“STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI DESA LEBAK MUNCANG SEBAGAI DESA WISATA DI KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG”.

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI DESA LEBAK MUNCANG SEBAGAI DESA WISATA DI KECAMATAN CIWIDEY,

KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata Program Studi Manajemen Resort dan Leisure

oleh : Nurul Hasanah NIM. 1100162

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT DAN LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI DESA LEBAK MUNCANG SEBAGAI DESA WISATA DI KECAMATAN CIWIDEY,

KABUPATEN BANDUNG

Oleh : Nurul Hasanah

1100162

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

© Nurul Hasanah - 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus - 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI DESA LEBAK MUNCANG SEBAGAI DESA WISATA, KECAMATAN CIWIDEY,

KABUPATEN

Disetujui dan disahkan oleh :

Dosen Pembimbing I :

Agus Sudono, SE., MM. NIP. 19820508 200812 002

Dosen Pembimbing II :

Rosita, SS., MA. NIP. 18781019 200604 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajeman Resort dan Leisure

Fitri Rahmafitria, S.P., M.Si.


(4)

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA :

Hari, Tanggal : Kamis, 27 Agustus 2015

Waktu : 07.00 s.d Selesai

Tempat : Gedung FPIPS, Ruang Perkuliahan Lantai V Ruang 20 Universitas Pendidikan Indonesia

Panitia Ujian Sidang terdiri dari :

1. Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M. Si. 2. Sekretaris : Fitri Rahmafitria, SP., M. Si. 3. Anggota : 1. Dr. Elly Malihah, M. Si.

2. Dr. H. Aceng Kosasih, M.Ag. 3. Wida Budiarti, S.Pd

4. Ahmad Hidayat

Penguji :

1. Dosen Penguji - I : H.P. Diyah Setiyorini, MM.

NIP : 19761031 200812 2 001

2. Dosen Penguji - II : Drs. Pramaputra, MM.

3. Dosen Penguji III : Reiza Miftah W., S.ST. Par., M.Sc.


(5)

Nurul Hasanah, 2015

“STRATEGI

“STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI DESA LEBAK

MUNCANG SEBAGAI DESA WISATA DI KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG”

Nurul Hasanah 1100162

ABSTRAK

Wisata edukasi merupakan kombinasi antara dua kategori dari wisata minat khusus, yaitu : Unsur Learning dan Enriching. Keduanya adalah unsur yang paling mendasar yang selalu ada pada setiap kegiatan wisata dan sebuah peluang wisatawan untuk menambah pengetahuan baru tentang lingkungan dan kemasyarakatan. Wisata Minat Khusus adalah kegiatan wisata yang melibatkan wisatawan individual, wisatawan kelompok kecil dan kelompok besar yang bertujuan untuk berwisata, belajar dan mendapatkan pengalaman tentang suatu hal yang ada pada daerah yang dikunjungi. Permintaan pasar yang ingin mendapatkan hiburan dan nilai edukasi secara bersamaan. Mendapatkan Learning Experience melalui pengetahuan baru adalah hal yang abadi dan mampu meningkatkan hidup seseorang atau Expansion Life.

Penelitian ini menggunakan Analisis Deskriptif dengan melalukan perbandingan data yang didapatkan melalui kajian teori, observasi, tahap wawancara, pembagian kuesioner. Populasi dari penelitian ini adalah wisatawan dari Desa Wisata Lebak Muncang dengan sampel penelitian sebanyak 65 responden dari jumlah kunjungan wisata tahun 2014 sebanyak 180 orang. Berdasarkan analisis data dengan positioning SWOT didapatkan bahwa posisi Desa Lebak Muncang sebenarnya berada pada lokasi yang sangat menguntungkan namun memiliki ancaman dan tantangan yang sangat besar, ancaman ini sudah mulai mempengaruhi kondisi internal desa. Disarankan untuk segera mengubah strategi yang telah ada. Tim Desa Wisata jangan hanya mengusung satu kelebihan saja jika ingin berkembang. Jika ini berlangsung lebih lama, bukan hanya perkembangan Desa Wisata yang terhambat namun juga dapat membuat semua berhenti total.

Kata Kunci : Wisata Edukasi, Wisata Minat Khusus, Learning Experience,


(6)

DEVELOPMENT STRATEGY EDUCATION TOURISM IN LEBAK MUNCANG VILLAGE AS DESA WISATA OF CIWIDEY DISTIRCT,

BANDUNG REGENCY

Nurul Hasanah 1100162

ABSTRACT

Educational tourism is a combination of two aspects of special-interest tourism, namely learning aspect and enriching aspect. Both aspects underlie each tourism activities and opportunities for tourists, enabling them to acquire new knowledge of environmental and social matters. Special-interest tourism itself refers to tourism activities involving tourists—both individuals and groups—aiming at vacationing and learning, as well as experiencing aspects of life at the visited place. There has been demand for special-interest tourism by which tourists expect entertainment and educational values at one vacation package. Acquiring learning experience through new knowledge is a perpetual benefit, allowing for self-development and life expansion.

The present study is a descriptive analysis involving comparison of data collected from literature review, observation, interview and questionnaire. The study selected 65 out of 180 tourists visiting Desa Wisata Lebak Muncang in 2014 as the sample of the study. Analysis of the data employs SWOT positioning and shows that the location of Desa Lebak Muncang (Lebak Muncang village) is factually profitable. However, there have been threats and challenges towards the village, affecting internal condition of the village. Based on this finding, an immediate change for the tourism strategy of Desa Wisata Lebak Muncang is highly suggested. Moreover, the village should not only boast one particular aspect in order to be able to develop. The condition may worsen if there are not any steps in overcoming the problems, as they stonewall the development of the tourism in Desa Wisata Lebak Muncang and, as the worst case, bring the tourism to it’s demise.

Keywords : Educational Tourism, Special Interest Tourism, Learning


(7)

Nurul Hasanah, 2015

“STRATEGI

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR REFERENSI ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pariwisata ... 10

B. Jenis-jenis Pariwisata ... 12

C. Wisata Minat Khusus ... 15

D. Wisata Edukasi ... 16

E. Definisi Desa Wisata ... 19

F. Persyaratan Desa Wisata ... 21


(8)

H. Kriteria Perwujudan Kawasan Desa Wisata ... 25

I. Pengembangan Kawasan Desa Wisata ... 29

J. Pendekatan dalam Pengembangan Desa Wisata ... 30

K. Konsep Community Based Tourism (Pariwisata Berbasis Masyarakat) ... 32

L. Kerangka Pemikiran ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 36

B. Metode Penelitian ... 37

C. Sumber Data ... 38

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 40

F. Objek Penelitian ... 41

G. Penentuan Faktor Internal & Eksternal Penelitian ... 41

H. Instrumen Penelitian ... 44

I. Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas ... 48

2. Uji Reliabilitas ... 50

3. Software SPSS ... 51

J. Teknik Pengumpulan Data ... 52

K. Teknik Analisis Data 1. Analisis SWOT dengan Pendekatan Kuantitatif ... 53

2. Matriks SWOT ... 60

3. Tahap Analisis Data Menggunakan Positioning SWOT ... 62

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Desa Wisata Lebak Muncang 1. Lokasi Desa Wisata Lebak Muncang ... 66

2. Sejarah Desa Wisata Lebak Muncang ... 68

3. Kondisi Geografis ... 70 4. Letak Administratif


(9)

Nurul Hasanah, 2015

“STRATEGI

a. Luas Wilayah & Luas Lahan Pertanian & Perkebunan ... 71

b. Data Kependudukan 1) Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

2) Satuan Lingkungan Setempat Desa ... 72

3) Mata Pencaharian Utama ... 72

4) Tingkat Pendidikan ... 73

5. Sarana dan Prasarana Desa ... 73

6. Fasilitas Wisata ... 74

7. Sumber Air Bersih ... 75

8. Sistem Komunikasi Desa ... 75

9. Sumber Energi Desa ... 75

10.Kondisi Sosial & Ekonomi a. Aktivitas Pertanian & Perkebunan ... 75

b. Aktivitas Peternakan ... 76

c. Industri Kecil dan Rumah Tangga ... 77

d. Kualitas Sumber Daya Manusia ... 77

B. Struktur Organisasi Desa Wisata Lebak Muncang ... 79

C. Aktivitas Wisata Edukasi Desa Wisata Lebak Muncang ... 80

D. Nilai-nilai Edukasi Aktivitas Wisata Edukasi ... 82

Desa Wisata Lebak Muncang E. Paket Wisata ... 95

F. Kajian Sosial dan Budaya Masyarakat Desa Wisata Lebak Muncang ... 98

G. Paket Wisata ... 102

H. Hasil Perhitungan Kuesioner 1. Profil Wisatawan ... 103

2. Perhitungan Masing-masing Indikator ... 113

3. Rekapitulasi Variabel ... 157

I. Analisis SWOT ... 162

J. Strategi Pengembangan Wisata Edukasi Desa Lebak Muncang Sebagai Desa Wisata di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung ... 184


(10)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ... 188

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 193

LAMPIRAN a. Dokumentasi ... 197

b. Kuesioner ... 208

c. Pedoman Wawancara ... 211

d. Hasil Wawancara ... 214

e. Hasil Perhitungan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Menggunakan Program SPSS ... 222


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang dianugerahi dengan kekayaan alam dan budaya yang sangat tinggi atau Negara Biodiversity. Indonesia memiliki 13.466 pulau, diantaranya 5 kepulauan besar dan 30 kelompok kepulauan kecil, ribuan pulau yang membentang tersebut ada di sepanjang 5.120 km. Indonesia memiliki luas lautan sepanjang 6.279.000 km² dan luas daratan sepanjang 1.910.000 km² atau dengan presentase 30 % daratan dan 70 % lautan. Bukan hanya kekayaan alam yang Indonesia miliki, namun masyarakat yang berbudaya dengan lebih dari 2000 etnik tinggal di Kepulauan Indonesia.

