Respon Morfologi dan Fisiologi Aksesi Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn) dalam Kondisi Cekaman Kekeringan di Pembibitan

1

RESPON PERTUMBUHAN DAN FISIOLOGI AKSESI JARAK
PAGAR (Jatropha curcas Linn) DALAM KONDISI CEKAMAN
KEKERINGAN DI PEMBIBITAN

FAJAR UTAMI
A24080111

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

RESPON PERTUMBUHAN DAN FISIOLOGI AKSESI JARAK PAGAR (Jatropha curcas
Linn) DALAM KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN DI PEMBIBITAN
Growth and Physiology respond of Jatropha curcas Linn Accessions to the Threat of Drought in
Nursery.
Fajar Utami1, Hariyadi2
1
Mahasiswa, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

2
Staf Pengajar, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
Abstract
Jatropha (Jatropha curcas Linn) is one of the popular raw material when it comes to biodiesel fuel
producing. It is often to encounter the problem where the land that is available to plant these Jatropha is the
one that is marginal, so that it is important to see the tolerance of these Jatropha accessions to drought. The
experiment was conducted in one of the Green House in Cikabayan, Darmaga IPB while the chlorophyll test
was conducted in Molecular Marker, Spectrophotometer, and UV-Vis laboratory that is owned by Agronomy
and Horticulture Department, Faculty of Agricultural, Bogor Agricultural Institute. The Research was started in
July 2011 and ended in March 2012. The experimental design that was used in this experiment is factorial
randomized block design. The first factor that was observed is the tolerance to the drought that was done in
three degree which was 30%, 55%, and 80% of soil water content in the experimental field capacity. The second
factor that was observed were 10 Jathropa accessions which have been evaluated, they were IP-3M, Jatim 013,
Jatim 045, NTT 065,NTT 080, NTB 019, NTB 047, NTB 116, Sulawesi 72 and Sulawesi 117. Based on the a and
b chlorophyll test that have been conducted Jatim 045 accessions signify the best result of treatment (the highest
tolerance to drought). While from the scoring test the highest tolerance to drought in between 35% and 80%
soil water content is shown by the NTT 065 accessions and the highest tolerance to drought in between 55% and
80% soil water content is shown by the Jatim 045 and NTB 047 accessions. There is no interaction occurs to
both of the factors that were tested.


Keywords :Drought Condition, Jatropha curcas Linn

2

RINGKASAN

FAJAR UTAMI. Respon Morfologi dan Fisiologi Aksesi Jarak Pagar
(Jatropha Curcas Linn) dalam Kondisi Cekaman Kekeringan di Pembibitan
(Dibimbing oleh Hariyadi)
Produksi minyak jarak dinilai sangat prospektif sebagai pengganti bahan bakar
minyak (BBM). Akan tetapi, pengembangan bahan bakar alternatif berbahan baku
minyak jarak secara nasional terkendala dengan kurangnya bahan baku biji jarak. Bahan
baku biji jarak selain dibuat minyak juga bersaing untuk pembibitan. Kebutuhan bibit
tanaman jarak pagar terus meningkat, luasan penanaman jarak yang dicanangkan
pemerintah saat ini 10 juta ha tanaman jarak.
Penelitian pemilihan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) untuk
meningkatkan adaptasi terhadap kekeringan akan dilakukan pada bulan Juli 2011- Maret
2012. Kegiatan penelitian dilakukan di Rumah kaca, Cikabayan, Dramaga, IPB.
Pengujian klorofil akan dilakukan di laboratorium Molecular Marker, Spectrofotometry
dan UV-Vis, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB, Dramaga ,

Bogor, Jawa Barat. Pengamatan stomata di lakukan di laboratorium Micro Techique
Laboratory. Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam pengolahan data adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan ulangan tiga kali dengan dua faktor
yaitu aksesi dan uji cekaman. Terdapat 30 kombinasi perlakuan dengan masing-masing 3
ulangan sehingga terdapat 90 satuan percobaan. Toleransi terhadap cekaman kekeringan
dikaji berdasarkan nilai indeks sensitifitas (IS) masing - masing aksesi pada kondisi
terekam dibandingkan dengan kondisi optimal. Kondisi tercekam dalam penelitian ini
ditunjukkan oleh respon bibit pada 30% KL dan 55% KL, sedangkan kondisi optimal
bagi pertumbuhan perlakuan 80% KL.
Pengamatan dilakukan berdasarkan karakter morfologi dan agronomi yang terdiri
dari karakter kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan dilakukan pada saat penanaman di
rumah kaca. Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada saat 12
MST, 16 MST, 18 MST, 20 MST dan 22 MST. Pada 10 MST dan 14 MST varietas tidak
berpengaruh nyata. Pada perlakuan uji cekaman kekeringan pada 12 MST sampai 22
MST berpengaruh sangat nyata sedangkan pada 10 MST perlakuan uji cekaman
kekeringan berpengaruh nyata. Pada pengamatan diameter aksesi Sulawesi 117 memiliki
diameter terbesar yaitu 15.95 dan diameter terkecil pada aksesi NTB019. Pada uji aksesi
terhadap jumlah daun menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata pada saat 10

3


MST, 12 MST, 16 MST, 18 MST dan 22 MST. Pada 10 MST aksesi IP-3M dan
Sulawesi117 berbeda nyata dengan Jatim08, Jatim 045, NTT065, NTT080, NTB019,
NTB047, NTB116 dan Sulawesi 72. Akan tetapi pada 14 MST dan 20 MST
menunjukkan hasil yang berpengaruh tidak nyata.
Klorofil a dan b tertinggi terdapat pada aksesi Jatim045, sedangkan klorofil
terendah pada aksesi NTB019. Pada uji cekaman klorofil a dan b berpengaruh sangat
nyata, pada uji cekaman 30% KL berbeda nyata dengan uji cekaman 55% KL dan 80%
KL. Sedangkan untuk hasil interaksi antara aksesi dengan perlakuan cekaman
menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata.
Berdasarkan tabel skoring dengan perlakuan 30% KL dengan 55% KL , NTT065
merupakan aksesi yang toleransi terhadap kekeringan sedangkan Jatim 03 aksesi yang
peka terhadap kekeringan Hasil menunjukkan bahwa Jatim045 dan NTB047
menunjukkan hasil tolerasi yang tinggi sedangkan Sulawesi72 menunjukkan hasil
toleransi terendah berdasarkan perlakuan antara 55% KL dengan 80% KL. Karakter
toleransi kekeringan selain dipengaruhi oleh lingkungan juga dipengaruhi oleh faktor
genetik dari setiap aksesi tanaman.

i


RESPON PERTUMBUHAN DAN FISIOLOGI AKSESI JARAK
PAGAR (Jatropha curcas Linn) DALAM KONDISI CEKAMAN
KEKERINGAN DI PEMBIBITAN

