Analisis daya saing ikan tuna Indonesia di Pasar Internasional
ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIA
DI PASAR INTERNASIONAL
SKRIPSI
INDRY NILAM CAHYA H34051584
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
RINGKASAN
INDRY NILAM CAHYA. Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI)
Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan sumberdaya perikanan yang berlimpah. Ikan tuna termasuk salah satu sumberdaya perikanan yang menjadi komoditi ekspor utama setelah udang. Ketersediaan ikan tuna di Indonesia masih baik yang terlihat masih ada daerah penangkapan ikan tuna yang masih berstatus under exploited. Ikan tuna merupakan komoditi yang banyak diminati oleh pasar internasional terutama Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Indonesia termasuk salah satu produsen pengekspor ikan tuna di dunia, namun Indonesia mengalami berbagai hambatan tarif , non tarif, dan administrasi yang dilakukan oleh Negara tujuan ekspor. Persaingan diantara Negara pesaing lainnya juga sangat ketat terkait dengan masalah kualitas dan kuantitas. Peraturan internasional seperti Code of Conduct for Ressponsible Fisheries, International Convention for The Conservation of Atlantic Tuna (ICCAT) yang mengatur tentang kelestarian sumberdaya perikanan, Convention of National Trade of Endanger Species (CITES) yang mengatur tentang perlindungan satwa yang terancam punah, dan General Agreement on Tariff and Trade (GATT oleh WTO), termasuk didalamnya perjanjian Agreement on Sanitary and Phitosanitary Measures (SPS) dan Agreement on Technical Barrier on Trade(TBT oleh WTO) juga mempengaruhi keadaan perdagangan ikan tuna Indonesia di pasar internasional. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis struktur pasar dan persaingan ikan tuna di pasar internasional, (2) menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif ikan tuna Indonesia, dan (3) melakukan perumusan strategi untuk memperkuat daya saing ikan tuna Indonesia di pasar internasional.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik, Departemen Kelautan dan Perikanan, dan data dunia melalui United Nations Comtrade. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari hingga Desember 2009 dengan menggunakan data timeseries tahun1998-2007. Data penelitian diolah dengan Herfindahl Index (HI), Concertation Ratio (CR), Revealed Comparative Advantage (RCA), Teori Berlian Porter, dan Analisis SWOT.
Ikan tuna nasional diperdagangkan dalam tiga bentuk yaitu segar,beku, dan olahan. Analisis struktur pasar komoditas ikan tuna baik ikan tuna segar, beku, maupun olahan berdasarkan nilai HI dan CR4 berada dalam pasar monopolistik yang cenderung oligopoli yang menyebabkan posisi Indonesia masih berpeluang dalam menguasasi pasar, namun pergerakan pasar ke oligopoli akan membuat Indonesia hanya sebagai pengikut pasar. Posisi ini mengakibatkan Indonesia tidak dapat mengambil keputusan yang berkaitan dengan harga maupun produk, tanpa terlebih dahulu mengacu kepada keputusan pemimpin pasar. Indeks RCA untuk komoditas ikan tuna segar selama tahun 2002-2007 selalu lebih besar dari satu sehingga memiliki keunggulan komparatif. Ikan tuna beku memiliki indeks RCA dibawah satu sehingga tidak memiliki keunggulan komparatif. Ikan tuna olahan memiliki indeks RCA berfluktuasi antara 0,85-1,10 sehingga ikan tuna Indonesia dapat dikatakan memiliki keunggulan komparatif.
(3)
Hasil analisis kompetitif ikan tuna Indonesia melalui Teori Berlian Porter menunjukkan bahwa ikan tuna Indonesia belum memiliki keunggulan kompetitif. Keadaan sumberdaya faktor (alam, manusia, iptek, modal, dan infrastrukutur) masih mengalami banyak masalah, kondisi permintaan di dalam dan luar negeri cukup baik, keberadaan industri terkait dan pendukung belum cukup baik untuk menunjang keadaan ikan tuna nasional. Struktur persaingan ikan tuna di pasar internasional sangat ketat terkait munculnya pesaing baru terkait adanya teknologi budidaya, posisi tawar pembeli dan pemasok yang cukup tinggi, adanya produk subtitusi seperti ikan salmon, dan negara pesaing yang terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya. Peran pemerintah sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan terkait dengan perbaikan kondisi faktor sumberdaya yang menjadi masalah utama dalam pengembangan ikan tuna nasional. Peran kesempatan yang ada seperti penemuan teknologi budidaya dan adanya perdagangan bebas dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing ikan tuna nasional.
Analisis SWOT menghasilkan strategi yang dapat dilakukan yaitu (1)meningkatkan produksi ikan tuna melalui pemberian pinjaman modal kepada nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama dengan negara lain diluar negara tujuan ekspor utama dan mendaftar sebagai anggota manajemen perikanan dunia, (3) meningkatkan mutu ikan dengan cara sosialisasi tentang mutu kepada nelayan dan peningkatan peran lembaga pengawasan mutu serta perbaikan sumberdaya manusianya, (4) melakukan kerjasama dengan pihak asing, (5) melakukan pembenahan manajemen perikanan perusahaan dengan cara melakukan pelatihan karyawan tentang penanganan ikan pasca panen dan HACCP dan peningkatan teknologi peralatan yang digunakan, (6)memperbaiki sarana dan prasarana dengan membenahi system transportasi dan penyediaan sarana pendukung, dan (7) memperbaiki kondisi perekonomian nasional.
Daya saing ikan tuna nasional perlu untuk ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar internasional. Perusahaan perlu meningkatkan kualitas produk ikan tuna yang dihasilkan, penelitian dan pengembangan teknologi budidaya harus dilakukan dengan langkah awal membentuk tim peneliti teknologi budidaya tersebut, dan pemerintah perlu meningkatkan subsidi BBM serta membentuk sistem perikanan terpadu dari hulu hingga hilir. Pembenahan infrastruktur dan kebijakan akan meningkatkan daya saing ikan tuna nasional di pasar internasional. Penjagaan sumberdaya perairan juga perlu ditingkata untuk mengatasi kasus pencurian dan pencatatan hasil tangkapan juga harus dilakukan dengan baik.
(4)
ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIA
DI PASAR INTERNASIONAL
INDRY NILAM CAHYA H34051584
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(5)
Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional
Nama : Indry Nilam Cahya
NIM : H34051584
Disetujui, Pembimbing
Ir. Narni Farmayanti, MSc
NIP 19630228 199003 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP 19580908 198403 1 002
(6)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Indry Nilam Cahya H34051584
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 2 Agustus 1987. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syamsu Alie Osman (Alm) dan Ibunda Dewi Jun Diesnawaty.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Wibawa Mukti Bekasi pada tahun 1993-1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 9 Bekasi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 42 Jakarta dan lulus pada tahun 2005.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2006.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Pencinta Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA) pada Departemen Minat, Bakat, dan Profesi (MBP) periode tahun 2006-2007, anggota Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIPMA) periode tahun 2007-2009, dan pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Futsal periode tahun 2006-2008 sebagai bendahara. Selain itu penulis juga aktif di beberapa kepanitian dan kegiatan budaya sebagai salah satu anggota Tari Saman ‘Bungong Puteh’ IPB.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar ikan tuna dunia, menganalisis keunggulan komparatif dan kompetititf ikan tuna nasional serta menentukan strategi kebijakan yang diambil untuk meningkatkan daya saing ikan tuna nasional.
Penelitian ini dilakukan guna mendapatkan hasil analisis yang berguna baik bagi penulis maupun pihak lainnya. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan seperti yang diharapkan penulis.
Bogor, Januari 2010 Indry Nilam Cahya
(9)
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Ir. Anita Ristianingrum MSi yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.
5. Ayahanda tercinta Syamsu Alie Osman (Alm) dan Ibunda Dewi Jun Diesnawaty yang telah memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih yang tulus kepada penulis. Semoga ini menjadi persembahan yang membuat kalian bangga . Andry Zulkarnain dan Alwin Zulfikar, abang dan adikku yang selalu mendukung penulis serta keluarga besar di Makasar yang selalu mendoakan kami yang berada disini.
6. Dwi Astuti Mustikasari yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar penulis.
7. Teman-teman AGB 41,42,43,44,dan 45 atas pertemaman yang diberikan selama ini. Terutama CCC family (Uty, Lizna, Rhesa, Ferdy, Reza, Tika, Feni, Daus, Gusri, Listy, dan Shinta) atas segala bantuan dan semangat yang diberikan. Lidia, Ipit, dan Wati teman sekamar di asrama.
8. Teman Kost Ar-Ryadh (Mba Athe, Mba Ari, Mba Tami, Mba Tiwi, Mba Nia, Uci, Tiara, Isna, dan lain-lain) yang selalu mendukung dan membantu penulis
(10)
9. Tidak lupa rasa terima kasih juga kepada seluruh pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu atas bantuannya dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
Bogor, Januari 2010 Indry Nilam Cahya
(11)
ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIA
DI PASAR INTERNASIONAL
SKRIPSI
INDRY NILAM CAHYA H34051584
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(12)
RINGKASAN
INDRY NILAM CAHYA. Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI)
Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan sumberdaya perikanan yang berlimpah. Ikan tuna termasuk salah satu sumberdaya perikanan yang menjadi komoditi ekspor utama setelah udang. Ketersediaan ikan tuna di Indonesia masih baik yang terlihat masih ada daerah penangkapan ikan tuna yang masih berstatus under exploited. Ikan tuna merupakan komoditi yang banyak diminati oleh pasar internasional terutama Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Indonesia termasuk salah satu produsen pengekspor ikan tuna di dunia, namun Indonesia mengalami berbagai hambatan tarif , non tarif, dan administrasi yang dilakukan oleh Negara tujuan ekspor. Persaingan diantara Negara pesaing lainnya juga sangat ketat terkait dengan masalah kualitas dan kuantitas. Peraturan internasional seperti Code of Conduct for Ressponsible Fisheries, International Convention for The Conservation of Atlantic Tuna (ICCAT) yang mengatur tentang kelestarian sumberdaya perikanan, Convention of National Trade of Endanger Species (CITES) yang mengatur tentang perlindungan satwa yang terancam punah, dan General Agreement on Tariff and Trade (GATT oleh WTO), termasuk didalamnya perjanjian Agreement on Sanitary and Phitosanitary Measures (SPS) dan Agreement on Technical Barrier on Trade(TBT oleh WTO) juga mempengaruhi keadaan perdagangan ikan tuna Indonesia di pasar internasional. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis struktur pasar dan persaingan ikan tuna di pasar internasional, (2) menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif ikan tuna Indonesia, dan (3) melakukan perumusan strategi untuk memperkuat daya saing ikan tuna Indonesia di pasar internasional.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik, Departemen Kelautan dan Perikanan, dan data dunia melalui United Nations Comtrade. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari hingga Desember 2009 dengan menggunakan data timeseries tahun1998-2007. Data penelitian diolah dengan Herfindahl Index (HI), Concertation Ratio (CR), Revealed Comparative Advantage (RCA), Teori Berlian Porter, dan Analisis SWOT.
