BAB I _ SKRIPSI - Telaah Kitab Adab Al’Alim wa Al Muta’allim

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak
yang harus dipenuhi sepanjang hayat.Tanpa pendidikansama sekali mustahil suatu
kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)
untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.1
Dalam sejarah kehidupan masyarakat, pendidikan merupakan suatu
kebutuhan yang paling hakiki bagi kelangsungan hidup umat manusia.Karena
dengan

pendidikanlah

manusia

mampu

mengantarkan

hidupnya


secara

ideal.Pandidikan juga merupakan penolng utama bagi manusia untuk menjalani
hidup. Karena tanpa pendidikan, manusia tidak akan berbeda dengan keadaan
masa-masa purbakala dahulu. Sehingga asumsi ini melahirkan teori ekstrim,
bahwa maju atau baik buruknya suatu bangsa akan ditentukan oleh keadaan
pendidikan yang dijalani bangsa tersebut.2
Dengan demikian antara pendidikan dan masyarakat terus berkompetisi
untuk maju.Itulah salah satu ciri dari masyarakat yang dinamis dengan pendidikan
sebagai salah satu tumpuan kemajuan perkembangan hidupnya.3
Keutamaan manusia dibanding dengan makhluk lainnya terletak pada
kemampuan akal kecerdasannya. Oleh karena itu, kemampuan membaca dan
menulis merupakan yang pertama kali diperintahkan oleh Allah SWT,
sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al ‘Alaq ayat 1;

( :

)


1

Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan Komponen MKDK, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010),
Cet.6, hal. 2
2

Rohinah M Noor, K.H. Hasyim Asy’ari; Memodernisasi NU & Pendidikan Islam, (Jakarta :
Penerbit Grafindo Khazanah Ilmu, 2010), Cet.1, hal. 17-18
3

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), Cet.5, hal. 2

1

2

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan” (Q.S
Al ‘Alaq : 1 )
Setelah dapat membaca dan menulis, manusia baru melangkah ke tingkat

proses mengetahui hal-hal yang belum diketahui, sebagaimana Allah SWT
mengajarkannya;4

( :

)

“(Dia) mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya” ( Q.S
Al ‘Alaq : 5 )
Dengan mengatahui segala sesuatu yang terhampar di alam semesta, barulah
manusia dapat beriman melalui kesadaranya. Jadi dengan proses membaca dan
menulis, kemudian beriman, manusia baru dapat menduduki tingkat atau derajat
yang tinggi, sebagaimana dinyatakan Allah SWT dalam Surat Al Mujaadalah ayat
11;5

(

:

)


“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” ( Q.S Al
Mujaadalah : 11 )
Pengetahuan itulah yang mengantarkan manusia selalu berfikir dan
menganalisa gejala alam yang dilandasi dengan ingat kepada Allah SWT demi
kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.6
Dalam perkembangan kebudayaan manusia, tumbuhlah tuntunan akan
adanya pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih teratur dan berdasarkan
atas pemikiran yang matang dan sistematis.7

4

Ibid., hal. 3

5

Ibid.

6


Ibid.

7

Rohinah M Noor, Op. Cit.,hal. 18

3

Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia
saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan
tuntunan pembangunan secara tahap demi tahap. Pendidikan yang dikelola dengan
tertib, teratur, efektif, berdaya guna dan berhasil guna, akan mampu mempercepat
jalannya proses pembudayaan bangsa yang berdasarkan pokok pada penciptaan
kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa, sesuai dengan tujuan
nasional seperti tercantum dalam alinea IV, Pembukaan UUD 1945.8
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap negara atau bangsa selalu
menyelenggarakan

pendidikan


demi

cita-cita

nasional

bangsa

yang

bersangkutan.Beranjak dari sinilah dikenal istilah pendidikan nasional yang
berdasarkan pada filsafat bangsa dan cita-cita nasional.9
Pasal 31 ayat 2 UUD 1945 mengamanatkan kepada Pemerintah Republik
Indonesia untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional yang diatur dengan undang-undang. Hal tersebut berarti bahwa
pemerintah harus menyusun undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
dalam rangka menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
dimaksudkan.10
Memang dalam sejarahnya, pendidikan di Indonesia pernah memiliki

undang-undang yang mengatur tentang pendidikan secara nasional, seperti:
1. UU Nomor 4 Tahun 1950
2. UU Nomor 12 Tahun 1954
3. UU Nomor 22 Tahun 1961
4. UU Nomor 14 PRPS Tahun 1965
5. UU Nomor 19 PNPS Tahun 1965 11

