Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau
ANALISIS PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) DI PT. PERDANA INTI SAWIT PERKASA I,
RIAU
WILLY MONIKA YOHANSYAH
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Produktivitas
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Willy Monika Yohansyah
NIM A24090130
ABSTRAK
WILLY MONIKA YOHANSYAH. Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau. Dibimbing oleh
ISKANDAR LUBIS.
Kegiatan magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman lapangan, serta bertujuan menganalisis faktor yang
mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, meliputi faktor umur tanaman, tenaga
kerja panen, curah hujan, dan hari hujan. Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun
Sei Air Hitam, PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi
Riau pada bulan Februari-Juni 2013. Model yang digunakan untuk menganalisis
adalah model analisis regresi linear berganda. Hasil analisis regresi linear
berganda menunjukkan bahwa umur tanaman, tenaga kerja panen, curah hujan,
dan hari hujan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kelapa sawit dengan nilai
koefisien determinasi sebesar 79.8%. Uji asumsi klasik yang dilakukan terhadap
model menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi, multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan data sudah terdistribusi normal, sehingga model layak
digunakan.
Kata kunci: curah hujan, regresi linear berganda, tenaga kerja panen, umur
tanaman
ABSTRACT
WILLY MONIKA YOHANSYAH. Analysis of Palm Oil Productivity (Elaeis
guineensis Jacq.) at Perdana Inti Sawit Perkasa I Corporation, Riau. Supervised by
ISKANDAR LUBIS.
Internship activities were conducted in order to improve the knowledge,
skills, field experience, and aims to analyze the factors that affect the productivity
of oil palm, covering plant age, harvest labor, rainfall, and rainy day. Internship
activities were conducted at Sei Air Hitam Estate, Perdana Inti Sawit Perkasa
Corporation, Rokan Hulu, Riau Province in February-June 2013. The multiple
linear regression model is used to analyze the palm oil productivity. The results of
multiple linear regression analysis showed that age of the plant, harvest labor,
rainfall, and rainy day, significantly affected the productivity of oil palm with
coefficient of determination 79.8%. Classical assumption test which is conducted
on the model suggests that there is no autocorrelation, multicollinearity,
heteroscedasticity, and the data has been normally distributed, so that the model is
feasible.
Key words: harvest labor, multiple linear regression, plant age, rainfall
ANALISIS PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) DI PT. PERDANA INTI SAWIT PERKASA I,
RIAU
WILLY MONIKA YOHANSYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau
Nama
: Willy Monika Yohansyah
NIM
: A24090130
Disetujui oleh
Dr Ir Iskandar Lubis, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis
Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti Sawit
Perkasa I, Riau.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Iskandar Lubis M.S
selaku dosen pembimbing skripsi dan Bapak Ir. Adolf Pieter Lontoh M.S yang
telah memberikan bimbingan dan saran, Direksi First Resources yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang,
terutama Bapak Atmojo S. W, SP (General Manager), Bapak Syaiful Azmi, SP
(Field Manager), dan Bapak Agus S. P. Barus, SP (Field Assistant). Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2013
Willy Monika Yohansyah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 2
METODE MAGANG ............................................................................................. 4
Tempat dan Waktu .............................................................................................. 4
Metode Pelaksanaan ............................................................................................ 4
Pengamatan dan Pengumpulan Data ................................................................... 4
Analisis Data dan Informasi ................................................................................ 4
KEADAAN UMUM ............................................................................................... 5
Letak Wilayah Administratif ............................................................................... 5
Keadaan Iklim dan Tanah.................................................................................... 6
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ........................................................................ 6
Keadaan Tanaman dan Produksi ......................................................................... 7
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ........................................................... 7
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .......................................................... 8
Aspek Teknis ....................................................................................................... 8
Aspek Manajerial .............................................................................................. 20
PEMBAHASAN ................................................................................................... 22
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 29
Simpulan ............................................................................................................ 29
Saran .................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
LAMPIRAN .......................................................................................................... 31
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 41
DAFTAR TABEL
1 Produksi dan produktivitas kelapa sawit di Kebun Sei Air Hitam 6
tahun terakhir
2 Jumlah karyawan staf dan non staf PT PISP I tahun 2012
3 Kandungan unsur hara tandan kosong
4 Kandungan unsur hara limbah cair tiap 75 ton
5 Daftar alat panen dan fungsinya
6 Tingkat kematangan TBS
7 Hasil pendugaan faktor penentu produktivitas kelapa sawit
8 Nilai VIF variabel penentu produktivitas
7
8
8
9
14
15
23
25
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Aplikasi limbah cair pada longbed
Penempatan titik pasokan pupuk diadopsi dari Hidayat (2012)
Kegiatan pemupukan RPH
Kegiatan infus akar
Bagian ekor kadal pelepah pohon contoh
Pemanenan TBS kelapa sawit
Beneficial plant: Cassia tora (kiri), Turnera subulata (kanan)
Perbandingan produktivitas aktual (
) dengan potensi produktivitas
Marihat (
) tahun 2007-2012
Grafik probability plot of residual
Grafik pola tebaran sisaan terhadap Y
Rataan umur tanaman (
) dan produktivitas (
) di Kebun Sei Air
Hitam
Curah hujan di Kebun Sei Air Hitam tahun 2005-2012
10
11
11
12
13
17
19
22
24
25
27
28
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor
Jurnal harian sebagai pendamping asisten
Data curah hujan Kebun Sei Air Hitam tahun 2005-2012
Peta inti Kebun Sei Air Hitam
Output model regresi linear berganda
31
32
34
38
39
40
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis
golongan palma yang termasuk tanaman tahunan. Industri minyak sawit
merupakan kontributor penting dalam produksi di Indonesia dan memiliki prospek
pengembangan yang cerah. Industri ini juga berkontribusi dalam pembangunan
daerah, sebagai sumber daya penting untuk pengentasan kemiskinan melalui
budidaya pertanian dan pemprosesan selanjutnya.
Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting dan tergolong
tanaman yang paling efisien dalam penggunaan lahan untuk pembudidayaan, yaitu
dari 232 juta ha lahan di seluruh dunia, budidaya kelapa sawit hanya
menggunakan 5% lahan untuk memasok 30% pasar minyak nabati dunia,
sedangkan kedelai menggunakan 39% lahan untuk memasok 29% pasar minyak
nabati dunia atau bunga matahari yang menggunakan 10% lahan untuk memasok
8% pasar minyak nabati dunia (Oil World 2009).
Kelapa sawit dapat diolah menjadi minyak sawit yang dikenal sebagai
Crude Palm Oil (CPO), yaitu minyak sawit yang terdapat pada daging buah
(mesokarp) dan Palm Kernel Oil (PKO), yaitu minyak inti sawit yang terdapat
pada kernel. Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil dapat diolah menjadi
bermacam-macam produk lanjutan dengan bermacam-macam kegunaan seperti
minyak goreng, mentega, sabun, kosmetika, dan obat. Selain itu, minyak kelapa
sawit dapat menjadi subtitusi bahan bakar minyak yang sebagian besar dipenuhi
dari minyak bumi (Setyamidjaja 2006).
Perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia mengalami kemajuan yang
pesat, terutama peningkatan luas lahan dan produksi kelapa sawit. Perkembangan
luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir
meningkat dari 2.2 juta ha pada tahun 1997 menjadi 4.1 juta ha pada tahun 2007
atau meningkat 7.5%/tahun (Sunarko 2009). Produktivitas CPO kelapa sawit
meningkat dari 3.52 ton/ha pada tahun 2011 menjadi 3.57 ton/ha pada tahun 2012
dengan luasan 9 juta ha (Deptan 2012).
Peningkatan luas areal tanam kelapa sawit seringkali kurang memperhatikan
kesesuaian lahan untuk kelapa sawit. Ketidaksesuaian lahan dapat menyebabkan
terjadinya penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit. Hal tersebut dapat
dilihat dari adanya penurunan produktivitas minyak kelapa sawit (CPO) nasional
pada tahun 2008 sebesar 11.54% dari tahun sebelumnya, yaitu dari 2.6 ton/ha
menjadi 2.3 ton/ha (Dirjenbun 2009).
Analisis produktivitas dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kelapa sawit diperlukan dalam upaya peningkatan produktivitas
kelapa sawit (PPKS 2006). Analisis faktor penentu produktivitas kelapa sawit
tidak dapat dilakukan secara mudah mengingat banyak faktor yang mempengaruhi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit yaitu faktor
lingkungan, faktor genetik, dan teknik budidaya (Risza 2009). Faktor penentu
produktivitas kelapa sawit yang akan menjadi bahan kajian penulis yaitu umur
tanaman, tenaga kerja panen, curah hujan, dan hari hujan.
2
Tujuan
Tujuan magang yang dilaksanakan adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman lapangan. Selain itu, kegiatan magang bertujuan
menganalisis produktivitas kelapa sawit dengan melihat faktor-faktor yang
mempengaruhinya dengan harapan dapat memberikan masukan yang efektif dan
efisien dalam kegiatan produksi kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan
Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti
minyak dalam bahasa Yunani dan guineensis berasal dari Guinea (pantai barat
Afrika). Kata Jacq berasal dari nama Botanis Amerika Jacquin (Lubis 2008).
Kelapa sawit dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat
diklasifikasikan ke dalam, ordo Palmales; Famili Palmae; Sub-famili Cocoidae;
Genus Elaeis; Spesies: Elaeis guineensis Jacq. (kelapa sawit Afrika) dan Elaeis
melanococca atau Corozo oleifera. Varietas/tipe dibedakan berdasarkan: 1) tebal
tipisnya cangkang (endocarp) yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera, dan 2) warna
buah yaitu Nigrescens, Virescens dan Albescens (Setyamidjaja 2006). Tipe dura
memiliki daging buah (mesocarp) yang tebalnya 2-6 mm, sedangkan cangkang
(pericarp) tebal (2-5 mm). Pisifera memiliki daging buah yang tebal (5-10 mm)
tetapi tidak memiliki cangkang. Hasil persilangan Dura dan Pisifera disebut
Tenera yang memiliki daging buah yang tebal (3-10 mm) dan cangkang yang tipis
dengan ketebalan 1-2.5 mm (Adiwiganda 2007).
Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15-20 meter
dan merupakan tanaman monoecious (berumah satu) yaitu bunga jantan dan
bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. Kelapa
sawit mulai berbunga pada umur 12-24 bulan dan mencapai umur ekonomis untuk
dipanen pada umur 25 tahun. Setelah penyerbukan, bunga akan menjadi buah
yang akan diolah menjadi CPO dan produk turunannya.
Buah kelapa sawit tergolong sebagai buah drupe secara botani. Buah terdiri
dari pericarp yang terbungkus oleh exocarp (kulit), lapisan tengah (mesocarp)
yang apabila masak mengandung 45-50% minyak dan berwarna merah kuning
karena mengandung karoten, serta lapisan dalam atau cangkang (endocarp) yang
membungkus 1-4 inti/kernel (Pahan, 2010). Inti memiliki testa (kulit), endosperm
yang padat, dan sebuah embrio.
Syarat Tumbuh
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar
lintang utara-selatan 12o kawasan katulistiwa dengan kisaran suhu 24-28oC.
3
Tanaman kelapa sawit diperkirakan tetap dapat tumbuh dengan baik sampai
kisaran suhu 20oC, tetapi pertumbuhannya mulai terhambat pada suhu 15 oC. Suhu
berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan buah (Pahan 2010).
Kelas iklim yang cocok untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu kelas iklim
Af dan Am menurut sistem klasifikasi Koppen dan kelas iklim A, B, dan C
menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson. Faktor iklim sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit (Lubis 2008). Kelapa
sawit dapat tumbuh optimal dengan curah hujan 2 000-2 500 mm/tahun. Kelapa
sawit lebih toleran dengan curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan jenis
tanaman lainnya, meskipun demikian dalam kriteria klasifikasi kesesuaian lahan
nilai tersebut menjadi faktor pembatas ringan. Jumlah bulan kering lebih dari 3
bulan merupakan faktor pembatas berat. Adanya bulan kering yang panjang dan
curah hujan yang rendah akan menyebabkan terjadinya defisit air (PPKS 2006).
