UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT PADA MATA PELAJARAN

IPS KELAS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh: MUH. YUSUF

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipeNumbered Head Together(NHT). Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS dikelas VII 1 semester genap SMP Negeri 1 Rajabasa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh dapat menuai keberhasilan dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS dikelas VII 1 semester genap SMP Negeri 1 Rajabasa. Aktivitas dan hasil belajar siswa selalu mengalami peningkatan untuk setiap siklusnya.

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together(NHT).


(2)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT PADA MATA PELAJARAN

IPS KELAS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh:

MUH. YUSUF

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(3)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT PADA MATA PELAJARAN

IPS KELAS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

OLEH:

Muh. Yusuf

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk pencapaian gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 38

2. Proses Penelitian Tindakan... 42

3. Diagram Peningkatan Kreativitas Siswa ... 75

4. Diagram Peningkatan Hasil Belajar ... 76 Halaman


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Penelitian ... 10

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Pembelajaran ... 17

3. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif NHT ... 19

4.Aktivitas Belajar ... 26

5. Hasil Belajar ... 29

B. Kerangka Pikir ... 35

C. Hipotesis ... 36

III. METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian ... 38

B. Faktor Yang Diteliti ... 38

C. Rencana Tindakan ... 38

D. Data Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Instrumen Penelitian ... 44

G. Analisis Data ... 49


(6)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 52

2. Hasil Penelitian ... 53

a. Siklus I ... 53

b. Siklus II ... 58

c. Siklus III ... 65

B. Pembahasan Penelitian ... 66

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 69

2. Hasil Belajar ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ... 73

b. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Rencanan Pelaksanaan Pembelajaran 2. Soal tes siklus I, II, dan III


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Nilai Ulangan Harian I Mata Pelajaran IPS Kelas VII1 di SMP

Negeri 1 Rajabasa Semester Genap T.P 2011/2012 ... 3

2. Nilai Ulangan Harian II Mata Pelajaran IPS Kelas VII1 di SMP Negeri 1 Rajabasa Semester Genap T.P 2011/2012 ... 4

3. Rekapitulasi Pengamatan Aktivitas Siswa ... 5

4. Foemat Pengamatan Aktivitas Siswa ... 41

5. Uji Validitas Butir Soal Siklus I ... 43

6. Uji Validitas Butir Soal Siklus II ... 44

7. Uji Validitas Butir Soal Siklus III ... 45

8. Uji Tingkat Kesukaran Siklus I, II, dan III ... 47

9. Uji Daya Beda Soal Siklus I, II dan III ... 49

10. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 56

11. Hasil Belajar Siklus I... 57

12. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus II... 62

13. Hasil Belajar Siklus II ... 63

14. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus III ... 67

15. Hasil Belajar Siklus III ... 68

16. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus ... 71 Halaman


(9)

KATA PENGANTAR

Sebagai insan yang beragama dan berketuhanan Yang Maha Esa penulis takhenti-hentinya mengucap rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian tindakan kelas ini dengan hasil yang diharapkan, juga penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membina, mengarahkan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan ini berjudul “UPAYA

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.

Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis menghaturkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Dr. M. Thoha BS, Jaya, M.S, Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Drs. Arwin Ahmad, M.Si., Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H, Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(10)

5. Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., Selaku Ketua Jurusan IPS Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Drs. Hi. Nurdin, M.Si, selaku Ketua Program Studi PPKn Universitas Lampung, sekaligus sebagai Pembahas, yang telah memberikan arahan dan motivasi terhadap penulis dalam menyelesaikan PTK ini

7. Dr. R. Gunawan S. SE. S.Pd. MM, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian PTK ini.

8. Drs. Tedy Rusman selaku Pembimbing II atas kesediannya memberi petunjuk, bimbingan, saran, kritik dan dukungannya dalam penyelesaian Skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn FKIP Universitas Lampung, 10. Bapak dan ibu staf Administrasi Program Studi PPKn FKIP Universitas

Lampung.

11. Bapak B. Mansyur Sulikin, S.Pd, selaku Kepala SMP Negeri I Rajabasa Lampung Selatan dan beserta dewan guru dan staf Tata Usaha yang telah memberikan buah pemikirannya dalam menyelesaikan PTK ini.

12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa S1 dalam jabatan Program Studi PPKn FKIP Universitas Lampung.

Namun penulis yakin penyajian skripsi ini jauh dari sempurna karena penulis menyadari akan keterbatasan penulis, namun apupun yang tersaji di dalam skripsi ini merupakan hasil pemikiran maksimal dan terbaik menurut penulis. Karena itu keritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.


(11)

Semoga apa yang bapak/ibu saudara berikan bernilai ibadah yang mulia disisi Allah SWT, amin…

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis


(12)

MOTTO

Tiada keberhasilan Tanpa adaya pengorbanan

(Muh. Yusuf)

manusia yang baik adalah

manusia yang selalu menyadari kesalahan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama .

Sadarilah kekurangan diri sendiri sebelum mencari kekurangan orang lain

Keputusan hari ini

adalah kenyataan dihari esok . (Hikmatul Hazizi)

Tuntutlah ilmu dari buaian sampai keliang lahat


(13)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji :

Ketua : Dr. R. Gunawan S, S.Pd., S. SE., MM ………

Penguji : Drs. Hi. Nurdin, M.Si ………

Sekretaris : Drs. Teddy Rusman, M.Si ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(14)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah :

Nama : MUH. YUSUF

NPM : 1013073010

Program Studi : Pendidikan Ekonomi Jur / fakultas : Pend. IPS/FKIP Unila

Alamat : Kedaton No 11 Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan

( Telp / HP : 081369065766

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Oktober 2012

MUH. YUSUF NPM. 1013073010


(15)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, ku persembahkan

karya ini Kepada :

1. Sujud kepada kedua orang tua ku yang senantiasa berdo,a untuk keberhasilan anaknya

2. Istri dan ketiga putra dan putri ku tersayang yang senantiasa berdo,a untuk keberhasilan meraih cita-cita

3. Kepada semua keluarga besar yang telah memberi motivasi dan membantu do,a demi keberhasilan ku


(16)

Judul : UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN NHT PADA MATA

PELAJARAN IPS KELS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa :MUH. YUSUF

NPM :1013073010

Jurusan :Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi :Pendidikan Ekonomi

Fakultas :Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. R Gunawan S, S.Pd., S. SE., M.M. Drs. Teddy Rusman, M.Si NIP. 19600808 198603 1 003 NIP. 19600818 19866003 1 005

2. Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi,

Drs. Hi. Nurdin, M.Si NIP.19600817 198603 1 003 Ketua Jurusan

Pend. Ilmu Pengetahuan Sosial,

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si NIP.19560108 198503 1 002


(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Kedaton Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 02 Januari 1959, anak ke dua dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Husin dan Ibu Masna..

Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Muhammaddiyah Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 1973, Sekolah Menengah Pertama di SMEP Kedaton kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 1976, Sekolah Menengah Atas di SMA Pembangunan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 1979/1980 dan pada tahun 1981 penulis diterima di Diploma II Keterampilan Jasa di UNILA Bandar Lampung dan lulus pada tahun 1984. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program S1 Kependidikan Guru Dalam Jabatan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Ekonomi di UNILA Bandar Lampung.

