Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT PT. TERANG INTI SERAYA
DI PROVINSI RIAU

RACHMALIA RAMADHANNISSA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013

Rachmalia Ramadhannissa
NIM H34090117

2

ABSTRAK
RACHMALIA RAMADHANNISSA. Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan
Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau. Dibimbing oleh WAHYU
BUDI PRIATNA.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang memiliki permintaan
yang tinggi. Pabrik Kelapa Sawit di Riau masih mengalami kekurangan bahan
baku untuk diolah. Kekurangan bahan baku tersebut dapat menjadi peluang bisnis
untuk perkebunan kelapa sawit. Peluang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
tersebut diambil oleh PT. Terang Inti Seraya, Riau. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit pada PT.
Terang Inti Seraya. Lokasi penelitian dilakukan di kantor PT Terang Inti Seraya di
Pekanbaru dan di perkebunan kelapa sawit di Tenayan, Buluh Nipis, and Ujung
Batu Rokan. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menilai
kelayakan usaha berdasarkan aspek non finansial berupa aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen dan hukum, dan aspek sosial dan lingkungan. Analisis
kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial berdasarkan
kriteria penilaian investasi dan analisis switching value. Hasil analisis yang
diperoleh menunjukkan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya
layak untuk dijalankan.
Kata kunci: kelayakan, perkebunan kelapa sawit, PT. Terang Inti Seraya.
ABSTRACT
RACHMALIA RAMADHANNISSA. Feasibility Analysis of Palm Oil Plantation
PT. Terang Inti Seraya Provinsi Riau. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.
Palm Oil is one of agriculture comodity that has a high demand. Palm oil
factories in Riau still have a defisit on its raw material to be processed. The deficit
of raw materials could be a business opportunity for oil palm plantations. That
opportunity to fulfill the raw material needs was taken by PT. Terang Inti Seraya,
Riau. The purpose of this research is to analyze the feasibility of oil palm

plantation business in PT. Terang Inti Seraya. The research was conducted at the
office of PT Terang Inti Seraya at Pekanbaru and Palm Oil Plantation at Tenayan,
Buluh Nipis, and Ujung Batu Rokan. Data analysis method which is used on this
research is qualitative and quantitative method. Qualitative analysis is used to
analyze feasibility based on non-financial aspect such as market aspect, technical
aspect, management and law aspect, and also social and environmental aspect.
Quantitative analysis is used to analyze feasibility of financial aspect based on
investment criteria and switching value analysis. The result of this feasibility
analysis shows that palm oil plantation business in PT. Terang Inti Seraya is
feasible to run.
Keywords: feasibility, palm oil plantation, PT. Terang Inti Seraya

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT PT. TERANG INTI SERAYA DI PROVINSI RIAU

RACHMALIA RAMADHANNISSA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

4

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang
Inti Seraya di Provinsi Riau
Nama
: Rachmalia Ramadhannissa
NIM
: H34090117

Disetujui oleh


Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

6

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang
Inti Seraya di Provinsi Riau. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Zulkarnain
selaku pemilik PT. Terang Inti Seraya, Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, MSi selaku
dosen pembimbing, Anita Primaswari Widhiani, SP. M.Si selaku dosen penguji,
dan Rahmat Yanuar, SP. Msi selaku dosen penguji sekaligus dosen pembimbing

akademik penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dari PT.
Terang Inti Seraya lainnya yang telah membantu selama proses penelitian
berlangsung. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orangtua,
keluarga, dan teman-teman atas segala doa dan dukungannya.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan
kendala yang dihadapi. Namun demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2013

Rachmalia Ramadhannissa

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Perkebunan Kelapa Sawit
Kelapa Sawit
Tandan Buah Segar
Perkembangan Industri Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Bisnis
Aspek-aspek Analisis Kelayakan
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Kriteria Investasi
Nilai Pengganti (Switching Value)

