Analisis daya saing rumput laut Indonesia di Pasar Internasional

(1)

ANALISIS DAYA SAING RUMPUT LAUT INDONESIA

DI PASAR INTERNASIONAL

SKRIPSI

MARK MAJUS RAJAGUKGUK H34066078

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

ANALISIS DAYA SAING RUMPUT LAUT INDONESIA

DI PASAR INTERNASIONAL

SKRIPSI

MARK MAJUS RAJAGUKGUK H34066078

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(3)

RINGKASAN

MARK MAJUS RAJAGUKGUK. H34066078. 2009 Analisis Daya Saing Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUHARNO)

Indonesia memiliki potensi sebagai eksportir rumput laut terbesar di dunia. Potensi perikanan Indonesia yang cukup besar, dimana kurang lebih dua juta hektar luas laut sangat cocok digunakan untuk pengembangan rumput laut. Jenis rumput laut yang banyak diminati pasar adalah jenis Euchema cottonii dan Glacillaria sp. Berdasarkan data FAO, Indonesia adalah negara terbesar ketiga sebagai produsen rumput laut, setelah China dan Philippines. Tahun 2007, Indonesia mampu memproduksi 1,733,705 ton rumput laut atau setara dengan 13.17 persen produksi rumput laut dunia. Dari sisi volume ekspor, Indonesia menempati posisi kedua setelah China dimana sejak tahun 1999 hingga 2006, Indonesia telah mengekspor 332,666 ton rumput laut dunia. Tetapi, apabila dilihat dari sisi nilai ekspor, Indonesia masih kalah tertinggal dari negara-negara dengan volume ekspor lebih rendah. Berdasarkan nilai ekspor, Indonesia hanya menempati posisi ke-lima, dimana sejak tahun 1999 hingga 2006 nilai ekspor Indonesia hanya 195,919 ribu US $. Kemudian, apabila ditinjau dari sisi harga ekspor, posisi Indonesia relatif masih kalah dibandingkan dengan negara lain. Pada tahun 2006, harga ekspor rumput laut Indonesia hanya 520.000 US $ per ton dan menjadikan Indonesia hanya berada pada posisi ke tujuh, kalah eksportir lain seperti Chile.

Beragam permasalahan yang terjadi dengan produksi dan kondisi ekspor rumput laut Indonesia. Informasi-informasi tersebut diatas menjadi sebuah pertanyaan dan berbeda dengan seharusnya mengingat potensi Indonesia yang sangat besar dalam bidang perikanan dan kelautan. Informasi-informasi tersebut sekaligus dapat menunjukkan bahwa Indonesia masih belum memiliki daya saing untuk komoditi rumput laut di pasar internasional.

Daya saing ekspor suatu komoditi di pasar internasional menggambarkan tingkat daya saing ekspor di pasar internasional dengan melihat besarnya pangsa pasar di dunia. Oleh karena itu daya saing dapat diukur dari persentase penguasaan pangsa pasar di negara-negara tujuan ekspor, dimana hubungan keduanya adalah positif. Artinya, jika pangsa pasar semakin besar, maka dapat dikatakan bahwa daya saing ekspor komoditi tersebut juga semakin besar.

Merujuk kepada pernyatan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia di pasar internasional, dimana akan dianalisis menurut negara tujuan ekspor yang diurutkan berdasarkan nilai ekspor terbesar. Dalam penelitian ini juga akan diketahui apa faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perubahan penguasaan pangsa pasar ekspor di negara tujuan serta pengaruhnya terhadap pangsa pasar ekspor rumput laut di negara tujuan ekspor. Kemudian, dari hasil yang diperoleh akan dianalisis posisi daya siang ekspor rumput laut Indonesia di negara tujuan ekspor, dimana apabila pangsa pasar lebih besar atau sama dengan 20 persen, maka dapat dikatakan


(4)

bahwa rumput laut Indonesia memiliki daya saing di negara bersangkutan. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi perubahan pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia, serta pengaruhnya. Informasi ini penting untuk diketahui untuk dapat menentukan posisi daya saing serta strategi yang dapat dilakukan oleh para pengambil kebijakan dari hasil penelitian.

Faktor-faktor yang diduga sebagai variabel yang mempengaruhi pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia di negara tujuan ekspor adalah volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara tujuan ekspor (Q), harga ekspor rumput laut Indonesia (PX), nilai tukar (NT), GDP per kapita negara tujuan ekspor (GDP), serta produksi nasional rumput laut Indonesia (PR).

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dari badan-badan yang kompeten seperti DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan) Republik Indonesia, FAO (Food and Agricultural Organization), UN Comtrade (United Nations Commodity of Trade), FED (Federal Reserved), Departemen Perdagangan RI, Badan Pusat Statistik, serta lembaga-lembaga lain yang diperlukan untuk penelitian.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia di negara tujuan ekspor dilakukan dengan regresi data panel, yakni dengan melakukan metode Pooled OLS, metode Fixed effect, dan metode Random effect. Penggunaan dan penjelasan ketiga metode ini akan dijelaskan kemudian dalam skripsi.

Metode terbaik yang digunakan berdasarkan uji yang telah dilakukan adalah metode Fixed effect. Pada model yang dihasilkan, ternyata tidak semua variabel yang dinyatakan berpengaruh nyata secara statistik terhadap pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia. Variabel yang dinyatakan berpengaruh nyata secara statistik terhadap pangsa pasar adalah volume ekspor ke negara tujuan (Q), nilai tukar (NT), dan GDP per kapita negara tujuan (GDP). Sedangkan variabel harga ekspor (PX), dan produksi rumput laut nasional (PR) adalah variabel yang tidak berpengaruh nyata secara statistik.

Model pangsa pasar yang telah dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui posisi daya saing ekspor rumput laut di negara tujuan ekspor pada tahun-tahun tertentu. Dari hasil analisis yang dilakukan, Indonesia memiliki daya saing di negara Hongkong, Philippina, Spain, dan Denmark. Hal berbeda ditemukan pada negara China dimana pada negara tersebut Indonesia baru berdaya saing setelah tahun 2004. Sedangkan untuk negara USA, Indonesia baru mempunyai daya saing pada tahun 2006, demikian juga dengan di Korea Selatan baru pada tahun 2005. Sedangkan di negara Jepang, United Kingdom, dan France, Indonesai sama sekali tidak memiliki daya saing. Hal ini terjadi karena beberapa permasalahan seperti mutu dan kualitas produk Indonesia yang masih rendah.

Indonesia sebaiknya mulai untuk melakukan ekspor dalam bentuk olahan, bukan hanya dalam bentuk bahan baku (raw seeweds). Hal ini akan menambah nilai ekspor yang berdampak pada peningkatan harga ekspor. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah peningkatan mutu rumput laut ekspor. Peningkatan mutu dan adanya kerjasama dari berbagai pihak dapat menjadi dorongan modal baru bagi peningkatan posisi daya saing ekspor rumput laut di pasar intrnasional


(5)

ANALISIS DAYA SAING RUMPUT LAUT INDONESIA

DI PASAR INTERNASIONAL

MARK MAJUS RAJAGUKGUK H 34066078

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(6)

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional

Nama : Mark Majus Rajagukguk

NRP : H 34066078

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Suharno, M. Adev

NIP. 19610610 198611 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002


(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Daya Saing Rumput δaut Indonesia di Pasar Internasional” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2009

Mark Majus Rajagukguk H34066078


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di RSU Balige pada tanggal 14 Agustus 1985. Penulis merupakan anak ke-sembilan dari sembilan bersaudara kandung dari pasangan Hotman Rajagukguk (alm) dan Rayani Siregar. Penulis berkesempatan untuk menempuh pendidikan formal di SD Negeri No. 173339 Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara (1991-1997), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara (1997-2000) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara (2000-2003).

Pada tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada Program Studi Diploma III Teknologi Informasi Kelautan (TEK) Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Setelah menyelesaikan Studi di Diploma III, Penulis langsung melanjutkan studi di Program Sarjana Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih karunia-Nya begitu besar dan luar biasa, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Skripsi yang disusun oleh Penulis berjudul Analisis Daya Saing Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional dengan menggunakan alat analisis Data Panel.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih harus terus diperbaharui dan disempurnakan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan arahan yang membangun untuk Penulis dalam melengkapi dan memberikan hasil yang terbaik dalam penelitian ini. Sehingga penelitian ini dapat berguna buat bangsa dan negara, pihak terkait, dan menjadi sebuah kebanggaan buat Institusi, juga secara khusus bagi Penulis.

Bogor, Juni 2009


(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, penulis ingin menyampaikan

terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Suharno, M. Adev selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, kesempatan, kesabaran, dan ilmu yang telah diberikan kepada Penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Rita Nurmalina, MS selaku dosen evaluator proposal penelitian. Terimakasih atas saran dan masukan yang sangat membantu Penulis dalam melakukan dan menyusun skripsi ini.

3. M. Firdaus, PhD selaku dosen penguji utama dalam sidang penelitian saya. Terimakasih atas saran dan bimbingannya.

4. Ir. Harmini, MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan. Terimakasih atas saran dan bimbingannya.

5. Pihak sekretariat AGB Ekstensi, atas bantuannya dalam urusan administrasi Penulis selama mahasiswa hingga penyelesaian pendidikan di IPB

6. Tiur Mariani Sihaloho, Amd selaku pembahas pada seminar hasil penelitian. Terimakasih atas waktu, saran serta informasi tambahan untuk perbaikan skripsi.

7. Orang tua dan keluarga atas doa, harapan, dukungan, serta kasih sayang yang telah diberikan selama kuliah, dan terutama saat melakukan penyusunan penelitian ini.

8. Hotnauli Br Silalahi,S.E. Terimakasih atas doa, semangat dan dukungan, diskusi, saran, waktu serta doa yang telah diberikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skipsi ini.

9. Teman-teman AGB, dari semua angkatan atas diskusi, kebersaman, dan pengetahuan yang semakin berkembang dan bermanfaat dalam penyusunan skipsi ini.

10. Teman-teman dari KMKE (Komunitas Mahasiswa Kristen Ekstensi-IPB), atas doa dan semangatnya. Tetap berkarya dalam Tuhan.


