UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.H SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.H SEMESTER GENAP

PADA SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(PTK)

Oleh:

DAMSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(2)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.H SEMESTER GENAP

PADA SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh: DAMSI

Pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial selama ini juga masih

teacher centered. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya didominasi guru. Kondisi demikian, pada akhirnya membawa dampak kepada suasana belajar yang tidak menyenangkan bagi siswa, siswa merasa bosan pada materi yang diberikan oleh guru. Siswa menjadi malas untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh juga kurang optimal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Hasil yang diperoleh dapat menuai keberhasilan dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada mata pelajaran IPS di kelas VII.H semester genap pada SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/ 2012.


(3)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.H SEMESTER GENAP

PADA SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

( PTK)

Oleh:

DAMSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(4)

Judul PTK : UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.H SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Damsi

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013113002

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Nurdin, M.Si. Drs. Darwin Bangun, M.Pd.

NIP 19600817 198603 1 003 NIP 19540505 198303 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan, Ketua Program Studi,

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ekonomi

Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs.Hi. Nurdin, M.Si.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Nurdin, M.Si. ………

Sekretaris : Drs. Darwin Bangun, M. Pd. ………

Penguji : Drs. Yon Rizal, M.Si ………..

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M. Si NIP. 19600315 198503 1 003


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Damsi

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013113002

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak pernah terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecauli disebutkan di dalam daftar

pustaka.

Bandar Lampung, Oktober 2012

Damsi

NPM. 1013113002

Materai Rp. 6000,-


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sukarame pada tanggal 16 Desember 1963 Negerabatin Kota Agung Barat.

Pendidikan yang pernah ditempuh:

SDN 2 Negarabatin Tahun 1970 dan lulus pada tahun 1976

SMP Muhammadiyah Kota Agung pada tahun 1978 dan lulus pada tahun 1980

SMAN 1 Kota Agung pada tahun 1980 dan lulus pada tahun 1983

PGSMPN Tanjung Karang pada tahun 1985 dan lulus pada tahun 1986

Bersekesempatan masuk sebagai mahasiswa S1 guru dalam jabatan pada program studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan PIPS, Universitas Lampung pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2012.


(8)

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya

kamu berharap”

(Q.S. Al Insyirah)

“Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu. Dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.


(9)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian

Tindakan Kelas ini dengan baik. Salam serta shalawat semoga tetap terlimpahkan

kepada junjungan kita Nabi Muhamad SAW yang telah menjelaskan kepada

manusia tentang isi kandungan Al-Qur’an, sebagai petunjuk jalan menuju

kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat kelak.

Penelitian Tindakan Kelas ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana pada program studi Pendidikan Ekonomi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di

Universitas Lampung.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga

banyak mendapatkan petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak.

Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus

kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.S., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu


(10)

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

6. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

7. Ayahanda dan Ibunda tercinta.

8. Istriku tercinta yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang, do’a, serta

semangat untuk meraih cita-cita dengan penuh kesabaran.

9. Anak-anakku tersayang atas dukunganya yang membuat aku terus semangat .

10. Untuk Dani terimakasih atas bantuan dan dukungannya

11. Teman-teman mahasiswa S-1 Guru dalam jabatan Program Studi Pendidikan

Ekonomi

12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga Allah memberikan berkah, rahmat, hidayah serta kemulian-Nya atas

kebaikan dan pengorbanan bagi kita semua. Disadari sepenuhnya bahwa dalam

penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari sempurna. Sehingga


(11)

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 8

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Aktivitas Belajar ... 11

2. Hasil Belajar ... 15

3. Pembelajaran Kooperatif ... 20

4. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ... 25

B. Kerangka Pikir ... 29

C. Hipotesis ... 30

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Subyek Penelitian ... 31

C. Faktor Yang Diteliti ... 31

D. Rencana Tindakan ... 32

E. Data Penelitian ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Instrumen Penelitian ... 36

H. Analisis Data ... 45


(13)

1. Hasil Penelitian ... 49

a. Siklus I ... 49

b. Siklus II ... 53

c. Siklus III ... 58

2. Deskripsi Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran ... 63

B. Pembahasan Penelitian ... 65

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 65

2. Hasil Belajar ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ... 70

b. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Nilai Ulangan Harian I dan II Mata Pelajaran IPS Kelas VII 2 di SMP

Negeri 1 Sukoharjo Semester Genap T.P 2011/2012 ... 4

2. Uji Validitas Butir Soal Siklus I ... 36

3. Uji Validitas Butir Soal Siklus II ... 36

4. Uji Validitas Butir Soal Siklus III ... 37

5. Uji Tingkat Kesukaran Siklus I, II, dan III ... 39

6. Uji Daya Beda Soal Siklus I, II dan III ... 41

7. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan I Siklus I ... 47

8. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 2 Siklus I ... 47

9. Aktivitas Siswa Siklus I pada Pertemuan 1 dan 2 ... 48

10. Hasil Belajar Siklus I ... 49

11. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan I Siklus II ... 54

12. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 2 Siklus II ... 54

13. Aktivitas Siswa Siklus II pada Pertemuan 1 dan 2 ... 55

14. Hasil Belajar Siklus II ... 56

15. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan I Siklus III ... 60

16. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 2 Siklus III .... 60

17. Aktivitas Siswa Siklus III pada Pertemuan 1 dan 2... 61

18. Hasil Belajar Siklus III ... 62 Halaman


(15)

20. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus ... 65

21. Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa Setiap Siklus ... 68


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 30

2. Proses Penelitian Tindakan ... 33

3. Diagram Peningkatan Kreativitas Siswa ... 68

4. Diagram Peningkatan Hasil Belajar ... 66 Halaman


(17)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha

pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin

mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini

pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat

pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan

tersebut, sehingga di dalam pengajaran pun guru selalu ingin menemukan

metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi

semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan

dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada.

Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam

pendidikan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

bangsa Indonesia yang sedang membangun.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peranan yang sangat penting

dalam usaha mengcmbangkan dan membina seoptimal mungkin potensi yang

dimiliki setiap anak didik. Oleh karena itu perlu diadakan pembaharuan dalam


(18)

berdampak pada mutu pendidikan dan lulusan sekolah tersebut. Di sisi lain

sebagai indikator untuk melihat sejauh mana kwalitas dari suatu sekolah, dapat

dilihat dari pencapaian hasil belajar anak didik secara umum, yang dilihat dan

hasil belajar dan mutu lulusannya.

Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar

yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan

apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari

pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami

dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan

siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru

hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.

Metode pembelajaran merupakan cara untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai sehingga semakin baik pcnggunaan metode pembelajaran

semakin berhasil pencapaian tujuan. Hal ini berarti bahwa guru harus memilih

metode yang tepat dan sesuai dengan bahan pembelajaran agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh hasil aktivitas belajar. Aktivitas belajar

yang tinggi memungkinkan pcncapaian pencapaian hasil belajar yang tinggi.

Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator

adanya kcinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau

perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang


(19)

(kegiatan yang mendukung pembelajaran) seperti bertanya pada guru,

menjawab pertanyaan guru, menjawab pertanyaan teman, memberikan

pendapat dalam diskusi, menyelesaikan tugas guru, ketepatan dalam

mengumpulkan tugas.

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di SMP

Negeri 1 Sukoharjo diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran,

guru belum memberdayakan seluruh potensi siswa sehingga sebagian besar

siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk

mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada

tingkat berfikir yang logis. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep,

prinsip, hukum, teori, dan pada tingkat berfikir yang mudah, sehingga mereka

belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam

pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.

Pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial selama ini juga masih

teacher centered. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya didominasi guru. Kondisi demikian, pada akhirnya membawa dampak kepada

suasana belajar yang tidak menyenangkan bagi siswa, siswa merasa bosan pada

materi yang diberikan oleh guru. Siswa menjadi malas untuk melakukan

aktivitas-aktivitas belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh juga kurang


(20)

Berdasarkan uraian di atas, rendahnya aktivitas diduga karena guru

menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajarannya.

Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, maka perlu adanya

perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa.

Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar di SMP Negeri 1 Sukoharjo

Kelas VII.H masih banyak siswa yang mempunyai aktivitas belajar off task

(kegiatan yang menghambat pembelajaran) dan perhatian yang rendah selama

pembelajaran berlangsung. Hal ini tampak dari sedikitnya jumlah siswa yang

aktif bertanya mengenai materi yang relevan yang diajarkan oleh guru, ngobrol

pada saat guru menjelaskan, mengganggu teman, keluar masuk kelas, melamun

atau ngantuk pada saat guru menerangkan pelajaran, dan mainan handphone.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 1 Sukoharjo Kelas VII.H masih

rendah.

Berdasarkan dokumentasi hasil belajar pada siswa kelas VII.H SMP Negeri 1

Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012, diperoleh data pada Ulangan Harian I


(21)

Tabel 1. Nilai Siswa Pada Ulangan Harian I(UH I) Kelas VII.H SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012

No Rentang Nilai (Skala

Enam)

Frekuensi Presentase

(%)

Interprestasi

1 75 – 84 5 14,28 Baik

2 65 – 74 6 17,14 Lebih dari cukup

3 55 – 64 8 22,86 Cukup

4 45 – 54 7 20 Kurang

5 35 – 44 9 25,71 Kurang sekali

Jumlah 35 100

Berdasarkan Tabel 1. di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar yang

diperoleh siswa kelas VII.H pada ulangan harian I (UH I) masih rendah.

Jumlah siswa pada kelas VII.H yang memperoleh nilai diatas ≥65 (sebagai

Kriteria Kelulusan Minimum) sebanyak 11 siswa dengan persentase 31,42%.

Sedangkan hasil belajar pada saat Ulangan Harian II (UH2) semester Genap

dapat dilihat dari perolehan nilai siswa di bawah ini.

Tabel 2. Nilai Siswa Pada Ulangan Harian II (UH 2) Kelas VII.H SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012

No Rentang Nilai (Skala

Enam)

Frekuensi Presentase

(%)

Interprestasi

1 75 – 84 6 17,14 Baik

2 65 – 74 7 20 Lebih dari cukup

3 55 – 64 8 22,86 Cukup

4 45 – 54 8 22,86 Kurang

5 35 – 44 6 17,14 Kurang sekali

Jumlah 35 100

Berdasarkan data yang ada pada tabel 2. di atas terlihat bahwa hasil belajar

pada pelajaran IPS yang diperoleh siswa kelas VII.H pada ulangan harian II


(22)

sebanyak 13 siswa dengan persentase 37,14%. SMP Negeri 1 Sukoharjo di

kelas VII.H Tahun Pelajaran 2011/2012 menetapkan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) sebesar 65. Hal ini berarti siswa belum memenuhi ketuntasan

kompetensi minimal yang ditetapkan oleh guru yaitu 65% siswa memperoleh

nilai 65. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Iain (1995:128)

menyatakan bahwa “apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65%,

dikuasai maka presentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut

tergolong rendah”.

Belajar IPS tidak sekedar learning to know, melainkan harus ditingkatkan

meliputi learning to do, Learning to be dan Learning to live together. Oleh

karena itu filosofi pengajar IPS perlu diperbaharui menjadi pembelajaran IPS.

Dalam pengajaran IPS, guru lebih banyak menyampaikan sejumlah ide atau

gagasan pokok, sedangkan dalam pembelajaran IPS kegiatan siswa mendapat

porsi lebih banyak dibanding guru, bahkan mereka harus dominan dalam

kegiatan belajar mengajar. Dalam pembelajaran siswa berperan lebih aktif

sebagai pembelajar dan fungsi guru lebih sebagai fasilitator dan dinamisator.

Sasaran dari pembelajaran IPS siswa diharapkan siswa mampu berpikir kritis,

analisis dan argumentatif. Untuk mengatasi permasalahan yang ada, diperlukan

suatu model pembelajaran yang lebih cepat dan menarik, dimana setiap siswa

dapat belajar secara kooperatif, dapat bertanya meski tidak ada guru secara

langsung dan mengemukakan pendapat atau pemikirannya. Salah satu upaya


(23)

kelas VII.H SMP Negeri 1 Sukoharjo adalah menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw.

Adapun alasan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw, adalah bahwa

model pembelajaran ini dapat menambah unsur interaksi sosial pada

pembelajaran IPS. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama

dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas

disusun dalam kelompok yang terdiri dari empat atau lima siswa, dengan

kemampuan heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari

campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku (Masnur Muslich 2009),

hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan

bekerjasama teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran

kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama

didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi

lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai

ketuntasan (Masnur Muchlis, 2009).

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengambil judul Laporan

Penelitian Tindakan Kelas “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VII.H Semester Genap Pada SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012”.


(24)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah pada latar belakang masalah, maka permasaahan dalam

penelitian ini adalah :

1. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered), siswa

hanya mendengarkan penjelasan dari guru sehingga tidak ada interaksi

antara guru dan siswa.

2. Partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran masih sangat rendah.

3. Perolehan hasil belajar masih rendah, hanya 31,42% yang mencapai KKM

pada Ulangan Harian I dan 37,14% yang mencapai KKM pada Ulangan

Harian II.

C. Pembatasan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah dan agar dalam pembahasan tidak

menyimpang dari pokok permasalahan yang ingin dipecahkan dan diteliti,

maka perlu adanya batasan masalah bahwa yang dianalisis adalah Upaya

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VII.H Semester

Genap Pada SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan masalah,


(25)

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata

pelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada siswa kelas

VII.H semester genap SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/

2012?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata

pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas VII.H

semester genap SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/ 2012?

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS di kelas

VII.H semester Genap SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/

2012.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil siswa melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS di kelas

VII.H semester Genap SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/

2012.

F. Kegunaan Penelitian


(26)

a) Kontribusi positif bagi guru-guru mata pelajaran IPS tentang alternatif strategi pembelajaran yang lain yaitu pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa.

b) Memperkaya khazanah keilmuan di bidang keilmuan di bidang

pendidikan

2. Secara Praktis

Penelitian ini secara praktis dapat memperbaiki proses pembelajaran di

kelas untuk mempermudah siswa memahami meteri pelajaran IPS yang

disampaikan sehingga aktivitas belajar siswa lebih baik.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :

1. Objek Penelitian

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk mengetahui

hasil dan aktivitas Belajar IPS.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII.H yang diajarkan


(27)

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2011/ 2012.

4. Waktu Penelitian


(28)

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Belajar merupakan

suatu proses yang berlangsung seumur hidup, dalam belajar terjadi

perubahan baik tingkah laku, sikap dan cara berpikir. Pendapat Hamalik

(2002:10) menyatakan bahwa, “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara

bertingkah laku berkat pengetahuan dan latihan. Guru harus mengantarkan

siswanya untuk memperoleh dan menghasilkan perubahan tingkah laku

tersebut. Good dan Brophy dalam Darmadi (2008: 15) menyatakan

bahwa,”Belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan

seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan

perilaku sebagai hasil depelajari pengalaman itu sendiri.

Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa” Belajar adalah suatu proses usaha


(29)

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri sebagai

hasil interaksi dengan lingkungannya”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka belajar adalah suatu proses

yang mengubah tingkah laku melalui pengalaman-pengalaman yang terjadi

pada lingkungan sekitarnya sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik

dan sebelumnya

b. Pembelajaran

Pembelajaran sebagai suatu sistem yang melibatkan komponen-komponen

pembelajaran yang meliputi tujuan, subyek belajar, materi pelajaran, strategi

pcmbelajaran, media pembelajaran, dan penunjang merupakan suatu

kesatuan yang mempunyai huhungan fungsional dan berinteraksi secara

dinamis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan salah satu wujud kegiatan pendidikan di sekolah.

Kegiatan pendidikan di sekolah berfungsi membantu pertumbuhan dan

perkembangan siswa agar tumbuh ke arah positif. Maka cara belajar di

sekolah harus terarah pada pencapaian ketuntasan. Melalui sistem

pembelajaran di sekolah, siswa melakukan kegiatan belajar dengan tujuan

akan terjadi perubahan kognitif, afèktif dan psikomotorik.

Tujuan dalam pembelajaran berfungsi sebagai indikator keberhasilan

pengajaran. lsi tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang


(30)

mewarnai tujuan dan mendukung tercapainya tingkah laku yang diharapkan

untuk dimiliki oleh siswa. Metode dan alat berfungsi sebagai metode

transformasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai metode dan alat

yang digunakan harus betul-betul efektif dan efisien agar diperoleh hasil

belajar yang optimal.

Dalam kegiatan pembelajaran, siswa adalah sebagai subyek sekaligus

sebagai obyek dan kegiatan pembelajaran. Inti proses pembelajaran tidak

lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapal suatu tujuan

pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika siswa belajar secara

aktif dalam proses pembelajaran.

Hasil pembelajaran yang optimal tergantung pada kemampuan siswa dan

guru. Harapan siswa adalah memperoleh nilai yang baik sebagai acuan

dalam proses kenaikan kelas, sedangkan harapan guru adalah tercapainya

proses pembelajaran menuju perubahan tingkah laku yang meliputi kognitif,

afektif dan poskomotorik siswa. Dengan diperolehnya hasil belajar shswa

yang optimal maka tujuan pembangunan dibidang pendidikan akan lebih

mudah tercapai.

Tata hubungan artara guru dan siswa serta hubungan antara berbagai

komponen yang mendukung dalam pembelajaran, perlu dijalin dalam tata

hubungan yang serasi, saling mempengaruhi serta saling tergantung dan


(31)

semua unsur tersebut harus saling kait- mengkait untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Teori yang berkaitan erat dengan strategi pembelajaran yang akan dilakukan

oleh peneliti adalah teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme adalah

teori perkembangan mental piaget. Teori ini disebut juga teori

perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif, karena teori ini

berkaitan dengan kesiapan siswa untuk belajar, yang dikemas dalam tahap

perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa, setiap tahap

perkembangan intelektual dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam

mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Menurut piaget (Baharuddin, 2008: 118)

bahwa pada saat manusia belajar telah terjadi dua proses dalam dirinya,

yaitu proses organisasi informasi dan proses adaptasi. Keterlibatan teori

perkembangan kognitif piaget dalam pembelajaran adalah: (1) bahasa dan

cara pikir siswa berbeda dengan orang dewasa oleh karen itu guru mengajar

dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir siswa, (2)

siswa akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan

baik, guru harus membantu siswa agar dapat berinteraksi dengan lingkungan

dengan sebaik-baiknya, (3) bahan yang harus dipelajari siswa hendaknya

terbaru tapi tidak asing, (4) siswa diberi peluang agar belajar sesuai dengan

tahap perkembangannya, dan (5) didalam kelas siswa hendaknya diberi

peluang untuk berinteraksi dengan bahan pelajaran, guru dan


(32)

Menurut Vigotski (Baharuddin, 2008:124), belajar adalah sebuah proses

yang melibatkan dua elemen penting yaitu belajar merupakan proses secara

biologi sebagai proses dasar dan proses secara psikososial sebagai proses

yang berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Pada saat seseorang

mendapatkan stimulus dari lingkungannya, ia akan menggunakan fisik

berupa alat indranya untuk menangkap atau menyerap stimulus tersebut,

kemudian dengan menggunakan syaraf otaknya informasi yang telah

diterima diolah. Keterlibatan alat indra dalam menyerap stimulus dan syaraf

otak dalam mengelola informasi yang diperoleh merupakan proses secara

fisik psikologi sebagai elemen dasar dalam belajar. Ide dasar lain dari teori

Vygotsky adalah scaffolding yaitu memberikan dukungan dan bantuan

kepada anak yang sedang pada awal belajar, kemudian sedikit demi sedikit

mengurangi dukungan dan bantuan tersebut setelah anak mampu untuk

melakukannya.

Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa strategi dalam proses

belajar, Slavin (Burhanuddin, 2008: 117) adalah (1) top-down processing,

siswa dimulai dari masalah yang kompleks untuk dipecahkan kemudian

menemukan keterampilan yang dibutuhkan. (2) cooperative learning yaitu

strategi yang digunakan untuk proses belajar konsep yang sulit, dalam

strategi ini siswa belajar secara berpasangan atau kelompok untuk saling

membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi, (3) generatif

learning, strategi ini menekankan adanya integrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan yang baru diperoleh.


(33)

Dari pendapat para ahli tentang pembelajaran konstruktivisme yang telah

dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

konstruktivisme adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara

langsung dalam pembelajaran. Pembelajaran konstruktivisme membiasakan

siswa untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang berguna

bagi dirinya, mencari dan menemukan ide-ide dengan mengkonstruksi

pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Piaget mengemukakan tiga prinsip utama dalam pembelajaran antara lain:

1. Belajar aktif

Proses pembelajaran merupakan proses aktif, karena pengetahuan

terbentuk dari dalam subjek belajar. Sehingga untuk membantu

perkembangan kognitif anak perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang

memungkinkan anak dapat belajar sendiri misalnya melakukan percobaan,

memanipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan menjawab

sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.

2. Belajar lewat interaksi sosial

Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadi

interaksi di antara subjek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama

akan membantu perkembangan kognitif anak. Dengan interaksi sosial,


(34)

khasanah kognitif anak akan diperkaya dengan macam-macam sudut

pandangan dan alternatif tindakan.

3. Belajar lewat pengalaman sendiri

Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada

pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi.

Jika hanya menggunakan bahasa tanpa pengalaman sendiri, perkembangan

kognitif anak cenderung mengarah ke verbalisme (Sugandi, 2004:36).

Piaget dengan teori konstruktivisnya berpendapat bahwa pengetahuan akan

dibentuk oleh siswa apabila siswa dengan objek/orang dan siswa selalu

mencoba membentuk pengertian dari interaksi tersebut.

Tujuan pengajaran ditetapkan oleh guru berdasarkan kurikulum, berupa

tujuan pembelajaran khusus yang menjabarkan tujuan pengajaran beserta

bahan pengajarannya. Siswa harus giat belajar untuk mencapai tujuan

pengajaran melalui interaksi belajar mengajar bersama guru. Pemilihan

metode mengajar yang tepat sangat mendukuang keberhasilan dan proses

pembelajaran di sekolah.

Dikaitkan dengan pendidikan dan pengajaran di sekolah, maka setiap

pendidik (guru) harus dapat memulih dan mampu menerapkan metode

pengajaran yang baik dan tepat agar terjadi interaksi edukatif dan produktif.

Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada anak didik merupakan


(35)

metode-metode pengajaran tertentu. Metode pengajaran yang tepat akan

mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem Ditinjau dan pendekatan sistem, maka

dalam proses pembelajaran akan melibatkan berbagai komponen yang saling

berinteraksi satu sama lain membentuk satu sistem yang utuh untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Menurut Sugandi (2004: 28-30), komponen-komponen

pembelajaran tersebut sebagai berikut

1. Tujuan, secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan

pembelajaran, berupa pengetahuan, dan ketrampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam PTK.