Asumsi Dasar yang Digunakan
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Lokasi Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit PT. TIS
Sejarah dan Perkembangan PT. Terang Inti Seraya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Non-finansial
Aspek Pasar
Aspek Teknis
Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek Sosial dan Lingkungan
Aspek Finansial
Kriteria Investasi
Analisis Switching Value
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x

xi
xi
xi
1
1
6
7
7
8
8
9
10
10
13
13
13
13
17
19
19

19
19
19
19
21
21
22
22
24
25
25
25
27
33
36
36
40
41
42
42

42
42
44

8

DAFTAR TABEL
1 Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke duniaa
2 Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riaua
3 Klasifikasi kelas kesesuaian lahan kelapa sawita
4 Luas wilayah Kota Pekanbarua
5 Permintaan kebutuhan bahan baku CPO oleh industri olahan Riau
tahun 2011a
6 Dosis pupuk NPK pada tanaman kelapa sawit usia 0-4 tahuna
7 Rincian biaya operasional tetap PT. TISa
8 Pajak PT. TISa
9 Proyeksi nilai laba rugia
10 Hasil analisis kriteria investasi PT. TIS

2
5
9
23
26
30
38
39
40
40

DAFTAR GAMBAR
1 Jumlah produksi crude palm oil di Indonesia tahun 2000-2010
3
2 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2000-2010
4
3 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha perkebunan kelapa
sawit PT. Terang Inti Seraya
18
4 Peta Provinsi Riau
23
5 Peralatan yang digunakan dalam proses produksi
30
6 Struktur organisasi PT. Terang Inti Seraya
34

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Produk turunan kelapa sawit
Proyeksi penjualan TBS PT. TIS tahun 2013-2033
Luasan main road, collection road, dan control road
Layout perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya di Ujung
Dosis dan harga pupuk
Jumlah pekerja PT. TIS berdasarkan jabatan
Jumlah penyusutan dan nilai sisa usaha perkebunan kelapa sawit PT.
Rincian biaya replanting PT. Terang Inti Seraya
Proyeksi laba rugi PT. Terang Inti Seraya
Dokumentasi Penelitian

45
46
47
48
49
50
51
53
59
59

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkebunan adalah salah satu subsektor dari sektor pertanian yang
memiliki kontribusi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) di Indonesia.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik, angka yang disumbangkan subsektor
perkebunan untuk PDB sektor pertanian pada tahun 2010 mencapai angka Rp 136
048 500 000 (13.8 persen). Jumlah tersebut menunjukkan subsektor perkebunan
sebagai penyumbang PDB sektor pertanian ketiga terbesar setelah subsektor
tanaman bahan makanan yaitu Rp 482 377 100 000 (49 persen), dan subsektor
perikanan yaitu Rp 199 383 400 000 (20.2 persen). Penyumbang PDB sektor
pertanian lainnya adalah subsektor peternakan yang menyumbang Rp 119 371 700
000 (12.1 persen) dan subsektor kehutanan yaitu Rp 48 289 800 000 (4.9 persen).
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan baik
di dunia maupun di Indonesia yang mempunyai peranan penting dalam subsektor
perkebunan untuk membangun perekonomian negara. Pembangunan
perekonomian tersebut dapat melalui pembangunan dan pengembangan wilayah
dengan cara membuka wilayah perkebunan yang baru, penyerapan tenaga kerja,
peningkatan kesejahteraan daerah, dan peningkatan pendapatan daerah yang juga
dapat menjadi sumber devisa negara. Perluasan perkebunan ini dipandang akan
meningkatkan pendapatan negara dan juga meningkatkan tenaga kerja dari sektor
perkebunan. Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI),
pada tahun 2008 perkebunan kelapa sawit mempekerjakan 3.06 juta orang dengan
3.047 juta orang bekerja di perkebunan besar, 308 ribu orang bekerja di PTPN.
Pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di Indonesia yang berjumlah 470 unit
mempekerjakan sebanyak 63 450 orang. Perkebunan-perkebunan kelapa sawit
yang ada di Indonesia saat ini hanya dimiliki oleh beberapa perusahaan, tercatat
10 perusahaan menguasai 67 persen perkebunan sawit Indonesia. Perusahaan
tersebut yaitu Raja Garuda Mas, Wilmar, Sinar Mas Grup, Astra Agro Lestari,
London Sumatra Grup, Bakrie Grup, Guthrie, Socfindo Grup, Cilandra Perkasa
Grup dan Kurnia Grup, melalui anak-anak perusahaannya masing-masing.
Pemerintah di Indonesia sangat mendukung pembangunan-pembangunan
tersebut. Dukungan tersebut dapat dilihat dari kebijakan daerah yang
mempermudah dibangunnya usaha perkebunan kelapa sawit pada daerah tersebut
serta pembentukan lembaga atau badan yang memantau bagaimana perkembangan
usaha perkebunan kelapa sawit tersebut seperti pembentukan tim penetapan harga
yang berfungsi untuk menentukan harga tandan buah segar, dan masih banyak
lembaga atau badan sejenis yang mendukung kegiatan usaha tersebut.
Pemerintahpun sangat mendukung kegiatan perdagangan internasional dengan
mengekspor produk berupa CPO.
Ekspor CPO (Crude Palm Oil) Indonesia sebagai hasil dari pengolahan
kelapa sawit semakin meningkat pada dekade terakhir dengan laju 7-8 persen per
tahun (Ditjen Perkebunan, 2011). Bukan hanya ekspor, konsumsi dalam negeri
sawit pada 2011 juga meningkat dari tahun sebelumnya yakni menjadi 6-6,2 juta
ton dari 5,5 juta ton pada 2010. Tahun 2012 konsumsi sawit dalam negeri
diperkirakan meningkat tipis yakni sekitar 6-6,5 juta ton. Pada tahun 2011,

