UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh PAIRIN

Berdasarkan observasi awal, atas pembelajaran Matematika bagi siswa kelas V di SD Negeri 5 Metro Timur diperoleh data aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah khususnya mata pelajaran matematika, sebanyak 9 siswa atau 30% siswa tuntas dan 21 siswa atau 70% siswa belum tuntas, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tersebut. Untuk mengatasi kondisi pembelajaran di atas peneliti menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika pada materi sifat-sifat bangun ruang. Penelitian ini dilakukan pada 30 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuaan pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data delakukan dengan lembar observasi siswa serta tes hasil belajar disetiap siklusnya. Selanjutnya data dianalisis dengan cara analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri 5 Metro Timur dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 54,8 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 64,3. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 58,7 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 71,3. Ketuntasan siswa pada siklus I hanya mencapai 70% (21 siswa) dan meningkat pada siklus II menjadi 100% (30 siswa).


(2)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

PAIRIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(3)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(SKRIPSI)

Oleh

PAIRIN

0913099020

PROGRAM STUDI S-1 PGSD DALAM JABATAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2012


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 23

2. Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa Tiap Siklus ... 47

3. Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus ... 48


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Perumusan Masalah ... 4

D. Tujuan penelitian ... 5

E. Manfaat penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Aktivitas ... 6

B. Belajar... 7

C. Aktivitas Belajar ... 7

D. Hasil Belajar ... 8

E. Pembelajarn Kooperatif ... 9

F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 12

G. Pengertian Matematika ... 16

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian ... 18

B. Tempat Penelitian ... 18

C. Waktu Penelitian ... 18

D. Teknik Pengumpulan Data ... 19

E. Alat Pengumpul Data ... 19

F. Teknik Analisis Data... 20

G. Prosedur Penelitian ... 22

H. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 23

I. Instrumen ... 33


(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Dekripsi Per Siklus ... 34

1. Siklus I ... 34

2. Siklus II ... 42

B. Pembahasan ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 36

2. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus I ... 37

3. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 38

4. Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 42

5. Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus II... 44

6. Hasil Belajar Siswa Siklus II... 45


(8)

MENGESAHKAN

1.

Tim Penguji

Penguji

: Drs. Muncarno, M.Pd

_____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Alben Ambarita, M.Pd _____________

2.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si

NIP 19600315 198503 1 003


(9)

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa

Program Sutdi

Fakultas

:

:

:

:

Pairin

0913099020

S-1 PGSD

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul PTK

: Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif

Tipe Jigsaw

Pada Mata Pelajaran

Matematika Kelas V SD Negeri 5 Metro

Timur Tahun Pelajaran 2011/2012

Menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini adalah hasil tulisan saya

sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah

dipublikasikan atau ditulis orang lain atau telah dipergunakan dan diterima

sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas atau institut lain.

Metro, 25 Juni 2012

Pairin


(10)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

: UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW

PADA MATA PELAJARAN

MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5

METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN

2011/2012

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa

Program Sutdi

Fakultas

:

:

:

:

Pairin

0913099020

S-1 PGSD SKGJ

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan

Ilmu Pendidikan FKIP Unila

Pembimbing,

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd


(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mulyojati pada

tanggal 15 September 1968, sebagai anak

ketiga dari lima bersaudara, pasangan

Bapak Misiran dan Ibu Tukirah. Jenjang

pendidikan yang dialami penulis dimulai

dari SD Negeri 3 Mulyojati Kecamatan

Bantul diselesaikan pada tahun 1983,

kemudian penulis melanjutkan di SLTP

Negeri 1 Metro diselesaikan tahun 1986.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SGO PGRI Metro lulus tahun 1989.

Pada tahun 1989 penulis menikah dengan Ponirah dan dikaruniai 2 orang putra.

Penulis diangkat menjadi PNS pada tahun 2000 dan ditugaskan di SD Negeri 1

Bogatama Kabupten Tulang Bawang. Kemudian pada tahun 2004 penulis mutasi

kerja di Kota Metro dan ditugaskan menjadi guru di SD Negeri 3 Metro Timur

sampai dengan tahun 2006. Pada tahun 2007 penulis pindah tugas di SD Negeri 5

Metro Timur sampai dengan sekarang. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan

kuliah D2 PGSD Universitas Lampung lulus tahun 2008. Kemudian pada tahun

2010 penulis melanjutkan kembali S1 PGSD Dalam Jabatan pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mulyojati pada

tanggal 15 September 1968, sebagai anak

ketiga dari lima bersaudara, pasangan

Bapak Misiran dan Ibu Tukirah. Jenjang

pendidikan yang dialami penulis dimulai

dari SD Negeri 3 Mulyojati Kecamatan

Bantul diselesaikan pada tahun 1983,

kemudian penulis melanjutkan di SLTP

Negeri 1 Metro diselesaikan tahun 1986.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SGO PGRI Metro lulus tahun 1989.

Pada tahun 1989 penulis menikah dengan Ponirah dan dikaruniai 2 orang putra.

