Analisis daya saing ekspor komoditi teh indonesia di Pasar Internasional

(1)

DI PASAR INTERNASIONAL

Disusun Oleh :

SRI ANNA FEBRIYANTHI A14303077

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBER DAYA DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SRI ANNA FEBRIYANTHI. Analisis Daya Saing Ekspor Komooditi Teh Indonesia di Pasar Internasional. Di bawah bimbingan YETI LIS PURNAMADEWI

Indonesia sebagai salah satu produsen dan eksportir komoditi teh terbesar kelima di dunia memandang bahwa liberasi perdagangan dunia merupakan peluang yang cukup terbuka bagi industri teh. Di sisi lain hal ini dipandang sebagai tantangan untuk meningkatkan daya saing agar dapat menghasilkan produk teh yang semakin kompetitif di pasar internasional. Peningkatan daya saing komoditi merupakan tantangan terbesar bagi komoditi teh di Indonesia, terutama untuk menghadapi era perdagangan bebas. Namun, kualitas dan ekspor teh Indonesia mengalami penurunan terhadap pangsa pasarnya di dunia. Mengingat iklim persaingan yang semakin ketat, ditambah lagi dengan sudah tidak diberlakukannya kuota menyebabkan komoditi teh nasional mendapat ancaman serius dari negara-negara yang juga merupakan negara produsen teh seperti Vietnam.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengkaji perkembangan produksi dan ekspor komoditi teh di Indonesia, (2) menganalisis struktur pasar kelompok komoditi teh yang dihadapi Indonesia dalam perdagangan teh internasional dan (3) menganalisis posisi daya saing ekspor kelompok komoditi teh Indonesia di pasar internasional.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR4) untuk mengetahui struktur pasar dan pangsa pasar yang dimiliki oleh komoditi teh Indonesia di pasar internasional. Analisis keunggulan daya saing menggunakan analisis kuantitatif Revealed Comparative Advantage (RCA) dengan menggunakan formula Balassa. Revealed Comparative Advantage ini digunakan untuk menjelaskan kekuatan daya saing komoditi teh secara relatif terhadap produk sejenis dari negara lain yang juga menunjukkan posisi komparatif Indonesia sebagai produsen teh dibandingkan negara lainnya dalam pasar teh internasional. Sedangkan untuk melihat analisis daya saing komoditi teh dari sisi keunggulan kompetitif digunakan pendekatan Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory). Teori ini digunakan untuk menganalisis faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu negara. Faktor internal mencakup faktor fisik dan manusia, sedangkan faktor eksternalnya adalah peluang yang terjadi di pasar domestik maupun internasional.

Selama periode 1996 – 2005 perkembangan laju pertumbuhan produktivitas yaitu sebesar 11,3 persen menunjukkan peningkatan yang cukup besar, tetapi laju pertumbuhan produksi komoditi teh Indonesia hanya meningkat sedikit yaitu sebesar 0,71 persen. Hal ini dikarenakan laju pertumbuhan luas areal teh yang mengalami penurunan sebesar 1,12 persen.

Secara umum perkembangan ekspor komoditi teh hijau HS 090210 selama periode 2001 – 2005 menunjukkan peningkatan pangsa pasar yang ditandai dengan laju perkembangan positif. Sedangkan komoditi teh hitam HS 090230 selama periode tersebut mengalami peningkatan nilai ekspor yang pesat dan memiliki laju pertumbuhan yang paling tinggi. Pesaing utama Indonesia untuk


(3)

perkembangan pangsa pasar ekspor Indonesia untuk komoditi teh hijau HS 090220 dan teh hitam HS 090240 selama periode 2001-2005 cenderung mengalami penurunan terhadap penguasaannya di pasar dunia. Pesaing utama Indonesia dalam mengekspor komoditi teh hijau HS 090220 dan teh hitam HS 090240 adalah negara Sri Lanka, Kenya, Cina dan India.

Struktur pasar yang dihadapi Indonesia dalam pasar teh internasional terdiri dari pasar persaingan oligopoli dan monopoli. Posisi Indonesia di masing-masing pasar tersebut adalah market follower atau pengikut pasar. Akibatnya posisi Indonesia di pasar teh dunia sangat rentan terhadap para penantang pasar yang kuat. Pesaing utama Indonesia dalam perdagangan teh dunia adalah Sri Lanka, Kenya, Cina dan India yang mampu memproduksi teh jauh lebih besar dengan kualitas teh yang lebih baik dibandingkan Indonesia bahkan luas arealnya pun juga lebih luas dibandingkan Indonesia.

Berdasarkan analisis keunggulan komparatif menunjukkan bahwa komoditi teh Indonesia memiliki daya saing kuat, tetapi dilihat dari analisis keunggulan kompetitif menunjukkan bahwa komoditi teh Indonesia berdaya saing lemah. Secara garis besar hal ini menunjukkan bahwa komoditi teh Indonesia berdaya saing lemah di pasar internasional.

Analisis keunggulan komparatif dengan nilai RCA menunjukkan bahwa komoditi teh Indonesia yang berdaya saing kuat adalah teh hijau HS 090210 dan teh hitam HS 090240 karena kedua komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif selama periode 2001 – 2005 serta memiliki nilai ekspor yang cukup tinggi dan pangsa pasar ekspor yang luas. Komoditi teh hijau HS 090220 hanya memiliki keunggulan komparatif pada tahun 2001 – 2003 sementara untuk komoditi teh hitam HS 090230 berpotensi berdaya saing kuat karena memiliki keunggulan komparatif pada tahun 2004 dan 2005.

Analisis keunggulan kompetitif dengan Teori Berlian Porter menunjukkan bahwa komoditi teh Indonesia berdaya saing lemah karena terdapat berbagai kendala yaitu kualitas teh Indonesia yang belum memenuhi standar internasional, kualitas sumberdaya manusia yang masih lemah, kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung pembangunan komoditi teh Indonesia, permintaan domestik yang semakin menurun serta kebijakan pemerintah yang tidak kondusif terhadap pembangunan komoditi teh nasional.

Pengembangan komoditi ekspor teh Indonesia sebaiknya lebih difokuskan untuk komoditi teh hijau HS 090210 dan teh hitam HS 090240 karena kedua komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif. Serta komoditi teh hitam HS 090230 karena memiliki laju pertumbuhan tertinggi dan berpotensi untuk meningkatkan devisa negara. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas teh terutama untuk konsumsi ekspor serta melakukan diversifikasi produk hilir teh dan lebih meningkatkan periklanan di pasar internasional.


(4)

DI PASAR INTERNASIONAL

Disusun Oleh : Sri Anna Febriyanthi

A14303077

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBER DAYA DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

FAKULTAS PERTANIAN

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh : Nama : Sri Anna Febriyanthi

NRP : A14303077

Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

Judul : Analisis Daya Saing Ekspor Komoditi Teh Indonesia di Pasar Internasional

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Yeti Lis Purnamadewi M.Sc NIP 131 967 243

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131 124 019


(6)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI TEH

INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL” BELUM PERNAH

DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

BOGOR, JANUARI 2008

Sri Anna Febriyanthi A14303077


(7)

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 26 Februari 1986, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari Bapak Azwir Udjang, SH dan Ibu Dra. Sri Darmawati. Pada Tahun 1997 penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Karang Pawulang IV Bandung, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 5 Bandung dan lulus pada tahun 2000, pada tahun yang sama, penulis diterima di SMU Negeri 7 Bandung dan lulus pada tahun 2003.

Penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan ke IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2003 dan diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Semasa perkuliahan penulis aktif dalam UKM Paduan Suara Mahasiswa IPB Agriaswara menjabat sebagai Departemen Kesejahteraan serta aktif di Radio Komunitas IPB Agri FM sebagai penyiar.


(8)

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, pujian yang memenuhi seluruh nikmat-Nya bagi kemuliaan wajah-Nya dan keagungan kekuasaan-Nya. Atas anugerah, berkat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi penelitian dengan judul “Analisis Daya Saing Ekspor Komoditi Teh Indonesia di Pasar Internasional”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Beberapa tahun terakhir pangsa pasar ekspor teh Indonesia di pasar internasional mengalami penurunan, salah satu penyebabnya adalah munculnya pesaing baru seperti Vietnam. Jika dilihat dari sisi komparatif Indonesia memiliki keunggulan pada iklim serta perkebunan teh yang luas. Hal inilah yang mendorong penulis untuk menganalisis daya saing ekspor komoditi teh Indonesia dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA). Revealed Comparative Advantage digunakan untuk menjelaskan kekuatan daya saing komoditi teh secara relatif terhadap produk sejenis dari negara lain yang juga menunjukkan posisi komparatif Indonesia sebagai produsen teh dibandingkan negara lainnya dalam pasar teh internasional.

Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin berterimakasih kepada Ibu Ir. Yeti Lis Purnamadewi M.Sc selaku pembimbing skripsi, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak serta dapat memenuhi apa yang diharapkan.

Bogor, Januari 2008

Penulis


(9)

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis bermaksud untuk menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain sebagai berikut:

1. Ir. Yeti Lis Purnamadewi M. Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis.

2. Tanti Novianti, SP, MSi yang telah bersedia menjadi dosen penguji utama. 3. Adi Hadianto, SP yang telah bersedia menjadi dosen penguji wakil

departemen.

4. Ayah dan mama tercinta, Uda Kunce, Uni Okey dan Ayu (my lovely sisters) atas doa dan dukungannya.

5. Kel. Datuk Panjang (Solok, Sumatera Barat), Kel. Sukri Bay, Kel. Sujasmanoor, dan Kel. Sumeidi yang telah membantu penulis menempuh pendidikan di IPB.

6. Denny Bintoro atas kesabaran, doa dan dukungan yang diberikan pada penulis.

7. Cencen and Co: Mak Cen, Chika, Afwan, dan Gading terimakasih atas ketulusan, perhatian dan dukungannya

8. Ocha My Soulmates seperjuangan di Agri FM 9. LINE_UP Crew: Roy, Irvan, Iben dan Akbar

10.Crew All Cutes: Mba Hesti, Mba Neni, Dwita, Sunsun, Dini and Nume 11.Temen KKP : Aga, Anin, Wira, Nono Brownis, Irma Kring2, Arie chubby 12. Diyan, Agung, Irwan teman satu bimbingan

13.EPS 40: Yany, Febby, Itoh, Iwan (terimakasih banyak atas kesediaan mengajarkan RCA), Icha, Ajeng, Damar, Agung, Silvi, Tati, Pipit, Angke, Ima.