(11)

ANALISIS DAYA SAING RUMPUT LAUT INDONESIA

DI PASAR INTERNASIONAL

SKRIPSI

MARK MAJUS RAJAGUKGUK H34066078

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(12)

ANALISIS DAYA SAING RUMPUT LAUT INDONESIA

DI PASAR INTERNASIONAL

SKRIPSI

MARK MAJUS RAJAGUKGUK H34066078

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(13)

RINGKASAN

MARK MAJUS RAJAGUKGUK. H34066078. 2009 Analisis Daya Saing Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUHARNO)

Indonesia memiliki potensi sebagai eksportir rumput laut terbesar di dunia. Potensi perikanan Indonesia yang cukup besar, dimana kurang lebih dua juta hektar luas laut sangat cocok digunakan untuk pengembangan rumput laut. Jenis rumput laut yang banyak diminati pasar adalah jenis Euchema cottonii dan Glacillaria sp. Berdasarkan data FAO, Indonesia adalah negara terbesar ketiga sebagai produsen rumput laut, setelah China dan Philippines. Tahun 2007, Indonesia mampu memproduksi 1,733,705 ton rumput laut atau setara dengan 13.17 persen produksi rumput laut dunia. Dari sisi volume ekspor, Indonesia menempati posisi kedua setelah China dimana sejak tahun 1999 hingga 2006, Indonesia telah mengekspor 332,666 ton rumput laut dunia. Tetapi, apabila dilihat dari sisi nilai ekspor, Indonesia masih kalah tertinggal dari negara-negara dengan volume ekspor lebih rendah. Berdasarkan nilai ekspor, Indonesia hanya menempati posisi ke-lima, dimana sejak tahun 1999 hingga 2006 nilai ekspor Indonesia hanya 195,919 ribu US $. Kemudian, apabila ditinjau dari sisi harga ekspor, posisi Indonesia relatif masih kalah dibandingkan dengan negara lain. Pada tahun 2006, harga ekspor rumput laut Indonesia hanya 520.000 US $ per ton dan menjadikan Indonesia hanya berada pada posisi ke tujuh, kalah eksportir lain seperti Chile.

Beragam permasalahan yang terjadi dengan produksi dan kondisi ekspor rumput laut Indonesia. Informasi-informasi tersebut diatas menjadi sebuah pertanyaan dan berbeda dengan seharusnya mengingat potensi Indonesia yang sangat besar dalam bidang perikanan dan kelautan. Informasi-informasi tersebut sekaligus dapat menunjukkan bahwa Indonesia masih belum memiliki daya saing untuk komoditi rumput laut di pasar internasional.

Daya saing ekspor suatu komoditi di pasar internasional menggambarkan tingkat daya saing ekspor di pasar internasional dengan melihat besarnya pangsa pasar di dunia. Oleh karena itu daya saing dapat diukur dari persentase penguasaan pangsa pasar di negara-negara tujuan ekspor, dimana hubungan keduanya adalah positif. Artinya, jika pangsa pasar semakin besar, maka dapat dikatakan bahwa daya saing ekspor komoditi tersebut juga semakin besar.

Merujuk kepada pernyatan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia di pasar internasional, dimana akan dianalisis menurut negara tujuan ekspor yang diurutkan berdasarkan nilai ekspor terbesar. Dalam penelitian ini juga akan diketahui apa faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perubahan penguasaan pangsa pasar ekspor di negara tujuan serta pengaruhnya terhadap pangsa pasar ekspor rumput laut di negara tujuan ekspor. Kemudian, dari hasil yang diperoleh akan dianalisis posisi daya siang ekspor rumput laut Indonesia di negara tujuan ekspor, dimana apabila pangsa pasar lebih besar atau sama dengan 20 persen, maka dapat dikatakan


(14)

bahwa rumput laut Indonesia memiliki daya saing di negara bersangkutan. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi perubahan pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia, serta pengaruhnya. Informasi ini penting untuk diketahui untuk dapat menentukan posisi daya saing serta strategi yang dapat dilakukan oleh para pengambil kebijakan dari hasil penelitian.

Faktor-faktor yang diduga sebagai variabel yang mempengaruhi pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia di negara tujuan ekspor adalah volume ekspor rumput laut Indonesia ke negara tujuan ekspor (Q), harga ekspor rumput laut Indonesia (PX), nilai tukar (NT), GDP per kapita negara tujuan ekspor (GDP), serta produksi nasional rumput laut Indonesia (PR).

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dari badan-badan yang kompeten seperti DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan) Republik Indonesia, FAO (Food and Agricultural Organization), UN Comtrade (United Nations Commodity of Trade), FED (Federal Reserved), Departemen Perdagangan RI, Badan Pusat Statistik, serta lembaga-lembaga lain yang diperlukan untuk penelitian.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia di negara tujuan ekspor dilakukan dengan regresi data panel, yakni dengan melakukan metode Pooled OLS, metode Fixed effect, dan metode Random effect. Penggunaan dan penjelasan ketiga metode ini akan dijelaskan kemudian dalam skripsi.

Metode terbaik yang digunakan berdasarkan uji yang telah dilakukan adalah metode Fixed effect. Pada model yang dihasilkan, ternyata tidak semua variabel yang dinyatakan berpengaruh nyata secara statistik terhadap pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia. Variabel yang dinyatakan berpengaruh nyata secara statistik terhadap pangsa pasar adalah volume ekspor ke negara tujuan (Q), nilai tukar (NT), dan GDP per kapita negara tujuan (GDP). Sedangkan variabel harga ekspor (PX), dan produksi rumput laut nasional (PR) adalah variabel yang tidak berpengaruh nyata secara statistik.

Model pangsa pasar yang telah dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui posisi daya saing ekspor rumput laut di negara tujuan ekspor pada tahun-tahun tertentu. Dari hasil analisis yang dilakukan, Indonesia memiliki daya saing di negara Hongkong, Philippina, Spain, dan Denmark. Hal berbeda ditemukan pada negara China dimana pada negara tersebut Indonesia baru berdaya saing setelah tahun 2004. Sedangkan untuk negara USA, Indonesia baru mempunyai daya saing pada tahun 2006, demikian juga dengan di Korea Selatan baru pada tahun 2005. Sedangkan di negara Jepang, United Kingdom, dan France, Indonesai sama sekali tidak memiliki daya saing. Hal ini terjadi karena beberapa permasalahan seperti mutu dan kualitas produk Indonesia yang masih rendah.

Indonesia sebaiknya mulai untuk melakukan ekspor dalam bentuk olahan, bukan hanya dalam bentuk bahan baku (raw seeweds). Hal ini akan menambah nilai ekspor yang berdampak pada peningkatan harga ekspor. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah peningkatan mutu rumput laut ekspor. Peningkatan mutu dan adanya kerjasama dari berbagai pihak dapat menjadi dorongan modal baru bagi peningkatan posisi daya saing ekspor rumput laut di pasar intrnasional


(15)

ANALISIS DAYA SAING RUMPUT LAUT INDONESIA

DI PASAR INTERNASIONAL

MARK MAJUS RAJAGUKGUK H 34066078

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(16)

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional

Nama : Mark Majus Rajagukguk

NRP : H 34066078

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Suharno, M. Adev

NIP. 19610610 198611 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002


(17)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Daya Saing Rumput δaut Indonesia di Pasar Internasional” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2009

Mark Majus Rajagukguk H34066078


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di RSU Balige pada tanggal 14 Agustus 1985. Penulis merupakan anak ke-sembilan dari sembilan bersaudara kandung dari pasangan Hotman Rajagukguk (alm) dan Rayani Siregar. Penulis berkesempatan untuk menempuh pendidikan formal di SD Negeri No. 173339 Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara (1991-1997), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara (1997-2000) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara (2000-2003).

Pada tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada Program Studi Diploma III Teknologi Informasi Kelautan (TEK) Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Setelah menyelesaikan Studi di Diploma III, Penulis langsung melanjutkan studi di Program Sarjana Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(19)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih karunia-Nya begitu besar dan luar biasa, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Skripsi yang disusun oleh Penulis berjudul Analisis Daya Saing Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional dengan menggunakan alat analisis Data Panel.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih harus terus diperbaharui dan disempurnakan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan arahan yang membangun untuk Penulis dalam melengkapi dan memberikan hasil yang terbaik dalam penelitian ini. Sehingga penelitian ini dapat berguna buat bangsa dan negara, pihak terkait, dan menjadi sebuah kebanggaan buat Institusi, juga secara khusus bagi Penulis.

Bogor, Juni 2009


(20)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, penulis ingin menyampaikan

terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Suharno, M. Adev selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, kesempatan, kesabaran, dan ilmu yang telah diberikan kepada Penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Rita Nurmalina, MS selaku dosen evaluator proposal penelitian. Terimakasih atas saran dan masukan yang sangat membantu Penulis dalam melakukan dan menyusun skripsi ini.

3. M. Firdaus, PhD selaku dosen penguji utama dalam sidang penelitian saya. Terimakasih atas saran dan bimbingannya.

4. Ir. Harmini, MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan. Terimakasih atas saran dan bimbingannya.

5. Pihak sekretariat AGB Ekstensi, atas bantuannya dalam urusan administrasi Penulis selama mahasiswa hingga penyelesaian pendidikan di IPB

6. Tiur Mariani Sihaloho, Amd selaku pembahas pada seminar hasil penelitian. Terimakasih atas waktu, saran serta informasi tambahan untuk perbaikan skripsi.

7. Orang tua dan keluarga atas doa, harapan, dukungan, serta kasih sayang yang telah diberikan selama kuliah, dan terutama saat melakukan penyusunan penelitian ini.

8. Hotnauli Br Silalahi,S.E. Terimakasih atas doa, semangat dan dukungan, diskusi, saran, waktu serta doa yang telah diberikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skipsi ini.

9. Teman-teman AGB, dari semua angkatan atas diskusi, kebersaman, dan pengetahuan yang semakin berkembang dan bermanfaat dalam penyusunan skipsi ini.

10. Teman-teman dari KMKE (Komunitas Mahasiswa Kristen Ekstensi-IPB), atas doa dan semangatnya. Tetap berkarya dalam Tuhan.


(21)

11. Teman perantauan dari εuara ζauli (B’Halasson, B’Achis, B’δister, δilis, Berta, Hartip, Adi dan lain-lain) Abang serta adek-adek atas dukungan dan doanya.