8

H. Fuad Ihsan, Op. Cit., hal. 3-4

9

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009)Cet.8, hal. 121

10

Ibid., hal. 130

11


Ibid., hal. 131

4

Semua undang-undang tersebut, bukanlah merupakan undang-undang
tentang satu sistem pengajaran atau pendidikan nasional sebagaimana dikehendaki
oleh UUD 1945 Pasal 31 ayat 2 karena alasan sebagai berikut :
1. UU Tahun 1950 dan 1954, hanya berisi tentang dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran di sekolah
2. UU Tahun 1961, hanya berisi tentang Perguruan Tinggi.
3. UU Tahun 1965, meskipun sudah mengatur sistem pendidikan nasional, tetapi
bukan merupakan realisasi dari kehendak UUD 1945 secara murni, sebab
terjadi penyelewengan-penyelewengan terhadap pelaksanaan UUD 1945,
berlakunya Manifesto Politik dengan melaksanakan UUD 1945 dengan
spesifikasi Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin,
dan Kepribadian Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Manipol
USDEK.12
Ketika kekuasaan pemerintah berada di tangan Orde Baru, diusahakanlah
koreksi total terhadap penyelewengan yang terjadi dan berusaha untuk

melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan kosekuen. Mulailah
dilaksanakan pembangunan nasional, yang termasuk di dalamnya melaksanakan
pendidikan nasional.Sejak saat itu mulai dipersiapkan penyusunan undang-undang
tentang sistem pendidikan nasional. Akhirnya pada tahun 1989 berhasil disahkan
UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana yang
diamanatkan UUD 1945.13
Dengan demikian, kendatipun UUD 1945 sudah mengamanatkan, ternyata
usaha penyusunan undang-undang tentang sistem pendidikan nasional tersebut
bukanlah persoalan mudah. Sejak tahun 1945, undang-undang sebagaimana
dikehendaki Pasal 31 ayat 2 UUD 1945 tersebut baru dapat direalisasikan pada
tahun 1989, yaitu dengan diundangkannya UU Nomor 2 Tahun 1989 pada tanggal
27 Maret 1989, selanjutnya disempurnakan dengan UU Nomor 20 Tahun 2003.

12

Ibid.

13

Ibid., hal. 132


5

Disisi lain, Islam sebagai agama yang bersifat universal berisi ajaran-ajaran
yang dapat membimbing manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Sebagaimana firmna Allah SWT dalam Surat Al Qashash ayat 77 :

:

)
(

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan ( Q.S Al Qashash : 77 )
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan Islam berfungsi untuk menghasilkan
manusia yang dapat menempuh kehidupan yang indah di dunia dan kehidupan

yang indah di akhirat serta terhindar dari siksaan Allah SWT yang sangat pedih.14
Namun demikian, untuk menggambarkan konsep Islam dalam dunia
pendidikan akan banyak sekali ditemukan para pemikir keilmuan islam yang
memiliki pandangan yang berbeda-beda. Terlebih jika membandingkan Islam
sebagai ajaran yang universal dengan ideologi suatu bangsa yang tentunya
dipengaruhi oleh kebudayaan dan karakteristik bangsa.
Dengan adanya berbagai macam konsep pendidikan Islam dalam kasanah
keilmuan dewasa ini, peneliti tertarik untuk mengusung buah pemikiran K.H
Hasyim Asy’ari yang tertuang dalam kitab Adab Al’ Alim wa Al Muta’allim.
Bukan hanya karena beliau adalah pahlawan nasional yang berlatar belakang
sebagai ulama pendiri organisasi terbesar di dunia serta tokoh yang paling
berpengaruh dalam dunia pesantren sebagai salah satu elemen lembaga
pendidikan di Indonesia, namun juga dengan pandangan tradisionalisme yang
dipertahankan beliau, K.H. Hasyim Asy’ari banyak mengadopsi tradisi pendidikan
klasik yang lebih mengedepankan normativitas, tradisi belajar mengajar dan etika
14