Defisit air 300 mm/tahun atau < 60 mm/bulan pada tanaman kelapa sawit
menurunkan produksi kelapa sawit (Risza 2010)
Ketinggian tempat di atas permukaan laut untuk pertumbuhan kelapa sawit
yang optimal adalah antara 0-500 m dpl, topografi datar dan berombak sampai
bergelombang dengan kelerengan berkisar antara 0-25%. Bentuk wilayah yang
sesuai untuk tanaman kelapa sawit adalah datar sampai berombak, yaitu wilayah
dengan kemiringan lereng 0-8%. Pada wilayah bergelombang sampai berbukit
(kemiringan 8-30%), kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan
baik melalui upaya pembuatan teras. Pada wilayah berbukit dengan kemiringan
lebih dari 30% tidak dianjurkan untuk kelapa sawit karena akan memerlukan
biaya yang besar untuk pengelolaannya, sedangkan produksi kelapa sawit yang
dihasilkan relatif rendah. Bentuk wilayah merupakan faktor penentu produktivitas
yang mempengaruhi kemudahan panen, pengawetan tanah dan air, pembuatan
jaringan jalan, dan efektivitas pemupukan (PPKS 2006).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti
podsolik, latosol, aluvial, atau regosol. Namun kemampuan produksi kelapa sawit
pada masing-masing jenis tanah tersebut tidak sama. Menurut Hartono (2008)
tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit mengandung cukup banyak lempung,
berdrainase baik dan subur, permeabilitas sedang, permukaan air tanah cukup
dalam, solum tanah cukup dalam sekitar 80 cm tanpa lapisan padas, dan tidak
berbatu. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut
tebal. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang
istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan.
Menurut Fauzi et al.(2007) tanah yang memiliki pH rendah dapat ditingkatkan
dengan pengapuran. Tanah dengan pH rendah biasanya dijumpai pada daerah
pasang surut, terutama tanah gambut.
Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang tinggi
untuk melakukan fotosintesis. Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi
karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Oleh karena itu,
intensitas, kualitas, dan lama penyinaran sangat berpengaruh. Lama penyinaran
yang dibutuhkan oleh kelapa sawit adalah 5-7 jam per hari dengan kelembaban
nisbi pada kisaran 50-90% (optimal pada 80%). Lama penyinaran berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi, produksi buah, dan pembentukan
bunga (sex ratio) (Setyamidjaja 2006).
4
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Air Hitam, PT. Perdana Inti
Sawit Perkasa I (PT PISP I), First Resources Group, Desa Kepenuhan Barat,
Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau selama 4 bulan
mulai dari bulan Februari hingga Juni 2013.
Metode Pelaksanaan
Secara garis besar, metode pelaksanaan magang adalah melakukan seluruh
pekerjaan di lapangan dengan berbagai tingkat jabatan. Penulis bekerja langsung
sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan harian lepas selama 1
bulan, pendamping mandor selama 1 bulan, dan pendamping asisten afdeling
selama 2 bulan. Prestasi kerja penulis selama menjadi karyawan harian lepas,
pendamping mandor, dan pendamping asisten dapat dilihat pada Lampiran 1-3.
Penulis melaksanakan aspek khusus yaitu analisis produktivitas kelapa sawit.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan magang terdiri atas dua, yaitu data
primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui
pengamatan secara langsung di lapangan dengan mengikuti semua kegiatan yang
dilaksanakan oleh perusahaan, diskusi, serta wawancara dengan karyawan,
mandor, dan asisten.
Data sekunder yang dikumpulkan terbagi menjadi dua yaitu data sekunder
untuk laporan umum dan data sekunder untuk keperluan analisis produktivitas
kelapa sawit. Data sekunder untuk laporan umum berupa data yang menunjang
kegiatan magang seperti sejarah dan kondisi umum perusahaan, data iklim, peta,
kondisi lahan, varietas tanaman kelapa sawit, dan data lain yang berkaitan dengan
aspek pemeliharaan tanaman. Data sekunder untuk keperluan analisis
produktivitas berupa data produktivitas kelapa sawit, umur tanaman, tenaga kerja
panen, curah hujan, dan hari hujan. Data tersebut diperoleh dengan mempelajari
dan menganalisis laporan manajerial yang ada (laporan bulanan, laporan
triwulanan, dan laporan tahunan). Data yang digunakan merupakan data selama 6
tahun terakhir, yaitu mulai dari bulan Januari 2007 hingga bulan Desember 2012.
Analisis Data dan Informasi
Model yang digunakan dalam menganalisis data yang telah diperoleh adalah
model regresi linear berganda dengan alat bantu Minitab 14. Model analisis
regresi linear berganda merupakan model yang bertujuan mempresentasikan pola
5
hubungan fungsional, satu variabel tidak bebas yang dipengaruhi oleh lebih dari
satu variabel bebas.
Model persamaan yang digunakan dalam analisis produktivitas kelapa sawit
sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4
Keterangan:
Y
= Produktivitas kelapa sawit (ton ha-1)
β0
= Titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika X=0
(garis Y memotong sumbu X)
β1, β2, β3, β 4 = Koefisien regresi atau perubahan rata-rata Y untuk setiap satu
unit perubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan
menganggap variabel independen lainnya konstan.
X1
= Umur tanaman (bulan)
X2
= Tenaga kerja (HK/bulan)
X3
= Curah hujan (mm/bulan)
X4
= Hari hujan (hari/bulan)
Dalam membuat suatu persamaan regresi linier berganda diperlukan
beberapa asumsi mendasar yang perlu diperhatikan. Uji asumsi klasik digunakan
untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan. Kelayakan model regresi
dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi normal, tidak terdapat
multikolinearitas, heteroskedastisitas, serta autokorelasi dalam model yang
digunakan. Jika keseluruhan syarat tersebut terpenuhi berarti model analisis telah
layak digunakan.
KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif
Kebun Sei Air Hitam merupakan perkebunan kelapa sawit milik PT. PISP I.
Perusahaan ini dahulu tergabung dalam Ciliandra Perkasa Group, kemudian pada
tahun 2010 diakuisisi oleh sebuah perusahaan perkebunan swasta asing yang
berasal dari singapura yaitu First Resources Ltd. PT. PISP I terletak di Desa
Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.
Lokasi perkebunan dapat dicapai dengan jalan darat dalam waktu 5-6 jam dari
kota Pekanbaru menuju ke Pasir Pengaraian hingga Kota Tengah. Lokasi
perkebunan dengan kota terdekat yaitu Kota Tengah berjarak ± 30 km.
Secara geografis batas–batas lokasi Kebun Sei Air Hitam yaitu sebelah utara
dan barat berbatasan dengan PT Panca Surya Agrindo, sebelah timur berbatasan
dengan kebun plasma PIR-TRANS, sebelah selatan berbatasan dengan kebun
plasma KKPA. Peta areal kerja Kebun Sei Air Hitam dapat dilihat pada Lampiran
4.
6
Keadaan Iklim dan Tanah
Curah hujan rata–rata tahunan selama 8 tahun terakhir (2005-2012) yaitu
merata sepanjang tahun dengan jumlah hari hujan pertahun rata-rata 114 hari dan
rata-rata curah hujan adalah 218 mm/bulan. Rata-rata bulan basah (BB) selama 8
tahun terakhir yaitu 10.25 bulan, sedangkan bulan kering (BK) sebanyak 0.37
bulan. Menurut klasifikasi iklim oleh Schmit-Ferguson, keadaan iklim di Kebun
Sei Air Hitam termasuk dalam tipe iklim A yaitu sangat basah dengan curah hujan
rata-rata 2 617 mm/tahun (rata-rata 8 tahun terakhir). Keadaan curah hujan dan
hari hujan selama kurun waktu 6 tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 5.
Jenis tanah di Kebun Sei Air Hitam tergolong ke dalam ordo entisol, hasil
dari endapan sungai dan diklasifikasikan menjadi dua sub grup yaitu humic
dystrudepts seluas 1 500 ha atau 58.55% dari total luas area dan typic dystrudepts
seluas 1 062 ha atau 41.45% dari total luas area. Jenis tanah didominasi oleh tanah
mineral (aluvial) yang miskin unsur hara, terutama kation-kation basa seperti Ca,
Mg, K, dan Na.
Kesesuaian lahan Kebun Sei Air Hitam tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai)
dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah liat berdebu dan beberapa titik
lahan yang rawan banjir. Kemiringan lahan Kebun Sei Air Hitam yaitu 1-3%
dengan derajat kemasaman tanah (pH) 4.37-5.12. Suhu rata-rata tahunan berkisar
antara 28o-31oC. Berdasarkan klasifikasi kelas lahan, Kebun Sei Air Hitam cukup
sesuai untuk pengembangan kelapa sawit, namun harus diikuti dengan upaya
untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah, sehingga dapat memberikan dampak
positif terhadap produktivitas kelapa sawit.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Kebun Sei Air Hitam merupakan kebun dengan pola PIR-TRANS dan
plasma kredit koperasi primer kepada anggota (KKPA) dengan luas kebun inti
mencapai 2 384.26 ha, kebun plasma PIR seluas 8 694.27 ha, dan kebun plasma
integrasi KKPA seluas 1 758.73 ha. PT. PISP I memiliki pabrik pengolahan CPO
berkapasitas 60 ton/jam.
Areal kebun inti dibagi menjadi 3 afdeling, yaitu Afdeling I (755.06 ha)
yang terbagi atas 25 blok, Afdeling II (770.86 ha) terbagi atas 26 blok, dan
Afdeling III (858.34 ha) terbagi atas 28 blok.
Kebun plasma yang dikontrol PT. PISP I dibangun dengan pola PIR-Trans
terdiri dari 5 satuan pemukiman (SP) dengan luasan total 8 694.27 ha. Komposisi
PIR-Trans SP I sebanyak 535 KK seluas 1 066.1 ha, PIR-Trans SP II sebanyak
506 KK seluas 1 012.54 ha, PIR-Trans SP III sebanyak 500 KK seluas 1 000 ha,
PIR-Trans SP IV sebanyak 500 KK seluas 1 000 ha, PIR-Trans SP V sebanyak
380 KK seluas 760 ha. Kebun plasma integrasi dan kebun KKPA terdiri atas 2
lokasi yaitu kebun Integrasi SKPD Desa Sukamaju Kecamatan Tambusai
sebanyak 470 KK dengan luas 940 ha dan kebun plasma integrasi KKPA Muara
Nikum seluas 818.73 ha.
7
Keadaan Tanaman dan Produksi
Pokok kelapa sawit yang diusahakan di Kebun Sei Air Hitam adalah
varietas D x P Marihat (Tenera). Jarak tanam yang digunakan 9.35 m x 9.35 m x
9.35 m dengan jarak antar barisan 8.09 m dan jarak dalam barisan 9.35 m
sehingga populasi pokok/ha yaitu 132 pokok. Kenyataan di lapangan menunjukan
adanya perbedaan jumlah pokok/hektar dikarenakan terdapat jarak tanam yang
berbeda-beda. Komposisi tahun tanam di Kebun Sei Air Hitam yaitu tahun tanam
1993, 1994, 1995, 1998, 1999, 2000, 2002, dan 2004. Produksi dan produktivitas
kelapa sawit di Kebun Sei Air Hitam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi dan produktivitas kelapa sawit di Kebun Sei Air Hitam 6
tahun terakhir
Tahun
Produksi (ton)
Produktivitas (ton TBS ha-1tahun-1)
2007
68 599.580
28.89
2008
64 163.879
27.03
2009
65 237.310
27.36
2010
60 512.290
25.38
2011
70 383.590
29.52
2012
76 784.600
32.20
Sumber: Laporan tahunan Kantor Kebun PT PISP I.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Struktur organisasi dan penempatan personil disesuaikan dengan pangkat,
jenis, dan volume pekerjaan. Berdasarkan susunan garis dan struktur organisasi
PT. PSIP I, kekuasaan tertinggi dipegang oleh chief executive officer (CEO),
sedangkan operasional perusahaan dikepalai oleh general manager (GM), yang
membawahi langsung mill manager, humas regional (HR), serta field manager
(FM).
Pada tingkat kebun dipimpin oleh seorang field manager (FM) yang dibantu
oleh field assistant (FA) untuk masing–masing afdeling. Field assistant dibantu
oleh kerani afdeling, kerani produksi, mandor panen, mandor perawatan, dan
mandor pupuk.
Komposisi ketenagakerjaan Kebun Sei Air Hitam terdiri atas karyawan staf,
karyawan non staf dan karyawan borongan/surat perintah kerja lokal (SPKL).