Penulis diangkat menjadi PNS pada tahun 2000 dan ditugaskan di SD Negeri 1

Bogatama Kabupten Tulang Bawang. Kemudian pada tahun 2004 penulis mutasi

kerja di Kota Metro dan ditugaskan menjadi guru di SD Negeri 3 Metro Timur

sampai dengan tahun 2006. Pada tahun 2007 penulis pindah tugas di SD Negeri 5

Metro Timur sampai dengan sekarang. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan

kuliah D2 PGSD Universitas Lampung lulus tahun 2008. Kemudian pada tahun

2010 penulis melanjutkan kembali S1 PGSD Dalam Jabatan pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan limpahan rahmag-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas Hasil Belajar siswa Melalui

Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran Matematika

Kelas V SD Negeri 5 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi ini dapat

disusun berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2.

Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

FKIP Universitas Lampung

3.

Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP

Universitas Lampung.

4.

Bapak Drs. Muncarno, M.Pd, selaku Pembimbing dalam proses penyelesaian

Penelitian Tindakan Kelas ini.

5.

Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd, selaku penguji dalam proses penyelesaian

Penelitian Tindakan Kelas ini.

6.

Ibu Yuliana, S.Pd, selaku Kepala SD Negeri 5 Metro Timur dan seluruh

dewan guru beserta staf SD Negeri 5 Metro Timur.


(14)

7.

Bapak dan ibu Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

8.

Semua pihak yang telah membantu dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini masih

terdapat kekurangan baik dari segi susunan dan penulisan, oleh karena itu kritik

dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

dalam penulisan ilmiah lainnya.

Metro, Juni 2012

Penulis

Pairin


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran. Kompetensi merupakan kemampuan berpikir, bertindak, dan bersikap secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai.

Salah satu komponen pendidikan dasar adalah bidang-bidang pengajaran diantaranya Matematika. Perhitungan dan proses berpikir Matematika biasanya diperlukan orang dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Oleh karena itu pengajaran Matematika sekolah dimasa yang akan datang diupayakan agar siswa tidak hanya terampil menggunakan Matematika

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan siswa kesulitan dalam pembelajaran Matematika sebagai berikut: (1) Proses pembelajaran Matematika yang masih bersifat abstrak tanpa mengaitkan permasalahan Matematika dengan kehidupan sehari-hari, (2) Guru kurang memotivasi siswa dalam pembelajaran Matematika sehingga siswa lemah mempelajari Matematika, (3) Siswa tidak berani mengemukakan ide atau gagasan kepada


(16)

2 guru karena guru belum dapat melakukan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan, (4) Guru masih bersifat dominan dalam proses pembelajaran.

Dari permasalahan guru di atas, dalam pembelajaran guru kurang optimal dan masih berpusat pada guru, dimana guru harus menjelaskan materi pelajaran, memberi contoh soal, membahas soal-soal latihan dan aplikasinya, hal ini yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Dengan metode seperti ini, hanya siswa yang mempunyai minat belajar tinggi saja yang aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa yang mempunyai minat belajar rendah cenderung tidak serius dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika, perlu ditemukan model pembelajaran yang tepat.

Hal yang perlu diperbaiki dalam permasalahan ini adalah model pembelajaran guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar aktivitas dan Aktivitas Hasil belajar siswa meningkat lebih baik. Diharapkan dengan pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif, inovatif dan menyenangkan. .

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 5 Metro Timur tahun pelajaran 2011/2012, diperoleh data bahwa dalam pembelajaran Matematika masih banyak hasil belajar siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 60, terbukti dari nilai rata-rata kelas yang hanya mencapai 59. Sementara itu dilihat dari ketuntasan nilai individu berdasarkan KKM, diperoleh hasil bahwa dari 30 siswa hanya 9 siswa (30%) yang telah mencapai KKM, sedangkan 21 siswa (70%) belum tuntas atau belum


(17)

3 mencapai KKM. Aktivitas belajar siswa juga masih rendah terlihat dari siswa yang cenderung ribut, banyak mengobrol dan tidak menyimak materi yang disampaikan oleh guru, serta proses timbal balik antara guru dengan siswa kurang terlihat.

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dikarenakan pola mengajar yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Kemudian guru lebih sering terpaku pada buku serta penyajian materi yang bersifat naratif dan tidak memperhatikan efisiensi waktunya sehingga membuat siswa jenuh dan tidak dapat fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Terlebih lagi guru belum menggunakan media yang menunjang proses pembelajaran.

Solusi untuk menanggulangi masalah tersebut, guru harus bisa menciptakan suasana pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Ibrahim & Syaodih (2003: 118) mengemukakan bahwa untuk mencapai hasil yang optimum dari proses pembelajaran, salah satu hal yang sangat disarankan adalah digunakannya pula media yang bersifat langsung dalam bentuk objek nyata atau realia. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu sarana guna menunjang perbaikan proses pembelajaran tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar (Solihatin & Raharjo, 2007: 27).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan mengambil judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


(18)

4 Pada Pembelajaran Matematika Kelas V SD Negeri 5 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diidentifikasi permasalahan yang ada sebagai berikut:

1. Guru tidak menggunakan alat peraga yang kurang sesuai dengan materi pembelajaran yang diajarkan.

2. Metode yang digunakan guru kurang sesuai dengan materi pelajaran dimana hanya menggunakan metode ceramah, penugasan dan tanya jawab. 3. Kurangnya aktivitas siswa yang mendukung pembelajaran

4. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas V SD Negeri 5 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012?”

2. Bagaimanakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas V SD Negeri 5 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012?”


