Akuisisi N, P, K dan produksi Kelapa Sawit Menghasilkan melalui Peningkatan Keanekaragaman Tanaman Sela

AKUISISI N, P, K DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT MENGHASILKAN MELALUI PENINGKATAN KEANEKARAGAMAN TANAMAN SELA
SKRIPSI OLEH: DINA ARSYI FAZRIN 090301020
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

AKUISISI N, P, K DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT MENGHASILKAN MELALUI PENINGKATAN KEANEKARAGAMAN TANAMAN SELA
SKRIPSI OLEH: DINA ARSYI FAZRIN 090301020/BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi
Nama NIM Program Studi Minat

: Akuisisi N, P, K dan produksi Kelapa Sawit Menghasilkan melalui Peningkatan Keanekaragaman Tanaman Sela : Dina Arsyi Fazrin : 090301020 : Agroekoteknologi : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

DR. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS. Ketua


Ir. Irsal, MP. Anggota

Mengetahui
Ir. T. Sabrina, M.Sc., Ph.D. Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Tanggal lulus :

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK DINA ARSYI FAZRIN : Akuisisi N, P, K dan Produksi Kelapa sawit Menghasilkan melalui Peningkatan Keanekaragaman Tanaman Sela. Dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan IRSAL.
Produktivitas kelapa sawit yang masih rendah diperlukan perlakuan untuk peningkatan ketersediaan unsur hara salah satunya melalui peningkatan keanekaragaman tanaman sela. Penelitian ini bertujuan untuk menguji akuisisi N, P, K dan produksi kelapa sawit menghasilkan dengan peningkatan keanekaragaman tanaman sela. Penelitian ini dilaksanakan di PTPN III Kebun Bangun, Kab. Simalungun Sumatera Utara pada bulan September sampai Desember 2013, menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial, Analisis data menggunakan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji DMRT untuk data yang nyata. Parameter yang diamati adalah bobot segar daun tanaman sela (g), bobot segar akar tanaman sela (g), bobot kering daun tanaman sela (g), bobot kering akar tanaman sela (g), analisis NPK tanah (%), analisis klorofil daun kelapa sawit (%), analisis klorofil daun tanaman sela (%), jumlah tandan buah segar (tandan), berat tandan buah segar (kg).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman tanaman sela berpengaruh nyata terhadap bobot segar daun tanaman sela (g), bobot segar akar tanaman sela (g), bobot kering daun tanaman sela (g), bobot kering akar tanaman sela (g), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap analisis NPK tanah (%), analisis klorofil daun kelapa sawit (%), analisis klorofil daun tanaman sela (%), jumlah tandan buah segar (tandan), berat tandan buah segar (kg).
Kata kunci : tanaman sela, akuisisi, produksi kelapa sawit
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT DINA ARSYI FAZRIN Acquisition of N , P , K and Produce Palm Oil Production Plant Diversity through Improved Plant sidelines. Supervised by CHAIRANI HANUM and IRSAL .
Productivity is still low palm oil needed treatment for an increase in the availability of nutrients such as through an increase the sidelines plant diversity. This study aims to examine the acquisition of N , P , K and production of oil palm produce with increased the sidelines plant diversity. This research was conducted in PTPN III Kebun Bangun , Kab . Simalungun North Sumatera in September to December 2013 , using a randomized block design Non Factorial , analysis of data using analysis of variance followed by DMRT for real data . The parameters were observed the sidelines plant leave fresh weight ( g ) , fresh weight the sidelines plant roots ( g ) , dry weight the sidelines plants leaves ( g ) , root dry weight the sidelines plants ( g ) , NPK analysis of soil ( % ) , leaf chlorophyll analysis palm oil ( % ) , the sidelines plant leaf chlorophyll analysis ( % ) , the amount of fresh fruit bunches ( bunches ) , fresh fruit bunch weight ( kg ) .
The results showed that sidelines plant diversity real effect on the fresh weight of the sidelines plant leaf ( g ) , fresh weight sidelines plant roots ( g ) , dry weight the sidelines plant leaves ( g ) , root dry weight sidelines plants ( g ) , but no significant effect the soil NPK analysis ( % ) , palm leaf chlorophyll analysis ( % ) , the sidelines plant leaf chlorophyll analysis ( % ) , the amount of fresh fruit bunches ( bunches ) , fresh fruit bunch weight ( kg ) .
Keywords : sidelines plant, acquisition , production of palm oil
Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kisaran, pada tanggal 21 Februari 1991 dari ayah Kustar Anata dan ibu Ernawati. Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kisaran, Kab. Asahan dan pada tahun 2009 terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Pemandu Minat dan Prestasi (PMP). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan diantaranya anggota Departemen Kemuslimahan BKM AlMukhlisin FP USU 2009/2011, anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK), menjadi Asisten Laboratorium Dasar Ilmu Tanah di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Kisaran, Kab. Asahan pada bulan Juli hingga Agustus 2012.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Akuisisi N, P, K dan Produksi Kelapa Sawit Menghasilkan Melalui Peningkatan Keanekaragaman Tanaman Sela ” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada DR. Ir. Chairani Hanum, MS., sebagai ketua komisi pembimbing dan Ir. Irsal, MP,. sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama persiapan penelitian sampai penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ayahanda Kustar Anata dan Ibunda Ernawati yang telah membesarkan penulis dengan segenap cinta dan kasih sayang, juga kepada saudara-saudara tercinta Chintiya Maya Atmana Sara, S.Pd., Dicky Fransiska ST., Dita Ayu Anggelina yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama melakukan studi.
Penulis sadar skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, Desember 2013
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ............................................................................................................. i ABSTRACT............................................................................................................. ii RIWAYAT HIDUP............................................................................................... iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv DAFTAR ISI.......................................................................................................... v DAFTAR TABEL.................................................................................................vii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viii PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2 Hipotesis Penelitian.................................................................................... 2 Kegunaan Penelitian................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ......................................................................................... 4 Syarat Tumbuh ........................................................................................... 5
Iklim .................................................................................................. 5 Tanah................................................................................................. 6 Stenotaphrum secundatum ......................................................................... 7 Arachis glabrata .......................................................................................10 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan WaktuPenelitian ....................................................................13 Bahan dan Alat..........................................................................................13 Metode Penelitian .....................................................................................13 PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ........................................................................................14 Penanaman Bibit .......................................................................................14 Pemeliharaan Penyulaman ......................................................................................14 Pemupukan ....................................................................................... 14 Pengamatan Parameter Bobot Segar Daun (g).......................................................................16 Bobot Segar Akar (g) .......................................................................16 Bobot Kering Daun (g).....................................................................16 Bobot Kering Akar (g) .....................................................................16 Analisis NPK Tanah (%)...................................................................17 Analisis Klorofil Daun Kelapa Sawit (%).........................................17 Analisis Klorofil Daun Tanaman Sela (%) .......................................17 Jumlah Tandan Buah Segar (tandan) ................................................17 Berat Tandan Buah Segar (kg)..........................................................18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ..........................................................................................................19 Pembahasan ............................................................................................... 19 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...............................................................................................29
Universitas Sumatera Utara