(10)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Keragaan Jenis Teh ... 10

2.2 Perkembangan Produksi dan Ekspor Teh Dunia ... 13

2.3 Perkembangan Konsumsi Teh Dunia ... 14

2.4 Pemasaran Teh Indonesia ... 16

2.5 Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 25

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25

3.1.1 Struktur Pasar... 25

3.1.2 Konsep Daya Saing... 29

a. Konsep Keunggulan Komparatif...30

b. Keunggulan Kompetitif Suatu Negara... 32

3.1.3 Teori Perdagangan Internasional...38

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 43

IV. METODE PENELITIAN ... 46

4.1 Jenis dan Sumber Data ... 46

4.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 46


(11)

DI PASAR INTERNASIONAL

Disusun Oleh : Sri Anna Febriyanthi

A14303077

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBER DAYA DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

FAKULTAS PERTANIAN

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh : Nama : Sri Anna Febriyanthi

NRP : A14303077

Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

Judul : Analisis Daya Saing Ekspor Komoditi Teh Indonesia di Pasar Internasional

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Yeti Lis Purnamadewi M.Sc NIP 131 967 243

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131 124 019


(13)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI TEH

INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL” BELUM PERNAH

DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

BOGOR, JANUARI 2008

Sri Anna Febriyanthi A14303077


(14)

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 26 Februari 1986, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari Bapak Azwir Udjang, SH dan Ibu Dra. Sri Darmawati. Pada Tahun 1997 penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Karang Pawulang IV Bandung, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 5 Bandung dan lulus pada tahun 2000, pada tahun yang sama, penulis diterima di SMU Negeri 7 Bandung dan lulus pada tahun 2003.

Penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan ke IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2003 dan diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Semasa perkuliahan penulis aktif dalam UKM Paduan Suara Mahasiswa IPB Agriaswara menjabat sebagai Departemen Kesejahteraan serta aktif di Radio Komunitas IPB Agri FM sebagai penyiar.


(15)

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, pujian yang memenuhi seluruh nikmat-Nya bagi kemuliaan wajah-Nya dan keagungan kekuasaan-Nya. Atas anugerah, berkat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi penelitian dengan judul “Analisis Daya Saing Ekspor Komoditi Teh Indonesia di Pasar Internasional”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Beberapa tahun terakhir pangsa pasar ekspor teh Indonesia di pasar internasional mengalami penurunan, salah satu penyebabnya adalah munculnya pesaing baru seperti Vietnam. Jika dilihat dari sisi komparatif Indonesia memiliki keunggulan pada iklim serta perkebunan teh yang luas. Hal inilah yang mendorong penulis untuk menganalisis daya saing ekspor komoditi teh Indonesia dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA). Revealed Comparative Advantage digunakan untuk menjelaskan kekuatan daya saing komoditi teh secara relatif terhadap produk sejenis dari negara lain yang juga menunjukkan posisi komparatif Indonesia sebagai produsen teh dibandingkan negara lainnya dalam pasar teh internasional.

Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin berterimakasih kepada Ibu Ir. Yeti Lis Purnamadewi M.Sc selaku pembimbing skripsi, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak serta dapat memenuhi apa yang diharapkan.

Bogor, Januari 2008

Penulis


(16)

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis bermaksud untuk menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain sebagai berikut:

1. Ir. Yeti Lis Purnamadewi M. Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis.

2. Tanti Novianti, SP, MSi yang telah bersedia menjadi dosen penguji utama. 3. Adi Hadianto, SP yang telah bersedia menjadi dosen penguji wakil

departemen.

4. Ayah dan mama tercinta, Uda Kunce, Uni Okey dan Ayu (my lovely sisters) atas doa dan dukungannya.

5. Kel. Datuk Panjang (Solok, Sumatera Barat), Kel. Sukri Bay, Kel. Sujasmanoor, dan Kel. Sumeidi yang telah membantu penulis menempuh pendidikan di IPB.

6. Denny Bintoro atas kesabaran, doa dan dukungan yang diberikan pada penulis.

7. Cencen and Co: Mak Cen, Chika, Afwan, dan Gading terimakasih atas ketulusan, perhatian dan dukungannya

8. Ocha My Soulmates seperjuangan di Agri FM 9. LINE_UP Crew: Roy, Irvan, Iben dan Akbar

10.Crew All Cutes: Mba Hesti, Mba Neni, Dwita, Sunsun, Dini and Nume 11.Temen KKP : Aga, Anin, Wira, Nono Brownis, Irma Kring2, Arie chubby 12. Diyan, Agung, Irwan teman satu bimbingan

13.EPS 40: Yany, Febby, Itoh, Iwan (terimakasih banyak atas kesediaan mengajarkan RCA), Icha, Ajeng, Damar, Agung, Silvi, Tati, Pipit, Angke, Ima.


(17)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Keragaan Jenis Teh ... 10

2.2 Perkembangan Produksi dan Ekspor Teh Dunia ... 13

2.3 Perkembangan Konsumsi Teh Dunia ... 14

2.4 Pemasaran Teh Indonesia ... 16

2.5 Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 25

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25

3.1.1 Struktur Pasar... 25

3.1.2 Konsep Daya Saing... 29

a. Konsep Keunggulan Komparatif...30

b. Keunggulan Kompetitif Suatu Negara... 32

3.1.3 Teori Perdagangan Internasional...38

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 43

IV. METODE PENELITIAN ... 46

4.1 Jenis dan Sumber Data ... 46

4.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 46


(18)

iv

4.2.3 Analisis Keunggulan Kompetitif ... 52

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA ... 54

5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia ... 54

5.2 Perkembangan Ekspor Teh Indonesia ... 59

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL ... 65

6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS 090210 ... 65

6.2 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS 090220 ... 68

6.3 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hitam HS 090230 ... 70

6.4 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hitam HS 090240 ... 72

VII. DAYA SAING KOMODITI TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ... 75

7.1 Analisis Keunggulan Komparatif Kelompok Komoditi Teh Indonesia di Pasar Internasional ... 75

7.1.1 Analisis Keunggulan Komparatif Kelompok Komoditi Teh Hijau HS 090210...75

7.1.2 Analisis Keunggulan Komparatif Kelompok Komoditi Teh Hijau HS 09022 ... 76

7.1.3 Analisis Keunggulan Komparatif Kelompok Komoditi Teh Hitam HS 090230 ... 79

7.1.4 Analisis Keunggulan Komparatif Kelompok Komoditi Teh Hitam HS 090240 ... 81

7.2 Keunggulan Kompetitif Komoditi Teh Indonesia : Analisis Teori Berlian Porter (Porters Diamond Teory) ... 83

7.2.1 Kondisi Faktor Sumberdaya ... 83

A. Sumberdaya Alam ... 83

B. Sumberdaya Manusia ... 86

C. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan danTeknologi ... 88


(19)

v

7.2.2 Kondisi Permintaan ... 94

7.2.3 Industri Pendukung dan Terkait ... 96

7.2.4 Persaingan, Struktur dan Strategi ... 98

7.2.5 Peran Pemerintah ... 99

7.2.6 Kesempatan ... 102

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN... 104

8.1 Kesimpulan ... 104

8.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107


(20)

vi

No Hal 1. Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha (miliar rupiah), 2002-2005 ... 1

2. Nilai Ekspor Pertanian Indonesia Tahun 2001 – 2005 (dlm juta US$) ... 2

3. Perbandingan Volume Ekspor Teh Indonesia dengan Beberapa Negara Produsen Teh lainnya (Ton) ... 3

4. Perkembangan Ekspor Teh Indonesia Tahun 2001 – 2005 ... 4

5. Perbandingan Produksi dan Konsumsi teh Dunia Tahun 2001 – 2005 ... 5

6. Kode HS Produk Pertanian untuk Komoditi Teh ... 12

7. Perkembangan Produksi dan Ekspor Teh Menurut Negara Produsen Tahun 2004 – 2005 ... 13

8. Volume Impor untuk Konsumsi Berdasarkan Negara Konsumen Utama (Ton) Tahun 2004 – 2005...15

9. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya...24

10. Macam-macam Pasar dan Cirinya...25

11. Tipe Pasar mulai dari Monopoli Murni sampai dengan Persaingan Murni...51

12. Perkembangan Produksi Teh Indonesia Periode 1996 – 2005...54

13. Perkembangan Luas Areal Teh Indonesia Periode 1996 – 2005...56

14. Perkembangan Produktivitas Teh Indonesia Tahun 1996 – 2005...57

15. Pangsa Pasar Komoditi Teh Hijau HS 090210 Sri Lanka, India, Kenya, Cina, Indonesia, Argentina, Tanzania dan Uganda Tahun 2001-2005 (dalam %)...61

16. Pangsa Pasar Komoditi Teh Hijau HS 090220 Sri Lanka, India, Kenya, Cina, Indonesia, Argentina, Tanzania dan Uganda Tahun 2001-2005 (dalam %)...62

17. Pangsa Pasar Komoditi Teh Hitam HS 090230 Sri Lanka, India, Kenya, Cina, Indonesia, Argentina, Tanzania dan Uganda Tahun 2001-2005 (dalam %)...63


(21)

vii

Indonesia, Argentina, Tanzania dan Uganda Tahun 2001-2005 (dalam %)...64 19. Nilai Herfindahl Index dan Rasio Konsentrasi Komoditi

Teh Hijau HS 090210 Tahun 2001 – 2005...65 20. Pangsa Pasar Produsen Teh Hijau HS 090210 Terbesar

di Pasar Internasional Periode 2001 – 2005...66 21. Nilai Herfindahl Index dan Rasio Konsentrasi Komoditi

Teh Hijau HS 090220 Tahun 2001 – 2005...68 22. Pangsa Pasar Produsen Teh Hijau HS 090220 Terbesar

di Pasar Internasional Periode 2001 – 2005...70 23. Nilai Herfindahl Index dan Rasio Konsentrasi Komoditi

Teh Hitam HS 090230 Tahun 2001 – 2005...71 24. Pangsa Pasar Produsen Teh Hitam HS 090230 Terbesar

di Pasar Internasional Periode 2001 – 2005...71 25. Nilai Herfindahl Index dan Rasio Konsentrasi Komoditi

Teh Hitam HS 090240 Tahun 2001 – 2005...73 26. Pangsa Pasar Produsen Teh Hitam HS 090240 Terbesar

di Pasar Internasional Periode 2001 – 2005...74 27. Nilai RCA Komoditi Teh Hijau HS 090210 di Pasar

Internasional Tahun 2001 – 2005...75 28. Nilai RCA Komoditi Teh Hijau HS 090220 di Pasar