(19)

5 D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan tujuan penelitian adalah:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas V SD Negeri 5 Metro Timur melalui model pembelajaran tipe jigsaw.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas V SD Negeri 5 Metro Timur melalui model pembelajaran tipe jigsaw.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Matematika kelas V SD Negeri 5 Metro Timur.

b. Dapat eningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika kelas V SD Negeri 5 Metro Timur.

2. Bagi Guru, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

3. Bagi Sekolah, dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan

4. Bagi Peneliti, menembah pengetahuan tentang PTK, sehingga dapat menjadi guru yang profesional.


(20)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aktivitas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23) mengartikan bahwa aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Reber (Syah, 2003: 109) mengemukakan bahwa aktivitas adalah proses yang berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengan beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Menurut Sriyono (Yasa, http://ipotes.wordpress.com, 2008) aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani.

Menurut Junaidi (dalam http://wawan-junaidi.blogspot.com) berpendapat bahwa aktivitas adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah suatu kegiatan yang melibatkan jasmani dan rohani seseorang untuk tujuan tertentu. Sehingga melalui aktivitas tersebut seseorang dapat memecahkan masalah atau persoalan-persoalan lainnya.


(21)

7 B. Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain (Fajar, 2009: 10). Menurut Fathurrohman & Sutikno (2010: 6) belajar adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Winataputra, dkk. (2008: 1.14) berpendapat bahwa belajar adalah perubahan perilaku individu sebagai akibat dari proses pengalaman baik yang dialami ataupun sengaja dirancang.

Bruner (Trianto, 2010: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor (Hernawan, dkk., 2007: 2).

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan seseorang yang memberikan perubahan tingkah laku dari aspek pengetahuan, sikap serta keterampilan, dan merupakan hasil pengalaman yang diperolehnya. C. Aktivitas Belajar

Dimyati & Mudjiono (2006: 236-238) mengemukakan aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar


(22)

8 adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Kunandar (2010: 277) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Sriyono (http://susilofy.wordpress.com, 2010) mendefinisikan bahwa aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan siswa, yang menyangkut partisMatematikasi, minat, perhatian dan presentasi di mana dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara aktif serta mendapat pengalaman baru. Sehingga setelah siswa mengalami kegiatan tersebut siswa lebih mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

D. Hasil Belajar

Hasil belajar ialah suatu akibat dari proses belajar (Sudjana dalam Kunandar, 2010: 276). Sedangkan Dimyati & Mudjiono (2006: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Soedijarto (Nashar, 2004: 79) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai


(23)

9 oleh siswa dalam mengikuti program belajar dan mengajar sesuai yang ditetapkan.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar yaitu perubahan dalam diri siswa setelah memperoleh pengalaman belajar terutama dalam aspek pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimilikinya, dan hasil belajar tersebut didapat dari soal tes yang diberikan oleh guru kepada siswa.

E. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama (Hasan dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4). Belajar kooperatif adalah belajar dengan memanfaatkan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Johnson dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4). Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan anggota kelompoknya yang bersifat heterogen. Dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok (Slavin dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 4).

Cooperative learning memilki beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Cohen (dalam Asma 2006: 11), mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai berikut, cooperative learning will be defined as student working together in a group small enough that everyone


(24)

10 particMatematikate on a collective task that has been clearly assign. Moreover, student are expected to carry out their task without direct and immediate supervision of the teacher. Definisi ini menunjukkan ciri sosiologis yaitu penekanannya pada aspek tugas-tugas kolektif yang harus dikerjakan bersama dalam kelompok dan pendelegasian wewenang dari guru kepada peserta didik. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing peserta didik menyelesaikan materi dan tugas. Davidson dan Kroll (dalam Asma 2006: 11), mendefinisikan belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar peserta didik dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka.

Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Cooperative learning menekankan kerjasama antara peserta didik dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Kegiatan peserta didik dalam belajar cooperative learning antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, memberi penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong teman kelompoknya untuk berpartisMatematikasi secara aktif, dan berdiskusi (Asma, 2006: 11-12).

Selanjutnya, Asma (2006: 12) memaparkan bahwa cooperative learning bertujuan untuk pencapaian hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman, dan


(25)

11 pengembangan keterampilan sosial. Dalam pelaksanaan cooperative learning setidaknya terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu prinsip belajar peserta didik aktif (student active learning), belajar kerjasama (cooperative learning), pembelajaran partisMatematikatorik, mengajar reaktif (reactive teaching), dan pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning).

Cooperative learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah. Beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin semua peserta didik bekerja secara kooperatif, yaitu : (1) para peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai, (2) peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa masalah yang dihadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok, (3) untuk mencapai hasil yang maksimum, para peserta didik yang tergabung dalam kelompok tersebut harus saling berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya, dan (4) peserta didik yang tergabung dalam kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan peserta didik mempunyai akibat langsung terhadap keberhasilan kelompok (Tim MKPBM UPI, 2001: 218).

Cooperative learning memiliki berbagai variasi atau tipe-tipe diantaranya Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournaments (TGT), Team Assisted Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI), Jigsaw, dan Model Co-op Co-op (Asma, 2006: 12).