Ikan tuna nasional diperdagangkan dalam tiga bentuk yaitu segar,beku, dan olahan. Analisis struktur pasar komoditas ikan tuna baik ikan tuna segar, beku, maupun olahan berdasarkan nilai HI dan CR4 berada dalam pasar monopolistik yang cenderung oligopoli yang menyebabkan posisi Indonesia masih berpeluang dalam menguasasi pasar, namun pergerakan pasar ke oligopoli akan membuat Indonesia hanya sebagai pengikut pasar. Posisi ini mengakibatkan Indonesia tidak dapat mengambil keputusan yang berkaitan dengan harga maupun produk, tanpa terlebih dahulu mengacu kepada keputusan pemimpin pasar. Indeks RCA untuk komoditas ikan tuna segar selama tahun 2002-2007 selalu lebih besar dari satu sehingga memiliki keunggulan komparatif. Ikan tuna beku memiliki indeks RCA dibawah satu sehingga tidak memiliki keunggulan komparatif. Ikan tuna olahan memiliki indeks RCA berfluktuasi antara 0,85-1,10 sehingga ikan tuna Indonesia dapat dikatakan memiliki keunggulan komparatif.
(13)
Hasil analisis kompetitif ikan tuna Indonesia melalui Teori Berlian Porter menunjukkan bahwa ikan tuna Indonesia belum memiliki keunggulan kompetitif. Keadaan sumberdaya faktor (alam, manusia, iptek, modal, dan infrastrukutur) masih mengalami banyak masalah, kondisi permintaan di dalam dan luar negeri cukup baik, keberadaan industri terkait dan pendukung belum cukup baik untuk menunjang keadaan ikan tuna nasional. Struktur persaingan ikan tuna di pasar internasional sangat ketat terkait munculnya pesaing baru terkait adanya teknologi budidaya, posisi tawar pembeli dan pemasok yang cukup tinggi, adanya produk subtitusi seperti ikan salmon, dan negara pesaing yang terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya. Peran pemerintah sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan terkait dengan perbaikan kondisi faktor sumberdaya yang menjadi masalah utama dalam pengembangan ikan tuna nasional. Peran kesempatan yang ada seperti penemuan teknologi budidaya dan adanya perdagangan bebas dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing ikan tuna nasional.
Analisis SWOT menghasilkan strategi yang dapat dilakukan yaitu (1)meningkatkan produksi ikan tuna melalui pemberian pinjaman modal kepada nelayan untuk kegiatan penangkapan dan penerapan teknologi budidaya, (2)memperluas pasar dengan cara melakukan kerjasama dengan negara lain diluar negara tujuan ekspor utama dan mendaftar sebagai anggota manajemen perikanan dunia, (3) meningkatkan mutu ikan dengan cara sosialisasi tentang mutu kepada nelayan dan peningkatan peran lembaga pengawasan mutu serta perbaikan sumberdaya manusianya, (4) melakukan kerjasama dengan pihak asing, (5) melakukan pembenahan manajemen perikanan perusahaan dengan cara melakukan pelatihan karyawan tentang penanganan ikan pasca panen dan HACCP dan peningkatan teknologi peralatan yang digunakan, (6)memperbaiki sarana dan prasarana dengan membenahi system transportasi dan penyediaan sarana pendukung, dan (7) memperbaiki kondisi perekonomian nasional.
Daya saing ikan tuna nasional perlu untuk ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar internasional. Perusahaan perlu meningkatkan kualitas produk ikan tuna yang dihasilkan, penelitian dan pengembangan teknologi budidaya harus dilakukan dengan langkah awal membentuk tim peneliti teknologi budidaya tersebut, dan pemerintah perlu meningkatkan subsidi BBM serta membentuk sistem perikanan terpadu dari hulu hingga hilir. Pembenahan infrastruktur dan kebijakan akan meningkatkan daya saing ikan tuna nasional di pasar internasional. Penjagaan sumberdaya perairan juga perlu ditingkata untuk mengatasi kasus pencurian dan pencatatan hasil tangkapan juga harus dilakukan dengan baik.
(14)
ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIA
DI PASAR INTERNASIONAL
INDRY NILAM CAHYA H34051584
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(15)
Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional
Nama : Indry Nilam Cahya
NIM : H34051584
Disetujui, Pembimbing
Ir. Narni Farmayanti, MSc
NIP 19630228 199003 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP 19580908 198403 1 002
(16)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Indry Nilam Cahya H34051584
(17)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 2 Agustus 1987. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syamsu Alie Osman (Alm) dan Ibunda Dewi Jun Diesnawaty.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Wibawa Mukti Bekasi pada tahun 1993-1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 9 Bekasi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 42 Jakarta dan lulus pada tahun 2005.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2006.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Pencinta Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA) pada Departemen Minat, Bakat, dan Profesi (MBP) periode tahun 2006-2007, anggota Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIPMA) periode tahun 2007-2009, dan pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Futsal periode tahun 2006-2008 sebagai bendahara. Selain itu penulis juga aktif di beberapa kepanitian dan kegiatan budaya sebagai salah satu anggota Tari Saman ‘Bungong Puteh’ IPB.
(18)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing Ikan Tuna Indonesia di Pasar Internasional”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar ikan tuna dunia, menganalisis keunggulan komparatif dan kompetititf ikan tuna nasional serta menentukan strategi kebijakan yang diambil untuk meningkatkan daya saing ikan tuna nasional.
Penelitian ini dilakukan guna mendapatkan hasil analisis yang berguna baik bagi penulis maupun pihak lainnya. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan seperti yang diharapkan penulis.
Bogor, Januari 2010 Indry Nilam Cahya
(19)
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Ir. Anita Ristianingrum MSi yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.
5. Ayahanda tercinta Syamsu Alie Osman (Alm) dan Ibunda Dewi Jun Diesnawaty yang telah memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih yang tulus kepada penulis. Semoga ini menjadi persembahan yang membuat kalian bangga . Andry Zulkarnain dan Alwin Zulfikar, abang dan adikku yang selalu mendukung penulis serta keluarga besar di Makasar yang selalu mendoakan kami yang berada disini.
6. Dwi Astuti Mustikasari yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar penulis.
7. Teman-teman AGB 41,42,43,44,dan 45 atas pertemaman yang diberikan selama ini. Terutama CCC family (Uty, Lizna, Rhesa, Ferdy, Reza, Tika, Feni, Daus, Gusri, Listy, dan Shinta) atas segala bantuan dan semangat yang diberikan. Lidia, Ipit, dan Wati teman sekamar di asrama.