Internasional Tahun 2001 – 2005...77 29. Nilai RCA Komoditi Teh Hitam HS 090230 di Pasar

Internasional Tahun 2001 – 2005...80 30. Nilai RCA Komoditi Teh Hitam HS 090240 di Pasar

Internasional Tahun 2001 – 2005...82 31. Perkembangan Konsumsi Teh Per kapita Indonesia Tahun 1997-2005...95


(22)

viii

No Hal 1. Jalur Tataniaga Ekspor Teh Indonesia... 18 2. “The National Diamond System” ... 33 3. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional ... 42 4. Kerangka Operasional ... 45 5. Negara-negara Tujuan Ekspor Teh Indonesia ... 60


(23)

ix

No Hal 1. Negara Tujuan Ekspor Teh Indonesia Berdasarkan Kode HS...111 2. Perkembangan Ekspor Teh Vietnam...111 3. Perkembangan Harga Teh Dunia (dalam dollar per kg)...111 4. Nilai Ekspor Komoditi Teh Hijau HS 090210 Sri Lanka, India, Kenya,

Cina, Indonesia, Argentina, Tanzania dan Uganda Tahun 2001-2005(US$)...112 5. Nilai Ekspor Komoditi Teh Hijau HS 090220 Sri Lanka, India, Kenya,

Cina, Indonesia, Argentina, Tanzania dan Uganda Tahun 2001-2005 (US$)...112 6. Nilai Ekspor Komoditi Teh Hitam HS 090230 Sri Lanka, India, Kenya,

Cina,Indonesia, Argentina, Tanzania dan Uganda Tahun 2001-2005 (US$)...113 7. Nilai Ekspor Komoditi Teh Hitam HS 090240 Sri Lanka, India, Kenya,


(24)

1.1Latar Belakang

Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian Indonesia. Menurut BPS (2006), sampai tahun 2005 sektor pertanian menyumbang 14,54 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha serta menyerap 44,04 persen tenaga kerja dari 94,9 juta angkatan kerja nasional.

Tabel. 1 Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) Tahun 2002-2005

Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005

Sektor Pertanian

a. Tanaman Bahan Makanan 114 981,5 119 164,8 122 611,7 125 757,5 b. Tanaman Perkebunan 37 073,3 38 693,9 39 548,0 40 429,9 c. Peternakan dan hasilnya 29 430,5 30 647,0 31 672,5 32 581,2

d. Kehutanan 17 125,4 17 213,7 17 333,8 16 981,9

e. Perikanan 33 002,8 34 667,9 37 056,8 38 640,8

Total Sektor Pertanian 231 613,5 240 387,3 248 222,8 254 391,3 Pertambangan dan

penggalian 169 932,0 167 603,8 160 100,4 162 642,0 Industri Pengolahan 419 387,8 441 754,9 469 952,4 491 699,5 Listrik, Gas, dan Air 9 868,2 10 349,2 10 889,8 11 596,6

Kontruksi 84 469,8 89 621,8 96 333,6 103 403,8

Perdagangan, Hotel dan

Restoran 243 266,6 256 516,6 271 104,9 294 396,3

Pengangkutan dan

Komunikasi 76 173,1 85 458,4 96 896,7 109 467,1

Keuangan, Real Estat dan

Jasa Perusahaan 131 523,0 140 374,4 151 187,8 161 959,6

Jasa-jasa 138 982,4 145 104,9 152 137,3 159 990,7

Produk Domestik Bruto 1 505 216,4 1 557 171,3 1 656 825,7 1 749 546,9 Sumber: BPS, 2006

Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan hasil-hasilnya. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian terutama


(25)

dalam penghasil devisa, penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap produk domestik bruto. Pada tahun 2005, pendapatan nasional dari sub sektor perkebunan atas dasar harga konstan sebesar 40.429,9 miliar rupiah yaitu menyumbang sebesar 2,31 persen terhadap PDB atau sebesar 15,89 persen terhadap sektor pertanian.

Komoditi teh (Camelia sinensis) merupakan salah satu komoditi sub sektor perkebunan yang penting karena khasiatnya yang sangat baik untuk kesehatan. Bagi Indonesia teh selain bermanfaat untuk kesehatan juga merupakan salah satu penghasil devisa yang diandalkan. Komoditi ini menjadi salah satu usaha andalan pemerintah karena memberikan kontribusi ekspor cukup besar diantara komoditi pertanian lainnya. Menurut data BPS tahun 2005, komoditi teh turut menyumbang devisa negara sebesar US$ 48 juta. Selain itu teh juga berperan dalam penyedia lapangan kerja dan pelestarian lingkungan.

Tabel 2. Nilai Ekspor Pertanian Indonesia Tahun 2001 – 2005 (dlm juta US$)

Komoditi 2001 2002 2003 2004 2005

Getah Karet 7,5 6,8 12,3 14,7 6,4

Kopi 182,5 218,8 251 281,5 497,7

Udang 940,1 840,4 852,7 824,0 846,9

Teh 94,6 98,1 91,8 64,8 48,0

Rempah-rempah 174,2 188,1 186,3 153,7 138,0

Tembakau 80,8 66,5 44,5 45,6 62,9

Biji Coklat 276,5 521,3 410,4 370,2 468,2

Ikan 358,8 377,6 424,1 470,7 480,5

Biji-bijian 5,2 9,7 11,8 23,2 31,1

Mutiara 25,1 11,4 17,2 5,9 7,2

Damar 17,9 22,5 20,8 16,8 15,4

Sayur-sayuran 29,9 33,2 33,2 29,9 28,7

Buah-buahan 31,7 45,8 54,1 61,4 62,7

Lainnya 213,7 130,2 116 133,7 132,6

Total 2.438,5 2.570,4 2.526,2 2496,2 2826,3

Sumber: BPS,2006

Indonesia sebagai salah satu produsen dan eksportir komoditi teh terbesar kelima di dunia memandang bahwa liberasi perdagangan dunia merupakan peluang yang cukup terbuka bagi industri teh. Di sisi lain hal ini dipandang


(26)

sebagai tantangan untuk meningkatkan daya saing agar dapat menghasilkan produk teh yang semakin kompetitif di pasar internasional. Peningkatan daya saing komoditi merupakan tantangan terbesar bagi komoditi teh di Indonesia, terutama untuk menghadapi era perdagangan bebas. Mengingat iklim persaingan yang semakin ketat, ditambah lagi dengan sudah tidak diberlakukannya kuota menyebabkan komoditi teh nasional mendapat ancaman serius dari negara-negara yang juga merupakan negara produsen teh seperti Vietnam.

Daya saing komoditi teh suatu negara produsen teh dapat dikaji secara umum dari kinerja pertumbuhan ekspor tehnya. Menurut ITC (2006), komoditi teh Indonesia sebanyak 62 persen dari total produksi Indonesia diperuntukkan untuk ekspor. Hal ini menjadi sangat penting karena memberi manfaat secara ekonomi bagi negara yaitu kontribusi terhadap devisa negara serta posisi daya saing teh Indonesia di dunia. Total ekspor komoditi teh Indonesia sejak tahun 2001 – 2005 cukup mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 ekspor teh Indonesia secara keseluruhan bernilai US$ 121.496.000. Namun, penguasaan pangsa pasar ekspor teh Indonesia terhadap total ekspor teh dunia dalam lima tahun terakhir menurun yaitu pada tahun 2001 sebesar 7,2 persen dan terus menurun sampai 6,6 persen pada tahun 2005 (tabel 3).

Tabel 3. Perbandingan Volume Ekspor Teh Indonesia dengan Beberapa Negara Produsen Teh lainnya (Ton)

Negara 2001 2002 2003 2004 2005

China 249 678 252 273 259 980 280 193 286 563

India 179 857 198 087 170 277 193 908 188 208

Kenya 258 118 272 459 269 268 333 802 339 134

Sri Lanka 287 503 285 985 290 567 290 604 298 769

Indonesia 99 721 100 185 88 175 98 572 102 294

Grand Total 1 388 920 1 437 925 1 397 389 1 536 141 1 556 511


(27)

Ekspor teh Indonesia secara umum dibedakan menjadi dua jenis yaitu teh hijau (Green Tea) dan Teh hitam (Black Tea). Menurut ITC (2006), selama periode tahun 2001-2005 teh Indonesia yang diekspor sebagian besar dalam bentuk teh hitam yakni berkisar antara 90,68 – 96,24 persen dari total volume ekspor teh, sedangkan sisanya berkisar antara 3,76 – 9,32 persen saja yang berupa teh hijau. Rata-rata laju pertumbuhan volume ekspor teh Indonesia periode 2001-2005 sebesar -13,29 persen. Pada tahun 2001-2005 volume ekspor teh hijau mencapai angka sebesar 9 531 ton atau 9,32 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 23,13 juta, sedangkan teh hitam volume ekspornya mencapai 92 763 ton atau 90,68 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 98,4 juta. Perkembangan teh hijau dan teh hitam Indonesia tahun 2001 – 2005 dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Perkembangan Ekspor Teh Indonesia Tahun 2001 – 2005 Tahun

Teh Hijau Teh Hitam Jumlah

Pertumbuhan Volume (%) Volume (ton) Nilai (000US$) Volume (ton) Nilai (000US$) Volume (ton) Nilai (000US$)

2001 6 666 6 617 93 056 93 237 99 721 99 854 -5,55 2002 5 485 6 032 94 700 97 394 100 185 103 426 0,47 2003 3 564 3 967 84 611 91 849 88 175 95 816 -11,99 2004 3 707 7 235 94 865 108 783 98 572 116 018 11,79 2005 9 531 23 133 92 763 98 363 102 294 121 496 3,78 Sumber: ITC, 2006

Kondisi perdagangan teh internasional mengalami ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi atau terjadinya over supply. Hal ini terlihat pada tabel 5 perkembangan produksi teh dunia tahun 2001 – 2005 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sedangkan untuk konsumsi teh dunia perkembangannya berfluktuasi selama periode tahun 2001 – 2005.