Sumber : (www.indonesia.travel/id/discover-indonesia/2013 Kementrian Pariwisata Ekonomi dan Kreatif posted : 24 Oktober 2013, diakses : 8 Maret 2015)

Apa yang dimiliki Indonesia selama ini tentu mendorong kehidupan industri pariwisata dalam negeri. Sejak tahun 1990-an dunia pariwisata di dalam negeri mulai memperlihatkan kemajuannya, bertambahnya destinasi wisata dan jumlah kunjungan wisatawan setiap tahunnya. Menurut Penelitian Tourism Field Study (TFS) pada tahun 2007, bahwa wisatawan internasional lebih banyak menyukai keramahtamahan masyarakat lokal atau hospitality, keindahan alam dan kuliner khas. Dan semua itu telah dimiliki oleh Indonesia. Seperti halnya Laporan The World & Tourism Council (WWTC) mencatat ditahun 2014, Indonesia telah mencapai pertumbuhan Wisatawan Mancanegara 14.2 % & Wisatawan Lokal 6.3 % dan pendapatan dari Pariwisata ini mampu berkontribusi pada negara sebesar 8.1 %. Sumber : (Harian Kompas - Rubrik Travel News, Rabu 2 April 2014). Bisa disimpulkan bahwa kekayaan alam dan budaya yang di miliki Indonesia dapat meningkatkan kuantitas berkunjung wisatawan mancanegara maupun lokal, tentunya diiringi dengan kualitas pariwisata yang kita ciptakan. Di Indonesia, salah satu kota yang masuk urutan ke-21 di ASEAN sebagai kota terfavorit untuk berwisata adalah Bandung. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota


(12)

Bandung Tahun 2006 menyebutkan bahwa Bandung telah ditetapkan sebagai Kota Jasa & Pariwisata. Sumber : (www.travelyuk.com/bandung-kota-wisataposted : 31 Januari 2015, diakses : 8 Maret 2015)

Bandung sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat banyak menyimpan potensi wisata, seperti : Wisata Budaya Alam & Heritage, Wisata Belanja & Kuliner dan Wisata Minat Khusus. Hal ini didukung oleh letak geografis Bandung yang relatif masih sejuk dan menjadi Pusat Pemerintahan, Perdagangan, Industri dan sebagian besar kegiatan jasa dan perekonomian Jawa Barat berpusat di Bandung. Industri Pariwisata tak hanya hidup dipusat kotanya saja, Kabupaten Bandung juga tak kalah memiliki Potensi Wisata yang sangat tinggi khususnya Alam & Budaya. Kabupaten Bandung yang beribukota di Soreang memiliki luas wilayah sebesar 176.239 Ha. Sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung adalah pegunungan dengan suhu 12° C - 24° C. Kabupaten Bandung memiliki Potensi Daerah dari mulai kegiatan Pertanian, Perikanan, Perkebunan dan Peternakan. Berikut Potensi Daerah yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung :

No. Potensi Daerah Keterangan

1 Pertanian Lahan Sawah seluas 36.212 Ha 2 Perkebunan 1. Lahan Kebun seluas 20.901 Ha

2. Lahan Ladang seluas 12. 650 Ha 3 Peternakan Terdapat 22 Perusahaan di sub peternakan

4 Perikanan Terdapat 682 Rumah Tangga Perikanan (RTP) di 13 Kecamatan Tabel 1.1. : Potensi Daerah Kabupaten Bandung

Sumber : (www.bandungkab.go.id/potensi-daerah - Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) Kab.Bandung 2012 posted: 17 Januari 2012, diakses: 3 Maret 2015)

Dari Potensi Daerah yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung, mulailah Pariwisata Kabupaten Bandung berkembang. Didukung oleh kondisi alam pegunungan, iklimnya yang sejuk dan masyarakat lokal yang masih memegang teguh budaya Sunda. Contohnya : Masyarakat Desa lebak Muncang masih memegang teguh budaya setempat dengan pergi Ngaliwet


(13)

bersama warga desa di puncak bukit sebagai bentuk rasa syukur mereka saat acara-acara tertentu dan masa panen tiba. Secara khusus, Wisata Alam dan Wisata Budaya mendominasi Pariwisata di Kabupaten Bandung ini, seperti Objek Wisata Pemandian Air Panas, Wana Wisata Bumi Perkemahan, Objek Wisata Kawah, Objek-objek Wisata Alam lainnya dan Desa Wisata. Desa Wisata di Kabupaten Bandung menjadi salah satu fokus program dari Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bandung yang telah dicanangkan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di tahun 2009. Berikut adalah data yang dilansir oleh Kemenparekraf terkait dengan Program Pengembangan Desa Wisata adalah :

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah Desa 104 Desa 200 Desa 569 Desa 978 Desa

1400 Desa

Pagu Anggaran

8.7 Milyar

19.57 Milyar

61.7 Milyar

121.45 Milyar

123.25 Milyar Tabel 1.2. : Data Aliran Dana Kemenparekraf Untuk PNPM Mandiri

2009-2013

Sumber :

(http://ekbis.sindonews.com/read/2013/06/17/kemenparekraf-kucurkan-untuk-pnpm-mandiriposted: 17 Juni 2013, diakses : 5 Maret 2014)

Sebuah Pedesaan yang bisa dikatakan sebagai Desa Wisata pasti memiliki karakteristik khusus dari kondisi alam, tradisi dan budaya. Faktor pendukungnya adalah Sistem Pertanian, Sistem Sosial dan Makanan Khas Desa. Ketika sebuah Kawasan Desa Wisata memiliki Atraksi Wisata yang bisa menghibur dan mendidik, memiliki jumlah Aktivitas Wisata yang beragam dan didukung oleh Pondok Wisata atau Homestay. Inilah yang disebut Kualitas Kawasan Wisata, dapat menahan wisatawan dan bermalam di suatu kawasan wisata. Menurut Surat Keputusan Bupati Kabupaten Bandung dengan Nomor 556.42/Kep.71-Dispopar/2011 Tentang Penetapan Desa Wisata Di Wilayah Kabupaten Bandung, terdapat 10 Desa yang ditetapkan sebagai Desa Wisata sesuai dengan potensi desa masing-masing. Desa Lebak Muncang memiliki luas wilayah


(14)

sebesar 802.26 Ha, wisatawan dapat tinggal beberapa hari dirumah warga dan mengikuti kegiatan rutin mereka layaknya warga desa. Desa Lebak Muncang sudah memiliki Homestay sebanyak 43 rumah warga yang dijadikan Homestay, Villa-villa yang tersebar disekitar desa untuk menunjang akomodasi pariwisata yang mereka jalankan, seperti : Villa Saung Kebon, Villa milik PT. Perhutani, Villa Palagon dan Paket Wisata Edukasi. Sumber : (www:lebakmuncang.wordpress.com/wisata/fasilitas/ posted: 18 Juli 2013, diakses: 10 Februari 2014).

Aktivitas Wisata Desa Lebak Muncang, didukung oleh alam pegunungan dan di kategorikan sebagai Desa Agro Ekowisata dengan Produk Unggulan Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Handycraft. Sumber : (Surat Keputusan Bupati Kabupaten Bandung dengan Nomor

556.42/Kep.71-Dispopar/2011 tentang Penetapan Desa Wisata Di Wilayah Kabupaten Bandung).

Dibawah ini adalah Aktivitas Wisata yang terdapat di Desa Lebak Muncang :

KONSEP WISATA AKTIVITAS WISATA

Wisata Edukasi

Program Homestay

Wisatawan akan

menginap & mengikuti keseharian warga.

Edukasi Pertanian

Wisatawan akan diajak bercocok tanam sebagai petani di pematang sawah dan diajak belajar menanam Bawang Daun dan Seledri.

Edukasi Perkebunan (Agrowisata)

Wisatawan akan diajak berkebun di Kebun Strawberry dan Ladang Selada Air.

Mapay Cibeber

Wisatawan akan diajak

berjalan-jalan di

Perkebunan Teh

Cibeber, mengelilingi perkebunan teh dan berfoto disana.


(15)

Edukasi Budidaya (Agrowisata)

Wisatawan akan diajak berkeliling ke Kumbung

Jamur dan

mendengarkan

penjelasan tentang pembudidayaan Jamur Tiram Putih dari Guide

dan para pekerja

Kumbung. Edukasi Budaya

(Atraksi Budaya)

Pertunjukan Kesenian

Sunda, seperti :

Bangkong Reang dan Degung. Wisatawan bisa ikut serta dengan para penari dan pemain alat musik.

Wisata Kuliner

Mengunjungi rumah

warga untuk mengolah makanan khas pedesaan yang telah disediakan,

mencicipi dan

mempelajari bahan

makanan serta sejarah dari makanan tersebut. Jungle Tracking atau

Sapoe Di Gunung

Jalan santai menyusuri persawahanan,

perkebunan dan mendaki

sampai berakhir

dipuncak bukit sambil "ngaliwet" bersama warga desa.

Tabel 1.3. : Aktivitas Wisata Desa Lebak Muncang

Sumber : Olahan Penulis dari Proposal Paket Wisata Edukasi Desa

Wisata Lebak Muncang Ciwidey – 2014

Penulis akan melakukan penelitian di Desa Wisata bagian Selatan tepatnya di Desa Lebak Muncang, Ciwidey. Alasan khusus Penulis melakukan penelitian tentang Wisata Edukasi di Desa Lebak Muncang adalah :

1. Semakin banyak keingintahuan wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata, wisatawan ingin lebih mengetahui bagaimana asal usul tempat wisata yang mereka kunjungi, hal ini menunjukan bahwa wisatawan


(16)

membutuhkan Learning Experience atau Travel Experience dari perjalanan wisatanya dan hal ini menggeser trend wisatawan menuju kegiatan Wisata Minat Khusus.