Saran.......................................................................................................... 29 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................30 LAMPIRAN .......................................................................................................... 31
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL No. Hal. 1.Bobot Segar Daun (g) pada Perlakuan Pemberian Tanaman Sela...................... 20 2.Bobot Kering Daun (g) pada Perlakuan Pemberian Tanaman Sela.................... 21 3.Bobot Segar Akar (g) pada Perlakuan Pemberian Tanaman Sela ...................... 23 4.Bobot Kering Akar (g) pada Perlakuan Pemberian Tanaman Sela .................... 24 5.Hasil Analisis Klorofil Daun Kelapa Sawit ...................................................... 26 6.Hasil Analisis Klorofil Daun Tanaman Sela .................................................... 27 7.Hasil Analisis N, P, K Tanah.............................................................................. 28 8.Jumlah Tandan Buah Segar ................................................................................ 29 9.Berat tandan Buah segar ..................................................................................... 29
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN No. Hal. 1.Data bobot segar daun (g) ................................................................................32 2.Daftar sidik ragam bobot segar daun ................................................................32 3.Data bobot kering daun (g)...............................................................................33 4.Daftar sidik ragam bobot kering daun ..............................................................33 5.Data bobot segar akar (g)..................................................................................34 6.Daftar sidik ragam bobot segar akar.................................................................34 7.Data bobot kering akar (g)................................................................................35 8.Daftar sidik ragam bobot kering akar ..............................................................35 9.Data klorofil daun kelapa sawit (%) .................................................................36 10. Daftar sidik ragam klorofil daun kelapa sawit (%)........................................36 11. Data klorofil daun tanaman sela (%) .............................................................37 12. Daftar sidik ragam klorofil daun tanaman sela..............................................37 13. Jadwal pelaksanaan penelitian.......................................................................38 14. Bagan penelitian ............................................................................................39 15. Gambar penelitian..........................................................................................40
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK DINA ARSYI FAZRIN : Akuisisi N, P, K dan Produksi Kelapa sawit Menghasilkan melalui Peningkatan Keanekaragaman Tanaman Sela. Dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan IRSAL.
Produktivitas kelapa sawit yang masih rendah diperlukan perlakuan untuk peningkatan ketersediaan unsur hara salah satunya melalui peningkatan keanekaragaman tanaman sela. Penelitian ini bertujuan untuk menguji akuisisi N, P, K dan produksi kelapa sawit menghasilkan dengan peningkatan keanekaragaman tanaman sela. Penelitian ini dilaksanakan di PTPN III Kebun Bangun, Kab. Simalungun Sumatera Utara pada bulan September sampai Desember 2013, menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial, Analisis data menggunakan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji DMRT untuk data yang nyata. Parameter yang diamati adalah bobot segar daun tanaman sela (g), bobot segar akar tanaman sela (g), bobot kering daun tanaman sela (g), bobot kering akar tanaman sela (g), analisis NPK tanah (%), analisis klorofil daun kelapa sawit (%), analisis klorofil daun tanaman sela (%), jumlah tandan buah segar (tandan), berat tandan buah segar (kg).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman tanaman sela berpengaruh nyata terhadap bobot segar daun tanaman sela (g), bobot segar akar tanaman sela (g), bobot kering daun tanaman sela (g), bobot kering akar tanaman sela (g), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap analisis NPK tanah (%), analisis klorofil daun kelapa sawit (%), analisis klorofil daun tanaman sela (%), jumlah tandan buah segar (tandan), berat tandan buah segar (kg).
Kata kunci : tanaman sela, akuisisi, produksi kelapa sawit
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT DINA ARSYI FAZRIN Acquisition of N , P , K and Produce Palm Oil Production Plant Diversity through Improved Plant sidelines. Supervised by CHAIRANI HANUM and IRSAL .
Productivity is still low palm oil needed treatment for an increase in the availability of nutrients such as through an increase the sidelines plant diversity. This study aims to examine the acquisition of N , P , K and production of oil palm produce with increased the sidelines plant diversity. This research was conducted in PTPN III Kebun Bangun , Kab . Simalungun North Sumatera in September to December 2013 , using a randomized block design Non Factorial , analysis of data using analysis of variance followed by DMRT for real data . The parameters were observed the sidelines plant leave fresh weight ( g ) , fresh weight the sidelines plant roots ( g ) , dry weight the sidelines plants leaves ( g ) , root dry weight the sidelines plants ( g ) , NPK analysis of soil ( % ) , leaf chlorophyll analysis palm oil ( % ) , the sidelines plant leaf chlorophyll analysis ( % ) , the amount of fresh fruit bunches ( bunches ) , fresh fruit bunch weight ( kg ) .
The results showed that sidelines plant diversity real effect on the fresh weight of the sidelines plant leaf ( g ) , fresh weight sidelines plant roots ( g ) , dry weight the sidelines plant leaves ( g ) , root dry weight sidelines plants ( g ) , but no significant effect the soil NPK analysis ( % ) , palm leaf chlorophyll analysis ( % ) , the sidelines plant leaf chlorophyll analysis ( % ) , the amount of fresh fruit bunches ( bunches ) , fresh fruit bunch weight ( kg ) .
Keywords : sidelines plant, acquisition , production of palm oil
Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan komoditi pertanian subsektor perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Kelapa sawit memiliki arti penting karena komoditi ini mampu menambah devisa negara. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit dunia selain Malaysia dan Nigeria (Fauzi, dkk., 2002).
Ketersediaan unsur hara merupakan hal yang penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit mengingat saat ini produktivitas kelapa sawit masih rendah, sehingga berbagai cara dan perlakuan dilakukan di areal pertanaman untuk meningkatkan produktivitasnya. Salah satunya dengan pemanfaatan tanaman lorong/sela. Mengingat lahan kelapa sawit memiliki jarak tanam yang luas sehingga sangat potensial dan ekonomis untuk ditanam jenisjenis legum yang tahan naungan. Pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan, penanaman tanaman lorong/ sela telah dilakukan, yaitu dengan menggunakan kacangan seperti Mucuna sp. yang berfungsi sebagai mulsa penutup tanah, pengendali pertumbuhan gulma dan dapat membantu menambah unsur hara yang diperlukan tanaman. Tetapi seiring pertumbuhan tanaman, pada umur produktif kelapa sawit Mucuna sp. tidak dapat tumbuh lagi atau bertahan hidup yang disebabkan oleh intensitas cahaya yang semakin berkurang karena pertambahan kanopi daun yang semakin luas. Sehingga tidak ada lagi vegetasi yang berada di bawah tegakan, oleh karenanya tanah yang ada di areal pertanaman menjadi padat dan keras, sehingga run off dan leaching semakin besar. Oleh sebab itu dipilih
Universitas Sumatera Utara

