sekolah sebagai penyedia sarana dan prasaranayang dibutuhkan dalam pengajaran.


(37)

c. pengajaran, yaitu berkaitan dengan kurikulum yang merupakan pedoman materi yang akan diajarkan. Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi satu dengan yang lainnya salingterkait. Proses pengajaran yang melibatkan ketiga unsur

tersebut dalam kenyataannya tidak selamanya berjalan seperti apa yang diharapkan, karena berbagai hambatan yang dialami pada salah satu unsur pengajaran diatas akan berpengaruh pada unsur lain. Hal ini karena adanya keterkaitan ketiga unsur pengajaran tersebut. Hambatan yang dihadapi oleh guru berkaitan dengan pengajaran yang dilaksanakan yakni berkaitan dengan

perencanaan yang meliputi kompetensi yang harus dicapai, metode mengajar yang digunakan dan evaluasi. (Dyah Sulistiawati, 1 April 2006)


(38)

55

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil wawancara dengan informan yang telah

dikumpulkan dan diolah secara sistematis dan menurut tata aturan yang ditetapkan dalam metode penelitian. Setelah diadakan wawancara terhadap 5 orang informan yang terdiri dari 3 orang siswa dan 2 orang guru. Selanjutnya akan digambarkan profil penelitian dan akan dipaparkan informasi berupa data hasil penelitian, khususnya tentang kenakalan remaja dalam proses pembelajaran di sekolah.

Kemudian data hasil penelitian ini akan dibahas secara kualitatif sesuai dengan teknik analisis data yang ditetapkan dalam penelitian ini. Analisis terakhir adalah dampak dari kenakalan remaja yang terjadi di sekolah, dimana proses pembelajaran

berlangsung juga akan dianalisis dalam bab ini. A. Profil Informan dan Data Hasil Wawancara

1. Profil Informan A dan data hasil wawancara

A adalah salah satu siswa di SMA N 12 Bandar Lampung, A berusia 18 tahun, dan sekarang ia duduk di kelas 3 dengan mengambil jurusan IPS, menurut A SMA N 12 termasuk SMA favorit di Bandar Lampung, ia sangat senang dan bersyukur bisa masuk salah satu sekolah negeri di Bandar Lampung. Menurutnya saat ini sangat sulit untuk masuk sekolah


(39)

56

negeri karena saingannya banyak. Pada tahun 2009 ia resmi menjadi siswa SMA N 12 Bandar Lampung. Di sekolah A dikenal sebagai anak yang mudah bergaul dan juga sangat baik, walaupun terkadang sering beda pendapat dengan teman sekelasnya. Prestasi A di sekolah tergolong biasa-biasa saja, nilai rata-rata raport nya pada semester lalu hanya 6,12. Dalam keluarganya A merupakan anak 3 dari 3 bersaudara. Adapun kepala keluarga yaitu Ayahnya sudah hampir 4 tahun pensiun, sedangkan ibunya bekerja sebagai pegawai negeri di kota Bandar Lampung ini, dengan 3 orang anak memang sudah membuat kedua orang tua A bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, walaupun ayahnya sudah pensiun tetapi ayah A masih mencari pekerjaan untuk menambah penghasilan.

Menurut A keluarganya sudah cukup baik dalam memberikan pendidikan moral ataupun pendidikan agama, hanya saja memang dia merasa belum dewasa untuk menjadi orang yang baik. Berikut, pernyataan A :

saya tinggal di keluarga baik-baik koq, cuma kadang pengen ikut-ikut temen aja kalo bolos sama kabur pelajaran, biasa.. anak muda

Masa muda yang di ungkapkan A memang benar, masih ingin mencoba hal-hal yang dianggapnya baru. Apalagi teman-teman A memang berwatak susah dinasihati, memang perlu pendekatan lebih terhadap anak remaja yang baru saja mengenal dunia yang menurut mereka lebih indah jika diisi dengan bermain. A mengaku memang dirinya sedikit nakal pada saat proses pembelajaran, karena menurutnya kalau merasa bosan pelajaran yang disampaikan guru nya pun akan tetap tidak masuk ke dalam otaknya.


(40)

57

Membolos adalah salah satu hal yang paling sering ia lakukan dengan teman-temannya pada saat jam pelajaran Geografi. Menurutnya, pelajaran ini sangat membosankan karena guru yang mengajar pun tidak dapat menyampaikan pelajaran dengan baik. Menurut A sebagai berikut :

jadi ya sekedar duduk aja di kantin sambil merokok kalo lg males masuk kelas, toh daripada di kelas malah ganggu yang lain yang mau belajar.

