Karakterisasi Morfologi Dan Agronomi 13 Aksesi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI
13 AKSESI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

MELISA
A24061174

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
 

RINGKASAN
MELISA. Karakterisasi Morfologi dan Agronomi 13 Aksesi Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.). (Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN dan ENDANG
MURNIATI).
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan agronomi
13 aksesi jarak pagar, mengidentifikasi aksesi jarak pagar potensial untuk
mengembangkan kultivar unggul baru, serta mengetahui tingkat kemiripan pada
13 aksesi jarak pagar. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo
untuk kegiatan pembibitan dan Kebun jarak pagar PT. Indocement, Citeureup,

Bogor untuk penanaman di lapangan. Penelitian berlangsung pada Oktober 2009 –
April 2010.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor.
Penelitian ini dilakukan terhadap 13 Aksesi jarak pagar yang berasal dari berbagai
wilayah di Indonesia, yaitu: Bali, Banten, Biak, Bogor, Jayapura, Medan,
Sukabumi dan Sulawesi. Pada penelitian ini 13 aksesi jarak pagar dijadikan
sebagai perlakuan. Setiap aksesi terdiri atas 5 tanaman dan setiap tanaman dalam
aksesi tersebut dijadikan sebagai ulangan, dengan demikian terdapat 65 unit
percobaan.
Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari setek batang.
Pembibitan jarak pagar dilakukan menggunakan polibag ukuran 25 cm x 25 cm.
Pada saat pembibitan, tanaman ditempatkan di bawah naungan. Tanaman
dipindah ke lapangan setelah berumur 2 bulan. Penanaman di lapangan
menggunakan jarak tanam 2 m x 2.5 m dan lubang tanam 50 cm x 50 cm x 50 cm.
Pengamatan dibagi menjadi dua tahap, yaitu selama fase vegetatif dan fase
generatif. Karakter tanaman jarak pagar yang diamati meliputi karakter kuantitatif
dan karakter kualitatif. Pengamatan pada fase vegetatif dilakukan pada saat
tanaman berumur 0 MSP (pembibitan), 2 MSP, 6 MSP dan 10 MSP sedangkan
pengamatan pada fase generatif dilakukan dua kali dalam seminggu. Data
pengamatan kuantitatif diolah menggunakan analisis ragam (ANOVA) sedangkan

untuk data karakter kualitatif dilakukan identifikasi terhadap peubahnya.
Kemiripan antar aksesi jarak pagar dilakukan menggunakan analisis gerombol.

 

ii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar aksesi jarak
pagar pada beberapa peubah pertumbuhan fase vegetatif dan fase generatif. Pada
fase vegetatif perbedaan antar aksesi terlihat pada peubah diameter batang setek,
jumlah cabang (2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP), tinggi cabang (0 MSP, 2 MSP, dan
6 MSP), dan panjang tangkai daun (6 MSP dan 10 MSP). Pada fase generatif
perbedaan antar aksesi jarak pagar terlihat pada peubah jumlah buah per tanaman,
persentase cabang produktif, keserempakan masak buah, jumlah biji per tanaman,
bobot biji kering, dan waktu mekar bunga pertama. Peubah pertumbuhan lain
seperti jumlah buah per malai, jumlah sepal, jumlah petal, dan jumlah cabang
produktif tidak berbeda antar aksesi jarak pagar.
Seleksi terhadap 13 aksesi jarak pagar dilakukan berdasarkan lima peubah
terpilih yang terdiri atas jumlah cabang, keserempakan masak buah, jumlah buah
per tanaman, jumlah biji per tanaman dan bobot biji kering. Pemilihan peubah ini

berdasarkan pada karakter morfologi dan agronomi serta adanya perbedaan nyata
dengan uji DMRT pada taraf 5 % antar aksesi jarak pagar pada kelima peubah
terpilih. Berdasarkan seleksi terhadap lima peubah terpilih didapatkan lima aksesi
jarak pagar yang potensial untuk pengembangan kultivar unggul baru. Aksesi
jarak pagar potensial tersebut terdiri atas aksesi Bal, Bog-4, Bog-6, Suk-3 dan
Suk-5.
Analisis gerombol dilakukan terhadap 13 aksesi jarak pagar berdasarkan
karakter kuantitatif. Hasil analisis gerombol menunjukkan bahwa pada tingkat
kemiripan 80 % ke-13 aksesi jarak pagar mengelompok pada tiga gerombol.
Gerombol 1 terdiri atas tujuh aksesi yaitu aksesi Bal, Ban-1, Ban-2, Ban-3, Med,
Sul-4 dan Sul-5. Gerombol 2 terdiri atas dua aksesi yaitu Bia dan Jay. Gerombol 3
terdiri atas empat aksesi yaitu Bog-4 dan Bog-6 serta aksesi Suk-3 dan Suk-5.
Hasil identifikasi karakter kualitatif terhadap 13 aksesi jarak pagar
menunjukkan bahwa terdapat kemiripan karakter pada sebagian besar peubah
kualitatif dari 13 aksesi jarak pagar. Peubah tersebut terdiri atas bentuk daun,
tekstur daun, warna daun muda (pucuk), warna daun tua, warna batang, jenis
bunga yang pertama mekar, jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai, warna
petal, warna sepal, warna buah muda, bentuk biji, dan warna biji.

iii


KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI
13 AKSESI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

MELISA
A24061174

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

: KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI
13 AKSESI JARAK PAGAR (Jatropha curas L.)


Nama

: MELISA

NIM

: A240611174

Menyetujui,
Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr.

Dr. Ir. Endang Murniati, MS.

NIP. 19630628 199002 1 002


NIP. 19471006 198003 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.
NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal lulus :

 

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rangkasbitung, Provinsi Banten pada tanggal 22 Mei
1988. Penulis merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dari Bapak Cep
Munir dan Ibu Encop Sopiati.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN MCT IV Rangkasbitung
pada tahun 2000. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTPN 2
Rangkasbitung. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 2 Rangkasbitung pada

tahun 2006 dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui USMI.
Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Penulis aktif di organisasi intra kampus, diantaranya menjadi pengurus
Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON) dan Forum
Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) periode 2007-2008. Penulis juga aktif
menjadi pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Gentra Kaheman periode
2008 - 2009. Penulis juga aktif di organisasi ektra kampus yaitu Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Faperta. Penulis pernah mengikuti beberapa
kegiatan kepanitian, seperti Festival Tanaman (FESTA XXIX) tahun 2008, Masa
Perkenalan Departemen (MPD) Agronomi dan Hortikultura tahun 2008, serta
Seminar Nasional HMI komisariat Faperta IPB tahun 2008.