tanaman lorong toleran naungan yang mampu bertahan di bawah tegakan kelapa sawit, diantarany, Stenotaphrum secundatum dan Arachis glabrata.
Penganekaragaman tanaman sela ini memiliki multi fungsi sebagai “up welling” dari pada hara yang dibutuhkan tanaman, peningkatan kesuburan tanah baik secara fisik, kimia dan biologi tanah serta dengan perkembangannya yang cepat tanaman lorong ini mampu mengendalikan pertumbuhan gulma di sekitar areal pertanaman. Di samping itu dapat meningkatkan efektivitas pupuk yang diberikan. Karena kemungkinan terjadinya pencucian (Leaching) besar dengan efisiensi pupuk hanya sekitar 60%. Selain itu, laju erosi (run off) yang terjadi semakin kecil karena akar tanaman lorong mampu menahan dan mengikat agregat tanah sehingga kebutuhan tanaman kelapa sawit akan air akan terpenuhi, serta dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk membantu menyediakan pakan ternak.
Melihat berbagai permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pemanfaatan berbagai tanaman sela seperti kacangan dan pakan ternak yang diusahakan di areal pertanaman kelapa sawit menghasilkan dan melihatakuisisi N, P, dan K dan produksi kelapa sawit menghasilkan melalui peningkatan keanekaragaman tanaman sela. Tujuan Penelitian
Menguji produksi dan akuisisi N, P, dan K pada kebun kelapa sawit menghasilkan dengan peningkatan keanekaragaman tanaman sela. Hipotesis Penelitian
Terdapat pengaruh akuisisi N, P, K dan produksi kelapa sawit menghasilkan dengan peningkatan keanekaragaman tanaman sela.
Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi dalam budidaya tanaman kelapa sawit.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa sawit berakar serabut yang terdisi atas akar primer, skunder, tertier dan kuartier.Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah.Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman ± 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Risza, 2008). Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).` Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh dua lembar daun. Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut 1350. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Sastrosayono, 2008). Kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).
Universitas Sumatera Utara