2

Indonesia menghasilkan 47 persen produksi minyak sawit dunia. Indonesia menjadi
negara produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia. Menurut data dari
Kementerian Pertanian, pada tahun 2010 Indonesia menguasai 44.5 persen pasar
sawit dunia dengan volume produksi mencapai 19.1 juta ton. Indonesia
mengungguli Malaysia yang menempati posisi kedua dengan pangsa 41.3 persen
dari volume produksi 17.73 juta ton. Posisi ketiga, yaitu Thailand yang menguasai
2.7 persen pasar sawit dunia, keempat Nigeria dengan pangsa 2 persen dari total
pasar sawit dunia, kemudian Kolombia dengan pangsa 1.9 persen. Total produksi
sawit dunia mencapai 42.9 juta ton. Indonesia menguasai 47 persen pasar minyak
sawit dunia di 2011. Sementara pangsa Malaysia turun menjadi 39 persen di tahun
20111. Produksi maupun ekspor sawit Indonesia 2011 meningkat dibandingkan
2010. Pada 2011 dari produksi sawit Indonesia sebanyak 23,5 juta ton dengan
sekitar 16,6 juta ton diekspor. Ekspor selama 2010 ekspor 15,6 juta ton dari
produksi sawit nasional sekitar 22 juta ton. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia
ke Dunia dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke duniaa

a

No

Importir

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Dunia
India
China
Malaysia
Bangladesh
Belanda
Mesir
Singapore
Italia
Spanyol
Ukraina

2007
7.87
2.18
0.96
0.25
0.34
0.54
0.26
0.41
0.13
0.07
0.20

2008
12.38
4.11
1.52
0.50
0.48
1.05
0.40
0.49
0.38
0.15
0.26

Nilai Eksporb
2009
10.37
3.34
1.63
0.72
0.53
0.81
0.33
0.39
0.42
0.23
0.20

2010
13.47
4.34
1.87
1.21
0.63
1.01
0.41
0.57
0.52
0.27
0.30

2011
17.26
5.26
2.11
1.60
0.89
0.87
0.84
0.78
0.56
0.35
0.34

Trend
2007-2009
18.01
19.90
19.56
55.20
24.24
9.32
26.42
15.69
37.88
44.95
12.44

Pangsa
2011c
100
30.4
12.27
9.29
5.13
5.05
4.87
4.53
3.24
2.05
1.96

Sumber: ITC (2012); bmilyar US$; cpersen

Beberapa faktor yang menjadikan kelapa sawit sebagai salah satu
komoditas unggulan perkebunan yaitu pertama, karena produk turunannya yang
luas. Produk-produk olahan yang dapat dihasilkan dari kelapa sawit diantaranya
minyak goreng, detergen, kosmetik, sabun, lilin, dan lain-lain. Banyaknya jenis
produk yang dapat dihasilkan dari komoditi kelapa sawit menunjukkan bahwa
pasar untuk produk sawit masih terbuka dan memiliki prospek yang cukup baik.
Produk turunan kelapa sawit secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1.Faktor
kedua yaitu, kebutuhan minyak nabati yang tiap tahunnya meningkat. Pada tahun
1970-2010, jumlah konsumsi CPO di dunia rata-rata meningkat sebesar 2.5
Metricton setiap tahunnya (UNCTAD 2012). Tren tersebut diperkirakan akan
terus meningkat setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan industri pangan
(minyak goreng, margarin, dan lain-lain), biofuel, dan lain-lain. Konsumsi minyak
nabati tertinggi adalah minyak kelapa sawit dengan pangsa 22.5 persen pada tahun
2007-2012 (Oil World 2013). Jumlah konsumsi tersebut mengalahkan konsumsi
1