2. Saat melakukan survey lokasi, Penulis melihat Desa Lebak Muncang masih sangat alami, kendaraan bermotor masih terbilang sedikit, para petani bebas berjalan kaki di sepanjang jalan desa, pemandangan alami ini membuat Penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Desa ini. 3. Penulis sempat mempelajari Proposal Desa Wisata Lebak Muncang,

disana tertera bahwa Atraksi Wisata yang mereka miliki berbasis Pendidikan, namun secara perincian/secara tertulis, Penulis tidak menemukan apa saja sisi edukasi yang akan mereka sajikan pada wisatawan. Ketidaksesuaian ini akan berdampak negatif pada sisi atraktif dari Kegiatan Wisata Edukasi Desa yang akan membuat wisatawan tidak tertarik untuk berwisata ke Desa Lebak Muncang. 4. Penulis termotivasi untuk melalukan penelitian disini karena

sebelumnya pada tahun 2010, Desa Lebak Muncang sempat dijadikan sebagai objek penelitian untuk dijadikan sebagai Desa Wisata oleh Mahasiswa Institut Koperasi Indonesia (IKOPIN).

5. Belum ada target wisatawan yang mereka incar, jika sudah menetukan target pasar yang mereka incar tentu ini akan cukup membantu mereka dalam menyusun Strategi Pengembangan bagi Desa Wisata mereka, agar mampu menyajikan Aktivitas Wisata Edukasi yang tepat dan menambah jumlah kunjungan wisatawan.

6. Sebagai Mahasiswa yang berasal dari Program Studi Kepariwisataan, Penulis berada dikampus yang memiliki visi-misi yang bergerak dalam dunia Kependidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Penulis ingin menyajikan nilai-nilai edukasi pada setiap Aktivitas Wisata di Desa Lebak Muncang, agar Wisatawan dapat lebih mencintai Kekayaan Alam & Budaya melalui kehidupan di pedesaan.

7. Wisata Edukasi ini tentunya akan memfokuskan pada materi wisata edukasi


(17)

Diharapkan, hasil penelitian ini sedikit banyaknya dapat membantu Sekretaris BPD Lebak Muncang sebagai Pengelola Desa dan kembali aktfnya 400 Anggota Kelompok Penggerak Pariwisata (KOMPEPAR) Kabupaten Bandung dalam mengembangkan Wisata Edukasi di Desa Lebak Muncang maupun membantu mempromosikan Desa pada masyarakat kota. Berdasarkan hal itulah Penulis tertarik untuk melakukan Penelitian di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung mengenai potensi wisata di Desa Lebak Muncang dan mengembangkan Wisata Edukasi Desa. Hal ini pasti sangat bermanfaat bagi arah Desa ini dari aspek perekonomian dan kualitas hidup warga desa & kemudian menganalisis Strategi Pengembangan Wisata Edukasi. Hasil penelitian ini akan dituangkan dalam skripsi dengan judul :

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA EDUKASI DI DESA LEBAK MUNCANG SEBAGAI DESA WISATA DI KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG”.

B. Rumusan Masalah

Adapun batasan masalah yang dirumuskan dari penelitian ini, diantaranya :

1. Apa saja Aktivitas Wisata Edukasi yang terdapat di Desa Lebak Muncang?

2. Pembelajaran apa saja yang wisatawan dapatkan dari serangkaian Aktivitas Wisata Edukasi yang telah mereka jalani ?

3. Bagaimana Analisis Faktor Internal yang mempengaruhi Pengembangan Wisata Edukasi Desa Lebak Muncang ?

4. Bagaimana Analisis Faktor Eksternal yang mempengaruhi Pengembangan Wisata Edukasi Desa Lebak Muncang?

5. Bagaimana Strategi Pengembangan Wisata Edukasi di Desa Lebak Muncang Sebagai Desa Wisata di Ciwidey ?


(18)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis kegiatan wisata alam dan budaya yang dikemas menjadi serangkaian kegiatan wisata edukasi yang berada di Desa Lebak Muncang serta berpartisipasi dalam memberikan masukan berupa Strategi Pengembangan dari segi nilai-nilai edukasi. 1. Mengidentifikasi Aktivitas Wisata Edukasi yang terdapat di Desa

Lebak Muncang.

2. Menganalisis nilai-nilai edukasi yang wisatawan dapatkan dari serangkaian Aktivitas Wisata Edukasi yang telah mereka dapatkan. 3. Mendeskripsikan Analisis Faktor Internal yang mempengaruhi

Pengembangan Wisata Edukasi Desa Lebak Muncang.

4. Mendeskripsikan Analisis Faktor Eksternal yang mempengaruhi Pengembangan Wisata Edukasi Desa Lebak Muncang.

5. Menentukan Strategi Pengembangan Wisata Edukasi di Desa Lebak Muncang Sebagai Desa Wisata di Ciwidey.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian yang berkaitan dengan Pengembangan Wisata Edukasi Perdesaan. 2. Dapat menambah wawasan mengenai Pengembangan Wisata Edukasi

Perdesaan di Kabupaten Bandung. Serta melatih Penulis dalam melakukan, mengolah dan menyusun hasil penelitian berdasarkan teori dan persepsi.

3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi Pengelola Desa dalam mengembangkan Kegiatan Wisata Alam & Budaya Desa Lebak Muncang khususnya memperhatikan nilai-nilai edukasi yang terkandung dalam serangkaian Aktivitas Wisatawan berdampak positif terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Lebak Muncang.


(19)

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur Organisasi penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu :

Bab I PENDAHULUAN : Berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan & Struktur Organisasi penulisan.

Bab II KAJIAN PUSTAKA : Berisi Jenis-jenis Pariwisata, Wisata Minat

Khusus, Wisata Edukasi, Definisi Desa Wisata, Persyaratan Desa Wisata, Tipologi Desa Wisata, Kriteria Perwujudan Desa Wisata, Pengembangan Wisata Edukasi di Desa Wisata dan Konsep Community Based Tourism atau Pariwisata Berbasis Masyarakat.

Bab III METODE PENELITIAN : Berisi Lokasi Penelitian, Metode

Penelitian, Sumber Data, Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Objek Penelitian, Operasonalisasi Variabel, Instrumen Penelitian, Pengembangan Instrumen Penelitian dan Teknik Analisis Data.

Bab IV TEMUAN & PEMBAHASAN : Analisis Data Temuan dan

Pembahasan Hasil Penelitian Mengenai Wisata Edukasi di Desa Lebak Muncang, Ciwidey.

Bab V SIMPULAN, IMPLIKASI & REKOMENDASI : Berisi

Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Simpulan berisi hasil temuan selama masa penelian, masalah yang dimiliki lokasi penelitian dan solusi dari penulis atas masalah yang dihadapi lokasi penelitian tersebut. Sedangkan, Implikasi dan Rekomendasi berisi ide atau masukan dari Penulis yang disampaikan pada pihak-pihak yang terkait dengan kawasan penelitan.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitan

Lokasi penelitian ini dapat dlihat dari Peta Administrasi Desa Lebak Muncang dibawah ini :

Gambar 3.1. : Peta Administrasi Desa Lebak Muncang

Sumber : Sumber : Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Bandung

Profil Desa - Data Statistika Daerah Kecamatan Ciwidey – 2013 Lokasi Penelitian Penulis adalah Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang yang berada di dataran tinggi ini terletak diantara Gunung Geulis & Gunung Tambak Guruyung. Desa Lebak Muncang posisinya tidak terlalu jauh dari Pasar Wisata Ciwidey, kira-kira 3 km dari Pasar Wisata Ciwidey. Desa Lebak


(21)

Muncang didominasi oleh wilayah perkebunan dan berbagai hasil tani, seperti perkebunan Strawberry, pertanian Selada Air, Seledri, Bawang Daun, Kol, Cabai, Tomat. Beberapa tahun silam, Desa Lebak Muncang dikenal sebagai salah satu desa penghasil Kopi Luwak. Khusunya wilayah desa di RW 14 dan RW 16. Namun, Luwak-luwak di desa harus mati dan masyarakt desa akhirnya harus berhenti memproduksi Kopi Luwak. Untuk sementara ini, Kunjungan Wisata ke Pabrik Kopi Luwak terpaksa harus ditiadakan dahulu. Untuk sampai ke lokasi, Penulis sarankan untuk memakai kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan. Karena tidak adanya angkutan umum yang menuju langsung ke daerah Ds. Lebak Muncang, masyarakat disini biasanya memakai ojek, menyewa angkot dan delman dari pasar. Wisatawan akan menikmati suasana pedesaan disini, lingkungan desa masih asli.

B. Metode Penelitian

Penulis memakai Metode Deskriptif Analisis dengan Pendekatan Kualitatif.

“Metode Penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat Postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna generalisasi.” (Sugiyono, 2012, hlm.13)

Tujuan dari metode deskriptif adalah untuk menghasilkan data berupa kata-kata dari bentuk lisan, perilaku seseorang atau sekelompok orang dan melalui sifat kebendaan yang Penulis amati. Sedangkan, tujuan dari pendekatan kualitatif adalah dapat menggambarkan sebuah penjelasan tanpa terikat. Prosedur penelitian ini adalah penggabungan antara data olahan berupa angka atau statistik dan data olahan melalui hasil observasi dan wawancara. Gabungan prosedur ini bertujuan agar Penelitian ini dapat memperoleh analisis yang lebih lengkap.


(22)

C. Sumber Data

Menurut Sugiyono (2012, hlm.137), berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Data Primer

Data primer penelitan menggunakan kuesioner dan wawancara terstruktur dan semi terstruktur. Sumber data primer penelitian ini adalah 65 responden atau wisatawan Desa Lebak Muncang dan delapan orang pengelola Desa Lebak Muncang.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder penelitan ini adalah : Lembar Proposal Wisata Edukasi Desa Wisata Lebak Muncang, Katalog BPS 2013, artikel dari surat kabar cetak & online, Jurnal, Laporan Penelitan dan Perundang-undangan yang yang berlaku di Pemerintahan.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.”. (Sugiyono, 2010, hlm.80)

Populasi bukan hanya ditujukan untuk orang saja, namun juga untuk objek/benda-benda alam lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek dan subjek yang dipelajari. Namun juga meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh objek dan subjek itu. Seseorang pun dapat menjadi sebuah populasi karena satu orang tersebut memiliki karakteristiknya sendiri, melalui cara berkomunikasi, displin, ketertarikan terhadap sesuatu, pemikiran dan lain-lain. Populasi responden dalam penelitian ini adalah Wisatawan di Desa Wisata Lebak Muncang yang datang pada sepanjang tahun 2014, sebagai berikut :


(23)

Asal Wisatawan Bulan Jumlah Wisatawan

Tampines Junior College, Singapore

September 30 orang

SMP Al-Zahra, Tangerang Selatan

Desember 150 orang

Total : 180 orang

Tabel 3.2 : Jumlah Kunjungan Wisatawan Desa Wisata

Lebak Muncang Tahun 2014

Sumber : Tim Pokja Desa - 2014

2. Sampel Penelitian

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.” (Sugiyono, 2010, hlm.81).