12. Pemilik Wisma Borobudur (Bapak Parulian), serta teman-teman di Kos Borobudur (B’Wira, B’Jhony, B’Reynold, B’David, Jhon Raphael, Juli, Erick Se Has, B’Budi, dan lain-lain) serta pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

13. Teman-teman dari kos Wisma Belitung 21 (Rida Murni, Liani, Christin). Terimakasih atas dukungannya.

14. Serta semua pihak yang belum disebutkan satu-persatu, Terimakasih atas dukungan dan doanya.


(22)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 10 1.4 Manfaat Penelitian ... 11 1.5 Ruang Lingkup dan Batas Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12 2.1 Rumput Laut ... 12 2.2 Budidaya Rumput Laut ... 14 2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19 2.3.1 Kajian tentang Rumput Laut ... 19 2.3.2 Kajian tentang Daya Saing ... 21

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 23 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 23

3.1.1 Konsep Perdagangan Internasional ... 23 3.1.2 Ekspor dan Impor ... 25 3.1.2.1 Pengertian Ekspor ... 25 3.1.2.2 Pengertian Impor ... 26 3.1.3 Pasar dan Pangsa Pasar ... 27 3.1.4 Konsep Daya Saing ... 27 3.1.5 Teknik Estimasi Menggunakan Regresi Data Panel ... 30 3.1.5.1 Metode Pooled OLS ... 33 3.1.5.2 Metode Fixed Effect ... 34 3.1.5.3 Metode Random Effect ... 35 3.2 Hipotesis Penelitian ... 37 3.3 Kerangka Pemikiran Operasional ... 38

IV. METODE PENELITIAN ... 40 4.1 Jenis dan Sumber Data ... 40 4.2 Metode Pengumpulan Data ... 40 4.3 Perumusan Model ... 40 4.4 Pengujian terhadap Model Penduga yang Lebih Tepat... 41 4.4.1 Chow Test ... 42 4.4.2 Hausman Test ... 43 4.5 Pengujian Model ... 44


(23)

4.6 Elastisitas ... 45 4.7 Asumsi dalam Penelitian ... 46 4.8 Defenisi Operasional ... 47

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI RUMPUT LAUT INDONESIA 48

VI. ANALISIS DAYA SAING BERDASARKAN MODEL PANGSA

PASAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PANGSA PASAR RUMPUT LAUT INDONESIA ... 51 6.1 Perkembangan Pangsa Pasar Rumput Laut Indonesia di Pasar

Internasional ... 51 6.2 Analisis Hasil Estimasi menggunakan Data Panel ... 55 6.2.1 Pemilihan Model Terbaik ... 56 6.2.2 Interpretasi Model Terbaik ... 57 6.2.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pangsa Pasar

dengan Metode Fixed Effect ... 58 6.3Posisi Daya Saing Indonesia berdasarkan Perhitungan dengan

Menggunakan Model Fixed Effect ... 57

7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 64 7.1 Kesimpulan ... 64 7.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(24)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Perkembangan Ekspor-Impor Rumput Laut Indonesia ... 4 2. Negara Tujuan Ekspor Rumput Laut Indonesia berdasarkan Volume

Ekspor Terbesar ... 7 3. Negara Tujuan Ekspor Rumput Laut Indonesia berdasarkan Nilai Ekspor

Terbesar ... 8 4. Eksportir Rumput Laut Dunia, 1999-2006... 9 5. Jenis Rumput Laut yang Memiliki Nilai Ekonomis Tinggi ... 13 6. Kebutuhan Dunia terhadap Spesies Euchema sp ... 49 7. Perkiraan Kebutuhan Dunia terhadap Produk Olahan Rumput Laut

(dalam ton) ... 50 8. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Indonesia dan

Dunia, Tahun 1996-2006 ... 51 9. Pangsa Pasar Ekspor Rumput Laut Indonesia dibandingkan Produsen

Dan Eksportir Utama Rumput Laut Dunia, Tahun 1996-2006 ... 52 10. Pangsa Pasar Rumput Laut Indonesia di Negara Tujuan Ekspor ... 54 11. Perbandingan Hasil Estimasi Berdasarkan Metode Analisis ... 55 12. Hasil Pendugaan Persamaan Pangsa Pasar dengan Metode Fixed Effect 57 13. Posisi Daya Saing Indonesia berdasarkan Negara Tujuan ... 63


(25)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Harga Komoditas Relatif Ekuilibrium setelah Perdagangan ... 24 2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ... 39 3. Pengujian Model dalam Pengolahan Data Panel ... 42 4. Tren Pangsa Pasar Rumput Laut Indonesia di Pasar Internasional ... 53


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Importir Utama Rumput Laut Dunia berdasarkan Volume Impor

Terbesar ... 69 2. Produsen Utama Rumput Laut Dunia Berdasarkan Volume Produksi ... 70 3. Eksportir Utama Rumput Laut Dunia berdasarkan Volume Ekspor

Terbesar ... 71 4. Eksportir Utama Rumput Laut Dunia berdasarkan Nilai Ekspor

Terbesar ... 72 5. Daerah Penyebaran Rumput Laut di Indonesia ... 73 6. Output Eviews dengan Menggunakan Metode Pooled OLS ... 75 7. Output Eviews dengan Menggunakan Metode Fixed Effect ... 76 8. Output Eviews dengan Menggunakan Metode Random Effect ... 77 9. Data Panel ... 78 10. Posisi Daya Saing Ekspor Rumput Laut Indonesia ... 80 11. Hasil Perhitungan Uji CHOW ... 82 12. Uji Hausman ... 83


(27)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau mencapai 17,504 buah dan panjang pantai yang mencapai 81,000 km, Indonesia memiliki peluang dan potensi budidaya komoditi laut yang sangat besar untuk dikembangkan. Luas potensi budidaya laut diperkirakan mencapai 26 juta ha, dan kurang lebih dua juta ha diantaranya sangat potensial untuk pengembangan rumput laut dengan potensi produksi rumput laut kering rata-rata 16 ton per Ha. Berdasarkan data DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan) RI tahun 2008, apabila seluruh lahan dapat dimanfaatkan maka akan diperoleh kurang lebih 32 juta ton per tahun. Apabila harga rumput laut sebesar Rp 4.5 juta per ton, maka penerimaan yang diperoleh berkisar Rp 144 triliun per tahun. Potensi rumput laut Indonesia dapat menjadi salah satu sumber pemasukan bagi devisa negara, dan juga mampu menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor rumput laut kering terbesar dunia.

Saat ini terdapat sekitar 782 jenis rumput laut yang hidup di perairan Indonesia. Jumlah tersebut terdiri dari 196 algae hijau, 134 algae coklat, dan 452 algae merah. Sebagai penyedia bahan baku industri, rumput laut memiliki turunan yang sangat beragam seperti untuk bahan makanan (dodol, minuman, kembang gula, dan lain-lain), kosmetik, dan juga untuk bahan obat-obatan. Jenis yang banyak dikembangkan dan banyak diminati pasar adalah jenis Euchemaspinosum, Euchemacottonii dan Gracilariasp.

Rumput laut menjadi salah satu komoditas unggulan dalam program revitalisasi perikanan disamping udang dan tuna. Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dan juga keunggulannya, diantaranya : peluang pasar ekspor yang terbuka luas, harga relatif stabil, juga belum ada batasan atau kuota perdagangan bagi rumput laut; teknologi pembudidayaannya sederhana, sehingga mudah dikuasai; siklus pembudidayaannya relatif singkat, sehingga cepat memberikan keuntungan; kebutuhan modal relatif kecil; merupakan komoditas yang tidak tergantikan, karena tidak ada produk sintetisnya; usaha pembudidayaan rumput laut tergolong usaha yang padat karya, sehingga mampu menyerap tenaga kerja.


(28)

Permintaan rumput laut meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan industri berbasis rumput laut, serta kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali kepada produk-produk hasil alam. Diperkirakan, dalam kurun waktu lima tahun kedepan kebutuhan produk olahan rumput laut terus meningkat. Berdasarkan kecenderungan ekspor dan impor produk olahan rumput laut selama periode 1999-2004. Anggadiredja et. al (2006) memperkirakan pasar dunia produk olahan rumput laut meningkat sekitar 10 persen setiap tahun untuk karaginan semirefine (SRC), agar, dan alginat untuk industri (industrial grade). Adapun alginat untuk makanan (food grade) meningkat sebesar 7.5 persen dan karaginan refine sebesar lima persen.

Selain itu, Anggadiredja et. al (2006) juga mengestimasi kebutuhan bahan baku rumput laut penghasil karaginan pada tahun 2010 sebesar 322.500 ton yang terdiri dari Euchema sp. sebesar 274.100 ton dan jenis selain Eucheuma sp. sebesar 48.400 ton. Asumsi yang digunakan untuk mengestimasi kebutuhan pasar tersebut adalah 25 persen karaginan diekstrak dari bahan baku Eucheuma sp dalam skala industri dan 15 persen dari kebutuhan bahan baku karaginan diperoleh dari jenis rumput laut selain Eucheuma sp. Selain itu, asumsi yang digunakan juga berdasarkan perkiraan kebutuhan pasar dunia produk olahan rumput laut, khususnya karaginan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pasar rumput laut dunia masih sangat besar, baik untuk pasar bahan baku mentah (raw seaweeds) ataupun untuk produk olahannya. Indonesia dengan potensi besar seharusnya dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk peningkatan penerimaan dan devisa negara yang lebih besar.

Peningkatan permintaan rumput laut dunia juga dapat dilihat dari peningkatan volume impor yang dilakukan oleh negara-negara importir. Jepang merupakan negara importir terbesar rumput laut dunia, diikuti oleh China pada posisi ke-dua, dan United States of America (USA) pada posisi ke-tiga. Selama kurun waktu 1999 hingga 2006, ketiga negara tersebut mengimpor 55.66 persen dari seluruh impor dunia, sesuai dengan data yang diperoleh dari FAO (Food and Agriculture Organization). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ketiga negara tersebut memiliki posisi penting bagi setiap eksportir dunia. Apabila suatu negara memiliki pangsa pasar yang baik di negara importir utama, maka dapat dikatakan


(29)

bahwa negara tersebut memiliki daya saing di pasar internasional rumput laut. Selengkapnya data importir terbesar dunia dapat dilihat pada Lampiran 1.

Seiring dengan peningkatan permintaan dunia yang semakin besar, produksi rumput laut dunia juga mengalami peningkatan yang cukup baik setiap tahunnya. Beberapa negara produsen mulai bersaing untuk dapat memproduksi rumput laut dengan kuantitas yang besar dan kualitas terbaik pula. Berdasarkan data tahun 1999 hingga 2007 yang diperoleh dari FAO (Food and Agriculture Organization), China memproduksi rata-rata 58.14 persen produksi rumput laut dunia, sekaligus menjadikan China sebagai produsen utama rumput laut dunia. Kemudian diikuti oleh Philippina dengan rata-rata produksi 10.57 persen. Indonesia berada pada posisi ketiga dengan rata-rata produksi 5.43 persen dibandingkan dengan produksi rumput laut dunia. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 yang disusun berdasarkan volume produksi dalam satuan ton.