 

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Penelitian yang berjudul “Karakterisasi Morfologi dan
Agronomi 13 Aksesi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)” ini dilaksanakan

terdorong keinginan penulis untuk mengetahui karakteristik morfologi dari
beberapa aksesi jarak pagar khususnya di wilayah Indonesia serta untuk
mengidentifikasi aksesi jarak pagar yang potensial.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr. selaku dosen pembimbing pertama
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan
penelitian dan penulisan skripsi
2. Dr. Ir. Endang Murniati, MS. selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan
penulisan skripsi
3. Dr. Ir. Yudiwanti WE Kusumo, MS. selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran kepada penulis
4. Misnen, SP.MSi. dan Mas Ali (alm), serta Teknisi kebun jarak pagar PT
Indocement yang telah membantu kegiatan penelitian di lapang
5. Mamah, Bapak, Ceu Euis, A Wawan, A Jajang, Teh Dwi, Teh Nina, Afaz,
dan Kakak-kakak iparku yang telah memberikan dukungannya baik secara
moriil maupun materiil
6. Lely, Leni, Maika, Tami, Teh Arrin, Muteb, keluarga Aisyah dan Jasmin
yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan selama penelitian dan
penulisan skripsi serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.
Bogor, Mei 2011
Penulis

 

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi 
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii 
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii 
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 
Latar Belakang ....................................................................................... 1 
Tujuan .................................................................................................... 3 
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4 
Botani dan Ciri Morfologi Jarak Pagar.................................................. 4 
Ekologi Jarak Pagar ............................................................................... 5 
Manfaat dan Produktivitas Jarak Pagar ................................................. 7 
Keragaman Jarak Pagar di Indonesia..................................................... 8 

BAHAN DAN METODE ............................................................................... 10 
Tempat dan Waktu................................................................................. 10 
Bahan dan Alat ...................................................................................... 10 
Metode Percobaan ................................................................................. 10 
Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 11 
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 16 
Hasil ....................................................................................................... 16 
Kondisi Umum ........................................................................ 16 
Karakter Kualitatif 13 Aksesi Jarak Pagar .............................. 17 
Karakter Kuantitatif 13 Aksesi Jarak Pagar ............................ 24 
Analisis Kemiripan 15 Aksesi Jarak Pagar ............................. 38 
Seleksi 13 Aksesi Jarak Pagar ................................................. 39 
Pembahasan ........................................................................................... 42 
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 56 
Kesimpulan ............................................................................................ 56 
Saran ...................................................................................................... 56 
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57 
LAMPIRAN .................................................................................................... 61 

 


DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Kondisi iklim selama Oktober 2009 sampai April 2010 di Kebun
Jarak Pagar PT. Indocement, Citeureup, Bogor. ...................................... 16 
2. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada
pembibitan (0 MSP).................................................................................. 21 
3. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada 2 MSP ........... 22 
4. Rekapitulasi peubah kualitatif 13 aksesi jarak pagar pada fase
generatif .................................................................................................... 23 
5. Rekapitulasi hasil sidik ragam 13 aksesi jarak pagar terhadap
karakter pertumbuhan vegetatif dan generatif .......................................... 24 
6. Diameter batang setek dan jumlah buku setek 13 aksesi jarak
pagar di pembibitan (0 MSP).................................................................... 26 
7. Tinggi cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP ............................ 27 
8. Jumlah cabang 13 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP ........................... 29 
9. Diameter cabang 13 aksesi jarak pagar pada 2 – 10 MSP ........................ 30 
10. Panjang daun 13 aksesi jarak pagar pada 0 MSP – 10 MSP .................... 31 
11. Panjang tangkai daun 13 aksesi jarak pagar pada 0 - 10 MSP ................. 32 
12. Peubah jumlah cabang produktif, persentase cabang produktif,
waktu mekar bunga pertama, dan keserempakan masak buah 13
aksesi jarak pagar...................................................................................... 35 
13. Jumlah buah yang dipanen, jumlah buah per malai, jumlah biji
per tanaman, dan bobot biji kering 13 aksesi jarak pagar ........................ 37 
14. Korelasi jumlah cabang, keserempakan masak buah (hari),
jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji
kering (gram) ............................................................................................ 39 
15. Lima peubah terpilih untuk seleksi 13 aksesi jarak pagar
berdasarkan peubah pada fase vegetatif dan fase generatif ...................... 40 
16. Seleksi 13 aksesi jarak pagar berdasarkan peubah terpilih....................... 42 

 

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Tanaman jarak pagar yang terserang hama dan penyakit :
a) terserang tungau; b) terserang embun tepung; c) terserang
bercak daun bakteri; d) terserang kutu tepung putih ................................ 17 
2. Jumlah sudut tepi daun jarak pagar : a) jumlah sudut tepi daun
lima; b) jumlah sudut tepi daun 7; c) tepi daun bergerigi ......................... 18 
3. Warna daun muda jarak pagar: a) coklat; b) hijau kecoklatan;
c) hijau. ..................................................................................................... 19 
4. Jenis bunga jarak pagar berdasarkan bunga yang mekar dalam
satu malai: a) bunga jantan-betina dalam satu malai; b) bunga
jantan-hermaprodit dalam satu malai. ...................................................... 20 
5. Dendrogram 13 aksesi jarak pagar (Jatropha curcas L.)
berdasarkan karakter kuantitatif pertumbuhan vegetatif dan
generatif .................................................................................................... 38 

 

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Sidik ragam peubah kuantitatif pada fase vegetatif. ................................. 62 
2. Sidik ragam peubah kuantitatif pada fase generatif.................................. 65 
3. Kode 13 aksesi jarak pagar di lapangan ................................................... 66 
4. Data curah hujan, suhu hujan, suhu tanah dan udara, solar
radiation dan air tanah .............................................................................. 67 

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Krisis energi di Indonesia sebagai akibat semakin menipisnya cadangan
bahan bakar minyak khususnya bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui
telah menuntut Indonesia untuk mencari sumber bahan bakar alternatif yang
bersifat dapat diperbaharui (Sardjono, 2006). Oleh karena itu pemerintah mulai
meningkatkan perhatian terhadap sumber-sumber energi terbarukan terutama dari
komoditas pertanian, dengan memanfaatkan bahan bakar nabati (BBN) atau yang
lebih dikenal dengan istilah biofuel. Ditjenbun dalam Arisanti (2010) menyatakan
pemerintah mencanangkan program pengembangan biofuel melalui Peraturan
Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Inpres No. 1
Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati sebagai
Bahan Bakar lain.
Komoditas pertanian yang banyak dibudidayakan dan potensial untuk
sumber bahan bakar nabati cukup banyak, antara lain kelapa sawit, jarak pagar,
tebu, sagu, dan ubi kayu (Priyanto, 2007). Tanaman jarak pagar merupakan salah
satu tanaman yang potensial sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM).
Karmawati (2008) menyatakan bahwa presiden telah menetapkan program
peruntukan biodisel dari kelapa sawit dan jarak pagar melalui Inpres No.2/2006
yang menargetkan penanamannya 1.5 juta hektar pagar pada tahun 2010. Hasnam
(2006)