Bila pada kenyataannya, jumlah populasinya dalam jumlah banyak, berkenaan dengan keterbatasan Peneliti. Maka Peneliti dapat menggunakan sampel itu. Kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi, sederhananya Sampel itu adalah bagian kecil dari Populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif atau mewakili. Untuk mendapatkan jumlah atau ukuran sampel penelitian, Penulis menggunakan Rumus Slovin, sebagai berikut :

n

= �

�+��² Dimana :

n = Untuk Sampel � = Untuk Populasi

� = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih bisa ditolerir.

Adapun :

a. Nilai � ∶ 0,1 (10%) Untuk populasi dalam jumlah besar b. Nilai � : 0,2 (20%) Untuk populasi dalam jumlah kecil


(24)

Ukuran populasi yang digunakan mengacu pada Jumlah Kunjungan Wisata di Desa Wisata Lebak Muncang yang diperoleh oleh Penulis saat proses penelitian. Data kunjungan wisatawan pada tahun 2014 sebanyak 180 orang dan persen kelonggaran yang ditentukan adalah 10 %.

Berdasarkan data kunjungan wisatawan tersebut, maka jumlah sampel yang akan diambil sebanyak :

n

= �

+��²

n

= 8

+ 8 , ²

n

= 8

+ 8 ,

n =

8

+ ,8

n =

8

,8

=

64, 28 orang ≈ 65 orang

Dari hasil perhitungan diatas, hasil menunjukan 64,28 orang dibulatkan menjadi 65 orang untuk dijadikan sampel pada penelitian ini.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik Sampling pada penelitian ini menggunakan bagian dari Teknik Non Probability Sampling, yaitu : Sampling Insidental.

Sugiyono (2010, hlm.85) berpendapat bahwa “Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan Peneliti dan dapat digunakan sebagai sampel. Bila dipandang orang yang kebetulan ditemui lalu cocok


(25)

F. Objek Penelitian

Penelitian ini memilih salah satu kawasan desa wisata yang berada di Kecamatan Ciwidey. Objek yang akan di teliti antara lain : Aktivitas Wisata Edukasi, Materi Pembelajaran dan faktor-faktor internal dan eksternal yang menyertainya hingga dapat membentuk sebuah strategi pengembangan wisata edukasi bagi desa ini. Strategi pengembangan tersebut diharapkan dapat membawa Desa Wisata Lebak Muncang dapat lebih terarah dan berkarakter.

G. Operasionalisasi Variabel

Operasional variabel menurut Sugiyono (2010, hlm.58) adalah “Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.”.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Variabel Bebas (Independent Variable). variabel bebas “Variabel yang dapat diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.”. (Jonathan Sarwono dan Tutty Martadijera, 2008, hlm. 107).

Kesimpulannya adalah Variabel Bebas (Independent Variable) merupakan suatu variabel yang bebas dimana keberadaanya tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain, bahkan variabel ini merupakan suatu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian Strategi Pengembangan Wisata Edukasi di Desa Lebak Muncang sebagai Desa Wisata, Penulis telah menentukan operasionalisasi variabel. Operasionalisasi variabel ini harus ditentukan sehingga penelitian dapat dilakukan dengan benar dan sesuai dengan judul penelitian. Dibawah ini adalah penyajian operasionalisasi variabel untuk penentuan faktor internal penelitian :


(26)

Variabel Sub Variabel Indikator No. Item Instrumen

Desa Wisata Wiendu Nuryanti (1993, hlm. 2)

1. Atraksi Wisata (Dalam Konsep Wisata Edukasi Education Specialties dan Cultural Interaction)

1.What to See :

1) Panorama khas pedesaan 2) Tata ruang khas pedesaan

1 2 2.What to Do :

1) Aktivitas Bertani 2) Aktivitas Berkebun 3) Aktivitas Budidaya

4) Aktivitas Kuliner Pedesaan 5) Aktivitas Seni & Budaya

Tradisional

6) Pengenalan Vegetasi

7) Ngaliwet di puncak bukit bersama warga desa

11 12 13 16 15 18 19

3.What to Buy :

1) Penjualan Hasil Olahan dan

Kreasi Desa atau

Cinderamata

2) Penjualan dan pemberian bibit tanaman 9 14 2. Akomodasi (Dalam Konsep Wisata Edukasi Direct Interaction)

1) Penginapan disekitar desa 2) Homestay

3 4

3. Tata Cara atau Tradisi

Kehidupan sosial & budaya masyarakat pedesaan.

19

4. Fasilitas Pendukung

1) Buku Panduan Wisata

2) Saung atau tempat

beristirahat 3) Tempat ibadah

4) Tempat pertunjukan seni

5 6 7 8 Wisata Edukasi “Wisata Minat Khusus” Fandeli (2000, hlm.110) 1. Rewarding (Penghargaan)

1) Menghargai lingkungan alam

2) Menghargai hasil produksi olahan desa

3) Menghargai kekayaan

kuliner khas

4) Menghargai seni & budaya tradisional

10 9 17 15


(27)

2. Learning (Pembelajaran)

1) Pembelajaran tentang pertanian & perkebunan 2) Pembelajaran tentang

pembudidayaan

3) Pembelajaran tentang kuliner tradisional

4) Pembelajaran tentang seni & budaya tradisional

5) Pembelajaran tentang kehidupan sosial & budaya masyarakat pedesaan

11 13 16 15 19

3. Enriching (Pengkayaan Pengetahuan)

1) Pertanian & Perkebunan 2) Pembudidayaan Jamur 3) Kuliner khas desa

4) Seni dan Budaya Tradisional

11 13 16 15

Tabel 3.3. : Operasionalisasi Variabel Faktor Internal Sumber : Olahan Penulis – 2015


(28)

Dibawah ini adalah indikator-indikator yang digunakan untuk faktor eksternal penelitian, sebagai berikut :

Faktor Eksternal

(Opportunities& Threaths)

Sub Variabel

Indikator

1. Stakeholder

1. Wisatawan :

1) Jenuh dengan situasi kota 2) Keinginan untuk berwisata 2. Kondisi Fisik Rusaknya lingkungan fisik desa

3. Kompetitor Kompetitor desa wisata lainnya

4. Sosial & Budaya

1) Adanya Kelompok Penggerak

Pariwisata (Kompepar)

2) Pendapatan masyarakat kota yang relatif tinggi

3) Perubahan perilaku masyarakat desa 4) Timbul kecemburuan sosial

5.Ekonomi

Bantuan pemerintah melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri)

6.Kebijakan Pemerintah & Peraturan Daerah

1) Program Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2009 mengenai “Program Pengembangan Desa Wisata” 2) Surat Keputusan Bupati Kabupaten

Bandung denganNomor:

556.42/Kep.71.DISPOPAR/2011Tentang Penetapan Desa Wisata di Wilayah Kabupaten Bandung

Tabel 3.4. : Operasionalisasi Variabel Faktor Eksternal Sumber : Olahan Penulis – 2015

H. Instrumen Penelitian

Arikunto (2002, hlm.136) berpendapat tentang pentingnya menggunakan alat pengumpulan penelitian, sebagai berikut :

“Instrumen Penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih. Dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah.”


(29)

Instrumen penelitian yang digunakan Penulis, adalah : 1. Pedoman Wawancara

Pertanyaan dalam wawancara akan dibagi menjadi dua sesi, yaitu : Wawancara Terstruktur dan Wawancara Semi Terstruktur. Penulis terlebih dahulu menyusun 18 butir pertanyaan dalam pedoman wawancara yang ditujukan untuk delapan orang pengelola desa sebagai narasumber, yaitu : Ketua Pokja Desa, Ka-Dusun 05, Dua orang Tim Kasenian dan Tiga orang Tim Homestay. Pengajuan pertanyaan disesuaikan dengan latar belakang narasumber dan konteks pertanyaan agar jawaban yang didapatkan nanti lebih akurat.

2. Kuesioner

Sugiyono (2010, hlm.142) menyatakan bahwa :

“Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Kuesioner penelitian ini memuat : Profil Wisatawan, Aspek Psikografis Wisatawan dan Tanggapan Responden mengenai aktivitas wisata edukasi, materi pembelajaran yang wisatawan dapatkan sampai tersedianya fasilitas pendukung kawasan. Tanggapan responden kuesioner berasal dari faktor internal dan eksternal yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan teori-teori terkait yang disesuaikan dengan kondisi asli desa. Tanggapan responden akan di analisis berdasarkan perhitungan skala pengukuran dari instrumen penelitian. Berikut ini adalah langkah-langkah perhitungan menggunakan skala pengukuran intrumen penelitian :

1) Skor Pendapat Menggunakan Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dan dijabarkan akan menjadi indikator variabel. Indikator - indikator tersebut akan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.


(30)

Jawaban setiap item instrumen dengan menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi mulai dari sangat positif sampai sangat negatif berupa kata-kata. Jawaban pilihan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Sangat Setuju b) Setuju

c) Ragu-ragu d) Tidak Setuju

e) Sangat Tidak Setuju

Dibawah ini adalah tabel yang memuat pengukuran skor pendapat dengan menggunakan Skala Likert, yaitu :

Pernyataan Nilai

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Tabel 3.5. : Skala Likert Sumber : Sugiyono (2010, hlm. 93)

Tabel 3.5 diatas digunakan untuk menentukan nilai tertinggi, nilai terendah dan jarak interval dalam Skala Likert. Menurut Harun Al-Rasyid (1993, hlm. 33), perhitungan menggunakan rumus statistika Method of Successive Interval (MSI) :

a) Nilai Tertinggi : Total Responden x Bobot Maksimal x Jumlah Pernyataan = 65 x 5 x 1 = 325

b) Nilai Terendah : Total Responden x Bobot Minimal Jumlah Pernyataan = 65 x 1 x 1 = 65

c) Interval : Nilai Tertinggi – Nilai Terendah = −

=

=

52 Banyaknya Kelas Penilaian

Jadi, dalam Skala Likert tanggapan responden tentang Aktivitas Wisata Edukasi di Desa Wisata Lebak Muncang ditunjukan dengan


(31)

nilai terendah adalah 65, nilai tertinggi adalah 325 dan interval pada setiap kelas penilaian adalah 52.