8. Teman Kost Ar-Ryadh (Mba Athe, Mba Ari, Mba Tami, Mba Tiwi, Mba Nia, Uci, Tiara, Isna, dan lain-lain) yang selalu mendukung dan membantu penulis
(20)
9. Tidak lupa rasa terima kasih juga kepada seluruh pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu atas bantuannya dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
Bogor, Januari 2010 Indry Nilam Cahya
(21)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penulisan ... 8
1.4. Manfaat Penulisan ... 8
1.5. Ruang Lingkup ... 8
II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Deskripsi Tuna ... 9
2.2. Bentuk Produk Perdagangan Tuna... 10
2.3. Penelitian Terdahulu ... 12
III KERANGKA PEMIKIRAN ... 16
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16
3.1.1. Teori Perdagangan Internasional ... 16
3.1.2. Bentuk-Bentuk Pasar ... 20
3.1.3. Keunggulan Komparatif... 22
3.1.4. Keunggulan Kompetitif Menurut Porter ... 24
3.1.5. Analisis SWOT untuk Alat Analisis dan Strategi Kebijakan ... 30
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 32
IV METODOLOGI PENELITIAN ... 35
4.1. Waktu Penelitian ... 35
4.2. Data dan Instrumentasi ... 35
4.3. Metode Pengumpulan Data ... 35
4.4. Metode Pengolahan Data ... 35
4.4.1. Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio(CR)... 36
4.4.2. Keunggulan Komparatif... 40
4.4.3. Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) ... 40
4.4.4. Keunggulan Kompetitif... 42
(22)
4.4.6. Analisis SWOT ... 43
V GAMBARAN UMUM INDUSTRI IKAN TUNA ... 45
5.1. Perikanan Dunia ... 45 5.2. Perikanan Indonesia ... 45 5.2.1. Produksi Tuna Indonesia ... 46 5.2.2. Ekspor Ikan Tuna Indonesia ... 47 5.3. Prosedur Ekspor ... 50 5.4. Ketentuan Negara tujuan Ekspor Ikan Tuna ... 52 5.5. Pengawasan Mutu Ikan Tuna ... 54 5.6. Konsep Nilai Tukar ... 57 5.7. Teknologi Penangkapan Ikan Tuna ... 58
VI. ANALISIS DAYA SAING ... 61
6.1. Analisis Struktur Pasar Komoditas Ikan Tuna di Pasar
Internasional ... 61 6.2. Analisis Keunggulan Komparatif Komoditas Ikan Tuna
Nasional ... 64 6.3. Analisis Keunggulan Kompetitif Komoditas Ikan Tuna
Nasional ... 70 6.3.1. Kondisi Faktor Sumberdaya ... 71 6.3.1.1. Sumberdaya Fisik atau Alam ... 71 6.3.1.2. Sumberdaya Manusia ... 73 6.3.1.3. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) ... 75 6.3.1.4. Sumberdaya Modal ... 76 6.3.1.5. Sumberdaya Infrastruktur ... 77 6.3.2. Kondisi Permintaan ... 78 6.3.2.1. Komposisi Permintaan Domestik ... 78 6.3.2.2. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan ... 80 6.3.2.3. Internasionalisasi Permintaan Domestik ... 80 6.3.3. Industri Terkait dan Pendukung ... 81 6.3.4. Struktur, Persaingan, dan Strategi Industri
(23)
6.3.5. Peran Pemerintah ... 89 6.3.6. Peran Kesempatan ... 90 6.4. Analisis SWOT dan Strategi Kebijakan ... 92
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 109
7.1. Kesimpulan ... 109 7.2. Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 112 LAMPIRAN ... 116
(24)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) untuk Sektor
Pertanian Tahun 2003-2007 ... 1
2. Potensi Ikan Pelagis (Termasuk Ikan Tuna) Besar di Perairan
Indonesia ... 2 3. Ekspor Ikan Tongkol/Tuna Menurut Negara atau Kawasan
Tujuan Utama Tahun 2003-2007 (ton) ... 3
4. Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas
Utama Tahun 2003-2007 (ton) ... 4
5. Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas
Utama Tahun 2003-2007 (US $ 1000) ... 5 6. Jenis Tuna yang Terdapat di Perairan Indonesia ... 10 7. Negara Produsen Perikanan Terbesar di Dunia
Tahun 2002-2006 (metric tons) ... 45 8. Produksi Ikan Tuna Indonesia Tahun 1997-2007 (ton) ... 47 9. Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Segar Tahun 1998-2007 ... 48 10. Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Beku Tahun 1998-2007 ... 49
11. Perkembangan Ekspor Ikan Tuna Olahan Tahun 1998-2007 ... 49 12. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Mata Uang Negara Tujuan Ekspor
Utama Tahun 1998-2007 ... 58 13. Nilai Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio(CR)
Negara Pengekspor Komoditas Ikan Tuna Tahun 1998-2007 .... 61 14. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna Segar
Tahun 2002-2007 ... 65 15. Pangsa Pasar Komoditas Ikan Tuna Segar
Tahun 2002-2007 (%) ... 66 16. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna Beku
Tahun 2002-2007 ... 67 17. Pangsa Pasar Komoditas Ikan Tuna Beku
(25)
18. Indeks RCA untuk Komoditas Ikan Tuna Olahan
Tahun 2002-2007 ... 68 19. Pangsa Pasar Komoditas Ikan Tuna Olahan
Tahun 2002-2007 (%) ... 69 20. Jumlah Kapal Motor Berdasarkan Ukurannya
Tahun 2002-2007 (unit) ... 72 21. Estimasi Biaya Penangkapan Ikan Tuna per Tahun ... 73 22. Jumlah Nelayan Menurut Kategori Nelayan tahun 2002-2007 .... 74 23. Konsumsi dan Ekspor Ikan Tuna Indonesia
Tahun 2002-2007 (ton) ... 80 24. Jumlah Unit Penangkapan Ikan Tuna Tahun 2002-2007 ... 82 25. Komposisi Nilai Gizi Ikan Tuna dan Makarel ... 86
(26)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Perdagangan Internasional Antara Dua Negara ... 19 ...
2. The Complete System of National Competitive Advantage ... 26 ...
3. Kerangka Operasional Penelitian ... 34 4. Matriks SWOT ... 44 5. Prosedur Kegiatan Ekspor Secara Umum ... 51 6. Tataniaga Ikan Tuna ... 51 7. Analisis Matriks SWOT ... 108
(27)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Daftar Negara-Negara yang Tergabung dalam Uni Eropa ... 117 2. Gambar Jenis-Jenis Ikan Tuna ... 118 3. Klasifikasi Produk Ikan Tuna untuk Diekspor ... 119 4. Total Ekspor Ikan Tuna Segar Dunia
Tahun 1998-2007 (US$) ... 125 5. Market ShareIkan Tuna Segar Dunia Tahun 1998-2007 (%) .... 127
6. Total Ekspor Ikan Tuna Beku Dunia
Tahun 1998-2007 (US$) ... 129 7. Market ShareIkan Tuna Beku Dunia Tahun 1998-2007 (%) ... 131 8. Total Ekspor Ikan Tuna Olahan Dunia
Tahun 1998-2007 (US$) ... 133 9. Market ShareIkan Tuna Olahan Dunia
Tahun 1998-2007 (%) ... 135 10. Mekanisme Impor Uni Eropa ... 137 11. Mekanisme Impor Amerika Serikat ... 138
12. Mekanisme Impor Jepang ... 139 13. Total Impor Negara Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa
Tahun 2003-2007 (kg) ... 140 14. Kandungan Nutrisi Ikan Tuna Mentah ... 141
(28)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan yang mencapai 5,8 juta km2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ini membuat Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar baik dalam tingkat kualitas maupun diversitasnya. Letak geografis yang strategis dan keanekaragaman biota lautnya merupakan keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki oleh beberapa negara lain.
Sumberdaya perikanan dan kelautan yang sangat besar dan permintaan yang tinggi baik di dalam maupun di luar negeri, merupakan kesempatan untuk memperbaiki perekonomian negara melalui pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada. Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi salah satu produsen dan eksportir utama produk perikanan.
Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) untuk Sektor Pertanian Tahun 2003-2007
Sektor Usaha PDB (Miliar Rupiah) Kenaikan
Rata-rata (%)
2003 2004 2005 2006 2007
Tanaman Bahan Makanan
119.164,8 122.611,7 181.331,6 214.346,3 268.124,4 10,13
Tanaman Perkebunan
38.693,9 39.548,0 56.433,7 63.401,4 84.459,2 9,70
Peternakan 30.647,0 31.672,5 44.202,9 51.074,7 62.095,8 8,87
Kehutanan 17.213,7 17.333,8 22.561,8 30.065,7 35.734,1 9,80 Perikanan 34.667,9 37.056,8 59.639,3 74.335,3 96.822,1 12,70
Jumlah 240.387,3 248.222,8 364.169,3 433.223,4 547.302,8 10,22
Sumber : BPS (2007)
Berdasarkan data BPS (2007) sub sektor perikanan merupakan penyumbang terbesar ketiga untuk tahun 2003-2004, kemudian naik menjadi posisi kedua untuk tahun 2005-2007 pada Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha pada sektor pertanian, sub sektor ini memiliki kenaikan rata-rata terbesar dibandingkan dengan keempat sub sektor usaha lainnya (Tabel 1). Hal ini berarti sektor perikanan berpontensial untuk dikembangkan.
(29)
Potensi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEEI (Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia) dengan jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB) sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari (DKP 2005). Potensi sumberdaya perikanan ini perlu dimanfaatkan dengan sebaik mungkin serta mampu menggerakkan seluruh potensi bangsa, untuk itu diperlukan suatu upaya percepatan dan terobosan melalui suatu program revitalisasi perikanan.
Pelaksanaan program ini merupakan wujud dukungan politik, ekonomi, dan sosial untuk menjadikan sektor perikanan sebagai salah satu prime mover pembangunan ekonomi nasional serta merupakan suatu upaya untuk memacu pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang berwawasan lingkungan guna peningkatan kesejateraan rakyat serta memacu peningkatan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional (DKP 2005).
Tabel 2. Potensi Ikan Pelagis (Termasuk Ikan Tuna) Besar di Perairan Indonesia
Wilayah Pengelolaan Perikanan Potensi (ribu ton/tahun) Pemanfaatan
Selat Malaka 22,67 OE
Laut Cina Selatan 66,08 UE
Laut Jawa 55,00 OE
Selat Makassar dan Laut Flores 193,60 UE
Laut Banda 104,12 UE
Laut Seram, Laut Halmahera, dan Teluk Tomini 50,86 UE
Laut Sulawesi, Samudera Pasifik 106,51 UE
Laut Arafura 175,26 FE
Samudera Hindia 366,26 UE
Sumber : Purnomo dan Suryawati (2007)
Keterangan : UE = Under Exploited, FE = Fully Exploited, OE = Over Exploited
Program revitalisasi yang dirancang oleh DKP difokuskan pada tiga komoditas utama perikanan yaitu udang, tuna, dan rumput laut (DKP 2005). Ikan tuna dipilih sebab potensi ikan tuna di Indonesia masih dapat ditingkatkan produksinya terutama Indonesia bagian Timur (Tabel 2).
Permintaan akan ikan tuna pun dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan sebab ikan tuna termasuk komoditas perikanan yang digemari terutama oleh negara Jepang sebagai bahan baku untuk membuat sashimi sebab tidak menimbulkan bau amis, sedangkan untuk Eropa dan Amerika lebih senang mengimpor yang beku dan kaleng untuk steak (Nazzaruddin 1993). Pada tahun
(30)
2004-2005 ekspor ikan tuna Indonesia mengalami penurunan yang cukup besar. Penyebab dari penurunan ekspor tersebut adalah pada tahun itu mulai banyak diberlakukan beberapa hambatan tarif dan isu-isu lingkungan yang membuat ekspor ikan tuna negara Indonesia menjadi melemah. Ekspor ikan tuna ke negara-negara tujuan ekspor utama dari tahun 2003 hingga 2007 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,8 persen per tahun (Tabel 3).