2. Subyek belajar, merupakan komponen utama karena berperan sebagal

subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek karena siswa adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaka pada diri subyek belajar.

3. Materi pelajaran, merupakan komponen utama dalam proses

pembelajaran, karena materi pembelajaran akan memberi warna dan bentuk dan kegiatan pembelajaran.

4. Strategi pembelajaran, merupakan pola umum mewujudkan proses

pembalajaran yang diyakini efektivitatasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

5. Media pembelajaran, adalah alat atau wahana yang digunakan guru

dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.

6. Penunjang, berfungsi memperlancar, melengkapi dan mernpermudah

terjadinya proses pembelajaran.

2. Aktivitas Belajar

Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar,

kekuatan mental itulah yang mendorong siswa untuk belajar. Kekuatan


(36)

pendidikan menyebutkan kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar

tersebut sebagai aktivitas.

Menurut Sriyono (2011:22), aktivitas adalah segala kegiatan yang

dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses

belajar mengajar merupakai salah satu indikator adanya keinginan siswa

untuk belajar.

Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses

belajar mengajar. Aktivitas-aktivitas yang dimaksud dalam kegiatan

pembelajaran adalah kcgiatan aktivitas siswa yang mengarah pada proses

belajar. Aktivitas tersebut dibagi menjadi dua antara lain

Mengerjakan tugas ekonomi mengandung makna aktivitas guru mengatur

kelas sebaik-baiknya dan mcnciptakan kondisi yang kondusif sehingga murid

dapat belajar ekonomi.

Sriyono (2011) mengatakan, aktifnya siswa selama proses belajar mengajar

merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk

belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri

perilaku sebagai berikut:

1. Bertanya pada guru

2. Menjawab pertanyaan guru

3. Menjawah pertanyaan teman

4. Memberi pendapat dalam diskusi

5. Menyalesaikan tugas dan guru


(37)

Semua ciri perilaku tersebut diatas merupakan instrument yang terdapat

dalam lembar observasi aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar

mengajar untuk setiap siklus.

Trianadi (1994), menyatakan bahwa”hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru

dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan

suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa

dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang

timbul dan siswa akan mcngakibatkan pula tcrbentuknya pcngetahuan dan

yang akan mengarah pada peningkalan presetasi.

Dalam proses pembelajaran dapat dilakukan simulasi terlebih dahulu yang

mirip dengan pesawat dan memiliki karakteristik yang sama. Alat yang dapat

membantu proses belajar ini adalah media atau alat peraga pembelajaran.

Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman

belajar bagi siswa,

(Sanjaya, Edgar Dale, 2008: 199), melukiskannya dalam sebuah kerucut yang

kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience,) seperti pada


(38)

kita cendrung mengingat kita cendrung mengingat

10 % dari apa yang kita baca penerimaan variabel (berkaitan dengan kata)

20 % dari apa yang kita dengar penerimaan visual (berkaitan dengan pengliatan)

30 % dari apa yang kita liat

50 % dari apa yang kita dengar dan liat penerimaan dan pengliatan

70% dari apa yang kita katakan melakukan

Gambar kerucut pengamatan dari Edgar Dale/sumber sanjaya, 2004:200

Berdasarkan gambar kerucut pengamatan dari Edgar Dale di atas, dapat dijelaskan

bahwa dalam proses belajar siswa mempunyai kecenderungan mengenai hal

mengingat yaitu: ketika dalam proses belajar siswa hanya membaca saja, maka

siswa akan mampu mengingat 10% dari hal yang mereka baca. Kemudian ketika

dalam proses belajar siswa hanya mendengar saja, maka siswa hanya mampu

mengingat 20% dari yang mereka dengar. Selanjutnya ketika siswa hanya melihat,

contohnya: melihat gambar, menonton film, menonton pameran dan menonton

sebuah demonstrasi, maka kemampuan siswa untuk mengingat hanya 30% dari

apa yang mereka lihat. Hal tersebut dalam kategori siswa yang termasuk pasif.

Kemudian ketika siswa dalam proses belajar hanya mendengar dan melihat,

contohnya: berpartisipasi/ ikut serta dalam diskusi dan memberi sepatah kata.

Maka, kemampuan siswa untuk mengingat sebesar 50% dari yang mereka dengar

dan mereka lihat. Kemudian siswa yang dalam proses belajarnya, melakukan atau

merasakan sendiri, seperti presentasi yang berkaitan dengan penampilan yang

dramatis, simulasi dan melakukan hal yang nyata. Maka, siswa akan mampu


(39)

uraian di atas, semakin aktif siswa maka semakin banyak hal yang mereka ingat

dan itu akan meningkatkan hasil belajar mereka.

Salah satu faktor penting dalam proses pendidikan adalah belajar. Dengan belajar

manusia akan dapat meningkatkan kemampuaannya baik dibidang pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya dalam

masyarakat. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan

fisik yang saling berkerjasama secara terpadu dan konprehensif integral. Sejalan

dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya

mendapat suatu kepandaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestiyah dalam

Wiarsana (2003 : 5) ”Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh modifikasi

dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; belajar adalah

pengetahuan keterampilan yang diperoleh dari intruksi”.

Proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh

siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Hamalik (2004:171) yang menyatakan “Pengajaran yang

efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan siswa belajar sendiri

atau melakukan aktifitas”.

Menurut Winkel dalam Wiyarsana (2003 : 6) “Aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu kegiatan tujuan

belajar yaitu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang

melakukan kegiatan belajar”.Berdasarkan pendapat tersebut, jelas bahwa manusia


(40)

sikap-sikap yang diperoleh dari aktivitas mental dan berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungannya.

Menurut Paul D. Dieriech dalam Hamalik (2001 : 172), aktivitas belajar dapat

digolongkan menjadi delapan jenis :

1. Visual Activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities, masalnya: mengemukakan suatu fakta, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, mamberi saran, mengemukan pendapat. 3. Listening Activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, percakapan,

diskusi, musik dan pidato.

4. Writing Activities, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan dan angket. 5. Drawing Activities, antara lain: menggambar, membuat grafik, chart, peta,

diagram.

6. Motor Activities, seperti: melakukan percoban, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7. Mental Activities, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dan kegiatan belajar mengajar yang ingin dicapai

oleh setiap peserta didik sebagai hasil dan proses pendidikannya.

Pengertian hasil belajar menurt Tu’u (2004: 75) adalah penguasaan pengetahuan atas keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan

dengan nilai test atau angka yang diberikan oleh guru.

Istilah basil belajar dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan atau

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya ditunjukan


(41)

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa hasil belajar adalah hasil usaha yang

diperoleh dan kegiatan belajar di sekolah yang berupa nilai dan angka.

Menurut Arikunto (2002: 21), secara garis besar faktor-faktor yang dapat mem

pengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut:

a. Faktor-faktor yang bersumber dari diri manusia, dapat dibedakan menjadi dua

yakni faktor biologis dan faktor psikologis, yang dapat dikategorikan sebagai faktor yang antara lain usia kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar.

b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, dapat

dikiasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia (human) dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.

Pendapat di atas, menyatakan bahwa yang dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa bennacam-macam dimulai dan fàktor yang berasal dari dalam diri (interr)

sampai faktor yang berasal dari luar dirinya.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran akan terlihat

dalam bentuk nilai yang diperoleh melalui tes (ulangan ujian) yang berhubungan

materi pelajaran yang telah diperoleh atau yang dipelajarinya.