Tandan buah tumbuh di ketiak daun.Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Sastrosayono, 2005).
Buah terdiri dari tiga lapisan. Eksokarp yaitu bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin, Mesokarp, serabut/daging buah, Endokarp yaitu cangkang pelindung inti. Endokarp yaitu inti/kernel kelapa sawit.Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi (Soehardiyono, 1998). Syarat Tumbuh Iklim
Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah. Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya produksi buah.Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120Lintang Utara 120Lintang Selatan.Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian
Universitas Sumatera Utara

yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 57 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Risza, 2008).
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan pembentukan hasil tanaman. Pada tanaman kelapa sawit temperatur optimal berkisar antara 24°28°C dengan lama penyinaran matahari 5-7 jam per hari.Suhu rata-rata tahunan daerah pertanaman kelapa sawit yang menghasilkan banyak tandan adalah pada rata-rata suhu 25°C dan 27°C (Sianturi, 1993). Tanah
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N). Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).
Kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah 6,5-7,0 dengan pH tanah ideal 5,5. Tanah harus gembur dan berdrainase baik.Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit dalam banyak hal tergantung pada karakter lingkungan fisik dan kimia dimana tanaman ditumbuhkan (Sianturi, 1993).
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah
Universitas Sumatera Utara

untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kemiringan tanah yang dianggap masih baik bagi tanaman kelapa sawita dalah antara 0-150. Sedangkan di atas kemiringan 150 harus dibuat teras kontur. Pada topografi datar di daerah Sumatera Timur biasanya dijumpai tanah gleyhumik atau hidromorfik. Sedangkan tanah organosol (tanah gambut) vegetasinya terdiri dari hutan lebat dan terendam air (Risza, 2008). Stenotaphrum secundatum
Rumput Stenotaphrum secundatum dikenal dengan nama umum “Buffallo grass” (Australia) atau St. Agustine grass (Amerika Serikat). Termasuk dalam family “Gramineae’ dengan sub-family Panicoideae (Sirait, dkk., 2010).
Stenotaphrum secundatum merupakan jenis rumput yang cocok tumbuh pada areal yang intensitas cahayanya rendah (Whiteman, 1980). Lebih jauh Smith dan Whiteman (1983) menyebutkan bahwa rumput S.secundatum merupakan tanaman yang sangat cepat berkembang, memiliki rhizoma dan stolon yang padat, perakaran yang kuat, kemampuan berkompetisi dengan gulma sangat kuat sehingga mampu menekan pertumbuhan gulma serta tahan terhadap penggembalaan berat.
Pertumbuhan rumput Stenotaphrum secundatum sebagaimana tanaman lainnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni: iklim, tanah, pengelolaan dan kondisi sosial ekonomi petani. Pertumbuhan tanaman pada akhirnya akan berdampak terhadap jumlah produksi dan kualitas hijauan (Sirait, dkk., 2010).
Universitas Sumatera Utara


Rumput Stenotaphrum secundatum dapat mempertahankan produksinya pada kondisi cahaya hanya 40% (taraf naungan 60%).Spesies yang toleran naungan sering menunjukkan penurunan produksi yang relatif kecil atau masih meningkat pada naungan sedang.Rumput Stenotaphrum secundatum dapat tumbuh pada curah hujan 1000 hingga >2000 mm di daerah tropis basah dan subtropis, namun lebih menyukai curah hujan yang lebih tinggi. Tumbuh dengan baik pada temperatur antara 20 hingga 300C pada ketinggian 0 hingga 1300 m di atas permukaan laut (Sirait, dkk., 2010).
Nilai nutrisi rumput Stenotaphrum secundatum (kandungan nitrogen, kecernaan protein kasar maupun kecernaan bahan kering) mengalami penurunan yang cepat dengan bertambahnya umur tanaman. Sehubungan dengan hal itu disarankan agar frekwensi penggembalaan maupun pemotongan dilakukan lebih teratur. Rumput ini sangat disukai ternak ruminansia besar maupun kecil saat masih muda. Terdapat kandungan oksalat sejumlah kira-kira 1% namun dilaporkan tidak menyebabkan keracunan pada ternak yang mengkonsumsinya (Prawiradiputra, 2006).
Pola pengembangan hijauan pakan bagi peternak dengan pemeliharaan secara penggembalaan (extensive) adalah dengan pembangunan pastura untuk penggembalaan. Pola ini memiliki kelemahan karena membutuhkan lahan yang lebih luas, membutuhkan pagar, investasi usaha lebih besar dan pengendalian penyakit (khususnya parasit interna/cacing) sulit dilakukan. Namun pola ini memiliki keunggulan yakni biaya tenaga kerja untuk penggembalaan relatif rendah. Pembangunan padang penggembalaan dapat dilakukan dengan penanaman rumput Stenotaphrum secundatum pada ekosistem naungan seperti di
Universitas Sumatera Utara

lahan perkebunan kelapa, kelapa sawit maupun karet. Penggembalaan sebaiknya dilakukan secara bergiliran dengan membagi lahan rumput yang tersedia dalam beberapa petak (dibuat pagar pembatas). Lama pengembalaan paling optimal adalah 7 (tujuh) hari untuk setiap petak, dan kembali digembalakan ke petak yang pertama setelah 45-60 hari. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi rumput S.secundatum untuk tumbuh kembali setelah digembalai ternak (Prawiradiputra, 2006).
Stenotaphrum secundatum merupakan tumbuhan yang tumbuh baik pada intensitas cahaya rendah/toleran naungan, sangat cepat berkembang dan tumbuh cepat. Tumbuhan ini memiliki rhizoma dan stolon yang padat, memiliki perarakan sangat kuat, mampu berkompetisi dengan gulma, tahan pengembalaan berat, toleran pada tingkat naungan sampai 75%. Produktivitas S.Secundatum berkisar antara 17,0-41,0 ton/ha/tahun (bahan segar) atau 2,2-6,1 ton/ha/tahun. Dapat menjadi pilihan dalam pengembangan integrasi ternak dengan tanaman perkebunan (karet/kelapa sawit). Produktivitas tersebut dicapai pada penanaman dengan jarak tanam 50x50 cm antar dan di dalam baris, dibutuhkan materi tanam sebanyak 40.000 pols per ha (http://www.litbang.deptan.go.id., 2012).
Kandungan nutrisi S.Secundatum baik untuk mendukung produksi ternak dan disukai (palatable). Protein kasar S.secundatum sekitar 8,6 %, cukup untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi mikroba untuk proses fermentasi dalam rumen. Serat dan bahan organik merupakan sumber energi bagi produksi ternak. Tingkat kecernaan nutrien relatif tinggi untuk mendukung produksi ternak ruminansia (http://www.litbang.deptan.go.id., 2012).
Universitas Sumatera Utara