Tabel 3. Ekspor Ikan Tongkol/Tuna menurut Negara atau Kawasan Tujuan Utama Tahun 2003-2007 (Ton)
Negara Tujuan 2003 2004 2005 2006 2007
Jepang 23.881,3 22.770,1 21.298,1 21.657,5 19.808,6
Hongkong 794,1 257,4 591,1 1.821,2 3.846,4
Taiwan 12.019,4 2.493,1 996,7 548,3 1.614,5
Thailand 3.501,4 1.288,2 918,2 4.570,8 18.174,3
Singapura 5.722,0 6.305,2 4.051,2 2.891,9 3.105,5
Vietnam 519,8 26,3 79,1 1.323,7 4.131,3
Australia 163,2 131,6 187,4 253,8 73,5
Amerika Serikat 2.810,1 2.744,3 3.439,3 4.181,6 5.985,8
Uni Eropa 3.670,3 3.278,1 3.303,6 2.385,2 1.152,8
Lainnya 18.838,9 8.196,5 7.206,1 5.836,7 11.403,3
Total 71.920,5 47.490,8 42.070,8 45.470,7 69.296,0 Rata-rata peningkatan (2003-2007) (%) 3,8
Sumber : BPS (2007)
Oleh karena itu, ikan tuna merupakan komoditas yang patut dikelola dengan baik agar mampu bertahan dalam menghadapi persaingan di pasar internasional dan kekayaan perairan Indonesia pun dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk memenuhi permintaan baik dalam maupun luar negeri.
1.2. Perumusan Masalah
Sektor perikanan sebagai salah satu sektor usaha yang mampu mendukung perekonomian nasional harus dikelola dengan baik, selain pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat baik domestik maupun internasional dan para ahli memperkirakan bahwa konsumsi ikan masyarakat global akan semakin meningkat, yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya1:
1) Meningkatnya jumlah penduduk disertai meningkatnya pendapatan masyarakat dunia.
1
Sumber: Kusumastanto T. 2007. Kebijakan dan Strategi Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Produk Perikanan Nasional. http://tridoyo.blogspot.com/.Diakses tanggal 6 Maret 2009.
(31)
2) Meningkatnya apresiasi terhadap makanan sehat (healthy food) sehingga mendorong konsumsi daging dari pola red meatke white meat.
3) Adanya globalisasi menuntut adanya makanan yang bersifat universal.
4) Berjangkitnya penyakit hewan sumber protein hewani selain ikan sehingga produk perikanan menjadi pilihan alternatif terbaik.
Perdagangan bebas yang terjadi saat ini membuat tingkat persaingan semakin ketat baik dalam lingkup lokal, regional, maupun internasional. Produsen dituntut untuk menghasilkan produk yang baik dari kuantitas maupun kualitas. Persaingan yang ada membuat Negara Indonesia mengalami pergeseran dari posisi sepuluh negara pengekspor perikanan terbesar menjadi urutan ketiga belas (Purnomo 2007).
Ikan tuna memiliki jumlah ekspor terbesar dari sektor perikanan setelah udang (Tabel 4). Negara tujuan ekspor utama ikan tuna Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa (jumlah negara yang tergabung dalam Uni Eropa terdapat pada Lampiran 1). Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa negara Taiwan, Thailand, dan Singapura juga tinggi nilai ekspornya, tetapi ketiga negara tersebut tidak banyak melakukan hambatan terhadap ekspor ikan tuna Indonesia. Hal ini terkait adanya beberapa regulasi dan syarat-syarat tertentu yang dilakukan oleh Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Uni Eropa menjadi acuan dalam penetapan standar dan kualitas mutu, hal ini menyebabkan nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa mengalami penurunan sebab standar produknya sangat ketat.
Tabel 4. Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas Utama Tahun 2003-2007 (Ton)
Tahun
Komoditi Utama
Jumlah Udang
Tuna, Cakalang,
Tongkol
Rumput
Laut Mutiara Lainnya
2002 124,763 92,797 28,560 6 319,614 565.739
2003 138,588 117,092 40,162 12 561,929 857,783
2004 142,098 94,221 51,011 2 615,027 902,458
2005 153,900 90,589 69,264 13 544,015 857,782
2006 169,329 91,822 95,588 2 569,736 926,478
2007 157,545 121,316 94,073 13 481,381 854,328
Rata-rata kenaikan (%) 2002-2007
5,00 7,26 27,97 248,12 12,59 10,42
(32)
Komoditas ikan tuna nasional juga memberikan sumbangan devisa yang cukup baik dari komoditas perikanan utama. Nilai ekspor ikan tuna nasional mengalami peningkatan rata-rata dari tahun 2002-2007 sebesar 7,79 persen, dan memiliki kenaikan rata-rata terbesar pada tahun 2007 dibandingkan dengan komoditas utama lainnya yaitu sebesar 21,47 persen. Hal ini beraarti komoditas ikan tuna nasional sangat berperan dalam perekonomia nasional.
Tabel 5. Perkembangan Nilai Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas Utama Tahun 2003-2007 (US $ 1000)
Tahun
Komoditi Utama
Jumlah Udang
Tuna, Cakalang,
Tongkol
Rumput
Laut Mutiara Lainnya
2002 839.722 212.426 15.785 11.471 490.949 1.570.353
2003 852.113 213.179 20.511 17.128 540.612 1.643.542
2004 892.452 243.938 25.296 5.866 613.281 1.780.833
2005 948.452 245.375 57.515 10.735 651.180 1.912.926
2006 1.115.963 250.557 49.586 13.409 673.957 2.103.471
2007 1.029.935 304.348 57.522 12.644 854.470 2.258.920
Rata-rata kenaikan (%) 2002-2007
4,49 7,79 36,57 17,15 12,00 7,56
Sumber: DKP (2008)
Adanya pergeseran pola perdagangan dunia yang tidak hanya dipengaruhi oleh prinsip supply-demand, tetapi juga dibentuk oleh isu-isu, konvensi, dan berbagai macam kesepakatan internasional. Menurut Putro (2001) diacu dalam Purnomo (2007) perjanjian internasional yang berpengaruh langsung bahkan cenderung mengatur mekanisme perdagangan komoditas perikanan di pasar internasional dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1) Perjanjian internasional yang bernuansa menjaga kelestraian sumberdaya perikanan, seperti Code of Conduct for Ressponsible Fisheries, International Convention for The Conservation of Atlantic Tuna (ICCAT), dan sebagainya. Dengan adanya perjanjian ini maka ikan-ikan komersial penting yang dijual di pasar internasional harus ditangkap dari sumberdaya perikanan yang lestari.
2) Perjanjian internasional tentang perlindungan satwa yang terancam punah, yaitu Convention of National Trade of Endanger Species(CITES). Perjanjian ini berakibat adanya pembatasan beberapa jenis ikan atau fauna laut dan air
(33)
tawar yang dibatasi pemasarannya karena populasinya dikhawatirkan akan punah.
3) Perjanjian internasional tentang perdagangan yaitu perjanjian General Agreement on Tariff and Trade (GATT oleh WTO), termasuk didalamnya perjanjian Agreement on Sanitary and Phitosanitary Measures (SPS) dan Agreement on Technical Barrier on Trade (TBT oleh WTO). Perjanjian mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perdagangan perikanan dunia.
Pola perdagangan yang terjadi dalam pasar ikan tuna internasional akan berpengaruh terhadap perkembangan ikan tuna Indonesia. Bentuk pasar dalam komoditas ikan tuna di pasar internasional akan menentukkan kekuatan produsen dalam pasar dan tingkat persaingan yang terjadi. Jika komoditas ikan tuna berada dalam pasar yang memiliki banyak pesaing dengan komoditas yang homogen, maka sangat penting untuk melakukan diferensiasi produk agar mampu bersaing dengan produsen lainnya.
Saat ini komoditas ikan tuna Indonesia mengalami permasalah dalam kegiatan ekspor yang disebabkan oleh beberapa faktor penting yaitu muncul negara pesaing dalam kegiatan ekspor ikan tuna saat ini untuk daerah Asia, Indonesia dikalahkan oleh Thailand yang potensi lautnya lebih kecil, banyak masalah hambatan tarif dan non tarif yang dialami oleh komoditas ikan tuna, dan masalah kenaikan harga bahan bakar di dalam negeri yang membuat banyak kapal tidak melaut lagi. Faktor lainnya yaitu sifat komoditas ikan tuna yang selalu bergerak sehingga sulit untuk melakukan kestabilan kuantitas dan kualitas.
Komoditas ikan tuna Indonesia mengalami dua masalah utama dalam perkembangannya saat ini yaitu hambatan tarif dan non tarif. Hambatan tarif yang terjadi dilakukan oleh negara-negara tujuan ekspor yang sangat merugikan negara Indonesia. Hambatan non tarif yang terjadi berhubungan dengan perizinan ekspor, sertifikasi kesehatan, standar sanitasi, standar mutu, isu lingkungan, isu hak azazi manusia, dan terorisme (Purnomo 2007).
Sebagai contoh hambatan tarif yang dialami oleh komoditas ikan tuna Indonesia adalah ketidaksamaan tarif yang dikenakan kepada negara pengekspor tuna yang terjadi di Uni Eropa yaitu negara yang tergabung dalam EUC
(34)
(European Union Countries) menerapkan tarif 24 persen untuk produk tuna. Namun, tarif tersebut tidak berlaku bagi negara yang sudah tergabung dalam EUC. Hambatan non tarif yang dihadapi Indonesia untuk komoditas ikan tuna cukup banyak terutama tentang standar mutu, kesehatan, sanitasi, dan keamanan pangan yang diterapkan negara pengimpor serta untuk mengurus surat pemenuhan standar tersebut dibutuhkan waktu dan biaya yang besar, ditambah lagi dengan adanya perbedaan standar pada beberapa negara.
Berdasarkan kondisi perdagangan ikan tuna di atas, maka dapat dilihat bahwa potensi perairan Indonesia yang besar belum mampu dikelola dengan baik, sehingga perlu diberikan perhatian yang serius terhadap upaya pengembangan sektor perikanan agar tetap mampu menyumbangkan devisa bagi negara. Pengembangan ekspor ikan tuna dalam jangka panjang sangat bergantung pada peningkatan kualitas komoditas dan kemampuan daya saing dalam mendapatkan pasar baru atau pun bertahan pada pasar yang sudah ada.
Komoditas ikan tuna nasional agar dapat bertahan dalam pasar internasional perlu memiliki strategi pengembangan. Strategi yang disusun harus mampu mengatasi masalah yang sudah ada maupun yang potensial untuk terjadi ke depan, sehingga dapat mengantisipasi perubahaan-perubahaan yang terjadi.