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

FAJAR UTAMI
A24080111

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

ii

Judul


: RESPON PERTUMBUHAN DAN FISIOLOGI
AKSESI JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn)
DALAM KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN
DI PEMBIBITAN

Nama

: FAJAR UTAMI

NIM

: A24080111

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Hariyadi, MS
NIP. 19611008 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

iii

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 07 Mei 1990. Penulis
merupakan anak pertama dari pasangan Agus Irianto dan Een Juhaenah, dan
memiliki dua saudara, yaitu Teguh Wicaksono dan Taufik Rachman.
Penulis lulus dari TK Akbar Bogor tahun 1996 dan melanjutkan
pendidikan di SD N Kebon Pedes 1, lulus tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke
SMP N 5 Bogor dan lulus tahun 2005, dan SMA N 5 Bogor lulus pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi
kemahasiswaan. Pada tahun 2008-2009 penulis aktif di Getra Kaheman IPB, pada
tahun 2008- 2010 penulis aktif di UKM Futsal wanita IPB, serta pada tahun 2010
anggota Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) IPB. Penulis juga pernah
terlibat dalam beberapa kepanitiaan sebagai staf logistik pada acara MPD 46,
Fieldtrip Stevia, dan Festival Tanaman XXXII. Penulis juga mengikuti Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Dikti bidang kewirausahaan yang berjudul
“ROTASI Roti Talas Berisi Sayur” pada tahun 2011.

v

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut
membantu dalam pelaksanaan penelitian ini sejak mulai dilaksanakannya
penelitian hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Secara khusus penulis
menyampaikan terima kasih kepada :



Dr. Ir. Hariyadi, MS sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama pelaksanaan penelitian hingga penulisan
skripsi ini.



Dr. Herdhata Agusta sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliahan.



Dr. Ir Eko Sulistyono dan Ir. Sofyan Zaman, MP sebagai dosen penguji
pada sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran untuk
perbaikan skripsi ini.



Dosen-dosen serta seluruh staf Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB atas ilmu yang telah diberikan.




Pak Mamat KP. Cikabayan dkk yang telah membantu memfasilitasi
selama penelitian berlangsung.



Ananda Dian, Wulandari K, Indri PS, Dira Fahlevi, Sugistiawati, Arga WP,
Tiara S, Roby Saputra dan seluruh keluarga besar AGH Indigenous 45.



Teristimewa kepada kedua orang tua dan adik-adik, Ayahanda (Agus
Irianto), Ibunda (Een Juhaenah) dan adik- adik (Teguh Wicaksono dan
Taufik Rachman) atas doa, motivasi, semangat serta kasih sayang yang tak
henti-hentinya diberikan kepada penulis.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang

membutuhkan serta dapat menjadi bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.


DAFTAR ISI

vi

Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................

viii

PENDAHULUAN ..................................................................................
Latar Belakang .............................................................................
Tujuan ..........................................................................................
Hipotesis ......................................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
Botani dan Morfologi ...................................................................
Syarat Tumbuh .............................................................................
Teknik Budidaya Tanaman Jarak Pagar .......................................
Hubungan Air - Tanaman .............................................................
Respon Tanaman Terhadap Kekeringan........................................

3
3
4
5
7
8

BAHAN DAN METODE ........................................................................
Tempat dan Waktu .......................................................................
Bahan dan Alat ............................................................................
Metode Penelitian ........................................................................
Kajian Karakter Ketahanan terhadap Cekaman Kekeringan ..........
Pengamatan ..................................................................................

10
10
10
10
11
12

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
Kondisi umum..............................................................................
Tinggi Tanaman ...........................................................................
Diameter Tanaman .......................................................................
Jumlah Daun ................................................................................
Bobot Kering................................................................................
Klorofil a dan b ............................................................................
Stomata Terbuka ..........................................................................
Kajian Karakter Ketahanan terhadap Cekaman Kekeringan ..........

14
14
15
17
18
20
22
23
25

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
Kesimpulan ..................................................................................
Saran ............................................................................................

29
29
29

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

30

LAMPIRAN ............................................................................................

33

vi

DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Data iklim lokasi greenhouse Cikabayan IPB Bogor .......................
14
2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh cekaman kekeringan terhadap
tanaman jarak pagar .......................................................................

15

3. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap tinggi (cm) tanaman jarak
pagar (Jatropha curcas Linn.)........................................................

16

4. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap diameter (mm) tanaman jarak
pagar (Jatropha curcas Linn.)........................................................

18

5. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap jumlah daun (helai) tanaman
jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) .....................................................

19

6. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap bobot kering daun batang
dan akar (g) tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn.)...............

21

7. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap klorofil a dan b tanaman
jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) ...............................................

22

8. Jumlah luas stomata yang terbuka pada sepuluh aksesi jarak pagar
(Jatropha curcas Linn) .................................................................

24

9. Rekapitulasi jumlah tingkat sensitivitas sepuluh aksesi jarak pagar
berdasarkan skoring perlakuan 30% KL dengan 80% KL................

27

10. Rekapitulasi jumlah tingkat sensitivitas sepuluh aksesi jarak pagar
berdasarkan skoring perlakuan 55% KL dengan 80% KL................

27

11. Matrik toleransi sepuluh aksesi jarak pagar pada pada perlakuan 30%
KL dengan 80% KL........................................................................

28

12. Matrik toleransi sepuluh aksesi jarak pagar pada pada perlakuan 55%
KL dengan 80% KL........................................................................

28

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Keadaan greenhouse Cikabayan.....................................................................

14

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Rekapitulasi sidik ragam tanaman jarak pagar (Jatropha curcas
Linn) terhadap cekaman kekeringan...............................................

34

2. Nilai IS berdasarkan tinggi tanaman jarak pagar (Jatropha curcas
Linn) pada perlakuan 30% KL dengan 80% KL ..............................

35

3. Nilai IS berdasarkan tinggi tanaman jarak pagar (Jatropha curcas
Linn) pada perlakuan 55% KL dengan 80% KL .............................

35

4. Nilai IS berdasarkan jumlah daun tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas Linn) pada perlakuan 30%KL dengan 80%KL.....................

35

5. Nilai IS berdasarkan jumlah daun tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas Linn) pada perlakuan 55%KL dengan 80%KL.....................

36

6. Nilai IS berdasarkan jumlah daun tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas Linn) pada perlakuan 55%KL dengan 80%KL.....................

36

7. Nilai IS berdasarkan diameter tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas Linn) pada perlakuan 55%KL dengan 80%KL.....................

36

8. Nilai IS berdasarkan klorofil a tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas Linn) pada perlakuan 30% KL dengan 80% KL...................