Kualitas hijauan dapat dilihat dari komposisi kimia hijauan dan kecernaan hijauan. Secara kualitas rumput Steno yang ditanam dengan kondisi ternaung memiliki kandungan protein kasar yang nyata lebih tinggi daripada Steno tanpa naungan. Fenomena ini terjadi karena dalam kondisi ternaung pembentukan dinding sel tanaman lebih sedikit, tanaman lebih sukulen dan kandungan isi sel lebih tinggi. Di samping hal tersebut, pada kondisi ternaung kehilangan nitrogen karena penguapan lebih sedikit daripada dalam kondisi tanpa naungan (Suarna dan Sukarji, 2001).
Pengaruh naungan danaplikasi berbagai taraf nitrogen terhadap nilai kecernaan in vitro bahan kering hijauan. Sebagaimana halnya terhadap kandungan protein kasar hijauan, naungan juga memberikan pengaruh yang sama terhadap nilai kecernaan invitro hijauan. Peningkatan intensitas naungan memberikan perbaikan kualitas hijauan, tetapi menurunkan kandungan bahan kering hijauan. Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan oleh Norton et al. (1991) bahwa naungan dapat menurunkan produksi hijauan, tetapi dapat meningkatkan kandungan nitrogen tanaman. Arachis glabrata
Arachis perennial adalah leguminosa dari keluarga Arachis yang hidupnya menahun. Beberapa spesies yang tergolong kelompok ini adalah A. glabrata, A. pintoii, A. repens dan A.hybrid. Ciri tanaman ini antara lain: perakaran yang kuat dan dalam, akar berkembang dengan banyak cabang, batang menjalar di permukaan tanah, daun dan bunganya mirip dengan kacang tanah dan dapat distek untuk perbanyakan vegetatif(Sirait, dkk. 2008).
Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian Sirait dkk (2008) tanaman pakan ternak Arachis glabrata menunjukkan adaptasi yang baik pada perlakuan naungan. Tidak terdapat perbedaan nyata produksi, konsumsi dan kecernaan pakan (kecuali kecernaan ADF) pada perlakuan naungan dengan tanpa naungan. Retensi nitrogen A.glabrata pada N-75 nyata lebih tinggi dibanding N-55 dan N-0, tetapi retensi N pada N-55 dan N-0 tidak berbeda nyata. Kandungan protein kasar A.glabrata pada perlakuan naungan lebih tinggi disbanding tanpa naungan. Dengan hasil penelitian ini A.glabrata dapat direkomendasikan ditanam pada naungan sedang (hingga naungan 55%) dilihat dari adaptasi, produksi maupun kecernaannya serta berpotensi sebagai pakan ternak kambing.
Arachis glabrata tanaman pakan ternak yang berbeda dengan Arachis hypogea karena kemampuan reproduksi yang dapat tumbuh kembali dari rimpang maupun biji. Arachis glabrata dapat tumbuh pada tanah berpengairan baik dari tanah liat sampai tanah berpasir dan lebih menyukai tanah asam, selain itu tanaman ini tahan terhadap naungan dan merupakan tanaman tahunan yang berasal dari Amerika Selatan (Sirait, dkk. 2008).
Produksi bobot segar dan bobot kering hijauan Arachis glabrata pada perlakuan interval pemotongan 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan yang paling baik adalah pada lapisan 1 kasa (intensitas cahaya + 50%) semakin meningkatnya intensitas naungan semakin rendah bobot segar maupun bobot kering dan tanaman Arachis glabrata masih dapat tumbuh baik pada lapisan 2 kasa (intensitas cahaya + 30%) (Sutedi, dkk. 2010).
Arachis glabrata memiliki kemampuan pada naungan bervariasi tergantung ekotipe. Biasanya dapat tumbuh pada naungan sedang. Arachis
Universitas Sumatera Utara