2) Penilaian dan Kelas Interval

Berikut ini adalah tabel yang memuat tentang nilai interval untuk setiap kelas penilaian, yaitu :

Pernyataan Nilai

274-325 5

222-273 4

170-221 3

118-169 2

65-117 1

Tabel 3.6. : Penilaian dan Kelas Interval Sumber : Olahan Penulis – 2015

Dibawah ini adalah garis kontinum yang dapat menunjukan pendapatan wisatawan sesuai dengan daerahnya masing-masing, seperti dibawah ini :

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju

65 117 169 221 273 325

Gambar 3.7. : Garis Kontinum Sumber : Olahan Penulis – 2015


(32)

I. Pengembangan Instrumen Penelitian

Pengembangan instrumen penelitian adalah lanjutan dari instrumen penelitian yang sudah tersedia. Instrumen penelitian ini terlebih dahulu akan di uji nilai keabsahan dari kuesioner penelitian ini. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pengujian nilai keabsahan penelitian, yaitu : 1. Uji Validitas

“Uji validitas atau uji kesahihan digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya satu kuesioner. Satu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada pertanyaan kuesioner mampu mengungkapkan sesuatau yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.”. (Ghozali, 2013, hlm. 52)

Tingkat validitas dapat diukur dengan caramembandingkan nilai Koefisien Korelasi Sederhana atau nilai rhitung pada tabel Correlations pada total nilai Pearson Correlation untuk tiap indikator variabel dengan nilai tabel r dengan ketentuan :

df (Degree of Freedom) = (N – 2) Dimana :

a) N = Jumlah sampel yang digunakan b) Nilai 2 = Jumlah variabel independen

Dengan jumlah sampel (N) dan tingkat signifikansi (α) 0,1 maka tabel r pada penelitian ini adalah 0.3783.

Dimana :

a) r hitung ≥ r tabel, artinya pernyataan tersebut dinyatakan valid. b) r hitung ≤ r tabel, artinya pernyataan tersebut dinyatakan tidak

valid.

Berikut ini hasil uji validitas dari kuesioner penelitian menggunakan Program SPSS 16.0 For Windows yang disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini :


(33)

No. Pernyataan r (Koefisien Korelasi) Hitung

r (Koefisien Korelasi) Tabel

Keterangan

1. Wisatawan dapat

menikmati panorama khas pedesaan.

0.641 0.3783 Valid

2. Wisatawan dapat

mengetahui tata ruang khas pedesaan.

0.638 0.3783 Valid

3. Wisatawan mengetahui terdapat penginapan lain

sekitar desa.

0.433 0.3783 Valid

4. Terdapat rumah warga sebagai Homestay.

0.626 0.3783 Valid

5. Tersedianya Buku panduan wisata.

0.762 0.3783 Valid

6. Terdapat tempat istirahat atau Saung.

0.385 0.3783 Valid

7. Terdapat tempat ibadah. 0.424 0.3783 Valid

8. Terdapat Tempat

pertunjukan seni.

0.449 0.3783 Valid

9. Wisatawan dapat

membeli hasil olahan dan kreasi desa atau

cinderamata.

0.740 0.3783 Valid

10. Wisata Edukasi

membuat wisatawan lebih menghargai lingkungan alam.

0.647 0.3783 Valid

11. Mengajak wisatawan untuk mempelajari Ekosistem Pertanian.

0.719 0.3783 Valid

12. Mengajak wisatawan untuk mempelajari Ekosistem Perkebunan.

0.385 0.3783 Valid

13. Mengajak wisatawan untuk mempelajari

Pembudidayaan &Varietas Jamur.

0.626 0.3783 Valid

14. Wisatawan mendapatkan

bibit tanaman. 0.647 0.3783 Valid

15. Mengajak wisatawan dalam pementasan Seni

Sunda Tradisional.

0.551 0.3783 Valid

16. Dapat terlibat langsung dalam pengolahan

makanan dan mencicipinya.


(34)

No. Pernyataan r (Koefisien Korelasi) Hitung

r (Koefisien Korelasi) Tabel

Keterangan 17. Mempelajari

bahan-bahan & asal-usul makanan khas desa.

0.761 0.3783 Valid

18. Wisatawan mendapatkan penjelasan tentang

Vegetasi selama perjalanan.

0.571 0.3783

Valid

19. Ngaliwet di puncak bukit

bersama warga desa. 0.600 0.3783 Valid

Tabel 3.8. : Hasil Uji Validitas Sumber : Olahan Penulis – 2015

Tabel 3.8 diatas menunjukan hasil pengujian validitas pada 19 pernyataan diatas, diketahui seluruh butir pernyataan yang memuat tentang tanggapan responden tentang aktivitas wisata edukasi Desa Lebak Muncang beserta fasilitas pendukung Desa Wisata menunjukkan nilai r hitung ≥ r tabel (0,3783) dengan nilai terendah 0,433 dan nilai tertinggi 0,762. Dengan demikian, seluruh butir pernyataan diatas dapat dinyatakan valid dan memenuhi syarat sebagai alat ukur penelitian ini.

2. Uji Reliabilitas

Ghozali (2011, hlm. 22) berpendapat bahwa, “Uji reliabilitas atau uji keandalan merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.”.

Dalam penelitian ini, uji realibilitas yang digunakan adalah uji realibilitas One Shot atau pengukuran sekali saja. “Pengukuran yang dilakukan hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.” (Ghozali, 2013 : 48).

Nunnaly (dalam Ghozali, 2013, hlm. 48) berpendapat, “untuk mengukurnya digunakan Program SPSS, Program SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur realibilitas dengan Uji Statistic Cronbach


(35)

Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha ≥0.70.”

Berikut ini hasil uji reliabilitas dari kuesioner penelitian menggunakan Program SPSS 16.0 For Windows yang disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini :

Tabel 3.9. : Hasil Uji Reliabilitas Sumber : Olahan Penulis – 2015

Tabel 3.9 diatas menunjukan hasil uji reliabilitas, pernyataan yang memuat tentang tanggapan responden tentang aktivitas wisata edukasi Desa Lebak Muncang beserta fasilitas pendukung Desa Wisata, menunjukkan nilai Cronbach Alpha (α) berada di atas 0,70. Hasil ini menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan memenuhi syarat dan dapat dianggap reliable atau andal. Setelah instrumen penelitian dinyatakan valid dan reliabel maka instrumen ini dapat dipakai sebagai alat pengumpulan data penelitian.

3. Software SPSS

Statistical Program for Social Science (SPSS) merupakan paket programaplikasi komputer untuk menganalisis data statistik. Dengan Program SPSS kita dapat memakai hampir dariseluruh tipe file data dan menggunakannya untuk untuk membuat laporan berbentuk tabulasi, grafik (chart), diagram (plot) dari berbagai distribusi, statistik deskriptif dan analisis statistik yang kompleks. Program SPSS adalah sebuah sistem yang lengkap, menyeluruh, terpadu dan sangatfleksibel untuk analisis statistik dan manajemen data. Keunggulan dari SPSS For Windows diantaranya adalah diwujudkan dalam menu dan kotak-kotak dialog antar muka (Dialog Interface) yang cukup memudahkan

Reliability Statistics Cronbach's Alpha

(α) N of Items


(36)

para user dalam perekaman data (Data Entry), memberikan perintah dan sub-sub perintah analisis hingga menampilkan hasilnya. Disamping itu Program SPSS juga memiliki kehandalan dalam menampilkan chart atau plot hasil analisis sekaligus kemudahan penyuntingan bilamana diperlukan. Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan Software SPSS Versi 16.0 For Windows.

J. Teknik Pengumpulan Data

Adapun menurut Sugiyono (2010, hlm.145), teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:

1. Observasi Lapangan

Penulis melakukan pengamatan langsung terhadap semua aspek yang berhubungan tentang Wisata Edukasi di Desa Lebak Muncang yang dijadikan kawasan Desa Wisata. Teknik pengumpulan data dengan observasi penelitian ini berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

2. Hasil Wawancara

“Wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari

narasumber.” (Arikunto, 2010, hlm. 198).

Dari 16 butir pertanyaan yang ada dalam pedoman wawancara, Penulis telah mengatur butir-butir jawaban dari narasumber menjadi 19 butir jawaban dalam hasil wawancara.

3. Studi Kepustakaan

Penulis mengumpulkan dan mempelajari teori-teori yang bersangkutan dengan penelitian ini. Tujuannya untuk memperoleh suatu pengertian yang mendalam dan menunjang proses pembahasan data yang sebenarnya.


(37)

4. Kuesioner

Penulis menyebarkan kuesioner yang berisi : Profil Wisawatan, Aspek Psikografis dan 19 pernyataan tertulis pada responden atau wisatawan Desa Wisata Lebak Muncang.

K. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian, teknik analisis data sangat dibutuhkan karena bertujuan untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul dan menyajikan secara sistematis. Teknik pengumpulan & analisis data ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi masalah yang ada di lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan metode Analisis SWOT.

1. Analisis SWOT dengan Pendekatan Kuantitatif

Singkatan dari SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman).

Wheelen dan Hunger dalam Ismail Solihin (2012, hlm. 164) “Analisis SWOT atau TOWS adalah alat analisis situasional yang paling bertahan lama dan banyak digunakan oleh perusahaan dalam melakukan formulasi strategi”

Analisis SWOT didasarkan kepada logika dengan memaksimalkan Strengths (kekuatan) dan Opportunities (peluang). Namun, secara bersamaan dapat meminimalkan Weaknesses (kelemahan) dan Threats (ancaman). Melalui analisis SWOT, peneliti dapat mempertimbangkan faktor lingkungan internal, berupa kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal, berupa peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Desa Lebak Muncang.