37

9. Nilai IS berdasarkan klorofil a tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas Linn) pada perlakuan 55% KL dengan 80% KL...................

37

10. Nilai IS berdasarkan klorofil b tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas Linn) pada perlakuan 30% KL dengan 80% KL..................

37

11. Nilai IS berdasarkan klorofil b tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas Linn) pada perlakuan 55% KL dengan 80% KL...................

38

12. Nilai IS berdasarkan bobot kering daun tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas Linn) pada perlakuan 30% KL dengan
80% KL ..........................................................................................

38

13. Nilai IS berdasarkan bobot kering daun tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas Linn) pada perlakuan 55% KL dengan
80% KL ..........................................................................................

38

14. Nilai IS berdasarkan bobot kering akar tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas Linn) pada perlakuan 30% KL dengan
80% KL ..........................................................................................

39

15. Nilai IS berdasarkan bobot kering akar tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas Linn) pada perlakuan 55 % KL dengan
80% KL ..........................................................................................

39

16. Nilai IS berdasarkan bobot kering batang tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas Linn) pada perlakuan 30%KL dengan 80%KL.....

39

17. Nilai IS berdasarkan bobot kering batang tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas Linn) pada perlakuan 30%KL dengan 80%KL.....

40

18. Data analisis klorofil a dan b untuk ulangan I..................................

41

19. Data analisis klorofil a dan b untuk ulangan II ................................

42

20. Data analisis klorofil a dan b untuk ulangan III ...............................

43

21. Gambar aksesi IP-3M terhadap cekaman kekeringan......................

44

22. Gambar aksesi Jatim08 terhadap cekaman kekeringan. ..................

44

23. Gambar aksesi Jatim045 terhadap cekaman kekeringan .................

44

24. Gambar aksesi NTT065 terhadap cekaman kekeringan ..................

44

25. Gambar aksesi NTT080 terhadap cekaman kekeringan ..................

44

26. Gambar aksesi NTB019 terhadap cekaman kekeringan .................

44

27. Gambar aksesi NTB047 terhadap cekaman kekeringan ..................

45

28. Gambar aksesi NTB116 terhadap cekaman kekeringan .................

45

29. Gambar aksesi Sulawesi 72 terhadap cekaman kekeringan .............

45

30. Gambar aksesi Sulawesi 117 terhadap cekaman kekeringan ...........

45

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ketika bahan bakar minyak (BBM) sebagai energi yang tidak dapat didaur
ulang (non renewable energy) lama kelamaan persediaan bahan bakar minyak
mulai menipis dan mahal. Maka banyak negara berusaha keras mencari sumber
energi alternatif. Negara - negara tersebut tidak mau terus-menerus bergantung
pada BBM yang mahal dan menguras devisa. Tanaman tebu dan tanaman lain
yang bisa diproses menjadi etanol sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak Bumi
(BBM) dan atau pengganti energi fosil (solar minyak tanah dan minyak bakar),
ada pula jarak pagar (Jatropha curcas Linn) yang bisa menjadi sumber energi
alternatif dan menjadi bahan bakar hayati dengan sumber energy terbarukan
(renewable energy) atau energi hijau yang terbarukan (Yuni, 2008).
Penggunaan biodiesel sebagai sumber energi alternatif terbarukan
memiliki banyak kelebihan antara lain : emisi tereduksi, kemudahan terurai secara
biologi dan lebih ramah lingkungan. Semua keunggulan tersebut menjadikan
biodiesel memiliki keunggulan kompetitif di pasaran terutama pada saat BBM
tinngi. Indonesia memiliki banyak spesies tanaman yang dapat digunakan sebagai
bahan baku biodiesel, salah satunya tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn).
Produksi minyak jarak dinilai sangat prospektif sebagai pengganti bahan
bakar minyak (BBM). Akan tetapi, pengembangan bahan bakar alternatif
berbahan baku minyak jarak secara nasional terkendala dengan kurangnya bahan
baku biji jarak. Biji jarak selain sebagai bahan baku minyak juga bersaing untuk
pembibitan. Kebutuhan bibit tanaman jarak pagar terus meningkat luasan
penanaman jarak yang dicanangkan pemerintah saat ini 10 juta ha tanaman jarak
(Wiguna, 2006).
Penyediaan bibit yang bekualitas baik merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan dalam pengembangan pertanian. Tersediannya bibit
bermutu dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat diharapkan
dapat menunjang keberhasilan pengembangan budidaya dan perbaikan kualitas
produksi tanaman jarak pagar (Lizawati, 2009).

2

Perbanyakan

tanaman

secara

konvensional

masih

dibatasi

oleh

kemampuan tanaman untuk menghasilkan bibit baru dalam jumlah banyak,
seragam, dan dalam waktu singkat. Sampai saat ini bibit jarak pagar diproduksi
dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan biji dan stek. Penggunaan biji untuk
perbanyakan tanaman dalam jumlah banyak akan mengurangi jumlah biji yang
dapat diolah menjadi minyak. Teknik perbanyakan melalui stek menghasilkan
tanaman dalam jumlah terbatas membutuhkan pohon induk yang cukup banyak
sementara pohon induk yang tersedia sangat terbatas, selain itu dikhawatirkan
akan merusak tanaman induk (Lizawati,2009).
Lahan yang tersedia untuk pengembangan jarak pagar (Jatropha curcas
Linn.) umumnya berupa lahan marginal dengan kelas kesesuaian lahan kurang
sesuai karena keterbatasan ketersediaan air, serta sifat fisik dan kimia tanah yang
tidak optimal. Pengembangan jarak pagar pada skala yang luas memerlukan bahan
tanaman berproduktivitas tinggi dan mampu beradaptasi pada kondisi lahan
marginal dengan ketersediaan air tebatas (Wijana, 2001). Cekaman kekeringan
bagi tanaman merupakan permaslahan yang dihadapi dalam upaya budidaya
tanaman jarak pagar dilahan kering dan marjinal. Oleh karena itu, diperlukan
usaha untuk mencari jenis tanaman jarak yang toleran dan cocok dibudidayakan
dilahan kering.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari respon pertumbuhan dan
fisiologi tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) terhadap cekaman
kekeringan di rumah kaca.