Menurut Djamarah, (2000: 97) Keberhasilan proses pembelajaran dibagi atas

beberapa tingkatan atau taraf sebagai berikut:

a. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak

didik.

b. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76% sampai 99%) bahan

pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik.

c. Berkeinginan, apabila bahan pelajaran dikuasai oleh anak didik hanya 66%

sampal dengan 75% saja.

d. Kurang, apabila hal pelajaran dikuasai oleh anak didik kurang dan 65%. Hasil

belajar yang dicapai siswa merupakan penilaian penguasaan baik yang bersifat kognitif, afektif psikomotor sehingga merupakan hasil dan adanya perubahan


(42)

tingkah laku siswa sebagai hasil belajar yang telah diikutinya melalui program pembelajaran sekolah.

Menurut Slavin (1995), pembelajaran kooperatif akan memberi manfaat bagi

peserta didik dengan adanya peningkatan hasil belajar dan kemampuan kognitif

peserta didik. Jika dilakukan dengan sempurna setiap peserta didik akan

mempunyai tanggungjawab untuk tugasnya masing-masing serta berpeluang

mempunyai pengetahuan yang lain melalui kelompok yang berbeda. Unsur-unsur

dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

a. Peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau

berenang bersama.

b. Peserta didik harus memiliki tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam

mempelajari materi yang dihadapi.

c. Peserta didik harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang

sama.

d. Peserta didik membagi tugas dan berbagi tanggungjawab diantara para

anggota kelompok.

e. Peserta didik diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Peserta didik berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerjasama dalam belajar.

g. Setiap peserta didik akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. (Lundgren dalam Yusuf 2003: 8)

Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah:

a. setiap anggota memiliki peran;

b. terjadi hubungan interaksi langsung diantara peserta didik;

c. setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya juga teman-teman

kelompoknya;

d. guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal


(43)

e. guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.(Carin dalam Yusuf 2003:10).

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif yang

dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok,

pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Tujuan

pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi keberhasilan individu yang

ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya

tiga tujuan pembelajaran yang penting yang dirangkum oleh Ibrahim (dalam

Yusuf, 2003: 11).

a. Hasil belajar akademik

Efek penting yang pertama pembelajaran kooperatif bertujuan untuk

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli

berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami

konsep-konsep yang sulit. Di samping mengubah norma yang berhubungan

dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan

baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja

bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan

menjadi totur bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus

dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.

Pelaksaanaan tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan


(44)

lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi

tertentu.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan

yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan, maupun ketidak mampuan. Berikut ini merupakan garis besar

premis yang diajukan oleh Goldon Allport (1954). Telah diketahui bahwa

hanya kontak fisik saja di antara orang-orang yang berbeda ras atau kelompok

etnik tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide. Pembelajaran

kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan

kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas

bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar

untuk menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Efek penting yang ketiga dari model pembelajaran kooperatif ialah

ketrampilan sosial, salah satunya mengajarkan kepada siswa keterampilan

kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam

masyarakat di mana banyak aktivitas sebagian besar dilakukan dalam

organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara


(45)

4. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai

anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

penyelesaian tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling

bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam

pembelajaran kopentensi belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman

dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Keberhasilan dan pembclajaran sangat ditentukan oleh pemilihan metode belajar

yang ditentukan oleh guru. Sebab dengan penyajian pembelajaran secara menarik

akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sebaliknya jika pembelajaran

itu disajikan dengan cara yang kurang menarik, membuat motivasi siswa rendah.

Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, upaya yang harus dilakukan guru

adalah memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi

pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan

meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil

belajar pun dapat ditingkatkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa adalah

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

dilakukan pada kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai

pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun


(46)

idividu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat

sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal.

Pada pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar

anggota kelompok. Siswa saling bekerja sama untuk mendapatkan hasil belajar

yang lebih baik. Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan tergantung pada

kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok itu.

Dengan memperhatikan pengertian dan pembelajaran kooperatif di atas, peneliti

berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk mcningkatkan

aktivitas belajar siswa, sebab semua siswa dituntut untuk bekerja dan bertanggung

jawab sehingga di dalam kerja kelompok tidak ada anggota kelompok yang asal

namanya saja tercantum sebagai anggota kelompok, tetapi semua harus aktif

a. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa pembelajaran Kooperatif adalah

pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil. Menurut Lungdren (Frianlo,

2007: 47) unsur-unsur pembelajaran Kooperatif sebagai berikut:

1) Siswa dalam kelempoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup

spenanggungan bersama”.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti

milik mereka sendiri.

3) Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki


(47)

4) Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota

kelompoknya.

5) Siswa akan dikasih evaluasi atau hadiah/penghargaan yang juga akan

dikenakan untuk semua kelompok.

6) Siswa berbagi kepeminpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk

belajar bersama sama proses belajarnya.

7) Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang

ditangani dalam kelompok kooperatif

Dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut, peneliti

berpendapat hahwa dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa yang tergabung

dalam kelompok harus betul-betul dapat menjalin kekompakan. Selain itu,

tanggung jawab bukan saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga dituntut

tanggung jawab individu.

b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu Ia akan

memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi

pelajaran tertentu, Apabila seorang guru ingin menggunakan pembelajaran

kooperatif, maka haruslah terlebih dahulu mengerti tentang pembelajaran

kooperatif tersebut. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi


(48)

2) Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah.

3) Bila mungkin anggota kelompok berasal dan ras, budaya, suku, jenis kelamin

yang berbeda.

4) Penghargaan lebih berorientasi pada individu.

Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, scorang guru hendaklah dapat

membentuk kelompok sesuai dengan ketentuan, sehingga setiap kelompok dapat

bekerja dengan optimal.

c. Tipe—tipe Pembelajaran Kooperatif

Pada pembelajaran kooperatif dikenal ada 4 tipe, yaitu: I) tipe STAD, 2) tipc

Jigsaw, .3) lnveligasi Kelompok dan 4) tipc Strutktural. Tentang hal itu dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)

adalah pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar dengan menggunakan

kelompok kecil yang anggotanya heterogen dan menggunakan lembar

kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk menuntaskan materi

pembelajaran, kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami

bahan pembelajaran melalui tutorial, kuis satu sama lain dan atau melakukan


(49)

b. tipe Jigsaw

tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif di mana

pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama

dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapal tujuan pembelajaran

dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, Baik pengalaman

individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini

setiap siswa menjadi anggota dan 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal

dan anggota kelompok ahli. Anggota kclompok asal terdiri dan 3-5 siswa yang

setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepada yang sama pada

kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli.

c. investigasi Kelompok

Investigasi kelompok merupakan pembelajaran kooperatif yang paling

komplek dan paling sulit untuk diterapkan, di mana siswa terlibat dalam

perencanaan pemilihan topik yang dipelajari dan melakukan penyelidikan

yang mendalam atas topik yang dipilihnya, selanjutnya menyiapkan dan

mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

d. tipe Struktural

Pembelajaran koooperatif tipe struktural yaitu pembelajaran kooperatif

dengan menggunakan tahap-tahap pembelajaran sebagai berikut:

a. Tahap pertama: Thinking (berfikir), dengan mengajukan pertanyaan,

kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban secara mandiri


(50)

b. Tahap kedua: siswa diminta secara berpasangan untuk mendiskusikan apa

yang dipikirkannya pada tahap pertama.

c. Tahap ketiga: meminta kepada pasangan untuk berbagi kepada sejauh

kelas secara bergiliran.

d. Pembelajaran dengan metode kooperatif tipe jigsaw

Jigsaw merupekan salah satu pembelajaran kelompok yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Ibrahim (2001:21) jigsaw telah dikembangkan dan diuji cobakanoleh Ellot Aronson dan kemudian diadaptasi oleh slavin. Dalam

penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota bertanggung jawab untuk

mempelajari, menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari kelompok lain yang bertugas mendapat topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian anggota tim ahli kembali ke kelompok asal dan

mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan didalam klompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri.