Pada tahun 2005 produksi teh dunia sebesar 3 419 579 ton, sedangkan konsumsi teh dunia sebesar 1 445 600 ton. Kelebihan produksi sebesar 1 973 979 ton adalah dari jenis teh hitam, sedangkan dari jenis teh hijau justru sebaliknya. Data dari ITC mengungkapkan bahwa permintaan teh hijau dunia cenderung


(28)

meningkat dari tahun ke tahun. Kendati volumenya lebih kecil dibandingkan jenis teh hitam, namun harganya lebih baik. Kondisi perdagangan pasar teh internasional yang mengalami over supply tersebut menuntut suatu negara produsen seperti Indonesia supaya memiliki daya saing terhadap negara produsen lainnya untuk dapat mempertahankan atau meningkatkan pasar yang dimilikinya. Tabel 5. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Teh Dunia Tahun 2001-2005

Tahun Produksi Teh Dunia (Ton) Konsumsi Teh Dunia (Ton)

2001 3 060 683 1 322 200

2002 3 081 255 1 371 600

2003 3 197 509 1 345 200

2004 3 310 348 1 425 100

2005 3 419 579 1 445 600

Sumber : ITC, 2006

Menurut Kotler (2000), memperoleh pangsa pasar merupakan hal yang tidak mudah karena pemasar harus dapat mempertimbangkan dan mengevaluasi berbagai hal dalam menentukan pasar sasaran. Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor teh kelima terbesar di dunia perlu mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar yang dimilikinya di pasar internasional, terutama karena teh merupakan salah satu komoditi perkebunan utama di Indonesia yang memberikan kontribusi dalam menambah devisa negara.

1.2 Perumusan Masalah

Teh sebagai salah satu dari komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Selain sebagai salah satu penghasil devisa negara, teh juga bersifat padat karya (labour intensive) sehingga banyak menyerap tenaga kerja seperti pemetik teh dan mendukung pelestarian lingkungan.

Potensi komoditi teh Indonesia dilihat dari sisi komparatif sebenarnya memiliki prospek yang baik, karena iklim serta cuaca Indonesia yang cocok untuk


(29)

budidaya teh. Menurut ITC (2006) luas areal tanaman di Indonesia menduduki peringkat keempat terluas di dunia dengan luas 142.782 hektar setelah Cina, India dan Sri Lanka.

Keunggulan komoditi teh Indonesia tersebut seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya terutama berkaitan dengan daya saing komoditi teh agar dapat bersaing di pasar internasional. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini volume ekspor teh Indonesia berfluktuasi sehingga Indonesia banyak kehilangan pangsa pasar di negara-negara yang menjadi tujuan ekspornya. Hal ini terlihat dari pangsa pasar ekspor teh Indonesia yang mengalami penurunan. Akibat ketidakstabilan volume ekspor maka beberapa pasar utama teh yang telah dikuasai Indonesia telah diambil alih oleh negara produsen teh lainnya. Pasar-pasar yang kurang dapat dipertahankan Indonesia atau telah diambil tersebut adalah Pakistan, Inggris, Belanda, Jerman, Irlandia, Rusia, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Siria, Taiwan, Mesir, Maroko, dan Australia.

Dilihat dari segi kualitas teh Indonesia juga belum bisa dikatakan stabil karena teh dari Indonesia hanya sebagai teh pencampur dan bisa diganti dengan teh yang lain. Berbeda halnya dengan teh dari Sri Lanka dan India yang dijadikan teh utama dalam kancah perdagangan teh dunia. Ketidakstabilan kualitas teh Indonesia juga dipengaruhi musim di Indonesia. Kadang kualitasnya sangat bagus, kadang jauh menurun. Saat musim kemarau, kualitas bagus, produksi sedikit dan harga tinggi. Namun di musim hujan kualitasnya rendah, produksi tinggi dan harganya turun. Akibat ketidakstabilan kualitas teh maka teh Indonesia sulit ditempatkan sebagai teh utama dalam kancah perdagangan teh dunia1.


(30)

Dalam perdagangan dunia, daya saing akan menentukan posisi suatu produk di pasar. Data terakhir berdasarkan data Global Competitiveness Report, World Economic Forum 2006, menunjukkan posisi daya saing Indonesia paling rendah di Asia Pasifik yaitu di urutan ke 50 dari 125 negara. Pada posisi ini Indonesia sebagai negara berkembang tidak memiliki kekuatan untuk bersaing terutama dengan negara-negara maju dalam kancah internasional. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekspor Indonesia yang terus menurun di kancah dunia. Pada tahun 2005 penguasaan ekspor Indonesia di dunia hanya sebesar 0,87 persen dari total keseluruhan ekspor dunia (COMTRADE, 2007).

Munculnya pesaing-pesaing baru dalam perdagangan teh dunia seperti Vietnam mempengaruhi atau bahkan dapat menurunkan daya saing Indonesia ke negara konsumen teh di dunia. Negara Vietnam sebagai pesaing Indonesia memiliki beberapa kesamaan dengan Indonesia terutama ditandai oleh rendahnya aplikasi teknologi dan padat karya. Menurut ITC (2006), pada periode 2001 – 2005 penguasaan pangsa pasar ekspor teh Vietnam terhadap dunia cenderung meningkat dan rata-rata laju pertumbuhan volume ekspor teh selama lima tahun sebesar 10,97 persen, sedangkan rata-rata laju pertumbuhan ekspor Indonesia pada periode yang sama hanya sebesar -13,29 persen. Hal ini merupakan ancaman serius bagi produk komoditi teh Indonesia.

Hal diatas menunjukkan bahwa komoditi teh Indonesia harus memiliki daya saing yang tinggi agar dapat bersaing dengan komoditi teh dari negara lain seperti Vietnam serta lebih memberikan perhatian serius terhadap upaya-upaya pengembangan sektor perkebunan khususnya komoditi teh. Pengembangan produksi dan ekspor teh dalam jangka panjang sangat bergantung pada


(31)

peningkatan kualitas komoditi, dan kemampuan daya saing dalam mendapatkan pangsa pasar baru. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan produksi dan ekspor komoditi teh di Indonesia? 2. Bagaimana struktur pasar kelompok komoditi teh yang dihadapi Indonesia

dalam perdagangan teh internasional?

3. Bagaimana posisi daya saing ekspor kelompok komoditi teh Indonesia di pasar internasional?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengkaji perkembangan produksi dan ekspor komoditi teh di Indonesia. 2. Menganalisis struktur pasar kelompok komoditi teh yang dihadapi

Indonesia dalam perdagangan teh internasional.

3. Menganalisis posisi daya saing ekspor kelompok komoditi teh Indonesia di pasar internasional.

1.4Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Para pengambil keputusan dan para pelaku ekonomi dalam sektor perkebunan khususnya komoditi teh sebagai upaya untuk merekomendasikan konsep pengembangan daya saing komoditi teh dalam menghadapi pasar internasional.


(32)

2. Masyarakat akademik, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk meneliti lebih lanjut mengenai kondisi perdagangan teh di Indonesia.

3. Pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung kelangsungan perdagangan teh nasional.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal:

1. Komoditi teh yang dimaksud didasarkan pada data COMTRADE dengan kode HS 090210 (Teh hijau dikemas 3kg); HS 090220 (Teh hijau dikemas 3kg); HS 090230 (Teh hitam dikemas 3kg); HS 090240 (teh hitam dikemas 3 kg). Pemilihan kode HS tersebut didasarkan pada perbedaan negara tujuan ekspor dari masing-masing kode HS.

2. Pada penelitian ini menggunakan pembanding negara Sri Lanka, India, Kenya, Cina, Argentina, Uganda dan Tanzania. Pemilihan negara-negara tersebut karena merupakan negara produsen teh terbesar di dunia.

3. Batasan periode analisis penelitian dari tahun 2001 sampai 2005 karena keterbatasan ketersediaan data dari negara-negara produsen teh di dunia.


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keragaman Jenis Teh

Menurut Spillane (1992) teh pada umumnya digolongkan dalam empat golongan, yaitu: (1) teh yang difermentasikan atau teh hitam (fermented) ; (2) teh yang tidak difermentasikan atau teh hijau (non fermented) ; (3) teh yang setengah difermentasikan atau oolong (semi fermented) ; dan (4) teh ekstrak (extract tea).

Tanaman teh merupakan salah satu tanaman perdu yang selalu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh 15 sampai 30 kaki tingginya, akan tetapi penanaman teh terus menerus dipotong pada ketinggian tiga sampai lima kaki saja. Tanaman ini tumbuh baik dataran tinggi, dan paling produktif di dataran tropis. Daerah komersial teh dunia terpusat pada pegunungan yang terletak dekat atau di sekitar khatulistiwa antara 42° LU dan 33° LS. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah dengan ketinggian 200 sampai 2 000 meter di atas permukaan air laut. Semakin tinggi letak daerahnya, semakin menghasilkan mutu teh yang baik. Menurut Spillane (1992) berdasarkan ketinggian lokasinya, pengusahaan teh dapat digolongkan ke dalam lima golongan yaitu :

1. High Grown, untuk teh dari perkebunan dengan ketinggian di atas 1 500 m seperti : Perkebunan Sinumbra, Perkebunan Sperata di Jawa Barat.

2. Good Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 1 200 – 1 500 m, seperti : Perkebunan Malabar, Perkebunan Kertamanah, Perkebunan Gunung mas, Perkebunan Goalpara di Jawa Barat.


(34)

3. Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 1 000 – 1 200 m, seperti : Perkebunan Wonosari di Jawa Timur, Perkebunan Panghaeotan di Jawa Barat.

4. Low Medium, untuk teh dari perkebunan di daerah antara 800 – 1 000 m, sperti : Perkebunan Pasir Nangka, Perkebunan Cikopi Selatan dan lainnya di Jawa Barat.

5. Common, untuk teh dari perkebunan di daerah di bawah 800 m, seperti Perkebunan Gunung Raung.

Faktor-faktor lain yang dapat mendukung bagi pengusahaan teh yang baik adalah letak dan sarana perhubungan antara perkebunan dengan pabrik pengolahan. Hal ini berkaitan dengan mutu teh yang dihasilkan mengingat pucuk teh adalah barang yang cepat busuk, dan harus segera diolah setelah dipetik paling lama 1,5 hari. Bagian yang dipanen adalah daunnya. Daun ini kemudian diolah menjadi teh hitam, teh hijau, dan teh oolong. Ketiga jenis teh ini dihasilkan dari daun tanaman yang sama dengan proses pengolahan yang berbeda. Dari ketiga teh ini yang diperdagangkan Indonesia adalah teh hitam dan teh hijau.

Teh hitam adalah teh yang dihasilkan dari proses fermentasi (proses pemeraman) yang merupakan ciri khasnya. Teh hitam ini dihasilkan dari proses pelayuan (withering) untuk menurunkan kadar air dan memudahkan penggulungan pada proses berikutnya. Pada proses penggulungan, daun teh disortasi untuk memisahkan daun yang berukuran besar dan kecil dengan tujuan agar proses fermentasi dapat dilakukan dengan sempurna dan merata hasilnya. Kemudian dilakukan fermentasi dalam ruang khusus yang dijaga kelembabannya.