Karyawan staf terdiri atas general manager, mill assistant, asisten kebun dan
pabrik, kepala tata usaha, dan kepala satpam. Karyawan non staf terdiri atas
pegawai bulanan tetap (PBT), karyawan harian tetap (KHT), serta karyawan
SPKL. Jumlah karyawan staf dan non staf PT PISP I dapat dilihat pada Tabel 2.
Kebutuhan jumlah karyawan dapat ditentukan berdasarkan indeks tenaga
kerja (ITK) sebuah kebun. Menurut Pahan (2010), ITK standar sebuah
perkebunan adalah 0.16 Hk/ha. ITK pada Kebun Sei Air Hitam sudah memenuhi
standar karena telah mendekati dari ITK standar sebuah perkebunan. Hal ini
menunjukan bahwa jumlah karyawan di Kebun Sei Air Hitam telah memenuhi
standar dari jumlah karyawan yang dibutuhkan sebuah perkebunan.
8
Tabel 2. Jumlah karyawan staf dan non staf PT. PISP I tahun 2013
Status pegawai
Jumlah
29
Karyawan staf
Karyawan non staf
85
Karyawan bulanan tetap (KBT)
269
Karyawan harian tetap (KHT)
12
Karyawan harian lepas (KHL)
395
Total
0.16
ITK
Sumber: Laporan tahunan Kantor Kebun PT PISP I.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pemupukan Organik
Aplikasi tandan kosong. Tandan kosong (tankos) merupakan limbah padat
dari pabrik kelapa sawit setelah tandan buah segar (TBS) diproses di sterilizer dan
stripper. Aplikasi tankos sebagai mulsa bermanfaat menurunkan temperatur tanah
dan mempertahankan kelembaban tanah.
Aplikasi tankos dilakukan secara manual, tankos dilangsir ke blok-blok
yang akan diaplikasikan dengan menggunakan dump truck. Peletakan tumpukan
tankos dilakukan di collection road yang telah ditentukan oleh mandor tankos.
Tankos yang sudah diturunkan di collection road segera diaplikasikan ke pokok
oleh mandor tankos. Aplikasi tankos dilakukan satu tahun sekali dengan dosis 30
ton/ha/tahun. Tankos kemudian diletakkan diantara pokok dalam barisan tanaman
dengan ukuran 2 m x 2 m serta diletakkan satu lapis. Kandungan unsur hara
tankos dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan unsur hara tandan kosong
Unsur hara
N
P2O5
K2O
MgO
CaO
Kandungan/kg tankos segar (gram)
10
1
12
1
1
Sumber: First Resources Research Centre.
Tenaga kerja yang digunakan dalam aplikasi tankos adalah tenaga kerja
dengan sistem borongan yang terdiri dari 10 orang diketuai oleh ketua rombongan.
Upah yang diberikan kepada kepala rombongan adalah Rp 455 000/ha.
9
Kendala-kendala dalam aplikasi tankos yaitu truk yang membawa tankos
seringkali melebihi kapasitas, sehingga menyebabkan tankos tercecer di sepanjang
jalan. Hujan menyebabkan pasar pikul menjadi becek dan tankos menjadi berat
karena tercampur air sehingga pengangkutan tankos terhambat. Ban angkong
bocor karena duri yang berasal dari tumpukan pelepah daun kelapa sawit.
Kemudian collection road yang sempit dapat menyebabkan laju angkong tidak
stabil sehingga tangkos tercecer ke parit.
Aplikasi limbah cair atau palm oil mill effluent (POME). Limbah cair
merupakan hasil sampingan produk yang berasal dari proses rebusan dan proses
pemurnian minyak. Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung nutrisi yang
lengkap baik unsur makro seperti N, P, K, Mg, dan juga unsur mikro seperti Fe,
Zn, Cu dan unsur mikro lainnya. Aplikasi POME bertujuan mengurangi dan
mencegah pencemaran lingkungan dalam rangka menerapkan konsep produksi
bersih dan zero waste. Limbah cair yang diaplikasikan ke areal pertanaman harus
dikontrol secara teliti dan berkesinambungan, karena jika tidak dilakukan maka
kesalahan dalam aplikasi akan berdampak langsung terhadap lingkungan sekitar.
Limbah cair ditampung dalam longbed pada gawangan mati dengan ukuran
panjang 20 m, lebar 2 m dan kedalaman efektif 0.8 m. Volume longbed adalah 32
m3 sehingga volume per ha adalah 896 m3 sedangkan volume aliran limbah dari
pabrik 780 m3/hari. Limbah cair dialirkan dari kolam limbah dengan
menggunakan pipa PVC berdimensi 8 inchi untuk pipa induk, 6 inchi untuk pipa
primer, dan 4 inchi untuk pipa sekunder. Rotasi pengisian longbed 2 kali dalam
setahun dengan dosis 75 ton/ha/tahun. Kandungan unsur hara limbah cair dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan unsur hara limbah cair tiap 75 ton
Kandungan
Unsur hara
Kg
Persentase (%)
Nitrogen (N)
120
0.16
Phosphore (P2O5)
60
0.08
Kalium (K2O)
390
0.52
Magnesium (MgO)
120
0.16
Sumber: First Resources Research Centre.
Lokasi blok yang mendapatkan aplikasi POME hanya 6 blok seluas 180.43
ha di Afdeling III yaitu blok C23, C24, C25, D23, D24, dan D25. Blok C23, C24,
dan C25 memiliki 59 longbed, sedangkan blok D23, D24, D25 memiliki 63
longbed.
Kendala yang dihadapi dalam aplikasi POME yaitu curah hujan yang tinggi
menyebabkan longbed terisi air hujan sehingga POME meluap keluar dari
longbed dan pipa sekunder yang pecah karena terinjak atau tertimpa benda berat
sehingga POME tidak masuk ke longbed. Aplikasi POME di Kebun Sei Air
Hitam dapat dilihat pada Gambar 1.
10
Gambar 1. Aplikasi limbah cair pada longbed
Pemupukan Anorganik Unsur Hara Makro
Perencanaan pemupukan. Pemupukan di Kebun Sei Air Hitam dimulai
dengan kegiatan perencanaan pemupukan. Biaya pemupukan anorganik sangat
mahal yaitu 70% dari biaya pemeliharaan. Perencanaan pemupukan harus
dilakukan dengan sebaik mungkin harena berhubungan dengan penyediaan biaya,
material pupuk dan tenaga kerja yang digunakan.
Perencanaan pemupukan diawali dengan menentukan rekomendasi
pemupukan yang dilakukan oleh First Resources Research and Development
berdasarkan hasil analisis daun, status hara tanah, curah hujan, serta proyeksi
produksi yang dilakukan setiap tahun. Rekomendasi pemupukan tersebut untuk
menentukan jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan.
Penguntilan pupuk. Penguntilan adalah kegiatan menakar pupuk dari
karung besar menjadi beberapa karung kecil sesuai dengan dosis yang digunakan.
Tujuan penguntilan untuk menghindari pencurian dalam pembagian pupuk dan
memudahkan dalam penaburan pupuk serta tepat dosis pupuk per pokok. Jumlah
bobot untilan dalam tiap zak pupuk berbeda tergantung dosis aplikasi.
Penguntilan pupuk dilakukan di gudang satu hari sebelum pelaksanaan
pemupukan oleh tenaga penguntil sesuai dengan yang tercantum di bon
permintaan. Tenaga kerja yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pengun
tilan pupuk adalah tenaga borongan yang terdiri dari lima orang. Pada dasarnya
jumlah tenaga kerja dalam kegiatan penguntilan tidak tetap (selalu berubah-ubah),
tergantung dari jumlah pupuk/tonase yang akan diaplikasikan ke lapangan. Upah
penguntil dalam kegiatan ini sebesar Rp 20/kg.
Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk (supply point) merupakan kegiatan
mengecer pupuk dari tepi jalan ke dalam blok untuk mempermudah penabur
dalam melakukan pemupukan agar tenaga dan waktu yang digunakan lebih efisien.
Pengeceran pupuk harus berdasarkan titik penempatan pupuk yang telah
ditentukan. Titik penempatan pupuk merupakan titik pengenceran untilan pupuk
yang berada tiap selang beberapa pasar pikul. Pengeceran pupuk dilakukan
dengan meletakkan pupuk di tiap pasar pikul yang setiap pasarnya terdiri dari 6-8
karung untuk pasar panjang dan 3-4 karung untuk pasar pendek tergantung dosis.
Penempatan titik pasokan pupuk di Kebun Sei Air Hitam dapat dilihat pada
Gambar 2.
11
Gambar 2. Penempatan titik pasokan pupuk diadopsi dari Hidayat(2012)
Aplikasi pupuk. Penabur pupuk terdiri atas 4 orang penabur dan 4 orang
pelangsir yang bertugas menyelesaikan pemupukan dalam 1 blok per harinya.
Sebelum melakukan kegiatan penaburan pupuk, pupuk yang sudah diuntil
dilangsir di lapangan menggunakan angkong, satu untilan diletakkan tiap selang 6
pokok. Kegiatan penaburan pupuk dilakukan dengan menuangkan pupuk yang
sudah diuntil ke dalam ember berukuran 10 kg dan digendong samping. Pupuk
ditabur sekeliling pohon dengan jarak ±1.5 m dari pohon.
Dalam kegiatan penaburan pupuk, penabur dibagi dalam dua grup, disisi
kanan dan kiri pokok dengan seorang pelangsir yang berada dalam satu pasar
pikul. Basis kerja penabur dan pelangsir menganut sistem kerja borongan yang
terdiri atas 6-9 pekerja. Standar kerja kegiatan pemupukan adalah 8 ha/HK.
Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kegiatan pemupukan RPH
12
Pemupukan Anorganik Unsur Hara Mikro
Infus akar (FeSO4). Infus akar adalah kegiatan memberikan unsur hara
mikro ferum (Fe) terhadap pokok yang mengalami defisiensi Fe. Ciri-ciri tanaman
yang kekurangan nutrisi Fe ditandai dengan pucuk daun muda yang menguning.
Kekuningan pucuk pokok menandakan tingkat keparahan defisiensi Fe, semakin
kuning pucuk, semakin parah defisiensinya. Pencampuran bahan dilakukan
dengan cara menambahkan bahan FeSO4 yang telah dicampurkan dengan asam
sitrat dan air, untuk 1 kg FeSO4 dibutuhkan 66 g asam sitrat kemudian
dicampurkan dalam 2.5 liter air.
Alat-alat yang dibutuhkan dalam kegiatan infus akar yaitu kantong plastik
es, dodos, gancu kecil, karet gelang yang sudah dipotong dua, jerigen kecil atau
sedang, botol aqua sedang yang tutupnya di lubangi dan di beri pipet yang
panjangnya kurang lebih 5 cm, serta cat minyak dan kuas.
Cara kerja kegiatan infus akar adalah mencari akar aktif yang masih hidup
(produktif), mempunyai cairan berlendir, serta ukuran akar yang berdiameter
sedikit panjang dan tebal. Kemudian menggali tanah di akar tersebut sedikit dalam
dengan menggunakan dodos, masukkan ikatan plastik es lilin dan larutan FeSO4
yang sudah dicampur dengan air dan asam sitrat sesuai dengan dosis dan pokok
yang terserang penyakit. Dosis aplikasi berbeda-beda menurut tingkat keparahan
defisiensi hara Fe, untuk defisiensi ringan dosisnya adalah 60 ml, defisiensi
sedang 120 ml, serta defisiensi berat 180 ml. Kegiatan infus akar dapat dilihat
pada Gambar 4.
Gambar 4. Kegiatan infus akar
Tenaga kerja infus akar adalah tenaga kerja borongan yang diketuai oleh
kepala rombongan. Pekerja bekerja berdasarkan surat perintah kerja lokal (SPKL)
dengan standar kerja yang ditetapkan adalah 3 liter bahan per harinya. Upah yang
diberikan disesuaikan dengan dosis, yaitu Rp. 700/pokok untuk defisiensi rendah,
Rp. 800/pokok untuk defisiensi sedang, dan Rp. 900/pokok untuk defisiensi berat.