glabrata merupakan leguminosa yang memiliki kemampuan beradaptasi pada tanah yang berdrainase baik mulai dari tanah pasir sampai liat, lebih menyukai tanah masam namun dapat tumbuh baik pada tanah netral atau sedikit basa, selain itu beradaptasi baik pada daerah tropis maupun subtropis (Bowman dan Wilson, 1996).
Arachis glabrata memiliki kualitas hijauan yang baik dan memiliki produksi bahan kering yang baik. Prine et al. (1981) melaporkan bahwa produksi bahan kering Arachis glabrata di Florida berkisar antara 0,7 – 1,3 ton/ha, sedangkan di daerah subtropis berkisar antara 0,8 – 1,0 ton/ha. Selain itu Arachis glabrata ini juga berpotensi sebagai tanaman pasture (padang penggembalaan).
Pada umumnya Arachis (baik A.glabrata maupun A. pintoi) dikenal sebagai tanaman pakan yang bermutu tinggi. Bila ditanam sebagai penutup tanah di perkebunan, Arachis dapat meningkatkan kesuburan tanah dan menghemat pemberian pupuk nitrogen karena mampu mengikat N dari udara. Sebagai tanaman hias, Arachis dikenal sebagai pintonia. Selain karena kecantikan bunganya yang berwarna kuning (yang mekar serentak pada pagi hari), pertanaman Arachis mampu membentuk hamparan yang tebal dan padat sehingga menekan pertumbuhan gulma. Tanaman ini juga kurang begitu memerlukan pemeliharaan (penyiangan) (Balitnak, 2010).
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PTPN III Kebun Bangun, Kabupaten Simalungun. Penelitian dimulai dari bulan September hingga Desember 2013. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit Stenotaphrum secundatum, bibit Arachis glabrata sebagai bahan tanam yang diperoleh dari balai penelitian kambing potong Sei Putih, kebun kelapa sawit TM 8, kompos, pupuk NPK, dan bahan lain yang mendukung penelitian.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, timbangan, spektrofotometer untuk mengukur jumlah klorofil daun, lux meter untuk mengukur intensitas cahaya dan alat lain yang mendukung penelitian. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial dengan 5 jenis tanaman sela, yaitu: S0: Tanpa tanaman sela S1: Arachis glabrata 100% S2: Stenotaphrum secundatum 100% S3: Arachis glabrata 50% + Stenotaphrum secundatum 50% S4: Arachis glabrata 75% + Stenotaphrum secundatum 25% S5: Arachis glabrata 25% + Stenotaphrum secundatum 75%
Universitas Sumatera Utara

Diperoleh sebanyak 6 perlakuan, yaitu :

S0 S3

S1 S4

S2 S5


Jumlah ulangan

: 3 ulangan

Jumlah plot

: 18 plot

Jumlah tanaman/plot

: 36 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 540 tanaman

Jumlah sampel/plot

: 1 jenis tanaman/plot

Jumlah sampel seluruhnya


: 24 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model

linear aditif sebagai berikut :

Yij= µ + ρi + αj + εij

i = 1,2,3

j = 1,2,3,4,5,6,

Dimana:

Yij : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan tanaman sela pada

taraf ke-j

µ : Nilai tengah


ρi : Efek dari blok ke-i αj : Efek perlakuan tanamanpada taraf ke-j εij : Galat dari blok ke-i, perlakuan tanamanke-j

Jika pengaruh perlakuan terhadap peubah amatan menunjukkan pengaruh

yang nyata dapat dilanjutkan dengan uji beda rataan menggunakan uji Duncan 5

% (Montgomery, 1983).

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Lahan pertanaman di gawangan kelapa sawit menghasilkan dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa pelepah kelapa sawit. Kemudian tanah digemburkan dan dibuat bedengan. Kemudian dibuat pagar mengelilingi plot penelitian untuk menghindari gangguan dari hewan ternak. Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah, pupuk yang diberikan adalah pupuk kompos yang diolah menjadi satu pada plot penelitian. Kemudian dibuat lubang tanam dengan jarak 1x1 meter dan diberi pupuk NPK 3 gr per lubang tanam. Penanaman Bibit
Bibit Stenotaphrum secundatum, dan Arachis glabrata yang digunakan berasal dari setek. Bibit ditanam satu minggu setelah pengolahan lahan. Bibit ditanam 1 per lubang tanam sesuai dengan perlakuan. Pemeliharaan Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh pada minggu kedua. Untuk menjaga keseragaman dilakukan penanaman bibit cadangan bersamaan dengan penanaman pertama pada polibek di sekitar pertanaman. Pemupukan
Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha. Kemudian ditambahkan pupuk NPK dengan dosis 3 gr per lubang tanam. Pemupukan dilakukan bersamaan dengan pengolahan lahan.
Universitas Sumatera Utara

Panen Pemanenan dilakukan setelah 3 bulan dilakukan penelitian. Tanaman sela
yang dipanen merupakan tanaman sampel yang terdapat di setiap perlakuan. Pemanenan tanaman sela dilakukan dengan cara mencabut tanaman sampel hingga ke akar, kemudian dipisahkan bagian akar dan tajuk tanaman sela untuk pengambilan data parameter tanaman. Pengamatan Parameter Bobot Segar Daun tanaman sela (g)

Pengukuran bobot segar daun tanaman sela dilakukan setelah panen dengan menghitung bobot segar tanaman sampel per perlakuan. Tanaman sela dipotong bagian pangkal batangnya, kemudian dibersihkan dari kotoran dan dicuci, dikeringanginkan dan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Bobot Segar Akar tanaman sela (g)
Pengukuran bobot segar akar tanaman sela dilakukan setelah panen dengan menghitung bobot segar akar tanaman sampel per perlakuan. Tanaman sela dipotong bagian pangkal batangnya, diambil bagian akarnya kemudian dibersihkan dari kotoran dan dicuci, dikeringanginkan dan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Bobot Kering Daun tanaman sela (g)
Pengukuran bobot kering daun tanaman sela dilakukan setelah panen dengan menghitung bobot kering daun tanaman sampel per perlakuan. Tanaman sela dipotong bagian pangkal batangnya kemudian dibersihkan dari kotoran dan dicuci, dikeringanginkan diambil bagian tajuk tanaman diovenkan selama 24 jam
Universitas Sumatera Utara