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2008), Cet.8, hal. 27

6

dalam belajar mengajar yang dipandang telah mengantarkan Islam pada zaman
keemasannya.15Terlebih penulisan kitab Adab Al’ Alim wa Al Muta’allim
terdorong

oleh

situasi

pendidikan

yang

mengalami

perubahan

dalam

perkembangan yang pesat dari kebiasaan lama (tradisional) yang telah mapan
kedalam bentuk baru (modern) akibat pengaruh sistem pendidikan imperialis
Belanda yang semakin menguat di Indonesia.16
Namun demikian, pemikiran KH. Hasyim Asy’ari yang tertuang dalam kitab
Adab Al’ Alim wa Al Muta’allimtersebut merupakan buah karya yang ditulis pada
masa pergerakan kemerdekaan, dimana konsep pendidikan masih didominasi oleh
pemikiran tradisional dan sistem pendidikan nasional belum tersusun secara
teratur, tertib dan terprogram seperti dewasa ini. Maka, relevansi konsep
pemikiran KH.Hasyim Asy’ari peneliti pandang layak untuk dikaji kembali.
B. Penegasan Istilah
1.

Relevansi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata relevansi merupakan kata
benda dari bentukan kata relevan yang memiliki arti hubungan, kaitan atau
hal relevan17. Sedangkan kata relevan berarti kait-mengait, bersangkut-paut
atau berguna secara langsung.

2.

Konsep
Istilah konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti rancangan
/ buram surat atau ide / pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
konkret.18 Sedangkan dalam Ensiklopedi Pendidikan, konsep memiliki arti
pokok pertama yang mendasari.19

15

Rohinah M Noor, Op. Cit., hal. 25

16

Ibid.

17

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Pusat Bahasa, 2008), hal. 1286
18

19

Ibid., hal. 802

Muhamad Ilzam Syah Almutaqi, Konsep Pendidikan Akhlak menurut Hasyim Asy’ari dalam
Kitab Abab Al’Alim wa Muta’allim, (Salatiga, STAIN Salatiga, 2013), hal. 10

7

3.

Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti
kebiasaan.Yang dimaksud adalah kebiasaan baik maupun buruk.Dalam
kepustakaan, umumnya kata etika diartikan sebagai ilmu. Makna etika
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, misalnya, adalah ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau
akhlak. Di dalam ensiklopedi pendidikan tersebut, diterangkan bahwa etika
adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan, tentang baik dan buruk.Kecuali
mempelajari nilai-nilai, etika merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu
sendiri. Sebagai cabang filsafat yang mempelajari tentang tingakah laku
manusia untuk menentukan nilai perbuatan baik atau buruk, ukuran yang
digunakan adalah akal pikiran.20

4.

Belajar dan Mengajar
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.21
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah
suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di
sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta
didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya, mengajar adalah
proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan
proses belajar.22
Dalam konsep tersebut, tersirat bahwa peran pendidik adalah
memimpin belajar (learning manager) dan fasilitator belajar. Mengajar
20

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 2011), Cet.10,
hal. 354
21

Slameto, Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010),
Cet.5, hal.2
22

Nana Sudjana Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo,
2011), Cet.12, hal. 29

8

bukanlah menyampaikan pelajaran, melainkan suatu proses membelajarkan
pesera didik.23
5.

K.H. Hasyim Asy’ari
K.H. Hasyim Asy’ari memiliki nama lengkap Hasyim Asy’ari bin
Abdul Wahid bin Abdul Halim yang bergelar Pangeran Benawa bin
Abdurrahman yang bergelar Jaka Tingkir Sultan Hadi Wijaya bin Abdullah
bin Abdul Aziz bin Abdul Fatah bin Maulana Ishaq. Beliau dilahirkan di
Desa Gedang, sebelah utara kota Jombang pada hari Selasa tanggal 24 Dzul
Qa’dah 1287 H / 14 Februari 1871 M. Beliau wafat pada tanggal 7
Ramadhan 1366 H / 25 Juli 1947 M di Tebuireng, Jombang.24
K.H. Hasyim Asy’ari merupakan tokoh pendiri NU (Nahdlotul
‘Ulama) dan salah satu Pahlawan Pergerakan Nasional berdasarkan SK
Presiden RI No.294/1964 tanggal 17 Nopember 1964.25
Kitab Adab Al’Alim wa Al Muta’allim

6.