Administrator. 2012. 18 Keunggulan Komoditas Indonesia di Dunia.
http://duniaindustri.com/berita-industri-indonesia/828-18-keunggulan-komoditas-indonesia-didunia.html[30 Juni 2012]

3

minyak nabati lainnya yaitu minyak kedelai, minyak rape seed, dan minyak bunga
matahari. Ketiga, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki long
production life-cycle (25 sampai 30 tahun) sehingga jangka waktu yang
diperlukan untuk melakukan peremajaan tanaman kembali bisa cukup lama. Biaya
yang diperlukan untuk peremajaan kembalipun termasuk dalam low cost
production dibandingkan tanaman perkebunan lainnya.
Faktor-faktor tersebut menunjukkan bahwa prospek pengembangan bisnis
kelapa sawit cukup menjanjikan. Program dan proyek pengembangan kelapa sawit
di Indonesia sendiri telah dilakukan di beberapa daerah terutama di tujuh provinsi
yaitu Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Jambi,
Kalimantan Barat, dan Sumatera Barat karena kondisi geografis daerah tersebut
memang sangat cocok untuk pengembangan kelapa sawit. Bila dilihat dari luas
areal kelapa sawit berdasarkan status pengusahaan rata-rata tahun 1998 sampai
2009 sebanyak 52.23 persen diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS),
36.70 persen diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR) dan 11.07 persen
diusahakan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN) (Departemen Pertanian 2010).
Kelapa sawit sebagai penghasil Crude Palm Oil (CPO) adalah salah satu
komoditas perkebunan dengan jumlah produksi yang tinggi dikarenakan
kebutuhan produk turunannya tiap tahun terus meningkat dan produktivitas
tanaman tersebut memang tinggi jika dibandingkan dengan tanaman penghasil
minyak nabati lainnya. Peningkatan jumlah penduduk dan industri di Indonesia
juga dapat mempengaruhi permintaan minyak kelapa sawit sehingga para
pengusaha kelapa sawit terus berupaya dalam meningkatkan jumlah produksi baik
dengan peningkatan kualitas, maupun pembukaan lahan perkebunan yang baru.
Peningkatan jumlah produksi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.
25,000,000

Produksi (ton)

20,000,000
15,000,000
10,000,000
5,000,000
0

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2009); *angka sementara.; **angka sangat sementara

Gambar 1 Jumlah produksi crude palm oil di Indonesia tahun 2000-2010
Usaha perkebunan kelapa sawit dapat dipisahkan menjadi usaha budidaya
tanaman perkebunan yang terdiri dari usaha pembibitan tanaman dan usaha
pembesaran tanaman kelapa sawit untuk memproduksi tandan buah segar, serta

4

usaha industri pengolahan hasil perkebunan. Industri budidaya merupakan hal
penting dari perkembangan produk turunan kelapa sawit dengan menyediakan
pasokan kelapa sawit untuk diolah pada industri hilir kelapa sawit yang semakin
berkembang dan meningkat permintaannya. Industri budidaya pembesaran kelapa
sawit untuk memproduksi tandan buah segar juga merupakan industri kelapa sawit
yang paling berkembang di Indonesia karena adanya potensi lahan yang memadai
serta keadaan geografis yang mendukung tumbuhnya tanaman kelapa sawit.
Hanya sekitar 2 persen dari bagian bumi yang keadaan geografisnya cocok untuk
ditanami tanaman kelapa sawit, salah satunya adalah di Indonesia yang dilalui
garis khatulistiwa dan beriklim tropis. Hal ini dibuktikan dengan adanya
peningkatan perluasan areal perkebunan kelapa sawit setiap tahunnya (Gambar 2).
9,000,000
8,000,000
Luas Areal (hektar)

7,000,000
6,000,000
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
0

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2009).; *angka sementara.; **angka sangat sementara