Leaf Sampling Unit (LSU)
Leaf sampling unit (LSU) merupakan pengambilan contoh daun untuk
dianalisis di laboratorium. Tujuan pengambilan contoh daun adalah menganalisis
kandungan unsur hara daun untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan unsur
13
hara pada tanaman kelapa sawit. Pengambilan contoh daun merupakan kegiatan
yang penting karena terdapat hubungan antara kandungan hara daun dengan
pertumbuhan dan produksi kelapa sawit.
Kegiatan LSU dilakukan mulai pukul 07.00 hingga pukul 11.00 WIB. Setiap
blok diambil ± 30 pohon contoh. Satu LSU harus mempunyai kondisi yang relatif
seragam dalam umur tanaman, tipe tanah, tindakan agronomis, drainase, topografi,
dan bahan tanaman. Pelaksanaan pengambilan contoh daun dilakukan dengan
sistem “perhitungan tertentu” tergantung luasan blok, misalnya sistem 12 x 11, 12
x 10, 8 x 7 (baca: 12 (baris) x 11 (pohon) artinya barisan yang dipilih setiap 12
baris, dan sebagai pohon contoh diambil setiap 11 pohon).
Metode pengambilan contoh daun yaitu dengan memotong pelepah ke-17
(pelepah sampel), kemudian sampel daun diambil dari bagian tengah pelepah
yaitu daun yang berada pada posisi peralihan dari sisi tebal pelepah ke sisi runcing
pelepah yang ditandai dengan “ekor kadal”. Sampel daun yang diambil sebanyak
4 helai (2 helai sebelah kiri, 2 helai sebelah kanan ke arah pangkal pelepah di
dekat “ekor kadal”). Daun dibagi menjadi 3 bagian yaitu pangkal, tengah, dan
ujung. Bagian tengah ± 15 cm diambil sebagai sampel. Bagian “ekor kadal” pada
pelepah dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Bagian “ekor kadal” pelepah pohon contoh
Setelah pengambilan daun pada pohon selesai, pohon contoh harus diberi
tanda yang jelas dan nomor urut untuk masing-masing LSU karena pohon yang
sama akan dipakai untuk tahun berikutnya. Tanda pohon yang biasa digunakan
adalah tanda panah ke atas ( ) sebagai tanda masuk, tanda panah ke samping ( )
sebagai tanda perpindahan baris. Nomor pohon contoh ditulis angka.
Pemanenan
Persiapan panen. Persiapan panen merupakan kegiatan pra panen yang
mempengaruhi keberhasilan panen. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam
mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu: 1) Persiapan kondisi
areal 2) Penyediaan tenaga potong buah 3) Pembagian seksi potong buah 4)
Penyediaan alat-alat kerja (Pahan 2010).
14
Persiapan panen dimulai dari kegiatan apel pagi pada pukul 06.00 WIB.
Apel pagi dipimpin oleh field assistant (FA) dan 2 mandor panen. Pemanen
diwajibkan memakai alat pelindung diri (APD) langsung pada saat apel pagi yang
terdiri dari helm pelindung, kacamata, dan sepatu boot. FA bertugas memberikan
pengarahan mengenai peraturan pemanenan dan selalu mengingatkan mutu tandan
buah segar (TBS) yang akan dipanen. Mandor panen bertugas membagi hanca
panen karyawan dan mengecek angka kerapatan panen blok yang akan dipanen
pada hari berikutnya.
Peralatan panen. Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan panen terbagi
menjadi tiga fungsi yaitu alat untuk memotong tandan, mengangkut TBS ke
tempat pengumpulan hasil (TPH), dan alat untuk memuat TBS. Daftar alat kerja
dan fungsinya dapat dilihat pada Tabel 5.
Nama Alat
Dodos
Harvesting
pole
Pisau egrek
Angkong
Karung
pupuk
Gancu
Kapak
Tojok
Tabel 5. Daftar alat panen dan fungsinya
Kegunaan
Keterangan
Untuk memotong TBS Berbentuk tembilang, lebar mata 8umur 3-8 tahun
14 cm dan panjang mata 8-12 cm
Sepotong besi alumunium dengan
Gagang untuk pisau egrek
panjang 6-12 meter
Berbentuk seperti pisau arit dengan
Alat untuk memotong TBS
panjang pangkal 20 cm, panjangnya
45 cm dan sudut lengkung 135'
Kereta dorong beroda satu yang
Alat untuk mengangkut
terbuat dari besi bermerek Artco
TBS dari pohon ke TPH
Wadah untuk
mengumpulkan brondolan
sebelum diangkut ke PKS
Wadah untuk mengumpulkan
brondolan sebelum diangkut ke PKS
Alat untuk mengantrikan Besi beton berdiameter 3/8 inchi dan
TBS dari pokok ke pasar panjang 0.5 meter
pikul
Besi beton bermata tembilang
Alat
untuk
memotong
dengan diameter dan panjang besi
gagang TBS
sesuai dengan kebutuhan
Untuk memuat TBS dari Pipa galvanis/besi dengan ujung besi
TPH ke PKS
beton berbentuk lancip dengan
panjang sekitar 1-1.5 meter
Sumber: SOP PT PISP I.
Kriteria matang panen. Kriteria matang panen merupakan parameter yang
digunakan oleh perusahaan dalam menentukan buah yang sudah dapat dipanen.
Standar kematangan buah adalah 2 brondol/kg berat TBS di piringan. Tingkat
kematangan TBS dapat dilihat pada Tabel 6.
15
Tabel 6. Tingkat kematangan TBS
Kriteria
Jumlah brondolan
Mentah
< 2 brondolan/kg
Matang
2 brondolan hingga 75% brondolan di permukaan telah lepas
Terlalu matang
> 75% - 90% brondolan telah lepas
Busuk/tankos
> 90% brondolan telah lepas
Sumber: SOP PT PISP I.
Angka Kerapatan Panen. Angka Kerapatan Panen (AKP) merupakan
perkiraan jumlah tandan matang di suatu areal/blok yang dapat dipanen.
Tujuannya adalah memperkirakan produksi harian yang akan dipanen pada areal
tersebut esok harinya. Selain itu, AKP juga bertujuan untuk mengetahui
kebutuhan tenaga pemanen dan jumlah trip pengangkutan pada hari panen
tersebut. Berikut cara perhitungan untuk mengetahui angka kerapatan panen:
Angka Kerapatan Panen = Jumlah buah matang yang akan dipanen
Jumlah pohon yang diamati
Seorang mandor panen melakukan perhitungan AKP untuk menentukan
jumlah buah yang akan dipanen besok di Blok A27. Penghitungan AKP dilakukan
pada 240 pokok sampel dan didapatkan hasil bahwa jumlah buah yang telah
dihitung sebanyak 40 tandan. AKP pada blok tersebut adalah sebagai berikut:
AKP = 40 tandan = 1 : 6
240 pokok
Jadi, dapat diketahui bahwa Blok A27 memiliki AKP 1 : 6, artinya dari 6
pokok kelapa sawit, terdapat 1 pokok yang siap dipanen.
Taksasi panen dan kebutuhan tenaga kerja. Taksasi panen merupakan
kegiatan perkiraan panen untuk menentukan jumlah tandan yang akan dipanen
berdasarkan jumlah dan keadaan tandan bunga betina yang kemungkinan menjadi
tandan buah. Tujuan taksasi panen adalah menaksir jumlah tandan yang dapat
diperoleh agar mempermudah pengaturan dan pelaksanaan panen, memperkirakan
kebutuhan transportasi, serta tenaga kerja yang diperlukan. Menurut Sunarko
(2009) perhitungan dilaksanakan untuk membuat perkiraan produksi mulai esok
hari, satu bulan, tiga bulan, hingga enam bulan kedepan. Peningkatan potensi
produksi ditentukan oleh laju tanaman kelapa sawit dalam menghasilkan sumber
energi untuk pembentukan buah dengan memenuhi semua aspek agronomi dan
fisiologi (proses fotosintesis-respirasi). Perhitungan mengenai bobot janjang ratarata (BJR), taksasi panen, kebutuhan tenaga kerja panen, dan kebutuhan truk
adalah sebagai berikut:
Bobot janjang rata-rata (BJR) = Bobot total TBS yang dipanen
Jumlah TBS yang dipanen
Taksasi panen = A x B x C x D
Kebutuhan Tenaga Pemanen = (A x B x C x D) = Taksasi panen
E
E
16
Jumlah trip = Taksasi panen
Kapasitas Truk
Keterangan:
A = Luas hanca yang dipanen
B = Angka kerapatan panen (AKP)
C = Jumlah pokok/ha
D = Bobot janjang rata-rata (BJR)
E = Prestasi pemanen/orang
Pada tanggal 7 Maret 2013 akan dilakukan kegiatan pemanenan di Afdeling
II pada kaveld II seluas 127.37 ha dengan BJR 24 kg dan AKP 1: 6.2. Diketahui
jumlah pokok per ha 130 pokok. Prestasi pemanen per orang adalah 2500 Kg.
Kapasitas truk pengangkut TBS adalah 5.5 ton. Maka taksasi panen, kebutuhan
tenaga pemanen, dan jumlah trip pengangkutan pada hari tersebut adalah sebagai
berikut:
Taksasi panen = 127.37 ha x 0.16 x 130 pokok/ha x 24 kg = 63 583 kg
Kebutuhan tenaga pemanen = 63 583 Kg = 25 orang
2500 Kg
Jumlah trip = 63 583 ton = 12 trip
5.5 ton
Sistem panen. Sistem hanca panen di Kebun Sei Air Hitam menggunakan
sistem hanca giring tetap dan hanca tetap. Sistem hanca giring tetap adalah sistem
dimana pemanen mendapat hanca yang tetap, jika hancanya di satu blok telah
selesai, pemanen baru boleh pindah ke hanca blok berikutnya sesuai nomor
pemanen. Sedangkan sistem hanca tetap yaitu sistem dimana pemanen diberikan
hanca untuk diselesaikan pada hari tersebut tanpa ada perpindahan dan akan
dikerjakan secara rutin oleh pemanen yang sama pada setiap rotasi. Jika dilihat
dari komposisi tahun tanam di Kebun Sei Air Hitam, sistem panen yang cocok
diterapkan adalah sistem hanca giring tetap per mandoran. Tetapi untuk beberapa
blok dengan tahun tanam 2002 dan 2004 masih menggunakan sistem hanca tetap.
Rotasi panen. Rotasi panen merupakan aspek atau faktor yang paling
menentukan di lapangan untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi. Rotasi
panen atau pusingan panen adalah jumlah hari yang dibutuhkan untuk kembali ke
areal/blok/seksi yang sama. Rotasi panen yang diterapkan di Kebun Sei Air Hitam
adalah 6/7 artinya dalam satu luasan areal tertentu dibagi menjadi 6 hari panen
yaitu hari senin sampai dengan hari sabtu dengan rotasi ulangan 7 hari. Rotasi
panen harus dipertahankan 7 hari. Hal tersebut dilakukan agar kuantitas dan
kualitas produksi dapat tercapai.
Pelaksanaan panen. Kegiatan panen dimulai dari pembagian hanca panen
oleh mandor panen pada saat apel pagi. Setelah kegiatan apel pagi, pemanen
segera masuk ke hanca masing-masing sesuai dengan hanca yang telah ditentukan.
Buah yang sudah matang dipanen, kemudian gagang panjang dipotong di piringan
± 2 cm dari permukaan buah. Setelah buah dipotong lalu diangkut oleh helper
pemanen ke TPH dan disusun di TPH secara teratur dengan kelipatan lima ke
belakang kemudian diberi nomor pemanen pada permukaan gagang buah.
Kegiatan pengutipan brondolan harus dilakukan secara efektif oleh helper
17
pemanen dengan tujuan untuk meminimalkan losses di lapangan. Brondolan yang
sudah dikutip dimasukkan ke dalam karung goni dan dikumpulkan di TPH.
Kegiatan pemanenan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pemanenan TBS kelapa sawit
Basis dan premi panen. Basis merupakan kewajiban pemanenan yang
harus dipenuhi oleh pemanen setiap hari kerja. Basis panen ditentukan
berdasarkan berat janjang rata-rata dan topografi yang dikelompokkan pada
golongan panen. Basis panen yang harus dicapai seorang pemanen adalah 1 000
kg/hari sedangkan output pemanen adalah 3 000 kg/hari. Besarnya premi panen
ditentukan berdasarkan tahun tanam pokok yang dipanen. Tujuan dari penentuan
premi panen yaitu untuk memberikan penghargaan terhadap hasil pekerjaan
pemanen, merangsang pekerja untuk berusaha mencapai output diatas standar,
mendorong kenaikan output dengan biaya yang lebih rendah, dan memupuk rasa
tanggung jawab pekerja terhadap tugasnya. Berikut merupakan contoh
perhitungan premi panen.