1. Teori Pendukung Jigsaw II

Metode pengajaran dengan jigsaw dikembangkan oleh Elliot aronson dan rekan-rekannya (1978). Metode orisinalnya, membutuhkan pengembangan yang intensif


(51)

dari materi-materi khusus. Bentuk adaptasi jigsaw yang lebih praktis dan mudah, yaitu jigsaw II (Slavin,1986).Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari adalah yang berbentuk narasi tertulis. Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, Literature, sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah dan bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajarannya lebih kepada penguasaan konsep daripada penguasan kemampuan.

Jigsaw Orisinil

Metode jigsaw aronson yang orisinil, mirip dengan jigsaw II dalam segala aspeknya, tetapi juga mempunyai perbedaan penting. Dalam jigsaw orisinil para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya.Bagian yang paling sulit dari jigsaw orisinil ini adalahbahwa tiap bagian harus ditulis supaya dengan sendirinya dapat dipahami. Materi-materi yang ada tidak dapat digunakan, yang merupakan kebalikan dari jigsaw II. Kelebihan dari jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca semua materi, yang akan membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah untuk dipahami.

2. Langkah-langkah

 Siswa dikelompokkan kedalam 4-5 orang

 Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda  Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

 Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka


(52)

 Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh  Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi

 Guru memberi evaluasi  Penutup

3. Implementasi Kegiatan Tahap I

Pembentukan Kelompok Asal:

 Siswa dibagi atas beberapa kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 5

orang secara heterogen

 Masing-masing kelompok diberi nomor dada 1 sampai 5

 Menggali pengetahuan dasar siswa dan menghubungkan dengan konsep yang

akan dipelajari

 Menyebutkan dan menuliskan konsep yang akan diberikan

 Mernyampaikan tujuan pelajaran

 Menginformasikan tugas-tugas yang akan dikerjakan sejelas-jelasnya dalam

bentuk Lembaran Kerja Siswa

 Menginformasikan langkah-langkah pembelajaran Jigsaw


(53)

Gambaran pembentukan kelompok Asal:

Induk I Induk 2 Induk 3 Induk 4 Induk 5

Tahap II

Diskusi Kelompok Ahli:

 Siswa telah mendapatkan konsep-konsep yang ditugaskan kepada

masing-masing nomor dada

 Siswa melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan LKS sesama nomor

dada yang sama

 Siswa telah menemukan konsep-konsep penting dan menarik kesimpulan dari

topik yang dipelajarinya dan dibahas.

 Siswa telah siap untuk menginformasikan konsep yang ditemukan ke nomor

dada yang berbeda tetapi masih dalam kelompok kecilnya yaitu kelompok

semula beranggotakan 5 orang siswa

 Guru membimbing hasil kerja kelompok

Gambaran Kelompok Ahli:

Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5

1 2 3 4 5

1 2 3

4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 1 1 1 1

2 2 2 2 2

3 3 3 3 3

4 4 4 4 4

5 5 5 5 5


(54)

Keterangan

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.

Tahap III

Diskusi dan Presentasi Kelompok Asal:

 Siswa yang bernomor dada 1 menularkan informasi yang didapatnya ke nomor dada 2,3,4, dan 5

 Siswa yang bernomor dada 2 menularkan informasi yang didapat kepada nomor dada 1, 3, 4, dan 5

 Siswa yang bernomor dada 3 menularkan informasi yang didapatnya ke nomor dada 1, 2, 4, dan 5

 Siswa yang bernomor dada 4 menularkan informasi yang didapatnya ke nomor dada 1, 2, 3, dan 5

 Siswa yang bernomor dada 5 menularkan iuforasi yang didapatnya ke nomor dada 1, 2, 3, dan 4

Pada tahap 5 serangkai ini diharapkan interaksi antar siswa dan kelompok lebih meningkat untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap. Akhirnya model Jigsaw ditutup dengan diskusi kelas. Untuk mengambil suatu rangkuman


(55)

diharapkan materi yang belum terjangkau oleh kegiatan siswa dengan LKS dapat dituntaskan dalam diskusi kelas.

Gambaran kelompok Asal setelah kelompok Ahli:

Induk 1 Induk 2 Induk 3 Induk 4 Induk 5

Keterangan :

Setelah pembahasan selesai , para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula ( asal ) dan berusaha mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli.

Selanjutnya diakhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara indIViidu yang mencakup topik materi yang telah dibahas.

4. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Tempat pelaksanaan kegiatan di kelas VIII SMP Nusantara Bandar Lampung

Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012.

5. Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw:

1. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi Positif diantara siswa yang memiliki kemampuan Belajar berbeda

2. Menerapka bimbingan sesama teman 3. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5


(56)

4. Memperbaiki kehadiran

5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 6. Sikap apatis berkurang

7. Pemahaman materi lebih mendalam 8. Meningkatkan motivasi belajar

Kelemahan metode kooperatif jigsaw

1. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet

2. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah 3. Membutuhkan waktu yang lebih lama

B. Kerangka Pikir

1. Penerapan pembe1ajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw memiliki dampak yang positif terhadap kegiatan pembelajaran. yakni dapat

meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. dan meningkatkan

motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran berikutnya. Selain itu.

pembelajaran tipe jigsaw merupakan lingkungan belajar di mana siswa belajar

bersama dalam kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas


(57)

diberikan kepadanya, dan bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada anggota

kelompoknya. Jadi, siswa dilatih untuk berani berinteraksi dengan

teman-temanya.

Penerapan model pembelajaran kooperatif Learning tipe jigsaw menjadikan guru

tidak lagi dominan dalam pembelajaran dan sebaliknya siswa yang banyak

melakukan aktifitas belajar. Ini berarti bahwa penggunaan metode pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.

2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS

Upaya meningkatkan hasil belajar memerlukan pembaharuan model-model

pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran yang memungkinkan suasana

dialog agar peserta didik dapat terlihat secara aktif selama pembelajaran. Suasana

pembelajaran dikondisikan sedemikian rupa sehingga tercipta interaksi diantara

peserta didik. Hal ini untuk mcnghapus kesan komunikasi yang berjalan satu arah,

dari guru ke peserta didik. Diharapkan peserta didik dapat mcnggali dan

menemukan sendiri informasi tentang materi pelajaran. Sehingga peserta didik

dapat merasakan belajar ekonomi sebagai tantangan bukan sebagai beban.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dimungkinkan pembelajaran bagi

siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit

apabila mereka dapat saling mendiskusikan, konsep-konsep tersebut dengan


(58)

Pembelajaran kooperatif dapat menambah unsur interaksi sosial pada

pembelajaran ekonomi didalam pembelajaran koopeatif siswa belajar bersama

dalam kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam

bentuk beberapa kelompok, setiap kelompok yang terdiri dan empat atau lima

siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri

dan campuran kemampuan siswa,jenis kelamin dan suku (Muslich 2009),

hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja

dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif

diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama dalam

kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan

kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi

pertanyaan atau tugas yang sesuai dengan pelajaran yang direncanakan diajarkan.

Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Metode kooperatif tipe Jigsaw

Aktivitas Belajar Meningkat

Hasil Belajar Meningkat


(59)

Berdasarkan bagan tersebut di atas, dapat digambarkan bahwa pembelajaran

dengan tipe jigsaw akan memberikan peningkatan kepada aktivitas belajar

siswa. Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam proses

pembelajaran, maka akan memberikan nilai tambah pada penguasaan materi

sehingga hasil belajar akan menjadi optimal.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada peningkatan aktivitas belajar setelah menggunakan model pembelajaran

tipe jigsaw pada kelas VII.H SMP Negeri 1 Sukoharjo Genap Tahun

Pelajaran 2011/2012.