Pada tahun 1984, penulis di angkat menjadi PNS sebagai guru, pada jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Negara Ratu Kabupaten Lampung Utara kemudian pada tahun 1990 tugas mengajar di SMP Negeri 1 Palas Kabupaten Lampung Selatan lalu pada tahun 1997 bertugas di SMP Negeri 1 Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan sampai dengan sekarang.


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam usaha mengembangkan dan membina seoptimal mungkin potensi yang dimiliki setiap anak didik. Oleh karena itu perlu diadakan pembaharuan dalam pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, karena hal ini akan berdampak pada mutu pendidikan dan lulusan sekolah tersebut. Di sisi lain sebagai indikator untuk melihat sejauh mana kualitas dari suatu sekolah, dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar anak didik secara umum, yang dilihat dan hasil belajar dan mutu lulusannya.

Metode pembelajaran merupakan cara untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sehingga semakin baik penggunaan metode pembelajaran semakin berhasil pencapaian tujuan. Hal ini berarti bahwa guru harus memilih metode yang tepat dan sesuai dengan bahan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas VII 1 SMP Negeri 1 Raja Basa diduga disebabkan belum diterapkannya berbagai model pembelajaran di dalam proses pembelajaran. Selama ini pembelajaran IPS masih menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu ceramah dan Tanya jawab. Dengan metode


(19)

2 tersebut “transfer of knowledge” berlangsung satu arah, dari guru kepada siswa dan tidak terjadi interaksi. Kedudukan dan fungsi guru dalam proses pembelajaran cenderung masih dominan. Memang terdapat variasi, seperti tanya jawab dan tugas tetapi tidak dapat melibatkan siswa secara aktif. Metode tanya jawab hanya melibatkan beberapa siswa yang aktif dalam pembelajaran di kelas tersebut dan pertanyaan guru diajukan kepada siswa secara searah dan individual, tidak dengan mengelompokkan siswa untuk bekerjasama dalam menjawab pertanyaan. Akan lebih baik lagi jika dalam kegiatan pembelajaran terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Diharapkan dengan adanya interaksi tersebut, siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan.

Penggunaan metode diskusi kelompok pun belum mampu melibatkan setiap siswa ke dalam kegiatan pembelajaran. Hanya siswa tertentu yang terlibat dalam proses diskusi secara dialogis dan interaktif. Akibatnya, mata pelajaran IPS belum mampu menjadi mata pelajaran yang disenangi dan dirindukan oleh siswa. Imbas lebih jauh dari kondisi pembelajaran semacam tersebut adalah kegagalan siswa dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Mengingat setiap peserta didik mempunyai taraf berpikir yang berbeda, dan adanya kesulitan peserta didik dalam memecahkan suatu masalah, maka dengan keterampilan dan keahlian yang dimiliki seorang guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang tepat agar peserta didik menguasai pelajaran sesuai dengan target yang akan dicapai dalam kurikulum. Selain itu perlu dilakukannya pembaharuan dalam pembelajaran


(20)

3 IPS sebagai respon melemahnya kualitas proses dan hasil belajar peserta didik yang ditunjukkan oleh masih banyaknya peserta didik yang pemahaman dan penguasaan materi IPS masih rendah. Hal tersebut berdasarkan dokumentasi hasil belajar pada siswa kelas VII 1 SMP Negeri 1 Raja Basa tahun pelajaran 2011/2012, diperoleh gambaran hasil ulangan harian I sebagaimana terlihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Nilai Siswa Pada Ulangan Harian I (UH I) Kelas VII 1 SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2011/2012

No Rentang Nilai (Skala Enam)

Frekuensi Presentase (%)

Interprestasi

1 75–84 5 14,28 Baik

2 65–74 6 17,14 Lebih dari cukup

3 55–64 8 22,86 Cukup

4 45–54 7 20 Kurang

5 35–44 9 25,71 Kurang sekali

Jumlah 35 100

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa kelas VII 1 pada ulangan harian I (UH I) masih rendah. Jumlah siswa pada kelas VII 1 yang memperoleh nilai di atas 65 (sebagai Kriteria Ketuntasan Minimum) sebanyak 11 siswa dengan persentase 31,42%.

Hasil belajar pada saat Ulangan Harian II (UH2) semester genap dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.


(21)

4 Tabel 2. Nilai Siswa Pada Ulangan Harian II (UH 2) Kelas VII 1 SMP Negeri 1

Raja Basa Tahun Pelajaran 2011/2012 No Rentang Nilai (Skala

Enam)

Frekuensi Presentase (%)

Interprestasi

1 75–84 6 17,14 Baik

2 65–74 7 20 Lebih dari cukup

3 55–64 8 22,86 Cukup

4 45–54 8 22,86 Kurang

5 35–44 6 17,14 Kurang sekali

Jumlah 35 100

Berdasarkan data pada Tabel 2 di atas, terlihat bahwa hasil belajar pada pelajaran IPS yang diperoleh siswa kelas VII 1 pada ulangan harian II masih rendah. Jumlah siswa kelas VII 1 yang memperoleh nilai di atas 65 sebanyak 13 siswa (37,14%). SMP Negeri 1 Raja Basa di kelas VII 1 Tahun Pelajaran 2011/2012 menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65. Hal ini berarti siswa belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan oleh guru yaitu 65% siswa memperoleh nilai 65. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (1995: 128) menyatakan bahwa “apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65%, dikuasai maka persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah”.

Proses pembelajaran menggunakan berbagai macam model pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran peserta didik perlu belajar berpikir, memecahkan masalah dan belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, dan keterampilannya kepada peserta


(22)

5 didik yang membutuhkan dan peserta didik merasa senang menyumbangkan pengetahuannya kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam diantaranya adalah model pembelajaran Numbered Head Together(NHT).

Berdasarkan pengalaman penulis terhadap proses pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Raja Basa diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi siswa sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat berfikir yang logis. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan pada tingkat berfikir yang mudah, sehingga mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.

Pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial selama ini juga masih teacher centered. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya didominasi guru. Pada akhirnya membawa dampak kepada suasana belajar yang tidak menyenangkan bagi siswa dan siswa merasa bosan pada materi yang diberikan oleh guru. Siswa menjadi malas untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh juga kurang optimal.

Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Kriteria Jumlah Siswa Persentase (%)

Siswa yang aktif 12 34,28

Siswa yang belum aktif 23 65,72


(23)

6 Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat siswa yang aktif sebanyak 12 siswa dari 35 siswa (34,28%) dan siswa yang belum aktif sebanyak 23 siswa dari 35 siswa (65,72%). Hasil pengamatan tersebut, dapat dinyatakan bahwa tingkat aktivitas siswa masih rendah.

Berdasarkan uraian di atas, rendahnya aktivitas diduga karena guru menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajarannya. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, maka perlu adanya perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Proses pembelajaran IPS yang diharapkan ialah siswa mendapat porsi lebih banyak dibanding guru, bahkan mereka harus dominan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam pembelajaran siswa diharapkan mampu berperan lebih aktif sebagai pembelajar dan fungsi guru lebih sebagai fasilitator dan dinamisator. Sasaran dari pembelajaran IPS siswa diharapkan mampu berpikir kritis, analisis dan argumentatif. Untuk mengatasi permasalahan yang ada, diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih cepat dan menarik, dimana setiap siswa dapat belajar secara kooperatif, dapat bertanya meski tidak ada guru secara langsung dan mengemukakan pendapat atau pemikirannya. Salah satu upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran IPS di kelas VII 1 SMP Negeri 1 Raja Basa adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Berdasarkan uraian di atas peneliti mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu model pembelajaran NHT untuk mengungkapkan apakah dengan model NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar IPS.


