Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sains dan Teknologi, Denpasar, 29-30 Oktober 2015
pada keunikan kemasan wisata yang ditawarkan sehingga wisatawan berminat mengikutinya. Berbagai produk wisata pendidikan yang lengkap dengan kegiatan yang dapat dilakukan
wisatawan, disertai harga paket dibuat dalam bentuk brosur, leaflet dan buku yang isiya adalah berbagai paket wisata pendidikan.
II. Analisis Situasi Desa Adat Tenganan Dauh Tukad
Desa Tenganan Dauh Tukad terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Ditinjau dari penggunaan lahannya, sebagian besar lahan di kecamatan ini digunakan untuk
sektor pertanian meliputi sawah, perkebunan dan tegalan yang mencapai 83,79 persen dari total lahan di Kecamatan Manggis. Desa ini termasuk ke dalam desa Bali Aga. Bali Aga
berarti desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan leluhur mereka. Keseharian kehidupan di desa
ini masih diatur oleh hukum adat yang disebut
awig-awig
. Peran lembaga tradisional seperti desa adat sangat dominan dalam mengatur kehidupan masyarakat dalam kesehariannya.
Penduduk desa ini memiliki beberapa tradisi unik yang diwarisi secara turun-temurun diantaranya perang pandan, perang biu pisang, dan prosesi perkawinan. Begitu pula dengan
bentuk dan besar bangunan serta pekarangan, pengaturan letak bangunan, hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan adat yang secara turun-temurun dipertahankan. Keunikan
adat tradisi hidup masyarakat desa Tenganan telah menjadi atraksi wisata yang sangat menarik bagi wisatawan.
Kerajinan merupakan salah satu mata pencaharian untuk menopang kehidupan masyarakat tenganan. Kerajinan desa tenganan yang paling terkenal adalah kain tenun pegringsingan.
Kain pegringsingan telah diakui oleh peneliti dari berbagai negara sebagai karya yang menerapkan teknik dengan kesulitan tinggi yaitu tenun ikat dobel dan satu-satunya di dunia.
Eksotisme kain pegringsingan terletak pada warna yang sangat khas, bahkan ada mitos bahwa warna merah tersebut diambil dari darah manusia. Karena keunikannya tersebut, kain
pengringsingan menjadi sangat mahal yang mencapai puluhan juta rupiah per lembarnya. Tentu saja mitos tersebut tidak benar karena sesungguhnya warna kain tersebut diambil dari
kulit dan buah beberapa tanaman langka yang dirahasikan, diambil dari hutan desa yang dikeramatkan oleh masyarakat. Persoalan yang dihadapi kerajinan ini adalah keberadaan
tanaman bahan baku pewarna alam tersebut telah langka. Selain itu, peralatan tenun yang
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sains dan Teknologi, Denpasar, 29-30 Oktober 2015
masih sangat sederhana dan kurang ergonomis berimplikasi terhadap terbatasnya produktivitas, baik secara kualitas maupun kualitas.
Kerajinan lain yang telah terkenal baik lokal maupun mancanegara, yaitu kerajinan anyaman
ate
. Kerajinan ini berupa anyaman dengan berbagi desain seperti tas, tempat tissu, dompet, dll. Hasil kerajinan ini sangat dikenal baik di pasaran lokal Bali maupun untuk tujuan eksport.
Permasalahan utama dalam kerajinan ini adalah kesulitan dalam memperoleh bahan baku mengingat tanaman
ate
termasuk tanaman liar dan belum dibudidayakan.
Lingkungan desa yang asri, tradisional dan eksotik telah menarik minat wisatawan baik lokal maupun macanegara berkunjung ke desa ini. Beberapa atraksi sakral yang menjadi kalender
wisata tahunan seperti
Megeret Pandan Perang Pandan, Metekrok, Tuun Medaa
dan
Meteruna
setiap pelaksanaan Aci Usabha Sambah tepat pada Sasih Kelima atau bulan juli merupakan tradisi unik dan menarik disaksikan. Selain itu, Desa Adat Tenganan Dauh Tukad
ini memiliki tradisi unik dalam merekrut calon pemimpin desa, yaitu melalui prosesi adat mesabat-sabatan biu perang buah pisang.
III. Wisata Edukasi Desa Tradisional