dengan suhu 80oC dan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Bobot Kering Akar tanaman sela (g)
Pengukuran bobot kering dilakukan setelah panen dengan menghitung bobot kering akar tanaman sampel per perlakuan. Tanaman sela dipotong bagian pangkal batangnya kemudian dibersihkan dari kotoran dan dicuci, dikeringanginkan diambil bagian akar tanaman diovenkan selama 24 jam dengan suhu 80oC dan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Analisis NPK tanah (%)
Analisis tanah dilakukan sebelum dan setelah penelitian dilaksanakan, yaitu dengan mengambil sampel tanah secara acak di 10 titik pada lahan penelitian kemudian dikompositkan untuk dianalisis di laboratorium. Klorofil Daun Kelapa Sawit (%)
Pengukuran klorofil daun kelapa sawit dilakukan sebelum penanaman tanaman sela dan setelah panen tanaman sela dilakukan. Pelepah yang dijadikan sampel adalah pelepah ke 17 dan diambil anak daun yang berada di tengah yang diambil dari 2 sisi (4 kiri dan 4 kanan) dan diambil bagian tengah nya untuk dijadikan sampel daun. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer di laboratorium. Klorofil Daun Tanaman Sela (%)
Pengukuran klorofil daun tanaman sela dilakukan setelah panen tanaman sela dilakukan. Daun tanaman sela diambil yang segar pada daun yang berada dibagian tengah tangkai untuk dijadikan sampel daun. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer di laboratorium.
Universitas Sumatera Utara

Jumlah Tandan Buah Segar (tandan) Jumlah tandan buah segar dilakukan sebelum penelitian dan setelah
penelitian dilakukan untuk melihat perbandingan produksi yang diperoleh sebelum dan sesudah ditanami berbagai tanaman sela. Pemanenan dilakukan dengan interval 1 bulan sekali. Pemanenan dilakukan pada tanaman yang telah membrondol (minimal 1 brondolan). Berat Tandan Buah Segar (kg)
Pengamatan berat tandan buah segar saat panen yang dilakukan sebelum dan setelah penanaman tanaman sela. Kemudian ditimbang berat tandan buah segar dengan timbangan. Pemanenan dilakukan dengan interval 1 bulan sekali.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilaksanakan di PTPN III Kebun Bangun afdeling 2 berada di blok F 17 pada tanaman menghasilkan umur 8 tahun (tahun tanam 2005).

Gambar 1. Sebelum Tanam

Gambar 2. Setelah Tanam

Kondisi areal pertanaman kelapa sawit menghasilkan umur 8 tahun tidak

terdapat vegetasi yang dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah, vegetasi

yang ada hanya gulma seperti pakis-pakisan dan rumput. Kondisi tanah yang

sangat keras, sehingga dibutuhkan pengolahan tanah untuk melakukan budidaya.

Setelah diukur tingkat intensitas cahaya yang ada pada lahan penelitian diperoleh

hasil tingkat intensitas cahaya sebesar 40% yaitu dengan taraf naungan 60%.

Kondisi ini sesuai untuk dilakukan penanaman Arachis glabrata dan

Stenotaphrum secundatum yang toleran terhadap taraf naungan hingga 75%.

Universitas Sumatera Utara

Bobot Segar Daun Tanaman Sela (g)

Gambar 3. Daun S. secundatum

Gambar 4. Daun A. glabrata

Data pengamatan bobot segar daun tanaman sela (g) pada beberapa

perlakuan tanaman sela dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 1

dan 2. Dari daftar sidik ragam menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian

tanaman sela memberikan pengaruh nyata terhadap bobot segar daun. Rataan

bobot segar daun tanaman sela dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bobot segar daun tanaman sela pada beberapa perlakuan pemberian

tanaman sela

Perlakuan

Bobot segar daun

……………….g………………

S1 a (A. glabrata 100%)

19,46e

S2 b (S. secundatum 100%)

53.56a

S3 c (A. glabrata 50%)

18.46e

d (S. secundatum 50%)

44.66c

S4 e (A. glabrata 75%)

28.49d

f (S. secundatum 25%)

47.74b

S5 g (A. glabrata 25%)

19.01e

h (S. secundatum 75%)

43.54c

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama

berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf

5%.

Tabel 1 menunjukkan perlakuan pemberian tanaman sela berpengaruh nyata

terhadap bobot segar daun tanaman sela dengan hasil tertinggi terdapat pada

perlakuan S2 b (S. secundatum 100%) yakni 53,56 g yang berbeda nyata dengan

S1 a (A. glabrata 100%), S3 c (A. glabrata 50%), S3 d (S. secundatum 50%), S4 e

Universitas Sumatera Utara

(A. glabrata 75%), S4 f (S. secundatum 25%), S5 g (A. glabrata 25%) dan S5 h (S. secundatum 75%).
Dari hasil pengamatan bobot segar daun tanaman sela (g) pada perlakuan pemberian tanaman sela data tertinggi terdapat pada perlakuan S2 b (S. secundatum 100%) yakni 53,56 g yang berbeda nyata dengan S1 a (A. glabrata 100%), S3 c (A. glabrata 50%), S3 d (S. secundatum 50%), S4 e (A. glabrata 75%), S4 f (S. secundatum 25%), S5 g (A. glabrata 25%) dan S5 h (S. secundatum 75%). Hal ini disebabkan karena Stenotaphrum secundatum pada perlakuan S2 b (S. secundatum 100%) hanya ditanam 1 jenis tanaman dalam satu plot, sehingga tanaman tumbuh lebih baik dibanding yang lainnya karena kontribusi unsur hara tidak terbagi ke tanaman lainnya, pemberian unsur hara yang ada di dalam tanah hanya diberikan pada tanaman Stenotaphrum secundatum sehingga pertumbuhan tanaman lebih optimal dibanding plot yang terdapat lebih dari satu jenis tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur www.fp.uns.ac.id, (2008) yang menyatakan bahwa jumlah populasi tanaman Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil maksimal. Semakin tinggi tingkat kerapatan dan jumlah suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara. Bobot Kering Daun Tanaman Sela (g)
Data pengamatan bobot kering daun (g) dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Dari daftar sidik ragam menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian tanaman sela memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering daun tanaman sela. Rataan bobot kering daun tanaman sela dapat dilihat pada Tabel 2.
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Bobot kering daun tanaman sela pada beberapa perlakuan pemberian

tanaman sela

Perlakuan

Bobot kering daun

……………….g………………

S1 a (A. glabrata 100%)