Dari beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa cooperative learning adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik dalam kelompok, meliputi interaksi dengan teman kelompoknya, partisMatematikasi dalam menjawab pertanyaan diskusi, partisMatematikasi dalam menyelesaikan masalah kelompok, dan tanggung jawab terhadap


(26)

12 keberhasilan kelompok, sebagai pencapaian hasil belajar yang dilaksanakan secara sistematis.

F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (Cooperative learning tipe Jigsaw) Cooperative learning tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajarn kooperatif yang mendorong peserta didik aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Model Jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level dimana peserta didik telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama (Isjoni, 2009: 54).

Dalam model pembelajaran konvensional guru menjadi pusat semua kegiatan kelas, sedangkan di dalam model belajar tipe Jigsaw, meskipun guru tetap mengendalikan aturan, ia tidak lagi menjadi pusat kegiatan di kelas, tetapi peserta didik yang menjadi pusat kegiatan di kelas. Dalam model ini guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa tanggung jawab serta membuat peserta didik merasa senang melakukan diskusi materi matematika dalam kelompoknya. Karena motivasi teman sebaya dapat digunakan secara efektif di kelas untuk meningkatkan, baik pembelajaran kognitif peserta didik maupun pertumbuhan efektif peserta didik (Isjoni, 2009: 57).

Dalam model pembelajaran ini, peserta didik bekerja dalam tim-tim yang bersifat heterogen. Peserta didik diberi bab-bab atau unit-unit lain untuk dibaca, dan diberi “lembar pakar” (“expert sheets”) yang berisi topik-topik


(27)

13 yang berbeda bagi masing-masing anggota tim untuk dijadikan fokus ketika membaca. Kemudian peserta didik dari tim-tim berbeda dengan topik sama bertemu dalam “kelompok pakar” atau “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka. Para pakar tersebut kembali ke tim mereka masing-masing lalu bergantian mengajar teman-teman dalam tim tentang topik mereka. Akhirnya, para peserta didik membuat assesmen yang mencakup semua topik dan skor kuis individu menjadi skor tim (Asma, 2006: 72).

Jumlah peserta didik yang bekerja sama dalam masing-masing kelompok harus dibatasi, agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama secara efektif, karena ukuran suatu kelompok mempengaruhi produktivitas, hal ini juga dikarenakan apabila jumlah anggota dalam satu kelompok makin besar dapat mengakibatkan makin kurangnya efektif kerja sama antar para anggota (Soejadi dalam Isjoni, 2009: 55).

Edward (dalam Isjoni, 2009: 55), berpendapat bahwa kelompok yang terdiri dari 4 (empat) orang terbukti sangat efektif. Sedangkan Sudjana, mengemukakan bahwa beberapa peserta didik yang dihimpun dalam satu kelompok dapat terdiri dari 4 sampai 6 orang peserta didik, hal ini didukung oleh hasil penelitian Slavin. Hal itu dikarenakan kelompok yang beranggotakan 4 sampai 6 orang, lebih sepaham dalam menyelesaikan suatu permasalahan dibandingkan dengan kelompok yang beranggotakan 2 sampai 4 orang.

Pada dasarnya, jika guru akan menerapkan model pembelajaran ini yang perlu diperhatikan adalah topik yang memuat sub-sub topik. pada model jigsaw ini terdapat 2 macam kelompok, yaitu kelompok asal/dasar dan


(28)

14

I I A I I

II II B II II

III III C III III

IV IV D IV IV I II

III IV I II

III IV

kelompok ahli. Secara skematis langkah-langkah pembelajarannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

BAGAN I.

Hubungan yang terjadi antara Kelompok asal dan Kelompok ahli Keterangan :

1. Kelompok Asal ( 1, 2, 3, 4 ) 2. Kelompok Ahli (A, B, C, D )

Penjelasan :

Masing–masing anggota asal bertemu dalam diskusi kelompok ahli untuk membahas materi yang ditugaskan. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada teman sekelompoknya. Dalam hal ini pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw didesain tidak hanya untuk meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri,

I II III IV

I II III IV

1

2


(29)

15 tetapi juga untuk saling ketergantungan dalam arti positif terhadap kelompok Ainy dalam (Azizah, 2006: 22).

Adapun kelebihan dan kelemahan dari cooperative learning tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan cooperative learning tipe Jigsaw adalah sebagai berikut: (a) Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara peserta didik yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda. (b) Menerapkan bimbingan sesama teman. (c) Rasa harga diri peserta didik yang lebih tinggi. (d) Memperbaiki kehadiran. (f) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar. (g) Sikap apatis berkurang. (h) Pemahaman materi lebih mendalam. (i) Meningkatkan motivasi belajar.

2) Kelemahan cooperative learning tipe Jigsaw adalah sebagai berikut: (a) Jika guru tidak mengingatkan agar peserta didik selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi. (b) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dan menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi, (c) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan gaduh.

Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran yang berupa kelompok-kelompok kecil dimana dalam satu kelompok terdiri dari 4 sampai 6 orang dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas


(30)

16 penguasaan bagian dari materi kemudian mengajarkan bagian tersebut kepada kelompok asalnya.

G. Pengertian Matematika

Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematike” yang berarti mempelajari, atau “Mathesis” yang berarti “relating to learning” (pengetahuan atau ilmu). Perkataan Mathematike berhubungan erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu “mathaein’ yang mengandung arti ajaran atau belajar (berpikir) Ensiklopedia Indonesia dalam Tim MKPBM UPI (2001: 17), jadi berdasarkan asal katanya, maka Matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir atau nalar (Erna, Tiurlina, 2006: 3). Matematika juga diartikan sebagai pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah–kaidah tertentu melalui deduksi.