Seorang pemanen memanen di Afdeling II kaveld panen II dengan tahun
tanam 1994. Pemanen tersebut mendapatkan output panen sebesar 3 600 kg
dengan brondolan 480 kg. Maka perhitungan premi pemanen tersebut adalah
sebagai berikut.
Premi = 3 600 – 1 000 (Basis Pemanen) – 480
= 2 120 kg
Premi panen= Lebih basis 1 = 500 kg x Rp 25 = Rp 12 500
18
Lebih basis 2 = 500 kg x Rp 30 = Rp Rp 15 000
Lebih basis 3 = 1 120 kg x Rp 35 = Rp 39 200
Brondolan = 480 kg x Rp 120
= Rp 57 600
Jadi besarnya premi yang diperoleh pemanen tersebut adalah Rp 12 500+
Rp 15 000 + Rp 39 200 + Rp 57 600 = Rp 124 300. Selain pemanen, mandor
panen dan kerani produksi juga mendapatkan premi. Mandor panen mendapatkan
premi dari (jumlah tonase yang didapat – basis) x Rp 2.75/kg. Sedangkan kerani
produksi mendapatkan premi dari jumlah tonase yang didapat x Rp 1.2/kg TBS.
Premi supir disesuaikan dengan jarak tempuh, sedangkan premi pemuat basis
pertama 1 667 kg x Rp 3.5, basis kedua 1 667 kg x Rp 5 dan sisanya dikali 6
rupiah.
Efisiensi panen. Efisiensi panen merupakan kegiatan yang dilakukan
setelah pemanenan untuk mengetahui persentase tingkat keefektifan kegiatan
panen dalam areal luasan panen pada hari tersebut. Tujuan efisiensi panen adalah
mengetahui kerugian perusahaan pada hari tersebut, mencegah tumbuhnya tukulan
(anak sawit), dan sebagai bahan evaluasi pada saat apel pagi esok harinya.
Efisiensi panen dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Losses Panen (%) =
[(buah tinggal x BJR) + (brondolan tgl / 90)] x 100%
(TBS potong x BJR) + (buah tinggal x BJR) + (brondolan tgl / 90)
Efisiensi Panen (%) = 100% - Losses panen
Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang dapat menjadi pesaing bagi tanaman
kelapa sawit sehingga keberadaannya merugikan pertumbuhan dan produksi
kelapa sawit. Gulma yang tumbuh di sekitar pokok kelapa sawit perlu
dikendalikan karena dalam pertumbuhannya gulma berkompetisi memperebutkan
unsur hara, ruang, air, dan cahaya dengan tanaman budidaya. Tujuan
pengendalian gulma adalah menjaga jalan pikul, piringan, jalan tengah, dan TPH
bersih dari gulma sehingga mempermudah pekerjaan panen dan pemupukan.
Beberapa jenis gulma yang dominan di hanca yaitu jenis rumput-rumputan
seperti Axonopus sp., Cynodon dactylon, Centotheca lappacea, dan Eleusine
indica, jenis paku-pakuan seperti Nephrolepis biserata, Stenochlaena palustris,
Diterus arida, dan Gleichenia linearis, serta jenis daun lebar seperti Asystasia sp.,
Ageratum cony
guineensis Jacq.) DI PT. PERDANA INTI SAWIT PERKASA I,
RIAU
WILLY MONIKA YOHANSYAH
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Produktivitas
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Willy Monika Yohansyah
NIM A24090130
ABSTRAK
WILLY MONIKA YOHANSYAH. Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau. Dibimbing oleh
ISKANDAR LUBIS.
Kegiatan magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman lapangan, serta bertujuan menganalisis faktor yang
mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, meliputi faktor umur tanaman, tenaga
kerja panen, curah hujan, dan hari hujan. Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun
Sei Air Hitam, PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi
Riau pada bulan Februari-Juni 2013. Model yang digunakan untuk menganalisis
adalah model analisis regresi linear berganda. Hasil analisis regresi linear
berganda menunjukkan bahwa umur tanaman, tenaga kerja panen, curah hujan,
dan hari hujan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kelapa sawit dengan nilai
koefisien determinasi sebesar 79.8%. Uji asumsi klasik yang dilakukan terhadap
model menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi, multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan data sudah terdistribusi normal, sehingga model layak
digunakan.
Kata kunci: curah hujan, regresi linear berganda, tenaga kerja panen, umur
tanaman
ABSTRACT
WILLY MONIKA YOHANSYAH. Analysis of Palm Oil Productivity (Elaeis
guineensis Jacq.) at Perdana Inti Sawit Perkasa I Corporation, Riau. Supervised by
ISKANDAR LUBIS.
Internship activities were conducted in order to improve the knowledge,
skills, field experience, and aims to analyze the factors that affect the productivity
of oil palm, covering plant age, harvest labor, rainfall, and rainy day. Internship
activities were conducted at Sei Air Hitam Estate, Perdana Inti Sawit Perkasa
Corporation, Rokan Hulu, Riau Province in February-June 2013. The multiple
linear regression model is used to analyze the palm oil productivity. The results of
multiple linear regression analysis showed that age of the plant, harvest labor,
rainfall, and rainy day, significantly affected the productivity of oil palm with
coefficient of determination 79.8%. Classical assumption test which is conducted
on the model suggests that there is no autocorrelation, multicollinearity,
heteroscedasticity, and the data has been normally distributed, so that the model is
feasible.
Key words: harvest labor, multiple linear regression, plant age, rainfall
ANALISIS PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) DI PT. PERDANA INTI SAWIT PERKASA I,
RIAU
WILLY MONIKA YOHANSYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau
Nama
: Willy Monika Yohansyah
NIM
: A24090130
Disetujui oleh
Dr Ir Iskandar Lubis, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis
Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti Sawit
Perkasa I, Riau.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Iskandar Lubis M.S
selaku dosen pembimbing skripsi dan Bapak Ir. Adolf Pieter Lontoh M.S yang
telah memberikan bimbingan dan saran, Direksi First Resources yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang,
terutama Bapak Atmojo S. W, SP (General Manager), Bapak Syaiful Azmi, SP
(Field Manager), dan Bapak Agus S. P. Barus, SP (Field Assistant). Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2013
Willy Monika Yohansyah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 2
METODE MAGANG ............................................................................................. 4
Tempat dan Waktu .............................................................................................. 4
Metode Pelaksanaan ............................................................................................ 4
Pengamatan dan Pengumpulan Data ................................................................... 4
Analisis Data dan Informasi ................................................................................ 4
KEADAAN UMUM ............................................................................................... 5
Letak Wilayah Administratif ............................................................................... 5
Keadaan Iklim dan Tanah.................................................................................... 6
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ........................................................................ 6
Keadaan Tanaman dan Produksi ......................................................................... 7
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ........................................................... 7
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .......................................................... 8
Aspek Teknis ....................................................................................................... 8
Aspek Manajerial .............................................................................................. 20
PEMBAHASAN ................................................................................................... 22
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 29
Simpulan ............................................................................................................ 29
Saran .................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
LAMPIRAN .......................................................................................................... 31
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 41
DAFTAR TABEL
1 Produksi dan produktivitas kelapa sawit di Kebun Sei Air Hitam 6
tahun terakhir
2 Jumlah karyawan staf dan non staf PT PISP I tahun 2012
3 Kandungan unsur hara tandan kosong
4 Kandungan unsur hara limbah cair tiap 75 ton
5 Daftar alat panen dan fungsinya
6 Tingkat kematangan TBS
7 Hasil pendugaan faktor penentu produktivitas kelapa sawit
8 Nilai VIF variabel penentu produktivitas
7
8
8
9
14
15
23
25
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Aplikasi limbah cair pada longbed
Penempatan titik pasokan pupuk diadopsi dari Hidayat (2012)
Kegiatan pemupukan RPH
Kegiatan infus akar
Bagian ekor kadal pelepah pohon contoh
Pemanenan TBS kelapa sawit
Beneficial plant: Cassia tora (kiri), Turnera subulata (kanan)
Perbandingan produktivitas aktual (
) dengan potensi produktivitas
Marihat (
) tahun 2007-2012
Grafik probability plot of residual
Grafik pola tebaran sisaan terhadap Y
Rataan umur tanaman (
) dan produktivitas (
) di Kebun Sei Air
Hitam
Curah hujan di Kebun Sei Air Hitam tahun 2005-2012
10
11
11
12
13
17
19
22
24
25
27
28
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor
Jurnal harian sebagai pendamping asisten
Data curah hujan Kebun Sei Air Hitam tahun 2005-2012
Peta inti Kebun Sei Air Hitam
Output model regresi linear berganda
31
32
34
38
39
40
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis
golongan palma yang termasuk tanaman tahunan. Industri minyak sawit
merupakan kontributor penting dalam produksi di Indonesia dan memiliki prospek
pengembangan yang cerah. Industri ini juga berkontribusi dalam pembangunan
daerah, sebagai sumber daya penting untuk pengentasan kemiskinan melalui
budidaya pertanian dan pemprosesan selanjutnya.
Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting dan tergolong
tanaman yang paling efisien dalam penggunaan lahan untuk pembudidayaan, yaitu
dari 232 juta ha lahan di seluruh dunia, budidaya kelapa sawit hanya
menggunakan 5% lahan untuk memasok 30% pasar minyak nabati dunia,
sedangkan kedelai menggunakan 39% lahan untuk memasok 29% pasar minyak
nabati dunia atau bunga matahari yang menggunakan 10% lahan untuk memasok
8% pasar minyak nabati dunia (Oil World 2009).
Kelapa sawit dapat diolah menjadi minyak sawit yang dikenal sebagai
Crude Palm Oil (CPO), yaitu minyak sawit yang terdapat pada daging buah
(mesokarp) dan Palm Kernel Oil (PKO), yaitu minyak inti sawit yang terdapat
pada kernel. Crude Palm Oil dan Palm Kernel Oil dapat diolah menjadi
bermacam-macam produk lanjutan dengan bermacam-macam kegunaan seperti
minyak goreng, mentega, sabun, kosmetika, dan obat. Selain itu, minyak kelapa
sawit dapat menjadi subtitusi bahan bakar minyak yang sebagian besar dipenuhi
dari minyak bumi (Setyamidjaja 2006).
Perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia mengalami kemajuan yang
pesat, terutama peningkatan luas lahan dan produksi kelapa sawit. Perkembangan
luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir
meningkat dari 2.2 juta ha pada tahun 1997 menjadi 4.1 juta ha pada tahun 2007
atau meningkat 7.5%/tahun (Sunarko 2009). Produktivitas CPO kelapa sawit
meningkat dari 3.52 ton/ha pada tahun 2011 menjadi 3.57 ton/ha pada tahun 2012
dengan luasan 9 juta ha (Deptan 2012).
Peningkatan luas areal tanam kelapa sawit seringkali kurang memperhatikan
kesesuaian lahan untuk kelapa sawit. Ketidaksesuaian lahan dapat menyebabkan
terjadinya penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit. Hal tersebut dapat
dilihat dari adanya penurunan produktivitas minyak kelapa sawit (CPO) nasional
pada tahun 2008 sebesar 11.54% dari tahun sebelumnya, yaitu dari 2.6 ton/ha
menjadi 2.3 ton/ha (Dirjenbun 2009).
Analisis produktivitas dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kelapa sawit diperlukan dalam upaya peningkatan produktivitas
kelapa sawit (PPKS 2006). Analisis faktor penentu produktivitas kelapa sawit
tidak dapat dilakukan secara mudah mengingat banyak faktor yang mempengaruhi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit yaitu faktor
lingkungan, faktor genetik, dan teknik budidaya (Risza 2009). Faktor penentu
produktivitas kelapa sawit yang akan menjadi bahan kajian penulis yaitu umur
tanaman, tenaga kerja panen, curah hujan, dan hari hujan.