Gambar 2 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2000-2010
Sentra produksi utama kelapa sawit Indonesia (dalam wujud minyak
sawit) pada tahun 2011 terdapat di lima provinsi, yaitu Riau, Sumatera Utara,
Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Jambi. Riau merupakan sentra
perkebunan kelapa sawit urutan pertama terbesar dengan kontribusi produksi
sebesar 28.96 persen, Sumatera Utara menempati urutan kedua sentra kelapa sawit
dengan kontribusi sebesar 14.13 persen, ketiga adalah Kalimantan Tengah dengan
kontribusi sebesar 10.29 persen, Sumatera Selatan dengan kontribusi sebesar
10.15 persen, Jambi dengan kontribusi sebesar 6.87 persen, dan 29.61 persen
adalah kontribusi dari provinsi-provinsi lainnya (Departemen Pertanian 2012).
Berdasarkan data statistik dari Dinas Perkebunan Provinsi Riau, luas perkebunan
kelapa sawit di Riau yang paling luas adalah lahan perkebunan kelapa sawit di
Kabupaten Kampar. Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riau menurut
Kabupaten atau Kota dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

5

Tabel 2 Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riaua
Tahunb
Kabupaten/
No
Kota
2005
2006
2007
2008
1 Pekanbaru
4 007
7 353
2 Kampar
268 037 279 757 291 476 311 137
3 Rokan Hulu 227 029 253 790 275 609 262 674
4 Rokan Hilir 146 237 148 758 148 879 166 311
5 Dumai
19 083 21 933 24 930 27 954
6 Siak
166 348 166 418 183 598 184 219
7 Bengkalis
120 503 127 078 127 259 147 644
8 Pelalawan
181 735 173 699 177 906 182 926
9 Kuantan
109 883 111 793 121 854 116 527
Singingi
10 Indragiri
106 607 107 214 114 582 118 077
Hulu
11 Indragiri
79 353 139 702 142 282 148 730
Hilir
1,424,814 1,530,141 1,612,382 1,673,551
Jumlah
a

2009
7 464
316 282
379 969
206 173
31 022
186 819
162 415
183 400
122 731

2010
8 080
353 792
422 743
237 745
32 935
232 857
177 130
184 110
121 709

118 538 118 538
210 529 213 537
1,925,342

2,103,176

b

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau (2012); hektar

Jumlah luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riau pada tahun 2010
mencapai 2 103 176 hektar. Luas lahan tersebut meningkat menjadi 2 256 538
hektar pada tahun 2011 (BPS 2012) dengan produksi tandan buah segar sebesar
36 809 252 ton. Namun, angka produksi tandan buah segar yang cukup besar
tersebut belum mampu memenuhi kapasitas pabrik kelapa sawit yang mengolah
tandan buah segar di Riau. Hal tersebut menyebabkan adanya idle capacity dalam
pabrik tersebut. Data Dinas Perkebunan Provinsi Riau tahun 2011 menunjukkan
sebanyak 146 pabrik kelapa sawit di Riau masih membutuhkan bahan baku
berupa tandan buah segar.
Tabel 3
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
a

Produksi tandan buah segar dan kapasitas pabrik kelapa sawit di Riaua
Kabupaten/Kota
Produksib
Kapasitas Pabrikc
Kampar
7 680 797
10 402 500
Rokan Hulu
6 150 819
7 183 200
Pelalawan
3 737 648
5 219 500
Indragiri Hulu
2 185 196
2 080 500
Kuantan Singingi
2 392 285
3 285 000
Bengkalis
2 303 132
2 555 000
Rokan Hilir
4 639 402
6 679 500
Dumai
406 727
438 000
Siak
4 035 206
5 000 500
Indragiri Hilir
3 097 067
2 810 500
Pekanbaru
180 973
Kepulauan Meranti
Total
36 809 252
45 654 200

