POHON INDUSTRI JAMBU METE ANALISIS

6 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali

1.4 POHON INDUSTRI JAMBU METE

Jambu Mete dapat diolah menjadi berbagai produk turunan yang sangat dibutuhkan oleh industri makanan dan industri manufaktur. Produk turunan yang telah berhasil dihasilkan dari buah jambu mete disajikan dari berbagai sumber seperti gambar dibawah. Gambar Produk Turunan Jambu Mete Jambu Mete Buah Semu Biji Mete Makanan Olahan Minuman Olahan Wine Kompos Kacang mete kupas Cangkang Kacang mete rasa Makanan olahan berbahan mete Cat Varnish Pelitur Dammar Tinta Karet sintetis Kosmetik Enamel Minyak pelumas rem Pestisida Insektisida Detergen kalsium Pencelup trafo Pencelup magnet Pengikat cair Antioksidan bensin Antioksidan minyak Pembuat malam Pemecah emulsi 7 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali

1.5 IDENTIFIKASI MASALAH

1.5.1 Kelembagaan

1. Subak Abian memiliki cukup Unit Usaha Porduktif UUP namun belum optimal. Struktur organisasi UUP diarahkan untuk melakukan kegiatan utama yaitu melakukan sistem pengendalian mutu ditingkat petani, melakukan pengolahan dan pemasaran. Namun sampai saaat ini belum mampu diperankan oleh UUP yang telah dibentuk di tingkat Subak Abian. 2. Internal control sistem ICS sudah terbangun di tingkat UUP namun belum berfungsi dengan baik. Internal control sistem yang ada saat ini sangat berperan dalam proses konversi menuju organic. Prasyarat yang menjadi bagian dari sertifikasi organic ini dikendalikan oleh ICS di tingkat UUP di bawah kordinator ICS yang merupakan bagian yang lebih tinggi dari ICS di tingkat kawasan. Seringkali pelaksana ICS ini tidak konsisten menerapkan persyaratan yang ditetapkan sehingga mengancam proses konversi ini yang pada gilirannya juga akan merugikan petani dalam pemasaran. 3. Akses permodalan masih rendah. Kemampuan UUP dalam mengelola kegiatan ekonomi di tingkat UUP lebih disebabkan oleh rendahnya kemampuan pengelola dalam memanfaatkan fasilitas permodalan yang telah dijalin oleh dinas. Kendala yang dirasakan oleh petani adalah persyaratan agunan kredit dan jangka waktu pengembalian. Oleh karena itu, pengelola perlu mempunyai kemampuan analisis ekonomi pemanfaatan kredit sehingga kapasitas UUP dapat ditingkatkan. 4. Bagian pemasaran sudah ada di UUP namun belum berfungsi dengan baik. Ujung aktivitas di tingkat UUP adalah pembelian dan pemasaran hasil petani anggotanya. Namun proses pemasaran belum didukung oleh bagian pemasaran yang baik. 8 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali

1.5.2 Teknologi

1. Teknologi pengolahan masih rendah dengan produktivitas rendah. Proses penanganan mete gelondongan menjadi mete kacang merupakan tahapan yang rumit dan sangat beresiko menghasilkan mete bermutu rendah. Pengolahan pengupasan secara manual mengakibatkan produktivitas pengolahan mete gelondongan menjadi kacang mete sangat rendah. Sehingga nilai tambah yang diperoleh juga masih rendah karena biaya proses ini sangat tinggi. 2. Teknologi pengolahan oven mete mentah belum optimal di tingkat UUP. Nilai tambah besar dapat diperoleh dari pengolahan mete. Namun dengan kapasitas UUP saat ini, kemungkinan UUP melakukan pengolahan masih susah diharapkan karena kendala SDM, modal, dan teknologi. karena itu, alternative lain harus dicari.

1.6.3 Sumber Daya Manusia

1. Kemampuan petani untuk mengolah kacang mete masih rendah. Pasar yang ditangani petani melalui UUP saat ini adalah pasar mete gelondongan yang lebih berkala besar. Mete olahan masih bersifat tidak pasti dan kecil. Karena itu petani belum diarahkan untuk melakukan pengolahan sebagai kegiatan utama meskipun nilai tambah bisa diperoleh dari kegiatan ini. 2. Jumlah tenaga kerja yang berkecimpung di mete rendah. Rendahnya tenaga kerja yang mau berkecimpung pada bidang mete lebih disebabkan oleh factor ekonomi. Ketidakpastian kegiatan serta upah yang rendah menyulitkan UUP untuk mendorong para pekerja untuk ikut terlibat dalam kegiatan ekonomi di UUP. Sehingga kaum mudanya merantau dan kaum tuanya enggan terlibat oleh karena factor tersebut.

1.5.4 Jejaring Pemasaran dan Pasokan

1. Produk olahan dengan mutu rendah belum terserap pasar. Selama proses penanganan dari petani sampai menjadi mete kacang mentah, sumber kerusakan mutu berasal dari dua yaitu hasil panen yang 9 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali bermutu rendah serta kerusakan akibat proses penanganan. Mutu mete sangat berpengaruh terhadap harga jual. Karena itu, jika kerusakan sangat besar selama penanganan akan merugikan penangan. Harga jual yang rendah ditambah lagi dengan tidak terserapnya mete dengan kualitas rendah harus ditangani dengan proses pengolahan. 2. Sarana pemasaran masih minim. Petani produsen mete sudah sangat jelas berada di daerah-daeah yang jauh di kaki gunung dan juga di daeah-daerah marginal lain yang sangat jarang ditunjang infrastruktur yang baik. Untuk proses pemasaran kendala ini cukup berarti utama kelancaran komunikasi. 3. Petani tidak mempunyai alternatif pemasaran yang cukup. Selama ini petani lebih mengandalkan tengkulak dan UUP untuk menjual hasil metenya. Informasi pembeli dari dinas merupakan alternative pasar yang lebih menjanjikan. Namun ketiadaan pasar yang pasti petani hanya bergantung pada tengkulak yang kerap mempermainkan harga dan UUP yang juga mengalami kendala permodalan.