2
Tujuan
Tujuan magang yang dilaksanakan adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman lapangan. Selain itu, kegiatan magang bertujuan
menganalisis produktivitas kelapa sawit dengan melihat faktor-faktor yang
mempengaruhinya dengan harapan dapat memberikan masukan yang efektif dan
efisien dalam kegiatan produksi kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan
Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti
minyak dalam bahasa Yunani dan guineensis berasal dari Guinea (pantai barat
Afrika). Kata Jacq berasal dari nama Botanis Amerika Jacquin (Lubis 2008).
Kelapa sawit dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat
diklasifikasikan ke dalam, ordo Palmales; Famili Palmae; Sub-famili Cocoidae;
Genus Elaeis; Spesies: Elaeis guineensis Jacq. (kelapa sawit Afrika) dan Elaeis
melanococca atau Corozo oleifera. Varietas/tipe dibedakan berdasarkan: 1) tebal
tipisnya cangkang (endocarp) yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera, dan 2) warna
buah yaitu Nigrescens, Virescens dan Albescens (Setyamidjaja 2006). Tipe dura
memiliki daging buah (mesocarp) yang tebalnya 2-6 mm, sedangkan cangkang
(pericarp) tebal (2-5 mm). Pisifera memiliki daging buah yang tebal (5-10 mm)
tetapi tidak memiliki cangkang. Hasil persilangan Dura dan Pisifera disebut
Tenera yang memiliki daging buah yang tebal (3-10 mm) dan cangkang yang tipis
dengan ketebalan 1-2.5 mm (Adiwiganda 2007).
Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15-20 meter
dan merupakan tanaman monoecious (berumah satu) yaitu bunga jantan dan
bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. Kelapa
sawit mulai berbunga pada umur 12-24 bulan dan mencapai umur ekonomis untuk
dipanen pada umur 25 tahun. Setelah penyerbukan, bunga akan menjadi buah
yang akan diolah menjadi CPO dan produk turunannya.
Buah kelapa sawit tergolong sebagai buah drupe secara botani. Buah terdiri
dari pericarp yang terbungkus oleh exocarp (kulit), lapisan tengah (mesocarp)
yang apabila masak mengandung 45-50% minyak dan berwarna merah kuning
karena mengandung karoten, serta lapisan dalam atau cangkang (endocarp) yang
membungkus 1-4 inti/kernel (Pahan, 2010). Inti memiliki testa (kulit), endosperm
yang padat, dan sebuah embrio.
Syarat Tumbuh
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar
lintang utara-selatan 12o kawasan katulistiwa dengan kisaran suhu 24-28oC.
3
Tanaman kelapa sawit diperkirakan tetap dapat tumbuh dengan baik sampai
kisaran suhu 20oC, tetapi pertumbuhannya mulai terhambat pada suhu 15 oC. Suhu
berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan buah (Pahan 2010).
Kelas iklim yang cocok untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu kelas iklim
Af dan Am menurut sistem klasifikasi Koppen dan kelas iklim A, B, dan C
menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson. Faktor iklim sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit (Lubis 2008). Kelapa
sawit dapat tumbuh optimal dengan curah hujan 2 000-2 500 mm/tahun. Kelapa
sawit lebih toleran dengan curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan jenis
tanaman lainnya, meskipun demikian dalam kriteria klasifikasi kesesuaian lahan
nilai tersebut menjadi faktor pembatas ringan. Jumlah bulan kering lebih dari 3
bulan merupakan faktor pembatas berat. Adanya bulan kering yang panjang dan
curah hujan yang rendah akan menyebabkan terjadinya defisit air (PPKS 2006).
Defisit air 300 mm/tahun atau < 60 mm/bulan pada tanaman kelapa sawit
menurunkan produksi kelapa sawit (Risza 2010)
Ketinggian tempat di atas permukaan laut untuk pertumbuhan kelapa sawit
yang optimal adalah antara 0-500 m dpl, topografi datar dan berombak sampai
bergelombang dengan kelerengan berkisar antara 0-25%. Bentuk wilayah yang
sesuai untuk tanaman kelapa sawit adalah datar sampai berombak, yaitu wilayah
dengan kemiringan lereng 0-8%. Pada wilayah bergelombang sampai berbukit
(kemiringan 8-30%), kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan
baik melalui upaya pembuatan teras. Pada wilayah berbukit dengan kemiringan
lebih dari 30% tidak dianjurkan untuk kelapa sawit karena akan memerlukan
biaya yang besar untuk pengelolaannya, sedangkan produksi kelapa sawit yang
dihasilkan relatif rendah. Bentuk wilayah merupakan faktor penentu produktivitas
yang mempengaruhi kemudahan panen, pengawetan tanah dan air, pembuatan
jaringan jalan, dan efektivitas pemupukan (PPKS 2006).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti
podsolik, latosol, aluvial, atau regosol. Namun kemampuan produksi kelapa sawit
pada masing-masing jenis tanah tersebut tidak sama. Menurut Hartono (2008)
tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit mengandung cukup banyak lempung,
berdrainase baik dan subur, permeabilitas sedang, permukaan air tanah cukup
dalam, solum tanah cukup dalam sekitar 80 cm tanpa lapisan padas, dan tidak
berbatu. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut
tebal. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang
istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan.
Menurut Fauzi et al.(2007) tanah yang memiliki pH rendah dapat ditingkatkan
dengan pengapuran. Tanah dengan pH rendah biasanya dijumpai pada daerah
pasang surut, terutama tanah gambut.
Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang tinggi
untuk melakukan fotosintesis. Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi
karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Oleh karena itu,
intensitas, kualitas, dan lama penyinaran sangat berpengaruh. Lama penyinaran
yang dibutuhkan oleh kelapa sawit adalah 5-7 jam per hari dengan kelembaban
nisbi pada kisaran 50-90% (optimal pada 80%). Lama penyinaran berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi, produksi buah, dan pembentukan
bunga (sex ratio) (Setyamidjaja 2006).
4
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Air Hitam, PT. Perdana Inti
Sawit Perkasa I (PT PISP I), First Resources Group, Desa Kepenuhan Barat,
Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau selama 4 bulan
mulai dari bulan Februari hingga Juni 2013.
Metode Pelaksanaan
Secara garis besar, metode pelaksanaan magang adalah melakukan seluruh
pekerjaan di lapangan dengan berbagai tingkat jabatan. Penulis bekerja langsung
sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan harian lepas selama 1
bulan, pendamping mandor selama 1 bulan, dan pendamping asisten afdeling
selama 2 bulan. Prestasi kerja penulis selama menjadi karyawan harian lepas,
pendamping mandor, dan pendamping asisten dapat dilihat pada Lampiran 1-3.
Penulis melaksanakan aspek khusus yaitu analisis produktivitas kelapa sawit.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan magang terdiri atas dua, yaitu data
primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui
pengamatan secara langsung di lapangan dengan mengikuti semua kegiatan yang
dilaksanakan oleh perusahaan, diskusi, serta wawancara dengan karyawan,
mandor, dan asisten.
Data sekunder yang dikumpulkan terbagi menjadi dua yaitu data sekunder
untuk laporan umum dan data sekunder untuk keperluan analisis produktivitas
kelapa sawit. Data sekunder untuk laporan umum berupa data yang menunjang
kegiatan magang seperti sejarah dan kondisi umum perusahaan, data iklim, peta,
kondisi lahan, varietas tanaman kelapa sawit, dan data lain yang berkaitan dengan
aspek pemeliharaan tanaman. Data sekunder untuk keperluan analisis
produktivitas berupa data produktivitas kelapa sawit, umur tanaman, tenaga kerja
panen, curah hujan, dan hari hujan. Data tersebut diperoleh dengan mempelajari
dan menganalisis laporan manajerial yang ada (laporan bulanan, laporan
triwulanan, dan laporan tahunan). Data yang digunakan merupakan data selama 6
tahun terakhir, yaitu mulai dari bulan Januari 2007 hingga bulan Desember 2012.
Analisis Data dan Informasi
Model yang digunakan dalam menganalisis data yang telah diperoleh adalah
model regresi linear berganda dengan alat bantu Minitab 14. Model analisis
regresi linear berganda merupakan model yang bertujuan mempresentasikan pola
5
hubungan fungsional, satu variabel tidak bebas yang dipengaruhi oleh lebih dari
satu variabel bebas.
Model persamaan yang digunakan dalam analisis produktivitas kelapa sawit
sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4
Keterangan:
Y
= Produktivitas kelapa sawit (ton ha-1)
β0
= Titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika X=0
(garis Y memotong sumbu X)
β1, β2, β3, β 4 = Koefisien regresi atau perubahan rata-rata Y untuk setiap satu
unit perubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan
menganggap variabel independen lainnya konstan.
X1
= Umur tanaman (bulan)
X2
= Tenaga kerja (HK/bulan)
X3
= Curah hujan (mm/bulan)
X4
= Hari hujan (hari/bulan)
Dalam membuat suatu persamaan regresi linier berganda diperlukan
beberapa asumsi mendasar yang perlu diperhatikan. Uji asumsi klasik digunakan
untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan. Kelayakan model regresi
dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi normal, tidak terdapat
multikolinearitas, heteroskedastisitas, serta autokorelasi dalam model yang
digunakan. Jika keseluruhan syarat tersebut terpenuhi berarti model analisis telah
layak digunakan.
KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif
Kebun Sei Air Hitam merupakan perkebunan kelapa sawit milik PT. PISP I.
Perusahaan ini dahulu tergabung dalam Ciliandra Perkasa Group, kemudian pada
tahun 2010 diakuisisi oleh sebuah perusahaan perkebunan swasta asing yang
berasal dari singapura yaitu First Resources Ltd. PT. PISP I terletak di Desa
Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.
Lokasi perkebunan dapat dicapai dengan jalan darat dalam waktu 5-6 jam dari
kota Pekanbaru menuju ke Pasir Pengaraian hingga Kota Tengah. Lokasi
perkebunan dengan kota terdekat yaitu Kota Tengah berjarak ± 30 km.
Secara geografis batas–batas lokasi Kebun Sei Air Hitam yaitu sebelah utara
dan barat berbatasan dengan PT Panca Surya Agrindo, sebelah timur berbatasan
dengan kebun plasma PIR-TRANS, sebelah selatan berbatasan dengan kebun
plasma KKPA. Peta areal kerja Kebun Sei Air Hitam dapat dilihat pada Lampiran
4.
6
Keadaan Iklim dan Tanah
Curah hujan rata–rata tahunan selama 8 tahun terakhir (2005-2012) yaitu
merata sepanjang tahun dengan jumlah hari hujan pertahun rata-rata 114 hari dan
rata-rata curah hujan adalah 218 mm/bulan. Rata-rata bulan basah (BB) selama 8
tahun terakhir yaitu 10.25 bulan, sedangkan bulan kering (BK) sebanyak 0.37
bulan. Menurut klasifikasi iklim oleh Schmit-Ferguson, keadaan iklim di Kebun
Sei Air Hitam termasuk dalam tipe iklim A yaitu sangat basah dengan curah hujan
rata-rata 2 617 mm/tahun (rata-rata 8 tahun terakhir). Keadaan curah hujan dan
hari hujan selama kurun waktu 6 tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 5.
Jenis tanah di Kebun Sei Air Hitam tergolong ke dalam ordo entisol, hasil
dari endapan sungai dan diklasifikasikan menjadi dua sub grup yaitu humic
dystrudepts seluas 1 500 ha atau 58.55% dari total luas area dan typic dystrudepts
seluas 1 062 ha atau 41.45% dari total luas area. Jenis tanah didominasi oleh tanah
mineral (aluvial) yang miskin unsur hara, terutama kation-kation basa seperti Ca,
Mg, K, dan Na.
Kesesuaian lahan Kebun Sei Air Hitam tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai)
dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah liat berdebu dan beberapa titik
lahan yang rawan banjir. Kemiringan lahan Kebun Sei Air Hitam yaitu 1-3%
dengan derajat kemasaman tanah (pH) 4.37-5.12. Suhu rata-rata tahunan berkisar
antara 28o-31oC. Berdasarkan klasifikasi kelas lahan, Kebun Sei Air Hitam cukup
sesuai untuk pengembangan kelapa sawit, namun harus diikuti dengan upaya
untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah, sehingga dapat memberikan dampak
positif terhadap produktivitas kelapa sawit.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Kebun Sei Air Hitam merupakan kebun dengan pola PIR-TRANS dan
plasma kredit koperasi primer kepada anggota (KKPA) dengan luas kebun inti
mencapai 2 384.26 ha, kebun plasma PIR seluas 8 694.27 ha, dan kebun plasma
integrasi KKPA seluas 1 758.73 ha. PT. PISP I memiliki pabrik pengolahan CPO
berkapasitas 60 ton/jam.