(24)

7 Peneliti memilih metode pembelajaran ini guna mengkondisikan siswa agar terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran (Siadari, 2001: 4). Dalam model pembelajaran NHT siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.

Meski dalam model ini siswa lebih aktif, namun guru tetap mengawasi kelas untuk memberikan bimbingan baik secara kelompok maupun individual. Penerapan model pembelajaran NHT ini akan menambah variasi model pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan, melibatkan siswa, meningkatkan aktivitas, model pembelajaran ini dirasakan lebih efektif dari pada model lain sehingga diharapkan mampu untuk mengkomunikasikan gagasan dan menerapkan dalam kehidupan sehari–hari.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengambil judul Laporan Penelitian Tindakan Kelas “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran NHT pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VII 1 Semester Genap SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut.


(25)

8 1. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered), siswa hanya mendengarkan penjelasan guru sehingga tidak ada interaksi antara guru dan siswa.

2. Partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah.

3. Perolehan hasil belajar masih rendah, hanya 31,42% yang mencapai KKM pada Ulangan Harian I dan 37,14% yang mencapai KKM pada Ulangan Harian II.

C.Pembatasan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah dan agar dalam pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ingin dipecahkan dan diteliti, maka perlu adanya batasan masalah bahwa yang dianalisis adalah Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran NHT pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII 1 Semester Genap SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2011/2012.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran IPS yang dapat meningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII 1 semester genap SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2011/ 2012 ?


(26)

9 2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran IPS yang dapat meningkatan hasil belajar siswa kelas VII 1 semester genap SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2011/ 2012 ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk menganalisis penerapan model pembelajaran NHT yang dapat meningkatan aktivitas siswa mata pelajaran IPS kelas VII 1 semester genap SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

2. Untuk menganalisis penerapan model pembelajaran NHT yang dapat meningkatan hasil siswa mata pelajaran IPS kelas VII 1 semester genap SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

F. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

a) Kontribusi positif bagi guru-guru mata pelajaran IPS tentang alternatif strategi pembelajaran yang lain yaitu pembelajaran dengan model NHT yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Secara Praktis

Penelitian ini secara praktis dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas untuk mempermudah siswa memahami meteri pelajaran IPS yang disampaikan sehingga aktivitas belajar siswa lebih baik.


(27)

10 G. Ruang Lingkup Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini, sebagai berikut. 1. Objek Penelitian

Penerapan model pembelajaran NHT untuk mengetahui hasil dan aktivitas Belajar IPS.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII.1 yang diajarkan menggunakan model pembelajaran NHT.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

4. Waktu Penelitian


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, dalam belajar terjadi perubahan baik tingkah laku, sikap dan cara berpikir. Menurut pendapat Hamalik (2000: 34) menyatakan bahwa, “ belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau

perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku berkat pengetahuan dan latihan”. Disini guru harus mengantarkan

siswanya untuk memperoleh dan menghasilkan perubahan tingkah laku tersebut. Menurut Uno (2008 : 15) menyatakan bahwa, “ belajar merupakan

suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri ”.

Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa “ belajar adalah suatu proses usaha


(29)

12 yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya”.

Pendapat senada dikemukakan Uno (2008: 16 ) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka belajar adalah suatu proses yang mengubah tingkah laku melalui pengalaman-pengalaman yang terjadi pada lingkungan sekitarnya sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Belajar merupakan proses untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia dan merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan


(30)

13 yang diperkuat (Muhibbin, 2000: 91). Jadi menurut Reber belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan yang dapat mengubah kemampuan bereaksi seseorang yang bersifat permanen jika dilakukan dengan suatu latihan.

Belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan baik menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, juga merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya (Hamalik, 2001: 27).

Belajar adalah aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri sendiri di bawah bimbingan pengajar (Tirtaraharja, 2000: 51). Menurut Djamarah (2000: 73), belajar adalah berubah dan perubahan dalam belajar adalah disadari setelah berakhirnya kegiatan belajar. Jadi, dengan belajar akan menjadikan perubahan dalam segala aspek pribadi seseorang, sehingga siswa akan mampu dan sanggup menghadapi suatu kesulitan untuk memecahkan masalah.

Gagne (2006: 10) berpendapat bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah dan belajar merupakan tindakan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa


(31)

14 adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut.

Menurut Logan (2001: 70) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan . Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997: 193) berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, tetapi tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas (Syah, 2000: 116) antara lain sebagai berikut.

a. Perubahan Intensional

Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.

b. Perubahan Positif dan aktif

Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya, sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.


(32)

15

c. Perubahan efektif dan fungsional

Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa, sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2000: 42-49), prinsip-prinsip belajar meliputi kesiapan belajar, perhatian, motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan, penguatan, dan perbedaan individual. Prinsip-prinsip belajar meliputi sebagai berikut.

a. Kesiapan belajar

Faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis, merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah terjadi pada diri siswa sebelum ia masuk kelas.

b. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu objek. Dapat pula dikatakan bahwa perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan. Belajar sebagai suatu aktivitas yang kompleks sangat membutuhkan perhatian dari siswa yang belajar. c. Motivasi

Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tententu untuk mencapai tujuan (disposisi internal). Motif ini tidak selalu aktif pada diri seseorang. Pada suatu ketika motif itu aktif sehingga orang bersemangat melakukan suatu aktivitas, atau siswa bersemangat belajar, tatapi pada ketika lain motif tidak aktif artinya motivasi tidak timbul, sehingga siswa tidak terdorong untuk beraktivitas atau bersemangat untuk belajar.

d. Keaktifan

Siswa adalah subjek yang melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, siswa harus aktif tidak boleh pasif.

e. Mengalami sendiri

Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya dengan prinsip keaktivan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri (tidak minta tolong orang lain) akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dalam pemahaman yang mendalam. Prinsip ini telah dibuktikan

oleh John Dewey dengan “Learning by doing”. f. Pengulangan

Materi pelajaran ada yang mudah dan ada pula yang sukar. Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight siswa perlu membaca, berfikir, mengingat dan yang tidak kalah penting adalah latihan. Dengan


(33)

16 latihan berarti siswa mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga meteri tersebut makin mudah diingat, dan pengulangan tanggapan tentang meteri makin segar dalam pikiran siswa sehingga makin mudah diproduksi.

g. Materi pelajaran yang menantang

Keberhasilan belajar sangat dipengaruuhi pula oleh rasa ingin tahu anak (curiosity) terhadap suatu persoalan. Curiosity ini timbul bila materi pelajaran yang dihadapannya bersifat menantang atauproblematic.

h. Balikan dan penguatan

Balikan (feed back) adalah masukan yang sangat penting baik bagi siswa dan guru. Dengan balikan, siswa mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya.

i. Perbedaan individual

siswa-siswa dalam suatu kelas yang dihadapi oleh guru tidaklah boleh disamakan kondisinya seperti benda mati. Masing-masing siswa mempunyai karakteristik, baik dilihat dari segi fisik maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini tentu kemauan, minat serta kemampuan belajar mereka tidak persis sama.