menyatakan

bahwa

melalui

Program

Pengembangan

Bioenergi

diproyeksikan pada tahun 2010 dapat dihasilkan 1.85 juta kilo liter bioetanol dari
ubi kayu dan tetes tebu dan 1.24 juta kilo liter biodiesel dari kelapa sawit dan
jarak pagar atau 10% dari kebutuhan premium dan 10% dari kebutuhan solar.
Menurut Syahbuddin (2008), jarak pagar memiliki potensi yang harus
dikembangkan dalam kerangka penurunan emisi karbon dalam bingkai CDM
(Clear Development Mechanism) atau yang dikenal juga dengan istilah “carbon
trading”. Prastowo (2007) menyatakan bahwa perkebunan jarak pagar seluas 1 ha
dapat menghasilkan 2,7 ton crude jatropha oil (CJO), dengan asumsi setelah 5
tahun jarak pagar dapat berproduksi sekitar 8-10 ton/ha dengan rendemen jarak
pagar yaitu 30%.
 

2
Penelitian mengenai jarak pagar saat ini terus digalakkan, terutama untuk
mengidentifikasi keragaman dan potensi hasil jarak pagar. Pada tahun 2006 Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perkebunan telah melakukan eksplorasi plasma
nutfah jarak pagar pada 12 provinsi. Melalui eksplorasi terkumpul 12 provenan
dan tiga spesies jatropha lainnya (Karmawati, 2008). Koleksi Puslitbang Pertanian
berasal dari Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo
dan Maluku (Mahmud, 2006). Hasnam (2007) menyebutkan seleksi dari hasil
eksplorasi yang ditanam di tiga lokasi, yaitu: Asembagus, Muktiharjo, dan
Pakuwon. menghasilkan IP-1P dan IP-2P dengan potensi hasil biji kering per
hektar pada tahun pertama sebesar 1-1.2 ton pada IP-1P dan 2-2.5 ton pada IP-2P.
Pada tahun 2009, eksplorasi jarak pagar juga dilakukan di pulau Bangka
dengan mengambil setek atau benih jarak pagar langsung dari kabupaten Bangka
Tengah, Bangka Selatan, dan kota Pangkal Pinang dan menghasilkan satu
provenan dengan produktivitas tinggi (23 buah per tandan) dan kadar minyak
cukup tinggi (>35%) yang dikoleksi dari Desa Pasir Garam, Kecamatan Simpang
Kates, Kabupaten Bangka Tengah (Purwati, 2010).
Kegiatan eksplorasi harus terus lakukan dalam rangka meningkatkan potensi
hasil jarak pagar. Peningkatan potensi hasil tanaman jarak pagar dapat dilakukan
dengan program pemuliaan tanaman, salah satunya yaitu melalui karakterisasi.
Kegiatan karakterisasi diakukan untuk mengetahui sifat-sifat penting yang
terkandung di dalam suatu materi genetik. Karakterisasi sangat penting dalam
kegiatan pemuliaan dan membantu meciptakan varietas jarak pagar yang seperior
(Surahman et al., 2009). Kemajuan perbaikan bahan tanaman sangat ditentukan
oleh ketersediaan keragaman genetik pada bahan tanaman (plasma nutfah) yang
dimiliki (Hasnam, 2007). Keanekaragaman genetik dalam suatu populasi tanaman
jarak pagar sangat diperlukan karena merupakan kekayaan genetik yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan varietas unggul baru. Oleh karena itu
penelitian tentang karakterisasi morfologi dan agronomi ini dirasa sangat penting
dan diharapkan dapat membantu perkembangan penelitian jarak pagar
selanjutnya.

3
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1.

Mempelajari karakteristik 13 aksesi jarak pagar berdasarkan karakter
morfologi dan agronomi.

2.

Mengidentifikasi aksesi jarak pagar potensial untuk dikembangkan sebagai
kultivar unggul baru.

3.

Mengetahui tingkat kemiripan pada 13 aksesi jarak pagar

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Ciri Morfologi Jarak Pagar
Jarak

pagar

termasuk

ke

dalam

kingdom

Plantae,

subkingdom

Tracheobionta (tumbuhan vasikular), divisi Spermatophyta, ordo Euphorbiales,
famili Euphorbiaceae, dan termasuk ke dalam genus Jatropha curcas L. Jarak
pagar termasuk jenis pohon perdu. Tanaman ini dapat mencapai umur 50 tahun.
Tinggi tanaman pada kondisi normal adalah 1.5 – 5 meter. Percabangannya tidak
teratur, dengan ranting bulat dan tebal. Kulit batang berwarna keabu-abuan, atau
kemerah-merahan (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).
Daun jarak pagar cukup besar, panjang helai daun 6 – 16 cm dan lebar
5 – 15 cm. Helaian daun berbentuk bulat telur dengan pangkal berbentuk jantung.
Bunga jarak pagar muncul pada saat tanaman mulai berumur 3 – 4 bulan.
Pembungaan umumnya terbentuk pada saat musim kemarau, namun pada musim
hujan bunga juga dapat muncul. Bunga muncul secara terminal dari percabangan.
Bunga terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terletak pada setiap malai.
Bunga betina bertangkai tebal dan berambut seperti sarang laba–laba dan
ukurannya lebih besar dari bunga jantan (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).
Jarak pagar (Jatropha curcas L.) termasuk tanaman berumah satu atau
monoecious, artinya alat kelamin jantan dan betina berada pada satu tanaman.
Berdasarkan alat kelamin pada bunga, terdapat dua tipe yaitu tanaman uni-seksual
dan andromonoecious. Secara umum, kedua tipe ini memiliki morfologi organ
seperti akar, batang, daun dan buah yang hampir sama. Perbedaan yang jelas
terdapat pada bunganya, tanaman uniseksual menghasilkan bunga jantan dan
betina sedangkan andromonoecious menghasilkan bunga jantan dan hermaprodit
(Asbani, 2009). Ahmad (2008) menyatakan bahwa jumlah bunga betina dalam
satu malai adalah sebesar 5 bunga betina/malai. Bunga jantan dan betina jarak
pagar tidak mekar secara bersamaan melainkan bertahap dengan pola yang tidak
tentu.
Daun kelopak atau sepal pada bunga jarak berwarna hijau sedangkan daun
mahkota atau petal berwarna putih. Lima sepal tersusun menyirip (imbricata)
mengikuti rumus 2/5 atau quincuncialis. Susunan petal adalah teruntir ke satu arah
 

5
baik ke kiri (sinistrosum contortus) maupun kanan (dextrorsum contortus).
Benang sari berjumlah 10 buah yang terbagi dalam dua lingkaran yaitu lingkaran
luar dan dalam, kedudukan benang sari di lingkaran luar lebih rendah
dibandingkan lingkaran dalam. Kepala sari berwarna orange, ketinggian pada
bunga hermaprodit sama dengan kepala putik (Asbani, 2009).
Buah jarak pagar banyak dihasilkan pada musim kering, sekitar 2–3 bulan
setelah pemupukan. Buah jarak tersusun dalam tandan buah kurang lebih
berjumlah 10 buah/tandan. Buah jarak yang telah matang akan pecah sesuai ruang
dalam buah. Dalam setiap buah jarak terdapat 3 biji. Biji yang tua berbentuk
panjang dengan ukuran 18 mm dan lebar 7–11 mm. Biji jarak memiliki cangkang
biji yang tipis. Matang buah jarak ditandai dengan perubahan warna buah dari
hijau menjadi kuning (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).