A mengatakan ada beberapa temannya di kelas yang sering melakukan hal yang sama dengan dirinya, oleh karena itu A merasa wajar jika membolos pada saat jam pelajaran berlangsung. A juga sering mencontek pada saat ulangan berlangsung, tidak perlu belajar A pun akan mendapatkan nilai yang baik jika hasil sudah dibagikan. A menyatakan sebagai berikut :

biasanya saya lupa kalo besok itu ulangan umum, tp kalo ga lulus juga ada remedial nya

Sebenarnya A terkadang merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya itu, tetapi teman-teman A memang lebih banyak yang melakukan

kenakalan melebihi A di kelas lain, mungkin A merasa kenakalan yang dilakukannya belum seberapa dibandingkan teman sebaya nya yang lain. Berikut, pernyataan A :

saya mah cuma ikut-ikut koq, lagian kalo temen-temen yang lain masih banyak yang lebih bandel dari saya. Mereka lebih berani-berani kalo melawan guru, tapi karena mereka merasa benar. Pernah sih saya melawan guru, tapi karena guru nya mungkin memang lagi ada masalah keluarga, jadi saya di bawa-bawa.

Pelajaran di sekolah terkadang memang menjadi penyebab remaja menjadi malas untuk belajar, karena model pelajaran yang rumit dan penyampaian yang membosankan membuat para remaja memikirkan ha-hal lain diluar


(41)

58

seperti bermain atau sekedar mengobrol di luar kelas. Begitu pun dengan fasilitas yang sekolah ini punya sudah cukup di atas rata-rata, karena laboraturium segala bidang pelajaran sudah cukup terpenuhi. Sebagai contoh laboraturium komputer saat ini sudah memiliki LCD layar datar seperti yang sekarang sedang marak di pasaran. Sungguh tidak adil jika kenakalan remaja dikaitkan hanya karena fasilitas sekolah yang belum memadai, hanya saja menurut A masih ada guru-guru yang berfikiran kuno. Dalam hal ini A berpendapat bahwa :

fasilitas sekolah sih sepertinya udah baik, tetapi kadang gurunya yang masih kolot. Biasanya guru-guru yang sudah berumur yang terlalu sensi .

Tindakan guru sangat beragam, kalau guru yang pengertian dan bersifat keibuan mereka keliling sekolah untuk mencari anak yang sering bolos sekolah. Hal tersebut yang membuat remaja di sekolah terkadang tidak berani membantah guru tersebut, dengan alasan guru tersebut pengertian dan tidak mempersulit anak murid nya yang menginjak masa remaja. A menyatakan sebagai berikut :

teman-teman yang lain juga suka tertawa bila kami (anak-anak yang membolos) tertangkap oleh guru pada saat jam pelajaran berlangsung. Tidak ada yang merasa dirugikan koq, tapi ga tau juga

Tindakan lain oleh guru adalah pemanggilan orang tua, karena orang tua sebagai orang yang seharusnya ditakuti oleh para remaja. Pada prakteknya pemanggilan orang tua ini merupakan hal yang sering dilakukan apabila remaja di sekolah sudah tidak dapat dikendalikan. Menurut A, ia belum sampai orang tua nya diikutsertakan jika ia sudah tertangkap membolos.


(42)

59

Karena menurutnya orang tua tidak perlu sampai datang ke sekolah hanya karena kenakalannya yang belum termasuk kategori sangat nakal. A

mengatakan bahwa anak yang sangat nakal di sekolahnya memang banyak, dan menurutnya itu memang karena watak dan bawaan dari dalam diri remaja itu sendiri. Sebagai berikut pendapat A :

menurut saya temen-temen yang suka melawan gurunya berlebihan itu memang karena merekanya punya sifat nakal, mau di marahi oleh guru juga kalo dia nya belum sadar ya ga akan berubah.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dinyatakan bahwa A

menganggap kenakalan remaja itu adalah hal yang biasa dilakukan pada usia nya saat ini, karena sifat mereka yang masih labil dan mudah

terpengaruh dengan lingkungan. Hal ini membuat para siswa remaja ingin mencoba hal-hal baru. Kenakalan A pun menurutnya masih dalam batas wajar dan tidak menimbulkan dampak yang besar kepada proses

pembelajaran di sekolah. Tetapi kenyataannya, perilaku yang dilakukan oleh remaja berdampak pada kurangnya pendidikan dikarenakan kenakalan remaja sekolah dianggap masih dalam kondisi wajar.

2. Profil informan B dan Data Hasil Wawancara

Informan kedua yang diwawancarai adalah B yang berusia 18 tahun, B adalah siswa kelas 3 IPS juga di SMA N 12 Bandar Lampung. B dikenal sebagai anak yang tergolong nakal di sekolahnya. Prestasi B pun memang nyaris tidak ada, karena menurut teman-temannya B anak yang pemalas.


(43)

60

Nilai raport nya rata-rata hanya 6,28 tidak pernah ada guru yang berhasil mengubah sifat nakalnya itu.