Belajar bukanlah proses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas, berikut ini beberapa aktivitas belajar yaitu: (1) mendengarkan, (2) memandang, (3) meraba, membau, dan mencicipi/mengecap, (4) menulis atau mencatat, (5) membaca, (6) membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi, (7) mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan, (8) menyusun paper atau kertas kerja, (9) mengingat, (10) berpikir, (11) latihan atau praktek (Bahri, 2008: 38-45).

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan, bukan dari penurunan gen. Ada beberapa hal pokok dalam belajar antara lain, belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, belajar merupakan perubahan yang relatif mantap, dan tingkah laku yang dialami karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik psikis maupun fisik seperti perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan atau sikap.


(34)

17 2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, dkk, 2000: 24). Menurut Sudjana (2000), pengertian pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Ada empat persoalan yang menjadi komponen utama yang harus dipenuhi dalam pembelajaran. Keempat komponen tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Keempat komponen tersebut yaitu tujuan, metode dan alat serta penilaian.

Pembelajaran sebagai suatu sistem yang melibatkan komponen-komponen pembelajaran yang meliputi tujuan, subyek belajar, materi pelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan penunjang merupakan suatu kesatuan yang mempunyai hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan salah satu wujud kegiatan pendidikan disekolah. Kegiatan pendidikan disekolah berfungsi membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa agar tumbuh kearah positif. Maka cara belajar disekolah harus terarah pada pencapaian ketuntasan. Melalui sistem pembelajaran di sekolah, siswa melakukan kegiatan belajar dengan tujuan akan terjadi perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tujuan dalam pembelajaran berfungsi sebagai indicator keberhasilan pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan. Bahan pelajaran merupakan isi kegiatan pembelajaran yang mewarnai tujuan dan mendukung tercapainya tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki oleh siswa. Metode dan alat berfungsi sebagai metode


(35)

18 transformasi pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai metode dan alat yang digunakan harus betul-betul efektif dan efisien agar diperoleh hasil belajar yang optimal.

Kegiatan pembelajaran, siswa adalah sebagai subyek sekaligus sebagai obyek dari kegiatan pembelajaran. Inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika siswa belajar secara aktif dalam proses pembelajaran.

Hasil pembelajaran yang optimal tergantung pada kemampuan siswa dan guru. Harapan siswa adalah memperoleh nilai yang baik sebagai acuan dalam proses kenaikan kelas, sedangan harapan guru adalah tercapainya proses pembelajaran menuju perubahan tingkah laku yang meliput kognitif, efektif, dan psikomotorik siswa. Dengan diperolehnya hasil belajar siswa yang optimal maka tujuan pembangunan dibidang pendidikan akan lebih mudah tercapai.

Tata hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antara berbagai komponen yang mendukung dalam pembelajaran, perlu dijalin dalam tata hubungan yang serasi, saling tergantung dan berinteraksi sehingga berdampak positif bagi pembentukan diri siswa. Jadi semua unsur tersebut harus saling kait-mengkait untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Tujuan pengajaran ditetapkan oleh guru berdasarkan kurikulum, berupa tujuan pembelajaran khusus yang menjabarkan tujuan pengajaran beserta


(36)

19 bahan pengajarannya. Siswa harus giat belajar untuk mencapai tujuan pengajaran melalui interaksi belajar mengajar bersama guru. Pemilihan metode mengajar yang tepat sangat mendukung keberhasilan dan proses pembelajaran di sekolah.

Maka setiap pendidik (guru) harus dapat memilih dan mampu menerapkan metode pengajaran yang baik dan tepat agar terjadi interaksi edukatif dan produktif. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada anak didik merupakan proses pengajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode-metode pengajaran tertentu. Metode pengajaran yang tepat akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

3. Pengertian Model Pembelajaran NHT

Model adalah contoh atau fiqur yang berkaitan dengan strategi mengajar. Model Pembelajaran NHT merupakan cara belajar Cooperativeatau beberapa kelompok dimana anak dikelompokan menjadi beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor, guru memberi tugas kepada setiap siswa berdasarkan nomor, jadi setiap siswa memiliki tugas berbeda.

Model pembelajaran NHT juga merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu permasalahan yang dipelajari. Dengan model NHT siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,


(37)

20 mengamati suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Ibrahim (2000: 28), mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT sebagai berikut.


(38)

21 1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah sebagai berikut.

a) Pembentukan kelompok

b) Diskusi masalah

c) Tukar jawaban antar kelompok

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut.

Langkah 1.Persiapan

Tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2.Pembentukan kelompok

Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa


(39)

22 dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merkan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3.Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan Pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4.Diskusi masalah

Kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5.Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6.Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain sebagai berikut.

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil


(40)

23 5. Konflik antara pribadi berkurang

6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi

Number Head Together dalam menceritakan kembali cerita yang dipelajari yaitu merupakan model pembelajaran atau teknik yang berkaitan dengan kegiatan mengajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya. Materi yang diberikan kepada siswa sekolah menengah pertama harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik siswa yang bersangkutan. Maksudnya adalah materi yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkah laku, sehingga penguasaan pemahaman pengetahuan tentang Number Head Together dapat bermanfaat bagi para siswa.

Model Pembelajara NHT bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam merangkum suatu cerita secara runtut sehingga siswa dapat menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya. Tujuan model pembelajaran NHT adalah agar pemahaman siswa bercerita melalui model NHT yang diberikan dalam bentuk tugas per kelompok, agar siswa dapat saling menambah kekurangan pembendaharaan kata dalam merangkai kembali cerita yang dipelajarinya, karena ada kerjasama itulah diharapkan siswa tidak mengalami kesulitan atau kesukaran dalam menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya.


(41)

24 Model NHT diharapkan dapat membangkitkan minat siswa dalam mengungkakan pendapat dalam bentuk rangkaian kata dan kalimat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan merangkai kata secara runtut sangat diperlukan sekali guna membantu mengembangkan hasanah Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi atau meningkatkan rasa nasionalisme.

Konsep adalah suatu rancangan, pedoman dan suatu perencanaan terhadap suatu kegiatan yang akan dilaksanakan demi mencapai suatu tujuan akhir yang telah disepakati, baik disepakati oleh pribadi maupun telah disepakati secara khalayak umum. Model pembelajaran merupakan salah satu dari konsep mengajar. Dimana konsep mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa, oleh karena rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana, dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri (Ali, 1992: 34).

Menurut Nurhadi (2004: 121) pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan dengan melibatkan siswa dalam melihat kembali bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka me-ngenai isi pelajaran tersebut. Tahapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT diungkapkan oleh Nurhadi (2004: 121) dalam empat langkah sebagai berikut.

1. Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang berang-gotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam satu kelompok disesuaikan dengan banyaknya siswa da-lam kelompok itu.


(42)

25 2. Pengajuan Pertanyaan (Questioning)

Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat berva-riasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.

3. Berpikir Bersama (HeadsTogether)

Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bah-wa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. 4. Pemberian Jawaban (Answering)

Guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan karena dalam tipe pembelajaran ini siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda dan tiap anggota tahu bahwa hanya satu murid yang dipanggil untuk mempresentasikan jawaban. Setiap kelompok me-lakukan diskusi untuk berbagi informasi antar anggota sehingga tiap anggota mengetahui jawabannya.

Lungdren (2007: 5) mengemukakan manfaat dari pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi siswa sebagai berikut.

1. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar. 2. Perselisihan antar pribadi berkurang.

3. Sikap apatis berkurang. 4. Pemahaman lebih mendalam. 5. Motivasi lebih besar.

6. Hasil belajar lebih baik.

7. Meningkatkan budi pekerti, kepekaan dan toleransi.

4. Aktivitas Belajar

Salah satu faktor yang penting dalam proses pendidikan adalah belajar. Dengan belajar manusia akan dapat meningkatkan kemampuanya baik dibidang


(43)

26 pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya dalam masyarakat. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestyah (2003: 5) “belajar adalah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah

pengetahuan keterampilan yang diperoleh dari intruksi”.

Proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hamalik (2004: 171) yang menyatakan “pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan siswa belajar

sendiri atau melakukan aktivitas.”

Aktivitas belajar tidak hanya mencatat dan mendengar seperti lazimnya terdapat pada pengajaran tradisional. Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat tersebut namun menitikberatkan pada aktivitas atau keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan kegiatan dalam belajar sendiri. Aktivitas belajar diartikan sebagai pengembangan diri melalui pengalaman bertumpu pada kemampuan diri belajar dibawah bimbingan tenaga pengajar. Menurut (Sadirman, 2006: 99) “tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”.

Belajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi belajar merupakan suatu proses atau aktivitas pemikiran maupun aktivitas fisik, sebagai suatu proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Menurut Bruner (2009: 38) belajar


(44)

27 penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang lebih baik.

Selain dari usaha yang dilakukan oleh siswa, peran serta guru sangat dibutuhkan agar selama proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat, yaitu dengan cara memberikan arahan-arahan dan selanjutnya secara bertahap siswa melakukan kegiatan secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya belajar. Menurut Winkel (2003: 6) “aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu kegiatan tujuan belajar yaitu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang

melakukan kegiatan belajar”. Berdasarkan perdapat tersebut, jelas bahwa

manusia dengan belajar dapat merubah tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang diperoleh dan aktivitas mental dan berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya.

Menurut Dieriech (2001 : 172), aktivitas belajar dapat digolongkan menjadi delapan jenis sebagai berikut.

1. Visual Activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities, masalnya: mengemukakan suatu fakta, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, mamberi saran, mengemukan pendapat.

3. Listening Activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, percakapan, diskusi, musik dan pidato.

4. Writing Activities, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan dan angket.

5. Drawing Activities, antara lain: menggambar, membuat grafik, chart, peta, diagram.

6. Motor Activities, seperti: melakukan percoban, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak.


(45)

28 7. Mental Activities, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan

masalah, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan. 8. Emotional Activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut Momes (2001: 36), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan dalam pembelajaran meliputi sebagai berikut.

1. Interaksi anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan maslah,

2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendpat,

3. Partisipasi anak dalam Proses Belajar Mengajar (melihat dan aktif dalam diskusi),

4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (menyelesaikan tugas dan aktif dalam memecahkan masalah),

5. Hubungan anak dengan anak selama Proses Belajar Mengajar, 6. Hubungan anak dengan guru selama Proses Belajar Mengajar.

Prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku dan tindakan yang dialami oleh siswa itu sendiri. Dimyati dan Mudjiono (2002: 7) menyatakan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Belajar merupakan bagian dari aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Seiring dengan itu, Djamarah (2006: 67) menyatakan bahwa “belajar sambil melakukan aktivitas lebih

banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh


(46)

29 Menurut Sardiman, (2006: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Oleh karenanya Rohani (2004: 6) menjelaskan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan dalam dirinya banyak yang tampak maupun yang tidak tampak diamati, sehingga tercapainya aktivitas siswa secara aktif dan tercapainya hasil belajar yang optimal.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Chatarina, 2004: 4). Perolehan aspek-aspek perilaku tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 1999: 3). Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar, sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan (Sunarto 1999: 11).

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pengajaran pada waktu tertentu dalam bentuk nilai (Depdikbud, 1987: 140). Hasil belajar siswa adalah akumulasi nilai pada raport.


(47)

Bermacam-30 macam prestasi diantaranya adalah: prestasi baik, prestasi cukup, prestasi kurang. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam prestasi belajar antara lain: faktor individu, faktor lingkungan belajar, dan faktor materi pembelajaran. Beberapa cara untuk menentukan hasil belajar dengan menggunakan tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan atau keterampilan proses.

Berbagai hasil penelitian, sebagaimana dungkapkan oleh Nasution (1993: 8), telah menunjukan hubungan erat antara IQ dengan hasil belajar di sekolah. Hasil belajar disekolah dapat dijelaskan dengan tes intelegensi. Anak-anak yang mempunyai IQ 90-100 pada umumnya akan mampu menyelesaikan sekolah dasar tanpa kesukaran, sedang anak-anak yang mempunyai IQ 70-89 pada umumnya akan memerlukan bantuan khusus untuk dapat menyelesaikan sekolah dasar. Pada sisi lain, pemuda mempunyai IQ di atas 120 pada umunya akan mempunyai kemampuan untuk belajar diperguruan tinggi (Djamarah, 2002: 161).

Menurut Bloom (2004: 6) untuk mendapatkan hasil belajar kognitif seseorang memiliki 6 (enam) tingkatan kognitif, sebagai berikut.

1. Pengetahuan (knowlage), yaitu sebagai perilaku mengingat atau menggali informasi (materi pembelajarn) yang telah dicapai sebelumnya,

2. Pemahaman (comprehention), yaitu sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran. Hal ini ditunjukan melalui penerjemahan materi pembelajaran,

3. Penerapan (application), yaitu penerapan yang mengacu pada kemampuan menggunakan pembelajaran yang telah dipelajari di


(48)

31 dalam situasi baru dan konkrit. Ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil dan teori,

4. Analisis (analysis), yaitu mengacu pada kemampuan memecahkan materi ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis antar bagian, dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian,

5. Sintesis (synthesis), yaitu mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencakup komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi),

6. Penilaian (evaluation), yaitu mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran untuk tujuan tertentu.

Menurut Gagne (2007: 45), hasil belajar pada proses belajar ditentukan oleh 5 (lima) faktor, diantaranya sebagai berikut.

1. Informasi Verbal (Verbal Information)

Yang dimaksud adalah pengetahuan awal/dasar yang memiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tulisan. Apabila siswa hendak belajar/menerima pelajaran suatu pokok bahasan, maka pengetahuan awal sebelum pokok bahasan diberikan siswa harus sudah menguasai.

2. Kemahiran Intelektual (Intelektual Skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya dalam bentuk suatu representasi. Intelektual atau kecerdasan bila dikembangkan dapat berupa Intellegence Quiotion (IQ), Intellegence Emotional (EI), Spiritual Intellegence(IS). IQ berhubungan dengan intelegensi atau kecerdasan otak, IE berkaitan dengan emosi atau tingkat pengendalian diri, IS berhubungan dengan tingkat keyakinan kepada Tuhan (Suharsono, 2009:96).