(35)

Setelah proses fermentasi, daun teh dikeringkan dalam mesin pengering yang dialiri udara panas.

Teh hijau dihasilkan melalui proses pengolahan tanpa proses fermentasi, hanya melalui proses pengeringan daun setelah dipetik. Pengolahan dilakukan secara sederhana dengan proses pemanasan yang menggunakan alat yang sederhana pula. Sebelum dikonsumsi, umumnya teh hijau dicampur dengan daun melati yang telah dikeringkan. Pencampuran ini berguna untuk menghilangkan bau yang tidak dapat hilang akibat tidak difermentasi.

Teh oolong merupakan jenis peralihan antara teh hitam dan teh hijau yang mengalami setengah fermentasi, berbeda dengan proses pengolahan teh hitam, untuk menghasilkan daun teh yang telah dilayukan kemudian dipanaskan dengan menggunakan panas api atau udara panas. Setelah proses pemanasan dilakukan proses fermentasi, selanjutnya dimasukkan dalam mesin penggulung dan akhirnya dikeringkan. Teh oolong ini tidak dikenal di Indonesia dan merupakan teh khas Cina dan Taiwan.

Komoditi teh menurut kode HS Internasional dibagi ke dalam empat kelompok yaitu :

Tabel 6. Kode HS Produk Pertanian untuk Komoditi Teh

Kode HS Nama

Komoditi Komoditi Turunan

090210 Teh Teh hijau (tidak difermentasi ) dikemas dalam

kemasan 3 kg

090220 Teh Teh hijau (tidak difermentasi ) dikemas dalam

kemasan 3 kg

090230 Teh Teh hitam (difermentasi dan teh difermentasi

sebagian) dikemas dalam kemasan 3 kg

090240 Teh Teh hitam (difermentasi dan teh difermentasi

sebagian) dikemas dalam kemasan 3 kg Sumber: UN Commodity Trade Statistics Database (COMTRADE), 2007


(36)

2.2 Perkembangan Produksi dan Ekspor Teh Dunia

Perkembangan produksi dan ekspor teh menurut negara produsen dapat dilihat pada tabel 7 pada tahun 2004 – 2005 pada rata-rata produksi dunia mengalami peningkatan sebesar 3,72 persen. Dari tiga belas negara produsen teh terdapat empat negara yang mengalami penurunan produksi yaitu Turkey, Jepang, Iran dan Malawi.

Tabel 7. Perkembangan Produksi dan Ekspor Teh Menurut Negara Produsen Tahun 2004 - 2005

Negara Produksi (Ton) Ekspor (Ton)

2004 2005 % 2004 2005 %

India 892 965 927 984 3,92 193 908 188 028 -3,03

China 835 231 934 857 11,93 280 193 286 563 2,27

Sri Lanka 308 809 317 196 2,96 290 604 298 769 2,81

Kenya 324 609 328 584 1,22 333 802 339 134 1,60

Indonesia 164 817 165 854 0,63 98 572 102 294 3,78

Turkey 165 000 135 000 -18,18 5 904 7 000 18,56

Vietnam 97 000 109 000 12,37 70 000 88 000 25,71

Jepang 100 262 100 000 -0,26 923 1 096 18,74

Argentina 64 871 73 000 12,53 66 374 66 389 0,02

Iran 40 000 25 000 -37,5 8 000 6 500 -18,75

Bangladesh 55 627 58 618 5,38 13 435 9 007 -32,96

Malawi 50 090 37 978 -24,18 46 599 42 978 -7,77

Uganda 35 706 37 734 5,68 29 686 33 071 11,40

Total

Dunia 3 134 267 3 250 805 3,72 1 438 000 1 468 829 2,14

Sumber : ITC, 2006

Produsen teh terbesar adalah negara India dengan peningkatan sebesar 3,92 persen pada tahun 2004 – 2005. Peningkatan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan ekspor India yang justru menurun. Penurunan volume ekspor teh India disebabkan oleh meningkatnya jumlah konsumsi teh di negara tersebut sehingga produksi teh India lebih ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya

Ekspor teh Indonesia memiliki peluang di pasar Internasional karena Indonesia mengalami sedikit peningkatan volume ekspor teh sebesar 3,78 persen


(37)

pada periode 2004-2005. Namun Indonesia masih kalah bersaing jika dibandingkan dengan jumlah kuantitas dari negara India, Cina, Sri Lanka dan Kenya. Indonesia menduduki peringkat ke lima dalam produksi teh di dunia dan memperoleh 4,9 persen dari seluruh pangsa pasar di dunia. Hal ini masih lebih rendah dibandingkan dengan empat negara lainnya seperti China (27,3%), India(27,1%), Kenya (9,6%) dan Sri Lanka(9,3%)2.

2.3Perkembangan Konsumsi Teh Dunia

Teh adalah minuman yang dikenal di seluruh dunia, namun tidak semua negara bisa memproduksi teh. Negara-negara yang tidak mempunyai sumber daya cukup untuk memproduksi teh akan melakukan impor untuk memenuhi konsumsi dalam negeri mereka. Negara-negara Eropa adalah negara tujuan utama ekspor teh. Permintaan pasar Eropa sedikit meningkat, khususnya di Perancis, Jerman, Italia dan Belanda. Menurut ITC (2006), Belanda merupakan salah satu negara pengimpor terbesar di benua tersebut. Negara Inggris yang selama ini disebut negara peminum teh, konsumsinya cenderung menurun dapat dilihat dari periode 2002 – 2004 orang Inggris mengkonsumsi teh sebanyak 2210 gram per kepala. Sedangkan periode 2003 – 2005 teh yang dikonsumsi sebanyak 2120 gram perkepala3.

Besarnya impor untuk konsumsi di negara- negara pengimpor teh utama dapat dilihat di tabel 8. Tiga negara pengimpor dengan volume terbanyak adalah Rusia, Inggris, dan Pakistan. Pertumbuhan impor negara Rusia dan Pakistan periode 2001 – 2005 meningkat masing-masing sebesar 2,58 persen dan 16,03 persen, sedangkan negara Inggris mengalami penurunan impor sebesar 1,48

2International Tea Committee, Annual Bulletin of Statistics 2006, London, 2006, hlm 34. 3Ibid, hlm 125


(38)

persen. Penurunan impor di negara Inggris diperkirakan karena pada tahun 2001-2005 terjadi penurunan konsumsi di negara tersebut sebesar 0,12 kg per kapita per tahun. Namun demikian tingkat konsumsi teh per kapita negara Inggris masih cukup tinggi yaitu 2,21 Kg per tahun, sehingga peluang ekspor teh ke negara tersebut masih terbuka luas.

Tabel 8. Volume Impor untuk Konsumsi Berdasarkan Negara Konsumen Utama (Ton) Tahun 2004 – 2005

Negara Tahun

2001 2002 2003 2004 2005

Rusia 153.718 162.601 165.656 167.500 170.100

Inggris 136.558 136.598 125.279 128.755 128.232

Pakistan 106.822 97.827 118.309 120.017 139.261

USA 96.668 93.474 94.174 99.484 100.060

Mesir 56.403 78.942 49.860 71.803 76.500

Irak 62.700 82.000 37.800 51.000 47.000

CIS 58.300 57.200 57.000 61.000 63.900

Jepang 60.056 51.487 47.132 56.196 51.451

Dubai 29.794 30.756 48.779 43.419 50.000

Afghanistan 31.100 35.000 48.000 41.000 33.000

Iran 42.200 38.500 30.400 40.000 43.000

Maroko 37.701 43.782 44.916 45.669 49.300

Polandia 33.102 31.000 30.798 32.114 31.057

Syria 24.500 30.643 29.036 30.556 26.000

Total 929.622 969.810 927.139 988.513 1.008.861

Sumber : ITC, 2006

Negara-negara lain yang memiliki tingkat konsumsi teh per kapita cukup tinggi (lebih dari 1 kg per kapita per tahun) adalah negara Republik Irlandia, Chile, Afghanistan, Bahrain, Hongkong, Iran, Irak, Jepang, Kuwait, Qatar, Srilangka, Syiria, Taiwan, Turki, Maroko, Tunisia4. Perkembangan rata-rata konsumsi teh dunia pada kurun waktu 2002 – 2005 adalah 2,94 persen per tahun5. Semakin meningkat konsumsi teh dunia maka akan menyebabkan permintaan akan teh meningkat, harga teh naik dan memicu para produsen teh untuk meningkatkan produksi tehnya.

4Ibid, hlm 125


(39)

Indonesia adalah salah satu negara produsen teh terbesar, tetapi tingkat konsumsi teh di Indonesia lebih rendah dibandingkan negara-negara lain yang tidak menghasilkan teh seperti Irak dan Inggris. Konsumsi teh Indonesia tergolong rendah yaitu 288 gram perkapita per tahun. Tingkat konsumsi teh dikatakan tinggi jika telah mencapai lebih dari 500 gram perkapita per tahun. Tingkat orang mengkonsumsi teh di Inggris enam kali lipat lebih besar dibandingkan di Indonesia. Hal ini menunjukkan tingkat mengkonsumsi teh masyarakat Indonesia masih rendah. Rendahnya tingkat konsumsi teh di Indonesia karena masyarakat belum banyak mengetahui tentang manfaat atau khasiat dari mengkonsumsi teh6. 2.4 Pemasaran Teh Indonesia

Ekspor teh di Indonesia secara umum di bedakan menjadi dua jenis yaitu teh hitam dan teh hijau. Selama kurun waktu 2001-2005, teh Indonesia yang diekspor sebagian besar dalam bentuk teh hitam yakni berkisar antara 90,68 – 96,24 persen dari seluruh total ekspor teh Indonesia, sedangkan sisanya berkisar antara 3,76 – 9,32 persen saja yang merupakan teh hijau (BPS, 2006). Dari hasil produksi teh yang dihasilkan hanya sebagian kecil saja yang dipasarkan di dalam negeri sedangkan sebagian besar sisanya dipasarkan ke luar negeri (diekspor). Pasar produk teh Indonesia telah memasuki lima benua yaitu Asia, Afrika, Australia, Amerika dan Eropa. Dari kelima benua tersebut benua Asialah yang merupakan pangsa pasar utama ekspor teh Indonesia.

Hingga sekarang ekspor teh Indonesia seluruhnya tidak kurang dari limapuluh negara tujuan. Penjualan ekspor komoditi teh ini dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan auction on sample atau lelang, secara forward sales atau


(40)

penjualan di muka dan long term contract. Sebagian besar teh Indonesia yang dipasarkan di luar negeri dipasarkan melalui lelang (auction on sample) yang berlangsung di Jakarta sejak tahun 1972, dimana pada tahun tersebut Jakarta sudah diakui sebagai salah satu pusat lelang dunia. Pembeli yang berminat mengirimkan wakilnya untuk mengikuti auction tersebut dan menyampaikan tawaran harganya sesuai dengan yang di intruksikan oleh kliennya di luar negeri sehingga pada auction ini terjadi pembentukan harga yang disepakati oleh pembeli dan penjual.