1.5.5 Bahan Baku

1. Belum semua Subak Abian produsen mete mempunyai sertfikat organic. Kepemilikan sertifikat organic bagi kebun mete sangat penting dalam jejaring pemasaran. Sertifikat organic mampu mengarahkan pasar dan juga memberikan harga jual yang lebih tinggi. Selama ini petani menjual hasilnya ke pengepul tengkulak dan UUP. Permainan harga di tingkat petani karena dua hal, petani tidak mempunyai kekuatan untuk menjual selain ke tengkulak, dan UUP tidak mampu membeli hasil petani anggotanya karena kendala modal. Dengan kepemilikan sertifikat organic, pasar melalui dinas dan UUP mampu membeli mete gelondongan dengan harga jauh di atas harga pengepul sehingga petani mampu menghindari permainan harga tengkulak. Hal penting yang didorong oleh sertifikasi organic ini adalah persyaratan bagi pengajuan sertifikat yang tidak ringan namun mempunyai efek yang baik untuk lingkungan. Dengan demikian, adanya insentif harga yang 10 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali lebih tinggi dari pembeli mendorong petani melakukan perubahan pola pikir dan perilaku dalam menghasilkan mete. Karena itu, sertifikasi organic ini mampu menjadi titik tolak yang baik untuk perubahan harga dan perilaku petani yang selama ini sulit dilakukan. 11 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali

1.6 ANALISIS

Dalam penyusunan roadmap ini digunakan metode analisis SWOT. Adapun uraian dari kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan disajikan sebagai berikut: Kekuatan Strenght 1. Bali mempunyai potensi pengembangan mete. 2. Bali mempunyai Indikasi Geografis IG Mete Kubu Bali. 3. Produksi mete di Bali cukup tersedia untuk mendukung industri. 4. Mete Bali sudah mempunyai sertifikat organik sehingga menambah daya saing. 5. Adanya dukungan pemerintah terhadap pengembangan mete Bali. Kelemahan Weakness 1. Masih lemahnya infrastruktur ke pusat-pusat produksi mete. 2. Masih tingginya biaya proses pengolahan mete secara manual. 3. Mutu mete masih rendah. 4. Belum berkembangnya unit pengolah di tingkat UUP. 5. Tindakan pascapanen di tingkat petani belum optimal. 6. Tingginya serangan OPT. 7. Penguasaan teknologi rendah. 8. Peran tengkulak dalam pemasaran masih dominan. Peluang Opportunity 1. Berkembangnya sistem pemasaran melalui media online. 2. Tren pasar semakin baik karena berkembangnya gaya hidup. 3. Adanya regulasi secara nasional memperkuat perlindungan komoditi nasional. 4. Berkembangnya potensi pasar mete dunia. 5. Berkembangnya pasar produk mete organik. ANCAMAN THREAT 1. Diberlakukannya MEA mulai tahun 2015. 12 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali 2. Berkembangnya pasar global yang memungkinkan munculnya pembelian mete oleh pengepul dari luar negeri langsung ke tingkat petani dengan harga rendah. 3. Banyaknya kompetitor produsen mete di luar Provinsi Bali 13 | Peta Jalan Pembangunan Industri Agro Unggulan Mete Provinsi Bali

BAB II. SASARAN DAN STRATEGI

2.1 SASARAN JANGKA MENENGAH 2016-2020 1. Terbangunnya industri kacang mete dengan kualitas sesuai standar. 2. Tersedianya teknologi pengolahan di tingkat UUP. 3. Meningkatnya kemampuan UUP dalam melakukan pengolahan. 4. Meningkatnya peranan penjamin mutu internal. 5. Terfasilitasinya akses permodalan bagi petani mete. 6. Meningkatnya kemampuan pengelola UUP dalam pemasaran produk mete. 7. Terserapnya tenaga kerja lokal. 8. Meningkatnya kapasitas olah UUP. 9. Meningkatnya kepemilikan sertifikat organik mete. 10. Terbangunnya fasilitas penunjang kelancaran aktivitas UUP guna efesiensi biaya. 11. Terbangunnya fasilitas penyimpanan mete gelondongan untuk menunjang kontinuitas produksi. 12. Terbangunnya industri IKM kacang mete oven varian. 13. Terjalinnya kemitraan pemasaran mete. 14. Tersedianya produk kacang mete di tingkat UUP sebagai bahan baku produk turunan lainnya.

2.2 SASARAN JANGKA PANJANG 2016-2035

1. Terwujudnya industri turunan mete yang mempunyai nilai tambah yang tinggi dan berwawasan lingkungan. 2. Tersertifikasinya mete organic bagi semua subak abian produsen mete di Provinsi Bali. 3. Meningkatnya produk turunan mete yang masuk pasar modern. 4. Meningkatnya kapasitas kelembagaan petani mete. 5. Meningkatnya kontribusi industri olahan mete bagi perekonomian Provinsi Bali.