3. Strategi kognitif (pengaturan kegiatan kognitif) merupakan aktivitas mentalnya sendiri, sedangkan ruang gerak kemahiran intelektual adalah representensi dalam kesadaran terhadap lingkungan hidup dan diri sendiri. Strategi kognitif mencakup, penggunaan konsep dan kaidah yang telah dimiliki, terutama bila sedang menghadapi suatu problem,

4. Keterampilan Motorik (Motor Skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmaniah dalam urutan tertentu yang terkodinir dan terpadu. Cirri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan secara


(49)

32 lancar dan luwes tanpa banyak dibutuhkan refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti gerak-gerik tertentu.

5. Sikap (Attitude)

Kecenderungan menerima atau menolakl suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu serta berguna/berharga atau tidak sering dinyatakan sebagai suatu sikap dan hal bila dimungkinkan adanya berbagai tindakan. Misalnya, seorang siswa harus mengambil tindakan/keputusan, apakah belajar untuk menghadapi ujian, atau nonton film dengan temanya pada waktu yang sama.

Penialaian hasil belajar merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan mengajar dan pelaksanaan belajar mengajar. Guru hendaknya dapat menyelesaikan masalah pembelajaranya melalui kegiatan nyata dikelasnya. Kegiatan nyata ditunjukan untuk meningkatkan suatu proses dan hasil pembelajaranya yang dilaksanakan secara professional (Suharjo, 2006: 55).

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) menyatakan bahwa, “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hsail belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar pada suatu sisi adalah terkait dengan tindak guru, suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 yaitu dampak pengajaran dan pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan juga siswa. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti nilai dalam mengerjakan latihan atau ulangan, nilai dalam rapor, nilai dalam ijazah. Sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain. Oleh karena itu hasil belajar yang berkualitas bukan sekedar ketercapaian menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan target kurikulum, tetapi dapat diukur dari perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terjadi pada siswa.

Tercapainya suatu tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar


(50)

33 yang diperoleh siswa mengalami peningkatan. Penilaian hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhsilan siswa dalam mencapai tujuanyang telah ditetapkan (Dimyati, 2006: 23).

Selanjutnya pendapat Sagala (2003: 57) mengatakan bahwa agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain seperti dikemukakan sebagai berikut.

1. Kemampuan yang berfikir tinggi bagi para siswa, hal ini ditandai dengan berfikir kritis, logis, sistematis, dan objektif (Scolastic Aptitude Test).

2. Menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran (Interest Inventory).

3. Bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya (Differensial Aptitude Test)

4. Menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran di sekolah yang menjadi lanjutanya (Achievement Test) dan sebagainya.

Uraian-uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa adalah hasil atau perubahan yang positif yang dicapai dari proses belajar baik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Namun, pada penelitian ini peneliti menekankan hasil belajar dari segi kognitif yaitu hasil dari tes formatif yang diberikan selama pembelajaran untuk setiap akhir siklus.

B. Kerangka Pikir

Model pembelajaran merupakan suatu setrategi pembelajaran dimana dalam pembelajaran itu akan mengajak peserta didik untuk belajar lebih aktif. Ketika


(51)

34 peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari dalam kehidupan nyata, dengan pembelajaran aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.

Model Pembelajaran NHT yaitu, guru menjelaskan materi sebagai pengantar, kemudian guru membagi siswa kedalam beberapa nomor. Kemudian setiap nomor diminta untuk melakukan presentasi berdasarkan nomor yang dipanggil oleh guru. Pada dasarnya model pembelajaran apapun lebih mudah diterapkan pada siswa yang memiliki tingkat aktivitas, intelegensi dan motivasi yang tinggi. Pada Model Pembelajaran NHT dimana peserta didik diberikan kebebasan untuk mengutarakan pendapat, maka yang terjadi ialah siswa yang memiliki aktivitas lebihlah yang akan mendominasi kelas itu.

Desain penelitian ini dirancang untuk menyelidiki upaya penerapan Model Pembelajaran NHT untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini peneliti menduga bahwa ada pengaruh yang berbeda dari adanya perbedaan perlakuan pada tingkatan aktivitas siswa yang berbeda. Peneliti menduga Model Pembelajaran NHT dengan tahap-tahapan pembelajarannya lebih efektif meningkatkan hasil belajar siswa dengan aktivitas siswa tinggi. Dengan kata lain peneliti menduga ada interaksi antara Model Pembelajaran NHT dengan aktivitas siswa terhadap hasil belajar.


(52)

35 Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat di gambarkan paradigma penelitian ini sebagai berikut.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran IPS dapat meningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII 1 semester genap SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

2. Penerapan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran IPS dapat meningkatan hasil belajar siswa kelas VII 1 semester genap SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT)

Aktivitas Belajar Meningkat

Hasil belajar meningkat


(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPS di kelas VII 1 SMP Negeri 1 Raja Basa mulai bulan Februari sampai dengan April 2012.

B. Faktor Yang Diteliti

Untk memecahkan masalah yang telah dirumuskan di atas, ada beberapa faktor yang akan diteliti sebagai berikut.

1. Aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung 2. Hasil belajar IPS siswa dilihat dari tes pada setiap akhir siklus.

C. Rencana Tindakan

Model penelitin tindak kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dibebankan oleh Ellot Aronson dan Robert E. Salvin model penelitian ini direncanakan terbagi menjadi 2 siklus atau putaran dimana setiap siklus terdiri 4 komponen yang meliputi sebagai berikut.


(54)

37 Perencanaan adalah langkah yang akan dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Guru menyusun sebuah rencana kegiatan misalnya: (a) apa yang harus dilakukan oleh siswa, (b) kapan dan berapa lama dilakukan, (c) dimana dilakukan, (d) jika diperlukan peralatan atau sarana, wujudnya apa, (e) jika sudah selesai, apa tindakan selanjutnya.

2. Tindakan (acting)

Tindakan atau pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Guru harus memperhatikan hal-hal yang sebagai berikut: (a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, (b) apakah proses tindakan yang dilakukan siswa cukup lancar, (c) bagaimanakah situasi proses tindakan, (d) apakah siswa melaksanakan dengan bersemangat, (e) bagaimanakah hasil keseluruhan dan tindakan.

3. Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan. 4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

Pergantian siklus dilakukan pada setiap berakhirnya satu sub pokok bahasan

Rangkaian rencana penelitian tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.


(55)

38

D. Data Penelitian

Data penelitian ini terdiri sebagai berikut.

a. Data siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, terjadi di dalam kelas pada setiap siklus.

b. Data hasil belajar siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil belajar berupa nilai tes yang diberikan setiap akhir siklus.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui catatan lapangan dan tes, dapat dijelaskan sebagai berikut.

Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan

?


(56)

39 a. Observasi

Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

b. Tes

Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah diberikan pembelajaran kooperatif tipe NHT.Nilai diambil dari tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran.

F. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangandan perangkat tes. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas yaitu perilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran antara lain

Tabel 4. Aktivitas siswa

No Aktivitas Siswa Jumlah siswa

Prosentase % Ket A. Kegiatan Awal Siswa

1. Melengkapi alat tulis 2. Mengerjakan tugas ( PR ) B. Kegiatan Inti

3. Meperhatikan penjelasan dari guru

4. Mengerjakan latihan dengan

sesuai perintah guru 5. Mengerjakan latihan

dengan sungguh-sungguh 6. Berani bertanya


(57)

40 7. Berani menjawab

pertanyaan 8. Aktivitas

memperhatikan/belajar: a. Tidak mengobrol b. Mencatat

c. Tidak melamun d. Tidak melakukan

kegiatan lain 9. Merangkum

pelajaran/mencatat kesimpulan

10. Mengerjakan latihan soal-soal

C.Kegiatan akhir 11. Mencatat PR

Instrument penelitian yang berupa perangkat tes, yang diberikan kepada siswa pada akhir setiap siklus untuk mengukur dan mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.

a. Uji Validitas

Pengujian validasi tiap butir instrument menggunakan analis item, yaitu mengkorelasi skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam memberi interprestasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai korelasi positif dengan korelasi yang tinggi menunjukan bahwa item tersebut tidak tinggi pula. Syarat minimal yang di anggap memenuhi yaitu syarat dengan r hitung > r tabeldengan ά = 0,05. Uji validitas menurut

Arikunto ( 2006:79 ) menggunakan rumus korelasi biserial Tabel 4. (lanjutan)


(58)

41 γ pbi = Mp –Mt / Si√p / q

keterangan :

γ pbi = Koefisien korelasi biserial

Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya. Mt = Rerator skor total

Si = Standar deviasi dari skor total P = Proporsi siswa menjawab benar Q = Proporsi siswa menjawab salah

Tabel 5. Uji Validitas Butir Soal Siklus I

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan No. 1 0,444 0,558 Valid No. 2 0,444 0,488 Valid No. 3 0,444 0,510 Valid No. 4 0,444 0,534 Valid No. 5 0,444 0,515 Valid No. 6 0,444 0,636 Valid No. 9 0,444 0,521 Valid No. 10 0,444 0,446 Valid No. 11 0,444 0,479 Valid No. 12 0,444 0,469 Valid No. 13 0,444 0,493 Valid No. 14 0,444 0,480 Valid No. 15 0,444 0,471 Valid No. 17 0,444 0,514 Valid No. 18 0,444 0,488 Valid No. 19 0,444 0,533 Valid No. 20 0,444 0,520 Valid

Setelah melakukan uji Siklus I dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 3 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 7,8, 16 dengan nilai r hitung ˂ rtabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka didrop soal tersebut.


(59)

42 Tabel 6. Uji Validitas Butir Soal Siklus II

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan No. 1 0,444 0,453 Valid No. 2 0,444 0,488 Valid No. 3 0,444 0,610 Valid No. 4 0,444 0,530 Valid No. 6 0,444 0,534 Valid No. 8 0,444 0,535 Valid No. 9 0,444 0,561 Valid No. 10 0,444 0,459 Valid No. 11 0,444 0,479 Valid No. 12 0,444 0,455 Valid No. 13 0,444 0,523 Valid No. 14 0,444 0,542 Valid No. 15 0,444 0,621 Valid No. 16 0,444 0,451 Valid No. 17 0,444 0,480 Valid No. 18 0,444 0,527 Valid No. 19 0,444 0,478 Valid No. 20 0,444 0,667 Valid

Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 2 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 5 dan 7 dengan nilai rhitung ˂ rtabel. r tabel (n=20,α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka soal didrop tersebut.

Tabel 7. Uji Validitas Butir Soal Siklus III

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan No. 1 0,444 0,469 Valid No. 2 0,444 0,454 Valid No. 3 0,444 0,492 Valid No. 4 0,444 0,473 Valid No. 5 0,444 0,629 Valid No. 6 0,444 0,479 Valid No. 7 0,444 0,454 Valid No. 9 0,444 0,458 Valid No. 10 0,444 0,462 Valid No. 11 0,444 0,605 Valid No. 12 0,444 0,490 Valid


(60)

43 No. 13 0,444 0,453 Valid

No. 14 0,444 0,463 Valid No. 15 0,444 0,479 Valid No. 16 0,444 0,529 Valid No. 17 0,444 0,453 Valid No. 18 0,444 0,479 Valid No. 19 0,444 0,604 Valid No. 20 0,444 0,446 Valid

Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 8 dengan nilai r hitung < rtabel. r tabel (n=20,α=5%) atau sama dengan 0,444.

b. Uji Realibilitas

Reabilitas atau tingkat ketetapan (consistensi atau keajegan) adalah tingkat kemampuan intrumen untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Instrumen yang memiliki tingkat reabilitas tinggi cenderung menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel unsur-unsurnya, jika diulang pada waktu berbeda pada kelompok individu yang sama menurut Hadari dalam Merlinda (1992:190).

Pengukuran reabilitas instrumen menurut Arikunto (2006: 101) dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

K–R.20 Perhitungan dilkukan secara manual. Berikut ini adalah rumus K–R.20.

R11 = ( k/k–1 ) ( S² -∑pq / S² ) Keterangan :

R11 = Reabilitas secara keseluruhan Tabel 7. (lanjutan)


(61)

44 P = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah ( q = 1–p ) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Berdasarkan uji siklus yang sudah dilakukan diperoleh reliabilitas soal pada siklus I yaitu 0,47, pada siklus II diperoleh 0,61 dan pada siklus III diperolah 0,55.

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan mudahnya atau sukarnya suatu soal tersebut disebut dengan indeks kesukaran.

Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai 1,0 indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaiknya jika indeks menunjukan 1,0 maka soal tersebut terlalu mudah, sehingga semakin mudah soal tersebut semakin besar bilangan indeksnya. Dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P, singkatan dari proporsi”.

Tingkat kesukaran dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.


(62)

45 Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto (2006: 208) ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklafikasikan sebagai berikut

- Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

Berdasarkan analisis butir soal untuk uji kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Tingkat kesukaran soal siklus I, Siklus II dan Siklus III

SIKLUS I

No. Soal Kesukaran soal Kategori 0,00–0,30 Sukar 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13,

14,15,16,17,18,19,20 0,31–0,70 Sedang

11 0,71–1,00 Mudah

SIKLUS II

0,00–0,30 Sukar 1,2,3,5,6,7,8,9,10,11,12,13,

14,15,16,17,18,19,20

0,31–0,70 Sedang

4 0,71–1,00 Mudah

SIKLUS III

0,00–0,30 Sukar 1,2,3,4,5,79,10,11,16,17,18,1

9, 20

0,31–0,70 Sedang

6,8,12,13,14 0,71–1,00 Mudah

d. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan siswa yang bodoh (kemampuan rendah) angka yang menunjukan besarnya daya pembeda


(63)

46 tersebut disebut indeks diskriminasi disingkat D. Daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00 sama halnya dengan indeks kesukaran namun bedanya pada indeks diskriminasi ini ada tanda negatif. Negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Suatu soal yang dapat dijawab oleh siswa yang pandai maupun siswa yang bodoh maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda, demikian juga apa bila soal tersebut tidak dapat dijawab benar oleh seluruh siswa pandai maupun siswa baik, maka soal tersebut tidak mempunyai daya beda sehingga soal tersebut tidak baik digunakan untuk tes. Suatu soal yang baik adalah yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.

Seluruh kelompok tes akan dibagi menjadi 2 kelompok sebagai berikut.

Kelompok atas dan kelompok bawah dengan jumlah yang sama, jika seluruh kelompok atas bisa menjawab soal dengan benar dan kelompok bawah menjawab dengan salah, maka nilai tersebut memiliki D paling besar yaitu 1,00 sebaliknya jika kelompok semua atas menjawab salah dan kelompok bawah menjawab benar, maka nilai D = 1,00 tetapi jika kelompok atas maupun kelompok bawah sama – sama menjawab benar atau salah maka soa; tersebut mempunyai nilai D = 0,00 karena tidak mempunyai daya beda sama sekali.

Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus D = BA / JA–BB / JB = PA–PB


(64)

47 Dimana

D = Daya pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah Klasifikasi daya pembeda

D = 0,00–0,20 = Jelek D = 0,21–0,40 = Cukup D = 0,41–0,70 = Baik D = 0,71–1,00 = Baik Sekali

Negatif, Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja (Arikunto, 2006: 213).

Tabel 9. Hasil Analisis Daya Beda

SIKLUS I

No. Soal Daya Pembeda Kategori

4,7,11 0,00–0,20 Jelek

2,3,5,9,13,19,20 0,21–0,40 Cukup 6,10,12,14,15,17,18 0,41–0,70 Baik

1 0,71–1,00 Baik Sekali

SIKLUS II

4,11,20 0,00–0,20 Jelek

2,7,8,9,12,13,19 0,21–0,40 Cukup 1,3,5,6,10,14,18 0,41–0,70 Baik 15,17 0,71–1,00 Baik Sekali

SIKLUS III

2,4,8,11,16 0,00–0,20 Jelek 3,5,6,14,18,19 0,21–0,40 Cukup 1,7,9,10,12,13,15,17,20 0,41–0,70 Baik

0,71–1,00 Baik Sekali

G. Analisis Data

1. Analisis data aktivitas siswa

Analisis data jumlah aktivitas siswa dilakukan dengan membagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa diamati aktivitasnya secara klasikal


(65)

48 dalam setiap pertemuan dengan memberi tanda ceklis pada lembar

observasi yang telah diadakan, setelah observasi lalu dihitung jumlah aktivitas yang telah dilakukan, kemudian dipresentasikan. Data pada setiap siklus diolah menjadi presentase aktivitas siswa. Seorang siswa

dikategorikan aktif minimal 61% dari jenis kegiatan yang telah dilakukan, kemudian dipresentasekan. Hal ini sesuai dengan kriteria (Arikunto, 2007: 17) sebagai berikut.

a. Antara 81%-100% adalah aktivitas siswa sangat baik b. Antara61%-80% adalah aktivitas siswa yang baik c. Antara 41%-60% adalah aktivitas siswa cukup d. Antara 21%-40% adalah aktivitas siswa kurang e. Antara 0%-20% adalah aktivitas siswa kurang sekali

Jika lebih dari 61%-80% aktivitas yang dilakukan, maka siswa tersebut sudah termasuk siswa yang aktif. Dapat dilakukan perhitungan persentase keaktifan siswa dengan rumus

% = 100%

Keterangan:

%A = persentase jumlah siswa yang aktif Na = jumlah siswa yang aktif

N = jumlah siswa keseluruhan 2. Analisis data hasil belajar siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran NHT diambil rata-rata tes formatif yang diberikan pada setiapa akhir siklus.


(66)

49 H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mencapai >75% siswa aktif 2. Siswa yang memperoleh nilai diatas >63 mencapai lebih dari 80%


(1)

49 H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mencapai >75% siswa aktif 2. Siswa yang memperoleh nilai diatas >63 mencapai lebih dari 80%


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dapat

meningkatka aktivitas siswa secara keseluruhan yang berjumlah 35 siswa, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya aktivitas belajar siswa dan hanya tersisa beberapa orang saja yang tidak aktif. Jadi model pembelajaran kooperatif NHT dapat membuat seluruh siswa terlihat secara penuh dalam pembelajaran dan peranan guru hanya sebagai sebatas pembimbing dalam meluruskan masalah, tetapi tidak terlihat langsung didalam kegiatan belajar.

2. Model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pelaksanaan tindakan dari hasil belajar yang diukur dari kognitif adalah siklus I sebesar 48,57%, pada siklus II sebesar 65,75% pada siklus III sebesar 85,71%. Ini terbukti bahwa dengan pemanfaatan model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan.


(3)

72 3. Model pembelajaran kooperatif NHT juga dapat mengembangkan keterampilan berpikir, sehingga siswa akan mampu mengembangkan pola pikirannya dengan memperdayakan potensi diri siswa seperti : mengamati komunikasi dan lebih menjadikan siswa lebih berpikir kritis.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam penelitian ini ada beberapa saran yang dipertimbangkan dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntasi di kelas VII 1 SMP Negeri 1 Rajabasa adalah sebagai berikut.

1. Hendaknya guru mengenalkan dan melatih keterampilan proses kooperatif sebelum atau selama pembelajaran. Agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep. Serta siswa dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

2. Siswa hendaknya diberi wawasan atau tekanan untuk tidak sering alpa atau tidak masuk sekolah, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Selain itu siswa hendaknya dituntut untuk menguasai sejumlah

informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran, sehingga di dalam kelompok siswa tidak bingung untuk mendiskusikan materi baginya, lebih dari pada itu siswa akan mampu mengembangkan kalimat dan potensinya secara mandiri. Diharapkan kemudian hari siswa tidak hanya berkembang intelektualnya saja tetapi mampu meningkatkan seluruh pribadi siswa termasuk sikap mental yang dimiliki.


(4)

73 3. Bagi sekolah perlu dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berbagai

strategi sebagai upaya menciptakan suasana belajar yang kondusif agar hasil belajar siswa dapat meningkat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007.Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2001.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara.

Jakarta

Daryanto. 1997.Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Dimyati, Mudjiono.2006.Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta. Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri. 2000.Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.

Rineka cipta. Jakarta

http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/metode-diskusi.html http://nesaci.com/metode-diskusi-dalam-proses-belajar-di-sekolah/

Suyatna, Agus. 2008.Modul 30 Model Pembelajaran PAIKEM.FKIP Universitas Lampung:Lampung.

Model PAIKEM , Departemen Pendidikan Nasioanal Andreas Viklund. Blog pada WordPress.com.

http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/05/model-model-pembelajaran Bobbi DePorter. 2002.Quantum Teaching. Boston: Allyn Bacon.

B. Suryosubroto. 1997.Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2001.Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.


(6)

.... 2002.Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kelas di SMP, SMPLB, SLB Tingkat Dasar, dan MI. Jakarta: Depdiknas.

...2006.Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas. Indra Jati Sidi. 2004.Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar-Mengajar yang

Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Nana Sudjana. 2002.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja RoSMPakarya.

Purwadi Suhandini. 2000.Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES. Puskur Balitbang Depdiknas. 2003.Model-model Pembelajaran Efektif.

(www.puskur_balitbang_depdiknas.com).upadate 28 Agustus 2007. Supardi, Suharsimi Arikunto, Suhardjono. 2006.Penelitian Tindakan Kelas.

Yakarta: Bumi Aksara.

Tim MKDK IKIP Semarang. 1990.Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Tintin Heryatin. 2004.Pengembangan Model Pembelajaran Quantum dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Rangka Pengembangan

Kurikulum Berbasis Sekolah. Hasil Penelitian. (http://pps.upi.edu/org/ abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk04.html). update 28 Agustus 2007. Zainal Aqib. 2007.Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 26 71

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 70

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.H SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 79

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.3 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 58

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN TEKNIK LATIHAN SISWA KELAS 1 SEMESTER GENAP SD NEGERI 1 WAYHALOM TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 40

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 59

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.7 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 4 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 55

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 60

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.7 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 4 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 10 56

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.D SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 PULAU PANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 36