2. Ada peningkatan hasil belajar setelah menggunakan model pembelajaran

tipe jigsaw pada kelas VII.H SMP Negeri 1 Sukoharjo Genap Tahun


(60)

III. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 pada

mata pelajaran IPS di kelas VII.H semester genap SMP Negeri 1 Sukoharjo

mulai bulan Februari sampai dengan April 2012.

B.Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa di kelas VII.H semester Genap SMP Negeri

1 SukoharjoTahun Pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 35 siswa terdiri dari

17 orang siswa laki-laki dan 18 orang perempuan. Guru membagi siswa dalam

kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok, setiap

siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri. Siswa berpasangan

dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya,

kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa

mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok

berempat.

C.Faktor Yang Diteliti

Untk memecahkan masalah yang telah dirumuskan diatas, ada beberapa faktor

yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu:


(61)

2. Hasil belajar IPS siswa dilihat dai tes pada setiap akhir siklus.

D.Rencana Tindakan

Model penelitin tindak kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

yang dibebankan oleh Ellot Aronson dan Robert E. Salvin model penelitian ini

direncanakan terbagi menjadi 3 siklus atau putaran dimana setiap siklus terdiri

dari 4 komponen yang meliputi:

1. Perencanaan (Planing)

Perencanaan adalah langkah yang akan dilakukan oleh guru ketika akan

memulai tindakannya. Guru menyusun sebuah rencana kegiatan misalnya:

a) apa yang harus dilakukan oleh siswa, b) kapan dan berapa lama

dilakukan, c) dimana dilakukan, d) jika diperlukan peralatan atau sarana,

wujudnya apa, e) jika sudah selesai, apa tindakan selanjutnya.

2. Tindakan (acting)

Tindakan atau pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang

sudah dibuat. Guru harus memperhatikan hal-hal yang sebagai berikut: a)

apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, b) apakah

proses tindakan yang dilakukan siswa cukup lancar, c) bagaimanakah

situasi proses tindakan, d) apakah siswa melaksanakan dengan

bersemangat, e) bagaimanakah hasil keseluruhan dan tindakan.

3. Observasi (observating)


(62)

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau

yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

Pergantian siklus dilakukan pada setiap berakhirnya satu sub pokok bahasan

Rangkaian rencana penelitian tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

Perencanaan

Pelaksanaan Siklus I

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan

Siklus III

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Hasil Akhir Perencanaan


(63)

E.Data Penelitian

Data penelitian ini terdiri dari:

a. Data siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas

siswa selama pembelajaran berlangsung, terjadi di dalam kelas pada setiap

siklus.

b. Data hasil belajar siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil belajar berupa

nilai tes yang diberikan setiap akhir siklus.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui catatan lapangan dan tes,

a. Observasi

Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa dalam

kegiatan pembelajaran selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui

kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

b. Tes

Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

setelah diberikan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

Nilai diambil dari tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran.

G.Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi,

catatan lapangandan perangkat tes. Lembar observasi yang digunakan untuk

mengamati aktivitas yaitu perilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran


(64)

Tabel 4. Data untuk melihat aktivitas dalam pembelajaran

Kegiatan yang relevan dalam proses pembelajaran (Aktif)

1. Mendengar atau memperhatikan penjelasan guru

2. Membaca buku atau menulis materi yang diajarkan

3. Bekerja sama dalam kelompok

4. Mempresentasikan hasil kelompok

5. Berdiskusi atau bertanya dengan guru atau antar siswa

Kegiatan yang tidak relevan (Kurang Aktif)

1. Tidak memperhatikan penjelasan guru

2. Tidak menulis atau tidak mencatat

3. Mengantuk

4. Tidak bertanya dengan guru atau antar siswa

5. Mengobrol

6. Bermain-main

Instrument penelitian yang berupa perangkat tes, yang diberikan kepada siswa

pada akhir setiap siklus untuk mengukur dan mengetahui hasil belajar siswa

pada pelajaran IPS Terpadu.

No. Nama

Siswa

Per 40 menit % Keterangan

1 2 3 4 5 …. Aktif Kurang

Aktif 1

2 3 4 5


(65)

a. Uji Validitas

Pengujian validasi tiap butir instrument menggunakan analis item, yaitu

mengkorelasi skor tiap buti dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor

butir. Dalam memberi interprestasi terhadap koefisien korelasi, item yang

mempunyai korelasi positif dengan korelasi yang tinggi menunjukan bahwa

item tersebut tidak tinggi pula. Syarat minimal yang di anggap memenuhi yaitu

syarat dengan r hitung > r tabel dengan ά = 0,05. Uji validitas menurut Arikunto ( 2006 : 79 ) menggunakan rumus korelasi biserial :

γ pbi = Mp – Mt / Si √p / q keterangan :

γ pbi = Koefisien korelasi biserial

Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya.

Mt = Rerator skor total

Si = Standar deviasi dari skor total

P = Proporsi siswa menjawab benar

Q = Proporsi siswa menjawab salah

Tabel 4. Uji Validitas Butir Soal Siklus I No.

Soal

r Tabel r

Hitung

Keterangan

No. 1 0.334 0.486 V

No. 2 0.334 0.649 V

No. 3 0.334 0.620 V

No. 4 0.334 0.317 TV

No. 5 0.334 0.505 V

No. 6 0.334 0.698 V

No. 7 0.334 0.594 V

No. 8 0.334 0.613 V

No. 9 0.334 0.433 TV


(66)

No. 11 0.334 0.567 V

No. 12 0.334 0.453 V

No. 13 0.334 0.545 V

No. 14 0.334 0.583 V

No. 15 0.334 0.626 V

No. 16 0.334 0.700 V

No. 17 0.334 0.620 V

No. 18 0.334 0.728 V

No. 19 0.334 -0.070 TV

No. 20 0.334 0.588 V

Sesuai dengan soal yang diberikan kepada siswa berjumlah 20 item soal dan

terdapat 2 buah soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 4 dan 19 dengan

nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,334. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

Tabel 5. Uji Validitas Butir Soal Siklus II No.

Soal

r Tabel r

Hitung

Keterangan

No. 1 0.334 0.412 V

No. 2 0.334 0.495 V

No. 3 0.334 0.648 V

No. 4 0.334 0.400 V

No. 5 0.334 0.495 V

No. 6 0.334 0.673 V

No. 7 0.334 0.720 V

No. 8 0.334 0.540 V

No. 9 0.334 0.478 V

No. 10 0.334 0.714 V

No. 11 0.334 0.545 V

No. 12 0.334 0.419 V

No. 13 0.334 0.587 V

No. 14 0.334 0.620 V

No. 15 0.334 0.458 V

No. 16 0.334 0.668 V

No. 17 0.334 0.576 V


(67)

No. 19 0.334 0.502 V

No. 20 0.334 0.598 V

Soal yang dianalisis pada siklus II masih berjumlah 20 item soal dan tidak

terdapat butir soal yang tidak valid, nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20,

α=5%) atau sama dengan 0,334. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti

memperbaiki soal tersebut.

Tabel 6. Uji Validitas Butir Soal Siklus III No.

Soal

r Tabel r

Hitung

Keterangan

No. 1 0.334 0.583 V

No. 2 0.334 0.519 V

No. 3 0.334 0.391 V

No. 4 0.334 0.446 V

No. 5 0.334 0.449 V

No. 6 0.334 0.389 V

No. 7 0.334 0.371 V

No. 8 0.334 0.435 V

No. 9 0.334 0.394 V

No. 10 0.334 0.441 V

No. 11 0.334 0.413 V

No. 12 0.334 0.428 V

No. 13 0.334 0.503 V

No. 14 0.334 -0.234 TV

No. 15 0.334 0.491 V

No. 16 0.334 0.453 V

No. 17 0.334 0.578 V

No. 18 0.334 0.418 V

No. 19 0.334 0.369 V

No. 20 0.334 0.627 V

Siklus III berjumlah 20 item soal dan terdapat 1 butir soal yang tidak valid,


(68)

atau sama dengan 0,334. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti

memperbaiki soal tersebut.

b. Uji Realibilitas

Reabilitas atau tingkat ketetapan ( consistensi atau keajegan ) adalah tingkat

kemampuan intrumen untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok

individu. Instrumen yang memiliki tingkat reabilitas tinggi cenderung

menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel unsur – unsurnya, jika

diulang pada waktu berbeda pada kelompok individu yang sama menurut

Hadari dalam Merlinda ( 1992 : 190 ).