Sumber: Dinas Perkebunan Riau 2012; bton per tahun; cton per tahun

6

Upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
pabrik kelapa sawit tersebut adalah meningkatkan pemeliharaan terhadap kebunkebun yang tidak atau belum produktif menjadi produktif, baik melalui
rehabilitasi maupun peremajaan (replanting). Sedangkan upaya perluasan melalui
pembukaan kebun baru hendaknya memperhatikan kemampuan pabrik kelapa
sawit yang ada sehingga produksi tandan buah segar yang dihasilkan nantinya
tidak mengalami kelebihan produksi. Untuk keperluan tersebut, peran Pemerintah
Daerah sangatlah diperlukan dengan melakukan perencanaan pengembangan
perkebunan dan pertanian secara umum (termasuk tanaman pangan) bekerjasama
dengan dinas, lembaga, perbankan, dan asosiasi terkait.
Rumusan Masalah
Usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini telah berkembang
sangat pesat baik dalam hal produksi, teknologi, ataupun manajemen. Salah satu
sentra usaha perkebunan kelapa sawit yang sudah berkembang terletak di Provinsi
Riau. Riau merupakan daerah yang potensial untuk tanaman perkebunan terutama
tanaman kelapa sawit. Selain perkebunan, di Riau juga banyak terdapat Pabrik
Kelapa Sawit yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) yaitu buah yang
dihasilkan oleh pohon kelapa sawit, dan selanjutnya dapat diolah menjadi produk
turunannya yang biasanya berupa minyak mentah yaitu CPO dan PKO.
Sampai tahun 2011, terdapat 146 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang
beroperasi di Riau. Kapasitas mengolah dari 146 pabrik tersebut adalah 6 254 ton
per jam (Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2011). Rata-rata, PKS mampu
beroperasi 20 jam perhari yang artinya, dalam sehari PKS di Riau dapat mengolah
sebanyak 125 080 ton dan dalam setahun mampu mengolah sebanyak 45 654 200
ton. Namun, kapasitas tersebut tidak dapat dipenuhi oleh produksi TBS di Riau.
Produksi TBS tahun 2011 di Riau hanya 36 809 252 ton sehingga kapasitas
mengolah yang tidak terpakai selama setahun adalah sebanyak 8 844 948 ton.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku TBS untuk diolah, maka Provinsi
Riau memerlukan TBS yang sudah siap untuk diolah. TBS tersebut bisa
didapatkan dari perkebunan yang sudah ditanami pohon kelapa sawit lebih dari
empat tahun karena pohon kelapa sawit dikatakan Tanaman Menghasilkan (TM)
jika sudah berumur 4 tahun. TBS yang diperlukan untuk memenuhi kapasitas
diutamakan dari perkebunan di Riau karena pertama, sifat TBS yang perishable
sehingga TBS sebaiknya diolah dalam waktu delapan jam setelah panen. Kedua,
perusahaan dapat menekan biaya pengangkutan TBS karena biasanya
pengangkutan menjadi tanggung jawab pihak perkebunan.
PT. Terang Inti Seraya (PT. TIS) merupakan salah satu perusahaan yang
memiliki perkebunan kelapa sawit di Riau dan melihat peluang untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan oleh PKS. Produk yang dijual PT. TIS
adalah buah kelapa sawit yang masih berbentuk TBS dan dijual kepada pabrik di
sekitar perkebunan. Perusahaan tersebut baru beroperasi selama satu tahun, yaitu
pada April 2012 dengan membeli lahan yang telah ditanami pohon kelapa sawit
sebelumnya. Terdapat tiga lahan perkebunan yang dimiliki oleh PT. TIS, masingmasing terletak di Desa Buluh Nipis, Kecamatan Ujung Batu Rokan, dan
Kecamatan Tenayan dengan tahun tanam yang berbeda-beda. Perkebunan di Desa
Buluh Nipis memiliki luas lahan 181.64 hektar dan tahun tanam 2001, Kecamatan

7

Ujung Batu Rokan dengan luas lahan 123.75 hektar dan tahun tanam 1998, dan
Kecamatan Tenayan dengan luas lahan 114.13 hektar dan tahun tanam 2008.
Total luas lahan yang dimiliki PT. TIS adalah 419.52 hektar. Meskipun
perusahaan tersebut baru beroperasi selama satu tahun, tetapi sudah dapat
menghasilkan TBS siap olah karena lahan-lahan tersebut memiliki tahun tanam
lebih dari empat tahun. Umur usaha yang masih muda membuat usaha ini menarik
untuk dilakukan studi kelayakan usaha agar mengetahui bagaimana prospek usaha
ke depan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yang
berkaitan dengan kelayakan usaha kelapa sawit di PT. Terang Inti Seraya sebagai
berikut:
1. Bagaimana kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya
dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta
aspek sosial lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya
dilihat dari aspek finansial?
3. Berapa besar perubahan yang dapat ditolerir oleh PT. Terang Inti Seraya jika
terjadi penurunan harga TBS atau kenaikan biaya variabel agar tetap layak
secara finansial?
Tujuan Penelitian
1.

2.
3.