Matematika adalah ilmu tentang logika, bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu, aljabar, analisis, dan geometri. (James dan James dalam Tim MKPBM UPI, 2001: 17).

Russefendi dalam Erna, Tiurlina (2006: 4), menyatakan bahwa Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan. Definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah Matematika sering disebut ilmu deduktif.


(31)

17 Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar), yang berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika sederhana yang berguna untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial dan ekonomi.


(32)

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini, dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 5 Metro Timur dengan jumlah siswa 30 orang siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SD Negeri 5 Metro Timur Kecamatan Metro Timur Kota Metro tahun pelajaran 2011/2012.

C. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian. Waktu untuk melakukan tindakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Maret 2012, mulai dari siklus I, dan siklus II


(33)

19 D. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Tes

Teknik ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru dengan memberikan soal tes.

2. Teknik Non Tes

Teknik ini dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa saat mengikuti pembelajaran dan saat mengikuti diskusi serta mengamati kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan lembar observasi.

E. Alat Pengumpul Data 1. Lembar panduan observasi

Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas lain. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Matematika dengan cooperative learning tipe jigsaw.

2. Tes hasil belajar

Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan cooperative learning tipe jigsaw.


(34)

20 F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif ini digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu data tentang kinerja guru, aktivitas siswa dan interaksi pembelajaran, sedangkan data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas:

a. Data aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data aktivitas diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran. Persentase aktivitas belajar siswa dapat diperoleh dengan rumus:

N = X 100%

Keterangan :

N : nilai yang diharapkan

S : Jumlah skor/item yang dijawab benar R : Skor maksimum dari tes

Diadopsi dari Purwanto (2009: 102)

S


(35)

21 2. Analisis Kuantitatif.

akan digunakan untuk menganalisis data dari instrumen tes. Data hasil penelitian tergolong data kuantitatif secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan kentutasan individual dengan rumus sebagai berikut:

a. Ketuntasan Individual S = R X 100

N Keterangan :

S : nilai yang diharapkan

R : Jumlah skor / item yang dijawab benar N : Skor maksimum dari tes

b. Ketuntasan klasikal

S = Jumlah siswa yang tuntas belajar X 100% Jumlah seluruh siswa

Keterangan :

Ketuntasan individual: jika siswa mencapai ketuntasan > 65%

Ketuntasan klasikal: jika > 60% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan > 65%

(Sumber: Adaptasi Purwanto 2008:12) 3. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

a. Peningkatan aktivitas siswa berdasarkan indikator dari skor total nilai dari lembar observasi aktivitas siswa yang meningkat pada akhir siklus pelaksanaan tindakan kelas.


(36)

22 b. Peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan persentase jumlah siswa yang berhasil melampaui KKM 60 dengan tingkat keberhasilan siswa secara klasikal mencapai > 65%

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian yang akan ditempuh adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus, setiap siklus terdiri dari 4 kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi (Sunyono, 2009: 11). Kegiatan pertama penelitian didahului dengan menemukan masalah dan upaya mencari solusi yang berupa perencanaan perbaikan, dilanjutkan dengan observasi kemudian refleksi melalui diskusi antar mahasiswa dengan guru kelas sehingga menghasilkan rencana perbaikan untuk tindakan selanjutnya. Siklus dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(37)

23

Gambar 3.1

Siklus Tindakan dalam Penelitian (Dikutip dari Sunyono , 2009: 24) H. Urutan penelitian tindakan kelas

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Menetapkan dan mendiskusikan dengan guru mitra, rancangan pembelajaran yang akan diterapkan kepada peserta didik di kelas sebagai tindakan.

2) Mengambil data hasil ujian semester Matematika kelas V semester ganjil yang digunakan sebagai pedoman pembagian kelompok dan skor awal.

Perencanaan

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Observasi

Observasi

Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I

SIKLUS II


(38)

24 3) Menyiapkan silabus Matematika untuk menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP).

4) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan model cooperative learning tipe Jigsaw sesuai dengan materi yang telah ditetapkan

5) Menyusun lembar ahli yang akan diberikan kepada peserta didik sebagai bahan diskusi selama pembelajaran berlangsung.

6) Menyiapkan media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran.

7) Menyiapkan lembar instrumen observasi untuk melihat aktivitas belajar peserta didik ketika pembelajaran berlangsung.

8) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat tindakan guru selama pembelajaran.

9) Menyiapkan perangkat tes (soal evaluasi) sebagai alat evaluasi peserta didik.

10) Merencanakan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas. b. Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses belajar dengan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe Jigsaw, dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal ini guru menyampaikan penjelasan tentang pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, kemudian guru memberikan


(39)

25 apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan awal ini aktivitas pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Tahap Pendahuluan

1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok

2) Guru menjelaskan mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok dan tanggung jawab kelompok terhadap keberhasilan kelompoknya. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan setiap peserta didik dalam suatu kelompok sebagai berikut:

a) Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk dapat memberi tahu temannya yang tidak mengerti atau sulit untuk menerima materi, sedangkan anggota kelompok yang masih tidak mengerti hendaknya bertanya kepada temannya yang mengerti sebelum bertanya kepada guru.

b) Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk dalam kelompok asalnya masing-masing.

3) Guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok asal. 4) Guru menetapkan peserta didik sebagai ahli/pakar.

5) Guru membagikan LKK dan materi pada para ahli dalam kelompok asal.

2. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru melakukan kegiatan mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang merujuk pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw. Urutan kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:


(40)

26 b) Tahap Penguasaan

1) Peserta didik menyimak informasi tentang pandangan umum materi yang disampaikan guru.

2) Peserta didik ahli/pakar berkumpul menjadi kelompok ahli/pakar untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat.

3) Guru memberikan bantuan seperlunya sebagai mediator dan motivator.

c) Tahap Penularan

1) Peserta didik kembali pada kelompok asal, dan saling mengajarkan materi yang dimiliki (menularkan dn menerima materi dari tiap ahli). 2) Peserta didik bersama kelompok asal mengerjakan dan mendiskusikan

lembar kerja kelompok (LKK).

3) Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili oleh wakil kelompok.

4) Peserta didik mengerjakan soal tes individual, sebagai pengukuran ketercapaian.

3. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir ini guru mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mengadopsi dan merujuk pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw. Urutan kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:


(41)

27 d) Tahap Penutup

1) Guru bersama peserta didik membahas Lembar Kerja Kelompok (LKK).

2) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari terjadinya kesalahan konsep dan sekaligus sebagai evaluasi lisan. 3) Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah

dipelajari.

4) Guru memberikan penghargaan kelompok.

5) Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah dipelajari namun kurang atau belum dMatematikahami/dimengerti. 6) Guru memotivasi peserta didik dan menutup pelajaran

c. Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan berdasarkan lembar observasi aktivitas peserta didik, lembar observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru (dilihat dari observasi kinerja guru dalam pembelajaran), tes ketercapaian prestasi belajar peserta didik, dan lembar angket respon peserta didik. Bentuk observasi yang digunakan adalah observasi terbimbing merujuk pada lembar observasi yang telah dibuat.

Data yang didapat diolah dan digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan guna perbaikan, baik teknik, cara penyampaian, atau hal apa pun yang mempengaruhi jalannya proses


(42)

28 pembelajaran dalam pelaksanaan siklus yang telah direncanakan dan dilaksanakan.

d. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta pengkajian aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, hal ini dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran baru pada siklus-siklus berikutnya.

Refleksi diadakan agar pada pelaksanaan siklus yang baru, perencanaan yang matang pun dapat dilaksanakan dengan maksimal. Refleksi dibuat melalui observasi dan analisis oleh peneliti dan guru guna mendapatkan hasil dan tujuan yang ingin dicapai serta harapan dari penelitian ini.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka diadakan perencanaan ulang. Rencana yang dibuat pada prinsipnya sama dengan rencana pada siklus I, termasuk pada pembentukan kelompok. Hal ini disebabkan karena efektivitas kerja kelompok yang telah dibentuk hasil efektif dan tidak ada keluhan peserta didik terhadap kelompoknya, hanya saja materi disesuaikan pada siklus II. Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah: 1. Menetapkan dan mendiskusikan dengan guru mitra, rancangan pembelajaran yang akan diterapkan kepada peserta didik di kelas sebagai tindakan.


(43)

29 2. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) menggunakan model cooperative learning tipe Jigsaw sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

3. Menyusun lembar ahli yang akan diberikan kepada peserta didik sebagai bahan diskusi selama pembelajaran berlangsung.

4. Menyiapkan media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran. 5. Menyiapkan lembar instrumen observasi aktivitas belajar peserta didik

ketika pembelajaran berlangsung.

6. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat tindakan guru selama embelajaran.

7. Menyiapkan perangkat tes (soal evaluasi) sebagai alat evaluasi peserta didik.

b. Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengelola proses belajar dengan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe Jigsaw, dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal ini guru menyampaiakan penjelasan tentang pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebelum menampilkan fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan sebagai tindakan apersepsi agar peserta didik lebih terarah dalam pelaksanaannya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan awal ini aktivitas pembelajaran adalah sebagai berikut:


(44)

30 a) Tahap Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang cooperative learning tipe Jigsaw.

2) Guru menjelaskan mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok dan tanggung jawab kelompok terhadap keberhasilan kelompoknya. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan setiap peserta didik dalam suatu kelompok sebagai berikut:

a) Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk memberi tahu temannya yang sulit menerima materi, sedangkan anggota kelompok yang masih kurang paham bertanya kepada yang sudah mengerti. b) Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk dalam

kelompok asalnya.

3) Guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok asal. 4) Guru menetapkan peserta didik sebagai ahli/pakar.

5) Guru membagikan LKK dan materi pada para ahli dalam kelompok asal.

2. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru melakukan kegiatan mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang merujuk pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw. Urutan kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:

b)Tahap Penguasaan

1) Peserta didik menyimak informasi tentang pandangan umum materi yang disampaikan guru.


(45)

31 2) Peserta didik ahli/pakar berkumpul menjadi kelompok ahli/pakar

untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat.