Secara harfiyah, adab berarti kesopanan, pendidikan, aturan, tatacara
dalam pergaulan,26al-‘alim berarti yang terpelajar atau ahli ilmu, almuta’allim berarti pelajar.27 Jadi, secara harfiyah kitab Adab Al’ Alim wa Al
Muta’allim adalah buku yang menerangkan tentang sopan santun, aturan
atau tata cara dalam pergaulan bagi ahli ilmu dan pelajar.
Kitab Adab Al’Alim wa Al Muta’allim yang peneliti maksud dalam
penelitian ini adalah salah satu kitab yang disusun oleh K.H. Hasyim
Asy’ari.

23

Ibid.

24

Muhamad Ilzam Syah Almutaqi, Op. Cit., hal. 11

25

Abdul Shomad, Konsep Pendidikan Santri menurut K.H. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab
Al-‘Alim wa Muta’allim, (Semarang, SETIA WS, 2012), hal. 6
26

Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir : Kamus Arab-Indonesia terlengkap, (Surabaya :
Pustaka Progessif, 1997), Ed.2, hal. 13
27

Ibid., hal.967

9

Dari pengertian beberapa istilah di atas, peneliti bermaksud untuk
memberikan gambaran bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji
keterkaitan antara ide dasar pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab
Al’Alim wa Al Muta’allim dengan dunia pendidikan di Indonesia, serta adakah
hubungan yang bersifat berguna secara langsung dalam kitab Adab Al’Alim wa Al
Muta’allim karya K.H. Hasyim Asy’ari dengan dunia pendidikan di Indonesia.
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dimaksudkan untuk membatasi suatu permasalahan
yang akan dibahas berkenaan dengan judul “Relevansi Konsep Etika Belajar Dan
Mengajar K.H. Hasyim Asy’ari (Telaah Kitab Adab Al’Alim wa Al Muta’allim
Karya K.H. Hasyim Asy’ari)”, sehingga yang akan dibahas dalam skripsi ini akan
menjadi lebih jelas dan terarah. Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Konsep Pendidikan Etika di Indonesia ?
2. Bagaimanakah Konsep Etika Belajar Dan Mengajar menurut K.H. Hasyim
Asy’ari dalam Kitab Adab Al’Alim wa Al Muta’allim ?
3. Masih Relevankah Konsep Etika Belajar Dan Mengajar menurut K.H.
Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab Al’Alim wa Al Muta’allim dengan Konsep
Pendidikan di Indonesia ?
D. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, dalam penelitian yang disajikan dalam skripsi
mempunyai tujuan diantaranya adalah :
1. Untuk Mengetahui Konsep Pendidikan di Indonesia
2. Untuk Mengetahui Konsep Etika Belajar Dan Mengajar menurut K.H.
Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab Al’Alim wa Al Muta’allim ?
3. Untuk Mengetahui Relevansi Konsep Etika Belajar Dan Mengajar menurut
K.H. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab Al’Alim wa Al Muta’allim dengan
Konsep

10

E. Manfaat Penelitian
Dari beberbagai macam pembahasan yang dikaji oleh peneliti, diharapkan
hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat, yang diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam khasanah keilmuan Islam,
khususnya dalam dunia pendidikan.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengembangkan potensi dalam
setiap ranah dunia pendidikan, serta menumbuhkembangkan potensi peneliti
sehingga dapat menjadi pelajaran yang berguna di masa yang akan dating.
3. Memberikan pemahaman kepada masyarakat, terutama para pemerhati dunia
pendidikan Islam terhadap peran pendidik dan peserta didik tentang
pentingnya pendidikan akhlak.
4. Memberikan wawasan tentang peran, tugas dan tanggung jawab pendidik dan
peserta didik sehingga diharapkan dapat mengamalkan dalam kehidupan
sehari-hari
F. Kajian Pustaka
Dengan adanya kajian pustaka, diharapkan bisa dijadikan sebagai
perbandingan terhadap penelitian yang telah ada baik mengenai kekurangan atau
kelebihan dalam penelitian sebelumnya.Di samping itu, kajian pustaka juga
mempunyai andil besar dalam rangka mendapat suatu informasi yang ada
berkaitan dengan teori-teori yang digunakan sebagai landasan karya ilmiah.
Sebelum peneliti memperlebar pembahasan tentang relevansi konsep etika
belajar mengajar yang dituangkan dalam kitab Adab Al’Alim wa Al Muta’allim
karya K.H. Hasyim Asy’ari, maka peneliti mencoba mengkaji buku-buku yang
berkaitan dengan tema pembahasan untuk dijadikan sebagai perbandingan dan
acuan dalam penulisan.
Pertama, Buku dengan judul “KH. Hasyim Asy’ari Memodernisasi NU &
Pendidikan Islam” karya Rohinah M Noor, MA.Pada awalnya, buku tersebut
diperuntukkan dalam keperluan penulisan tesis untuk meraih gelar kesarjanaan
(S2) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.Namun
dengan adanya momentum Muktamar NU ke-32 di Makasar pada bulan Maret