Keluarga B memang tidak lengkap, ayah dan ibu B sudah lama meninggal sejak ia masih SMP. Selama ini B diurus oleh kakak-kakaknya yang sudah dewasa, sebagai kakakpun mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan B secara lengkap seperti remaja lainnya mendapatkan kasih sayang ayah dan ibunya. Memang B tidak pernah mempermasalahkan itu, tetapi dalam segi psikologis B termasuk remaja yang dalam perkembangannya sangat butuh perhatian dengan segala tuntunan hidup. Karena dalam masa transisi, seorang remaja seperti B sangat dibutuhkan pendamping seperti orang tua yang dapat dicontoh dan sebagai panutan.

Menurut B sebagai berikut :

saya memang punya orang tua, tetapi saya punya kakak-kakak saya yang sudah bekerja, jadi kebutuhan saya sudah terpenuhi, walaupun hanya materi

B adalah anak yang sangat cuek, oleh karena itu B tidak terlalu peduli dengan sekolah. Tetapi B memiliki banyak teman di sekolah, karena pada dasarnya B memiliki rasa solidaritas yang tinggi kepada teman. Biasanya B adalah siswa yang dapat mengendalikan teman-temannya pada waktu melakukan kenakalan remaja.

B merasa perbuatannya tidak merugikan orang lain, karena apapun yang di tempuhnya selama pendidikan hanya merupakan tuntutan dari


(44)

kakak-61

kakaknya dan bukan tuntutan dari pihak sekolah yang hanya sebagai fasilitas pendidikan. B mengatakan bahwa :

memang kenapa sih kalo saya merokok, minum, atau ngelakuin hal lain ? itu kan hak saya sebagai manusia. Toh saya pake uang sendiri kan bukan minta-minta

B memang masih temperamental dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan, karena B menganggap apa yang ia kerjakan tidak semua orang harus mengurus kegiatannya selama di sekolah. Psikologi B memang berkembang tidak sempurna karena kurangnya perhatian dari pihak

keluarganya, para guru pun sudah sering kali memanggil kakaknya untuk meminta konfirmasi seputar kenakalan adiknya disekolah. Bermain adalah kegiatan yang dianggap oleh B sebagai alasannya untuk tetap bersekolah, karena di sekolah ia menemukan teman untuk diajaknya bermain. B jarang sekali masuk ke dalam kelas, guru sudah terbiasa dengan apa yang di perbuat B. Menurut B, pelajaran itu membosankan dan tidak ada manfaatnya, karena dalam kenyataan kerja pelajaran-pelajaran tersebut tidak akan ada yang terpakai. B menyatakan sebagai berikut :

kayaknya kalo belajar sama aja deh ga keluar juga waktu kita kerja, jadi percuma aja rajin belajar menghafal ini itu

B adalah remaja yang masih ingin bebas tanpa harus diatur oleh siapapun, oleh karena itu B akan memberontak jika kemauannya tidak diikuti. B juga terkadang sudah sering dinasihati guru BP dan guru-guru yang lain, tetapi tetap saja tidak berhasil. B menyatakan sebagai berikut :

dulu saya udah pernah ingin dikeluarkan dari sekolah ini, tapi saya merasa alasan pihak sekolah ga tepat. Karena ulangan saya saja masih bagus koq nilainya, cuma saya males masuk aja


(45)

62

Sekarang B sudah akan lulus dari SMA N 12, seharusnya B mulai berubah dengan sifatnya yang tidak baik di sekolah. Sudah banyak catatan hitam tentang B di sekolah, kenakalan B selama ini sudah menjadi rahasia umum di sekolahnya seperti mencoba minum-minuman keras, membolos, tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya, penampilannya yang berantakan bahkan bertengkar dengan teman hingga terkadang temannya terluka. Menurut guru-guru yang terlibat dengan penyelesaian kasus B, B akan terpaksa dikeluarkan jika sekali lagi membuat kesalahan di sekolah. Untuk itu kakak B sudah diberikan surat peringatan agar dapat mengingatkan adiknya untuk tidak membuat ulah sampai kelulusan SMA.

Berdasarkan hasil wawancara dengan B diatas, dapat dinyatakan bahwa B adalah termasuk remaja yang nakal di sekolahnya. Diperkirakan B

mengalami perkembangan psikologi yang tidak sempurna akibat kurangnya perhatian oleh keluarganya dikarenakan orang tua B sudah meninggal sejak ia duduk di bangku SMP.

Kenakalan B di sekolah adalah membolos pada saat proses pembelajaran berlangsung, bahkan B sering tidak masuk sekolah berhari-hari. B juga sering membantah gurunya, karena semua kenakalannya di sekolah sudah sangat keterlaluan. Meminum minuman keras adalah kenakalan yang paling fatal dilakukan oleh B pada kelas 3 ini, oleh karena itu B sudah berkali-kali masuk ke dalam buku hitam di SMA N 12 Bandar Lampung,


(46)

63

dan jika sekali lagi guru menemukan kesalahan kepada B pihak sekolah akan segera mengeluarkan B.