Hipotesis
1. Terdapat aksesi tanaman jarak pagar yang toleran terhadap cekaman
kekeringan.
2. Terdapat suatu kombinasi antara aksesi jarak pagar dan kadar air media
yang baik untuk pembibitan jarak pagar pada cekaman kekeringan.
3. Terjadi respon pertumbuhan dan fisiologi terhadap cekaman kekeringan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi
Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman jarak antara lain jarak kepyar
(Ricinus communis), jarak bali (Jatropha podagrica), jarak ulung (Jatropha
gossypifolia L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas). Beberapa jenis tanaman
tersebut memiliki potensi sebagai penghasil minyak bakar (biofuel) adalah jarak
pagar (Jatropha curcas). Jarak pagar telah lama dikenal masyarakat di berbagai
daerah Indonesia yaitu sejak diperkenalkan Jepang pada tahun 1942-an yang mana
masyarakat diperintahkan melakukan penanaman jarak sebagai jarak perkarangan.
Beberapa nama daerah (nama lokal) yang diberikan kepada tanaman jarak pagar
ini antara lain Sunda (jarak kosta, jarak budeg), Jawa (jarak gundul, jarak pager),
Madura (kalekhe paghar), Bali (jarak pager), Nusatenggara (lulu mau, paku kase,
jarak pageh), Alor (kuman nema), Sulawesi (jarak kosta, jarak wolanda,bindalo,
bintalo, tondo utomene), Maluku (ai huwa kamala, balacai, kadoto) (Tim Jarak
Pagar, 2006)
Jarak pagar mempunyai sosok yang kekar, batang berkayu bulat dan
mengandung banyak getah. Tinggi mencapai 5 meter dan mampu hidup sampai 50
tahun. Daun tunggal, lebar, menjari dengan sisi berlekuk-lekuk sebanyak 3 – 5
buah, bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai,
berumah satu dan uniseksual, kadang-kadang ditemukan bunga hermaprodit.
Jumlah bunga betina 4 – 5 kali lebih banyak daripada bunga jantan. Buah
berbentuk buah kendaga, oval atau bulat telur, berupa buah kotak berdiameter 2 –
4 cm dengan permukaan tidak berbulu (gundul) dan berwarna hijau ketika masih
muda dan setelah tua kuning kecoklatan. Buah jarak tidak masak serentak buah
jarak pagar terbagi menjadi 3 ruangan, masing-masing ruangan 1 biji. Biji
berbentuk bulat lonjong berwarna cokelat kehitaman dengan ukuran panjang 2
cm , tebal 1 cm dan berat 0.4 – 0.6 gram/biji. Jarak pagar termasuk dalam familia
Euphorbiaceae satu famili dengan tanaman karet dan ubikayu (Yuni, 2008).
Adapun klssifikasi Jarak pagar sebagai berikut :
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

4

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Euphorbiales

Famili

: Euphorbiaceae

Genus

: Jatropha

Spesies

: Jatropha curcas L.

Syarat Tumbuh
Untuk mendapatkan produktivitas yang optimal dalam budidaya tanaman
diperlukan pemilihan lokasi yang tepat. Meskipun jarak pagar merupakan
tanaman yang memiliki daya adaptasi luas yang dapat tumbuh mulai dari daerah
beriklim ekstrim kering hingga ekstrim basah (marginal land). Pemilihan lokasi
adalah suatu tahapan penting dalam proses produksi. Tujuannya adalah
menetapkan lokasi usaha tani atau agribisnis yang sesuai dengan karakteristik
komoditi tanaman jarak pagar sehingga diperoleh produktivitas yang optimal
secara berkelanjutan dengan memperhatikan aspek syarat lokasi atau lahan dan
syarat tumbuh atau kesesuaian lahan dari tanaman jarak pagar. Aspek lokasi atau
lahan terkait dengan sumber air, ketersediaan bahan baku, akses sarana, dan
prasarana. Aspek syarat tumbuh terdiri atas kondisi tanah (media tumbuh), derajat
keasaman (pH), curah hujan (CH), suhu, kelembaban udara (RH), ketinggian
lahan, kemiringan lahan, kedalaman tanah dan intensitas cahaya (Misnen, 2010).
Jarak pagar dapat tumbuh pada lahan-lahan marjinal yang umumnya sulit untuk
ditumbuhin tanaman lain. Namun demikian, tanaman jarak pagar juga memiliki
lingkungan yang ideal yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangannya
maka tanaman jarak pagar akan menghasilkan produktifitas yang tinggi.
Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada lahan-lahan marginal yang miskin
hara dengan drainase dan aerasi yang baik. Pertumbuhannya cukup baik pada
tanah-tanah ringan (terbaik mengandung pasir 60% - 90%), berbatu, berlereng
pada perbukitan atau sepanjang saluran air dan batas-batas kebun. Lahan-lahan
yang subur, dimana air tidak tergenang juga dapat digunakan bagi pertanaman
jarak pagar. Bila perakarannya sudah cukup berkembang jarak pagar dapat toleran
terhadap kondisi tanah-tanah maam atau alkalin (Mahmud, 2008). Tanah yang
ideal untuk penanaman jarak pagar adalah yang mengandung bahan organik,

5

gembur, tidak terlalu liat dan mudah diolah dengan drainase dan aerasi yang baik.
Tanah yang terlalu liat atau kurang subur perlu ditambah dengan bahan organik
seperti pupuk kandang, kompos atau dengan memasukkan cendawan protagonis
seperti mikoriza.
Keasaman tanah (pH) untuk jarak pagar berkisar 5.5 - 6.5, apabila pH tanah
terlalu rendah dapat ditingkatkan dengan pengapuran. Jenis kapur yang dipakai
diantaranya kalsit (CaC03) dan dolomit (CaMg(CO3)2). Kebutuhan kapur untuk
menaikkan pH tanah tergantung dari pH tanah awal, berapa besar pH yang akan
ditingkatkan dan tekstur tanah. Kebutuhan kapur untuk pH 4.5 ke 5.5 pada tekstur
tanah pasir sebesar 0.6 ton/ha (Kuswandi, 2005).
Tanaman jarak pagar dikatakan termasuk tanaman cosmopolitan artinya
tanaman yang dapat ditumbuh diberbagai ekosistem mulai dari daerah yang
sangat kering temperate dengan curah hujan hanya sekitar 300 - 500 mm/tahun
sampai daerah yang sangat basah dengan curah hujan 4,000 – 6,000 mm/tahun.
Tanaman jarak pagar dapat tumbuh di daerah dataran rendah bahkan pinggir
pantai sampai ketinggian di atas 1,000 m dpl (Wahid, 2006).
Tanaman jarak sebagai tanaman yang tahan terhadap kondisi lingkungan
yang sangat kritis dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Agar
pertumbuhannya optimal maka diperlukan 50º LU – 40º LS, 0 – 2,000 m dpl,
suhu berkisar antara 18º - 30oC. Pada daerah dengan suhu rendah (35oC) menyebabkan
gugur daun dan bunga, buah kering sehingga produksi menurun. Curah hujan
antara 300 mm – 1,200 mm per tahun (Prihandana dan Hendroko, 2006).
Teknis Budidaya Tanaman Jarak Pagar
Kegiatan persiapan lahan meliputi pembukaan lahan (land clearing).
pengajiran dan pembuatan lubang tanam. Lahan yang akan ditanami dibersihkan
dari semak belukar terutama disekitar calon tempat tanam. Pengajiran dilakukan
dengan menancapkan ajir (bisa dari bambu atau batang kayu) dengan jarak tanam
disesuaikan dengan rencana populasi tanaman yang dikehendaki. Penanaman
dengan jarak tanam 2.0 m x 3.0 m didapatkan populasi sebanyak 1,600 pohon/ha),
jarak tanam 2.0 m x 2.0 m didapatkan populasi sebanyak 2,500 pohon/ha) atau