Ekologi Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar merupakan tanaman dikotil yang berasal dari
Amerika Tengah dan saat ini telah tersebar di berbagai tempat di Afrika dan Asia.
Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai daerah dengan agroklimat yang beragam,
dari daerah tropis yang sangat kering sampai subtropis lembab maupun daerah
hutan basah. Tanaman ini memiliki nama latin Jatropha curcas L (Nurcholis dan
Sumarsih, 2007).
Heller (1996) menyatakan bahwa jarak pagar diperkirakan berasal dari
Meksiko.Pada daerah tersebut tanaman jarak pagar tumbuh secara alami di
kawasan hutan pinggiran pantai di Afrika dan Asia, jarak pagar hanya dijadikan
sebagai tanaman pagar atau pembatas lahan pertanian. Jarak pagar menyebar di
Malaka setelah tahun 1700-an dan di Filipina sebelum tahun 1750.
Wahid (2006) menyatakan bahwa berdasarkan lingkungan tumbuh, tanaman
jarak pagar dapat dikatakan termasuk tanaman kosmopolitan. Artinya, tanaman
yang dapat tumbuh pada berbagai ekosistem mulai dari daerah yang sangat kering
temperate dengan curah hujan hanya sekitar 300 – 500 mm/tahun sampai daerah
yang sangat basah dengan curah hujan 4 000 – 6 000 mm/tahun. Tanaman jarak
pagar dapat tumbuh di daerah dataran rendah bahkan pinggir pantai sampai
ketingian di atas 1 000 m dpl.

6
Tanaman jarak pagar dikenal sebagai tanaman yang mudah beradaptasi
dengan lingkungan. Jarak pagar dapat tumbuh baik di tempat yang memiliki
ketinggian 0 – 2 000 meter di atas permukaan laut (m dpl) dengan temperatur
18 – 30oC. Tanaman ini memerlukan penyinaran matahari secara langsung
sehingga tidak boleh ternaungi (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).
Kondisi optimal untuk pertumbuhan dan produksi jarak pagar dalam rangka
pengembangan jarak pagar sebagai bahan baku biofuel di Indonesia adalah daerah
dengan ketinggian 0 – 600 m dpl atau dataran rendah yang memiliki suhu harian
antara 22 – 35oC dengan curah hujan antara 500 – 1 500 mm dan hari hujan antara
100 – 120 hari/tahun. Menurut klasifikasi Oldeman daerah dengan tipe iklim C,
D, dan E. Di luar batas dan kriteria tersebut, walaupun masih dapat tumbuh
diperkirakan produksinya tidak akan optimal (Wahid, 2006).
Mahmud (2008) menjelaskan bahwa jarak pagar dapat tumbuh pada lahanlahan marginal yang miskin hara dengan drainase dan aerasi yang baik.
Pertumbuhannya cukup baik pada tanah-tanah ringan (terbaik mengandung pasir
60 - 90%), berbatu, berlereng, pada perbukitan atau sepanjang saluran air dan
batas-batas kebun. Lahan-lahan yang subur, dimana air tidak tergenang juga dapat
digunakan bagi pertanaman jarak pagar. Bila perakarannya sudah cukup
berkembang, jarak pagar toleran tehadap kondisi tanah-tanah masam atau alkalin
(terbaik pada pH tanah 5,5 – 6,5).
Peningkatan kemasaman tanah nyata menghambat pertumbuhan jarak pagar.
Pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, luas daun dan diameter batang), pada pH
4,4 hanya mencapai 30-50% dari nilai pertumbuhan vegetatif tersebut
menunjukan hubungan yang sangat erat dengan nilai R2 yang tinggi (> 0,93). Nilai
pH tanah < 5,0 berpotensi menurunkan penampilan pertumbuhan jarak pagar
(Pitono et al., 2008).
Jarak pagar membutuhkan curah hujan paling sedikit 600 mm per tahun
untuk tumbuh baik dan jika curah hujan kurang dari 600 mm per tahun maka
tanaman jarak pagar tidak dapat tumbuh, kecuali dalam kondisi tertentu seperti di
Kepulauan Cape Verde, meskipun curah hujan hanya 250 mm per tahun tetapi
kelembaban udaranya sangat tinggi (Mahmud et al., 2008).

7
Manfaat dan Produktivitas Jarak Pagar
Jarak pagar memiliki berbagai macam manfaat dan kegunaan. Hasnam
(2007) menyatakan bahwa jarak pagar dimanfaatkan untuk memulihkan lahan
pertanian yang sudah mengalami degradasi kesuburan akibat pertanian berpindah,
pertambangan dan kerusakan-kerusakan akibat berbagai aktivitas manusia. Di
Luxor, Mesir, jarak pagar juga digunakan untuk penghutanan kembali gurun pasir
dengan bantuan sedikit pengairan. Dia juga menambahkan bahwa di Afrika, jarak
pagar digunakan untuk sumber bahan baku industri sabun di Eropa.
Jarak pagar juga dapat dijadikan sebagai pakan ternak dan obat. Priyanto
(2007) menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah melalui
proses penghilangan racun (detoksifikasi), bungkil biji jarak dapat dimanfaaatkan
untuk pakan ternak atau industri berbasis protein. Sementara itu kulit biji jarak
melalui pirolisis dapat dikonversi menjadi bahan bakar cair pengganti minyak
berat (residu) untuk kebutuhan industri. Hasnam (2007) menyatakan di Afrika,
jarak pagar digunakan untuk sumber bahan baku industri sabun di Eropa.
Heller (1996) menyatakan jarak pagar dapat digunakan untuk pengobatan.
Minyak jarak pagar dapat mengobati penyakit kulit dan meringankan rasa sakit
akibat rematik. Jamu-jamuan dari daun jarak digunakan sebagai anti septic setelah
proses kelahiran.
Produktivitas jarak pagar di Paraguay mencapai 3-4 ton biji kering/ha/tahun
pada umur 7-9 tahun, sedangkan di Thailand mencapai 2,1 ton/ha/tahun. Pada
jarak tanam 1 x 1 m dan tanpa dipupuk, produktivitas jarak pagar yaitu sebesar
638 kg/ha/tahun di Timur Laut Thailand (Hasnam, 2007).
Hasil penelitian Hasnam (2007) juga menyebutkan bahwa pada tahun
pertama, potensi hasil biji kering pada IP-1P yaitu sebesar 1-1.2 ton/ha/tahun,
sedangkan potensi hasil IP-2P yaitu sebesar 2-2.5 ton/ha/tahun dan masih dapat
meningkat sampai IP-3P. Luntungan dalam Effendi (2010) menyatakan prediksi
produktivitas jarak pagar pada tahun ke-5 yaitu IP-1P sebesar 5 ton/ha, IP-2P 6
ton/ha, dan IP-3P sebanyak 8 ton/ha
Biji jarak pagar memiliki kandungan minyak yang tinggi. Beberapa
penelitian menyebutkan dalam satu daging biji terkandung sekitar 30% minyak
(SJO) dan 70% sisanya berupa ampas yang bisa digunakan sebagai pupuk yang