Pada Lampiran 2 dapat diperhatikan bahwa produksi rumput laut Indonesia pada tahun 2006 telah mencapai 1,174,996ton, dan meningkat menjadi 1,733,705 ton pada tahun 2007. Peningkatan produksi tersebut memberikan kontribusi yang besar dalam perbaikan posisi Indonesia dalam perdagangan internasional rumput laut. Hal ini juga menjadi salah satu indikator adanya perbaikan pola produksi rumput laut dalam negeri melalui program revitalisasi perikanan yang dicanangkan oleh pemerintah. Pemerintah juga menargetkan pencapaian 1,900,000 ton produksi rumput laut pada tahun 2009 yang akan ditempuh dengan pola pengembangan kawasan dengan komoditas Euchema sp. dan Gracilaria sp. Luas lahan pengembangan yang diperlukan sampai tahun 2009 adalah sekitar 25,000 ha, yakni 10,000 ha untuk Gracilaria sp. dan 15,000 ha untuk Euchema sp. Sejak tahun 2002 hingga tahun 2007, produksi rata-rata rumput laut Indonesia mengalami peningkatan 27.97 persen. Melihat potensi ini, Indonesia melalui DKP mempunyai misi untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen terbesar (utama) rumput laut dunia mulai tahun 2009.

Pada sisi ekspor, Indonesia menjadi eksportir kedua terbesar setelah China apabila diurutkan berdasarkan volume ekspor tahun 1999-2007, sesuai dengan data yang diperoleh dari FAO. Akan tetapi sebagian besar ekspor rumput laut Indonesia dalam bentuk gelondongan kering (raw seaweeds), sedangkan bentuk


(30)

produk olahan seperti agar-agar, karaginan dan alinate masih harus diimpor. Sehingga nilai tambah dari pengolahan rumput laut tidak diperoleh, melainkan menjadi perolehan yang cukup besar bagi negara tujuan ekspor rumput laut kering tersebut. Kondisi tersebut sekaligus menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu bersaing dalam industri pengolahan rumput laut. Selengkapnya data volume ekspor dan impor dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Ekspor-Impor Rumput Laut Indonesia (dalam ton)

Tahun Ekspor (X) % Δ Impor (M) % Δ Rasio M/X (%)

1999 25,084 - 258 - 1.03

2000 23,074 -8.01 216 -16.28 0.94

2001 27,874 20.80 246 13.89 0.88

2002 28,559 2.46 383 55.69 1.34

2003 40,162 40.63 339 -11.49 0.84

2004 51,010 27.01 497 46.61 0.97

2005 69,226 35.71 279 -43.86 0.40

2006 95,588 38.08 323 15.77 0.34

Sumber : FAO, 2008

Δ= Perubahan dengan tahun sebelumnya (dalam persen)

Pada Tabel 1 di atas diketahui bahwa dalam kurun waktu 1999 hingga 2006, ekspor Indonesia cenderung meningkat dengan rata-rata peningkatan 22.38 persen per tahun, walau pada tahun 2000 sempat mengalami penurunan ekspor sebesar 2,010 ton. Perkembangan volume ekspor rumput laut yang demikian tinggi mencerminkan adanya peluang dan demand yang semakin besar di pasar internasional terhadap rumput laut Indonesia. Kondisi ini seharusnya dapat menunjukkan bahwa Indonesia memiliki daya saing yang semakin kompetitif di pasar internasional.

Indonesia masih belum berkembang pada industri pengolahan rumput laut. Oleh karena itu, impor umumnya dilakukan dalam bentuk olahan rumput laut, dan ada juga impor untuk jenis rumput laut yang tidak ditemukan di perairan. Volume impor rumput laut mengalami fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan volume. Apabila dibandingkan dengan volume ekspor, rasio impor terhadap ekspor relatif menurun, artinya dalam perkembangannya impor tidak terlalu berpengaruh besar terhadap ekspor Indonesia. Hal tersebut juga dapat


(31)

menunjukkan Indonesia sudah mulai memenuhi permintaan dalam negeri dalam bentuk olahan rumput laut.

Indonesia dengan potensi perikanan yang sangat besar khususnya untuk komoditas rumput laut berpeluang menjadi salah satu yang terbesar sebagai produsen rumput laut, akan tetapi Indonesia juga harus mempunyai kemampuan dalam bersaing baik dari segi harga, kualitas, dan juga kebijakan-kebijakan perdagangan, dan kemampuan dalam manajemen produksi rumput laut nasional. Dari argumentasi tersebut, dapat dilihat bahwa kebutuhan untuk meningkatkan bisnis rumput laut masih sangat terbuka dan potensial, selain dari produksi nasional yang semakin baik juga permintaan yang semakin besar.

Globalisasi ekonomi memberikan pengaruh dan tantangan yang semakin besar terhadap pertanian atau agribisnis di seluruh dunia. Dewasa ini, agribisnis tidak hanya membutuhkan kemampuan untuk dapat bersaing di pasar lokal, tetapi juga harus mampu berkompetisi di pasar luar, juga memerlukan pengembangan strategi baru untuk dapat mempengaruhi konsumen baru di pasar yan baru pula. Informasi dan pengetahuan mengenai kemampuan bersaing atau daya saing, serta keunggulan komparatif juga semakin diperlukan, baik oleh manager agribisnis, perencana strategi (strategic planners), pemerintah, pembuat keputusan, dan sebagainya. Informasi tersebut juga mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi masyarakat serta bisnis atau usahanya dalam agribisnis. Pada sisi perusahan, juga sangat perlu dan harus memperhatikan hal tersebut. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan suatu kajian ataupun penelitian yang dapat membantu untuk mengetahui posisi daya saing suatu komoditi ekspor, termasuk juga rumput laut di pasar internasional.

Perdagangan internasional mengharuskan setiap negara memiliki spesialisasi dan juga kemampuan untuk dapat bersaing memperebutkan pasar yang ada. Penguasaan pasar oleh suatu negara dapat menjadi suatu ukuran kemampuan bersaing suatu negara untuk komoditi tertentu. Berdasarkan data-data dan informasi yang telah dipaparkan, sangatlah diperlukan sebuah penelitian mengenai besar penguasaan pasar yang dimiliki oleh Indonesia di negara tujuan ekspor. Penguasaan pangsa pasar akan menentukan posisi daya saing ekspor rumput laut Indonesia di pasar internasional. Oleh karena itu, suatu negara akan


(32)

sangat memerlukan suatu informasi yang dapat menunjukkan posisi daya saing suatu komoditas ekspor tertentu, dan juga dapat mengetahui faktor-faktor apa yang mungkin mempengaruhinya. Untuk itulah penelitian ini disusun supaya dapat menjadi informasi yang penting bagi input penyusunan kebijakan dalam industri rumput laut Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Indonesia menargetkan menjadi penghasil rumput laut terbesar dunia mulai tahun 2009. Hal ini merupakan sebuah tujuan logis mengingat Indonesia memiliki keunggulan dalam produksi rumput laut dunia. Produksi rumput laut Indonesia memiliki keunggulan wilayah tropis sebagai penghasil rumput laut. Apabila dimanfaatkan dengan baik, dan dengan dukungan pemerintah yang semakin membangun, rumput laut dapat menjadi salah satu alternatif pemasukan pendapatan yang sangat besar bagi negara. Akan tetapi, upaya tersebut masih terkendala daya saing yang rendah dibandingkan negara produsen lain. Uraian berikut akan menjelaskan lebih lanjut mengenai hal di atas.

Potensi perikanan Indonesia seharusnya menjadikan Indonesia salah satu eksportir terbesar di dunia untuk komoditi rumput laut. Berdasarkan data tahun 1999 hingga 2006 yang diperoleh dari FAO, Indonesia telah menjadi eksportir kedua dunia dibawah China dengan total volume ekspor 360,577 ton. Peningkatan volume ekspor rumput laut Indonesia menunjukkan posisi dagang Indonesia di dunia semakin baik. Selengkapnya data eksportir dunia berdasarkan volume ekspor disusun pada Lampiran 3.

Peningkatan volume ekspor Indonesia tidak diikuti dengan penerimaan dari nilai ekspornya. Berdasarkan data FAO, Indonesia berada pada posisi kelima sebagai eksportir apabila diurutkan berdasarkan nilai ekspornya. Ini merupakan indikasi bahwa daya saing ekspor rumput laut Indonesia dalam perdagangan internasional masih lemah. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Berkaitan dengan negara tujuan ekspor, Indonesia memiliki pasar ekspor bervariasi di setiap negara. Seperti misalnya di Jepang sebagai importir terbesar rumput laut dunia, ternyata negara tersebut menjadi negara ke-13 sebagai tujuan ekspor apabila dilihat dari volume ekspor Indonesia ke negara tujuan. Amerika sebagai importir terbesar ke-tiga dunia, hanya menjadi negara tujuan ke-enam


(33)

Indonesia. Demikian juga dengan Francis, sebagai importir ke-empat hanya menempati posisi ke-delapan sebagai negara tujuan ekspor berdasarkan volume ekspornya. Berdasarkan volume ekspor, Indonesia lebih banyak mengekspor rumput laut ke China, Hongkong, Philippines (Philippina), Spain (Spanyol), Denmark, USA, South Korea (Korea Selatan), France (Francis), dan United Kingdom (Inggris). Selengkapnya negara tujuan eskpor Indonesia berdasarkan volume ekspor dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Negara Tujuan Ekspor Rumput Laut Indonesia diurutkan berdasarkan Volume Ekspor Terbesar

Negara Tujuan Volume Ekspor per Tahun (dalam Ton) Total

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

China 806 1,212 1,603 4,187 9,337 13,785 24,926 35,834 91,690

Hongkong 6,857 9,157 7,809 7,164 7,867 9,214 8,385 15,674 72,127

Philippines 1,205 140 1,523 1,472 4,574 5,302 8,060 11,145 33,421

Spain 3,451 3,838 4,359 4,700 3,364 4,716 4,736 4,431 33,595

Denmark 3,148 2,574 3,954 3,948 4,499 6,294 3,754 2,125 30,296

USA 2,299 980 1,662 1,804 2,128 1,750 1,065 5,751 17,439

South Korea 1,335 639 605 229 1,510 1,152 5,143 3,843 14,456

France 3,572 1,217 1,617 1,833 1,355 1,575 2,919 604 14,692

UK (Inggris) 370 806 714 499 400 395 832 848 4,864

Taiwan 710 621 479 407 422 749 505 535 4,428

Negara lain 1,331 1,890 3,549 2,316 4,706 6,078 8,901 14,798 43,569

Total Ekspor

Ind 25,084 23,074 27,874 28,559 40,162 51,010 69,226 95,588 360,577

Rasio* 94.69 91.81 87.27 91.89 88.28 88.08 87.14 84.52 87.92

Sumber : DKP, 2008 (diolah)

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata 86.41 persen ekspor rumput laut Indonesia ditujukan untuk negara tersebut. Artinya negara-negara tersebut di atas menjadi konsumen yang sangat penting bagi industri dan ekspor rumput laut Indonesia. Data pada Tabel 2 juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki prioritas negara tujuan ekspor yang berbeda dengan negara tujuan ekspor (importir) dunia seperti telah dijelaskan di atas. Hal ini menjadi sebuah indikator bahwa pangsa pasar rumput laut Indonesia di pasar dunia masih relatif rendah yang berdampak pada daya saing yang lemah. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih jauh mengenai pangsa pasar Indonesia di pasar dunia, khususnya di negara tujuan ekspor Indonesia.