3. Profil Informan C dan Data Hasil Wawancara

C adalah siswa SMAN 12 Bandar Lampung, C masih berasal dari Bandar Lampung. Siswa yang berusia 18 tahun ini duduk di kelas XII IPA 4. C dikenal teman teman dan gurunya sebagai anak yang baik, pintar, dan sering membantu teman-temannya. C anak yang baik, tetapi sebagai remaja yang masih ingin tahu bagaimana rasanya menjadi dewasa, terkadang C ikut-ikutan temannya membolos atau sekedar tidak masuk salah satu pelajaran di sekolah. Tetapi kenakalannya di sekolah belum menjadi

penghambat C dalam berprestasi di sekolah, nilai raport C rata-rata diatas 7 dan 8. Orang tua C juga adalah termasuk orang yang berpendidikan,

dengan kata lain secara moral dan materi orang tua C sudah mencukupi kebutuhan C dengan sangat baik. C mengatakan bahwa :

saya merasa sudah tercukupi mbak dengan profesi ayah saya sebagai dokter, secara materi maupun secara pendidikan

Sudah dapat ditebak penghasilan dari orang tua C memang sudah

mencukupi kebutuhannya dalam berpendidikan maupun kebutuhan sebagai remaja. Tidak ada alasan untuk C jika pada saat ia melakukan kenakalan remaja itu dikarenakan kurangnya kasih sayang orang tua atau pun materi, karena menurut C orang tuanya selama ini sangat meluangkan waktu bersamanya walaupun mereka termasuk orang orang yang sibuk.


(47)

64

Menurut C pada saat ia membolos itu hanya mengikuti teman-temannya saja, karena memang belum pernah sebelumnya kali ini C merasa gelisah dan takut. Sudah dua kali C melakukan hal yang sama, tetapi situasi masih tergolong aman. Tidak ada guru yang mengetahui bahwa C membolos saat proses pembelajaran, tetapi pada saat kenakalan C berlangsung ketiga kalinya akhirnya C ketahuan dengan satpam sekolah yang sedang berkeliling di sekitaran sekolah. Menurut C kenakalannya biasa saja, karena hanya membolos pada waktu pembelajaran yang tidak disukainya yaitu sejarah, karena menurutnya mata pelajaran sejarah seharusnya hanya kelas IPS saja yang mempelajari. C berani membolos karena ada 3 teman nya yang suka memaksa C untuk ikut membolos bersama mereka, dan teman-temannya laki-laki semua. Akibat kejadian yang ketiga kalinya ini C mengaku tidak akan mengulangi perbuatannya lagi, menurutnya memang sudah saatnya ia tidak mengikuti teman-temannya yang nakal karena waktu bermain mereka akan segera habis untuk mempersiapkan ujian kelulusan yang akan mereka hadapi sebentar lagi. C menyatakan bahwa :

saya kapok deh, saya ga mau orang tua saya sampai tahu dan

selanjutnya saya ga akan bolos lagi sama teman-teman kan mau ujian juga

Sebenarnya pembelajaran yang diberikan para guru sudah baik menurut C, tetapi mungkin terkadang ada waktu-waktu tertentu saja C merasa bosan dengan pembelajaran yang ada. Fasilitas yang diberikan sekolah pun sudah memadai dan memenuhi kriteria seperti sekolah-sekolah yang lain, seperti jam belajar di sekolah yang relatif ditambah pada saat ujian akan


(48)

65

dilaksanakan adalah cara yang tepat untuk mengulang pembelajaran sebelumnya menurut C.

C mengatakan memang kenakalan sekecil apapun akan membawa dampak yang buruk bagi remaja, tetapi jika belum sama sekali merasakan menjadi remaja nakal pun tidak akan tahu apakah itu baik atau nakal. Jika

kenakalannya membuat terganggu dalam hal pelajaran, C mengaku akan berusaha agar kebiasaannya membolos dihentikan.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dinyatakan bahwa C adalah remaja yang dalam masa transisinya masih ingin mencoba hal-hal baru yang termasuk dalam kenakalan remaja. Hal tersebut dilakukannya karena mengikuti ajakan teman-teman sebaya nya di sekolah, bukan karena faktor dari kurangnya pengawasan orang tua ataupun ekonomi keluarga C yang kurang. Kenakalan C masih dalam batas wajar yaitu membolos dalam proses pembelajaran, dan dampaknya bagi C hanya berkurangnya waktu belajar di sekolah tetapi masih dapat diperbaiki jika C lebih giat dalam belajar.

