Telaah Secara Umum TELAAH KRITIS TERHADAP KITAB USHULUDDIN
dalam daftar isi; bab pertama berisi pengertian dasar dan tujuan mempelajari ilmu tauhid, bab kedua ketiga keempat kelima
keenam dan ketujuh berkenaan dengan iman kepada malaikat kitab rasul kiamat dan takdir, akhirnya disudahi dengan penutup.
Hal ini wajar karena Tim Penulisnya terdiri dari para ahli di bidangnya, diketuai Prof. Dr. H.A. Athaillah M.Ag, wakilnya
Drs. H. Mawardy Hatta M.Ag, Sekretaris Drs. H. Murjani Sani, M.Ag dengan Anggota; Drs. H. Bahran Noor M.Ag, Prof. Dr. H.
Asmaran AS, MA, Drs. H. Mirhan AM, M.Ag, dan Dr. H. Hadariansyah AB, MA. Materi uraian diperkuat dengan dalil
akli dan nakli berbeda dengan kitab tauhid lainnya versi al- Sanusi yang didominasi oleh dalil akli. Kalau dalil akli semata
hanya menyentuh aspek akal-pikiran, sementara dalil nakli sentuhannya lebih banyak pada hati qalb. Karena itu kitab ini
menarik disajikan dan sangat berarti bagi peningkatan kualitas ketauhidan dan keimanan masyarakatsesuai tujuan penulisannya
Tim, 2004, baa, ja. Cuma, dalam konteks iman kepada Allah tidak menyinggung masalah al-asma al-husna sebagai salah-
satu sarana mengenal Allah makrifatullah sebagaimana dikemukakan dalam beberapa kitab tauhid akidah karya tokoh-
tokoh Islam seperti karya Sayid Sabiq, Abubakar Jabir al- Jazairi. Hal ini dikemukakan mereka berdasarkan ayat al-
Qur‟an
dan hadis yang menyatakan bahwa Allah memperkenalkan diri- Nya dengan asma al-husna dan sifat-sifat-Nya di samping
mengajak manusia menggunakan akal untuk memikirkan ciptaan-Nya.
Kitab ini ditulis dalam Bahasa Arab Melayu atau dengan istilah lain aksara Arab Melayu sejak hingga akhir uraian.
Tujuannya bagus, masih banyak masyarakat sekarang 2004 yang mampu membaca BahasaAksara Arab Melayu di samping
membudayakan bahasaaksara tersebut dalam kehidupan dewasa ini di mana ada kesan kalau bahasa tersebut makin hilang dalam
kehidupan. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan lain, hal ini terlihat di masyarakat maupun di kalangan mahasiswa.
Penulis punya pengajian tauhid yang merujuk Kitab Ushuluddin tersebut, dari 25 peserta pengajiannya ada 5 yang agak lancar
membacanya, 5 orang yang terbata-bata, dan ada 15 orang yang sama sekali tidak mampu membacanya. Ketika mengampu mata
kuliah Kajian Sifat Duapuluh Jurusan Akidah Filsafat Fakultas Ushuluddin dan Humaniora sejak tahun 2004 hingga sekarang,
dari 15 orang yang memprogramkannya 2 orang yang lancar membacanya, 12 orang terbata-bata, dan ada 1 orang yang sama
sekali tidak mampu membacanya. Kalau demikian halnya maka prediksi di atas berbeda dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Hal inilah yang membuat peneliti termotivasi mengalih bahasakan dari Bahasa Arab Melayu ke aksara latin.
Selain asma al-husna, masalah kesyirikan, dari pengertian, pembagian hingga dampak negatifnya juga tidak
disinggung dalam materi kitab ini. Sementara dalam kitab-kitab tauhid akidah karya tokoh-tokoh Islam begitu dibicarakan
masalah ketauhidan langsung diikuti uraiantentang kesyirikan, karena syirik lawan dari tauhid. Bila seseorang memiliki kualitas
ketauhidan yang baik diharapkan tidak ada celah berbuat hal-hal yang „berbau‟ syirik. Bagi yang kualitas ketauhidannya lemah,
ada kekhawatiran terlibat di dalamnya. Konteknya dengan hal ini maka masalah kesyirikan penting dikemukakan dalam Kitab
Ushuluddin sebagai materi suplemen bagi kesempurnaannya.