Pemasaran teh produksi Indonesia yang akan diekspor ke luar negeri dikoordinir oleh Kantor Pemasaran Bersama PT. Perkebunan Nusantara (KPB PTPN). Sekali dalam setiap minggu yaitu biasanya pada hari rabu, KPB PTPN mengadakan penjualan teh dengan sistem lelang di Jakarta. Pihak penjual yang berniat menjual hasil produksi tehnya ke luar negeri adalah beberapa PTP dan perusahaan-perusahaan swasta, sedangkan pembeli adalah wakil para importir atau biasa disebut sebagai (buying agent).

Selain disalurkan melalui KPB ada juga ekspor teh yang dijual secara langsung lewat beberapa kota besar seperti Semarang, Medan dan Belawan. Pada Gambar 1 dapat dilihat jalur tataniaga ekspor teh Indonesia. Dari gambar terdapat tiga perkebunan yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN), dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) yang memproduksi teh hitam dan teh hijau. Komoditi tersebut dipasarkan dengan dua jalur yaitu melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB) atau langsung lewat pelabuhan sehingga sampai pada konsumen di luar negeri.


(41)

Gambar 1. Jalur Tataniaga Ekspor Teh Indonesia 2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai daya saing komoditi di pasar internasional dapat dilakukan dengan RCA (Revealed Comparative Advantage) untuk menganalisis keunggulan daya saing suatu komoditi, sedangkan Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory) untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keunggulan komoditi suatu negara. Penelitian daya saing dengan menggunakan metode RCA dan Teori Berlian Porter sebelumnya pernah dilakukan oleh Swaranindita (2005) yang membahas mengenai daya saing komoditi udang nasional di pasar internasional, analisis keunggulan komparatif berdasarkan analisis nilai RCA menunjukkan bahwa komoditi Indonesia memiliki

Perkebunan Rakyat

Perkebunan

Besar Negara Besar Swasta Perkebunan

Teh Hijau Teh Hitam

Kantor Pemasaran

Bersama

Langsung lewat pelabuhan

ekspor Konsumen

luar negeri


(42)

daya saing yang kuat. Namun, walaupun memiliki daya saing yang kuat, beberapa tahun belakangan ini pangsa pasar udang Indonesia terhadap dunia cenderung menurun. Dilihat dari posisi daya saing komparatifnya, komoditi udang Indonesia dapat dikatakan unggul di pasar internasional walaupun masih jauh di bawah Thailand, Vietnam, dan India sebagai sesama negara Asia. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi daya saing komoditi udang Indonesia di pasar internasional antara lain sulitnya mendapatkan akses kredit dan pembiayaan usaha budidaya; terbatasnya sarana angkutan ekspor; belum meluasnya penerapan teknologi dan industri terpadu; serta usaha pembenuran dan pengolahan pasca panen yang masih memiliki berbagai kendala.

Herzaman (1998) melakukan penelitian terhadap daya saing teh hitam dan pengembangan wisata agro di PTPN VIII Jawa Barat. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui daya saing pengusahaan Teh hitam sehubungan adanya kecenderungan harga teh hitam di pasar dunia yang menurun serta untuk melihat besarnya kesempatan kerja yang tercipta dan perubahan pendapatan masyarakat disekitarnya akibat adanya proyek wisata agro. Dalam penelitian tersebut digunakan konsep keunggulan komparatif dan kompetitif secara bersama-sama untuk memberikan masukan dalam pengembangan pengusahaan teh hitam, untuk itu digunakan analisis BSD. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa usaha memproduksi teh hitam di perkebunan Malabar memiliki daya saing di pasar internasional. Untuk meningkatkan daya saingnya, perkebunan Malabar perlu meremajakan kebun secara bertahap dengan menggunakan klon-klon teh unggul. Untuk jangka panjang perlu juga dilakukan peremajaan mesin-mesin


(43)

pengolahan yang telah habis umur ekonomisnya sehingga dapat menekan biaya pemeliharaan pabrik serta biaya bahan bakar listrik.

Ameliasari (2003) melakukan penelitian tentang analisa keunggulan komparatif dan kompetitif pengusahaan teh hijau pada pada CV. Wijaya Tea, Kecamatan Ciwidey, Kebupaten Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode PAM sebagai alat analisisnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengusahaan teh hijau CV. Wijaya Tea menguntungkan dan efisien secara finansial karena memiliki keuntungan yang lebih besar dari nol yaitu Rp. 1.597,03 perkilogram teh hijau dan memiliki nilai PCR lebih kecil dari satu yaitu sebesar 0,73 per kilogram teh hijau. Pengusahaan teh hijau juga menguntungkan secara ekonomi dengan nilai keuntungan sebesar Rp. 2.097,64 per kilogram teh hijau dan nilai DRC sebesar 0,65. Nilai DRC yang lebih kecil dari nilai PCR (DRC<PCR) menunjukkan bahwa adanya intervensi pemerintah pada pengusahaan teh hijau berupa pajak, menyebabkan keuntungan finansial lebih rendah daripada keuntungan yang diperoleh secara ekonomi. Walau demikian pengusahaan teh hijau tetap memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif.

Tatakomara (2004) membahas tentang analisa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi teh Indonesia serta daya saing komoditi teh di pasar internasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh Indonesia dan melihat seberapa besar pengaruhnya serta untuk mengetahui potensi daya saing komoditi teh di pasar internasional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif dengan menggunakan model persamaan regresi berganda. Dari hasil regresi model ekspor teh Indonesia maka variabel-variabel yang mempengaruhi


(44)

ekspor teh Indonesia yaitu produksi teh domestik, volume ekspor teh Indonesia tahun sebelumnya, harga teh dunia, harga teh dunia tahun sebelumnya, nilai tukar rupiah tahun sebelumnya, konsumsi teh domestik dan harga teh domestik. Dari tujuh variabel tersebut tiga variabel berpengaruh nyata pada taraf 5 persen, variabel tersebut adalah variabel produksi teh domestik, volume ekspor tahun sebelumnya dan konsumsi teh domestik. Sedangkan sisanya merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata.

Suprihatini (2005) dalam penelitiannya mengenai daya saing ekspor teh Indonesia di pasar teh dunia menggunakan model Pangsa Pasar Konstan (Constant Market Share) untuk mengetahui daya posisi daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia. Model Constant Share Market (CMS) digunakan untuk mengetahui keunggulan kompetitif atau daya saing ekspor di pasar dunia dari suatu negara relatif terhadap negara pesaingnya. Pada analisis CMS menurut Leamer dan Stern (1970) dalam Suprihatini (2005) kegagalan ekspor suatu negara yang pertumbuhan ekspornya lebih rendah dari pertumbuhan ekspor dunia disebabkan oleh tiga alasan yaitu karena ekspor terkonsentrasi pada komoditi yang pertumbuhannya relatif lebih rendah, ekspor lebih ditujukan ke wilayah yang mengalami stagnasi dan ketidakmampuannya bersaing dengan negara-negara pengekspor lainnya. Seperti umumnya pada setiap model, model CMS juga memiliki beberapa kelemahan. Beberapa kelemahan dari model CMS ini telah dikemukakan oleh Muhammad dan Habibah (1993) dalam Suprihatini (2005) antara lain bahwa persamaan yang digunakan sebagai basis untuk menguraikan pertumbuhan ekspor adalah persamaan identitas. Oleh karena itu, alasan-alasan dari terjadinya perubahan daya saing ekspor tidak dapat dievaluasi dengan hanya


(45)

menggunakan analisis CMS saja. Kelemahan analisis CMS yang lain adalah mengabaikan perubahan daya saing pada titik waktu yang terdapat di antara dua titik waktu yang digunakan. Namun demikian, analisis ini sangat berguna untuk mengkaji kecenderungan daya saing produk yang dihasilkan suatu negara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor teh Indonesia jauh di bawah pertumbuhan ekspor teh dunia bahkan mengalami pertumbuhan negatif. Kondisi tersebut disebabkan karena (1) komposisi produk teh yang diekspor Indonesia kurang mengikuti kebutuhan pasar yang tercermin dari angka komposisi produk teh Indonesia yang bertanda negatif (-0,032) (2) negara-negara tujuan ekspor teh Indonesia kurang ditujukan ke negara-negara pengimpor teh yang memiliki pertumbuhan impor teh tinggi yang tercermin dari angka distribusi yang bertanda negatif (-0,045) dan (3) daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia yang cukup lemah yang tercermin dari angka faktor persaingan yang bertanda negatif (-0,211).

Anissa (2006) melakukan penelitian tentang analisis daya saing teh hitam Indonesia di pasar internasional. Penelitian ini didasari bahwa pangsa pasar teh hitam Indonesia cenderung mengalami penurunan dalam limabelas tahun terakhir yang disebabkan oleh supply Indonesia yang semakin menurun selama beberapa tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan besarnya pangsa pasar ekspor teh hitam Indonesia di pasar internasional. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik estimasi menggunakan data panel. Pengolahan data dilakukan dengan tiga metode yaitu metode pooled OLS, metode fixed effect dan metode random effect. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui estimasi model menggunakan data panel dengan


(46)

metode fixed effect diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pangsa pasar teh hitam Indonesia berdasarkan nilai probabilitas yang diperoleh adalah produksi teh hitam Indonesia dan jumlah konsumsi teh hitam dalam negeri. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap pangsa pasar teh hitam Indonesia yaitu variabel harga riil teh hitam Indonesia dan variabel nilai tukar riil. Berdasarkan hasil analisis hasil pengolahan data tersebut mencerminkan kondisi nyata daya saing teh hitam Indonesia di pasar internasional dimana Indonesia sebagai salah satu negara produsen teh hitam terbesar di dunia tidak dapat mempengaruhi harga pasar dan seringkali memperoleh tingkat harga yang lebih rendah daripada harga teh hitam negara produsen lain seperti Sri Lanka dan India.