4. Profil Informan D dan Hasil Wawancara

D adalah seorang guru laki-laki yang mengajar bidang studi PKN. Ia terkenal sebagai akademisi yang aktif dan baik di SMA N 12 Bandar Lampung, usianya kini menginjak 51 tahun. D sekarang sudah mencapai


(49)

66

golongan IVa, menurutnya pendapatannya sekarang sebagai guru sudah lebih dari cukup untuk menghidupi keluarganya di rumah. Beliau memang tidak pernah mengukur profesi guru untuk mencari penghasilan saja, tetapi menjadi guru adalah kewajiban kepada anak didiknya untuk menjadi orang yang pintar dan bermanfaat.

Menurut D kenakalan remaja adalah bentuk reaksi seseorang terhadap perkembangan yang dilalui dari masa kanak-kanak menjadi masa dewasa, karena jika dalam perkembangannya tidak sempuna. Proses kedewasaannya pun akan terhambat dikarenakan remaja tersebut sulit mengatasi psikologis remaja pada saat masa pubertas itu berlangsung. Kenakalan yang dilakukan anak didiknya yang menginjak masa remaja pun diungkapkan wajar

selayaknya anak yang ingin mencari jati diri, walau terkadang terdapat siswa yang memang tidak bisa diajak bicara karena kenakalan remaja nya melebihi batas wajar. Dalam hal ini D berpendapat bahwa :

biasanya sih ketahuan merokok, membolos, mengobrol, mencontek pada saat ujian, tidak pakai topi waktu upacara, bahkan semester kemarin ada yang ketahuan meminum minuman keras di belakang sekolah

Pada pengamatan D, kenakalan remaja sebagian besar masih digolongkan batas wajar, yang menjadikannya tidak wajar adalah banyaknya para siswa yang melakukan kenakalan remaja tersebut seperti membolos beramai-ramai, dan hanya beberapa siswa saja yang melakukan kenakalan diluar batas wajar itupun karena faktor psikologisnya yang berkembang tidak baik. D berpendapat bahwa :


(50)

67

itu yang nakalnya berlebihan hanya beberapa orang, salah satunya dari anak kelas IPS itu mencoba minum-minuman alkohol

Beliau juga mengungkapkan bahwa pada kasus kenakalan remaja memang lebih cenderung anak laki-laki yang melakukan. Mereka lebih berani melawan guru, ataupun mencoba kabur pada saat jam pelajaran dimulai. D menyatakan sebagai berikut :

dalam setiap kelas biasanya ada 5 atau 7 orang anak yang nakal, disini faktor lingkungan juga berpengaruh makanya banyak yang ikutan bandel

Dalam proses pembelajaran, kenakalan yang sangat menghambat adalah ketika D terpancing emosi oleh para siswa yang melakukan kenakalannya. Proses mengajar menjadi terhenti ketika D merasakan kesal kepada

muridnya yang berbuat ulah dihadapannya. D juga mengungkapkan pendapatnya tentang sebab timbulnya kenakalan remaja adalah biasanya kurang perhatian dari orang tuanya di rumah, faktor lingkungan bermain juga dapat menjadi alasan siswa dapat menjadi nakal. Menurut D bahwa :

faktor yang sering saya amati itu biasanya dari faktor keluarganya, mungkin orang tuanya sibuk, ekonomi yang kurang atau bisa juga dari faktor lingkungan bermain siswa yang buruk .

Pada dasarnya dari pihak sekolah sudah mengawasi dengan baik siswa atau siswi yang nakal, hanya saja psikologi mereka memang perlu di teliti agar terlihat letak kesalahan dalam perkembangan kejiwaannya. Penyelesaian dalam permasalahan mereka juga sudah ditangani dengan baik oleh guru BK/BP, jika sampai berulang kali sesuai prosedur maka akan dipanggil orang tuanya.


(51)

68

Menurut D sistem pembelajaran di SMA N 12 Bandar Lampung ini sudah tergolong sangat baik, terbukti tiap tahunnya SMA N 12 menjadi sekolah favorit di Bandar Lampung. Tetapi terkadang sistem yang ditetapkan memang belum secara keseluruhan dilaksanakan oleh masing-masing guru, karena setiap guru mempunyai caranya masing-masing untuk mengajar. Fasilitas yang dimiliki SMAN 12 Bandar Lampung menurut D sudah banyak mengalami kemajuan dibandingkan 2 tahun yang lalu. D menyatakan bahwa :

semua fasilitas dan tenaga edukatif di SMA ini sudah banyak kemajuan dua tahun ini, dimulai dari jam belajar sampai fasilitas yang lain sudah dimaksimalkan sesuai kebutuhan

D mengakui dalam proses belajar mengajar pasti terdapat banyak

halangannya, seperti contoh jika satu orang muridnya membuat ulah maka satu kelas menjadi korban karena perilaku temannya tersebut.