11.45g

S2 b (S. secundatum 100%)

43.61a

S3 c (A. glabrata 50%)

10.48g

d (S. secundatum 50%)

30.82d

S4 e (A. glabrata 75%)

21.85e

f (S. secundatum 25%)

38.56b

S5 g (A. glabrata 25%)

13.61f

h (S. secundatum 75%)

33.41c

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama

berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf

5%.

Tabel 2 menunjukkan perlakuan pemberian tanaman sela berpengaruh nyata

terhadap bobot segar daun tanaman sela dengan hasil tertinggi terdapat pada

perlakuan S2 b (S. secundatum 100%) yakni 43,61 g yang berbeda nyata dengan

S1 a (A. glabrata 100%), S3 c (A. glabrata 50%), S3 d (S. secundatum 50%), S4 e

(A. glabrata 75%), S4 f (S. secundatum 25%), S5 g (A. glabrata 25%) dan S5 h

(S. secundatum 75%).

Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh hasil tertinggi terdapat pada

perlakuan S2 b (S. secundatum 100%) yakni 43,61 g yang berbeda nyata dengan

S1 a (A. glabrata 100%), S3 c (A. glabrata 50%), S3 d (S. secundatum 50%), S4 e

(A. glabrata 75%), S4 f (S. secundatum 25%), S5 g (A. glabrata 25%) dan S5 h

(S. secundatum 75%). Stenotaphrum secundatum merupakan tumbuhan yang

tumbuh baik pada intensitas cahaya rendah/toleran naungan, sangat cepat

berkembang dan tumbuh cepat. Hal ini sesuai literatur

http://www.litbang.deptan.go.id., 2012 yaitu tumbuhan ini memiliki rhizoma dan

stolon yang padat, memiliki perarakan sangat kuat, mampu berkompetisi dengan

gulma, tahan pengembalaan berat, toleran pada tingkat naungan sampai 75%.

Universitas Sumatera Utara

Produktivitas S.Secundatum berkisar antara 17,0-41,0 ton/ha/tahun (bahan segar) atau 2,2-6,1 ton/ha/tahun. Bobot Segar Akar Tanaman Sela (g)

Gambar 5. Akar S. secundatum

Gambar 6. Akar A. glabrata

Data pengamatan bobot segar akar tanaman sela (g) pada beberapa

perlakuan tanaman sela dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 5

dan 6. Dari daftar sidik ragam menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian

tanaman sela memberikan pengaruh nyata terhadap bobot segar akar tanaman sela.

Rataan bobot segar akar tanaman sela dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Bobot segar akar tanaman sela pada beberapa perlakuan pemberian

tanaman sela

Perlakuan

Bobot segar akar

………………..g…………………

S1 a (A. glabrata 100%)

13.11c

S2 b (S. secundatum 100%)

4.39e

S3 c (A. glabrata 50%)

29.42b

d (S. secundatum 50%)

4.22f

S4 e (A. glabrata 75%)

37.19a

f (S. secundatum 25%)

12.56c

S5 g (A. glabrata 25%)

11.61d

h (S. secundatum 75%)

3.09f

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama

berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf

5%.

Tabel 3 menunjukkan perlakuan pemberian tanaman sela berpengaruh nyata

terhadap bobot segar akar tanaman sela dengan hasil tertinggi terdapat pada

perlakuan S4 e (A. glabrata 75%), yakni 37,19 g yang berbeda nyata dengan S1 a

Universitas Sumatera Utara

(A. glabrata 100%), S2 b (S. secundatum 100%), S3 c (A. glabrata 50%), S3 d (S. secundatum 50%), S4 f (S. secundatum 25%), S5 g (A. glabrata 25%) dan S5 h (S. secundatum 75%).
Dari hasil analisis sidik ragam bobot segar akar tanaman sela diketahui bahwa perlakuan S4 e (A. glabrata 75%), yakni 37,19 g yang berbeda nyata dengan S1 a (A. glabrata 100%), S2 b (S. secundatum 100%), S3 c (A. glabrata 50%), S3 d (S. secundatum 50%), S4 f (S. secundatum 25%), S5 g (A. glabrata 25%) dan S5 h (S. secundatum 75%). Hal ini dikarenakan tanaman Arachis glabrata memiliki perakaran yang dalam dengan cabang yang banyak sehingga mempengaruhi bobot akar secara signifikan hal ini sesuai dengan literatur yang dikemukakan oleh Sirait dkk. (2008) yaitu perakaran yang kuat dan dalam, akar berkembang dengan banyak cabang, batang menjalar di permukaan tanah, daun dan bunganya mirip dengan kacang tanah dan dapat distek untuk perbanyakan vegetatif. Bobot Kering Akar Tanaman Sela (g)
Data pengamatan kering akar tanaman sela (g) dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Dari daftar sidik ragam menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian tanaman sela memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering akar tanaman sela. Rataan