3) Guru memberikan bantuan seperlunya sebagai mediator dan motivator.

c) Tahap Penularan

1) Peserta didik kembali pada kelompok asal, dan saling mengajarkan materi yang dimiliki (menularkan dan menerima materi dari peserta didik lain/ para ahli dalam kelompok asalnya).

2) Peserta didik bersama kelompok asal mengerjakan dan mendiskusikan lembar kerja kelompok (LKK).

3) Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili oleh wakil kelompok.

4) Peserta didik mengerjakan soal tes individual, sebagai pengukuran ketercapaian.

3. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir ini guru mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mengadopsi dan merujuk pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw. Urutan kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:

d)Tahap Penutup

1) Guru bersama peserta didik membahas Lembar Kerja Kelompok (LKK). 2) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari


(46)

32 3) Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah

dipelajari.

4) Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah dipelajari namun kurang atau belum dMatematikahami/ dimengerti. 5) Guru memberikan penghargaan kelompok.

6) Guru memotivasi peserta didik dan menutup pelajaran

d. Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan berdasarkan lembar observasi aktivitas peserta didik, lembar observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru (dilihat dari observasi kinerja guru dalam pembelajaran), tes ketercapaian prestasi belajar peserta didik, dan lembar angket respon peserta didik. Bentuk observasi yang digunakan adalah observasi terbimbing merujuk pada lembar observasi yang telah dibuat.

Data yang didapat diolah dan digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan guna perbaikan, baik teknik, cara penyampaian, atau hal apa pun yang mempengaruhi jalannya proses pembelajaran dalam pelaksanaan siklus yang telah direncanakan dan dilaksanakan.


(47)

33 d. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta pengkajian aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, hal ini dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran baru pada siklus-siklus berikutnya.

Refleksi diadakan agar pada pelaksanaan siklus yang baru, perencanaan yang matang pun dapat dilaksanakan dengan maksimal melalui observasi dan analisis oleh peneliti dan guru guna mendapatkan hasil dan tujuan yang ingin dicapai serta harapan dari penelitian ini.

I. Instrumen

Selama mengadakan pengamatan digunakan beberapa perlengkapan instrumen yaitu:

a) Lembar observasi aktivitas untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran

b) Lembar tes yang berfungsi untuk melihat pencapaian hasil belajar siswa.

J. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikatakan berhasil apabila:

a. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, dengan ≥ 75% siswa aktif

b. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, dengan 75% memperoleh ≥ KKM yang ditentukan


(48)

51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini adalah:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktifitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa adalah 54,8 dan pada siklus II rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 64,3.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 58,78 dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 70,74.


(49)

52

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti menyarankan kepada pembaca atau yang berkepentingan diantaranya:

1. Bagi siswa, harus selalu menjaga kekompkan di dalam kelas dan kelompoknya serta mampu menjalin kerja sama yang baik dalam proses belajar mengajar, senantiasa aktif dalam pembelajaran.

2. Bagi guru yang mengampu mata pelajaran lain dapat mencoba

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw guna

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. 3. Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada guru mengenai model pembelajaran dan cara mengajar yang lebih bervariasi agar guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan cara yang lebih menarik.

4. Bagi Peneliti

a. Penggunaan model kooperatif tipe jigsaw, yang bervariasi, bukan satu-satunya model dalam pembelajaran, sehingga perlu kajian metode lain yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Oleh karena itu peneliti harus terus mencoba dan melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan agar menerapkan model, metode, dan teknik pembelajaran yang lebih baik.

b. Peneliti sebaiknya memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang karaktet siswa yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian awal penelitian. Sehingga pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti telah memiliki rencana yang tepat untuk diterapkan.


(50)

27

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, Nahrowi. 2006.

Pemecahan Masalah Matematika

. Universitas Pendidikan

Indonesia ( UPI ). Jakarta.

Ainy, Chusnul. 2000.

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dalam Pengajaran

Matematika di Sekolah Dasar

. Tesis Pada PPS UNESA Surabaya.

Andayani. 2009.

Pemantapan Kemampuan Profesional

. Jakarta: Universitas

Terbuka

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1998.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Balai Pustaka. Jakarta

Fairuzelsaid.

//http//Fairuzelsaid.Wordpress.com/tag/2011/11/20/Pengertian-Tes/

http://zhizhachu.wordpress.com.

pengertian-tes

Klikhimabio.

//http//Klikhimabio.Blogspot.com/2011/11/20/PengertianObservasi/

Muncarno, 2007.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Mahasiswa S-1

PGSD FKIP UNILA UPP METRO Semester IIB pada Pokok Bahasan

Koofisien Korelasi dan Regresi Linear Sederhana.

Laporan Hibah

Pembelajaran. Lampung : Unila.

Sunartombs

.//http//.Wordpress.Com/2010/09/25/Pengertian-Aktivitas dan Hasil

Belajar/

Wardhani, IGAK. Dkk. 2007

. Penelitian Tindakan Kelas

. Universitas Terbuka.

Jakarta


(1)

2) Peserta didik ahli/pakar berkumpul menjadi kelompok ahli/pakar untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat.

3) Guru memberikan bantuan seperlunya sebagai mediator dan motivator.

c) Tahap Penularan

1) Peserta didik kembali pada kelompok asal, dan saling mengajarkan materi yang dimiliki (menularkan dan menerima materi dari peserta didik lain/ para ahli dalam kelompok asalnya).