Wheelen dan Hunger dalam Ismail Solihin (2012, hlm. 167), analisis SWOT terbagi atas dua faktor, yaitu IFAS atau Internal Factor Analysis Summary & EFAS atau External Factor Analysis Summary. Berikut ini adalah penjelasan dari dua faktor diatas, yaitu :


(38)

a. Internal Factor Analysis Summary (IFAS)

Identifikasi Internal Factor Analysis Summary(IFAS) dilakukan dengan melihat kondisi internal perusahaan. Bagian dari Internal Factor Analysis Summary adalah faktor internal dari Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness), berikut ini adalah proses perumusan Internal Factor Analysis Summary (IFAS) :

1. Buatlah daftar Kekuatan dan Kelemahan paling penting yang dihadapi perusahaan.

2. Berikan Weight / Bobot untuk masing-masing faktor 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,00 berapapun jumlah faktor yang dibobot di dalam IFAS. Nilai bobot dinilai dan dihitung menggunakan teknik Paired Comparation Scale yaitu dengan membandingkan masing-masing faktor yang sudah ditentukan. Tabel dibawah ini digunakan untuk perhitungan menggunakan teknik Paired Comparation Scale :


(39)

No.

Faktor Strategis

Internal (Strengths)

Strenghts

Skor Bobot

A B C D E F

1. A

2. B

3. C

4. D

5. E

6. F

No.

Faktor Strategis

Internal (Weaknesses)

Weaknesses

Skor Bobot

A B C D E F

1. A

2. B

3. C

4. D

5. E

6. F

Total : 1.00

Tabel 3.10. : Pembobotan Internal Factors

Sumber : Wheelen dan Hunger (dalam Ismail Solihin, 2012, hlm.168)

Teknik Paired Comparation Scale adalah metode yang digunakan untuk mengukur Relative Importance. Pembobotan yang dilakukan menggambarkan kerelatifan dari beberapa objek. digunakan untuk mengukur Relative Importance. Pembobotan yang dilakukan menggambarkan kerelatifan dari beberapa objek. Pembobotan yang diletakan pada Tabel 3.12 diatas, nilai dari total bobot mutlak harus bernilai 1,00.

Dalam pembobotan setiap variabel ditentukan dengan menggunakan skala 1 hingga 3.

Dimana :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal


(40)

vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

3. Berikan Rating / Peringkat, peringkat untuk masing-masing faktor. Berilah 5,0 (sangat baik) sampai 1,0 (sangat buruk) yang didasarkan pada tanggapan para pihak terkait saat ini terhadap faktor-faktor yang dianalisis. Masing-masing peringkat menunjukan petimbangan yang diberikan para pihak terkait tentang seberapa baik manajemen perusahaan saat ini di dalam menghadapi masing-masing Internal Factors. Berikut ini adalah kelas interval yang digunakan untuk menentukan nilai Rating :

Outstading Above Average Average Below Average Poor

5,0 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0

Tabel 3.11. : Kelas Interval Untuk Penentuan Nilai Rating Sumber : Wheelen dan Hunger (dalam Ismail Solihin, 2012, hlm. 168)

4. Kalikan bobot dengan rating masing-masing faktor, Weight Score atau nilai tertimbang berkisar dari 5,0 (sangat bagus) sampai 1,0 (sangat buruk) dan 3,0 untuk nilai rata-rata.

5. Jumlahkan Weight Score diatas untuk memperoleh jumlah nilai tertimbang. Dari nilai tertimbang ini, Penulis dapat menentukan strategi yang akan diambil dari lingkungan di dalam perusahaan. Setiap jumlah Weight Score faktor internal Strengths (Kekuatan) dan Weaknesses (Kelemahan) di indikasikan, jika bernilai 2,5 termasuk dalam tingkat rata-rata, jika bernilai ≥ 2,5 artinya posisi internal dinilai kuat. Jika bernilai ≤ 2,5 artinya menunjukan bahwa secara internal perusahaan dalam keadaan lemah.


(41)

6. Berikut adalah bentuk Matriks Internal Factor Analysis yang akan digunakan untuk penelitian ini :

No. Faktor –faktor

Strategi Internal Bobot Rating Weight Score

KEKUATAN (STRENGTHS) 1.

2. 3.

Weight Score S : . . .

No. Faktor –faktor

Strategi Internal Bobot Rating Weight Score

KELEMAHAN (WEAKNESSES) 1.

2. 3.

Weight Score W : . . .

Jumlah Weight Score S + W = . . .

Tabel 3.12. : Matriks Internal Factor Analysis Summary (IFAS) Sumber : Wheelen dan Hunger (dalam Ismail Solihin, 2012, hlm. 169)

b. External Factor Analysis Summary (EFAS)

External Factors Evaluation Analysis Summary (EFAS) dilakukan dengan melihat kondisi eksternal perusahaan. Bagian dari factor eksternal adalah Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat). Berikut ini adalah proses perumusan Matriks External Factors Evaluation Analysis Summary (EFAS) :

1. Buatlah daftar Peluang dan Ancaman paling penting yang dihadapi perusahaan.

2. Berikan Weight / Bobot untuk masing-masing faktor 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,00 berapapun jumlah faktor yang dibobot di dalam EFAS. Nilai bobot dinilai dan dihitung menggunakan teknik Paired Comparation Scale yaitu dengan membandingkan masing-masing faktor yang sudah ditentukan. Tabel dibawah ini digunakan untuk perhitungan menggunakan teknik Paired Comparation Scale :


(42)

No.

Faktor Strategis Eksternal (Opportunities)

Opportunities Skor Bobot

A B C D E F

1. A

2. B

3. C

4. D

5. E

6. F

No.

Faktor Strategis Eksternal (Threaths)

Threaths Skor Bobot

A B C D E F

1. A

2. B

3. C

4. D

5. E

6. F

Total : 1.00

Tabel 3.13. : Pembobotan External Factors

Sumber : Wheelen dan Hunger (dalam Ismail Solihin, 2012, hlm. 170)

Teknik Paired Comparation Scale adalah metode yang digunakan untuk mengukur Relative Importance. Pembobotan yang dilakukan menggambarkan kerelatifan dari beberapa objek. digunakan untuk mengukur Relative Importance. Pembobotan yang dilakukan menggambarkan kerelatifan dari beberapa objek. Pembobotan yang diletakan pada Tabel 3.12 diatas, nilai dari total bobot mutlak harus bernilai 1,00.

Dalam pembobotan setiap variabel ditentukan dengan menggunakan skala 1 hingga 3.

Dimana :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal


(43)

vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

3. Berikan Rating / Peringkat, peringkat untuk masing-masing faktor. Berilah 5,0 (sangat baik) sampai 1,0 (sangat buruk) yang didasarkan pada tanggapan para pihak terkait saat ini terhadap faktor-faktor yang dianalisis. Masing-masing peringkat menunjukan petimbangan yang diberikan para pihak terkait tentang seberapa baik manajemen perusahaan saat ini di dalam menghadapi masing-masing External Factors. Berikut ini adalah kelas interval yang digunakan untuk menentukan nilai Rating :

Outstading Above Average Average Below Average Poor

5,0 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0

Tabel 3.14. : Kelas Interval Untuk Penentuan Nilai Rating Sumber : Wheelen dan Hunger (dalam Ismail Solihin 2012, hlm. 170)

4. Kalikan bobot dengan peringkat masing-masing faktor, Weight Score atau nilai tertimbang berkisar dari 5,0 (sangat bagus) sampai 1,0 (sangat buruk) dan 3,0 untuk nilai rata-rata.

5. Jumlahkan Weight Score atau nilai tertimbang diatas untuk memperoleh jumlah nilai tertimbang. Dari nilai tertimbang ini, Penulis dapat menentukan strategi yang akan diambil dari lingkungan di luar perusahaan. Setiap jumlah Weight Score faktor eksternal Opportunities (Peluang) dan Threats (Ancaman) di indikasikan, jika bernilai 4,00 artinya perusahaan merespon dengan cara yang luar biasa pada peluang-peluang yang ada. Jika bernilai 1,00 artinya menunjukan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan


(44)

peluang-peluang yang ada atau tidak dapat menghindari ancaman dari lingkungan luar perusahaan.

6. Berikut adalah bentuk Matriks External Factor Analysis yang akan digunakan untuk penelitian ini :

No. Faktor –faktor

Strategi Ekternal Bobot Rating Weight Score

PELUANG (OPPORTUNITIES) 1.

2. 3.

Weight Score O : . . .

No. Faktor –faktor

Strategi Ekternal Bobot Rating Weight Score

ANCAMAN (THREATHS) 1.

2. 3.

Weight Score T : . . .

Jumlah Weight Score O + T = . . .

Tabel 3.15. : Matriks External Factor Analysis Summary (EFAS) Sumber : Wheelen dan Hunger (dalam Ismail Solihin, 2012, hlm. 171)

2. Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.


(45)

IFAS

(Internal Factor Analysis Summary)

EFAS

(External Factor Analysis Summary)

Strength (S) Faktor-faktor kekuatan

internal

Weakness (W) Faktor-faktor kelemahan

internal

Opportunities (O) Faktor peluang eksternal

Strategi SO

Strategi yang menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang.

Strategi WO

Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

Threats (T) Faktor ancaman eksternal

Strategi ST

Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

Strategi WT

Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Tabel 3.16. : Alternatif Strategi Menggunakan Matriks SWOT Sumber : Wheelen dan Hunger (dalam Ismail Solihin, 2012, hlm. 172)

Penetuan faktor internal dan eksternal ini untuk merancang strategi pengembangan wisata edukasi yang menjadi konsentrasi dalam penelitian ini. Diharapkan, strategi yang berhasil disusun melalui analisis SWOT ini dapat menjadi solusi yang tepat bagi permasalahan yang akan diteliti di Desa Lebak Muncang.


(46)

3. Tahap Analisis Data Menggunakan Positioning SWOT

Tabel perhitungan yang akan digunakan untuk menentukan titik koordinat posisi Desa Lebak Muncang pada titik-titik sumbu kuadran analisis SWOT.