Penelitian tentang komoditi teh terutama mengenai daya saing sebelumnya sudah banyak diteliti. Namun, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada komoditi teh yang akan dibahas. Pada penelitian-penelitian sebelumnya hanya dibahas mengenai komoditi teh hitam atau teh hijau saja sedangkan pada penelitian ini dibahas komoditi teh yang mencakup empat kelompok berdasarkan UN Commodity Trade Statistics Database (COMTRADE) terdiri dari HS 090210 (Teh hijau dikemas 3kg); HS 090220 (Teh hijau dikemas 3kg); HS 090240 (teh hitam dikemas 3 kg); HS 090230 (Teh hitam dikemas 3kg). Selain itu, terdapat perbedaan dari alat analisis yang dipakai yaitu menggunakan analisis Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR4) untuk mengetahui struktur pasar dan pangsa pasar yang dimiliki oleh komoditi teh Indonesia di pasar internasional. Analisis keunggulan daya saing menggunakan analisis kuantitatif Revealed Comparative Advantage (RCA) dengan


(47)

menggunakan formula Balassa. Sedangkan untuk melihat analisis daya saing komoditi teh dari sisi keunggulan kompetitif digunakan pendekatan Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory).

Tabel 9. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

Nama Peneliti Thn Lokasi Metode Hasil

1. Yodi Herzaman

1998 PTPN VIII, Jawa Barat

BSD Produksi teh hitam berdaya

saing 2. Ameliasari 2003 CV. Wijaya

Tea , Jawa Barat

PAM Keunggulan komparatif dan

kompetitif 3. Edwin

Tatakomara

2004 Pasar internasional Regresi Berganda dan REER Keunggulan alamiah/absolut dan masih perlu peningkatan mutu teh berkaitan dengan keunggulan kompetitifnya 4. Rohayati

Suprihatini

2005 Pasar Internasional

CMS Pertumbuhan ekspor teh

Indonesia jauh di bawah pertumbuhan dunia bahkan mengalami pertumbuhan yang negatif

5. Kristiana Anissa

2006 Pasar Internasional Pooled OLS, Fixed effect dan Random effect.

Indonesia tidak dapat mempengaruhi harga teh internasional dan

seringkali memperoleh harga yang lebih rendah dibanding Sri Lanka dan India.


(48)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Struktur Pasar

Struktur pasar dijabarkan sebagai lingkungan persaingan dalam pasar untuk sebuah produk atau jasa (Pappas dan Hirschey, 1995). Dalam konteks perdagangan internasional, pasar yang dimaksud adalah negara-negara di dunia dengan struktur pasar yang dijabarkan dalam bentuk serangkaian karakteristik industri dari tiap belahan dunia. Struktur pasar secara umum dicirikan dengan dasar empat karakteristik industri yaitu, jumlah dan distribusi ukuran dari pembeli dan penjual serta para pendatang potensial yang aktif, tingkat diferensiasi produk, jumlah dan biaya informasi tentang harga dan mutu produk, serta kondisi keluar dan masuk industri. Atas dasar empat karakteristik industri tersebut maka struktur pasar dibedakan menjadi empat macam pasar, berikut disajikan pada tabel 10 macam-macam pasar dan cirinya.

Tabel 10. Macam-macam Pasar dan Cirinya

Ciri-ciri Macam-macam Pasar/Persaingan

Sempurna Monopoli Monopolistis Oligopoli

Jumlah Perusahaan

Sangat banyak standar/identik

Satu/corporate Banyak Sedikit atau

standar

Jenis Produksi Homogen Unik/exclusive Berbeda corak Berbeda

Kekuatan dalam penentuan harga

Tidak ada Sangat besar Sedikit Sedikit tanpa

kerjasama atau banyak dengan kerjasama Kemungkinan keluar/masuk

Sangat mudah Dari luar tidak mungkin masuk

Cukup mudah Hambatan

relatif cukup kuat Persaingan di

luar harga

Tidak ada Iklan Iklan Iklan bila

kolusif Sumber: Iskandar Putong, Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, 2003


(49)

1. Pasar Persaingan Sempurna

Persaingan sempurna (murni) terjadi ketika para produsen individual di pasar tidak memiliki pengaruh atas harga. Mereka adalah para pengambil harga (price takers) sebagaimana diperbandingkan dengan penentu harga. Tidak adanya pengaruh terhadap harga ini memerlukan kondisi, pertama adalah adanya sejumlah besar pembeli dan penjual. Dimana setiap perusahaan dalam industri memproduksi sebagian kecil dari keluaran industri dan setiap pelanggan hanya membeli sebagian kecil dari produk total.

Kedua adalah homogenitas produk, dimana keluaran tiap perusahaan dipandang oleh para pelanggan sebagai produk yang pada dasarnya sama dengan keluaran setiap perusahaan lainnya dalam industri tersebut. Ketiga adalah kebebasan masuk dan keluar pasar. Dalam hal ini perusahaan-perusahaan tidak dibatasi untuk memasuki dan meninggalkan industri tersebut. Keempat adalah penyebaran informasi yang sempurna, dimana informasi tentang biaya, harga, mutu produk diketahui oleh semua pembeli dan penjual di pasar. Semua kondisi tersebut merupakan asumsi yang harus dipenuhi dalam pasar persaingan sempurna, namun hal ini jarang terjadi dalam pasar yang sebenarnya. Laba ekonomi hanya dimungkinkan dalam periode disekuilibrium jangka pendek sebelum para pesaing memberikan tanggapan persaingan yang efektif.

2. Pasar Persaingan Monopolistis

Menurut Pappas dan Hirschey (1995), persaingan monopolistis menjabarkan struktur pasar yang terdiri dari banyak penjual yang menawarkan produk-produk yang serupa tapi tidak identik. Persaingan monopolistis sangat serupa dengan pasar persaingan sempurna dalam hal persaingan harga yang tetap


(50)

diantara sejumlah besar produsen dan para individu. Perbedaan utama dari kedua model ini adalah bahwa dalam persaingan monopolistis para konsumen melihat adanya perbedaan-perbedaan penting diantara produk-produk yang ditawarkan oleh setiap produsen individual. Karena para konsumen memandang perbedaan diantara produk-produk para pesaing, setiap produsen memiliki pengendalian tertentu terhadap harga yang dikenakannya.

Dengan kata lain persaingan monopolistik mempertahankan beberapa asumsi dari pasar persaingan sempurna bahwa setiap perusahaan mengambil keputusan-keputusannya secara independen, yaitu perubahan harga oleh satu perusahaan tidak menyebabkan perusahaan-perusahaan lain mengubah harga mereka. Kemudian adalah sebagian besar perusahaan dalam industri menghasilkan produk yang sama. Tetapi produk yang dihasilkan tidak homogen sehingga diasumsikan perusahaan-perusahaan dapat mendiferensiasikan produknya sampai tingkat tertentu sehingga bisa dibedakan dengan produk dari perusahaan lainnya.

Difirensiasi produk dapat mengambil banyak bentuk, produk tidak hanya melibatkan karakteristik jumlah, mutu, dan harga, tetapi juga atribut waktu dan tempat. Faktor penting dari semua bentuk diferensiasi produk adalah bahwa beberapa konsumen lebih menyukai produk dari satu penjual dibanding produk dari penjual yang lainnya. Tetapi adanya banyak produk pengganti yang dekat membatasi kemampuan perusahaan individual dalam menetapkan harga dan mendorong laba ketingkat pengembalian yang normal dalam jangka panjang.


(51)

3. Pasar Oligopoli

Oligopoli adalah struktur pasar yang dicirikan dengan sedikit penjual dimana keputusan harga atau keluaran saling bergantung antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Dalam oligopoli hanya terdapat sedikit pesaing yang memegang sebagian besar atau semua keluaran industri yang bersangkutan. Umumnya juga terdapat hambatan masuk dan keluar yang sangat tinggi.

Keputusan harga atau keluaran perusahaan saling berkaitan dalam arti bahwa reaksi langsung dari para pesaing utama dapat diperkirakan. Sebagai hasilnya, keputusan setiap perusahaan individual didasari sebagian oleh tanggapan yang mungkin dari para pesaing. Persaingan yang dilakukan meliputi persaingan dalam bentuk harga maupun non harga. Sekalipun jumlah pesaing yang terbatas menimbulkan potensi untuk laba ekonomi, tingkat pengembalian diatas normal sama sekali tidak dijamin. Persaingan diantara sedikit perusahaan kadang-kadang menjadi sangat tajam.

4. Pasar Monopoli

Menurut Pappas dan Hirschey (1995), monopoli adalah suatu pasar yang dicirikan dengan penjual tunggal dan sebuah produk yang sangat didiferensiasi. Karena sebuah produsen monopoli adalah penyedia satu-satunya untuk sebuah komoditi yang diinginkan, produsen monopoli itu adalah industri itu sendiri. Produsen setiap produk harus bersaing memperebutkan pangsa pasar dari pembelian konsumen, tetapi produsen monopoli ini tidak menghadapi persaingan yang efektif untuk penjualan produknya baik dari pesaing yang ada maupun yang potensial. Hal ini memungkinkan produsen monopoli tersebut untuk menentukan harga dan keluaran secara bersamaan untuk produsen (dan untuk industri yang


(52)

bersangkutan). Hambatan masuk atau keluar yang besar seringkali merintangi para pendatang potensial dan menawarkan kesempatan untuk memperoleh laba ekonomi, bahkan dalam jangka panjang, baik kepada produsen monopoli yang efisien maupun yang tidak efisien.

Dalam dunia perdagangan, struktur pasar menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat dan proses persaingan. Unsur-unsur struktur pasar meliputi konsentrasi, diferensiasi produk, hambatan masuk ke dalam pasar, struktur biaya dan tingkat pengaturan pemerintah. Para pakar ekonomi mengklasifikasikan pasar dengan memperhatikan seberapa banyak jumlah perusahaan yang ada dalam industri. Struktur pasar penting karena berimplikasi pada persaingan ekonomi di negara yang berkepentingan jika suatu negara menguasai pangsa pasar 20 persen daripada negara lainnya maka dapat ditentukan sejauh mana suatu negara dapat menjadi price taker atau market follower. Selain itu negara tersebut berpotensi untuk melakukan persaingan yang tidak sehat seperti kolusi dan memiliki pengaruh untuk mengubah harga suatu komoditi

3.1.2 Konsep Daya Saing

Dalam perdagangan, daya saing akan menentukan posisi suatu komoditi di pasar. Di pasar internasional seperti di negara-negara Eropa, Timur Tengah, Amerika Serikat, Federasi Rusia teh Indonesia bersaing dengan produk sejenis atau subtitusinya yang diproduksi oleh negara pesaing. Salah satu indikator daya saing suatu komoditi ialah pangsa pasar (Martin et al, 1991). Disebutkan bahwa jika pangsa pasar suatu komoditi meningkat, berarti daya saing komoditi itu meningkat. Oleh karena itu analisis daya saing secara umum dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pangsa pasar dan pertumbuhan pasar.