(34)

Kondisi yang berbeda ditemukan juga pada data negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia apabila dilihat dari nilai ekspornya berdasarkan data yang diperoleh dari DKP (2008). Seperti misalnya Jepang, berdasarkan volume ekspor Jepang bukanlah termasuk 10 negara tujuan ekspor utama karena hanya menempati posisi ke-13 sebagai negara tujuan ekspor. Tetapi, Jepang memberikan nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan negara lain yang mengimpor lebih banyak. Demikian juga dengan negara lain, seperti Taiwan. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya volume ekspor ternyata tidak secara langsung dapat memberikan nilai ekspor yang besar pula. Hal ini sangat terkait dengan posisi tawar yang lemah di negara tujuan ekspor seperti Jepang. Secara lengkap, data negara tujuan ekspor berdasarkan nilai ekspor terbesar dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Negara Tujuan Ekspor Rumput Laut Inonesia berdasarkan Nilai Ekspor Terbesar

Negara Tujuan Eks

Nilai Eks per Tahun (dalam Ribu US$)

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

China 349 337 452 2,553 3,139 4,010 7,613 12,876 11,180

Hongkong 2,594 3,272 3,451 2,103 3,052 2,659 2,261 4,606 8,037

Philippines 454 86 1,209 748 2,447 3,370 4,292 6,052 7,080

Japan 3,530 3,014 2,697 2,005 2,258 1,945 2,305 3,617 4,090

Spain 2,387 2,400 1,618 2,351 1,768 2,404 2,207 1,749 2,242

Denmark 1,868 1,619 2,007 2,132 2,644 4,208 2,699 834 787

USA 1,293 461 821 1,077 1,083 1,398 1,296 3,843 3,017

South Korea 1,280 611 352 89 989 610 2,930 2,281 3,404

UK (Inggris) 538 1,379 1,024 575 479 451 1,851 2,416 2,025

France 828 428 331 600 398 297 805 549 1,243

Negara lain 1,163 2,064 3,268 1,553 2,254 3,944 7,296 10,763 14,419

Nilai Ekspor Ind 16,284 15,671 17,230 15,786 20,511 25,296 35,555 49,586 57,524

Sumber : DKP, 2008

Pada Tabel 3 dapat diperhatikan bahwa negara tujuan ekspor prioritas berbeda dengan data sebelumnya. Berdasarkan nilai ekspor terbesar, China masih tetap menjadi negara tujuan ekspor utama Indonesia dengan total nilai ekspor mencapai 42,59,000 US $ selama kurun waktu 1999 hingga 2006. Penerimaan Indonesia melalui nilai ekspor rumput laut ke negara tujuan ekspor menunjukkan trend positif, dan hal ini sekaligus menjadi indikator yang menunjukkan peluang peningkatan penerimaan yang semakin besar.


(35)

Analisis tentang posisi daya saing dapat ditunjukkan dengan menilai menurut volume ekspor, perkembangan hasil dan jumlah yang diekspor, serta share atau sumbangan ekspor rumput laut Indonesia terhadap total ekspor rumput laut dunia. Berdasarkan data dari FAO tahun 2008, China masih menjadi pemasok (eksportir) terbesar rumput laut dunia. Selang tahun 1999 sampai 2006, China mampu menyumbang 20.42 persen terhadap ekspor rumput laut dunia. Diikuti oleh Indonesia sebesar 16.28 persen. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Eksportir Rumput Laut Dunia tahun 2006

Eksportir Nilai Ekspor 2006 (Ribu US$) Volume Ekspor 2006 (Ton) Harga per Ton (Ribu US $) Δ ζilai Ekspor (%) Δ Jumlah Ekspor (%) Rata-rata Sumbangan terhadap Total Ekspor (%)

China 119,545 46,998 2.54 4.60 -2.01 20.42

Indonesia 49,586 95,588 0.52 18.73 22.28 16.28

Chile 33,604 41,498 0.81 3.43 1.98 15.13

Philippines 25,327 19,331 1.31 -7.05 -3.79 11.91 Korea, Republic of 88,486 19,909 4.44 -2.01 -1.58 9.02

Mexico 647 364 1.78 42.51 5.55 6.64

Tanzania, United

Rep. of 1,577 7,496 0.21 -0.49 16.02 3.12

Morocco 18,607 6,973 2.67 24.21 9.91 2.07

Ireland 5,909 12,566 0.47 24.57 57.28 1.78

Australia 3,471 8,600 0.40 39.32 38.35 1.79

Sumber : FAO (2008), diolah

Δ= Perubahan dengan tahun sebelumnya (dalam persen)

Data pada Tabel 4 menunjukkan apabila diukur dari volume ekspor (tahun 2006), Indonesia berada pada posisi pertama sebagai eksportir rumput laut dengan menyumbang 95,588 ton rumput laut. Hal ini terjadi karena Indonesia pada tahun 2006 telah menjadi pemasok terbesar untuk jenis Euchema. Tetapi, apabila diukur berdasarkan nilai ekspor rumput laut, Indonesia pada tahun 2006 hanya menempati urutan ke-tiga. Jika dilihat dari sisi harga, Indonesia hanya berada pada posisi ke-tujuh, dimana pada tahun 2006 harga rumput laut ekspor Indonesia hanya 520 US $ per ton. Kesimpulannya adalah bahwa ternyata penerimaan atas ekspor rumput laut Indonesia lebih kecil dari penerimaan negara pesaing, walaupun volume ekspor Indonesia lebih besar. Hal ini menjadi indikator yang perlu dikaji terkait dengan permasalahan daya saing di pasar internasional.


(36)

Berkaitan dengan informasi tersebut, dapat dikatakan bahwa Indonesia cukup memiliki kemampuan dalam memperebutkan pangsa pasar rumput laut dunia. Tetapi, terkait dengan harga ekspor dapat dikatakan bahwa posisi tawar Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan produsen lain. Dan hal ini sangat berkaitan dengan daya saing Indonesia di pasar internasional. Dengan demikian, faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor rumput laut Indonesia ke negara-negara tujuan, baik faktor internal maupun faktor eksternal, dan bagaimana pengaruhnya perlu diketahui dengan baik.

Beragam permasalahan masih meliputi kemampuan Indonesia dalam mengekspor dan bersaing dalam perebutan pangsa pasar dunia untuk pemenuhan kebutuhan rumput laut dunia baik masalah produksi, harga, dan juga kualitas, serta faktor lainnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dirumuskan beberapa permasalahan yang ingin dipecahkan terkait dengan posisi daya saing rumput laut Indonesia di pasar internasional berdasarkan pendekatan pangsa pasar. Secara lebih eksplisit, pertanyaan-pertanyaan yang bisa membantu dalam penelitian dan perbaikan daya saing Indonesia dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pola perkembangan pangsa pasar rumput laut Indonesia di pasar

internasional.

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi besaran pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia ke negara-negara tujuan serta pengaruhnya terhadap ekspor rumput laut Indonesia.

3. Bagaimana posisi daya saing ekspor rumput laut Indonesia di pasar ekspor rumput laut dunia berdasarkan pendekatan pangsa pasar ekpor rumput laut Indonesia

1.3Tujuan Penelitian

Terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian ini dilakukan untuk :

1. Mengidentifikasi pola perkembangan pangsa pasar rumput laut Indonesia di pasar internasional.

2. Menganalisis dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa pasar rumput laut Indonesia di negara-negara tujuan ekspor serta pengaruhnya terhadap ekspor rumput laut Indonesia


(37)

3. Menganalisis posisi daya saing ekspor rumput laut berdasarkan pendekatan model pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi para manager atau pengusaha agribisnis, khususnya komoditi rumput laut, perencana strategi perusahaan dalam bisnis rumput laut, pemerintah dan pengambil kebijakan (policy maker), serta produsen ataupun eksportir dalam meningkatkan daya saing ekspor rumput laut Indonesia di pasar internasional. Penelitian juga dapat bermanfaat sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.

1.5Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Sehubungan dengan keterbatasan waktu, ketersediaan data serta kemampuan dalam melakukan penelitian, maka perlu dijelaskan bahwa ruang lingkup penelitian ini meliputi :

1. Daya saing dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis pangsa pasar rumput laut Indonesia di 10 negara tujuan ekspor utama Indonesia, ditentukan berdasarkan nilai ekspor terbesar.

2. Penelitian daya saing ini dilakukan dengan menggunakan pangsa pasar digunakan sebagai ukuran daya saing yang dijelaskan kemudian.

3. Penelitian menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa pasar ekspor rumput laut Indonesia di negara tujuan ekspor dengan menggunakan variabel volume ekspor, harga ekspor, nilai tukar, GDP negara tujuan, dan produksi rumput laut Indonesia sebagai faktor dugaan.

4. Dalam analisis daya saing rumput laut, komoditi rumput laut dipilih karena merupakan salah satu komoditi unggulan, dan juga termasuk dalam program revitalisasi perikanan yang dicanangkan pemerintah.

5. Tahun analisis yang diambil adalah delapan tahun, yakni dari tahun 1999 hingga 2006, didasarkan pada kelengkapan data untuk kebutuhan analisis.


(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumput Laut

Rumput laut atau seaweeds sangat populer dalam dunia perdagangan, dalam ilmu pengetahuan dikenal sebagai algae. Algae atau ganggang terdiri dari empat kelas, yaitu Rhodophyceae (ganggang merah), Phaeophyceae (ganggang coklat), Cholorophyceae (ganggang hijau), dan Cyanophyceae (ganggang hijau-biru). Bila dilihat dari ukurannya, ganggang terdiri dari mikroskopik dan makroskopik. Ganggang makroskopik inilah yang kita kenal sebagai rumput laut.

Rumput laut dikenal pertama kali di China kira-kira 2700 SM. Pada masa tersebut, rumput laut digunakan untuk obat-obatan dan sayuran. Tahun 65 SM bangsa Romawi menggunakan rumput laut sebagai bahan baku kosmetik, namun dari waktu ke waktu pengetahuan tentang rumput laut semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas (DKP, 2007)

Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut sangat tergantung dari faktor-faktor oseanografi (fisika, kimia, dan dinamika air laut) serta jenis substratnya. Rumput laut banyak dijumpai pada daerah perairan yang dangkal (intertidal dan sublitorral) dengan kondisi perairan berpasir, sedikit lumpur, atau campuran keduanya.