Tabel 3.17. : Perhitungan Analisis Faktor Strategis SWOT Sumber : Wheelen dan Hunger (dalam Ismail Solihin, 2012, hlm. 173)

Berdasarkan Matriks IFAS dan Matriks EFAS, dapat diketahui posisi pada sumbu X dan posisi sumbu Y. Dibawah ini adalah ilustrasi Grafik Kuadran Analisis SWOT yang menunjukan positioning untuk Strategi Pengembangan Wisata Edukasi di Desa Lebak Muncang Sebagai Desa Wisata, seperti berikut ini :

No. Jumlah Skor Faktor-faktor Internal Skor

1. IFAS (Internal Factor Analysis Summary)

2. Faktor Strength (Kekuatan)

3. Faktor Weaknesses (Kelemahan)

4.

Faktor Strength - Faktor Weaknesses (Sumbu X)

No. Jumlah Skor Faktor-faktor Eksternal Skor

1. EFAS (External Factor Analysis Summary)

2. Faktor Opportunities (Peluang)

3. Faktor Threaths (Ancaman)

4.

Faktor Opportunities - Faktor Threaths (Sumbu Y)


(47)

Gambar 3.18. : Kuadran Analisis SWOT Sumber : Pearce dan Robinson (1997, hlm. 20)

Dari Gambar 3.18. diatas, berikut adalah penjelasan untuk setiap Kuadran I sampai Kuadran IV, sebagai berikut :

1) Kuadran I (Positif, Positif) – Progresif

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi primadan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

-1

4

3

2

1

1 2 3 4

-2

-2

X Y

Kuadran I PROGRESIF

(+, +) Kuadran III

UBAH STRATEGI (-, +)

Kuadran IV

STRATEGI BERTAHAN (-, -)

Kuadran II

DIVERSIFIKASI STRATEGI (+, -)

Threath

Strength Opportunity


(48)

2) Kuadran II (Positif, Positif) – Diversifikasi Strategi

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantanganyang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi. Diversifikasi Strategi adalah strategi pertumbuhan dimana perusahaan memperluas operasionalnya dengan berpindah ke industri yang berbeda atau menghasilkan produk yang berbeda atau bervariasi. Artinya, organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasidisarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

3) Kuadran III (Negatif, Positif) – Ubah Strategi

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah, namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi. Artinya, organisasidisarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

4) Kuadran IV (Negatif, Negatif) – Strategi Bertahan

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan. Artinya, kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri. Setelah mendapatkan posisi yang tepat sesuai dengan kondisi tempat wisata yang bersangkutan, maka Penulis dapat menentukan Strategi yang tepat bagi Desa Wisata Lebak Muncang.


(49)

Berikut ini adalah tabel Kombinasi Strategi Matriks SWOT (Matching Stage) yang akan digunakan untuk penelitian ini :

IFAS

(Internal Factor Analysis Summary)

EFAS

(External Factor Analysis Summary)

Strengths

1. . . . 2. . . . 3. . . . 4. . . . 5. . . .

Weaknesses

1. . . . 2. . . . 3. . . . 4. . . . 5. . . .

Opportunities

1. . . . 2. . . . 3. . . . 4. . . . 5. . . .

Strategi SO

1) . . . (S. . . , O . . .) 2) . . . (S. . . , O . . .) 3) . . . (S. . . , O . . .)

Strategi WO

1) . . . (W . . . , O . . . ) 2) . . . (W . . . , O . . . ) 3) . . . (W . . . , O . . . )

Treaths 1. . . .

2. . . . 3. . . . 4. . . . 5. . . .

Strategi ST 1) . . . (S. . . , T . . .) 2) . . . (S. . . , T . . .) 3) . . . (S. . . , T . . .)

Strategi WT 1) . . . (W . . . , T . . . ) 2) . . . (W . . . , T . . . ) 3) . . . (W . . . , T . . . )

Tabel 3.19. : Kombinasi Strategi Matriks SWOT


(50)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu melalui observasi penelitian, tahap wawancara, pembagian kuesioner ke 65 sampel responden dan proposal desa wisata, maka diperoleh simpulan berikut ini : 1. Terdapat Aktivitas Wisata Edukasi yang disajikan oleh Desa Wisata

Lebak Muncang, yaitu :

Aktivitas Wisata Edukasi pertama adalah Direct Interaction atau Interaksi Secara Langsung. Jenis aktivitas wisata yang mengusung Program Homestay di rumah-rumah warga desa yang telah ditentukan. Au Pair atau Wisatawan akan bermalam dalam beberapa hari. Program ini juga mengajak wisatawan untuk mempelajari budaya, bahasa daerah setempat dan mengikuti kegiatan Host Family atau Tuan Rumah.

Aktivitas Wisata Edukasi kedua adalah Education Specialties atau Jenis Pembelajaran Khusus. Jenis aktivitas wisata yang mengajak wisatawan dalam Program Edukasi Pertanian dengan istilah

“Leledokan”, Edukasi Perkebunan, Edukasi Budidaya Jamur, “Mapay

Cibeber”, Wisata Kuliner. Nilai-nilai edukasi yang diperoleh

wisatawan adalah : Mengetahui bagaimana para petani bercocok tanam hingga masa panen, Mempelajari media tanam Jamur, proses penanaman bibit bakteri, proses pertumbuhan Jamur hingga masa panen, Mengelilingi area Perkebunan Teh yang di khususkan untuk sejenak refreshing dari kejenuhanwisatawan. Tim Desa Wisata tidak secara khusus memberikan materi edukasi pada aktivitas wisata ini. Namun, sebenarnya jika nilai edukasi ini dapat disajikan pada wisatawan dan tidak menggangu acara jalan-jalan mereka, wisatawan dapat mengembangkan pengetahuannya seputar : Mempelajari lanskap khas perkebunan teh, mendapatkan pembelajaran tentang edukasi agro dan wisatawan dapat mengetahui bagaimana proses awal teh-teh


(51)

kemasan yang beredar di masyarakat sebelum dipasarkan. Wisatawan dapat melihat proses pemetikan, penyortiran hingga masa produksi. Dan mendapatkan pengetahuan seputar kekayaan kuliner khas daerah Nusantara. Wisatawan akan mulai mengetahui rempah-rempah yang digunakan untuk membuat makanan khas pedesaan, mengetahui asal-usul makanan khas tersebut hingga manfaatnya. Disamping itu, wisatawan secara tidak langsung mulai mempelajari bagaimana bersosialisasi secara terbuka dengan lingkungan baru.

Aktivitas Wisata Edukasi Ketiga adalah Cultural Interaction atau Interaksi Kebudayaan. Jenis aktivitas wisata mengajak wisatawan dalam Program Edukasi Budaya dan Jungle Tracking.

Edukasi Budaya yang diberikan melalui pementasan Seni Sunda Buhun yang ditampilkan oleh masyarakat desa, diantaranya anak-anak berusia sekolah sebagai penarinya. Wisatawan diajak untuk memainkan beberapa alat musik tradisional khas Sunda, seperti : Bangkong Reang, Degungan dan Calung, belajar melakukan gerakan tari Jaipongan, mendapatkan penjelasan seputar sejarah dari setiap alat musik & tari yang dipentaskan dan pakaian adat yang dipakai.

Program Jungle Tracking atau Sapoe di Gunung, wisatawan dapat belajar dari beberapa kegiatan yang berbeda dari menyusuri jalan setapak ditengah-tengah area persawahan & perkebunan, mendaki kaki bukit hingga ngaliwet di puncak bukit bersama warga desa. Nilai edukasi yang wosatawan dapatkan, antara lain : Pengenalan berbagai jenis tanaman atau pengenalan vegetasi, mengasah keberanian melalui perjalanan dengan jalur track yang cukup berat dan dapat mengetahui budaya masyarakat ketika ngaliwet bersama di puncak bukit.


(52)

Berdasarkan Skoring melalui Rekapitulasi Variabel Penelitian Faktor Internal, maka dapat ditentukan faktor internal penelitian, yaitu : Strengths (Kekuatan) dan Weaknesses (Kelemahan) :

2. Faktor Kekuatan Desa Wisata Lebak Muncang terletak pada : Panorama khas pedesaan, Aktivitas Bertani dan Berkebun, Tersedia Saung atau Tempat Istirahat, Tersedia Homestay dan Ngaliwet di Puncak Bukit.

3. Faktor Kelemahan Wisata Desa Lebak Muncang terletak pada : Penjualan hasil olahan dan kreasi desa atau Cinderamata, Buku Panduan Wisata, Penginapan di sekitar desa, Pengenalan Vegetasi dan Penjualan dan pemberian bibit tanaman.

Berdasarkan hasil observasi penelitian dan dilengkapi dengan wawancara dengan pengelola desa, maka dapat ditentukan faktor eksternal penelitian, yaitu : Opportunities (Peluang) danThreaths (Ancaman) : 4. Faktor Peluang Desa Wisata Lebak Muncang terletak pada :

Jenuh dengan situasi kota, Keinginan untuk berwisata, Adanya Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar), Pendapatan masyarakat kota yang relatif tinggi, Bantuan pemerintahan melalui Program PNPM - Mandiri dan Kebijakan pemerintah & peraturan daerah.

5. Faktor Ancaman Desa Wisata Lebak Muncang terletak pada :

Perubahan perilaku masyarakat desa, rusaknya lingkungan fisik desa, Timbulnya kecemburuan sosial dan Kompetitor desa wisata.

Berdasarkan hasil pembobotan Internal Factors Analysis Summary (IFAS) dan External Factors Analysis Summary (EFAS) disusun menjadi Kombinasi Strategi Menggunakan Matriks SWOT dengan nilai X (1,13) dan nilai Y (-0,10). Nilai X dan Y tersebut menunjukan bahwa strategi terletak pada Kuadran II atau Strategi Diversifikasi Strategi. Posisi strategi tersebut adalah Strategi ST atau Strategi Strength, Treath. Artinya Desa Wisata Lebak Muncang berada pada posisi menguntungkan namun sangat rentan jatuh karena ancaman dari lingkungan luar. Ancaman tersebut juga


(1)

sangat membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah kabupaten, kawasan Desa Lebak Muncang belum mampu berdiri sendiri karena masih terlalu dini dan masih kurangnya perbekalan desa dari sisi pengetahuan dan penguasaan lapangan.