Kenakalan yang dilakukan siswa membuat D mengambil tindakan sesuai prosedur tergantung tingkat kenakalannya. Seperti contoh jika anak yang mencontek, maka D akan mengembalikan tugas yang siswa itu buat karena pekerjaannya adalah hasil mencontek. D mengungkapkan bahwa :

yang masih bisa ditegur anak itu akan nurut kok, nah kalau yang tidak menurut ini yang susah, kadang saya suruh keluar dari

Tentu saja pada proses pembelajaran akan terganggu jika beberapa orang di kelas yang nakal. D mengatakan dampak yang diterima adalah D akan menceramahi selama waktu proses pembelajaran berakhir tanpa adanya materi yang dibahas. Jika kenakalan siswa sudah melebihi batas wajar, D


(52)

69

akan melimpahkan masalahnya ke guru yang lebih berwenang yaitu guru BP/BK. Setelah guru BP/BK yang menangani, pemanggilan orang tua pun akan dilakukan. D juga mengatakan jika anak yang kenakalan remajanya tidak dapat berubah setelah diperingatkan dan ia melakukannya kembali, maka pihak sekolah akan mengeluarkannya dari sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dinyatakan bahwa pendapat informan D terhadap kenakalan remaja adalah wajar jika yang

bersangkutan dapat mempertanggungjawabkan kenakalannya dengan berubah menjadi lebih baik. Hanya saja yang membuatnya menjadi tidak wajar adalah karena kenakalan tersebut dilakukan oleh banyak siswa remaja secara bersama-sama, seperti sering keluar kelas pada saat proses belajar mengajar. D juga mengungkapkan faktor-faktor yang sering menjadi alasan siswa melakukan kenakalan remaja adalah banyaknya anggapan kalau nakal itutrenddengan alasan mengikuti pergaulan teman-teman sebayanya. Kemudian kurangnya perhatian dari orang tua juga dapat menyebabkan siswa remaja melakukan kenakalan remaja.

Kenakalan remaja di SMA N 12 Bandar Lampung hingga kini sudah cukup banyak dan masih tergolong wajar, diantaranya tidak memakai pakaian lengkap dan baik selama di lingkungan sekolah, merokok, mencontek, mengobrol, dan yang dirasakan kecolongan yaitu siswa yang membawa minuman keras serta meminumnya. Menurut pendapat D :


(53)

70

kenakalan-kenakalan yang mengganggu proses pembelajaran itu harusnya dikurangi, karena merugikan siswa juga. Seperti ngerokok di kamar mandi, mencontek di kelas, mengobrol, dll

Dampak yang dirasakan adalah membuat pekerjaan guru menjadi lebih banyak akibat ulah siswa remaja yang nakal, tidak ada dampak positif karena kenakalan remaja. Berkurangnya waktu proses pembelajaran di kelas pada saat menasihati siswa remaja yang nakal, serta yang paling fatal adalah tercorengnya nama sekolah jika ada siswa yang nakal seperti meminum minuman keras.

5. Profil Informan E dan Data Hasil Wawancara

Informan yang kelima adalah E, baliau merupakan guru dari bidang studi dari Bimbingan Konseling (BK). Tugas E adalah selain guru yang mengajar mata pelajaran konseling, tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa remaja. Tugas guru konseling terkait dengan pengembangan diri siswa remaja yang sesuai dengan kebutuhan contohnya potensi, bakat, minat, dan kepribadian di sekolah. Usianya kini menginjak 50 tahun dan E sekarang sudah mencapai golongan IVa, golongan itu sudah menjadi golongan standar di kalangan guru SMA N 12, dan beliau juga memang tidak pernah mengukur profesi guru untuk mencari penghasilan, tetapi menjadi guru mempunyai kepuasan batin tersendiri dalam hidupnya karena kebetulan E merupakan guru kepribadian di SMA N 12 yang mengurus tingkah laku remaja setiap harinya.


(54)

71

Menurut E kenakalan remaja adalah merupakan gejala yang menyimpang dari norma, nilai, dan aturan hukum dimana remaja tersebut mengabaikan lingkunganya dengan tindakan-tindakan yang tidak dapat diterima oleh lingkungan sekitar remaja tersebut. Berikut pendapat E :

kenakalan di SMA N 12 ini tergolong banyak, dari yang berat sampai yang ringan.Tetapi kenakalan yang ringan dapat dengan mudah ditiru oleh para siswa, oleh karena itu kenakalan yang wajar dapat pula menjadi masalah yang besar karena banyaknya siswa yang terlibat. Remaja merupakan masa yang belum dapat konsistensi, wajar bila tingkah lakunya dapat seketika berubah menjadi kekanak-kanakan atau justru cenderung dewasa. E mengungkapkan bahwa :

setiap hari pasti ada saja yang buat ulah, seperti mencontek, mengobrol saat diterangkan, bolos, kabur dari dinding belakang sekolah, hingga bertengkar sesama siswa, biasanya laki-laki yang seperti itu .