Kandungan rumput laut umumnya adalah mineral esensial (besi, iodin, alluminium, mangan, calsium, nitrogen terlarut, fosfor, sulfur, chlor silicon, rubidium, strontium, barium, titanium, cobalt, boron, copper, kalium, dan unsur-unsur lainnya yang dapat dilacak), protein, tepung, gula, vitamin A, D, dan C. Presentase keberadaan bahan-bahan ini bervariasi, tergantung dari jenisnya.

Pemanfaatan rumput laut dewasa ini semakin luas dan beragam, karena peningkatan pengetahuan akan komoditi ini. Umumnya rumput laut banyak digunakan sebagai bahan makanan bagi manusia, sebagai bahan obat-obatan (anticoagulant, antibiotics, antimehmetes, antihypertensive agent, pengurang kolesterol, dilatory agent, dan insektisida). Rumput laut juga banyak digunakan sebagai bahan pakan organisme di laut, sebagai pupuk tanaman dan penyubur tanah, sebagai pengemas transportasi yang sangat baik untuk lobster dan clam


(39)

hidup (khususnya dari jenis Ascophyllum dan focus), sebagai stabilizer larutan, dan juga kegunaan lainnya. Perkembangan produk turunan dewasa ini juga sudah banyak diolah menjadi kertas, cat, bahan kosmetik, bahan laboratorium, pasta gigi, es krim, dan lain-lain (Indriani dan Suminarsih, 1999).

Tumbuhan ini bernilai ekonomis tinggi karena penggunaannya yang sangat luas dalam industri kembang gula, kosmetik, es krim, media cita rasa, roti, susu, sutera, pengalengan ikan/daging, obat-obatan dan batang besi untuk solder atau las. Jenis rumput laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Jenis Rumput Laut yang Memiliki Nilai Ekonomis Tinggi

Produk Agar-agar Karaginan Alginat Furcelaran

Jenis Rumput

Laut

Acantthopeltia Chondrus Ascophyllum Furcellaria Gracilaria Euchema Durvillea

Gelidella Gigartina Ecklonia

Gelidium Hypnea Turbinaria

Pterrocclaidia Iriclaea

Phyllophora

Sumber : Eka (2006)

Agar-agar digunakan sebagai bahan pemantap, bahan penolong atau pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Karaginan merupakan senyawa polisakarida yang memiliki kegunaan hampir sama dengan agar-agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, bahan pengental, pembentuk gel dan pembuat emulsi. Sedangkan algin, merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier panjang. Kegunaannya adalah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, peng-emulsi dan pembentuk lapisan tahan terhadap minyak.

Perdagangan internasional menggunakan kode dagang sebagai tanda pengenal (id) untuk mewakili komoditas dagang tertentu, dinamakan kode HS (Harmonized system). Berdasarkan kode HS, komoditas rumput laut termasuk dalam kategori hs.12.12.20, seaweeds and other alga, fresh and dried whether or not ground (ganggang laut dan ganggang lainnya).


(40)

2.2 Budidaya Rumput Laut

Seiring kebutuhan rumput laut yang semakin meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri, sekaligus memperbesar devisa negara dari sektor non-migas, maka cara terbaik untuk tidak selalu menggantungkan persediaan dari alam adalah dengan melakukan budidaya rumput laut. Hingga saat ini, produksi rumput laut sangat besar didukung oleh budidaya. Berdasarkan data DKP, 99.73 persen produksi Indonesia adalah dari hasil budidaya. Hal tersebut dapat terjadi karena potensi alam Indonesia yang sangat mendukung dan hampir dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia.

Secara umum, budidaya rumput laut Indonesia masih dilakukan dengan sederhana. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya rumput laut, yang juga dapat menentukan keberhasilan budidaya itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan bagi jenis rumput laut yang akan dibudidayakan. Hal ini perlu dilakukan karena ada perlakukan yang berbeda untuk tiap jenis rumput laut

2. Pemilihan atau seleksi bibit yang baik, penyediaan bibit dan cara pembibitan yang tepat.

3. Metode budidaya yang tepat 4. Pemeliharaan tanaman

5. Metode panen dan perlakuan pasca panen yang benar

6. Pembinaan dan pendampingan secara kontinyu kepada petani.

Budidaya rumput laut dewasa ini semakin digalakkan, baik secara intensif maupun ekstensif dengan memanfaatkan lahan yang ada. Kini, budidaya rumput laut tidak hanya dilakukan di perairan pantai (laut) tetapi juga sudah mulai digalakkan pengembangannya di perairan payau (tambak).

Budidaya rumput laut di perairan pantai amat cocok diterapkan pada daerah yang memiliki lahan tanah sedikit (sempit) serta berpenduduk padat, sehingga diharapkan pembukaan lahan budidaya rumput laut diperairan dapat menjadi salah satu alternatif untuk membantu mengatasi lapangan kerja yang semakin kecil. Menurut Indriani dan Suminarsih (1999), terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk budidaya rumput laut di perairan pantai, yaitu :


(41)

1. Pemilihan Lokasi

Beberapa persyaratan yang diperhatikan terkait dengan lokasi yakni : perairan cukup tenang, terlindung dari pengaruh angin dan ombak; tersedianya sediaan rumput alami setempat (indikator); juga dengan kedalaman yang tidak boleh kurang dari dua kaki (sekitar 60 cm) pada saat surut terendah dan tidak boleh lebih dari tujuh kaki (sekitar 210 cm) pada saat pasang tertinggi. Selain itu juga harus didukung dasar perairan (tipe dan sifat substratum) yang digunakan. Faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah kualitas air, akses tenaga kerja, perizinan, dan sebagainya.

2. Melakukan uji penanaman

Setelah menemukan lokasi yang secara umum sudah baik, perlu dilakukan uji penanaman untuk mengetahui apakah daerah tersebut memberikan pertumbuhan yang baik atau tidak. Pengujian dilakukan dengan metode tali dan metode jaring. Pada metode tali digunakan tali monofilament atau polyethilene yang diikatkan pada dua tiang pancang yang dipasang dengan jarak sekitar 12 meter. Sedangkan pada metode jaring dapat menggunakan jaring monofilament atau polyethilene dengan ukuran 5 x 2.5 m yang diikatkan pada tiang pancang.

3. Menyiapkan areal budidaya

Setelah lokasi sudah dipastikan cukup baik, maka dilakukan persiapan lahan sebagai berikut :

a. Bersihkan dasar perairan lokasi budidaya dari rumput-rumput laut liar dan tanaman pengganggu lain yang biasa tumbuh subur.

b. Bersihkan calon lokasi dari karang, batu, bintang laut, bulu babi, maupun hewan predator lainnya.

c. Menyiapkan tempat penampungan benih (seed bin), bisa terbuat dari kerangka besi dan berjaring kawat atau dari rotan, bambu, ukurannya bervariasi 2 x 2 x 1.5 meter atau 2 x 2 x 1.5 – 1.7 meter.

4. Memilih metode budidaya yang akan digunakan

Membudidayakan rumput laut di lapangan (field culture) dapat dilakukan dengan tiga macam metode berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan, yakni metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung.


(42)

a. Metode dasar (bottom method)

Metode dasar adalah metode pembudidayaan rumput laut menggunakan benih bibit tertentu, yang telah diikat, kemudian ditebarkan ke dasar perairan, atau sebelum ditebarkan benih di ikat dengan batu karang. Metode ini juga terbagi atas dua yaitu : metode sebaran (broadcast) dan juga metode budidaya dasar laut (bottom farm method).

b. Metode lepas dasar (Off-bottom method)

Metode ini dilakukan dengan mengikatkan benih rumput laut (yang diikat dengan tali rafia) pada rentangan tali nilon atau jaring di atas dasar perairan dengan menggunakan pancang-pancang kayu. Metode ini terbagi atas : metode tunggal lepas dasar (Off-bottom monoline method), metode jaring lepas dasar (Off-bottom-net method), dan metode jaring lepas dasar berbentuk tabung (Off-bottom-tabular-net method).

c. Metode apung (floating method)

Metode ini merupakan rekayasa bentuk dari metode lepas dasar. Pada metode ini tidak lagi digunakan kayu pancang, tetapi diganti dengan pelampung. Metode ini terbagi menjadi : metode tali tunggal apung (Floating-monoline method), dan metode jaring apung (Floating net method).

5. Penyediaan bibit

Setelah dipilih metode budidaya yang akan dilakukan, langkah selanjutnya adalah penyediaan bibit. Bibit dikumpulkan dari pembibitan langsung, dilakukan dengan beberapa metode pengumpulan benih, yaitu :

a. Metode penyebaran secara spontan

Potongan-potongan (fragmen tetrasporotphyte) diletakkan pada jaring-jaring benih (seed nets) dan dapat pula diletakkan pada potongan-potongan batu di dalam tangki pengumpul yang telah diisi air laut. Setelah itu dibiarkan hingga tetraspora menyebar secara spontan.

b. Metode kering

Tetrasporotphyte dikeringkan dibawah sinar matahari selama tiga jam, kemudian ditempatkan dalam tangki seperti motode a di atas. Prosedur berikutnya sama dengan metode a.


(43)

c. Metode kejutan osmotic

Tetrasporotphyte direndam dalam air laut berkonsentrasi 1,030 g/cm3 selama 25 menit, kemudian direndam ke dalam air laut berkonsentrasi normal sambil diaduk dan akhirnya suspensi spora dapat diperoleh. 6. Penanaman bibit

Bibit yang akan ditanam adalah thallus yang masih muda dan berasal dari ujung thallus tersebut. Saat yang baik untuk penebaran maupun penanaman benih adalah pada saat cuaca teduh (tidak mendung) dan yang paling baik adalah pagi hari atau sore hari menjelang malam.

7. Perawatan selama pemeliharaan

Seminggu setelah penanaman, bibit yang ditanam harus diperiksa dan dipelihara dengan baik melalui pengawasan yang teratur dan kontinyu. Bila kondisi perairan kurang baik, seperti ombak yang keras, angin serta suasana perairan yang banyak dipengaruhi kondisi musim (hujan/kemarau), perlu pengawasan 2-3 hari sekali.

8. Pemanenan

Pemanenan dapat dilakukan bila rumput laut telah mencapai berat tertentu, yakni sekitar empat kali berat awal (waktu pemeliharaan 1.5 – 4 bulan). Cepat tidaknya pemanenan tergantung metode dan perawatan yang dilakukan setelah bibit ditanam.

9. Pengeringan hasil panen

Penanganan pasca panen, termasuk pengeringan yang tepat sangat perlu, mengingat pengaruh langsungnya terhadap mutu dan harga penjualan di pasar.