2) Untuk Pihak Akademisi :

Pihak akademisi yang dimaksud adalah pihak-pihak sekolah, Mahasiswa dan Para Dosen yang pernah berkunjung maupun melakukan penelitian ke Desa Wisata Lebak Muncang. Melakui kunjungan tersebut, diharapkan dapat membantu kemajuan Desa Wisata Lebak Muncang dengan cara : Melakukan kunjungan wisata kembali bagi rombongan sekolah, Membantu Desa Wisata Lebak Muncang melalui gagasan para akademisi dalam hasil penelitiannya dan Ikut mempromosikan Desa Wisata Lebak Muncang melalui dokumentasi dan pemberian tugas sekolah pada siswa/i yang datang untuk membuat sebuah makalah atau artikel sederhana yang nantinya di publikasikan melalui media sosial maupun lingkungan sekolah. Untuk keputusan berkunjung kembali wisatawan dapat merasakan manfaatnya melalui kegiatan wisata edukasi di sana sangat bermanfaat bagi proses pembelajaran para siswa/i dalam memahami ilmu pengetahuan alam dan sosial. Disamping itu, Desa Wisata Lebak Muncang sangat cocok bagi wisatawan yang berasal dari luar kota karena kondisi alamnya yang masih terjaga.

3) Untuk Pihak Swasta (Travel Agent) :

Membantu dalam mempromosikan Desa Wisata Lebak Muncang agar informasi desa ini dapat tersalurkan pada wisatawan yang khususnya belum mengetahui desa ini. Biasanya jika ada acara-acara seminar atau pameran pariwisata, seperti Acara Gebyar Pariwisata yang biasanya di selenggarakan Pemerintah Kabupaten Bandung, pihak dari Travel Agent dan para pengelola kawasan wisata bisa berjumpa disana.


(2)

4) Untuk Media :

Kehadiran media masa atau media elektronik berpengaruh terhadap upaya promosi kawasan wisata tersebut. Promosi yang cukup rutin melalui hasil dokumentasi dan testimoni dari wisatawan yang pernah datang lalu diunggah ke dunia maya akan memancing kehadiran media massa dan sesering mungkin menghadiri acara-acara yang diselenggarakan Kabupaten Bandung tentang Pariwisata agar dapat menemui berbagai media dengan mudah.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Al-Rasyid, Harun. (1993). Statistika Sosial. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Padjajaran

A.T. Jr, Arthur dkk. (2005). Strategic Management Concept and Cases. Singapore : Mc. Graw Hill

Bogdan, R. dan S.J, Taylor. (1993). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Surabaya : Usaha Nasional

Fadeli, C dan Mukhlison. (2000). Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Fakultas Kehutanan

Fadeli, C dan Mukhlison. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Fakultas Kehutanan

Garrod, Brian. (2001). Local Partisipation in the Planning and Management of Ecotourism : A Revised Model Approach. Bristol : University of the West of England

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Edisi Ketujuh. Semarang : Badan Penerbitu Universitas Diponegoro

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBSM. SPSS 19 Edisi Kelima. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hadiwijoyo, Surya Sakti. (2012). Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat (Sebuah Pendekatan Konsep). Yogyakarta : Graha Ilmu Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Jakarta : Grasindo

J.P, Spradley. (1980). The Participation Observation. New York : Reihart and Winston

J. Spillane, James. (1987). Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta : Kanisius

Marpaung, Happy dan Bahar, Herman. (2000). Pengantar Pariwisata. Bandung : Alfabeta

Mulyadi, A.J. (2009). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persade


(4)

Murphy, P.E. (1985). Tourism A Community Approach. London and New York P. Suwardjoko, Warpani dan P. Warpani, Indira. (2007). Pariwisata Dalam Tata

Ruang Wilayah Bandung. Bandung : Institut Teknologi Bandung Pearce dan Robinson. (1997). Manajemen Strategis. Jakarta : Binarupa Aksara Rai Utama, I.G Bagus dan Mahadewi, E. Ni Made. (2012). Metodologi

penelitian Pariwisata & Perhotelan. Yogyakarta : CV Andi OFFSET Rangkuti, Freddy. (2004). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.

Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

S. Jonathan dan Martadijera, Tutty. (2008). Riset Bisnis. Yogyakarta : Andi Solihin, Ismail. (2012). Manajemen Strategik . Bandung : Penerbit Erlangga Suansri, Potjana. (2003). Community Based Tourism Handbook. Thailand : REST

Project

Sugiama, Gima. (2013). Manajemen Aset Pariwisata. Bandung : Guardaya Intimarta

Suharsimi, Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta

Suharsimi, Arikunto. (2002). Metodologi Penelitian.. Jakarta : Rineka Cipta Sugiyono, Dr. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta

Sugiyono, Dr. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sugiyono, Dr. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Timothy. (1999). “Participatory Planning : a view of Tourism in Indonesia”. Annals of Tourism Research. Journal Vol. 26 No.2 Hlm. 27-40

Yoeti, Oka. (2008). Ekonomi Pariwisata:Introduksi, Informasi dan Implementasi. Jakarta : Peneribit Kompas

Sumber Jurnal dan Penelitian :

J.R Brent, Ritchie. (2003). Aspect of Tourism 10: Managing Educational Tourism [Online] : http://samples.sainsburysebooks.co.uk/aspect-of-tourism/2003. University of Queensland, Australia : Channel View Publications (diakses : 2 Februari 2014)


(5)

H.S. Putra, Ahimsa. (2011). Pariwisata di Desa dan Respon Ekonomi : Kasus Dusun di Kabupaten Sleman. Yogyakarta : Jurnal Patrawidya. Jurnal Vol.12 No.4 Hlm. 635-659

Nuryanti, Wiendu. (1993). Concept, Perspective and Challenges, Laporan

Konperensi Internasional Mengenai Pariwisata Budaya. [Online] : http://ejournal.unesa.ac.id/kajian-tentang-kesiapan-desa-margomulyo /2013. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada (diakses : 2 Februari 2014) P.K, Ankomah dan T.R, Lorson. (1992). Education Tourism : A Strategy to

Strategy to Sustainable Toursim Development. Africa : Sub Saharon Rodger, D. (1998). Educational Tourism and Forest Conservation :

Diversification for Child Educational . Journal Vol.64 No.4

Wijaya. (2008). Peneltian : Strategi Pengembangan Desa Wisata Tenganan Pengringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Bali : Universitas Udayana

E.H, Sri. (2012). Community Based Tourism Sebagai Pendekatan

Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan. [Online] :

http://www.journal.unair.ac.id/Community-Based-Tourism-Sebagai-Pendekatan-Pembangunan-Pariwisata/2012. Surabaya : Universitas Airlangga. Jurnal Vol.20. No. 3/2007-07 Hlm. 191-202 (diakses : 29 Agustus 2015)

Sumber Laman :

Ahmad Sopian, Asep. (2013). Wisata-Fasilitas. [Online] :

www.lebakmuncang.wordpress.com/wisata/fasilitas/ (diakses : 10 Februari 2014)

Anonim. (2015). Bandung Kota Wisata. [Online] : www.travelyuk.com/bandung kota-wisata (diakses : 8 Maret 2015)

Anonim. (2012). Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kab.Bandung 2012. [Online] : www.bandungkab.go.id/potensi-daerah(diakses : 3 Maret 2015) Faiq, Muhammad. (2013). Model dalam Pembelajaran Langsung. [Online] :

penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/direct-interaction-model dalam-pembelajaran-langsung (diakses : 25 Mei 2015)

Google Maps.(2015)

Inskeep, Edward. (1991:166). Tourism Planning: An Integrated and Sustainable Development Approach. New York : Van Nostrand Reinhold [Online] : http://jejakwisata.com/tourism-studies/planning-and-development/


(6)

(diakses : 10 Februari 2014)

Kementrian Pariwisata Ekonomi dan Kreatif. (2013). Discover Indonesia. [Online] : www.indonesia.travel/id/discover-indonesia/2013 (diakses : 8 Maret 2015)

Kuntadi. (2013). Kemenparekraf Kucurkan Untuk PNPM Mandiri. [Online] : http://ekbis.sindonews.com/read/2013/06/17/kemenparekraf-kucurkan-untuk-pnpm-mandiri (diakses : 5 Maret 2015)

Lordiana, Angela. (2015). Pengertian Budidaya. [Online] : brainly.co.id/tugas pengertian-budidaya/28-mei-2015 (diakses : 28 Mei 2015)

Rahadi, Fernan. (2014). Program Kemenparekraf untuk Pengembangan Desa Wisata. [Online] : www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy nasional/ -8-februari-2014 (diakses 26 Februari 2014)

Sumber Perundang-Undangan dan Publikasi Pemerintah :

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Ahmad Sopian, Ahmad. (2014). Proposal Paket Wisata Edukasi Desa Wisata Lebak Muncang, Ciwidey, Kabupaten Bandung

Ahmad Sopian, Ahmad. (2014). Laporan Tim Pokja Desa Wisata Lebak Muncang, Ciwidey, Kabupaten Bandung

Katalog Badan Pusat Statistika Kabupaten Bandung (BPS). (2013). Profil Desa Data Statistika Daerah Kecamatan Ciwidey. Badan Pusat Statistika Kabupaten Bandung

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. (1990). Kriteria Perwujudan Desa Wisata

Surat Keputusan Bupati Kabupaten Bandung (H. Dadang M. Naser, SH. S.Ip) dengan Nomor 556.42/Kep.71-Dispopar/2011 tentang Penetapan Desa Wisata Di Wilayah Kabupaten Bandung

Sumber Surat Kabar dan Televisi :

Made, Ni Luh. (2014). Potensi Pariwisata Indonesia. Kompas Rubrik Travel News, Halaman 6. (Rabu 2 April 2014)

Moerdopo, Tantri. (2015). Gerakan Desa Dari Desa Untuk Indonesia Sosialisasi Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Jakarta : Metro TV Live Event. (28 April 2015)