8
kaya akan kandungan nitrogen. Biji jarak yang berbentuk lonjong dan berwarna
kehitaman mengandung minyak dengan rendemen 25-30%. Ampas biji jarak
pagar mengandung 4.44% nitrogen, 2.09 P2O5, dan 1.68 K2O (Priyanto, 2007).
Kandungan minyak biji yang diperoleh dari biji tanaman asal setek yang
dipanen pada musim hujan sekitar 46.39 % - 48.47 %. Sedangkan kandungan
minyak biji yang dipanen pada musim kemarau berkisar 41.15 % - 51.19 %. Hal
ini mengindikasikan bahwa kondisi lingkungan yang kering dapat meningkatkan
kandungan minyak biji jarak pagar (Santoso et al.,2008)
Bungkil daging biji jarak pagar banyak mengandung unsur hara N, P, dan K.
Kandungan kimia yang terdapat dalam bungkil daging biji jarak pagar antara lain:
C organic (55.2%), N (4.1%) P (0.5%), K (1.2%), Ca (0,3%) Mg (0.4%), dan Na
(0.1%) (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).

Keragaman Jarak Pagar di Indonesia
Hasnam (2006) menyatakan bahwa jarak pagar dibawa ke Asia oleh pelautpelaut Portugis, jarak pagar sudah dibudidayakan di Afrika untuk sumber bahan
baku industri sabun di Eropa. Dengan demikian variasi genetik di Asia jelas lebih
kecil dibandingkan dengan variasi genetik di pusat asal jarak pagar di Amerika
Tengah. Jadi mudah dipahami mengapa koleksi ex-situ jarak pagar berbentuk
provenan (populasi sumber) dan jumlahnya sangat terbatas.
Mulyani, (2007) menyatakan bahwa di lapangan, pertumbuhan vegetatif
sangat bervariasi meskipun waktu penanaman bersamaan. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sumber benih. Benih yang berbeda
akan menyebabkan pertumbuhan berbeda, dan di masyarakat variasi benih cukup
besar.
Hasnam

(2007)

menyatakan

Pusat

Penelitian

dan

Pengembangan

Perkebunan telah memulai kegiatan eksplorasi ke berbagai wilayah Indonesia
sejak tahun 2005. Dari eksplorasi tersebut berhasil diperoleh 200.000 bahan
tanaman berupa benih dan setek yang dikumpulkan dari 54 kabupaten di 11
provinsi (Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo,
dan Maluku). Hasil eksplorasi tersebut ditanam di tiga lokasi (Asembagus,

9
Muktiharjo, dan Pakuwon). Evaluasi awal menunjukkan adanya keragaman pada
potensi hasil dan periode berbunga. Hartati (2008a) menyatakan populasi di kebun
induk baik IP-1 maupun IP-2 menunjukkan adanya variasi pada karakter
morfologi kualitatif maupun kuantitatif karena setiap tanaman adalah suatu
genotipa yang berbeda dengan tanaman lainnya.
Hartati et al., (2009) menyebutkan koefisien keragaman yang ditentukan
dari data hasil pengamatan pada karakter pertumbuhan vegetatif yang meliputi
tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah cabang total dan jumlah cabang produktif
menunjukkan nilai yang tinggi (17 - 45%). Namun Purwati (2010) menyatakan
berdasarkan hasil analisis RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA), 55
provenan jarak pagar koleksi Balittas yang berasal dari Provinsi Jawa Timur,
Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan memiliki
keragaman genetik rendah.

10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Kebun Percobaan
Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor sebagai lokasi pembibitan
dan di Kebun Jarak Pagar Indocement, Citeureup, Bogor untuk lokasi penanaman
lapang. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2009 – April 2010.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bibit jarak pagar hasil
setek batang yang terdiri atas 13 aksesi jarak pagar yang berasal dari berbagai
wilayah di Indonesia, yaitu: Bali, Banten, Biak, Bogor, Jayapura, Medan
Sukabumi, dan Sulawesi. Alat yang digunakan yaitu: mistar, spidol permanen,
plastik, jangka sorong, timbangan digital, tali dan mika/ kertas dan label.

Metode Percobaan
Pada penelitian ini 13 aksesi jarak pagar dijadikan sebagai perlakuan. Setiap
aksesi terdiri atas 5 tanaman dan setiap tanaman dalam aksesi tersebut dijadikan
sebagai ulangan, dengan demikian terdapat 65 unit percobaan. Ketiga belas aksesi
tersebut terdiri atas Aksesi Bali (Bal), Banten (Ban-1, Ban-2, dan Ban-3), Biak
(Bia), Bogor (Bog-4 dan Bog-6), Jayapura (Jay), Medan (Med), Sukabumi
(Suk-3 dan Suk-5) dan Sulawesi (Sul-2 dan Sul-3).
Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengolahan data adalah
Rangcangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan model sebagai berikut:
Yij = µ + ti + εij
Dengan: i = 1,2,3,4,.. i dan j = 1,2,3.4... j
Keterangan:
Yij