Oleh karena itu, yang perlu dilakukan saat ini yaitu menganalisis daya saing ikan tuna di pasar internasional, sehingga diharapkan hasil analisis ini nantinya dapat menghasilkan strategi bagi industri ikan tuna nasional untuk dapat bersaing di pasar internasional. Perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
1) Bagaimana struktur pasar ikan tuna di pasar internasional?
2) Apakah industri ikan tuna Indonesia memiliki keunggulan komparatif? 3) Apakah industri ikan tuna Indonesia memiliki keunggulan kompetitif?
4) Strategi apa yang perlu dirumuskan untuk memperkuat daya saing ikan tuna Indonesia di pasar international?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah:
(35)
1) Menganalisis struktur pasar dan persaingan ikan tuna di pasar internasional 2) Menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif ikan tuna Indonesia. 3) Melakukan perumusan strategi untuk memperkuat daya saing ikan tuna
Indonesia di pasar Internasional.
1.4. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1) Para pengambil keputusan dan para pelaku ekonomi dalam sektor perikanan sebagai upaya untuk merekomendasikan konsep pengembangan daya saing produk perikanan terutama ikan tuna dalam pasar global.
2) Masyarakat akademik, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk meneliti lebih lanjut mengenai kondisi perdagangan ikan tuna di Indonesia. 3) Pemerintahan dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam menetapkan
kebijakan-kebijakan yang mendukung kelangsungan perdagangan ikan tuna nasional.
4) Penulis, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam mengidentifikasi dan menganalisi permasalahan komoditas perikanan serta sebagai aplikasi teori yang diperoleh selama ini.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini mengkaji daya saing ikan tuna Indonesia di pasar internasional dengan menggunakan beberapa metode analisis dan merumuskan strategi untuk meningkatkan daya saing ikan tuna tersebut. Namun, penentuan strategi yang terkait dengan faktor internal dan eksternal ditentukan sendiri oleh penulis berdasarkan pengamatan terhadap kondisi dan data yang ada.
(36)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Ikan Tuna
Tuna adalah ikan laut yang terdiri atas beberapa spesies dari famili Scombridae, terutama genus Thunnus. Ikan tuna mempunyai beberapa jenis dan spesies dengan ciri-ciri fisik yang berbeda-beda dan dapat dipengaruhi oleh lokasi atau perairan tempat hidupnya ikan.
Ikan tuna termasuk kelompok ikan pelagis yang aktif dan memiliki pergerakan yang luas. Berdasarkan habitatnya ikan pelagis dibedakan menjadi ikan pelagis kecil dan besar. Menurut Komnas Kajiskanlaut diacu dalam Bondar (2007) yang termasuk kelompok ikan pelagis besar diantaranya : Tuna dan Cakalang (Madidihang, Tuna Mata Besar, Albakora Tuna Sirip Biru, Cakalang), Marlin (Ikan Pedang, Setuhuk Biru, Setuhuk Hitam, Setuhuk Loreng, Ikan Layaran), Tongkol dan Tenggiri, dan Cucut Mako. Jenis ikan pelagis kecil antara lain : Karangaid (Layang, Selar, Sunglir), Klupeid (Teri, Japuh, Tembang, Lemuru, Siro), dan Skombroid (Kembung).
Badan tuna memanjang bulat seperti cerutu serta memiliki satu lunas kuat pada batang sirip ekor diapit oleh dua lunas kecil pada ujungnya. Penampang lintang tubuh tuna berbentuk bulat panjang atau agak membulat. Warna punggungnya biru tua, kadang-kadang hampir hitam dan bagian perut berwarna keputih-putihan yang terkadang berubah bila ikan telah mati. Ikan tuna termasuk ikan buas, karnivora, predator, dan dapat mencapai panjang 50-150 cm. Selain itu, tuna juga mempunyai kebiasaan bergerombol (schooling) kecil sewaktu mencari makan dan kecepatan renangnya dapat mencapai 50 km/jam. Tuna menyebar luas di seluruh perarian tropis dan sub-tropis. Di Samudera Hindia dan Samudera Atlantik, Tuna menyebar di antara 400 LU – 400 LS, pada tingkat kedalaman 0-400 meter, suhu perairan 17-310 C, dan tingkat salinitas berkisar antara 32-35 ppt atau perairan orsenik.
Menurut Burhannudin (1984) bahwa suku Scombridae mencakup banyak jenis di dunia dan tercatat sebanyak 46 jenis dan di perairan Indonesia terdapat 20 jenis, tetapi untuk jenis tuna hanya terdapat 9 jenis. Di Indonesia tuna hampir menyebar di seluruh perairan Indonesia, seperti di sepanjang pantai Utara dan Timur Aceh, Pantai Barat Sumatera, Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Laut
(37)
Banda Flores, Halamahera, Maluku, Sulawesi, Irian Jaya dan Selat Maluku. Jenis tuna yang ada di Indonesia dijelaskan seperti berikut (Tabel 5):
Tabel 6. Jenis Tuna yang Terdapat di Perairan Indonesia dan Diperdagangkan
Nama Indonesia Jenis Ikan Nama Internasional
Lisong Auxis rochei Bullet Tuna
Tongkol Pisang / Krai Auxis thazard Frigated Tuna
Tongkol Komo Eutynnus affinis Eastern Little Tuna
Cakalang Katsuwonus pelamis Skipjack Tuna
Tongkol Abu-Abu Thunnus tonggol Longtail Tuna
Madidihang Thunnus albacores Yellowfin Tuna
Albakora Thunnus alalunga Albacore
Tuna Mata Besar Thunnus obetus Bigeye Tuna
Tuna Sirip Biru Selatan Thunnus maccoyii Southern Bluefin Tuna
Sumber : DKP (2008)a
Ikan tuna yang hidup di perairan laut Indonesia dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni ikan tuna besar dan ikan tuna kecil. Ikan tuna besar meliputi madidihang (yellowfin tuna), albakora (albacore), tuna mata besar (bigeye tuna), dan tuna sirip biru selatan (Southern bluefin tuna). Ikan madidihang dan mata besar terdapat di seluruh wilayah perairan laut Indonesia. Sedangkan, albakora hidup di perairan sebelah Barat Sumatera, Selatan Bali sampai dengan Nusa Tenggara Timur. Ikan tuna sirip biru selatan hanya hidup di perairan sebelah Selatan Jawa sampai ke perairan Samudra Hindia bagian Selatan yang bersuhu rendah (dingin). Sementara itu, ikan tuna kecil terdiri dari cakalang (skipjack tuna), tongkol (Euthynus affinis), tongkol kecil (Auxis thazard), dan ikan abu-abu (Thunnus tonggol). Ikan cakalang dapat dijumpai di seluruh perairan laut Indonesia, kecuali di Paparan Sunda bagian Selatan, Selat Malaka, Selat Karimata, dan Laut Jawa2(Gambar jenis ikan tuna terdapat pada Lampiran 2).
2.2. Bentuk Produk Perdagangan Tuna
Ikan tuna menyebar luas di dunia dengan berbagai macam jenis yang mempunyai nilai ekonomis bila dibandingkan dengan produk lainnya. Potensi perairan Indonesia yang memiliki berbagai macam jenis ikan, mempunyai kesempatan besar dalam usaha pengembangan produk ikan tuna. Secara umum, jenis utama dari produk ikan tuna yang digemari oleh pasar internasional dan
2
Dahuri R. 2008. Restrukturisasi Manajamen Perikanan Tuna.
(38)
diperdagangkan dalam bentuk segar (fresh/chilled), beku (frozen), dan olahan baik dalam bentuk olahan (preserved) maupun dalam wadah vakum (airlight container).
Setiap perdagangan dunia untuk sebuah komoditi yang diperjualbelikan di pasar dunia memiliki kode HS sebagai identitas dari komoditi tersebut. Kode HS enam digit untuk ikan tuna segar (fresh), ikan tuna beku (frozen), dan ikan tuna dalam kemasan secara berurutan adalah HS 0302.30, HS 0303.40, dan HS 1604.14 (DKP 2008b). Klasifikasi produk ikan tuna untuk diekspor terdapat pada Lampiran 3.