Dalam pengamatan E, laki-laki lebih dominan mengalami masa pencarian jati dirinya. Laki-laki terkadang lebih mengalami berbagai macam gejala menyimpang, seperti merokok, menonton video porno, bahkan minum minuman keras. E mengungkapkan bahwa kenakalan seperti membantah guru yang terkadang membuat hambatan dalam proses pembelajaran, karena jika saja siswa remaja menganggap sebuah pelajaran itu adalah kewajiban yang harus didahulukan maka tidak akan ada perasaan yang akan meremehkan guru. Kenakalan yang paling dominan pun diungkapkan oleh E adalah bolos sekolah, keluar dari sekolah karena alasan guru yang mengajar kurang menyenangkan, dan akhirnya bersembunyi di kamar mandi sampai merokok di dalamnya.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal Ilmiah:

Abin, Syamsudin Makmunf, Prof.Dr.H.1990.Psikologi Pendidikan.Bandung: IKIP

Gunarsa, S. D,dkk.1995.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Jakarta : BPK Gunung Mulia

Gunarsa, Singgih D. Gunarsa, Yulia Singgih D.2001.Psikologi praktis : anak, remaja dan keluarga.Jakarta: BPK Gunung Mulia

Hall,S,Calvin.Lindzey,Gardner.1993.Psikologi Kepribadian.Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).Yogyakarta: Kanisius

Koentjaraningrat,1983.Metode-Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta: PT.Gramedia Miles,Huberman.1992.Analisis Data Kualitatif.Jakarta:Universitas Indonesia

Moleong, Lexy.z.1994.Metodelogi Penelitian Kualitatif.Remaja.Bandung: Rosdakarya Sarwono,W,Sarlito.2002.Psikologi Remaja.Jakarta:Raja Grarindo Persada

Soeharto,Sumantoro,Zaini, dkk. Harapan Pak Harto kepada generasi muda Indonesia.Jakarta: Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga.

Solohin.O.2002.Jangan Jadi Bebek.Jakarta : Gema Insani Press.

Suharsimi, Arikunto.1990.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Bandung: Rosdakarya

Yusuf, syamsu. 2004. Mental Hygiene : Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan Agama. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.


(2)

Media:

Admin.2011.Kenakalan Remaja,10 April2011.http://belajarpsikologi.com/kenakalan-remaja/.diakses pada tanggal 29 November 2011

Ahmad Sianturi.Ribuan Guru Protes Kekerasan Murid.4 Oktober

2011.http://www.indosiar.com/fokus/ribuan-guru-protes-kekerasan-murid_92222.html.diakses pada tanggal 27 November 2011

Ahmad Syam.Kenakalan Remaja.02 Desember

2010.http://www.psikomedia.com/article/view/Psikologi-Sosial/2185/KENAKALAN-REMAJA/.11 November 2011

Baitul.Muhammad.2010. Teori Sigmund Freud,1 Maret

2010,http://www.psikologizone.com/teori-sigmund-freud/06511598.diakses pada tanggal 29 November 2011

Fadillah.Nurul.Siregar.Psikologi Sekolah.10 April

2012.11071nfs.blogspot.com/2012/04/psikologi-sekolah.html.11 April 2012

Justm3.2011.Tentang Kenakalan Remaja, 1 Februari 2011,http://www.idafazz.com/tentang-kenakalan-remaja.php.diakses pada tanggal 29 November 2011

Mahasiswa.2011.Skripsi,11 November 2011.

repository.upi.edo/operator/upload/s_pkn_03039_chapter1.pdf.diakses pada tangal 17 November 2011

Sulistiawati.Dyah.2006.Skripsi,1 April 2006.http://www.scribd.com/doc/54491805/6/B-Hambatan-hambatan-dalam-Proses-Pembelajaran.diakses pada tanggal 29 November 2011

Wuyung.2009.Kecenderungan Kenakalan Remaja (Teori Hurlock, Mussen, Santrock, dan Kartono) 21 Januari

2009.http://akperpantirapih.blogspot.com/2009/01/kecenderungan-kenakalan-remaja.html.diakses pada tanggal 26 November 2011


(3)

SANWACANA

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan hidayah-Nya yang memberikan kekuatanku untuk tetap semangat hidup dan memberikan hidayah berfikir dalam melakukan hal apapun dalam keadaan apapun, Shalawat serta Salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasullallah Nabi Muhammad S.A.W, beserta sahabat dan pengikut-pengikutnya. Skripsi dengan judul Kenakalan Remaja Dalam Proses Pembelajaran Di Lingkungan Adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Universitas Lampung. Dalam penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari peran, bantuan, bimbingan, saran dan kritikan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati dan keyakinan bahwa balasan Allah SWT yang sempurna yang bisa menggantikannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bpk. Drs. Agus Hadiawan, M. Si., selaku Dekan FISIP Unila 2. Bpk. Drs. Ikram, M.Si selaku Pembantu Dekan III FISIP Unila

3. Bpk. Drs. Susetyo, M. Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP Unila

4. Ibu. Drs. Anita Damayanti. M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi FISIP Unila dan selaku Dosen Pembimbing Akademik saya, terima kasih banyak atas perhatian dan bimbingannya selama ini.