6

jarak tanam 1.5 m x 2.0 m didapatkan populasi sebanyak 3,300 pohon/ha)
(Hariyadi, 2005).
Bahan tanam dapat berasal dari stek cabang atau batang maupun benih.
Bahkan penyediaan bibit dengan tekhnik kultur jaringan dimungkinkan. Jika
menggunakan stek dipilih cabang atau batang yang telah cukup berkayu.
Sedangkan untuk benih dipilih dari biji yang telah cukup tua yaitu diambil dari
buah yang telah masak biasanya berwarna hitam. Pada saat ini di Indonesia belum
ada varietas maupun klon unggul jarak pagar, sehingga sumber benih masih
mengandalkan pengumpulan petani (Alamsyah, 2006)
Pembibitan dapat dilakukan di polibag atau di bedengan. Setiap polibag
diisi media tanam berupa tanah lapisan atas (top soil) dan dicampur pupuk
kandang. Setiap polibag ditanami 1 (satu) benih. Tempat pembibitan diberi
naungan / atap dengan bahan dapat berupa daun kelapa. jerami atau paranet. Lama
di pembibitan 2 - 3 bulan. Kegiatan yang dilakukan selama pembibitan antara lain
penyiraman (setiap hari 2 kali pagi dan sore). penyiangan dengan melakukan
pembersihan gulma sekitar tanaman dan seleksi dengan memilih bibit yang
pertumbuhannya baik (Anonim, 2006).
Penanaman dilakukan pada awal atau selama musin penghujan sehingga
kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia. Bibit yang ditanam dipilih yang sehat
dan cukup kuat serta tinggi bibit sekitar 50 cm atau lebih. Saat penanaman tanah
disekitar batang tanaman dipadatkan dan permukaannya dibuat agak cembung.
Penanaman dapat juga dilakukan secara langsung di lapangan (tanpa pembibitan)
dengan menggunakan stek cabang atau batang (Anonim, 2007).
Teknik penyambungan tanaman jarak pagar lokal dengan batang atas dari
tanaman unggul. Tanaman batang bawah yang telah berusia >1 tahun dipangkas
setinggi 50 cm. Setelah tunas tumbuh (1 bulan) dilakukan penyambungan pucuk
dengan batang atas. Sambung samping dilakukan dengan menyayat batang
tanaman setinggi 30 cm, kemudian batang atas di sisipkan dan diikat. Setelah
penyambungan berhasil, tunas-tunas lainnya yang muncul dari tanaman (batang)
bawah dipangkas, sehingga yang dibiarkan tumbuh hanya tanaman hasil
penyambungan. Tanaman jarak pagar dapat dilakukan penyambungan baik
dengan sambung atas (pucuk) maupun sambung samping, dengan keberhasilan ≥

7

82 % dengan semua sumber entres. Pertumbuhan dan produktivitas akan sesuai
dengan potensi dari masing-masing sumber entres (batang atas). Dengan demikian
untuk

perbaikan

produktivitas

tanaman

jarak

pagar

dapat

dilakukan

penyambungan dengan entres dari bahan tanaman unggul dalam sehari (pagi-sore)
1 orang dapat melakukan penyambungan sebanyak 60 tanaman (2 sambungan/
tanaman) (Lestari et.al, 2005).
Hubungan Air – Tanaman
Air merupakan unsur penting bagi tanaman dan merupakan senyawa yang
menyusun sebagian besar tubuh tanaman. Antara 70 - 90% dari tubuh tanaman
yang sedang aktif tumbuh terdiri dari air yang tidak tergantikan untuk
menyelenggarakan sebagian besar fungsi tanaman. Peranan air bagi tumbuhan
sangat penting karena lebih dari 80% berat basah jaringan tumbuhan terdiri dari
air. Ketersediaan air tanah bagi tumbuhan dan daya evaporasi udara merupakn
faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran tumbuhan di alam. Air merupakan
faktor yang paling berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman bila
dibandingkan dengan faktor lingkungan lainnya (Tjondronegoro et al., 1997)
Salah satu unsur yang dibutuhkan oleh tanaman adalah air. Air dibutuhkan
untuk bermacam – macam fungsi tanaman, yaitu : (1) pelarut dan medium untuk
reaksi kimia, (2) medium untuk transpor zat terlarut organik dan anorganik, (3)
medium yang memberikan turgor pada sel tanaman, (4) hidrasi dan netralisasi
muatan pada molekul – molekul koloid, (5) bahan baku untuk fotosintesis, proses
hidrolisis dan reaksi – reaksi kimia lainnya dalam tumbuhan, (6) transpirasi untuk
mendinginkan tanaman (Gardner et al. 1991).
Konsumsi air bagi tanaman terjadi karena adanya evapotranpirasi.
Evaporasi merupakan bentuk kehilangan air tanah, sedangkan transpirasi adalah
bentuk kehilangan air dari tanaman, keduanya hilang melalui penguapan ke
atmosfer. Transpirasi terjadi lebih banyak pada siang hari jika dibandingkan pada
malam hari, karena pada siang hari stomata dalam keadaan terbuka dan ada radiasi
matahari serta suhu udara tinggi. Menurut Dwijoseputro (1980) kenaikan suhu
lingkungan akan menambah tekanan uap didalam daun sehingga meningkatkan
laju transpirasi.

8

Air yang digunakan oleh tanaman adalah air yang tersedia, yaitu
kandungan air yang dapat diambil tanaman dari tanah atau selisih antara kadar air
pada kapasitas lapang dengan kadar air pada saat titik layu permanen. Kapasitas
lapang merupakan jumlah air yang ditahan oleh tanah setelah kelebihan air
gravitasi meresap ke bawah, sedangkan titik layu permanen merupakan
kandungan air tanah pada saat tanaman diatasnya mengalami layu permanen, yang
artinya tidak dapat dipulihkan kembali meskipun telah di berikan air cukup
(Soepardi, 1983).
Respon Tanaman Terhadap Kekeringan
Cekaman kekeringan yaitu kondisi suatu tanaman atau tumbuhan
kekurangan air untuk pertumbuhan dan perkembangannya karena ketersediaan air
pada media terbatas. Keterbatasan air dapat disebabkan oleh kondisi iklim kering
dalam periode tertentu sehingga air tidak tersedia bagi tanaman seperti daerah
gurun pasir atau daerah kering lainnya. Selanjutnya air tersedia tetapi media yang
terkandung tidak mampu menyimpan air tersebut, contohnya pada media pasir.
Kramer (1963) menyatakan cekaman kekeringan pada tanaman disebabkan
karena ketersediaan air dalam media yang tidak mencukupi dan transpirasi yang
berlebihan atau kombinasi dari kedua faktor tersebut. Mekanisme tolerasi tanaman
terhadap kekeringan pada saat mengalami stress kekeringan dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu (1) escape yaitu tanaman menyelesaikan siklus hidupnya
sebelum mengalami stress berat, dengan berbunga lebih awal atau daun
menggulung, (2) toleran yaitu tanaman tetap tumbuh dalam kondisi cekaman
kekeringan dan potensial air rendah dengan osmotic adjusment , (3) avoiidance
yaitu menghindar dari cekaman kekeringan dengan mengembangkan sistem
perakaran dan efisiensi membuka dan menutupnya stomata (Lestari et al.. 2005).
Menurut Lestari et al. (2005) tanaman yang mengalami cekaman
kekeringan akan menggunakan lebih dari satu mekanisme tersebut untuk
mempertahankan diri, dimana toleransi yang dimiliki akan sangat berpengaruh
pada produksi. Mekanisme toleransi kekeringan ini dapat dilihat pada semua fase
pertumbuhan yaitu pada fase perkecambahan vegetatif maupun generatif. Salah

9

satu ciri varietas toleran kekeringan adalah perakaran yang mampu menyerap air
tanah dalam kondisi cekaman kekeringan.
Levit (1980), menyatakan bahwa cekaman kekeringan juga akan
menyebabkan terjadinya penurunan laju fotosintesi, hal ini merupakan kombinasi
dari beberapa proses, yaitu : (1) penutupan stomata secara hidroaktif mengurangi
suplai CO2 kedalam daun, (2) dehidrasi kutikula, dinding epidermis, dan membran
sel mengurangi permeabilitas terhadap CO2, (3) bertambahnya tahanan sel
mesofil terhadap pertukaran gas, dan (4) menurunnya efisiensi sistem fotosintesis
berkaitan dengan proses biokimia dan aktifitas enzim dalam sitoplasma , dimana
dalam proses fotosintesis terdapat proses hidrolisis yang memerlukan air.
Salah satu yang menentukan tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik adalah besarnya potensial air yang diserapnya. Potensial air (ψ w)
merupakan sistem yang menggambarkan tingkah laku air dan pergerakan air
dalam tanah dan tubuh tumbuhan yang didasarkan atas suatu hubungan energi
potensial dengan satuan ukur bar atau pascal/pa. Oleh karena itu, pada potensial
air yang lebih negatif atau kekuirangan air akan mengganggu aktivitas fisiologis
dan morfologis sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan (Haryati, 2003)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian pemilihan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) untuk
meningkatkan adaptasi terhadap kekeringan dilakukan pada bulan Juli 2011 Maret 2012. Kegiatan penelitian dilakukan di rumah kaca, Cikabayan, Dramaga,
IPB.

Pengujian

klorofil dilakukan di laboratorium

Molecular Marker,

Spectrofotometry dan UV-Vis, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, IPB, Dramaga , Bogor, Jawa Barat. Pengamatan stomata di lakukan di
laboratorium Micro Techique Laboratory.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakn untuk penelitian ini adalah : sepuluh biji aksesi jarak
pagar hasil evaluasi, polibag ukuran 40 cm x 50 cm, pupuk kandang dan tanah
sebagai media tumbuk serta pupuk Urea, SP-36 dan KCL serta bahan analisis
kimia. Alat yang digunakan untuk pengamatan di rumah kaca adalah penggaris,
timbangan, jangka sorong, termometer dan ember. Sedangkan alat yang
digunakan di laboratorium mortan porselen, micro tube, tabung reaksi, pipet,
centrifuge, spektrofotometer uv/vis, cuvet, kelereng, oven, mikroskop, kamera,
dan alat - alat laboratorium lainnya.
Metode Penelitian
Pada kegiatan uji adaptasi aksesi calon batang bawah terhadap kekeringan
dalam pot. Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam pengolahan data
adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan ulangan
tiga kali dengan model sebagai berikut :
Yijk = μ + αi+ βj + ρk + ( αβ) ij + εijk
Keterangan
Yijk

:

= Nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan
kelompok ke-k

µ

= Nilai tengah umum

11

αi

= Pengaruh perlakuan α ke-i

βj

= Pengaruh perlakuan β ke-j

ρk

= Pengaruh kelompok ρ ke-k

(αβ)ij = Pengaruh interaksi αi dan βj
εijk

= Galat percobaan kadar air ke-i, aksesi tanaman ke-j, dan kelompok ke-k
Faktor pertama adalah perlakuan cekaman terhadap kekeringan terdiri dari

3 taraf yaitu : kadar air tanah 80% (kontrol), 55% dan 30% kapasitas lapang.
Faktor kedua adalah bahan tanaman yang terdiri dari 10 aksesi jarak pagar hasil
evaluasi yaitu : IP-3M, Jatim013, Jatim045, NTT065, NTT 080, NTB 019, NTB
047, NTB 116, Sulawesi72 dan Sulawesi117. Terdapat 30 kombinasi perlakuan
dengan masing-masing 3 ulangan sehingga terdapat 90 satuan percobaan.
Kajian Karakter Ketahanan terhadap Cekaman Kekeringan
Metode ini bertujuan untuk mengelompokkan sepuluh aksesi kedalam
kelas toleransi terhadap cekaman kekeringan. Toleransi terhadap cekaman
kekeringan dikaji berdasarkan nilai indeks sensitifitas (IS) masing - masing aksesi
pada kondisi tercekam dibandingkan dengan kondisi optimal. Kondisi tercekam
dalam penelitian ini ditunjukkan oleh respon bibit pada 30 % KL dan 55 % KL,
sedangkan kondisi optimal bagi pertumbuhan perlakuan 80 % KL. Penentuan
tingkat toleransi suatu tanaman terhadap cekaman kekeringan digunakan rumus
indeks sensitiftas (Fisher dan Maurer, 1978) yaitu:
S = (1 – Y / Yp) / (1 – X/ Xp)
Keterangan

:

Y = nilai rataan peubah tertentu (misal jumlah cabang, tinggi tanaman, bobot
akar) pada tanaman atau varietas tanaman yang mengalami cekaman kekeringan.
Yp = nilai rataan peubah tersebut pada tanaman atau varietas tanaman yang
optimum.
X

= nilai rataan peubah tersebut pada semua tanaman atau varietas yang

mengalami cekaman kekeringan
Xp = nilai rataan peubah tersebut pada semua tanaman atau varietas yang normal/
optimum.

12

Dengan klasifikasi nilai sensitivitasnya sebagai berikut

:

Tanaman toleran = bila nila S < 0.5
Tanaman yang agak toleran = bila nilai 0.5 ≤ S ≤ 1
Tanaman yang peka = bila S > 1.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan berdasarkan karakter morfologi dan agrononi yang
terdiri dari karakter kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan dilakukan pada saat
penanaman di rumah kaca. Pengamatan yang dilakukan berdasarkan karakter
morfologi setiap 2 minggu selama 4 bulan. pengamatan yang dilakukan adalah :
1. Tingi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ujung tunas batang
utama. dimulai pada saat 10 sampai 22 MST.
2. Diameter batang diukur pada pangkal batang 5 cm di atas permukaan
tanah dengan menggunakan jangka sorong dimulai pada 10 sampai 22
MST.
3. Jumlah daun yang dihitung adalah semua daun yang telah membuka
sempurna pada saat 10nsampai 22 MST.
Pada saat tanaman berumur 4 bulan dilakukan pengukuran kandungan
klorofil laboratorium Molecular Marker,

Spectrofotometry

dan UV-Vis.

Pengamatan stomata dilakukan pada saat tanaman berumur 6 MST di
laboratorium Micro Techique Laboratory. Pada akhir percobaan, dilakukan
pengamatan destruktif meliputi : bobot kering akar, bobot kering daun dan bobot
kering batang. Bobot kering akar, tajuk dan batang diukur setelah dioven pada
suhu 740 - 800C dengan waktu 2x 24 jam. Pelaksanaan analisis klorofil diawali
dengan pengambilan sampel daun yang digunakan adalah daun yang telah
membuka sempurna. Selanjutnya dimasukkan kedalam mortar porselen, digerus
sampai halus kemudian tambahkan 2 ml acetris; dan dimasukkan ke dalam micro
tube 2 ml.
Pengamatan jumlah stomata dilihat pada saat tanaman berumur 6 bulan
setelah tanaman. Pengamatan jumlah stomata dilakukan di laboratorium Micro
Techique Laboratory. Data dianalisis dengan menggunakan analisi ragam (Uji F)
pada taraf

5%. Uji lanjut dilakukan jika hasil analisis ragam, menunjukkan

13

adanya pengaruh yang nyata dengan uji DMRT untuk melihat perbandingan nilai
tengah peubah (Gomez dan Gomez, 1995).

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2011 sampai Maret 2012 yang
merupakan musim hujan dan musim kemarau. Suhu rumah kaca diperoleh dari
pengukuran dengan menggunakan termometer. Pengukuran suhu Greenhouse
dimulai pada bulan Juli 2011 sampai Februari 2012. Selama penelitian suhu tiap
bulan memiliki rata - rata yang berbeda. Hal ini disebabkan dengan kondisi di
lingkungan luar rumah kaca yang mengalami musim penghujan dan musim
kemarau.
Tabel 1. Data iklim lokasi greenhouse Cikabayan IPBBogor.
Bulan
Juli 2011
Agustus 2011
September 2011
Oktober 2011
November 2011
Desember 2011
Januari 2012
Februari 2012

Suhu (°C)
31.02°C
32.45°C
30.36°C
35.49°C
31.18°C
34.51°C
33.58°C
32.45°C

Gambar 1. Keadaan greenhouse Cikabayan
Secara umum, kondisi per tanaman di Greenhouse cukup baik. Selama
penelitian tidak ada tanaman yang mati pada saat diberi perlakuan. Rekapitulasi

15

sidik ragam untuk karakter pertumbuhan dan analisis klorofil ditunjukkan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh cekaman kekeringan terhadap
tanaman jarak pagar.
Peubah
Respon Pertumbuhan
Tinggi

Diameter

Jumlah Daun

Bobot kering
Daun
Batang
Akar
Klorofil a
Klorofil b

Umur Tanaman Varietas Uji Cekaman V x P
(MST)
(V)
(P)
10 MST
12 MST
14 MST
16 MST
18 MST
20 MST
22 MST
10 MST
12 MST
14 MST
16 MST
18 MST
20 MST
22 MST
10 MST
12 MST
14 MST
16 MST
18 MST
20 MST
22 MST

tn
**
tn
**
**
**
**
tna)
tn
tna)
tn
tn
tn
tn
**
**a)
tna)
**a)
**a)
tna)
**a)

**
**
**
**
**
**
**
*a)
**
**a)
**
**
**
**
**
tna)
tna)
**a)
**a)
**a)
*a)

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tna)
tn
tna)
tn
tn
tn
tn
tn
tna)
tna)
tna)
tna)
tna)
tna)

tna)
tna)
tna)
tn
tn

**a)
**a)
**a)
**
**

tna)
tna)
tna)
tn
tn

Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam, ** berpengaruh sangat nyata pada α = 1%,
* berpengaruh nyata pada α = 5%, tn tidak berpengaruh nyata, a) hasil
transformasi (x+0.5)1/2

Respon Pertumbuhan
Tinggi tanaman
Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 3 bahwa pada uji aksesi 10 MST dan
14 MST menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata, sedangkan untuk 12 MST,
16 MST sampai 22 MST menunjukkan hasil berpengaruh sangat nyata.

16

Berdasarkan data yang di dapatkan bahwa aksesi NTB047 memiliki peningkatan
rataan tinggi dari mulai 12 sampai 22 MST dan pada 12 sampai 22 MST
menunjukkan hasil bahwa NTB047 berbeda nyata dengan sembilan aksesi lainnya.
Rataan terendah terdapat pada NTT065 pada 10 dan 12 MST. Pada 14 MST
Jatim045 menunjukkan rataan terendah sedangkan pada 16 sampai dengan 22
MST IP-3M menunjukkan hasil yang terendah.
Berdasarkan hasil uji cekaman,data menunjukkan bahwa perlakuan 80%
KL memiliki rataan pertumbuhan tertinggi, sedangkan 30% KL menunjukkan
hasil rataan tinggi terendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Lapanjang (2008),
hasil dari penelitian tersebut menunjukkan hasil jika semakin kecil KL yang
diberikan maka pertumbuhan tanaman makin terhambat.
Tabel 3. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap tinggi (cm) tanaman jarak
pagar (Jatropha curcas L.)
Perlakuan

Aksesi
IP-3M
Jatim08
Jatim045
NTT065
NTT080
NTB019
NTB047
NTB116
Sulawesi72
Sulawesi117
Uji F
Cekaman
80% KL
55% KL
30% KL
Uji F
Interaksi