Ikan tuna dalam perdagangannya dikelompokkan menurut standar atau kualitas daging yang terbagi menjadi empat tingkat mutu yaitug grade A, B, C, dan D. Pengujian tingkatan mutu ikan dilakukan dengan cara menusukkan coring tube yaitu suatu alat berbentuk batang, tajam, dan terbuat dar besi. Coring tube dimasukkan pada kedua sisi ikan (bagian belakang sirip atau ekor kanan dan kiri, sehingga didapatkan potongan daging ikan tuna. Ciri-ciri untuk masing-masing grade adalah sebagai berikut (Fadly 2009):
1) Grade A
Ciri-ciri ikan tuna grade A adalah sebagai berikut:
a) Warna daging untuk yellowfin tuna adalah merah seperti darah segar dan untuk bigeye tuna dagingnya berwarna merah tua seperti bunga mawar, serta tidak ada pelangi (yak e)
b) Mata bersih, terang, dan menonjol c) Kulit normal, warna bersih, dan cerah
d) Tekstur daging untukyellowfintuna keras, kenyal, dan elastis dan untuk bigeyetuna dagingnya lembut, kenyal dan elastik
e)Kondisi ikan (penampakannya) bagus dan utuh 2) GradeB
Cirri-ciri ikan tuna grade B adalah sebagai berikut:
a)Warna daging merah, terdapat pelangi (yak e), otot daging agak elastic, jaringan daging tidak pecah
b) Mata bersih, terang dan menonjol c)Kulit normal, bersih, dan sedikit berlendir
(39)
d) Tidak ada kerusakan fisik 3) Grade C
Ciri-ciri ikan tuna grade C adalah sebagai berikut: a)Warna daging kurang merah dan ada pelangi (ya ke) b) Kulit normal dan berlendir
c)Otot daging kurang elastic
d) Kondisi ikan tidak utuh atau cacat, umumnya pada bagian punggung atau dada
4) Grade D
Cirri-ciri ikan tuna grade D adalah sebagai berikut:
a)Warna daging agak kurang merah dan cenderung berwarna coklat dan pudar
b) Otot daging kurang elastic, lemak sedikit dan ada pelangi (yak e) c)Teksturnya lunak dan jaringan daging pecah
d) Terjadi kerusakan fisik pada tubuh ikan, seperti daging ikan yang sudah sobek, mata ikan yang hilang, dan kulit terkelupas
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang komoditas ikan tuna khususnya tentang keunggulan daya saing dalam lingkungan internasional menurut penulis belum pernah dilakukan di lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB), namun tidak menuntup kemungkinan bahwa penelitian tentang hal ini sudah ada tapi tidak dipublikasikan baik di IPB maupun unversitas lainnya. Namun, penelitian-penelitian tentang keunggulan daya saing baik kompetitif maupun komparatif suatu industri atau komoditas lain telah banyak dilakukan dan penelitian tentang komoditas ikan tuna pun telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain pernah dilakukan oleh Swaranindita (2005) tentang daya saing komoditas udang di pasar internasional, Bondar (2007) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tuna segar Indonesia, dan Rastikarany (2008) tentang analisis pengaruh kebijakan tarif dan non tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Bondar (2007) mengenai “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tuna segar Indonesia” dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu analisis regresi data panel untuk
(40)
menganalisis faktor yang mempengaruhi ekspor tuna dan metode deskripitif yang digunakan untuk melihat perkembangan ekspor tuna segar Indonesia. Tujuan dari penelitian ini mengetahui perkembangan ekspor tuna segar Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tuna segar Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor serta pengaruhnya terhadap ekspor tuna segar Indonesia.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dengan metode Fixed Effect menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap ekspor tuna segar Indonesia pada taraf nyata 5 persen adalah nilai tukar rupiah terhadap negara pengimpor, pendapatan perkapita negara tujuan ekspor, dan volume ekspor tuna olahan. Sedangkan variabel harga ekspor, harga domestik, dan jumlah penduduk negara tujuan ekspor merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor tuna segar Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Rastikarany (2008) mengenai “Analisis pengaruh kebijakan tarif dan non tarif terhadap ekspor tuna Indonesia” dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan metode content analysis (analisis isi) dan analisis kuantitatif dengan metode analisis regresi dan melihat peramalan kedepannya. Model yang dipakai dalam analisis regresi adalah model bentuk linier, model bentuk semilog, dan bentuk doublelog. Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi kebijakan tarif dan non tarif yang dikeluarkan Uni Eropa untuk impor tuna yang berasal dari Indonesia, mengetahui pengaruh penerapan kebijakan tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia, mengetahui pengaruh penerapan kebijakan non tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia, dan meramalkan volume ekspor tuna Indonesia di Uni Eropa pada masa yang akan datang.
Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini adalah kebijakan perdagangan tarif Uni Eropa untuk impor tuna asal Indonesia antara lain EC (European Comission) No.2886/89 yang berlaku dari tahun 1989-2005, EC No.980/2005 yang berlaku mulai tahun 2006-2008, dan EC No.975/2003 mengatur pengurangan besar tarif khusus tuna kaleng asal Indonesia, Thailand dan Filipina. Kebijakan non tarif Uni Eropa untuk impor tuna asal Indonesia
(41)
terangkum dalam EC No.178/2002, EC 466/2001, EC 178/2005, EC 852/2004, EC 853/2004, EC 854/2004, EC 882/2004, dan EC 2073/2005.
Model pengaruh hambatan tarif dan non tarif yang terbaik adalah model semilog (Q = 2.862,71 Ln Tt – 605,990 Dt + 2936,19 Ln Qt-2) dan diwakili oleh variabel tarif dan volume ekspor dua tahun sebelumnya. Kebijakan tarif berpengaruh nyata terhadap model sebesar 91% dengan nilai elastisitas tarif sebesar -0,64 dan bersifat inelastis. Evaluasi statistik terhadap kebijakan hambatan non tarif tidak berpengaruh nyata terhadap pengurangan volume ekspor tuna Indonesia. Hal ini sesuai karena faktanya untuk meningkatkan ekspor dengan mutu yang ada namun tetap harus dilakukan usaha penyetaraan mutu. Metode trend dipilih untuk meramalkan karena memiliki nilai MSE terkecil. Hasil peramalan dengan metode trend diperoleh model Y= 6269,7 + 463,18t dengan nilai peramalan yang didapat sebesar 13.447,3 dan 15.246,18 pada tahun 2011.
Kesamaan kedua penelitian diatas dengan penelitian ini terletak pada kesamaan komoditas yang dibahas yaitu ikan tuna. Sedangkan perbedaannya terletak pada perbedaan masalah yang dibahas, metode penelitian yang digunakan, dan untuk penelitian Rastikarany dilakukan peramalan yang tidak dilakukan pada penelitian saat ini. Hasil penelitia oleh Bondar memiliki manfaat untuk melihat keadaan perdagangan ikan tuna dan faktor apa saja yang mempengaruhi perdagangan ikan tuna Indonesia. Hasil penelitian Rastikarany bermanfaat untuk mengetahui pengaruh kebijakan tarif dan non tarif yang ditetapkan Uni Eropa sebagai negara yang menjadi standar untuk negara lain dalam hal ketentuan-ketentuan mutu dan keamanan pangan.
Penelitian yang dilakukan Swaranindita (2005) mengenai “Analisis daya saing komoditas udang nasional di pasar internasional” dengan menggunakan metode deskriptif dan metode Herfindahl Index dan Concentration Ratio untuk menganalisis struktur pasar, Revealed Competitive Advantage untuk mengukur keunggulan komparatif komoditas, Teori Berlian Porter untuk mengukur keunggulan kompetitif komoditas udang, dan melakukan peramalan untuk ekspor udang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kondisi eksternal dan internal perdagangan udang nasional di pasar internasional, menganalisis struktur pasar
(42)
udang yang dihadapi Indonesia dalam perdagangan udang internasional, dan menganalisis posisi daya saing komoditas udang nasional di pasar internasional.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah struktur pasar udang yang ada yaitu monopolistis dan oligopoli dengan posisi Indonesia sebagai market follower, faktor internal yang mempengaruhi daya saing komoditas udang yaitu sulit mendapatkan akses pembiayaan usaha, keterbatasan sarana angkutan ekspor, penerapan teknologi dan industri terpadu yang belum merata, dan masih terdapat kendala pada usaha pembenihan dan pengolahan pasca panen. Hasil analisis RCA menunjukkan bahwa komoditas udang Indonesia memiliki daya saing kuat.
Penelitian Swaranindita memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu alat analisis yang digunakan sama dan membahas komoditas perikanan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak ada analisis SWOT yang digunakan untuk merumuskan strategi ekspor kedepannya, dan komoditas perikanan yang digunakan pun berbeda, serta pada penelitian ini tidak dilakukan peramalan penjualan ikan tuna. Hasil penelitian ini bermanfaat karena adanya kesamaan masalah yang diangkat dan atribut yang dibahas.
(43)
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Analisis daya saing ikan tuna dianalisis berdasarkan teori-teori dalam perdagangan internasional dan strategi pengembangan untuk merumuskan kebijakan yang akan diambil. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1.1. Teori Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antar beberapa negara serta bagaimana efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara. Perdagangan dapat terjadi karena adanya spesialisasi di tiap-tiap daerah. Perdagangan internasional juga menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dengan adanya perdagangan internasional (Salvatore 1997).
Kegiatan perdagangan yang terjadi antar negara menunjukkan bahwa negara-negara tersebut telah memiliki sistem perekonomian yang terbuka. Perdagangan ini terjadi akibat adanya usaha untuk memaksimumkan kesejahteraan negara dan diharapkan dampak kesejahteraan tersebut akan diterima oleh negara pengekspor dan pengimpor. Alasan utama terjadinya perdagangan internasional adalah:
1) Adanya perbedaan dalam pemilikan sumberdaya dan cara pengolahannya sehingga setiap negara akan memperoleh keuntungan melalui suatu pengaturan dengan cara yang berbeda secara relatif terhadap perbedaan sumberdaya tersebut.
2) Negara-negara yang melakukan perdagangan mempunyai tujuan untuk mencapai economic of scale dalam produksi, artinya suatu negara akan lebih efisien jika hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu tetapi dengan skala yang lebih besar dibandingkan dengan jika memproduksi berbagai jenis barang.
Keuntungan yang dapat diperoleh suatu negara dalam melakukan perdagangan, adalah keuntungan dari pertukaran komoditas (gains from exchange) dan keuntungan dari spesialisasi (gains from specialization). Hal yang
(44)
terjadi setelah perdagangan berlangsung adalah masing-masing negara akan melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditas keunggulan komparatif negara tersebut. Spesialisasi akan terus berlangsung hingga harga-harga relatif komoditas di kedua negara tersebut sama. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa perdagangan berada dalam posisi seimbang atau ekuilibrium (Salvatore 1997). Hal ini mengindikasikan bahwa dalam melakukan perdagangan antar dua negara, komoditas yang diperdagangkan perlu memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yang keduanya bersifat saling melengkapi.
Kepemilikan faktor produksi, tingkat penggunaan teknologi dan selera di setiap negara senantiasa berubah dari waktu ke waktu yang berakibat pada keunggulan komparatif suatu negara juga senantiasa berubah. Dampak yang ditimbulkan oleh perubahan dalam kepemilikan faktor produksi dikaitkan dengan teorema Rybezynski. Menurut Rybezynski, pada harga-harga komoditas yang konstan, setiap kenaikan dalam kepemilikan atau jumlah salah satu faktor produksi akan meningkatkan output dari komoditas yang lebih banyak menggunakan faktor produksi tersebut dibandingkan faktor produksi lainnya dan dalam waktu yang bersamaan akan menurunkan output komoditas lain. Pertumbuhan faktor produksi, peningkatan penggunaan faktor produksi serta perubahan selera akan mengubah volume perdagangan dan atau mengubah nilai tukar perdagangannya (Salvatore 1997).