Budidaya rumput laut di tambak merupakan salah satu cara pemanfaatan lahan untuk memenuhi permintaan rumput laut yang semakin meningkat, terutama untuk rumput laut jenis Gracillaria sp. Budidaya rumput laut di tambak memiliki lebih banyak keunggulan daripada budidaya di perairan pantai (laut). Keuntungan itu antara lain : tanaman rumput laut agak terlindungi dari pengaruh lingkungan yang kurang sesuai, serta juga memungkinkan untuk dilakukan pemupukan, termasuk kemudian mengontrol kualitas air, khususnya salinitas.


(44)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya rumput laut di tambak yakni :

1. Pemilihan lokasi

Lokasi untuk budidaya rumput laut di tambak harus memenuhi beberapa persyaratan, dimana persyaratan yang harus dipenuhi hampir sama dengan tambak untuk budidaya udang. Syarat-syarat tersebut seperti :

a. Gelombang dalam tambak (akibat pengaruh angin) tidak terlalu besar b. Areal pertambakan sebaiknya melandai

c. Pasang surut yang baik berkisar antara 1.5-2.5 m. d. Tersedia air tawar untuk mengatur salinitas

e. Kualitas air yang dibutuhkan dengan salinitas berkisar antara 12-30 permil, dengan kadar ideal 20-25 permil; suhu berkisar 18-30oC dengan suhu optimum 20-25oC; pH berkisar 6-9 dengan kisaran optimum 6.8-8.2; oksigen berkisar 3-8 ppm. Selain itu, air tidak mengandung atau membawa lumpu.

f. Dekat dengan rumah penduduk (untuk akses tenaga kerja) g. Aksesibilitas jalan untuk transportasi, dan kebutuhan lainnya 2. Sistem distribusi air

Sistem distribusi yang baik sangat diperlukan untuk dapat mengatur kualitas air, khususnya melalui penggantian air yang teratur dan berulang-ulang. 3. Konstruksi tambak

Konstruksi tambak yang dibangun harus dapat menjawab kebutuhan untuk kegiatan budidaya yang dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan terkait konstruksi tambak adalah bentuk tambak, pematang, pintu air, dan juga saluran air.

4. Persiapan penanaman

Sebelum dilakukan penanaman, tanah dasar terlebih dahulu dinaikkan ke pematang. Setelah kering, tanah kemudian dimasukkan lagi. Untuk mempercepat pertumbuhan Gracillaria sp, tanah dapat dipupuk dengan menggunakan urea tiga kg per hektar, atau 1-2 ton pupuk kandang per hektar. Sedang untuk bibit yang digunakan dapat diperoleh dari maupun usaha budidaya.


(45)

5. Penanaman bibit

Penanaman bibit mengunakan broadcast method, dimana bibit tanaman ditebar di seluruh bagian tambak. Bibit yang ditebar adalah bagian thallus yang masih muda, yang diperoleh dengan jalan membuang bagian-bagian pangkalnya. Sedang untuk bagian ujungnya dapat ditebar ke dalam tambak, karena bibit yang berasal dari bagian ujung lebih baik daripada bagian pangkalnya.

6. Perawatan selama pemeliharaan

Perawatan pada budidaya rumput laut di tambak hampir sama dengan budidaya di laut. Perlu juga diperhatikan kondisi air, dan hama dan gulma yang menyerang seperti lumut dari jenis Enteromorpha in Limnea glabra Muller yang biasanya menyerang dengan membelit rumput laut, sehingga memperlambat pertumbuhan rumput laut.

7. Pemanenan

Rumput laut biasanya dapat dipanen bila usia pemeliharaan sudah mencapai 45-60 hari (sekitar 2 bulan) dengan berat biasanya berkisar antara 500-600 gram. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa pemanenan juga dapat dilakukan setiap tujuh hari sekali. Untuk penanganan pasca panen hampir sama dengan yang telah dijelaskan pada budidaya rumput laut di perairan pantai atau laut

2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai rumput laut dan daya saingnya hingga saat ini masih belum banyak dilakukan. Setelah melakukan studi literatur, terdapat beberapa hasil penelitian yang cukup relevan dengan penelitian daya saing ekspor rumpur laut yang dilakukan peneliti, baik dengan komoditas yang berbeda. Penjelasan berikut akan memaparkan beberapa hasil penelitian terkait yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan.

2.3.1 Kajian tentang Rumput Laut

Wirawan (2007) meneliti tentang aspek-aspek permintaan rumput laut Indonesia di pasar Jepang. Penelitian ini bersifat kuantitatif yang dilakukan dengan data empirik, dengan metode analisis regresi. Jenis data yang digunakan


(46)

adalah data sekunder kuantitatif, yang terdiri dari harga rata-rata produk rumput laut Indonesia di Jepang, nilai tukar Yen terhadap Rupiah, Ekspor rumput laut dari negara pesaing, dan pendapatan nasional Jepang. Permintaan impor rumput laut Jepang dari evaluasi yang telah dilakukan dapat dijelaskan oleh model regresi semi log.

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah, bahwa perubahan permintaan rumput laut Indonesia oleh Jepang tidak dipengaruhi oleh nilai tukar. Hal ini terjadi karena pemenuhan kebutuhan rumput laut di Jepang sudah terpenuhi untuk spesialialisasi tertentu, jadi penggunaan rumput laut di Jepang yang diimpor dari negara-negara lain memiliki penggunaan kekhasan tersendiri. Oleh karena itu, impor rumput laut di Jepang tidak saling substitusi. Faktor lain juga yang mempengaruhi adalah GDP Jepang, dimana terdapat hubungan positif antara GDP dengan jumlah permintaan rumput laut Indonesia.

Risman (2007) mengangkat judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut Indonesia”. Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor apa yang mempegaruhi ekspor rumput laut Indonesia dan juga mencari strategi untuk meningkatkan ekspornya. Data yang digunakan dalam penelitian berupa data sekunder tahun 1986-2005 yang diperoleh dari instansi seperti BPS, DKP, dan instansi terkait lainnya. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan tabulasi dan analisis regresi berganda dengan persamaan tunggal yaitu dari sisi ekspor saja. Sedangkan untuk mencari strategi untuk peningkatan ekspor digunakan metode SWOT.

Hasil dari penelitian Risman menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap ekspor ke Hongkong adalah variabel harga ekspor rumput laut. Sedang untuk Jepang, tidak ada satupun faktor yang dianalisis berpengaruh nyata terhadap ekspor rumput laut Indonesia. Untuk Denmark, ekspor dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah.

Alternatif strategi yang dihasilkan dalam penelitian, berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan adalah : (1) SO (Pemerintah melakukan observasi lokasi perairan yang cocok untuk dijadikan budidaya rumput laut untuk memperluas area budidaya); (2) ST (Meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi melalui budidaya rumput laut); (3) WO (Melakukan


(47)

kerjasama antara pembudidaya dengan pemerintah, membuat situs jaringan sumberdaya setiap daerah, kelompok pembudidaya rumput laut kerjasama dengan pengusaha lokal mendirikan koperasi); (4) WT (Pemerintah memberikan penyuluhan, pendidikan dan ketrampilan bagi pembudidaya rumput laut, dan pemerintah sering melakukan pengawasan/pemeriksaan produk untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan termasuk penolakan produk oleh negara importir).

2.3.2 Kajian tentang Daya Saing

Analisis daya saing teh hitam Indonesia di pasar internasional yang dilakukan oleh Annisa (2006) menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara eksportir teh terbesar di dunia. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi besarnya pangsa pasar ekspor teh hitam Indonesia di pasar internasional.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data panel. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu pooled OLS, metode fixed effect, dan metode random effect. Selajutnya dilakukan uji F dan uji Hausman untuk mengetahui metode mana yang terbaik dalam estimasi model. Berdasarkan hasil pengolahan data dan uji kesesuaian model, disimpulkan bahwa metode yang terbaik dalam estimasi model adalah metode fixed effect. Dari hasil penelitian diketahui bahwa produksi dan jumlah konsumsi teh hitam dalam negeri berpengaruh nyata terhadap perubahan pangsa pasar teh hitam Indonesia di pasar internasional.

Suprehatin (2006) melakukan penelitian daya saing ekspor nenas segar Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa nenas berpotensi menjadi komoditas andalan ekspor Indonesia. Penelitian yang dilakukan bertujuan mengetahui daya saing ekspor nenas segar Indonesia berdasarkan pangsan pasar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data sekunder yang digunakan terdiri dari data time series dan data cross section serta dianalisis dengan metode regresi data panel.

Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tren pangsa pasar nenas segar Indonesia cenderung menurun. Berdasarkan estimasi dengan regresi data panel, daya saing ekspor nenas segar Indonesia dipengaruhi oleh volume ekspor nenas segar Indonesia, GDP per kapita negara pengimpor, dan produksi nenas


(1)

Lampiran 9. Data Panel

id q px nt gdp pr ms

_china 806 0.43 930.986 2110 156,872 2.38

_china 1,212 0.28 996.017 2330 247,939 3.64

_china 1,603 0.28 1298.601 2560 246,923 5.11

_china 4,187 0.61 1185.653 2830 278,811 9.65

_china 9,337 0.34 1096.098 3180 296,510 18.51

_china 13,785 0.29 1139.234 3590 419,247 22.88

_china 24,926 0.31 1245.857 4100 918,366 38.68

_china 35,834 0.36 1211.927 4690 1,174,996 45.49 _hongkong 6,857 0.38 993.252 24570 156,872 22.86 _hongkong 9,157 0.36 1058.145 26530 247,939 25.96 _hongkong 7,809 0.44 1378.075 27520 246,923 36.54 _hongkong 7,164 0.29 1258.776 27920 278,811 26.76 _hongkong 7,867 0.39 1165.559 29810 296,510 30.18 _hongkong 9,214 0.29 1210.609 32980 419,247 30.43 _hongkong 8,385 0.27 1312.624 35720 918,366 44.47 _hongkong 15,674 0.29 1243.898 39860 1,174,996 85.23 _philippines 1,205 0.38 197.164 2320 156,872 93.05 _philippines 140 0.61 186.575 2480 247,939 9.89 _philippines 1,523 0.79 210.786 2540 246,923 54.03 _philippines 1,472 0.51 190.259 2640 278,811 67.93 _philippines 4,574 0.53 167.457 2790 296,510 78.35 _philippines 5,302 0.64 168.259 3000 419,247 100.00 _philippines 8,060 0.53 185.330 3200 918,366 88.16 _philippines 11,145 0.54 188.306 3420 1,174,996 96.44

