Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sains dan Teknologi, Denpasar, 29-30 Oktober 2015
masih sangat sederhana dan kurang ergonomis berimplikasi terhadap terbatasnya produktivitas, baik secara kualitas maupun kualitas.
Kerajinan lain yang telah terkenal baik lokal maupun mancanegara, yaitu kerajinan anyaman
ate
. Kerajinan ini berupa anyaman dengan berbagi desain seperti tas, tempat tissu, dompet, dll. Hasil kerajinan ini sangat dikenal baik di pasaran lokal Bali maupun untuk tujuan eksport.
Permasalahan utama dalam kerajinan ini adalah kesulitan dalam memperoleh bahan baku mengingat tanaman
ate
termasuk tanaman liar dan belum dibudidayakan.
Lingkungan desa yang asri, tradisional dan eksotik telah menarik minat wisatawan baik lokal maupun macanegara berkunjung ke desa ini. Beberapa atraksi sakral yang menjadi kalender
wisata tahunan seperti
Megeret Pandan Perang Pandan, Metekrok, Tuun Medaa
dan
Meteruna
setiap pelaksanaan Aci Usabha Sambah tepat pada Sasih Kelima atau bulan juli merupakan tradisi unik dan menarik disaksikan. Selain itu, Desa Adat Tenganan Dauh Tukad
ini memiliki tradisi unik dalam merekrut calon pemimpin desa, yaitu melalui prosesi adat mesabat-sabatan biu perang buah pisang.
III. Wisata Edukasi Desa Tradisional
Wisata edukasi merupakan produk inovatif dan unik yang menyediakan jasa wisata pendidikan dengan segmentasi pasar yang khusus. Tren pariwisata global yang mengarah ke
special interest tourist
dan
quality tourist
merupakan pasar potential yang akan memanfaatkan jasa yang ditawarkan.
Strategi yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Karangasem dalam memacu pembangunan wilayah Kecamatan Manggis adalah dengan menetapkan Desa Tenganan
sebagai Desa Wisata Budaya. Konsepsi desa wisata budaya adalah menata dan eksploitasi
potensi wilayah desa meliputi keindahan alam dan kehidupan sosial budaya masyarakat setempat menjadi objek wisata bagi wisatawan. Wisatawan menikmati paket wisata yang
ditawarkan untuk bisa membaur dengan masyarakat beraktivitas sesuai kehidupan keseharian masyarakat di desa bersangkutan.
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sains dan Teknologi, Denpasar, 29-30 Oktober 2015
Wisata edukasi termasuk dalam kategori
alternative tourism
atau sebagai bagian dari
special interest tourism.
Berawal dari kekhawatiran akan meningkatnya dampak negatif yang dirasakan akibat perkembangan
mass tourism
dan upaya pencarian destinasi wisata baru, mendorong berkembangnya keinginan akan adanya jenis wisata alternatif. Sejak tahun 1980-
an, pariwisata telah menjadi lebih
specialized
dan
segmented
, yang kemudian memunculkan beberapa jenis
niche market
sebagai alternatif seperti
rural tourism, ecotourism,
adventure tourism dll. Selain itu, wisata edukasi juga berkembang sebagai akibat adanya perubahan.“..
from an industrial to knowledge-based or learning economy and society with an increasing
emphasis on extending learning b
eyond initial schooling“ OECD, 2011. Mengacu pada pendapat Heywood 1990, Hall dan Weiler 1992 menyatakan bahwa wisata edukasi
merefleksikan :...“
the on-
going trends in tourism “towards conservation, scholarship, science and environmental awareness”.
Yang dimaksud wisata edukasi
educational tourism
adalah : “Tourist activity undertaken by those who are undertaking an overnight vacation and
those who are undertaking an excursion for whom education and learning is a primary or secondary part of their trip. This can be include general educational
tourism and adult study tours, international and domestic university and school
students„ travel, including language school, school excursionss and exchange
programmes. Educational tourism can be independently or formally organised and can be undertaken in a variety of natural or human-
made setting“ Rithcie, 2003. Wisata edukasi tidak hanya sekedar memuaskan keingintahuan akan budaya dari bangsa lain -
seperti bahasa asing, kesenian, kepedulian akan kelestarian lingkungan alam dan biodiversity lokal, memperdalam pengetahuan tentang warisan budaya dan tempat bersejarah bagi suatu
bangsa - namun lebih menekankan pada proses pembelajaran yang dirancang
organized learning
Kalinowski Weiler 1992; dalam Ritchie 2003. Wisata Edukasi Subak dapat memfasilitas keinginan wisatawan untuk lebih mengetahui dan menginginkan adanya proses
pembelajaran
learning experience
.
IV. Simpulan