= nilai pengamatan aksesi ke-i dan ulangan ke-j

µ

= nilai tengah umum (rata-rata)

ti

= pengaruh aksesi ke-i

εij

= pengaruh acak pada aksesi ke-i dan ulangan ke-j

11
Pelaksanaan Penelitian
Perbanyakan tanaman jarak pagar dilakukan melalui setek batang.
Pembibitan dilakukan di dalam polibag berukuran 25 cm x 25 cm dengan
komposisi media tanam berupa tanah, sekam, dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1:1. Selama pembibitan, bahan tanam ditempatkan di bawah
naungan. Kegiatan pembibitan dilakukan selama enam minggu.
Bahan tanam yang telah berumur enam minggu kemudian dipindahkan ke
lapangan yang berlokasi di Kebun Jarak Pagar PT Indocement. Bibit jarak pagar
yang dipindah ke lapang ditanam dengan jarak tanam 2 meter untuk jarak tanam
dalam aksesi dan 2.5 meter untuk jarak tanam antar aksesi, sedangkan lubang
tanam dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm.
Tanaman ditanam pada lahan tanpa naungan. Kegiatan pemupukan
dilakukan pada saat tanaman di lapang dengan dosis pemupukan yaitu 5 kg
pupuk kandang per tanaman sedangkan kegiatan penyiraman dilakukan sesuai
kebutuhan.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan berdasarkan karakter morfologi dan agronomi yang
terdiri atas karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Karakter agronomi yang
diamati adalah karakter tanaman jarak pagar yang mempengaruhi daya hasil biji
yang tinggi. Karakter ini meliputi jumlah cabang produktif, waktu mekar bunga
pertama, jumlah buah per malai, jumlah buah per tanaman, total bobot biji jarak
pagar kering, dan jumlah biji jarak pagar per tanaman. Pengamatan dilakukan saat
di pembibitan (tanaman berumur enam minggu) dan setelah tanaman dipindahkan
ke lapangan. Pengamatan karakter morfologi pertama di lapangan dilakukan dua
minggu setelah pindah tanam (MSP) dan selanjutnya pengamatan dilakukan
empat minggu sekali. Pengamatan karakter agronomi dimulai pada saat memasuki
fase generatif (11 MSP) dan dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu.
Pengamatan karakter kualitatif selama fase vegetatif dilakukan pada 0 MSP
(di pembibitan) dan 2 MSP. Data yang dikumpulkan berdasarkan pengamatan
kualitatif tanaman jarak pagar meliputi:
1. Daun: bentuk daun, tekstur daun, jumlah tepi daun, urat tulang daun, warna daun

12
muda, warna daun tua, dan warna tangkai daun.
¾ Bentuk daun, diamati pada daun yang terletak pada cabang terpanjang
dengan pertumbuhan daun maksimum. Pengambilan data dilakukan
dengan membandingkan panjang dan lebar daun. Bentuk daun menurut
Tjitrosoepomo (1985) dapat dibedakan berdasarkan perbandingan panjang
dan lebar daun menjadi:
o Bulat atau bundar (orbicularis), jika perbandingan panjang dan lebar
yaitu 1 : 1
o Jorong (ovalis atau ellipticus), jika perbandingan panjang dan lebar
yaitu 1.5-2 : 1
o Memanjang (oblogus), jika perbandingan panjang dan lebar yaitu 2.53:1
o Bangun lanset (lanceolatus), jika perbandingan panjang dan lebar yaitu
3-5 : 1
¾ Tekstur daun, daun yang diamati adalah daun yang terletak pada cabang
terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Tekstur daun dibedakan
menjadi dua karakter yaitu licin dan kasar.
¾ Sudut tepi daun, daun yang diamati terletak pada cabang terpanjang dengan
pertumbuhan daun maksimum. Sudut tepi daun dihitung berdasarkan jumlah
sudut tepi daun yang diamati.
¾ Urat tulang daun, tulang daun yang diamati adalah daun di cabang terpanjang
dengan pertumbuhan daun maksimum. Urat tulang daun dibedakan menjadi
dua karakter yaitu jelas dan kurang jelas.
¾ Warna daun muda dan warna daun tua yang diamati adalah daun muda dan
daun tua pada cabang terpanjang. Daun tua yang diamati adalah daun yang
tumbuh maksimal. Warna daun muda dibedakan menjadi hijau, coklat, dan
hijau kecoklatan sedangkan warna daun tua dibedakan menjadi hijau dan hijau
tua.
¾ Warna tangkai daun, tangkai daun yang diamati terletak pada cabang
terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Warna tangkai daun dapat
dibedakan menjadi hijau dan hijau keunguan.

13
2. Batang: warna batang
¾ Warna batang setek diamati di pembibitan dan setelah dipindahkan ke
lapangan. Warna batang dapat dibedakan menjadi hijau dan abu-abu.
3. Bunga: jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai (hermaprodit dan jantan atau
jantan dan betina) dan jenis bunga berdasarkan bunga yang pertama mekar (betina,
jantan, atau hermaprodit), warna sepal, dan warna petal.
¾ Jenis bunga diamati dua malai per tanaman sedangkan warna sepal dan warna
petal diamati tiga bunga per malai. Pengamatan dilakukan dua kali dalam
seminggu.
4. Buah: bentuk buah muda dan warna buah muda
¾ Bentuk buah muda dan warna buah muda diamati pada dua malai dengan
mengambil sampel sebanyak tiga buah per malai pada cabang terpanjang.
5. Biji: bentuk biji dan warna biji
¾ Bentuk biji dan warna biji diamati dengan mengambil sampel sebanyak tiga
buah jarak pagar yang sudah masak (berwarna kuning).
Pengamatan terhadap karakter kuantitatif selama fase vegetatif dilakukan
sebanyak empat kali pengamatan, yaitu 0 MSP, 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP.
Pengamatan selama fase vegetatif dilakukan sampai 75 % tanaman jarak pagar di
lapangan berbunga. Karakter kuantitatif selama fase generatif diamati dua kali dalam
seminggu. Karakter kuantitatif yang diamati adalah:
1. Batang: diameter batang dan jumlah buku
¾ Diameter batang dan jumlah buku hanya diamati saat di pembibitan.
Pengamatan diameter batang diukur 5 cm dari permukaan tanah.
2. Cabang: tinggi cabang, jumlah cabang, diameter cabang, jumlah cabang produktif,
dan persentase cabang produktif
¾ Tinggi cabang diamati pada cabang tertinggi. Diameter cabang diamati pada
cabang terpanjang dengan jarak dari titik percabangan adalah 5 cm.
Pengamatan terhadap karakter jumlah cabang produktif dilakukan di akhir
penelitian. Persentase cabang produktif dihitung dengan membandingkan
jumlah cabang produktif dengan jumlah cabang dalam satu tanaman.
3. Daun: jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan panjang tangkai daun
¾ Karakter ini diamati saat di pembibitan dan di lapangan. Daun dan tangkai daun

14
yang diamati adalah daun dan tangkai daun dengan pertumbuhan maksimum
pada cabang terpanjang. Jumlah daun hanya diamati pada cabang terpanjang.
Panjang tangkai daun diamati setelah tanaman jarak pagar dipindahkan ke
lapangan.
4. Bunga: waktu mekar bunga pertama, jumlah sepal, dan jumlah petal
¾ Pengamatan dilakukan pada waktu bunga jarak pagar pertama mekar. Waktu
mekar bunga pertama dihitung setelah tanaman dipindahkan ke lapangan.
Pengamatan jumlah sepal dan petal dilakukan pada tiga bunga jarak pagar
dalam satu malai.
5. Buah: jumlah buah per malai, jumlah buah per tanaman (jumlah buah yang di
panen dalam pada satu tanaman), dan keserempakan masak buah
¾ Pengamatan terhadap jumlah buah per malai dilakukan pada malai kedua dan
malai ketiga. Pemanenan dilakukan secara bertahap karena buah jarak pagar
tidak masak bersamaan. Jumlah buah yang dipanen dihitung selama
pengamatan yaitu Februari – April 2010.
¾ Keserempakan masak buah jarak pagar diamati dari waktu pertama buah
berwarna kuning sampai semua buah dalam satu malai berwarna kuning.
Keserempakan masak buah jarak pagar diamati pada malai kedua dan malai
ketiga.
6. Biji: jumlah biji per tanaman (jumlah biji yang dipanen pada satu tanaman) dan
bobot biji kering
¾ Jumlah biji dan bobot biji kering diamati pada buah masak yang dipanen
selama penelitian.
Analisis Data
Data hasil pengamatan kuantitatif dianalisis menggunakan analisis ragam.
Jika hasil analisis ragam menunjukkan nilai yang berbeda nyata maka dilakukan
uji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%.
Sedangkan

untuk

data

pengamatan

kualitatif

dianalisis

dengan

cara

mengidentifikasi karakter kualitatif. Data yang dianalisis adalah data yang
diperoleh berdasarkan hasil pengamatan seluruh peubah pertumbuhan 13 Aksesi
jarak pagar. Adapun tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

15
1.

Analisis Sidik Ragam (Uji F)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan aksesi
terhadap

peubah

yang

diamati.

Analisis

ragam

digunakan

untuk

menganalisis data kuantitatif.
2.

Analisis Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT)
Analisis ini merupakan uji lanjut dari hasil analisis ragam terhadap
perlakuan aksesi yang berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan dan
untuk melihat perbandingan antara masing-masing aksesi.

3.

Analisis Uji Korelasi
Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahi hubungan atau pengaruh antar
lima peubah terpilih pada tahap seleksi

4.

Analis Gerombol (Cluster Analysis)
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kemiripan antara masingmasing aksesi berdasarkan kesamaan karakter yang dimiliki aksesi-aksesi
tersebut. Karakter-karakter itu kemudian akan diklasifikasikan dalam satu
atau bebetapa cluster (kelompok) sehingga objek yang berada pada satu
cluster memiliki kemiripan satu dengan yang lainnya. Karakter yang
digunakan dalam analisis ini yaitu karakter kuantitatif dari pertumbuhan
vegetatif dan generatif. Peubah karakter yang digunakan yaitu jumlah daun,
panjang tangkai daun, jumlah buah per tanaman, bobot biji kering per
tanaman, jumlah biji per tanaman, dan persentase cabang produktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kondisi Umum
Jarak pagar ditanam pada lahan bekas penambangan kapur. Lahan penelitian
berlokasi di Kebun jarak pagar PT. Indocement, Citeureup, Bogor dan berada
pada ketinggian 200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kondisi iklim selama
penelitian cukup baik. Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari PT Indocement,
Citeureup,

Bogor,

diketahui

rata-rata

curah

hujan

di

lapangan

yaitu

313 mm/bulan, dengan rata-rata suhu udara, radiasi sinar matahari, dan kadar air
tanah yaitu 29.8 oC, 175.50 W/m2, dan 21.14 %. Kondisi iklim selama penelitian
di Kebun Jarak PT. Indocement, Citeureup, Bogor disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kondisi iklim selama Oktober 2009 sampai April 2010 di Kebun
Jarak Pagar PT. Indocement, Citeureup, Bogor.
Curah hujan
Suhu udara
(mm/bulan)
(oC)
Oktober (2009)
422
30
November (2009)
42
31
Desember (2009)
Januari (2010)
Februari (2010)
489
29
Maret (2010)
535
29
April (2010)
77
30
Sumber : PT Indocement, Citeureup, Bogor.
Bulan

Solar radiasi
(W/m2)
214.02
176.93
174.72
137.99
169.26
168.03
187.53

Kadar air tanah
(%)
19
20
22
22
22
23
20

Curah hujan tertinggi pada pengamatan di lapangan terjadi pada bulan Maret
2010 sebesar 535 mm/bulan sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan
November 2009 sebesar 42 mm/bulan. Temperatur udara tertinggi terjadi pada
bulan November yaitu sebesar 31 oC dan temperatur udara terendah terjadi pada
bulan Februari dan Maret 2010 yaitu sebesar 29 oC. Radiasi sinar tertinggi saat
penelitian terjadi pada bulan Oktober 2009 yaitu sebesar 214.02 W/m2 dan kadar
air tanah tertinggi pada bulan Maret 2010 sebesar 23 %.
Kondisi tanaman jarak pagar setelah pindah tanam di lapangan cukup baik.
Hal ini didukung oleh kondisi curah hujan yang cukup sehingga ketersediaan air

 

17
untuk kebutuhan tanaman tercukupi. Namun pada saat tanaman mencapai fase
generatif, tanaman jarak pagar mulai terserang hama penyakit yaitu pada 14 – 28
MSP. Hama yang menyerang tanaman jarak pagar di lapangan yaitu Valanga
nigricornis Burmeister (belalang), Spodoptera litura (ulat grayak),Chrysochoris
javanus Westw. (kepik penghisap cairan buah), Tetranychus sp. (tungau), dan
Ferrisia virgata (kutu bertepung putih). Penyakit yang menyerang tanaman jarak
pagar yaitu busuk Fusarium, bercak daun bakteri, witche’s broom dan penyakit
embun tepung yang disebabkan oleh cendawan Oidium sp. Tanaman yang
terserang tungau, embun tepung, bercak daun Cercospora dan kutu bertepung
putih dapat di lihat pada Gambar 1.

(a)

(c)

(b)

(d)

Gambar 1. Tanaman jarak pagar yang terserang hama dan penyakit :
a) terserang tungau; b) terserang embun tepung; c) terserang
bercak daun bakteri; d) terserang kutu tepung putih
Karakter Kualitatif 13 Aksesi Jarak Pagar
Pengamatan karakter kualitatif dilakukan saat di pembibitan (0 MSP),
setelah dipindah ke lapangan (2 MSP) dan setelah tanaman jarak pagar mencapai
fase generatif. Saat di pembibitan dan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan
pengamatan karakter kualitatif dilakukan pada daun dan batang setek jarak pagar.