_japan 438 8.06 67.776 24560 156,872 0.52

_japan 305 9.88 76.473 25910 247,939 0.42

_japan 188 14.35 88.441 26630 246,923 0.26

_japan 179 11.20 78.382 27260 278,811 0.25

_japan 392 5.76 78.304 27960 296,510 0.55

_japan 202 9.63 87.175 29600 419,247 0.21

_japan 375 6.15 92.705 31030 918,366 0.45

_japan 537 6.74 83.039 32950 1,174,996 0.73

_spain 3,451 0.69 49.340 19640 156,872 27.71

_spain 3,838 0.63 45.623 21120 247,939 27.93

_spain 4,359 0.37 57.795 22230 246,923 39.92

_spain 4,700 0.50 55.604 23700 278,811 40.97

_spain 3,364 0.53 61.610 24470 296,510 35.35

_spain 4,716 0.51 70.411 25620 419,247 42.18

_spain 4,736 0.47 76.246 26980 918,366 51.49

_spain 4,431 0.39 72.862 28950 1,174,996 59.04

_denmark 3,148 0.59 1103.977 26710 156,872 18.59 _denmark 2,574 0.63 1018.739 28180 247,939 16.86 _denmark 3,954 0.51 1290.242 29040 246,923 29.64 _denmark 3,948 0.54 1244.874 30400 278,811 26.79 _denmark 4,499 0.59 1379.586 30270 296,510 26.43 _denmark 6,294 0.67 1574.508 32470 419,247 40.52 _denmark 3,754 0.72 1702.578 33740 918,366 30.00


(2)

Lampiran 9. Data Panel (Lanjutan)

id q px nt gdp pr ms

_denmark 2,125 0.39 1625.453 35800 1,174,996 30.77

_usa 2,299 0.56 7706.960 33280 156,872 4.11

_usa 980 0.47 8245.440 35190 247,939 2.54

_usa 1,662 0.49 10748.530 35810 246,923 3.73

_usa 1,804 0.60 9818.040 36370 278,811 4.11

_usa 2,128 0.51 9076.730 37580 296,510 5.26

_usa 1,750 0.80 9429.210 39860 419,247 4.28

_usa 1,065 1.22 10208.790 42040 918,366 4.12

_usa 5,751 0.67 9662.770 44210 1,174,996 19.13

_southkorea 1,335 0.96 6.477 14870 156,872 12.07

_southkorea 639 0.96 7.288 16370 247,939 7.58

_southkorea 605 0.58 8.321 17320 246,923 5.00

_southkorea 229 0.39 7.851 18690 278,811 1.27

_southkorea 1,510 0.65 7.615 19050 296,510 9.62 _southkorea 1,152 0.53 8.228 20470 419,247 7.16 _southkorea 5,143 0.57 9.969 21310 918,366 31.36 _southkorea 3,843 0.59 10.124 23110 1,174,996 24.47

_uk 370 1.45 12466.102 23760 156,872 2.98

_uk 806 1.71 12473.497 25590 247,939 8.68

_uk 714 1.43 15474.410 27310 246,923 6.15

_uk 499 1.15 14726.147 28920 278,811 5.29

_uk 400 1.20 14822.174 29890 296,510 2.96

_uk 395 1.14 17272.375 31970 419,247 3.57

_uk 832 2.22 18556.752 32850 918,366 7.06

_uk 848 2.85 17779.606 34050 1,174,996 3.66

_france 3,572 0.23 1251.531 24680 156,872 21.02

_france 1,217 0.35 1157.257 26380 247,939 7.65

_france 1,617 0.20 1465.992 27860 246,923 9.01

_france 1,833 0.33 1410.419 28790 278,811 11.02 _france 1,355 0.29 1562.754 28450 296,510 11.08

_france 1,575 0.19 1786.003 29440 419,247 9.56

_france 2,919 0.28 1934.003 30910 918,366 9.05


(3)

Lampiran 10. Posisi Daya Saing Ekspor Rumput Laut Indonesia

Negara Tahun Pangsa Pasar (%) Keterangan

China 1999 -0.58 Tidak Berdaya Saing

China 2000 0.28 Tidak Berdaya Saing

China 2001 0.44 Tidak Berdaya Saing

China 2002 5.61 Tidak Berdaya Saing

China 2003 14.75 Tidak Berdaya Saing

China 2004 22.68 Berdaya Saing

China 2005 41.98 Berdaya Saing

China 2006 61.19 Berdaya Saing

Hongkong 1999 24.88 Berdaya Saing

Hongkong 2000 31.68 Berdaya Saing

Hongkong 2001 30.20 Berdaya Saing

Hongkong 2002 30.08 Berdaya Saing

Hongkong 2003 34.58 Berdaya Saing

Hongkong 2004 41.81 Berdaya Saing

Hongkong 2005 45.07 Berdaya Saing

Hongkong 2006 64.10 Berdaya Saing

Philippines 1999 67.40 Berdaya Saing

Philippines 2000 66.15 Berdaya Saing

Philippines 2001 68.52 Berdaya Saing

Philippines 2002 68.56 Berdaya Saing

Philippines 2003 73.97 Berdaya Saing

Philippines 2004 75.68 Berdaya Saing

Philippines 2005 80.95 Berdaya Saing

Philippines 2006 86.63 Berdaya Saing

Japan 1999 -5.98 Tidak Berdaya Saing

Japan 2000 -3.14 Tidak Berdaya Saing

Japan 2001 -0.22 Tidak Berdaya Saing

Japan 2002 -0.57 Tidak Berdaya Saing

Japan 2003 -1.53 Tidak Berdaya Saing

Japan 2004 2.62 Tidak Berdaya Saing

Japan 2005 4.15 Tidak Berdaya Saing

Japan 2006 8.05 Tidak Berdaya Saing

Spain 1999 32.02 Berdaya Saing

Spain 2000 35.10 Berdaya Saing

Spain 2001 37.57 Berdaya Saing

Spain 2002 40.58 Berdaya Saing

Spain 2003 39.64 Berdaya Saing

Spain 2004 43.79 Berdaya Saing

Spain 2005 46.49 Berdaya Saing

Spain 2006 49.39 Berdaya Saing

Denmark 1999 20.23 Berdaya Saing

Denmark 2000 21.99 Berdaya Saing

Denmark 2001 24.81 Berdaya Saing

Denmark 2002 27.15 Berdaya Saing

Denmark 2003 27.51 Berdaya Saing

Denmark 2004 33.59 Berdaya Saing

Denmark 2005 31.66 Berdaya Saing


(4)

Lampiran 10. Posisi Daya Saing Ekspor Rumput Laut Indonesia (Lanjutan)

Negara Tahun Pangsa Pasar (%) Keterangan

USA 1999 2.74 Tidak Berdaya Saing

USA 2000 2.18 Tidak Berdaya Saing

USA 2001 -2.69 Tidak Berdaya Saing

USA 2002 1.11 Tidak Berdaya Saing

USA 2003 5.63 Tidak Berdaya Saing

USA 2004 7.93 Tidak Berdaya Saing

USA 2005 8.84 Tidak Berdaya Saing

USA 2006 21.53 Berdaya Saing

South Korea 1999 4.91 Tidak Berdaya Saing

South Korea 2000 6.26 Tidak Berdaya Saing

South Korea 2001 7.55 Tidak Berdaya Saing

South Korea 2002 9.08 Tidak Berdaya Saing

South Korea 2003 11.89 Tidak Berdaya Saing

South Korea 2004 13.65 Tidak Berdaya Saing

South Korea 2005 22.07 Berdaya Saing

South Korea 2006 23.10 Berdaya Saing

United Kingdom 1999 3.71 Tidak Berdaya Saing

United Kingdom 2000 7.54 Tidak Berdaya Saing

United Kingdom 2001 1.64 Tidak Berdaya Saing

United Kingdom 2002 5.86 Tidak Berdaya Saing

United Kingdom 2003 7.02 Tidak Berdaya Saing

United Kingdom 2004 3.60 Tidak Berdaya Saing

United Kingdom 2005 3.15 Tidak Berdaya Saing

United Kingdom 2006 7.82 Tidak Berdaya Saing

France 1999 7.36 Tidak Berdaya Saing

France 2000 6.63 Tidak Berdaya Saing

France 2001 8.73 Tidak Berdaya Saing

France 2002 10.81 Tidak Berdaya Saing

France 2003 9.06 Tidak Berdaya Saing

France 2004 10.47 Tidak Berdaya Saing

France 2005 15.18 Tidak Berdaya Saing


(5)

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Uji CHOW

Uji CHOW dilakukan dengan perhitungan berdasarkan rumus uji F sebagai

berikut :

F

N+T-2,NT-N-K

=

F

10-1,80-10-5

=

F

9,65

=

F

9,6

=

F

9,65

= 22.745

F

hitung

adalah 22.745

F

tabel (9,65)

adalah 2.56

Maka, F

hitung

> F

tabel

, dengan demikian tolak H

0

Maka, kesimpulan yang diperoleh yaitu metode

fixed effect

lebih sesuai daripada

metode

pooled OLS

.


(6)

Lampiran 12. Uji Hausman

pool p1 _china _hongkong _philippines _japan _spain _denmark _usa _southkorea _uk _france pool p2 _china _hongkong _philippines _japan _spain _denmark _usa _southkorea _uk _france p1.ls(f) ms? q? px? nt? gdp? pr?(-1)

p2.ls(r) ms? q? px? nt? gdp? pr?(-1) smpl @all

vector bf=p1.@coefs matrix covarf=p1.@coefcov scalar nf=@columns (covarf) vector bff=@subextract (bf,1,1,nf,1) matrix covarff=covarf

vector br=p2.@coefs matrix covarr=p2.@coefcov scalar nr=p2.@ncoefs

vector brr=@subextract (br,2,1,nr,1)

matrix covarrr=@subextract (covarr,2,2,nr,nr) matrix bdiff=bff-brr

matrix vardiff=covarff-covarrr

matrix qform=@transpose (bdiff)*@inverse (vardiff)*bdiff if qform (1,1) >= 0 then

table (4,2) result

setcell (result,1,1,"Hausman test")

setcell (result,2,1,"(fixed versus random effects)") setcolwidth (result,2,15)

setline (result,3) setline (result,6) !df = @rows (bdiff)

setcell (result,4,1,"Chi-square ("+@str(!df) + "d.f.)","r") setcell (result,4,2,qform(1,1))

setcell (result,5,1,"p-value","r") result (5,2) =1-@cchisq(qform(1,1),!df) show result

else

statusline "Quadratic form is negative" endif

if result(5,2) <.01 then

result (7,1) = "Random Effect , %1 percent level" else

if result (5,2) <.05 then

result (7,1) = "Random Effect , %5 percent level" else

result (7,1) = "Fixed Effect" endif

endif

Catatan :

1.

Program ini ditulis apa adanya dan disimpan dalam bentuk *.prg

2.

Kemudian di-

running

dengan cara : Menu

Run

file

program sesuai