(53)

Pendekatan demikian telah banyak diterapkan oleh para peneliti, antara lain Sirhan dan Johnson (1991), Fontes, Grennes, dan Johnson (1990), Silvapulla dan Phillips (1985), Sigit dan Asra (1985), Drajat dan Johnson (1991), dan Drajat dan Darmawan (1991)7. Dalam analisis daya saing komoditi teh Indonesia di pasar internasional, pendekatan serupa dapat dilakukan.

Menurut Simanjuntak (1992) dalam Tarsono (2006), daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditi dengan biaya yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditi adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan dan efisiensi dari pengusahaan komoditi tersebut. Tingkat keuntungan dapat dilihat dari keuntungan privat dan keuntungan sosial. Sedangkan efisiensi pengusahaan komoditi dapat dari tingkat keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

a. Konsep Keunggulan Komparatif

Perkembangan yang terjadi di dunia baik di bidang ekonomi, politik maupun teknologi menciptakan saling ketergantungan yang tinggi antar negara. Konsekuensinya adalah peran perdagangan internasional menjadi sangat penting. Suatu negara akan mengekspor sejumlah barang, jasa dan faktor produksi untuk ditukarkan dengan impor barang, jasa, dan faktor produksi lain yang hanya dapat diproduksi dengan cara yang kurang efisien atau tidak dapat diproduksi sama sekali. Dengan semakin berkembangnya hubungan saling ketergantungan

7 Bambang Drajat dan Prajogo U. Hadi, Daya Saing Minyak Kelapa Sawit Indonesia di Pasar

Eropa Barat, Amerika Serikat,dan Jepang, Jurnal Agro Ekonomi, Volume 15, Nomor 1, Mei 1996, hlm 73


(1)

DI PASAR INTERNASIONAL

Disusun Oleh :

SRI ANNA FEBRIYANTHI A14303077

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBER DAYA DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ameliasari. 2003. Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Pengusahaan Teh Hijau (Studi Kasus pada CV. Wijaya Tea, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anissa, Kristiana. 2006. Analisis Daya Saing Teh Hitam Indonesia di Pasar

Internasional (Pendekatan Analisis Data Panel). Skripsi. Program Studi Manajemen agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Pembangunan Nasional. 2005. Hasil Kajian Model Pertumbuhan

Pertanian. Bappenas. Jakarta

Badan Pusat statistik. 2006. Indikator Ekonomi Desember 2006. BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Indonesia 2005/2006. BPS. Jakarta Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Teh Indonesia 2005. BPS. Jakarta

Dadang Surjadi et all, Pengaruh Iklan Terhadap Pengaruh Pembelian Konsumen Teh Dalam Keluarga, Jurnal Agro Ekonomi, Volume 20 No.2 Oktober 2002, hlm 93

Dalimoenthe dan Kartawijaya,W, Mekanisasi Dalam Pemetikan Pucuk Teh untuk Menanggulangi Kekurangan Tenaga Pemetik, Konferensi Pertemuan Teknis Teh Nasional, Bandung (Indonesia), 8-9 Nop 1999, http://www.agrisresult.com

Dede Suganda dan Warli Sukarja, “Pemasaran Internasional Terganggu Perang Irak: Pengiriman 11.000 Ton Produk Teh Terhambat”,

http://www.pikiranrakyat.com, 17 Juni 2007

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2006. Statistik Teh 2006. Jakarta

Drajat, Bambang dan Prajogo U. Hadi, Daya Saing Minyak Kelapa Sawit Indonesia di Pasar Eropa Barat, Amerika Serikat,dan Jepang, Jurnal Agro Ekonomi, Volume 15, Nomor 1, Mei 1996, hlm 73

Dradjat, Bambang. 2002. Kinerja Subsektor Perkebunan: Evaluasi Masa Lalu (1994-1998) dan Prospek Pada Era Perdagangan Bebas Dunia (2003-2008). http://www.ipard.com/art_perkebunan, download: 9 Maret 2007, pkl 18.30 WIB

Herzaman, Yodi. 1998. Analisis Daya Saing Teh Hitam dan Pengembangan Wisata Agro di PTPN VIII, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(3)

Hidayat, Wahyu. “Pusat Penelitian Teh dan Kina Membantu Kenaikan Produktivitas”, http://www.pikiran-rakyat.com, download: 9 Maret 2007, pkl 18.00 WIB

Husni, Achmad et all. 2005. Prospek Pengembangan Agroindustri dalam Meningkatkan Daya Saing dan Ekspor Berdasarkan Permintaan Jenis Produk Komoditas Pertanian Utama. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

International Tea Comitte. 2006. Annual Bulletin of Statistics 2006. London. International Trade Centre UNCTAD/WTO, Database Perdagangan Internasional Imron, R.,A. 2001. Efisiensi Penggunaan Sumberdaya Untuk Memproduksi Teh

Hitam yang Berkelanjutan. Disertasi Program Pascasarjana. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Kirana, Wihana J. 2001. Ekonomi Industri. Yogyakarta: BPFE

Kotler, Philip.2000. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Hendra T, Rony AR, Benyamin M, penerjemah; Agus HPA, Bambang S, Yenna W, editor. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Lipsey, Courant, Purvis, Steiner. 1997. Pengantar Mikroeknomi Jilid Dua Edisi ke-10. Binarupa Aksara. Jakarta.

Nazir, Moh, Ph.D. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Pappas, James L dan Mark Hirschey. 1995. Ekonomi Manajerial Jilid II Edisi Keenam. Binarupa Aksara. Jakarta

Prihatmanti, Windhi. 2005. Analisa Struktur Pasar, Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Udang Indonesia di Pasar Amerika Serikat. Skripsi. .Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. Macmillan Press. Hongkong.

Putong, Iskandar. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Ghalia Indonesia

Riskomar, Dedi “Kompetisi Indonesia dalam Penuhi Pasar Teh Dunia”. http://www.pikiran-rakyat.com, download: 9 Maret 2007, pkl 18.45 WIB Salvatore, Dominick. 1996. Ekonomi Internasional. Terjemahan. Erlangga.


(4)

Spillane, James J. 1992. Komoditi Teh : Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius. Jakarta

Subarna, N., Riyanto, D. Suryadi, Wardiyatmo. 1998. Analisis Gerak dan Waktu dalam Peningkatan Prestasi Kerja Pemetik di Perkebunan Teh. Laporan Hasil Penelitian Tahun 1997/1998. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Bandung.

Suprihatini, Rohayati. 2005. Daya Saing Ekspor Teh Indonesia di Pasar Dunia.. Jurnal Agroekonomi, Volume 23 No.1, Mei 2005:1-29

Suprihatini, Rohayati, “Selera Pasar Teh Rusia Terhadap Teh Hitam Orthodox”.http://www.lrpi.com download:11 Mei 2007, pkl 19.00 WIB

Suprihatini, Rohayati “Aspek Pertumbuhan, Komposisi Penduduk, Distribusi dan Daya Saing Teh Indonesia di Pasar Dunia”. http: //www.lrpi.com, download: 9 Mei 2007, pkl 20.00 WIB

Suprihatini, Rohayati et all, “ Faktor-faktor Kunci Percepatan Pengembangan Industri Hilir Teh di Indonesia”. http://www.lrpi.com, download: 9 Mei 2007, pkl 19.20

Suryana, A., 1989. Perspektif Mobilitas Kerja dan Kesempatan Kerja Pedesaan. Prosdising Patanas. Perkembangan Struktur Produksi, Ketenagakerjaan dan Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Swaranindita, Eka Dresti. 2005. Analisis Daya Saing Komoditas Udang Nasional di Pasar Internasional. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tambunan, Tulus. 2001.”Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang Kasus Indonesia”. Ghalia Indonesia. Jakarta

Tambunan, Tulus. 2003.”Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia: Beberapa Isu Penting”. Ghalia Indonesia. Jakarta

Tatakomara, Edwin. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditi Teh Indonesia, Serta Daya Saing Komoditi Teh di Pasar Internasional. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

United Nations. Commodity Trade Statistics Database (COMTRADE), Database Perdagangan International. http://comtrade.un.org

Wardiyatmo, Subarna, Riyanto, D. Suryadi,. 1998. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Kerja Perkebunan Teh. Laporan Hasil Penelitian Tahun 1997/1998. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Bandung.


(5)

Wishnubroto, Sukardi dan Rosich Attaqy, Prakiraan Hasil Pucuk Teh Atas Dasar Jumlah Hujan Bulanan di Kebun Pagilaran, Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Volume 3(1) 2002, hlm 42

Y09. “Jerat Kusut Perdagangan Teh Indonesia”. http://www.kompas.com, download: 12 Maret 2007, pkl 20.00 WIB


(6)

Lampiran 1. Negara Tujuan Ekspor Teh Berdasarkan Kode HS

Kode HS Teh Negara Tujuan

090210 Australia, Selandia Baru, Malaysia, Singapore, Vietnam, Jerman, Inggris, Belanda, Jepang, Thailand

090220 Afghanistan, Belanda, Polandia, Pakistan, Jerman, Inggris, Australia, Swiss, Saudi Arabia, Suriname, Chili, FS Micronesia

090230 Inggris, Pakistan, Rusia, Belanda, Amerika Serikat, Malaysia, Polandia, Irak, Saudi Arabia, India, Mesir, Turki, Irlandia 090240 Rusia, Pakistan, Inggris, Malaysia, Jerman, Ukraina, India,

Kanada, Sri Lanka, Belanda, Iran, Singapore, Australia Sumber: UN Comtrade, 2007

Lampiran 2. Perkembangan Ekspor Teh Vietnam

Tahun Ekspor (Ton) Laju Pertumbuhan (%)

2001 68 217 22,56

2002 74 812 9,67

2003 59 900 -19,93

2004 70 000 16,86

2005 88 000 25,71

Rata-rata 72 186 10,97

Sumber: ITC, 2006

Lampiran 3. Perkembangan Harga Teh Dunia (dalam dollar per kg)

Tahun Harga Teh (dollar per kg)

Jakarta Coonor Cochi Colombo

1996 1,14 1,08 1,26 1,88

1997 1,65 1,57 1,70 2,02

1998 1,70 1,57 1,80 2,08

1999 1,05 1,26 1,44 1,63

2000 1,20 0,87 1,16 1,75

2001 0,97 0,88 1,11 1,61

2002 1,01 0,76 0,99 1,55

2003 0,95 0,74 0,99 1,54

2004 1,02 0,80 1,16 1,78

2005 1,04 0,98 1,15 1,84