Pengukuran reabilitas instrumen menurut Arikunto ( 2006 : 101 ) dilakukan

dengan menggunakan rumus :

K – R.20. Perhitungan dilkukan secara manual. Berikut ini adalah rumus

K – R.20.

R11 = ( k/k – 1 ) ( S² - ∑pq / S² ) Keterangan :

R11 = Reabilitas secara keseluruhan

P = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah ( q = 1 –p )

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Berdasarkan analisis butir soal dari siklus I sampai dengan siklus III dengan


(69)

nilai reliable yang tinggi, dan pada siklus II diperoleh 0,966 serta pada siklus

III diperoleh 0,965. Dari ketiga siklus tersebut dinyatakan soal yang diberikan

kepada siswa untuk uji siklus mempunyai nilai reliabel yang tinggi.

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Bilangan yang menunjukan mudahnya atau sukarnya suatu soal tersebut

disebut dengan indeks kesukaran.

Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai 1,0 indeks kesukaran ini

menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0

menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaiknya jika indeks

menunjukan 1,0 maka soal tersebut terlalu mudah, sehingga semakin mudah

soal tersebut semakin besar bilangan indeksnya. Dalam istilah evaluasi, indeks

kesukaran ini diberi simbol P, singkatan dari proporsi”.

Tingkat kesukaran dapat dicari dengan rumus :

P= B / JS

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal


(70)

Menurut Arikunto ( 2006 : 208 ) ketentuan yang sering diikuti, indeks

kesukaran sering diklafikasikan sebagai berikut :

- Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

- Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang

- Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

Tabel 7. Tingkat kesukaran soal siklus I dan Siklus II

SIKLUS I

No. Soal Kesukaran soal Kategori

0,00 – 0,30 Sukar

6,9,11,12,13,14,16,18,20 0,31 – 0,70 Sedang

1,2,3,4,5,7,8,10,15,17,19 0,71 – 1,00 Mudah

SIKLUS II

0,00 – 0,30 Sukar

1,6,9,11,12,13,16,18,19,20 0,31 – 0,70 Sedang

2,3,4,5,7,8,10,14,15,17 0,71 – 1,00 Mudah

SIKLUS III

0,00 – 0,30 Sukar

1,2,4,5,16,18 0,31 – 0,70 Sedang

3,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15 17,19,20

0,71 – 1,00 Mudah

d. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa

yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan siswa yang bodoh

(kemampuan rendah) angka yang menunjukan besarnya daya pembeda

tersebut disebut indeks diskriminasa disingkat D. Daya pembeda berkisar

antara 0,00 sampai 1,00 sama halnya dengan indeks kesukaran namun bedanya

pada indeks diskriminasi ini ada tanda negative. Tanpa negative pada indeks

diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas tes yaitu

anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Suatu soal yang


(1)

58

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah: Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah:

1. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mencapai >75% siswa aktif 2. Siswa yang memperoleh nilai diatas >63 mencapai lebih dari 80%


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

 Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada Siswa kelas VII.H SMP Negeri 1 Sukoharjo dapat meningkatkan aktivitas belajar Siswa. siklus I

pertemuan pertama sebanyak 19 siswa dari 35 siswa dengan persentase 54,28% dan siklus I pertemuan kedua siswa yang aktif sebanyak 22 siswa dari 35 siswa dengan persentase 62,86. Siklus I dapat diambil rata-rata aktivitas siswa sebesar 58,57%. Kemudian siklus II pertemuan pertama siswa yang aktif sebanyak 24 siswa dari 35 siswa dengan persentase 68,57% dan siklus II pertemuan kedua siswa yang aktif sebanyak 26 siswa dari 35 siswa dengan persentase 74,28% dengan rata-rata aktivitas belajar siswa siklus II sebesar 71,42%. Antara siklus I ke siklus II ada peningkatan aktivitas belajar sebesar 12,85%. Kemudian siklus III pertemuan pertama siswa yang aktif sebanyak 28 siswa dari 35 siswa dengan persentase 80% dan siswa yang aktif pada siklus III pertemuan kedua sebanyak 32 siswa dari 35 siswa dengan persentase 91,42% dengan


(3)

89

nilai rata-rata siklus III sebesar 85,71%. Ada peningkatan aktivitas belajar dari siklus II ke siklus III sebesar 14,29%.

 Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada Siswa kelas VII.H SMP Negeri 1 Sukoharjo dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 19 siswa dari 35 siswa dengan

persentase 54,29%. Dengan nilai rata-rata 61,86. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 25 siswa dari 35 siswa dengan persentase 71,43%. Nilai rata-rata pada siklus II sebesar 70,29. Dari siklus I ke siklus II ada peningkatan hasil belajar sebesar 17,29%. Siklus III siswa yang tuntas sebanyak 31 siswa dari 35 siswa dengan persentase 88,57%. Dengan nilai rata-rata sebesar 80. Untuk siklus II ke siklus III terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 17,14%.

B. Saran

Berdasarkan hasil analsis dan penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan hasil belajar Siswa maka penulis menyarankan:

1. Hendaknya guru mengenalkan dan melatih keterampilan proses kooperatif sebelum atau selama pembelajaran. Agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep. Serta siswa dapat

menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

2. Siswa hendaknya diberi wawasan atau tekanan untuk tidak sering alpa atau tidak masuk sekolah, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada hasil


(4)

90

belajar siswa. Selain itu siswa hendaknya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran, sehingga di dalam kelompok siswa tidak bingung untuk mendiskusikan materi baginya, lebih dari pada itu siswa akan mampu mengembangkan kalimat dan potensinya secara mandiri. Diharapkan kemudian hari siswa tidak hanya berkembang intelektualnya saja tetapi mampu meningkatkan seluruh pribadi siswa termasuk sikap mental yang dimiliki.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Daryanto. 1997. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Suyatna, Agus. 2008. Modul 30 Model Pembelajaran PAIKEM. FKIP Universitas Lampung:Lampung.

Model PAIKEM , Departemen Pendidikan Nasioanal Andreas Viklund. Blog pada WordPress.com.

http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/05/model-model-pembelajaran Bobbi DePorter. 2002. Quantum Teaching. Boston: Allyn Bacon.

B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

.... 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kelas di SMP, SMPLB, SLB Tingkat Dasar, dan MI. Jakarta: Depdiknas.

...2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas.

Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.


(6)

Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja RoSMPakarya.

Purwadi Suhandini. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES. Puskur Balitbang Depdiknas. 2003. Model-model Pembelajaran Efektif.

(www.puskur_balitbang_depdiknas.com).upadate 28 Agustus 2007.

Supardi, Suharsimi Arikunto, Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yakarta: Bumi Aksara.

Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Tintin Heryatin. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Quantum dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Rangka Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah. Hasil Penelitian. (http://pps.upi.edu/org/

abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk04.html). update 28 Agustus 2007.

Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 15 50

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 26 71

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 70

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.H SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 79

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.1 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN

0 12 65

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS VIII D SEMESTER GENAP SMP NEGERI 3 GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 60

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.7 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 4 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 55

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.7 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 4 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 10 56

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS IX.3 SMP NEGERI 1 WAY BUNGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 60

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS IX.3 SMP NEGERI 1 WAY BUNGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 59