5. Bpk. Drs. Abdul Syani, M.H., selaku Dosen Pembimbing Utama dalam penyusunan skripsi ini. Banyak motivasi dan nasihat baik saat melakukan bimbingan bersama Bapak. Bukan sekedar pembimbing saja, Bapak ternyata mengubah cara pandang saya akan


(4)

artinya semangat dan kebaikan dalam hidup dan menjalani apapun. Sekali lagi terima kasih atas semua ilmunya ya pak, mudah-mudahan Allah SWT, memberikan ganjaran pahala yang besar kepada Bapak.aamiiiiiinnnnn....

6. Ibu. Dewi Ayu Hidayati,S.Sos. M. Si., selaku Dosen Pembahas dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih ya bu, atas saran dan masukannya. Smoga Allah SWT memberikan pahala yang berlimpah. Aamiiiiiiiiiin...

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen FISIP Unila, Pak Gede, Pak Gunawan, Pak Pirulsyah, Pak Usman Raidar, Pak Benjamin, Pak Maruly, Bu Paras, Bu Endry, Bu Erna, Bu Yuni, Bu Vivit. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Sosiologi lainnya, terima kasih atas bimbingan dan ilmunya selama ini. Kemudian seluruh Staff dan Karyawan FISIP Unila atas bantuan dan kerjasamanya.

8. dengan peluh

dan kasih sayangnya demi anak nya ini sampai sarjana. Merelakan waktu, pikiran,tenaga, dan materi untuk keberhasilanku. Ujuk ku Tercinta terimakasih telah memberikan semangat dan tenaganya untuk mengurusku selama ini. Kakak dan adikku (Daniel dan Andre) yang tersayang terimakasih telah meluangkan waktunya untuk semua permintaan saudara perempuan kalian ini.

9. Buat seseorang yang telah membantu terselesaikan karya kecil ini, trimakasih yaa atas smua kbahagiaannya.. smoga hidup kita kedepan lebih baik. Buat semua keluarga di Teluk dan orang-orang saya anggap keluarga sendiri terimakasiiiiiih... Cik ida, mama tante lis, om is, wak iyan, cik meli, cempi (beserta k bily + zaura, hehe..), kak hendra, muslim (guru spiritualku menyelesaikan skripsi ini dengan skuat tenaga..hehe), sepupu-sepupu kuu yang cantik khususnya clara yang bolak balik anterin ayuk (meta, tania, sesha..makasih ya bntuin ayuk,,uhuii). Semangat dari mbak


(5)

maya, kak dedy, mas agung, dan mas rico yang selama penulis jatuh bangun menyusun skripsi ini memberikan smua semangatnya yang luar biasa! dan tentunya semua keluarga yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

10. Teman-temanku sejak di SMP N4 Bandar Lampung (eka, dewi, tunjung, dini, vera, reza zaini :* buat kalian love u so much udh mmberikan arti persahabatan hingga sekarang). 11. Teman-temanku SMA N 1 Bandar lampung (almh.festy rachmayanti yang tercinta, qq,

nci, nenk ishni, ogy, danang, dd, aprilia, citra ayu, sea, iqbal, unji, smua yg g bs disebutin satu persatu..kalian begitu berarti...).

12. Teman-teman kuliah selama di Fisip Aniek, devi, dewi nces, mpi, rika, ratih, wera, grace, vita, bunga (terimakasih semangatnya, senang bisa kenal kalian..), panji, ukhti annissa, putri geboy, obrin (udh bntuin mnyelesaikan karya kecil ini dengan susah payah), hendi dan ajus (bantuin perjalanan sminar, bolak balik siap bantu), deni+icha, renvil, zikri, ambar + geng nya..hhe, temen seperjuangan yang lain nino, rahmat, elyson, yan kurniawan, dan smuanya yang tak tersebut kawan.. kalian adalah segalanya, dan biar Allah yang balas kebaikan kalian kepadaku.

13. Teman-temanku smuanya yang mendukung cerita dan proses hidupku, menyemangatiku, serta memberikan inspirasinya untukku... ghani, gina, bachrul, resty, eka, meli, dian, yan, redho, stello, enok, kak aji, kak erik, kakak2 senior FISIP, tmn2 KKN serumah pringsewu, pkoknya semuanyaaa... i love u all !)

14. Semua pihak hingga terselesaikan skripsi ini, para informan, Kepala Sekolah, dan staf guru SMAN 12 Bandar Lampung terimakasih.

15. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Alloh SWT melimpahkan Rahmat-Nya dan membalas kebaikan dengan pahala kepada kalian semua. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih


(6)

terdapat banyak kekurangan, namun harapan penulis semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis,