Analisis Daya Saing Ubi Jalar Indonesia di Pasar Internasional

i

ANALISIS DAYA SAING UBI JALAR INDONESIA
DIPASAR INTERNASIONAL

RIANA AYU WULANDARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul“Analisis Daya
Saing Ubi Jalar Indonesia di pasar Internasional” merupakan benar hasil karya
penulis dengan arahan dari komisi pembimbing yang belum pernah diajukan pada
perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis juga menyatakan bahwa skripsi
ini tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak

lain kecuali sebagai bahan rujukan yang telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalamDaftar Pustaka pada bagian akhir skripsi.
Dengan ini penulis melimpahkan hak cipta dari karya tulis penulis kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Riana Ayu Wulandari
NIM H34114001

iii

ABSTRAK
RIANA AYU WULANDARI. Analisis Daya Saing Ubi Jalar Indonesia di Pasar
Internasional. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA.
Pertanian Indonesia selalu memberikan pertumbuhan positif dan
memberikan kontribusi nyata untuk Produk Domestik Bruto (PDB). Subsektor
tanaman pangan memberikan kontribusi yang paling penting karena peranannya
yang diperlukan untuk mencapai swasembada pangan melalui program
diversifikasi pangan. Salah satu keunggulan komoditas tanaman pangan yang

memiliki potensial besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah ubi jalar.
Indonesia adalah salah satu dari lima Negara utama sebagai produsen dan
eksportir ubi jalar didunia. Daya saing ubi jalar Indonesia perlu dianalisis untuk
dapat memberikan informasi tentang posisi persaingan ubi jalar Indonesia di pasar
internasional. Struktur pasar ubi jalar dalam pasar internasional dapat dianalisis
dengan menggunakan Herfindahl Index dan Concentration Ratio. Dari hasil
perhitungan menunjukkan bahwa nilai rata-rata HI adalah 1457.92. Nilai HI ubi
jalar selama 2001-2010 diantara 1110.80-2231.99 yang menunjukkan bahwa ubi
jalar dalam pasar internasional menunjukkan struktur pasar dengan konsentrasi
pasar yang sedang. Sementara itu, terdapat 4 negara dalam analisis CR yaitu USA,
China, Indonesia, dan Israel. Nilai CR4 dari ubi jalar adalah 60.30%. Ini berarti
bahwa struktur pasar ubi jalar ber konsentrasi pasar yang sedang.
Keunggulan komparatif dari ubi jalar Indonesia dapat dianalisis dengan
menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA). Berdasarkan pada
perhitungan index RCA dapat diketahui bahwa selama periode 2001-2010,
Indonesia memiliki daya saing kuat karena nilai RCA lebih besar dari satu. Ini
berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk komoditas ubi jalar.
Selain itu, keunggulan kompetitif digunakan untuk menjelaskan permasalahan
dalam perdagangan ubi jalar Indonesia yang tidak dapat dijelaskan dengan model
keunggulan komparatif. Teori berlian porter adalah salah satu alat analisis untuk

membantu dan menganalisis faktor internal dan eksternal dalam industri ubi jalar
Indonesia. Faktor tersebut adalah kondisi faktor, kondisi permintaan, industri
terkait dan pendukung, strategi perusahaan, struktur,dan persaingan, faktor
pemerintah, dan faktor kesempatan. Hasil dari analisis menyatakan bahwa kondisi
permintaan memberikan kontribusi yang positif dan besar untuk ubi jalar
Indonesia. Sedangkan faktor lainnya masing-masing memberikan sisi negatif dan
positif.
Kata kunci: ubi jalar, daya saing, HI, CR4, Teori Berlian Porter, Keunggulan
komparatif, dan Keunggulan kompetitif.

iv

ABSTRACT
RIANA AYU WULANDARI. The Competitiveness of Indonesian Sweet
Potatoes Analysis in Internasional Market. Supervised by NETTI
TINAPRILLA.
Agriculture sector in Indonesia has an important role and big contribution
to Gross Domestic Product(GDP).Crop sub sector has the most important part in
GDP of agricultural sector. Development of this sub sector such as sweet potatoes
is one of the solutions for achieving food security and poverty alleviation in

Indonesia. Sweet Potatoes has an important role in food self-sufficiency through
diversification program. Indonesia is one of the top five sweet potatoes producers
and exporters in the world. The aim of this study is to analyze competitiveness of
Indonesian sweet potatoes. This study can be a reference for policy maker related
to Indonesian competitiveness in international market. This study use Herfindahl
Index and Concentration Ratio (CR) to analyze market structure. Besides that, this
study used RCA (Revealed Comparative Advantage) and Porter Diamond’s model
to explain comparative and competitive advantages.
The result of this study shows that the average of HI value in 2001 to 2010
is 1457.92. This value is between 1110.80 and 2231.99 so that can be categorized
sufficiently concentrated.CR4 is analyzed for USA, China, Indonesia, and Israel.
CR4 value is more than 40% (60.30%) which has similar mean to the HI value.
Therefore this value supports the HI.According to RCA Index, during 2001-2010
periods Indonesia has a strong comparative advantage in sweet potatoes. This can
be seen from high RCA index (more than one).
Competitive advantage is used to explain Indonesian sweet potatoes
problems in international market. Porter Diamond’s model is one of the methods
to analyze these internal and external factors of Indonesian sweet potatoes
industry. There are four internal factors; (1) Resources such as natural, human
resources, financing, information and technology, and infrastructure,(2)

demand,(3) related and supporting industry, (4) competitiveness, structure, and
firm strategy, and two external factors; (1) government role, and (2) opportunity.
The results revealed that natural resources, human resources, domestic demand,
government intervention, and opportunity to export are supporting factors to
increase competitive advantages. However, there are still several weaknesses such
as information and technology, infrastructure, financing, related industry, tight
competition and market structure.
Keywords: sweet potatoes, competitiveness, HI, CR4, RCA, Porter Diamond’s
Theory, Comparative advantage, and Competitive advantage.

v

ANALISIS DAYA SAING UBI JALAR INDONESIA
DI PASAR INTERNASIONAL

RIANA AYU WULANDARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ludul
Nama

NRP

Analisis Daya Saing Ubi lalar Indonesia di Pasar Internasional
Riana Ayu Wulandari
H34114001

Disetujui oleh


Dr. Ir. N etti TinapriUa, MM
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

MS

Tanggal Lulus:

3 0 JUl 2013

..

vi

Judul : Analisis Daya Saing Ubi Jalar Indonesia di Pasar Internasional
Nama : Riana Ayu Wulandari
NRP : H34114001

Disetujui oleh,


Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh,

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

vii

Tanggal Lulus:
PRAKATA
Alhamdulillah, Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWTdengan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikanpenulisan skripsi dengan judul “Analisis Daya Saing Ubi Jalar
Indonesia di PasarInternasional”. Penulisan skripsi ini sebagai bagian persyaratan
untuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis,Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.Secara garis besar, materi
yang ada dalam skripsi ini adalah analisisstruktur pasar ubi jalar dunia, analisis

keunggulan komparatif ubi jalar Indonesia di pasarinternasional, dan analisis
keunggulan kompetitif ubi jalar Indonesia di pasarinternasional.
Penulis berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam penyusunan
skripsiini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunanskripsi ini. Namun, penulis memandang bahwa penulisan ini dibuat
sebagai suatuproses pembelajaran terhadap materi perkuliahan yang penulis
terima selamaduduk di bangku perkuliahan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
bermanfaatbagi kita semua.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang turut
membantukelancaran penelitian sampai dengan penulisan karya ilmiah ini, baik
secarakeilmuan, materi, dan spiritual.

Bogor, Juli 2013

Riana Ayu Wulandari

viii

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Manfaat Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Ubi Jalar
Karakteristik Ubi Jalar
Nilai Tambah dan Pengolahan
Perdagangan Ubi Jalar
Daya Saing
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Perdagangan Internasional
Struktur Pasar
Konsep Keunggulan Komparatif
Konsep Keunggulan Kompetitif

Konsep Daya Saing
Kerangka Pemikiran Konseptual
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR)
Revealed Comparative Advantage (RCA)
Metode Berlian Porter
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Ubi Jalar Indonesia
Struktur Pasar dan Persaingan Ubi Jalar di Pasar Internasional
Analisis Keunggulan Komparatif Ubi Jalar Indonesia
Analisis Keunggulan Kompetitif Ubi Jalar Indonesia
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix
ix
ix
1
1
2
5
6
6
6
6
8
9
9
11
11
11
13
14
14
15
16
18
18
18
19
19
20
21
23
23
25
27
29
41
41
42
43
45
467

ix

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Nilai tanaman pangan terhadap PDB sektor pertanian tahun 2006-2010
(miliar rupiah)
Volume dan nilai ekspor ubi jalar Indonesia tahun 2001-2010
Luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman ubi jalar di Indonesia
tahun 2001-2010
Beberapa jenis ubi jalar varietas unggul
Jenis dan sumber data
Sebaran propinsi sentra produksi ubi jalar Indonesia tahun 2011
Jumlah dan nilai impor ubi jalar dunia tahun 2001-2010
Hasil analisis Herfindahl Index dan Concentration Ratio komoditas ubi
jalar di pasar internasional tahun 2001-2010
Hasil analisis RCA komoditas ubi jalar empat Negara di pasar
internasional tahun 2001-2010
Pangsa pasar empat negara eksportir ubi jalar terbesar dunia tahun 20012010 (%)
Luas areal dan produksi ubi jalar Indonesia dan tiga propinsi terbesar
menurut pengusahaan tahun 2010
Penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut wilayah dan lapangan usaha
utama tahun 2010
Ketersediaan ubi jalar tahun 2001-2010
Perkembangan harga ubi jalar tingkat produsen, grosir, dan eceran 20022009
Perkembangan harga ubi jalar domestik dan ekspor 2006-2011

1
3
4
7
18
24
24
26
28
28
30
31
35
36
36

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Keseimbangan tanpa perdagangan
Perdagangan internasional dalam Negara eksportir
The national diamond system
Kerangka pemikiran operasional
Hubungan antara kurs dan ekspor netto
Rata-rata pangsa pasar ubi jalar 10 negara terbesar 2001-2010
Alur distribusi dan pemasaran ubi jalar

12
13
15
17
23
25
32

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Daftar ranking 10 negara produsen ubi jalar dunia 2001-2010
Volume dan nilai ekspor tanaman pangan 2011
Daftar ranking 10 negara importir ubi jalar dunia 2001-2010
Daftar ranking 10 negara eksportir ubi jalar dunia 2001-2010
Perhitungan RCA ubi jalar empat Negara
World sweet potatoes: Export volume by country, 2001-2010
World sweet potatoes: Market share by country, 2001-2010
World sweet potatoes: Kuadrat market share by country, 2001-2010

46
49
51
54
57
58
61
64

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor seperti tanaman pangan,
perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan.Subsektor tanaman pangan
memberikan kontribusi penting karena peranannya yang dibutuhkan dalam
mencapai swasembada pangan melalui program diversifikasi pangan.Diversifikasi
pangan tidak berarti menggantikan beras, tetapi mengubah pola konsumsi dengan
lebih banyak jenis pangan yang dapat dikonsumsi.Diversifikasi pangan menjadi
salah satu pilar dalam ketahanan pangan. Pembangunan ketahanan pangan di
Indonesia telah ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 Pasal 45
tentang ketahanan pangan, mengatakan bahwa dalam rangka mewujudkan
ketahanan
pangan,
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1),
Pemerintahmenyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan
pengawasan terhadap ketersediaanpangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau olehdaya beli
masyarakat.1
Sektorpertanianmengalamipertumbuhanpositif
dan
memberikankontribusiterhadap Produk DomestikBruto(PDB). Selainitu sektor
pertanian merupakan salahsatukuncidalam pengentasan kemiskinan, penyedia
lapangan kerja,dan juga sebagaikuncidalam pemantapan ketahanan
pangannasional.KontribusinominalPDBdaritanamanbahanmakananmerupakanko
ntribusiterbesar PDB sektor pertanian. Nilaitanamanpanganselalu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahunseperti yang terlihat pada tabel 1.
Tabel 1Nilaitanaman pangan terhadap PDB sektor pertanian tahun 2006-2010
(miliar rupiah)
Uraian
2006
2007
Nasional
2774281.1
3339216.8
Pertanian
433223.4
541931.5
Pangan
214346.3
265090.9
Perkebunan
63401.4
81664.0
Peternakan
51074.7
61325.2
Kehutanan
30065.7
36154.1
Perikanan
74335.3
97697.3
Sumber:BadanPusat Statistik,2013 (diolah)

2008
3950893.2
716065.3
349795.0
105969.3
82676.4
40375.1
137249.5

2009
4951356.7
857241.4
419194.8
111423.1
104883.9
45119.6
176620.0

2010
5613441.7
985470.5
482 377.1
136 048.5
119371.7
48289.8
199383.4

Jika dilihat dari sektor ekspor impor maka sektor pertanian pada periode
Januari-September 2011 mengalami peningkatan atau surplus sebesar 5.56 persen
dari nilai 3574.6 Juta US$ pada Januari 2011 menjadi 3773.5 Juta US$ pada
September 2011. Dalam hal ini sub sektor tanaman pangan memberikan
kontribusi ekspor senilai 31599810 Juta US$ dengan total volume 79008558
kilogram pada periode yang sama (BPS2012).

1

Undang-Undang Republik Indonesia
www.hukumonline.com [12 Maret 2013].

Nomor

7

Tahun

1996

Tentang

Pangan,

2

Salah satu komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan dan
mempunyai potensiyang besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah ubi
jalar. Indonesiamerupakan salah satu produsen dan eksportir utama ubi jalar di
dunia. Indonesia termasuk dalam lima besar negara produsen ubi jalar di
dunia(Lampiran 1) dimana pada tahun 2001 hingga 2009 Indonesia berada di
peringkatkeempat dalam hal produksi ubi jalar dunia dan berada diperingkat lima
untuk tahun 2010. Kedudukan ubi jalar sebagai komoditi eksporhasil tanaman
pangan periode tahun 2011 cukup penting yaitu nomor tiga setelah ubi kayu dan
jagung (Lampiran 2). Indonesia masih memilikipeluang yang cukup besar untuk
meningkatkan jumlah ekspor dalam perdagangan di dunia.Potensiproduksi ubi
jalar Indonesia didukung oleh produktivitas ubi jalar yang selalu positif dan
meningkat walaupun produksi dan luas lahan mengalami fluktuasi (Tabel 3).
Selain itu, potensi produksi ubi jalar juga didukung oleh keadaan iklim dan
kondisi geografis Indonesia yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
ubi jalar yaitu beriklim tropis.
Perdagangan ubi jalar dewasa ini semakin berkembang yang ditandai
dengansemakin meningkatnya permintaan ubi jalar oleh negara-negara konsumen
dansemakin banyaknya jumlah negara pengekspor ubi jalar di dunia. Permintaan
ubi jalar oleh negara konsumen dapat dilihat dari impor ubi jalar yang dilakukan
oleh negarakonsumen. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu antara tahun
2006 sampai dengan 2010, total impor ubi jalar dunia mengalami kenaikan yang
cukupbesar dengan pertumbuhan rata-rata kenaikan sekitar 10.61 persen per
tahun. United Kingdom merupakan negarakonsumen terbesar ubi jalar di dunia,
dengan total impor periode 2006-2010 mencapai 19 hingga 24 persen dari total
impor ubi jalar20 negara didunia. Selain itu, negara pengimpor ubi jalar
utamalainnya adalahKanada, Jepang, Belanda, Perancis, Albania, dan Italia
(Lampiran 3). Sementara itu, negara pengekspor utama ubi jalar selain Indonesia
antara lain Amerika Serikat, China, Republik Dominika, Israel, Perancis, Mesir,
dan Siria (FAO, 2011).Selain China dan Indonesia, Negara pengeksor ubi jalar
lainnyamelakukan kegiatan re-ekspor sehingga meskipun jumlah produksi ubi
jalar dinegara tersebut sangat kecil tetapi nilai ekspornya sangat tinggi (Lampiran
4).
Berdasarkan potensi dan kemampuan yang dimiliki, Indonesia sebenarnya
mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar internasionalterutama
dalam menghadapi liberalisasi perdagangan dimana tidak ada hambatandalam
perdagangan, namun hal tersebutharus diikutidengan adanya mutu dan kualitas
yang baik padakomoditi yang diperdagangkan sehingga dapat berperan penting
dalamperdagangan internasional. Potensi yang cukup besar tersebut dapat
menentukankeunggulan dan kemampuan yang dimiliki komoditi ubi jalar
Indonesia dalammenghadapi liberalisasi perdagangan. Oleh karena itu, penelitian
mengenai dayasaing ubi jalar Indonesia perlu dilakukan untuk mengetahui posisi
bersaing Indonesiadalam perdagangan komoditi ubi jalar di pasar internasional.

Perumusan Masalah
Sektor pertanian merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional
dan diharapkan mampu menjadi penggerak ekonomi di Indonesia. Selama ini

3

sektor pertanian merupakan sektor yang tetap tangguh dalam masa krisis ekonomi
yang beberapa kali menerpa ekonomi Indonesia dan negara-negara lain di
dunia.Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas mau tidak mau sektor
pertanian harus mampu bersaing dengan menghasilkan produk-produk yang
bermutu dan mencukupi keperluan konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor
sehingga dapat memberikan nilai dan manfaat lebih bagi para pelaku-pelaku yang
terlibat dalam perdagangan internasional tersebut.
Ubi jalar merupakan salah satu komoditas dari tanaman pangan yang dapat
memberikan kontribusi tinggi dalam aspek ekonomi Indonesia sebagai sumber
devisa dari proses perdagangan baik lokal maupun ekspor, penyedia lapangan
pekerjaan, dan penyuplai makanan pokok serta bahan baku industri makanan dan
minuman. Komoditas ubi jalar Indonesia sebagian besar di ekspor dalam bentuk
segar dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan domestik. Nilai dan volume ekspor
ubi jalar Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Volume dan nilai ekspor ubi jalar Indonesia tahun 2001-2010
No
Tahun
Volume Ekspor (Ton)
Nilai Ekspor (1000 US$)
1
2001
8045
1965
2
2002
13203
3722
3
2003
10641
3822
4
2004
11822
5209
5
2005
11113
4581
6
2006
11216
6259
7
2007
8389
6197
8
2008
8443
6594
9
2009
7185
5947
10
2010
7083
5317
Sumber : FAO, 2013 (Diolah)

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa volume ekspor ubi jalar Indonesia dipasar
internasional berfluktuasi. Volume ekspor ubi jalar selama periode 2001-2010
mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya dengan angka tertinggi
13203 ton ditahun 2002 dan angka terendah 7083 ton ditahun 2010. Akan tetapi
untuk nilai ekspor mulai tahun 2001-2004 ubi jalar menyumbang devisa sebesar
1.965 Juta US$ sampai 5.209 Juta US$ dan ditahun 2006-2008 mulai stabil
dengan angka rata-rata 6.350 Juta US$ yang diikuti angka 5.947 dan 5.317 Juta
US$ untuk tahun 2009 dan 2010. Volume ekspor ubi jalar yang semakin menurun
mulai tahun 2007 dapat disebabkan karena di pasar dalam negeri sendiri telah
mulai banyak menggunakan ubi jalar sebagai bahan untuk membuat berbagai
macam panganan. Produsen makanan dan minuman di Indonesia mulai tertarik
dan berinovasi untuk menggunakan ubi jalar sebagai bahan baku dalam usahanya.
Maka selain untuk memenuhi permintaan ekspor, para produsen ubi jalar pun juga
harus memenuhi permintaan dalam negeri yang semakin banyak dan berkembang
di Indonesia. Dengan adanya penurunan volume ekspor ubi jalar tersebut akan
berpengaruh terhadap daya saingnya di pasar internasional. Volume ekspor ubi
jalar selama sepuluh tahun terakhir ini juga mengalami fluktuasi
karenadisebabkan oleh adanya fluktuasi produksi dan luas panen ubi jalar di
Indonesia.

4

Tabel 3Luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman ubi jalar di Indonesia
tahun 2001-2010
Tahun
Luas Panen (Ha)
Produktivitas (Ku/Ha)
Produksi (Ton)
2001
181026
97.00
1749070
2002
177276
100.00
1771642
2003
197455
101.00
1991478
2004
184546
103.05
1901802
2005
178 336
104.13
1856969
2006
176507
105.05
1854238
2007
176932
106.64
1886852
2008
174561
107.80
1881761
2009
183874
111.92
2057913
2010
181073
113.27
2051046
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Produksi ubi jalar yang dihasilkan Indonesia dari tahun 2001 hingga 2010
berfluktuasi mulai dari 1.7 Juta Ton (2001 dan 2002), 1.9 Juta Ton (2001 dan
2004), 1.8 Juta Ton (2005-2008), dan 2 Juta Ton (2009, 2010). Produksi ubi jalar
nasionaltertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 2057913 Ton. Hal yang
sama jugaterjadi pada perkembangan luas areal panenubi jalar yang berfluktuasi.
Luas areal panen ubi jalar berkisar antara 175 hingga 197 hektar selama 2001
hingga 2010. Adanya fluktuasi yang terjadi padaproduksi dan luas areal panen ubi
jalar berdampak pada perkembangan produktivitas,dimana perkembangannya dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan.Peningkatan tersebut terutama disebabkan
oleh adanya keseimbangan antara luas areal panen dengan jumlah produksinya.
Produksi ubi jalar yang melimpah belum dapat dimanfaatkan secara
maksimal dalam pasar lokal, hal tersebut dapat terlihat dari belum banyaknya
penggunaan ubi jalar sebagai salah satu bahan makanan yang banyak dikonsumsi
masyarakat. Ubi jalar di Indonesia masih banyak dikonsumsi hanya sebagai
makanan sampingan, penggunaannya belum maksimal tetapi saat ini sudah mulai
beredar panganan yang berbahan dasar ubi jalar seperti es krim, keripik, kue,
bakpao, dll. Panganan yang terbuat dari ubi jalar sendiri belum begitu popular di
Indonesia padahal dengan kandungan gizi yang terkandung didalamnya, rasanya,
dan juga kemudahan dalam mengolahnya ubi jalar seharusnya dapat menjadi salah
satu bahan makanan favorit di Indonesia. Berbeda dengan pasar dalam negeri, di
pasar luar negeri seperti Jepang, Inggris, dan Negara-negara Eropa ubi jalar
memiliki tempat tertinggi dalam jajaran bahan makanan lainnya. Hal tersebut
dapat dilihat dari permintaan yang semakin tinggi dari Negara importir pada
komoditas ini padahal harga jualnya juga tinggi. Variasi dari berbagai macam
bentuk olahan dari ubi jalar juga merupakan daya tarik tersendiri yang
menyebabkan konsumen terus mencari dan mengonsumsinya. Selain karena
manfaatnya yang baik bagi tubuh, ubi jalar juga dapat diolah menjadi berbagai
macam makanan yang enak, lezat, dan sehat.

5

Menurut Sarianti dan Hoeridah (2011), daya saing ubi jalar dipengaruhi
oleh adanya kebijakan pemerintah. Kebijakan adalah suatu instrument yang bisa
mempengaruhiperekonomian, dalam pelaksanaannyaada kendala dan bisa
menjadipenghambat atau pendukung tujuan yangakan dicapai serta akhirnya
dievaluasimenjadi strategi. Kebijakan barangekspor bertujuan untuk
menstabilkanharga dengan mengatur barang agarbarang tersebut ada di dalam
negeri,sedangkan kebijakan barang impor yaitumelindungi produsen dari
persainganharga dengan barang luar yang lebihmurah. Pada komoditas ubi
jalar,kebijakan pemerintahyang diterapkan terhadap input mengakibatkan adanya
perubahan harga output. Salah satu contohnya yaitu hambatankebijakan
pemerintah untuk melakukanekspor diantaranya pungutan-pungutanliar dan biaya
bea cukai yang sangattinggi (dua kali lipat) apabila ekspordilakukan pada hari
libur. Sedangkan kebijakan terhadap input salah satunya dengan memberikan
subsidi pupuk kepada petani sehingga biaya yang dikeluarkan juga akan
berkurang. Contoh lainnya adalah kebijakan pemerintah yang bersifat protektif
terhadap input asingdan produsen menerima subsidi atasinput asing sehingga
produsen membelidengan harga yang lebih murah. Petanimenerima harga input
yang lebih murah sebesar 52 persendari yang seharusnya.
Pola perdagangan yang terjadi dalam pasar ubi jalar internasional
akanberpengaruh terhadap perkembangan ubi jalar Indonesia. Bentuk pasar dalam
komoditas ubi jalar di pasar internasional akan menentukkan kekuatan
produsendalam pasar dan tingkat persaingan yang terjadi apalagi saat ini China
memegang peringkat satu untuk volume produksi komoditas ubi jalar sedangkan
Amerika Serikat sebagai eksportir tertinggi (FAO 2013). Jikaubi jalar
beradadalam pasar yang memiliki banyak pesaing dengan komoditas yang
homogen,maka sangat penting untuk melakukan diferensiasi produk agar mampu
bersaingdengan produsen lainnya.
Permasalahan di atas dapat mempengaruhi dan memberikan dampak
terhadapdaya saing ubi jalarIndonesia di pasar internasional. Potensi dan peluang
ubi jalar yang dimiliki Indonesiaserta permintaan ubi jalar di pasar dalam negeri
juga dapat mempengaruhi posisi dan daya saing ubi jalar Indonesia dalam
perdaganganinternasional. Hal ini mengingat tantangan yang dihadapi produk ubi
jalar Indonesiadimana terdapat kompetisi volume produksi antara Negara
dominan yaitu China dan Negara lain yang sejajar seperti Uganda dan Nigeria
serta kompetisi dalam hal volume ekspor yang ketat antar negaraseperti Amerika
Serikat, China, Israel, Perancis, dan Republik Dominika.
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan dikaji
dalampenelitian ini adalah:
1. Bagaimana struktur pasar dan persaingan ubi jalarIndonesia di pasar
internasional?
2. Apakah ubi jalar Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif?

Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan
dirumuskan,maka tujuan penelitian ini adalah:

permasalahan

yang

telah

6

1. Menganalisis struktur pasar dan persaingan ubi jalarIndonesia di pasar
internasional.
2. Menganalisis keunggulan komparatif ubi jalar Indonesia di pasar internasional.
3. Menganalisis keunggulan kompetitif ubi jalar Indonesia di pasar internasional.
Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagaipihak yang terkait yaitu:
1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuandan
pengetahuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahankomoditas
pertanian dan sebagai aplikasidari teori yang diperoleh selamaini.
2. Bagi petani, produsen, dan eksportir ubi jalar. Penelitian ini diharapkan
dapatdimanfaatkan sebagai masukan dan informasi dalam perdagangan ubi
jalar nasional dan internasional.
3. Bagi masyarakat akademik, penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimasukan
dan acuan untuk mengadakan penelitian lanjutan mengenai ubi jalar.

TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Ubi Jalar
Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan tanaman yang berasal dari
Amerika Tengah.Diperkirakan pada abad ke-16, tanaman ubi jalar tersebut mulai
tersebar ke Negara-negara tropis diseluruh dunia termasuk Indonesia.Pada tahun
1960, ubi jalar sudah tersebar ke hampir setiap provinsi di Indonesia.Adapun lima
daerah sentra produksi ubi jalar terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa
Timur, Jawa Tengah, Papua, dan Sumatera Utara (BPS 2013).Namun, pada saat
ini, baru Papua sajalah yang memanfaatkan ubi jalar sebagai makanan pokok,
walaupun belum menyamai padi, jagung, dan ubi kayu atau singkong (Suprapti
2003).

Karakteristik Ubi Jalar
Menurut Suprapti (2003), tanaman ubi jalar termasuk tanaman semusim
(annual) yang memiliki ciri-ciri yaitu susunan tubuh utama terdiri atas batang,
daun, bunga, buah, biji, dan umbi, batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu,
dan berbuku-buku, tipe pertumbuhan tegak dan merambat/menjalar, panjang
batang untuk tipe tegak 1-2 m, sedangkan tipe merambat 2-3 m, hasil produksi
antara 3.4-11 ton per hektar, dan warna umbi putih, krem, orange, dan ungu.
Untuk dapat tumbuh, berkembang, dan berproduksi secara optimal, ubi jalar
memiliki persyaratan tumbuh dalam hal tanah dan iklim.Ubi jalar dapat tumbuh
tanpa memilih jenis tanah, karena hampir setiap jenis tanah cocok untuk ditanami
ubi jalar. Namun demikian, kondisi tanah yang ideal bagi pertumbuhannya adalah
tanah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan

7

drainase baik, derajat keasaman (pH) 5.5-7.5, merupakan lahan tegalan atau
sawah bekas tanaman padi, dan berada didataran rendah 500 meter di atas
permukaan laut. Sedangkan tanaman ubi jalar mudah beradaptasi terhadap
lingkungan yang berada pada daerah-daerah yang terbentang dari 30 oLU - 30
o
LS. Untuk memperbanyak tanaman ubi jalar, dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu stek pucuk, stek batang, dan tunas umbi yang disemai secara khusus.
Sedangkan untuk meningkatkan hasil secara optimal dalam setiap hektarnya,
dapat dilakukan beberapa cara yakni dengan menanam varietas unggul,
memperbaiki teknik bercocok tanam, dan menerapkan pola tanam yang tepat.
Masa tanam ubi jalar yakni 3-4 bulan tergantung dari varietasnya.
Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia
diperkirakanberjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang
diidentifikasi oleh parapeneliti. Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar,
antara lain: InternationalPotato Centre (IPC) dan Centro International de La
Papa (CIP) yag berada di Peru. Di Indonesia,penelitian dan pengembangan ubi
jalar ditangani oleh Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan atau
Balai Penelitian Kacang-Kacangan danUmbi-Umbian (Balitkabi), Departemen
Pertanian.
Menurut BAPPENAS (2000), varietas atau klon ubi jalar digolongkan
sebagai varietas unggul apabila memenuhi beberapa persyaratan yaitu berdaya
hasil tinggi, di atas 30 ton/hektar, berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan, rasa
ubi enak dan manis, tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.)dan penyakit
kudis olehcendawan (Elsinoe sp.), kadar karotin tinggi di atas 10 miligram/100
gram, dan keadaan serat ubi relatif rendah.Adapun beberapa jenis ubi jalar yang
termasuk dalam kelompok varietas unggul dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel4Beberapa jenis ubi jalar varietas unggul
No Jenis Varietas
Ciri-Ciri (Karakteristik)
1. Daya
1. Varietas hasil persilangan antara varietas (kultivar)
putri selatanx jonggol.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
3. Umur panen 110 hari setelah tanam.
4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga muda.
5. Rasa ubi manis dan agak berair.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
2.

Prambanan

1. Diperoleh dari hasil persilangan antara varietas daya x
centenial II.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
3. Umur panen 135 hari setelah tanam.
4. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
5. Rasa ubi enak dan manis.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.

3.

Borobudur

1. Varietas hasil persilangan antara varietas daya x
Philippina.
2. Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
3. Kulit dan daging ubi berwarna jingga.

8

4. Umur panen 120 hari setelah tanam.
5. Ubi berasa manis.
6. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
4.

Mendut

1. Varietas klon MLG 12653 introduksi asal IITA,
Nigeria ‘84.
2. Potensi hasil antara 25-50 ton per hektar.
3. Umur panen 125 hari ssetelah tanam.
4. Rasa ubi manis.
5. Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.

5.

Kalasan

1. Varietas diintroduksi dari Taiwan.
2. Potensi hasil antara 31.2-42.5 ton/hektar atau rata-rata
40 ton/hektar.
3. Umur panen 95-100 hari setelah tanam.
4. Warna kulit ubi cokelat muda, daging ubi berwarna
orange muda(kuning).
5. Rasa ubi agak manis, tekstur sedang, dan agak berair.
6. Varietas agak tahan terhadap hama penggerek ubi.
7. Varietas cocok ditanam di daerah kering sampai basah,
dan dapat beradaptasidi lahan marjinal.

Sumber: BAPPENAS, 2000

Nilai Tambah dan Pengolahan
Ubi jalar banyak dimanfaatkan sebagai salah satu komoditas yang banyak
digunakan sebagai bahan pangan. Salah satu pemanfaatannya yaitu sebagai
produk substitusi dari tepung terigu. Seperti yang dilakukan oleh Nisviaty (2006)
yang melakukan penelitian tentang pemanfaatan tepung ubi jalar (Ipomoea
batatas L.) klon BB00105.10 sebagai bahan dasar produk olahan kukus dan
margareth (2006) sebagai bahan dasar produk olahan goreng. Hasil dari
penelitiannya yaitu panganan kukus ataupun goreng yang berbahan dasar tepung
ubi jalar klon BB00105.10 tergolong pangan yang memiliki nilai indeks glikemik
dan beban glikemik rendah dan bisa dijadikan alternatif diet khususnya bagi
penderita diabetes melitus dan obesitas. Nilai IG rata-rata bolu kukus dan
brownies kukus ubi jalar berturut-turut 46±9 dan 29±9 sedangkan kue
bijiketapang sebesar 49±12 dan kue bawang sebesar 32±7.
Ubi jalar yang dijadikan tepung juga ternyata memiliki prospek tersendiri
di Industri makanan dan minuman di Indonesia khususnya Kota Bogor, Jawa
Barat. Hal tersebut dapat dilihat dalam penelitian yang dilakukan oleh Djami
(2007) tentang prospek pemasaran tepung ubi jalar ditinjau dari potensi
permintaan industri kecil di wilayah Bogor (studi kasus: kelompok tani hurip desa
cikarawang) hasil dari penelitian ini adalah bahwa tepung ubi jalar memiliki
peluang untuk memasuki pasar industri kecil pengolahan pangan, karena tepung
ubi jalar dapat digunakan sebagai substitusi tepung terigu atau sebagai bahan
campuran tepung terigu (20-100 persen) dalam produk-produk olahan tepung
terigu. Kebutuhan tepung di wilayah Bogor mencapai 70 ton per bulan, pangsa

9

pasar yang dapat di ambil oleh kelompok tani hurip 50-60 persen dari potensi
pasar sekitar 35-42 ton per bulannya mengingat kelompok tani hurip adalah
industri yang masih berskala kecil.
Selain itu ubi jalar juga dapat menjadi alternatif bahan makanan pokok dan
memiliki nilai ekonomis dengan peningkatan nilai tambah produk. Salah satunya
adalah dengan pengolahan ubi jalar menjadi kripik ubi jalar. Seperti pada
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa KKN program studi Gizi Masyarakat
IPB (2010) dengan melakukan proses pengolahan ubi jalar menjadi produk
keripik. Hasilnya adalah produk keripik ubi jalar memiliki nilai tambah berupa
masa simpan yang lebih lama dan juga kenaikan harga dari ubi jalar segar Rp 2
500-Rp 5 000 /kilogram menjadi keripik seharga Rp 28 000-Rp 32 000 /kilogram.

Perdagangan Ubi Jalar
Selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, ubi jalar akhir-akhir ini
rnerupakankomoditi ekspor non migas yang potensial. Negara pengimpor terbesar
ubi jalar Indonesia adalah Jepang. Tingginya permintaan negara Jepang
disebabkanterbatasnya produksi dalam negeri, didukung oleh faktor iklim dan
cuaca Jepang yangkurang menunjang serta lahan yang sempit, menyebabkan
biaya produksi dan hargaubi jalar Jepang menjadi tinggi. Kebutuhan ubi jalar
yang semakin meningkat mendorong pemerintah Jepang untuk rnemberikan
insentif kepada pihak importirberupa penurunan bea tarif impor sebesar 50 persen
sejak tahun 1995.
Salah satu penelitian mengenai ekspor ubi jalar dilakukan oleh Octafrina
(2000) menganalisis prospek pengembangan ekspor pasta ubi jalar beku ke
Jepang. Penelitian ini dilakukan di PT Galih Estetika yang merupakan salah satu
eksportir pasta ubi jalar beku di Indonesia dengan alat analisis PAM. Hasil
analisis menunjukkan bahwa usaha ekspor pasta ubi jalar beku menguntungkan
baik secara finansial maupun secara ekonomi. Hal ini terlihat dari nilai
keuntungan privat (PP) sebesar Rp 3 898.5 per kilogram pasta ubi jalar beku dan
nilai keuntungan sosial (SP) sebesar Rp 2 843.4 per kilogram, sehingga ekspor
pasta ubi jalar beku layak untuk diusahakan. Keunggulan komparatif dan
kompetitif ditunjukkan oleh nilai DRC dan PCR yang lebih kecil dari satu yaitu
sebesar 0.652 dan 0.545.

Daya Saing
Untuk memberikan gambaran terhadap daya saing komoditas ubi jalar
terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu pada tahun
2011, Sarianti dan Hoeridah melakukan penelitian mengenai analisis daya saing
ubi cilembu di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dan Juarsa (2007) melakukan
penelitian tentangdaya saing ubi jalar di Kabupaten Kuningan.Pengambilan data
secara primer dan sekunder dengan alat analisis PAM dan uji
sensitivitas.Berdasarkan hasil kedua penelitian yangmenggunakan analisis matrik
kebijakan(PAM),
dapat
disimpulkan
bahwausahatani
ubi
jalar
menguntungkansecara finansial maupun ekonomi danmemiliki dayasaing baik

10

dilihat darikeunggulan kompetitif maupun keunggulankomparatif.Dampak
kebijakan pemerintahterhadap input domestik belum efektifkarena produsen harus
membayar lebihmahal dari yang seharusnya, sedangkanuntuk input tradable
efektif dikarenakanada subsidi. Untuk kebijakan outputbersifat menghambat yaitu
adanya pajakekspor dan tidak adanya kebijakansubsidi untuk komoditas ubi jalar.
Secarakeseluruhan kebijakan pemerintah masihbersifat disinsentif terhadap petani
untukmeningkatkan produksinya dan harusmengeluarkan biaya lebih besar
daribiaya sosialnya.Hasil analisis sensitivitas bila terjadikenaikan upah tenaga
kerja danmenguatnya nilai tukar Rupiah terhadapDolar Amerika masih
menguntungkansecara finansial maupun ekonomi dantetap memiliki dayasaing
baik dari sisikeunggulan kompetitif dan keunggulankomparatif. Sedangkan bila
terjadipenurunan jumlah produksi sampai 50 persen, pengusahaan ubi jalar
tidakmenguntungkan secara finansial dantidak memiliki keunggulan
kompetitifwalaupun masih menguntungkan secaraekonomi dan memiliki
keunggulankomparatif.
Selain alat analisis PAM dan uji sensitivitas, terdapat beberapa metode
yang dapat dilakukan yaitu menggunakan Ordinary Least Square (OLS) untuk
menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi posisi daya saing komoditi
Indonesia seperti yang dilakukan oleh Rahmatu (2009) yang melakukan analisis
faktor-faktor daya saing olahan kakao Indonesia di pasar internasional.
Berdasarkan hasil metode OLS menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhidaya saing hasil olahan kakao adalah harga ekspor kakao olahan,
volume eksporkakao olahan, dan krisis ekonomi, sedangkan faktor-faktor yang
tidakberpengaruh terhadap daya saing hasil olahan kakao Indonesia
adalahproduktivitas industri pengolahan kakao. Pada variabel produktivitas
industripengolahan kakao tidak berpengaruh terhadap daya saing hasil olahan
kakao,karena daya saing hasil olahan kakao lebih dipengaruhi oleh mutu dan
kualitasproduk, sedangkan peningkatan produktivitas tidak menjamin peningkatan
mutuhasil olahan kakao.
Ada pula penggunaan metode lain untuk menganalisis daya saing produk
pertanian yaitu Suprehatin yang pada tahun 2006 melakukan analisis daya saing
ekspor nenas segar Indonesia dengan menggunakan metode regresi data panel.
Analisis regresi data panel dilakukan dengan menggunakan program Eviews 4.1
dan Microsoft Excel 2003. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan gabungan
antara data cross section dan time series. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh
terhadap pangsa pasar ekspor nenas segar adalah volume ekspor nenas segar
Indonesia, harga ekspor nenas segar Indonesia, Nilai tukar, pendapatan per kapita
Negara pengimpor, volume ekspor nenas olahan, dan produksi nenas segar. Hasil
analisis menunjukkan bahwa volume ekspor dan produksi dalam negeri memiliki
tanda koefisien positif , sedangkan GDP per kapita negatif. Hal ini memiliki arti
bahwa peningkatan volume ekspor nenas segar Indonesia dan produksi nenas
dalam negeri akan meningkatkan pangsa pasar ekspor nenas segar Indonesia,
sedangkan peningkatan GDP per kapita Negara pengimpor akan menurunkan
pangsa pasar ekspor nenas segar Indonesia.
Dalam penelitian ini salah satu hal yang dilakukan yaitu menganalisis
struktur pasar ubi jalar dalam perdagangan dunia menggunakan Herfindahl Index
dan Concentration Ratio. Penggunaan alat analisis tersebut diperkuat dengan
beberapa penelitian yang menggunakan alat analisis yang sama untuk komoditas

11

yang berbeda baik komoditas pertanian, perikanan, maupun peternakan. Beberapa
penelitian tersebut antara lain analisis daya saing jahe Indonesia di pasar
internasional oleh Amelia (2009) yang menggunakan HI dan CR untuk
mengetahui struktur pasar jahe dipasar internasional yang didapatkan hasil yaitu
struktur pasar dominan yang berarti bahwa Indonesia berperan sebagai price
taker. Selain itu terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Cahya (2010) yang
menganalisis daya saing ikan tuna Indonesia dipasar internasional. dari hasil
analisis struktur pasar ikan tuna yang menggunakan HI dan CR didapatkan hasil
bahwa struktur pasar komoditas ikan tuna baik ikan tuna segar, beku, maupun
olahan didapatkan hasil struktur pasar berupa monopolistik yang cenderung
oligopoli yang menyebabkan posisi Indonesia masih berpeluang dalam menguasai
pasar. Ada pula Marlinda (2008) yang menggunakan HI dan CR untuk
menganalisis struktur pasar lada Indonesia di pasar Internasional. dari hasil
analisis tersebut didapatkan bahwa struktur pasar menunjukkan kecenderungan ke
arah pasar persaingan oligopoli dan memiliki tingkat konsentrasi yang sedang.
Untuk itu pada penelitian ini digunakan pula HI dan CR untuk mengetahui
struktur pasar yang terdapat dalam perdagangan ubi jalar dunia.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang menjelaskan
mengenai teori-teori yang sesuai yang digunakan dalam topik penelitian.
Kerangka pemikiran teoritismembahas mengenai berbagai teori dan konsep
perdagangan internasional ubi jalar yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
Kerangka pemikiran teoritis dalam kajian ini meliputikegiatan menganalisis daya
saing pada komoditas ubi jalar Indonesia di pasar internasional.
Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional diartikan sebagai pertukaran barang dan
jasayang terjadi melampaui batas antar negara. Perdagangan internasional
diperlukanuntuk mendapatkan manfaat yang dimungkinkan oleh spesialisasi
produksi.Lipsey (1997) mengatakan bahwa dengan perdagangan, setiap orang,
wilayah, atau bangsa dapat memusatkanperhatian untuk memproduksi barang dan
jasa yang dapat dilakukannya secaraefisien, sementara mereka melakukan
perdagangan untuk memperoleh barang danjasa lain yang tidak
diproduksinya.Perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi
antar negara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang dan jasa
atas dasar suka rela dan saling menguntungkan.
Perdagangan Internasional terbagi menjadi dua bagian yaitu impor dan
ekspor, yang biasanya disebut sebagai perdagangan ekspor impor.Perdagangan
internasional berada dalam lingkup komoditi dalam pertukaran barang, dengan
adanya perbedaan alam di tiap Negara.Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya perdagangan internasional adalah adanya perbedaan dalam
memproduksi barang, Negara tidak dapat memproduksi barang sesuai dengan

12

permintaan masyarakat, dan persediaan barang dan permintaan pasar disetiap
negara yang tidak seimbang. Dalam keseimbangan antara permintaan dan
penawaran terdapat beberapa perbedaan yang terjadi jika keseimbangan tersebut
dilakukan tanpa adanya perdagangan maupun keseimbangan dalam perdagangan
internasional dalam Negara-negara eksportir (gambar 1) (Rohmana, 2007).
Price of X
Domestic
Supply

Consumer
Surplus
Equilibrium
Price

Producer
Surplus
Domestic
Demand
Quantityof X

0

Equilibrium Quantity

Gambar 1 Keseimbangan tanpa perdagangan
Sumber : Rohmana (2007)
Dalam keseimbangan tanpa perdagangan dapat diketahui bahwa terjadi
titik keseimbangan antara penawaran dan permintaan dalam negeri dalam
perpotongan dari harga barang X dan jumlah dari barang X dan memunculkan
adanya surplus konsumen dan surplus produsen. Sedangkan dalam perdagangan
internasional dinegara-negara eksportir akan terjadi perubahan harga setelah
perdagangan dan akan menyebabkan adanya permintaan dan penawaran dari
barang X menjadi berubah. Perubahan tersebut akan memunculkan adanya
kegiatan ekspor dimana dengan adanya kenaikan harga maka permintaan dalam
negeri akan berkurang sedangkan supply akan semakin bertambah sehingga
dengan adanya gap tersebut menyebabkan adanya kegiatan ekspor.
Price of X
Domestic
Supply
Price after
trade

World
Price

Price before
trade

Domestic
Demand

Exports

0

Quantityof X
Domestic quantity
demanded

Domestic Quantity
supplied

13

Gambar 2 Perdagangan internasional dalam Negara eksportir
Sumber : Rohmana (2007)
Struktur Pasar
Deskripsi struktur pasar didasarkan pada jumlah dan ukuran perusahaan
yang terdapat pada suatu industri dalam menyediakan dan menjual suatu produk
kepada pasar atau sekumpulan pembeli. Pengamatan terhadap struktur pasar
dilakukan dengan mengetahui karakteristik pasar terutama tentang perilaku
penjual dan pembeli ketika melakukan transaksi perdagangan.Menurut UU
Nomor 5 Tahun 1999, struktur pasar didefinisikan sebagai suatu keadaan pasar
yang memberikan petunjuk tentang aspek-aspek yang memiliki pengaruh penting
terhadap perilaku pelaku usaha dan kinerja pasar. Aspek-aspek tersebut antara
lain jumlah penjual dan pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar, keragaman
produk, sistem distribusi, dan penguasaan pangsa pasar (Indriastuti, 2013).
1. Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar yang ditandai oleh
jumlahpembeli dan penjual yang sangat banyak. Transaksi setiap individu tersebut
(pembelidan penjual) sangat kecil dibandingkan output industri total sehingga
mereka tidak bisamempengaruhi harga produk tersebut. Para pembeli dan penjual
secara individualhanya bertindak sebagai penerima harga (price takers). Tidak ada
perusahaan yangmenerima laba di atas normal dalam jangka panjang dalam pasar
persaingansempurna ini.
2. Pasar Monopoli
Pasar monopoli adalah suatu pasar yang dicirikan dengan penjual
tunggaldan sebuah produk yang sangat terdiferensiasi. Produsen setiap produk
harusbersaing memperebutkan pangsa pasar dari pembelian konsumen, tetapi
produsenmonopoli tidak menghadapi persaingan yang efektif untuk penjualan
produknyabaik dari pesaing yang ada maupun yang potensial. Hambatan yang
besarseringkali merintangi para pendatang potensial. Monopoli bisa terjadi karena
tigahal, yaitu monopoli alami, monopoli karena efisiensi yang superior, dan
monopolikarena paten (Pappas dan Hirschey, 1995).
3. Pasar Monopolistik
Pasar Monopolistis adalah salah satu bentuk pasar di mana terdapat
banyak produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan
dalam beberapa aspek.Meskipun produk yang dihasilkan sejenis, namun setiap
produk yang dihasilkan tiap produsen pasti memiliki karakter tersendiri yang
membedakannya dengan produk lainnya (diferensiasi produk).Produsen dapat
dengan leluasa keluar masuk pasar.Hal ini dipengaruhi oleh laba ekonomis, saat
produsen hanya sedikit di pasar maka laba ekonomisnya cukup tinggi.Ketika
produsen semakin banyak dan laba ekonomis semakin kecil, maka pasar menjadi
tidak menarik dan produsen dapat meninggalkan pasar.Pada pasar monopolistis,
tidak seperti pada pasar persaingan sempurna, produsen memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi harga walaupun pengaruhnya tidak sebesar produsen dari
pasar monopoli atau oligopoli.Misalnya, pasar sepeda motor di Indonesia. Produk
sepeda motor memang cenderung bersifat homogen, tetapi masing-masing

14

memiliki ciri khusus sendiri. Akibatnya tiap-tiap merek mempunyai pelanggan
masing-masing (Pappas dan Hirschey, 1995).
4. Pasar Oligopoli
Pasar Oligopoli adalah suatu bentuk pasar yang terdapat beberapa penjual
dimana salah satu atau beberapa penjual bertindak sebagai pemilik pasar terbesar
(price leader).Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari
sepuluh.Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai
bagian yang terikat dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang mereka
dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka.Sehingga semua usaha
promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya
dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka
(Pappas dan Hirschey, 1995).
Konsep Keunggulan Komparatif
Konsep daya saing berpijak dari konsep keunggulan komparatif yang
diperkenalkan oleh Ricardo sekitar abad ke-18 (1823) yang selanjutnya dikenal
dengan model Ricardian Ricardo atau Hukum Keunggulan Komparatif (The Law
of Comparative Advantage). Ricardo menyatakan bahwa meskipun sebuah negara
kurang efisien dibandingkan (memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain
dalam memproduksi kedua komoditas, namun masih tetap terdapat dasar untuk
melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama
harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas
yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (memiliki keunggulan komparatif) dan
mengimpor komoditas yang memiliki kerugian absolut lebih besar atau memiliki
kerugian komparatif (Salvatore, 1997 dalam Sudiyarto).
Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dikatakan juga memiliki
efisiensi secara ekonomi. Keunggulan komparatif bersifat dinamis. Suatu negara
yang memiliki keunggulan komparatif di sektor tertentu secara potensial harus
mampu mempertahankan dan bersaing dengan negara lain. Keunggulan
komparatif berubah karena faktor yang mempengaruhinya (Sudiyarto, 2013).
Teori keunggulan komparatif menyatakan bahwa suatu Negara
mengekspor barang tertentu karena Negara tersebut bisa menghasilkan barang
tersebut dengan biaya yang secara mutlak lebih murah daripada Negara lain.
Suatu Negara hanya akan mengekspor barang yang mempunyai keunggulan
komparatif tinggi dan mengimpor barang yang mempunyai keunggulan
komparatif rendah. Jadi, jelas bahwa adanya keunggulan komparatif bisa
menimbulkan manfaat perdagangan bagi kedua belah pihak, dan selanjutnya akan
mendorong timbulnya perdagangan antarnegara.
Konsep Keunggulan Kompetitif
Menurut David (2009), keunggulan kompetitif dapat diartikan sebagai
“segala sesuatu yang dapat dilakukan dengan jauh lebih baik oleh sebuah
perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan saingan”.
Keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) merupakan alat untukmengukur
daya saing suatu aktivitas berdasarkan pada kondisi perekonomianaktual. Menurut
Porter(1998), keunggulan kompetitif suatu negara sangat tergantung pada
tingkatsumberdaya yang dimilikinya. Berdasarkan sumberdaya lokal yang
dimiliki suatunegara dapat dilihat apakah suatu negara mempunyai keunggulan

15

kompetitif atautidak. Keunggulan kompetitif dibuat dan dipertahankan melalui
suatu prosesinternal yang tinggi. Perbedaan dalam struktur ekonomi nasional,
nilai,kebudayaan, kelembagaan, dan sejarah menentukan keberhasilan kompetitif.
Keunggulan kompetitif suatu negara ditentukan oleh empat faktor
yangharus dimiliki suatu negara untuk bersaing secara global. Keempat faktor
tersebutadalah kondisi faktor sumberdaya (factor condition), kondisi permintaan
(demandcondition), industri te