Penelitian ini bertujuan untuk:
Menganalisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti
Seraya dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
serta aspek sosial lingkungan.
Menganalisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti
Seraya dilihat dari aspek finansial.
Mengetahui besar perubahan yang dapat ditolerir oleh PT. Terang Inti Seraya
jika terjadi harga TBS atau kenaikan biaya variabel agar tetap layak secara
finansial.
Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau acuan dalam
melakukan pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit kepada pemilik
perusahaan yang menjadi objek penelitian serta dapat menjadi rekomendasi dalam
hal kelayakan dan keberlanjutan usaha. Penelitian ini juga diharapkan dapat
bermanfaat bagi calon investor atau pihak yang ingin menanamkan modal sebagai
bahan pertimbangan. Selain itu, peneliti juga mengharapkan penelitian ini
bermanfaat bagi peneliti lainnya serta bagi pemerintah mengenai gambaran usaha
perkebunan kelapa sawit, khususnya di daerah Riau.

8

TINJAUAN PUSTAKA
Perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera
(Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan
penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera
Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di
Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala
Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat
sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran dimulai pada tahun 1910. Hingga
menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama
minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi terus merosot.
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruhmiliter) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian
diambil alih Malaysia. Semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman
digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal
perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi
sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Secara garis besar ada tiga bentuk utama usaha perkebunan, yaitu
perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara.
Bentuk lain yang relatif baru, yaitu bentuk perusahaan inti rakyat (PIR). Pola PIRBun adalah pola yang pertama kali diterapkan dalam sejarah persawitan di
Indonesia. Pelaksanaan pola ini didasarkan pada kebijakan pemerintah
lewat INPRES nomor 1 tahun 1986. Dalam pelaksanaannya masyarakat (petani
pribumi) dikategorikan sebagai plasma, sementara perusahaan sebagai inti.
Masyarakat atau kaum tani sebagai plasma akan menapatkan bagian masingmasing kepala keluarga sebanyak 1 kapling atau 2 hektar, sementara sisanya akan
dikuasai oleh perusahaan sebagai inti. Pola pelaksanaan KKPA didasarkan atas
keputusan bersama menteri pertanian dan koprasi dan pembinaan pengusaha kecil
no 73/Kpts/Kb.510/2/1998 dan No 01/SKB .M/11/98. Pola ini sesungguhnya
adalah kelanjutan dari pola PIR. Jika dalam pola PIR-Bun petani plasma akan
mengelola sendiri atau mengerjakan sendiri proses produksi pertaniannya,
sehingga petani plasma dapat melihat sejauh mana hasil produksi pertanianya dan
berapa uang yang harus diterima setiap kali musim panennya. Hal ini menjadi
berbeda dengan pola KKPA. Petani plasma tidak secara langsung lagi mengelola
lahan plasmanya. Pola PSM atau pola bagi hasil atau kemitraan adalah
perkembangan lebih lanjut dari Pola KKPA. Pola ini didasarkan pada peraturan
menteri pertanian tahun 2009. Artinya sejak tahun 2009 seluruh pembangunan
perkebunan akan menggunakan pola satu manajemen. Pelaksanaan pola ini sudah
tidak lagi mengenal inti dan plasma.
Pada lahan tanaman kelapa sawit, terdapat klasifikasi kelas kesesuaian
lahan (tabel 3) yang terbagi menjadi S1, kesesuaian tinggi atau baik (highly
suitable); S2, kesesuaian sedang (moderately suitable); S3, kesesuaian terbatas
atau kurang baik (marginally suitable); dan N, tidak sesuai atau tidak baik (not
suitable).

9

Tabel 3 Klasifikasi kelas kesesuaian lahan kelapa sawita
Kriteria Lahan
Iklim dan
Sifat Fisik
Baik
Sedang
Kurang Baik
Tanah
(kelas I)
(kelas II)
(kelas III)
Tinggi
25-200
200-300
300-400
(mdpl)
DatarTopografi
bergelombang
berbukit
berombak
Lereng (%)
0-15
16-25
25-36
Solum
>80
80
60-80
(cm)
Dalam Air
>80
60-80
50-60
(cm)
Tekstur
lempung+liat lempung+pasir pasir+lempung+liat
Organik
5-10
5-10
5-10
(cm)

a

Tidak Baik
(kelas IV)
400
Curam
>36
1 sebesar 2,15; IRR>DR sebesar 13,74 persen; dan payback period0 sebesar Rp 1.425.349.441,46; Net B/C>1 sebesar 3,70;
IRR>DR sebesar 21,13 persen; dan payback period