2) Peserta didik bersama kelompok asal mengerjakan dan mendiskusikan lembar kerja kelompok (LKK).

3) Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok diwakili oleh wakil kelompok.

4) Peserta didik mengerjakan soal tes individual, sebagai pengukuran ketercapaian.

3. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir ini guru mengikuti urutan kegiatan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mengadopsi dan merujuk pada tahap-tahap pelaksanaan cooperative learning tipe Jigsaw. Urutan kegiatan pembelajaran secara garis besar adalah:

d) Tahap Penutup

1) Guru bersama peserta didik membahas Lembar Kerja Kelompok (LKK). 2) Guru menyampaikan klarifikasi tiap kelompok untuk menghindari


(2)

3) Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari.

4) Peserta didik diberi kesempatan bertanya tentang materi yang telah dipelajari namun kurang atau belum dMatematikahami/ dimengerti. 5) Guru memberikan penghargaan kelompok.

6) Guru memotivasi peserta didik dan menutup pelajaran

d. Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan berdasarkan lembar observasi aktivitas peserta didik, lembar observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru (dilihat dari observasi kinerja guru dalam pembelajaran), tes ketercapaian prestasi belajar peserta didik, dan lembar angket respon peserta didik. Bentuk observasi yang digunakan adalah observasi terbimbing merujuk pada lembar observasi yang telah dibuat.

Data yang didapat diolah dan digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan guna perbaikan, baik teknik, cara penyampaian, atau hal apa pun yang mempengaruhi jalannya proses pembelajaran dalam pelaksanaan siklus yang telah direncanakan dan dilaksanakan.


(3)

d. Refleksi

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh guru dan peneliti serta pengkajian aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, hal ini dilakukan sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran baru pada siklus-siklus berikutnya.

Refleksi diadakan agar pada pelaksanaan siklus yang baru, perencanaan yang matang pun dapat dilaksanakan dengan maksimal melalui observasi dan analisis oleh peneliti dan guru guna mendapatkan hasil dan tujuan yang ingin dicapai serta harapan dari penelitian ini.

I. Instrumen

Selama mengadakan pengamatan digunakan beberapa perlengkapan instrumen yaitu:

a) Lembar observasi aktivitas untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran

b) Lembar tes yang berfungsi untuk melihat pencapaian hasil belajar siswa.

J. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikatakan berhasil apabila:

a. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, dengan ≥ 75% siswa aktif

b. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, dengan 75% memperoleh ≥ KKM yang ditentukan


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini adalah:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktifitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa adalah 54,8 dan pada siklus II rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 64,3.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 58,78 dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 70,74.


(5)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti menyarankan kepada pembaca atau yang berkepentingan diantaranya:

1. Bagi siswa, harus selalu menjaga kekompkan di dalam kelas dan kelompoknya serta mampu menjalin kerja sama yang baik dalam proses belajar mengajar, senantiasa aktif dalam pembelajaran.

2. Bagi guru yang mengampu mata pelajaran lain dapat mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. 3. Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada guru mengenai model pembelajaran dan cara mengajar yang lebih bervariasi agar guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan cara yang lebih menarik.

4. Bagi Peneliti

a. Penggunaan model kooperatif tipe jigsaw, yang bervariasi, bukan satu-satunya model dalam pembelajaran, sehingga perlu kajian metode lain yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Oleh karena itu peneliti harus terus mencoba dan melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan agar menerapkan model, metode, dan teknik pembelajaran yang lebih baik.

b. Peneliti sebaiknya memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang karaktet siswa yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian awal penelitian. Sehingga pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti telah memiliki rencana yang tepat untuk diterapkan.


(6)

27

Adjie, Nahrowi. 2006.

Pemecahan Masalah Matematika

. Universitas Pendidikan

Indonesia ( UPI ). Jakarta.

Ainy, Chusnul. 2000.

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dalam Pengajaran

Matematika di Sekolah Dasar

. Tesis Pada PPS UNESA Surabaya.

Andayani. 2009.

Pemantapan Kemampuan Profesional

. Jakarta: Universitas

Terbuka

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1998.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Balai Pustaka. Jakarta

Fairuzelsaid. //http//Fairuzelsaid.Wordpress.com/tag/2011/11/20/Pengertian-Tes

/

http://zhizhachu.wordpress.com.pengertian-tes

Klikhimabio. //http//Klikhimabio.Blogspot.com/2011/11/20/PengertianObservasi

/

Muncarno, 2007.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Mahasiswa S-1

PGSD FKIP UNILA UPP METRO Semester IIB pada Pokok Bahasan

Koofisien Korelasi dan Regresi Linear Sederhana.

Laporan Hibah

Pembelajaran. Lampung : Unila.

Sunartombs

.//http//.Wordpress.Com/2010/09/25/Pengertian-Aktivitas dan Hasil

Belajar/

Wardhani, IGAK. Dkk. 2007

. Penelitian Tindakan Kelas

. Universitas Terbuka.

Jakarta


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 272

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VA SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 57

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VB SD XAVERIUS METRO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 39

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 15 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA KELAS V SD NEGERI 3 CANDIMAS T.P 2011/2012

0 12 49

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.H SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 79

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 4 10

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS IX.3 SMP NEGERI 1 WAY BUNGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 60

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 76