Areal kebun inti dibagi menjadi 3 afdeling, yaitu Afdeling I (755.06 ha)
yang terbagi atas 25 blok, Afdeling II (770.86 ha) terbagi atas 26 blok, dan
Afdeling III (858.34 ha) terbagi atas 28 blok.
Kebun plasma yang dikontrol PT. PISP I dibangun dengan pola PIR-Trans
terdiri dari 5 satuan pemukiman (SP) dengan luasan total 8 694.27 ha. Komposisi
PIR-Trans SP I sebanyak 535 KK seluas 1 066.1 ha, PIR-Trans SP II sebanyak
506 KK seluas 1 012.54 ha, PIR-Trans SP III sebanyak 500 KK seluas 1 000 ha,
PIR-Trans SP IV sebanyak 500 KK seluas 1 000 ha, PIR-Trans SP V sebanyak
380 KK seluas 760 ha. Kebun plasma integrasi dan kebun KKPA terdiri atas 2
lokasi yaitu kebun Integrasi SKPD Desa Sukamaju Kecamatan Tambusai
sebanyak 470 KK dengan luas 940 ha dan kebun plasma integrasi KKPA Muara
Nikum seluas 818.73 ha.
7
Keadaan Tanaman dan Produksi
Pokok kelapa sawit yang diusahakan di Kebun Sei Air Hitam adalah
varietas D x P Marihat (Tenera). Jarak tanam yang digunakan 9.35 m x 9.35 m x
9.35 m dengan jarak antar barisan 8.09 m dan jarak dalam barisan 9.35 m
sehingga populasi pokok/ha yaitu 132 pokok. Kenyataan di lapangan menunjukan
adanya perbedaan jumlah pokok/hektar dikarenakan terdapat jarak tanam yang
berbeda-beda. Komposisi tahun tanam di Kebun Sei Air Hitam yaitu tahun tanam
1993, 1994, 1995, 1998, 1999, 2000, 2002, dan 2004. Produksi dan produktivitas
kelapa sawit di Kebun Sei Air Hitam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi dan produktivitas kelapa sawit di Kebun Sei Air Hitam 6
tahun terakhir
Tahun
Produksi (ton)
Produktivitas (ton TBS ha-1tahun-1)
2007
68 599.580
28.89
2008
64 163.879
27.03
2009
65 237.310
27.36
2010
60 512.290
25.38
2011
70 383.590
29.52
2012
76 784.600
32.20
Sumber: Laporan tahunan Kantor Kebun PT PISP I.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Struktur organisasi dan penempatan personil disesuaikan dengan pangkat,
jenis, dan volume pekerjaan. Berdasarkan susunan garis dan struktur organisasi
PT. PSIP I, kekuasaan tertinggi dipegang oleh chief executive officer (CEO),
sedangkan operasional perusahaan dikepalai oleh general manager (GM), yang
membawahi langsung mill manager, humas regional (HR), serta field manager
(FM).
Pada tingkat kebun dipimpin oleh seorang field manager (FM) yang dibantu
oleh field assistant (FA) untuk masing–masing afdeling. Field assistant dibantu
oleh kerani afdeling, kerani produksi, mandor panen, mandor perawatan, dan
mandor pupuk.
Komposisi ketenagakerjaan Kebun Sei Air Hitam terdiri atas karyawan staf,
karyawan non staf dan karyawan borongan/surat perintah kerja lokal (SPKL).
Karyawan staf terdiri atas general manager, mill assistant, asisten kebun dan
pabrik, kepala tata usaha, dan kepala satpam. Karyawan non staf terdiri atas
pegawai bulanan tetap (PBT), karyawan harian tetap (KHT), serta karyawan
SPKL. Jumlah karyawan staf dan non staf PT PISP I dapat dilihat pada Tabel 2.
Kebutuhan jumlah karyawan dapat ditentukan berdasarkan indeks tenaga
kerja (ITK) sebuah kebun. Menurut Pahan (2010), ITK standar sebuah
perkebunan adalah 0.16 Hk/ha. ITK pada Kebun Sei Air Hitam sudah memenuhi
standar karena telah mendekati dari ITK standar sebuah perkebunan. Hal ini
menunjukan bahwa jumlah karyawan di Kebun Sei Air Hitam telah memenuhi
standar dari jumlah karyawan yang dibutuhkan sebuah perkebunan.
8
Tabel 2. Jumlah karyawan staf dan non staf PT. PISP I tahun 2013
Status pegawai
Jumlah
29
Karyawan staf
Karyawan non staf
85
Karyawan bulanan tetap (KBT)
269
Karyawan harian tetap (KHT)
12
Karyawan harian lepas (KHL)
395
Total
0.16
ITK
Sumber: Laporan tahunan Kantor Kebun PT PISP I.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pemupukan Organik
Aplikasi tandan kosong. Tandan kosong (tankos) merupakan limbah padat
dari pabrik kelapa sawit setelah tandan buah segar (TBS) diproses di sterilizer dan
stripper. Aplikasi tankos sebagai mulsa bermanfaat menurunkan temperatur tanah
dan mempertahankan kelembaban tanah.
Aplikasi tankos dilakukan secara manual, tankos dilangsir ke blok-blok
yang akan diaplikasikan dengan menggunakan dump truck. Peletakan tumpukan
tankos dilakukan di collection road yang telah ditentukan oleh mandor tankos.
Tankos yang sudah diturunkan di collection road segera diaplikasikan ke pokok
oleh mandor tankos. Aplikasi tankos dilakukan satu tahun sekali dengan dosis 30
ton/ha/tahun. Tankos kemudian diletakkan diantara pokok dalam barisan tanaman
dengan ukuran 2 m x 2 m serta diletakkan satu lapis. Kandungan unsur hara
tankos dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan unsur hara tandan kosong
Unsur hara
N
P2O5
K2O
MgO
CaO
Kandungan/kg tankos segar (gram)
10
1
12
1
1
Sumber: First Resources Research Centre.
Tenaga kerja yang digunakan dalam aplikasi tankos adalah tenaga kerja
dengan sistem borongan yang terdiri dari 10 orang diketuai oleh ketua rombongan.
Upah yang diberikan kepada kepala rombongan adalah Rp 455 000/ha.
9
Kendala-kendala dalam aplikasi tankos yaitu truk yang membawa tankos
seringkali melebihi kapasitas, sehingga menyebabkan tankos tercecer di sepanjang
jalan. Hujan menyebabkan pasar pikul menjadi becek dan tankos menjadi berat
karena tercampur air sehingga pengangkutan tankos terhambat. Ban angkong
bocor karena duri yang berasal dari tumpukan pelepah daun kelapa sawit.
Kemudian collection road yang sempit dapat menyebabkan laju angkong tidak
stabil sehingga tangkos tercecer ke parit.
Aplikasi limbah cair atau palm oil mill effluent (POME). Limbah cair
merupakan hasil sampingan produk yang berasal dari proses rebusan dan proses
pemurnian minyak. Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung nutrisi yang
lengkap baik unsur makro seperti N, P, K, Mg, dan juga unsur mikro seperti Fe,
Zn, Cu dan unsur mikro lainnya. Aplikasi POME bertujuan mengurangi dan
mencegah pencemaran lingkungan dalam rangka menerapkan konsep produksi
bersih dan zero waste. Limbah cair yang diaplikasikan ke areal pertanaman harus
dikontrol secara teliti dan berkesinambungan, karena jika tidak dilakukan maka
kesalahan dalam aplikasi akan berdampak langsung terhadap lingkungan sekitar.
Limbah cair ditampung dalam longbed pada gawangan mati dengan ukuran
panjang 20 m, lebar 2 m dan kedalaman efektif 0.8 m. Volume longbed adalah 32
m3 sehingga volume per ha adalah 896 m3 sedangkan volume aliran limbah dari
pabrik 780 m3/hari. Limbah cair dialirkan dari kolam limbah dengan
menggunakan pipa PVC berdimensi 8 inchi untuk pipa induk, 6 inchi untuk pipa
primer, dan 4 inchi untuk pipa sekunder. Rotasi pengisian longbed 2 kali dalam
setahun dengan dosis 75 ton/ha/tahun. Kandungan unsur hara limbah cair dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan unsur hara limbah cair tiap 75 ton
Kandungan
Unsur hara
Kg
Persentase (%)
Nitrogen (N)
120
0.16
Phosphore (P2O5)
60
0.08
Kalium (K2O)
390
0.52
Magnesium (MgO)
120
0.16
Sumber: First Resources Research Centre.
Lokasi blok yang mendapatkan aplikasi POME hanya 6 blok seluas 180.43
ha di Afdeling III yaitu blok C23, C24, C25, D23, D24, dan D25. Blok C23, C24,
dan C25 memiliki 59 longbed, sedangkan blok D23, D24, D25 memiliki 63
longbed.
Kendala yang dihadapi dalam aplikasi POME yaitu curah hujan yang tinggi
menyebabkan longbed terisi air hujan sehingga POME meluap keluar dari
longbed dan pipa sekunder yang pecah karena terinjak atau tertimpa benda berat
sehingga POME tidak masuk ke longbed. Aplikasi POME di Kebun Sei Air
Hitam dapat dilihat pada Gambar 1.
10
Gambar 1. Aplikasi limbah cair pada longbed
Pemupukan Anorganik Unsur Hara Makro
Perencanaan pemupukan. Pemupukan di Kebun Sei Air Hitam dimulai
dengan kegiatan perencanaan pemupukan. Biaya pemupukan anorganik sangat
mahal yaitu 70% dari biaya pemeliharaan. Perencanaan pemupukan harus
dilakukan dengan sebaik mungkin harena berhubungan dengan penyediaan biaya,
material pupuk dan tenaga kerja yang digunakan.
Perencanaan pemupukan diawali dengan menentukan rekomendasi
pemupukan yang dilakukan oleh First Resources Research and Development
berdasarkan hasil analisis daun, status hara tanah, curah hujan, serta proyeksi
produksi yang dilakukan setiap tahun. Rekomendasi pemupukan tersebut untuk
menentukan jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan.
Penguntilan pupuk. Penguntilan adalah kegiatan menakar pupuk dari
karung besar menjadi beberapa karung kecil sesuai dengan dosis yang digunakan.
Tujuan penguntilan untuk menghindari pencurian dalam pembagian pupuk dan
memudahkan dalam penaburan pupuk serta tepat dosis pupuk per pokok. Jumlah
bobot untilan dalam tiap zak pupuk berbeda tergantung dosis aplikasi.
Penguntilan pupuk dilakukan di gudang satu hari sebelum pelaksanaan
pemupukan oleh tenaga penguntil sesuai dengan yang tercantum di bon
permintaan. Tenaga kerja yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pengun
tilan pupuk adalah tenaga borongan yang terdiri dari lima orang. Pada dasarnya
jumlah tenaga kerja dalam kegiatan penguntilan tidak tetap (selalu berubah-ubah),
tergantung dari jumlah pupuk/tonase yang akan diaplikasikan ke lapangan. Upah
penguntil dalam kegiatan ini sebesar Rp 20/kg.
Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk (supply point) merupakan kegiatan
mengecer pupuk dari tepi jalan ke dalam blok untuk mempermudah penabur
dalam melakukan pemupukan agar tenaga dan waktu yang digunakan lebih efisien.
Pengeceran pupuk harus berdasarkan titik penempatan pupuk yang telah
ditentukan. Titik penempatan pupuk merupakan titik pengenceran untilan pupuk
yang berada tiap selang beberapa pasar pikul. Pengeceran pupuk dilakukan
dengan meletakkan pupuk di tiap pasar pikul yang setiap pasarnya terdiri dari 6-8
karung untuk pasar panjang dan 3-4 karung untuk pasar pendek tergantung dosis.
Penempatan titik pasokan pupuk di Kebun Sei Air Hitam dapat dilihat pada
Gambar 2.
11
Gambar 2. Penempatan titik pasokan pupuk diadopsi dari Hidayat(2012)
Aplikasi pupuk. Penabur pupuk terdiri atas 4 orang penabur dan 4 orang
pelangsir yang bertugas menyelesaikan pemupukan dalam 1 blok per harinya.