11

2010, tesis tersebut pun disunting sedemikian rupa untuk diterbitkan menjadi
bacaan publik.Kajian dalam buku tersebut memfokuskan pada pemikiran pendiri
NU, K.H. Hasyim Asy’ari tentang pendidikan Islam.28
Telaah terhadap pemikran KH.Hasyim Asy’ari yang banyak dipengaruhi
pandangan tradisionalnya dapat terefleksikan dalam tiga hal. Pertama, pandangan
beliau terhadap ilmu dan agama. Signifikansi pendidikan menurut K.H. Hasyim
Asy’ari adalah upaya memanusiakan manusia secara utuh, sehingga manusia bisa
bertakwa kepada Allah SWT, dengan benar-benar mengamalkan segala perintahNya, mampu menegakkan keadilan di muka bumi, beramal saleh dan maslahat,
pantas menyandag predikat sebagai makhluk yang paling mulia dan lebih tiggi
derajatnya dari makhluk lain. Kedua, pemikiran pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari
senantiasa mendasarkan pada nilai-nilai moral dan etika. Ketiga, kekonsistenan
pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari dalam menginternalisasikan nilai-nilai ahl alsunah wa al-jama’ah. Bahkan dengan pandangan tradisionalisme yang
dipertahankan, K.H. Hasyim Asy’ari banyak mengadopsi tradisi pendidikan Islam
klasik yang lebih mengedepankan normativitas, tradisi belajar mengajar dan etika
dalam belajar mengajar yang dipandang telah mengantar Islam pada zaman
keemasannya.29
Namun demikian, dalam buku tersebut tidak membahas relevansi pemikiran
K.H. Hasyim Asy’ari jika dikaitkan dengan pendidikan nasional dewasa ini,
terlebih apabila melihat pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari yang mengadopsi tradisi
pendidikan Islam klasik
Kedua, Buku karya Drs. Lathiful Khuluq, M.A. yang berjudul “Fajar
Kebangunan Ulama; Biografi K.H. Hasyim Asy’ari”. Buku tersebut mengkaji
pemikiran agama dan aktivitas politik K.H. Hasyim Asy’ari, mengingat usahausaha besar beliau, membahas kehidupan, latar belakang pendidikan dan

28

Ibid., hal. 7

29

Ibid., hal. 8-9

12

lingkungan pesantren beliau untuk memahami karir dan kejadian-kejadian yang
mengilhami beliau.30
Dengan mengkaji buku tersebut, diharapkan mendapat gembaran secara
utuh tentang profil serta biografi K.H. Hasyim Asy’ari sebagai seorang pemerhati
pendidikan.
Ketiga, Skripsi dengan judul “Konsep Pendidikan Akhlak Ustadz dan Santri
Menurut K.H. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab Al’Alim wa Al Muta’allim”
karya Abdul Shomad. Skripsi yang diajukan untuk memenuhi tugas dan
melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) program studi
pendidikan agama Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Walisembilan
(SETIA WS) Semarang pada tahun 2012 tersebut khusus membahas pendidikan
akhlah pendidik dan peserta didik yang tertuang dalam kitab Adab Al’Alim wa Al
Muta’allim serta memberikan beberapa simpulan tentang tugas dan tanggung
jawan ustadz sebagai pendidik serta tugas dan tang jawab santri sebagai peserta
didik.31
Keempat, Skripsi karya Muhammad Ilzam Syah Almutaqi yang berjudul
“Konsep Pendidikan Akhlak Menurut K.H. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab
Al’Alim wa Al Muta’allim” yang diajukan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Salatiga pada tahun 2013. Dalam skripsi tersebut, dibahas tentang
sitematika penulisan kitab Adab Al’Alim wa Al Muta’allim, konsep pendidikan
akhlak menurut K.H. Hasyim Asy’ari dan implikasi pendidikan akhlak menurut
K.H. Hasyim Asy’ari dalam kehidupan sehari-hari.32
Kelima, Buku “Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI” yang
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Dalam paradigma
pendidikan yang dibahas dalam buku tersebut, memberikan pandangan mengenai
30