Kegiatan perdagangan internasional atau dapat disebut sebagai kegiatan ekspor dan imporr antar negara, dimana suatu negara akan cenderung mengekspor barang yang biaya produski di dalam negerinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Sebaliknya, suatu negara akan mengimpor barang-barang yang biaya produksinya di dalam negeri relatif lebih besar dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Oleh karena itu, sutau negara akan mengalami selisih antara penawaran dan permintaan domestik yang lebih besar sehingga terjadi kelebihan penawaran (excess supply) yang dapat diartikan sebagai penawaran ekspor. Sedangkan di negara lain akan mengalami kelebihan permintaan (excess demand, maka kedua negara tersebut akan melakukan pertukaran.
(45)
Perbedaaan yang permintaan dan penawaran dua negara yang berbeda akan menyebabkan negara tersebut melakukan perdagangan sehingga menimbulkan perdagangan internasional dijelaskan pada Gambar 1. Panel A menunjukkan keadaaan komoditas X di negara 1 (pengimpor), panel B menunjukkan hasil dari adanya perdagangan, dan panel C menunjukkan keadaaan komoditas X di negara 2 (pengekspor). Pada negara 1 harga komoditas X tinggi sebesar P1, sedangkan di negara 2 harga komoditas X lebih rendah yaitu sebesar P2. Akan tetapi pada negara 1 terjadi kelebihan permintaan (excess demand ) sebesar CB sedangkan pada negara 2 terjadi kelebihan penawaran (excess supply) IG. Hal tersebut mengakibatkan maka kedua negara tersebut melakukan kegiatan perdagangan, sehingga harga yang berlaku sebesar P3 dan komoditas X yang diperjualbelikan sebesar K yang digambarkan dengan titik ekulibrium pada E (Lindert & Kindleberger 1995).
Pedagangan yang terjadi antara dua negara akan menyebabkan negara tersebut melakukan suatu hambatan baik untuk melindungi pordusen maupun konsumen dalam negerinya. Setiap negara akan menerapkan hambatan dalam perdagangan secara bebas. Penerapan kebijakan tersebut merupakan alat untuk meningkatkan kesejahteraan nasional, namun dalam kenyataannya hal tersebut lebih bersifat kepentingan dari pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya hambatan tersebut. Bentuk kebijakan perdagangan atau hambatan tersebut dapat bersifat tarif dan non-tarif. Hambatan tarif dapat berbentuk tarif ad valorem yaitu pajak yang dikenakan berdasarkan angka presentasi tertentu dari barang impor, tarif spesifik yang dikenakan sebagai beban unit barang yang diimpor, dan tarif campuran yang merupakan gabungan dari kedua tarif tersebut yang mengenakan pungutan dalam jumlah tertentu dan ditambah sekian persen lagi. (Salvatore 1997). Hambatan non-tarif yang terjadi dapat berasal atau berbentuk isu mutu, sanitasi, dan keamanan produk yang diperketat dengan persyaratan, serta isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan, hak azazi manusia, bahkan isu terorisme (Purnomo 2007).
(46)
P P P
Sx
P1’ A
Impor Sy Eskpor Sz P3 C B E I G
P2 H Dx Dy Dz
J D F Q K Q K F L Q A. Negara 1 (importir) B. Hubungan Perdagangan C. Negara 2 (eksportir) Antara Negara 1 dan 2
Gambar 1. Perdagangan Internasional Antara Dua Negara
(47)
3.1.2. Bentuk-Bentuk Pasar
Menurut Pappas dan Hirschey (1995), struktur pasar menggambarkan persaingan dalam pasar untuk sebuah produk atau jasa. Sebuah pasar terdiri dari semua perusahaan dan individual yang mampu dan ingin membeli atau menjual suatu produk serta adanya pendatang baru yang potensial. Pendatang baru yang potensial ini adalah semua pihak yang mampu memberikan ancaman terhadap keputusan harga atau keluaran dari perusahaan yang sudah ada.
Struktur pasar umumnya diidentifikasi berdasarkan beberapa karakteristik yaitu jumlah dan distribusi dari pembeli dan penjual serta pendatang baru potensial yang aktif, tingkat diferensiasi produk, jumlah dan biaya informasi tentang harga dan mutu produk, serta kondisi masuk dan keluar industri. Bentuk-bentuk pasar yang dapat terjadi di dalam suatu perdagangan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna Pasar persaingan tidak sempurna dapat dibedakan menjadi pasar monopoli, pasar oligopoli, pasar duopoli, dan pasar monopsoni. Struktur pasar ini dapat dipandang sebagai sebuah garis dengan tingkat persaingan yang menurun, yang bergerak dari model persaingan sempurna ke persaingan monopolistis kemudian oligopoli dan terakhir monopoli.
1) Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna (murni) dicirikan dengan komoditi yang dipasarkan bersifat homogen, jumlah pembeli dan penjual sangat banyak, adanya kebebasan untuk keluar masuk bagi penjual dan pembeli atau pun pendatang baru, penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi harga pasar (price taker) yang berarti bahwa perusahaan mengambil harga pasar sebagai sesuatu ang tidak dapat ddirubah dan merancang strategi produk mereka sesuai dengan harga pasar tersebut, serta adanya informasi pasar yang lengkap bagi pembeli dan penjual.
Adanya persaingan harga yang ketat dan hanya tingkat pengembalian atas investasi yang normal yang dimungkinkan dalam jangka panjang. Laba ekonomi hanya dimungkinkan dalam periode disekuilibrium jangka pendek sebelum persaing memberikan tanggapan persaingan yang efektif. (Pappas dan Hirschey 1995).
(48)
2) Pasar Persaingan Monopolistis
Menurut Pappas dan Hirschey (1995) pasar persaingan monopolistis dicirikan dari banyak penjual yang menawarkan produk yang serupa tapi tidak identik. Pasar persaingan monopolistik tidak terlalu berbeda dengan pasar persaingan sempurna namun pada pasar persaingan monopolistik konsumen melihat adanya perbedaan penting diantara produk yang ditawarkan oleh setiap produsen individual. Pasar persaingam monopolistik memiliki kesamaan seperti pasar persaingan sempurna dimana setiap perusahaan mengambil keputusan secara independen, yaitu perubahan harga satu perusahaan tidak akan mempengaruhi harga perusahaan lain namun adanya pengaruh perbedaan penting diantara produk yang ditawarakan yang dilihat oleh konsumen dalam menentukan barang mana yang akan dikonsumsi.
Perbedaan produk baik dalam hal jumlah, mutu, harga, atribut waktu, maupun tempat. Dampak diferensiasi produk ini dalam jangka pendek bagi perusahaan adalah peningkatan laba ekonomi yang cukup besar atau tingkat pengembalian diatas normal. Namun, dalam jangka panjang masuknya peniru sebagai pesaing akan membuat pangsa pasar dan laba akan menurun. Oleh karena itu, perusahaan yang berada dalam pasar persaingan monopolistik harus memiliki keunggulan bersaing yang berbeda untuk mempertahankan konsumennya.
3) Pasar Oligopoli
Pasar yang hanya ada beberapa penjual atau perusahaan yang menguasai pasar baik secara independen maupun secara diam-diam bekerja sama. Adanya rintangan untuk masuk ke dalam pasar yang disebabkan skala ekonomi, persyaratan modal, periklanan, biaya penelitian dan pengembangan atau faktor lainnya. Adanya keterbatasan informasi tentang pasar terkait dengan mutu produk dan biaya, dan setiap keputusan harga yang diambil oleh suatu perusahaan akan dipertimbangkan oleh perusahaan-perusahaan lainnya. Pasar oligopoli memiliki potensi untuk laba ekonomi (diatas normal) dapat dicapai baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, namun peraingan yang terjadi terkadang sangat ketat sehingga kondisi pencapaian laba ekonomi menjadi relatif (Pappas dan Hirschey 1995).
(49)
4) Pasar Monopoli
Pasar monopoli dicirikan dengan keadaan komoditi yang sangat didiferensiasi dan produk pengganti tidak tersedia. Penjual tunggal dan pembeli banyak dengan tingkat informasi pasar yang dimiliki berbeda dimana pembeli hanya memiliki akses yang sangat terbatas terhadap informasi harga dan mutu produk. Adanya hambatan untuk keluar masuk pasar yang disebabkan oleh skala ekonomis (monopoli alamiah), hak paten, hak cipta, franchise atau faktor lainnya. Penjual dapat mempengaruhi harga (price maker) dan untuk mencapai keuntungan maksimum perusahaan selalu mengusahakan ongkos marjinal sama dengan permintaan marjinal dan potensi untuk laba ekonomi baik dalam jangka pendek maupun panjang. (Pappas dan Hirschey 1995).
3.1.3. Keunggulan Komparatif
Konsep keunggulan komparatif seringkali digunakan untuk menjelaskan spesialisasi suatu negara dalam memproduksi suatu barang dan jasa. Selain itu, konsep ini juga dapat digunakan untuk wilayah yang lebih kecil seperti propinsi.
Menurut Adam Smith diacu dalam Hady (2004) bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan absolut (absolute advantage), serta mengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan absolut (absolute disadvantage). Namun, teori keunggulan absolut ini hanya dapat menjelaskan sedikit saja dari perdagangan internasional pada saat ini.
Pada tahun 1817, David Ricardo menyempurnakan teori keunggulan absolute dengan teori keunggulan komparatif melalui buku yang berjudul “Principles of Political Economy and Taxation”. Buku tersebut berisi penjelasan mengenai teori keunggulan komparatif (The Law of Comparative Advantage). Hukum tersebut menyatakan bahwa meskipun suatu negara kurang efisien dibandingkan (memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua komoditas, namun masih terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas yang mempunyai kerugian absolut lebih kecil (komoditas dengan
(50)
keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditas yang memiliki kerugian absolut lebih besar (komoditas yang memiliki kerugian komparatif yang besar) (Salvatore 1997).
