8 |
Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
1.5.2 Teknologi
1. Teknologi pengolahan masih rendah dengan produktivitas rendah.
Proses penanganan mete gelondongan menjadi mete kacang merupakan tahapan yang rumit dan sangat beresiko menghasilkan
mete bermutu rendah. Pengolahan pengupasan secara manual mengakibatkan produktivitas pengolahan mete gelondongan menjadi
kacang mete sangat rendah. Sehingga nilai tambah yang diperoleh juga masih rendah karena biaya proses ini sangat tinggi.
2. Teknologi pengolahan oven mete mentah belum optimal di tingkat UUP.
Nilai tambah besar dapat diperoleh dari pengolahan mete. Namun dengan kapasitas UUP saat ini, kemungkinan UUP melakukan
pengolahan masih susah diharapkan karena kendala SDM, modal, dan teknologi. karena itu, alternative lain harus dicari.
1.6.3 Sumber Daya Manusia
1. Kemampuan petani untuk mengolah kacang mete masih rendah. Pasar
yang ditangani petani melalui UUP saat ini adalah pasar mete gelondongan yang lebih berkala besar. Mete olahan masih bersifat
tidak pasti dan kecil. Karena itu petani belum diarahkan untuk melakukan pengolahan sebagai kegiatan utama meskipun nilai tambah
bisa diperoleh dari kegiatan ini. 2.
Jumlah tenaga kerja yang berkecimpung di mete rendah. Rendahnya tenaga kerja yang mau berkecimpung pada bidang mete lebih
disebabkan oleh factor ekonomi. Ketidakpastian kegiatan serta upah yang rendah menyulitkan UUP untuk mendorong para pekerja untuk
ikut terlibat dalam kegiatan ekonomi di UUP. Sehingga kaum mudanya merantau dan kaum tuanya enggan terlibat oleh karena factor
tersebut.
1.5.4 Jejaring Pemasaran dan Pasokan
1. Produk olahan dengan mutu rendah belum terserap pasar. Selama
proses penanganan dari petani sampai menjadi mete kacang mentah, sumber kerusakan mutu berasal dari dua yaitu hasil panen yang
9 |
Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali
bermutu rendah serta kerusakan akibat proses penanganan. Mutu mete sangat berpengaruh terhadap harga jual. Karena itu, jika
kerusakan sangat besar selama penanganan akan merugikan penangan. Harga jual yang rendah ditambah lagi dengan tidak
terserapnya mete dengan kualitas rendah harus ditangani dengan proses pengolahan.
2. Sarana pemasaran masih minim. Petani produsen mete sudah sangat
jelas berada di daerah-daeah yang jauh di kaki gunung dan juga di daeah-daerah marginal lain yang sangat jarang ditunjang
infrastruktur yang baik. Untuk proses pemasaran kendala ini cukup berarti utama kelancaran komunikasi.
3. Petani tidak mempunyai alternatif pemasaran yang cukup. Selama ini
petani lebih mengandalkan tengkulak dan UUP untuk menjual hasil metenya. Informasi pembeli dari dinas merupakan alternative pasar
yang lebih menjanjikan. Namun ketiadaan pasar yang pasti petani hanya bergantung pada tengkulak yang kerap mempermainkan harga
dan UUP yang juga mengalami kendala permodalan.
1.5.5 Bahan Baku