18
Peubah karakter yang diamati pada daun dan batang setek terdiri atas bentuk
daun, tekstur daun, tepi daun, urat tulang daun, warna daun muda, warna daun tua,
warna tangkai daun, dan warna batang setek. Pengamatan karakter kualitatif
setelah tanaman mencapai fase generatif dilakukan pada bunga, buah, dan biji
jarak pagar. Peubah karakter yang diamati terdiri atas jenis bunga berdasarkan
bunga yang pertama mekar, jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai, warna
sepal, warna petal, bentuk buah muda, warna buah muda, bentuk biji, dan warna
biji.
Hasil

pengamatan

terhadap

karakter

kualitatif

daun

jarak

pagar

menunjukkan bahwa bentuk daun 13 aksesi jarak pagar saat di pembibitan dan
setelah dipindah ke lapangan yaitu bulat. Tekstur daun pada pada pembibitan
yaitu licin kecuali pada aksesi Bog-4 dan Suk-5 yang bertekstur kasar sedangkan
setelah tanaman dipindahkan ke lapangan 13 aksesi jarak pagar memiliki tekstur
daun kasar.
Sudut tepi daun jarak pagar dihitung dari jumlah sudut yang terdapat pada
tepi daun. Sudut tepi daun dari 13 aksesi jarak pagar bervariasi yaitu memiliki
jumlah sudut tepi daun 5 dan 7. Sudut tepi daun saat di pembibitan maupun
setelah dipindahkan ke lapangan tetap sama. Sudut tepi daun pada aksesi Ban-1,
Ban-2, Ban-3, Bia, Bog-4, Jay, Med, Suk-3, Sul-2, dan Sul-3 berjumlah 5 sudut
sedangkan pada aksesi Bali, Bog-6 dan Suk-5 sudut tepi daun memiliki jumlah
sudut 7 (Tabel 2 dan 3). Jumlah sudut tepi daun jarak pagar disajikan pada
Gambar 2.

a

b

c

Gambar 2. Jumlah sudut tepi daun jarak pagar : a) jumlah sudut tepi daun
lima; b) jumlah sudut tepi daun 7; c) tepi daun bergerigi
Urat tulang daun jarak pagar pada saat pembibitan dan di lapangan hampir
sama yaitu sebagian besar aksesi memiliki urat tulang daun yang kurang jelas
sedangkan sisanya memiliki urat tulang daun yang jelas. Pada pembibitan urat

19
tulang daun tampak kurang jelas terdapat pada aksesi Bal, Ban-3, Bia, Bog-4,
Bog-6, Jay, Suk-3, dan Sul-3 sedangkan di lapangan urat tulang daun yang kurang
jelas terdapat pada aksesi Bal, Ban-3, Bia, Bog-4, Bog-6, Jay, dan Suk-3.
Warna daun muda jarak pagar terdiri atas warna hijau, hijau kecoklatan, dan
coklat (Gambar 3). Warna daun muda saat di pembibitan (0 MSP) sebagian
berwarna hijau yaitu pada aksesi Ban-1, Ban-2, Bia, Bog-6, Jay, dan Sul-2 dan
sisanya berwarna hijau kecoklatan (Ban-3, Bog-4, Suk-3, dan Sul-3) dan coklat
(Bal, Med, Suk-5). Warna daun muda pada 13 aksesi jarak pagar setelah tanaman
dipindahkan ke lapangan (2 MSP) yaitu coklat.
Warna daun tua jarak pagar terdiri atas hijau dan hijau tua. Saat di
pembibitan dan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan warna daun tua pada
sebagian besar aksesi jarak pagar yaitu hijau sedangkan sisanya berwarna hijau
tua. Pada saat pembibitan daun tua yang berwarna hijau tua terdapat pada aksesi
Ban-1, Med, dan Sul-2 sedangkan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan
warna hijau tua terdapat pada aksesi Bog-6, Suk-3, dan Sul-2 (Tabel 2 dan 3).

(a) (a)

(b)

(c)

Gambar 3. Warna daun muda jarak pagar: a) coklat; b) hijau kecoklatan;
c) hijau.
Karakter kualitatif juga diamati pada peubah warna tangkai daun. Warna
tangkai daun jarak pagar terdiri atas warna hijau dan hijau keunguan. Saat di
pembibitan (0 MSP) warna tangkai daun pada aksesi Bal, Ban-2, Ban-3, Bog-4,
Jay, Med, Suk-3, Suk-5, Sul-2 dan Sul-3 berwarna hijau keunguan sedangkan
warna tangkai daun pada aksesi Ban-1, Bia, dan Bog-6 yaitu hijau. Setelah
dipindah ke lapangan (2 MSP) tangkai daun yang berwarna hijau keunguan
terdapat pada aksesi Bal, Bog-4, Jay, Suk-3, Suk-5, Sul-2, dan Sul-3 sedangkan
tangkai daun yang berwarna hijau terdapat pada aksesi Ban-1, Ban-2, Ban-3, Bia,
Bog-6, dan Med (Tabel 2 dan 3).

20
Warna batang jarak pagar saat di pembibitan untuk aksesi Bal, Ban-1,
Ban-3, Bog-4, Bog-6, Jay, Suk-3, Suk-5, dan Sul-3 yaitu abu-abu dan sisanya
berwarna hijau. Warna batang 13 aksesi jarak pagar setelah tanaman dipindahkan
ke lapangan seluruhnya berwarna abu-abu (Tabel 2 dan 3).
Jenis bunga jarak pagar dibedakan berdasarkan bunga yang pertama mekar
dan bunga yang terbentuk dalam satu malai. Jenis bunga berdasarkan bunga yang
pertama mekar dibedakan menjadi bunga jantan, bunga betina dan bunga
hermaprodit. Jenis bunga jantan terdapat pada aksesi Bali, Ban-1, Ban-2, Bog-6,
Jay, Med, Suk-3, Sul-2, dan Sul-3. Jenis bunga betina terdapat pada aksesi Bog-4
dan Suk-5. Adapun jenis bunga hermaprodit terdapat pada aksesi Ban-3 dan Bia.
Berdasaran bunga yang terbentuk dalam satu malai, sebagian besar aksesi
jarak pagar memiliki jenis bunga jantan-betina dan sisanya memiliki jenis bunga
jantan-hermaprodit. Jenis bunga jantan-hermaprodit terdapat pada aksesi Ban-3,
Bia, dan Sul-3. Jenis bunga jarak pagar berdasarkan bunga yang mekar dalam satu
malai dapat dilihat pada Gambar 5. Ketiga belas aksesi jarak pagar memiliki petal
yang berwarna hijau kekuningan dan sepal yang berwarna hijau muda (Tabel 4).

Betina

Jantan

a

Hermaprodit

b

Gambar 4. Jenis bunga jarak pagar berdasarkan bunga yang mekar dalam
satu malai: a) bunga jantan-betina dalam satu malai; b) bunga
jantan-hermaprodit dalam satu malai.
Karakter kualitatif buah diamati pada buah muda. Bentuk bu