Keunggulan komparatif suatu komoditas diukur berdasarkan harga bayangan (shadow price) atau berdasarkan analisis ekonomi yang akan menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi yang sesungguhnya dari unsur biaya maupun hasil. Analisis ekonomi suatu proyek atau aktivitas ekonomi atas manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan tanpa memperhatikan siapa yang menyumbang dan menerima manfaat tersebut. Maka, suatu komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif menunjukkan bahwa kegiatan atau proses dalam menghasilkan komoditas tersebut efisien secara ekonomi. Keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing yang akan dicapai apabila perekonomian tidak mengambil distorsi sama sekali
Ricardo mendasarkan hukum keunggulan komparatif pada sejumlah asumsi yang disederhanakan, yaitu:
1. Hanya terdapat dua negara dan dua komoditas 2. Perdagangan bersifat bebas
3. Terdapat mobilitas tenaga kerja 4. Biaya produksi konstan
5. Tidak terdapat biaya transportasi 6. Tidak ada perubahan teknologi 7. Menggunakan teori nilai kerja.
Keenam asumsi diatas dapat diterima, namun asumsi ketujuh tidakk berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk menjelaskan keunggulan komparatif karena toeri nilai tenaga kerja ini menyatakan bahwa nilai atau harga sebuah komoditas tergantung dari jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk meproduksi. Teori nilai kerja ini merupakan kelemahan dari model Ricardian karena tenaga kerja bukan merupakan satu-satunya faktor produksi dan penggunaannya juga tidak sama untuk setiap komoditas serta tenaga kerja tidak bersifat homogen karena adanya perbedaan pendidikan, produktivitas, dan upah yang diterima. Keunggulan komparatif yang dikemukan oleh Ricardo hanya berdasarkan pada penggunaan dan produktivitas tenaga kerja tanpa menjelaskan
(1)
Negara 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Jordan 0,00 0,00 0,05 0,01 0,00 0,04 0,00 0,01 0,02 0,00
Kenya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,07
Lebanon 0,00 0,01 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,03
Madagascar 0,00 0,00 1,72 2,75 2,58 3,20 2,31 0,71 1,27 1,23
Malaysia 0,34 0,37 0,53 0,26 0,26 0,21 0,23 0,17 0,24 0,09
Maldives 0,95 0,53 0,91 0,48 0,45 0,48 0,59 0,59 0,44 0,35
Mauritius 2,31 2,31 2,98 3,01 3,02 2,68 3,07 3,76 4,45 5,62
Mexico 0,26 0,31 0,12 0,06 0,28 0,13 0,21 0,27 0,19 0,22
Morocco 0,05 0,01 0,11 0,10 0,02 0,05 0,04 0,22 0,43 0,28
Netherlands 1,16 0,23 0,31 0,22 0,28 0,21 0,38 0,50 0,51 0,63
Oman 0,00 0,00 0,04 0,07 0,10 0,00 0,03 0,23 0,14 0,06
Peru 0,26 0,04 0,05 0,10 0,10 0,13 0,20 0,23 0,14 0,20
Philippines 7,35 4,81 5,43 3,36 4,18 4,27 2,49 2,29 2,52 0,36
Rep. Of Korea 0,07 0,07 0,09 0,18 0,13 0,18 0,16 0,17 0,00 0,00
Saudi Arabia 0,09 0,05 0,02 0,00 0,01 0,03 0,02 0,05 0,04 0,03
Senegal 0,00 0,00 1,54 0,80 0,00 0,93 0,88 0,84 0,06 0,35
Seychelles 4,44 6,13 9,27 6,88 7,25 7,26 6,44 6,24 5,31 5,23
Singapore 0,01 0,03 0,04 0,02 0,02 0,04 0,02 0,01 0,01 0,01
Spain 11,01 10,18 13,24 10,71 9,29 8,78 9,40 10,01 9,08 10,35
Thailand 38,52 39,25 4,31 32,07 30,86 31,12 34,21 39,54 36,80 39,66
United Kingdom 2,01 2,19 0,82 0,55 0,64 0,52 0,58 0,52 0,23 0,80
USA 0,89 0,78 0,59 0,25 0,27 0,32 0,17 0,16 0,20 0,14
Venezuela 0,15 0,16 0,00 0,00 0,11 0,12 0,13 0,00 0,00 0,00
Viet Nam 0,00 0,00 0,10 0,41 0,53 0,61 0,81 1,33 1,76 0,00
Yemen 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,08 0,02 0,01 0,01
Other 0,11 0,13 0,21 0,10 0,19 0,11 0,14 0,44 0,15 0,18
Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
(2)
Lampiran 10.
Mekanismen Impor Uni Eropa
Sumber: Fajar 2008
Pelaksanaan pengujian di negara
eksportir
maksimal
10
hari
sebelum ekspor
Competent
Authority
negara
eksportir
mengeluarkan
health
certificate
jika hasil tes memenuhi
standar
Produk yang akan masuk ke Uni
Eropa dilakukan pengujian di
Boarder Inspection Post
Produk yang tidak sesuai standar atau
tidak lulus pemeriksaan dokumen
diberikan kepada
competent authority
negara eksportir
Produk
yang
sesuai
standar
diperbolehkan masuk ke Uni
Eropa
Produk yang tidak sesuai dengan
standar
akan
dipulangkan
atau
dihancurkan
European Comissiona
melakukan
peninjauan
kembali
sesuai
permintaan
eksportir
European Comissioni
melaporkan
adanya temuan dan menyebarkan ke
seluruh negara anggota melalui
Rapid alert System
Tid
ak
Sesuai
(3)
Lampiran 11.
Mekanismen Impor Amerika Serikat
3737
Importir mengirimkan Entry Notice kee US Customs
FDA menerima pemberitahuan dari Bea
FDA mengevaluasi Entry Notice
FDA mengevaluasi mekanisme rekondisi
Importir tidak menanggapi Notice of Detention and Hearing
FDA melakukan uji, Notice of Sampling dikirimkan ke Bea Cukai
Sampel tidak memenuhi standar, Notice Of Derention and Hearing dikirimkan ke Bea Cukai dan importir
Impotrir Menanggapi Notice of Detention and Hearing
FDA tidak melakukan uji, importir diberi May Proceed
FDA menunda pemeriksaan produk
Sampel memenuhi standar, relase Noticedikirimkan ke Bea Cukai dan importir
Sampel memenuhi standar, FDA mengeluarkan Release Notice
Bea Cukai/FDA melakukan pengambilan sampel. Sampel dianalisi oleh FDA
Importir mengajukan proposal rekondisi
FDA menyetujui mekanisme rekondisi
FDA menolak mekannisme FDA melakukan
pengujian ulang Importir
menunjukkan bukti produk sesuai standar
FDA menerima perintah pemulangan dan penghancuran dari Bea Cukai
FDA mengirimkan Notice of Refusal Admission
Sampel tidak memenuhi standar Sampel memenuhi standar FDA
mengeluarkan Realesae Notice
FDA melakukan pengambilan sampel ulang
Importir menyelesaikan seluruh prosedur rekondisi
Sampel tidak sesuai standar
(4)
Lampiran 12.
Mekanisme Impor Jepang
Sumber: Fajar 2008
Pemberitahuan
pelaksanaan ekspor
Persiapan dokumen untuk
pemeriksaan impor
Evaluasi dokumen di
karantina milik MHLW
(
ministry of Health, Labour
and Wealth
Certificate of Notification
dikeluarkan
Produk mendapatkan izin untuk
keluar dari Bea Cukai
Pemeriksaan
Laboratorium untuk
pemeriksaan fisik
Produk dipulangkan, atau
dihancurkan
Distribusi
Kedatangan kargo
Pemeriksaan impor
Karantina untuk
inspeksi administrasi
Inspeksi tidak dibutuhkan
Inspeksi dibutuhkan
atau
Sesuai standar
(5)
Lampiran 13.
Total Impor Negara Jepang, Amerika Serikat, dan Kawasan Uni Eropa Tahun 2003-2007 (kg)
Keterangan
2003 2004 2005 2006 2007
Rata-rata per tahun (%) Jumlah
Market share
(%)
Jumlah
Market share
(%)
Jumlah
Market share
(%)
Jumlah
Market share
(%)
Jumlah
Market share
(%)
Segar
Jepang 60.412.019 41,43 56.713.668 41,28 51.007.440 31,81 44.474.208 27,35 38.066.570 23,97 33,17 Uni Eropa 3.939.404 2,70 6.553.990 4,77 15.262.689 9,52 5.639.981 3,47 6.108.161 3,85 4,83 Amerika
Seikat 25.641.757 17,52 26.426.481 19,24 25.476.906 15,89 25.092.313 15,43 25.767.053 16,23 16,87 Other 55.830.487 38,29 47.682.341 34,71 68.621.988 42,79 87.395.190 53,75 88.858.415 55,96% 48,34 Total Dunia 145.823.485 100 137.376.480 100 160.369.023 100 162.601.692 100 158.801.199 100%
-Beku
Jepang 242.452.325 8,33 246.838.685 10,15 242.927.329 8,27 195.992.522 7,29 166.147.103 6,03 8,01 Uni Eropa 146.347.917 5,03 84.047.985 3,46 102.346.765 3,48 89.949.973 3,35 120.923.413 4,39 3,94 Amerika
Seikat 19.105.648 0,66 12.738.460 0,52 9.874.486 0,34 8.096.617 0,30 8.255.336 0,30 0,42
Other 2.503.023.973 85,99 2.087.448.510 85,87 2.583.525.475 87,92 2.394.718.337 89,06 2.458.679.844 89,28 87,62 Total Dunia 2.910.929.863 100 2.431.073.640 100 2.938.674.055 100 2.688.757.449 100 2.754.005.696 100
-Olahan
Jepang 42.405.722 2,94 47.601.888 3,33 49.313.824 3,03 47.888.510 3,08 48.480.570 2,93 3,06 Uni Eropa 425.709.576 29,55 427.251.189 29,92 459.393.397 28,18 474.399.061 30,54 472.509.565 28,57 29,35 Amerika
Seikat 255.134.987 17,71 248.163.821 17,38 254.495.513 15,61 240.691.576 15,49 218.232.326 13,20 15,88 Other 717.187.279 49,79 704.782.302 49,36 866.872.439 53,18 790.597.894 50,89 914.442.159 55,30 51,70 Total Dunia 1.440.437.564 100 1.427.799.200 100 1.630.075.173 100 1.553.577.041 100 1.653.664.620 100 -Sumber: UN Comtrade 2008, diolah
(6)