Lathiful Khuluq, Ringkasan, dalam Fajar Kebangnunan Ulama; Biografi K.H. Hasyim
Asy’ari, (Yogyakarta : LKis Yigyakarta, 2001), Cet II, hal. V
31

Abdul Shomad, Konsep Pendidikan Akhlak Ustadz dan Santri Menurut K.H. Hasyim
Asy’ari dalam Kitab Adab Al’Alim wa Al Muta’allim, (Semarang; SETIA WS, 2012), hal. 83
32

Muhamad Ilzam Syah Almutaqi, Konsep Pendidikan Akhlak menurut Hasyim Asy’ari dalam
Kitab Abab Al’Alim wa Muta’allim, (Salatiga, STAIN Salatiga, 2013), hal. 80

13

suatu cara memahami pendidikan dengan harapan mampu mengamati dan
memahami masalah-masalah pendidikan yang dihadapi dan mencari cara
mengatasi permasalahan tersebut.33
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memperoeh pembahasan yang sistematis dan konsisten serta dapat
menunjukkan gambaran yang utuh dalam penelitian ini, maka peneliti menyusun
dengan sistematika sebagai berikut :
1. Bagian Muka (Preliminery)
Bagian ini berisi; Halaman Judul, Abstraksi, Halaman Nota Pembimbing,
Halaman Pengesahan, Halaman Motto, Halaman Persembahan, Halaman
Kata Pengantar dan Daftar Isi.
2. Bagian Isi (Body Text), bagian ini berisi;
Bab I : Pendahuluan, dalam bab ini akan dibahas beberapa hal seperti
latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan
skripsi.
Bab II : Landasan teori, dalam bab ini akan dibahas tentang teori-teori
yang berkaitan dengan konsep etika belajar dan mengajar K.H. Hasyim
Asy’ari dalamkitab Adab Al’Alim wa Al Muta’allim yang meliputi; pengertian
etika, macam-macam etika, aliran-aliran dalam etika, pendidikan etika,
pengertian belajar dan mengajar, teori belajar, prinsip belajar dan mengajar
dan etika belajar dan mengajar.
Bab III : Dalam bab ini akan dikaji tentang metode penelitian tentang
relevansi konsep etika belajar dan mengajar k.h. hasyim asy’ari dalam kitab
Adab Al ‘Alim Wa Al Muta’allim yang meliputi; Pokok Masalah yang
dikembangkangkan berupa Batasan Masalah dan Batasan Karya, Sumber
Data baik berupa Sumber Data Primer dan Sumber Data Sekunder, Metode
Pengumpulan dan Pengolahan Data berupa Metode Historis dan Metode

33

Badan Standar Nasional Pendidikan, Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI, (Jakarta :
BSNP, 2010), hal. 6

14

Deskriptis, Metode Analisis Data yang meliputi Analisis Sosio-Antropologis
dan Analisis Sosiologis Kultural.
Bab IV : Analisis Hasil Penelitian tentang relevansi konsep etika belajar
dan mengajar K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab Al ‘Alim Wa Al
Muta’allimyang meliputi; Deskripsi Data Hasil Penelitian Tentang Relevansi
Konsep Etika Belajar dan Mengajar K.H. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab
Al ‘Alim Wa Al Muta’allimberupa Biografi K.H. Hasyim Asy’ari, Konsep
Pendidikan di Indonesia, Konsep Etika Belajar dan Mengajar menurut K.H.
Hasyim Asy’ari dan meliputi pula Analisis Data Hasil Penelitian Tentang
Relevansi Konsep Etika Belajar dan Mengajar K.H. Hasyim Asy’ari dalam
Kitab Adab Al ‘Alim Wa Al Muta’allim.
Bab V : Penutup, yang berisi Simpulan, Saran-saran dan Kata Penutup
3. Bagian Akhir (Complement)
Pada bagian akhir berisi Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.