UMUR
10
12
14
16
18 MST
20
22 MST
MST
MST
MST
MST
MST
...........................................cm..............................................................
39.21
41.20
39.97
34.37
41.64
38.18
38.93
41.63
37.37
43.07
tn

47.75bc
51.04b
51.10b
43.90c
52.07b
49.21bc
58.37a
50.90b
47.04bc
52.95b
**

49.46
54.63
48.37
49.44
56.80
52.25
59.48
54.70
53.72
52.75
tn

51.42c
56.70bc
58.12bc
51.46c
60.16b
55.95bc
66.76a
57.71bc
54.76 bc
56.13bc
**

42.37a
38.30b
38.00b
*
tn

55.83a
50.73b
44.74c
**
tn

59.54
53.53
46.41
**
tn

63.71a
57.07b
49.98c
**
tn

52.26d
53.27d
55.72d
cd
cd
53.10
59.33b
65.90b
59.04bcd 63.52b
65.80b
cd
cd
53.50
55.96
58.21cd
b
b
61.20
63.40
65.38bc
bc
bc
59.58
62.42
66.54ab
68.22a
71.22a
73.14a
bcd
bc
58.74
60.50
62.30bcd
bcd
bcd
55.86
58.34
60.07bcd
bcd
bcd
58.07
58.72
60.03bcd
**
**
**
65.00a
57.78b
51.10c
**
tn

68.07a
60.89b
53.06c
**
tn

70.89a
63.17b
55.86c
**
tn

Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam, ** berpengaruh sangat nyata pada α = 1%,
* berpengaruh nyata pada α = 5%, tn tidak berpengaruh nyata

Air tersedia dapat diserap akar dan masuk kedalam tanah bila potensial air
dalam sel lebih rendah dibandingkan potensial air tanah. Tanah yang mengandung

17

air tersedia banyak mempunyai potensial air lebih tinggi dibandingkan potensial
air sel tanaman. Oleh karena itu, tingkat ketersediaan air akan berpengaruh
terhadap proses perkembangan sel tanaman dan kelangsungan metabolisme yang
normal. Menurut Harijadi dan Yahya (1988) potensial air sel tanaman bernilai
negatif selama masa hidup tanaman dan tanaman mengalami cekaman air jika
potensial sel turun mencapai sama atau lebih besar dari potensial air tanah
(kondisi air tanah mendekati atau sama titik layu permanen). Kondisi cekaman air
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat karena proses fotosintesis dan
proses fisiologi yang normal terganggu.
Rendahnya pertambahan tinggi tanaman disebabkan ketersediaan air
dalam media tumbuh yang rendah, sedangkan air memiliki peranan penting bagi
sel untuk pembelahan dan menjaga turgor sel agar tidak rusak. Menurut Gardner
et al. (1991) dan Parker (2004) air memiliki peranan bagi tanaman sebagai pelarut,
media untuk transport, memberikan turgor pada sel, dan bahan baku untuk
fotosintesis. Selain menghambat aktivitas hormon auksin yang berperan dalam
mendorong pembelahan sel batang, daun, dan akar yang diproduksi di meristem
apikal.
Diameter Tanaman
Tabel 4 menunjukkan bahwa pada 10 MST, IP-3M memiliki diameter
batang yang paling besar yaitu sebesar 16.67 mm, sedangkan diameter terkecil
yaitu pada aksesi NTT06 sebesar 11.01 mm. Pada akhir pengamatan yaitu pada
22 MST, aksesi Sulawesi117 memiliki diameter terbesar yaitu 15.95 dan diameter
terkecil pada aksesi NTB019. Berdasarkan hasil perlakuan menunjukkan semakin
tinggi kapasitas lapang maka pertumbuhan batang semakin terhambat bahkan
terjadi penyusutan, ditunjukkan dengan nilai tengah pertambahan diameter batang
yang rendah di perlakuan pada saat 14 sampai 22 MST.
Berdasarkan Tabel 4 pada uji aksesi menunjukkan hasil yang tidak nyata
pada 10 sampai 22 MST. Sedangkan untuk uji perlakuan menunjukan hasil yang
berbeda nyata pada saat 10 MST. Pada saat 12 sampai 22 MST menunjukkan hasil
yang nyata. Pada 12 MST dan 14 MST perlakuan 80 % KL tidak berbeda nyata
dengan perlakuan 55 % KL dan 30 % KL. Sedangkan pada saat 16 sampai 22

18

MST antara semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Tabel
4 menunjukkan hasil interaksi yang tidak nyata pada setiap MST.
Tabel 4. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap diameter (mm) tanaman
jarak pagar (Jatropha curcas Linn.)
Perlakuan

UMUR
10
12
14
16
18
20
22
MST
MST
MST
MST
MST
MST
MST
..............................................mm.........................................................

Aksesi
IP-3M
Jatim08
Jatim045
NTT065
NTT080
NTB019
NTB047
NTB116
Sulawesi72
Sulawesi117
Uji F
Cekaman
80% KL
55% KL
30% KL
Uji F
Interaksi

16.67
12.57
12.30
11.01
12.71
12.31
13.26
12.91
12.53
15.98
tn

14.76
13.38
13.14
11.98
13.34
12.76
14.16
13.97
12.52
13.00
tn

14.70
14.05
14.15
13.02
15.01
27.03
14.70
14.31
13.12
14.07
tn

14.42
14.23
14.34
13.65
15.03
13.78
15.26
14.66
13.50
14.40
tn

14.61
14.35
14.46
13.48
15.10
13.95
15.23
14.90
14.54
14.86
tn

14.54
13.58
14.55
13.77
15.25
14.22
15.11
14.64
14.38
15.30
tn

15.24
15.25
15.23
14.44
15.85
13.38
15.86
15.53
14.98
15.95
tn

14.68
11.95
13.02
*
tn

14.91a
12.49b
12.51b
**
tn

20.17a)
13.49b)
12.49b)
**
tn

16.54a
13.77b
12.67c
**
tn

16.76a
14.08b
12.81c
**
tn

16.69a
14.06b
12.86c
**
tn

17.16a
14.82b
13.54c
**
tn

Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam, ** berpengaruh sangat nyata pada α = 1%,
* berpengaruh nyata pada α = 5%, tn tidak berpengaruh nyata

Penyusutan diameter batang disebabkan suplai air dari akar ke tajuk
terhambat yang mengakibatkan sel kehilangan turgornya. Menurut lakitan (2007)
air dapat mengalir dengan mudah dalam jaringan tumbuhan apabila adanya
perbedaan potensial air antara tanah dan udara adanya tenaga hidrasi dinding
pembuluh xylem yang mampu mempertahankan molekul air terhadap gaya
gravitasi dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang menjaga keutuhan
kolom ar di dalam pembuluh