Sebelum melakukan kegiatan penaburan pupuk, pupuk yang sudah diuntil
dilangsir di lapangan menggunakan angkong, satu untilan diletakkan tiap selang 6
pokok. Kegiatan penaburan pupuk dilakukan dengan menuangkan pupuk yang
sudah diuntil ke dalam ember berukuran 10 kg dan digendong samping. Pupuk
ditabur sekeliling pohon dengan jarak ±1.5 m dari pohon.
Dalam kegiatan penaburan pupuk, penabur dibagi dalam dua grup, disisi
kanan dan kiri pokok dengan seorang pelangsir yang berada dalam satu pasar
pikul. Basis kerja penabur dan pelangsir menganut sistem kerja borongan yang
terdiri atas 6-9 pekerja. Standar kerja kegiatan pemupukan adalah 8 ha/HK.
Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kegiatan pemupukan RPH
12
Pemupukan Anorganik Unsur Hara Mikro
Infus akar (FeSO4). Infus akar adalah kegiatan memberikan unsur hara
mikro ferum (Fe) terhadap pokok yang mengalami defisiensi Fe. Ciri-ciri tanaman
yang kekurangan nutrisi Fe ditandai dengan pucuk daun muda yang menguning.
Kekuningan pucuk pokok menandakan tingkat keparahan defisiensi Fe, semakin
kuning pucuk, semakin parah defisiensinya. Pencampuran bahan dilakukan
dengan cara menambahkan bahan FeSO4 yang telah dicampurkan dengan asam
sitrat dan air, untuk 1 kg FeSO4 dibutuhkan 66 g asam sitrat kemudian
dicampurkan dalam 2.5 liter air.
Alat-alat yang dibutuhkan dalam kegiatan infus akar yaitu kantong plastik
es, dodos, gancu kecil, karet gelang yang sudah dipotong dua, jerigen kecil atau
sedang, botol aqua sedang yang tutupnya di lubangi dan di beri pipet yang
panjangnya kurang lebih 5 cm, serta cat minyak dan kuas.
Cara kerja kegiatan infus akar adalah mencari akar aktif yang masih hidup
(produktif), mempunyai cairan berlendir, serta ukuran akar yang berdiameter
sedikit panjang dan tebal. Kemudian menggali tanah di akar tersebut sedikit dalam
dengan menggunakan dodos, masukkan ikatan plastik es lilin dan larutan FeSO4
yang sudah dicampur dengan air dan asam sitrat sesuai dengan dosis dan pokok
yang terserang penyakit. Dosis aplikasi berbeda-beda menurut tingkat keparahan
defisiensi hara Fe, untuk defisiensi ringan dosisnya adalah 60 ml, defisiensi
sedang 120 ml, serta defisiensi berat 180 ml. Kegiatan infus akar dapat dilihat
pada Gambar 4.
Gambar 4. Kegiatan infus akar
Tenaga kerja infus akar adalah tenaga kerja borongan yang diketuai oleh
kepala rombongan. Pekerja bekerja berdasarkan surat perintah kerja lokal (SPKL)
dengan standar kerja yang ditetapkan adalah 3 liter bahan per harinya. Upah yang
diberikan disesuaikan dengan dosis, yaitu Rp. 700/pokok untuk defisiensi rendah,
Rp. 800/pokok untuk defisiensi sedang, dan Rp. 900/pokok untuk defisiensi berat.
Leaf Sampling Unit (LSU)
Leaf sampling unit (LSU) merupakan pengambilan contoh daun untuk
dianalisis di laboratorium. Tujuan pengambilan contoh daun adalah menganalisis
kandungan unsur hara daun untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan unsur
13
hara pada tanaman kelapa sawit. Pengambilan contoh daun merupakan kegiatan
yang penting karena terdapat hubungan antara kandungan hara daun dengan
pertumbuhan dan produksi kelapa sawit.
Kegiatan LSU dilakukan mulai pukul 07.00 hingga pukul 11.00 WIB. Setiap
blok diambil ± 30 pohon contoh. Satu LSU harus mempunyai kondisi yang relatif
seragam dalam umur tanaman, tipe tanah, tindakan agronomis, drainase, topografi,
dan bahan tanaman. Pelaksanaan pengambilan contoh daun dilakukan dengan
sistem “perhitungan tertentu” tergantung luasan blok, misalnya sistem 12 x 11, 12
x 10, 8 x 7 (baca: 12 (baris) x 11 (pohon) artinya barisan yang dipilih setiap 12
baris, dan sebagai pohon contoh diambil setiap 11 pohon).
Metode pengambilan contoh daun yaitu dengan memotong pelepah ke-17
(pelepah sampel), kemudian sampel daun diambil dari bagian tengah pelepah
yaitu daun yang berada pada posisi peralihan dari sisi tebal pelepah ke sisi runcing
pelepah yang ditandai dengan “ekor kadal”. Sampel daun yang diambil sebanyak
4 helai (2 helai sebelah kiri, 2 helai sebelah kanan ke arah pangkal pelepah di
dekat “ekor kadal”). Daun dibagi menjadi 3 bagian yaitu pangkal, tengah, dan
ujung. Bagian tengah ± 15 cm diambil sebagai sampel. Bagian “ekor kadal” pada
pelepah dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Bagian “ekor kadal” pelepah pohon contoh
Setelah pengambilan daun pada pohon selesai, pohon contoh harus diberi
tanda yang jelas dan nomor urut untuk masing-masing LSU karena pohon yang
sama akan dipakai untuk tahun berikutnya. Tanda pohon yang biasa digunakan
adalah tanda panah ke atas ( ) sebagai tanda masuk, tanda panah ke samping ( )
sebagai tanda perpindahan baris. Nomor pohon contoh ditulis angka.
Pemanenan
Persiapan panen. Persiapan panen merupakan kegiatan pra panen yang
mempengaruhi keberhasilan panen. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam
mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu: 1) Persiapan kondisi
areal 2) Penyediaan tenaga potong buah 3) Pembagian seksi potong buah 4)
Penyediaan alat-alat kerja (Pahan 2010).
14
Persiapan panen dimulai dari kegiatan apel pagi pada pukul 06.00 WIB.
Apel pagi dipimpin oleh field assistant (FA) dan 2 mandor panen. Pemanen
diwajibkan memakai alat pelindung diri (APD) langsung pada saat apel pagi yang
terdiri dari helm pelindung, kacamata, dan sepatu boot. FA bertugas memberikan
pengarahan mengenai peraturan pemanenan dan selalu mengingatkan mutu tandan
buah segar (TBS) yang akan dipanen. Mandor panen bertugas membagi hanca
panen karyawan dan mengecek angka kerapatan panen blok yang akan dipanen
pada hari berikutnya.
Peralatan panen. Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan panen terbagi
menjadi tiga fungsi yaitu alat untuk memotong tandan, mengangkut TBS ke
tempat pengumpulan hasil (TPH), dan alat untuk memuat TBS. Daftar alat kerja
dan fungsinya dapat dilihat pada Tabel 5.
Nama Alat
Dodos
Harvesting
pole
Pisau egrek
Angkong
Karung
pupuk
Gancu
Kapak
Tojok
Tabel 5. Daftar alat panen dan fungsinya
Kegunaan
Keterangan
Untuk memotong TBS Berbentuk tembilang, lebar mata 8umur 3-8 tahun
14 cm dan panjang mata 8-12 cm
Sepotong besi alumunium dengan
Gagang untuk pisau egrek
panjang 6-12 meter
Berbentuk seperti pisau arit dengan
Alat untuk memotong TBS
panjang pangkal 20 cm, panjangnya
45 cm dan sudut lengkung 135'
Kereta dorong beroda satu yang
Alat untuk mengangkut
terbuat dari besi bermerek Artco
TBS dari pohon ke TPH
Wadah untuk
mengumpulkan brondolan
sebelum diangkut ke PKS
Wadah untuk mengumpulkan
brondolan sebelum diangkut ke PKS
Alat untuk mengantrikan Besi beton berdiameter 3/8 inchi dan
TBS dari pokok ke pasar panjang 0.5 meter
pikul
Besi beton bermata tembilang
Alat
untuk
memotong
dengan diameter dan panjang besi
gagang TBS
sesuai dengan kebutuhan
Untuk memuat TBS dari Pipa galvanis/besi dengan ujung besi
TPH ke PKS
beton berbentuk lancip dengan
panjang sekitar 1-1.5 meter
Sumber: SOP PT PISP I.
Kriteria matang panen. Kriteria matang panen merupakan parameter yang
digunakan oleh perusahaan dalam menentukan buah yang sudah dapat dipanen.
Standar kematangan buah adalah 2 brondol/kg berat TBS di piringan. Tingkat
kematangan TBS dapat dilihat pada Tabel 6.
15
Tabel 6. Tingkat kematangan TBS
Kriteria
Jumlah brondolan
Mentah
< 2 brondolan/kg
Matang
2 brondolan hingga 75% brondolan di permukaan telah lepas
Terlalu matang
> 75% - 90% brondolan telah lepas
Busuk/tankos
> 90% brondolan telah lepas
Sumber: SOP PT PISP I.
Angka Kerapatan Panen. Angka Kerapatan Panen (AKP) merupakan
perkiraan jumlah tandan matang di suatu areal/blok yang dapat dipanen.
Tujuannya adalah memperkirakan produksi harian yang akan dipanen pada areal
tersebut esok harinya. Selain itu, AKP juga bertujuan untuk mengetahui
kebutuhan tenaga pemanen dan jumlah trip pengangkutan pada hari panen
tersebut. Berikut cara perhitungan untuk mengetahui angka kerapatan panen:
Angka Kerapatan Panen = Jumlah buah matang yang akan dipanen
Jumlah pohon yang diamati
Seorang mandor panen melakukan perhitungan AKP untuk menentukan
jumlah buah yang akan dipanen besok di Blok A27. Penghitungan AKP dilakukan
pada 240 pokok sampel dan didapatkan hasil bahwa jumlah buah yang telah
dihitung sebanyak 40 tandan. AKP pada blok tersebut adalah sebagai berikut:
AKP = 40 tandan = 1 : 6
240 pokok
Jadi, dapat diketahui bahwa Blok A27 memiliki AKP 1 : 6, artinya dari 6
pokok kelapa sawit, terdapat 1 pokok yang siap dipanen.
Taksasi panen dan kebutuhan tenaga kerja. Taksasi panen merupakan
kegiatan perkiraan panen untuk menentukan jumlah tandan yang akan dipanen
berdasarkan jumlah dan keadaan tandan bunga betina yang kemungkinan menjadi
tandan buah. Tujuan taksasi panen adalah menaksir jumlah tandan yang dapat
diperoleh agar mempermudah pengaturan dan pelaksanaan panen, memperkirakan
kebutuhan transportasi, serta tenaga kerja yang diperlukan. Menurut Sunarko
(2009) perhitungan dilaksanakan untuk membuat perkiraan produksi mulai esok
hari, satu bulan, tiga bulan, hingga enam bulan kedepan. Peningkatan potensi
produksi ditentukan oleh laju tanaman kelapa sawit dalam menghasilkan sumber
energi untuk pembentukan buah dengan memenuhi semua aspek agronomi dan
fisiologi (proses fotosintesis-respirasi). Perhitungan mengenai bobot janjang ratarata (BJR), taksasi panen, kebutuhan tenaga kerja panen, dan kebutuhan truk
adalah sebagai berikut:
Bobot janjang rata-rata (BJR) = Bobot total TBS yang dipanen
Jumlah TBS yang dipanen
Taksasi panen = A x B x C x D
Kebutuhan Tenaga Pemanen = (A x B x C x D) = Taksasi panen
E
E
16
Jumlah trip = Taksasi panen
Kapasitas Truk
Keterangan:
A = Luas hanca yang dipanen
B = Angka kerapatan panen (AKP)
C = Jumlah pokok/ha
D = Bobot janjang rata-rata (BJR)
E = Prestasi pemanen/orang
Pada tanggal 7 Maret 2013 akan dilakukan kegiatan pemanenan di Afdeling
II pada kaveld II seluas 127.37 ha dengan BJR 24 kg dan AKP 1: 6.2. Diketahui
jumlah pokok per ha 130 pokok. Prestasi pemanen per orang adalah 2500 Kg.
Kapasitas truk pengangkut TBS adalah 5.5 ton. Maka taksasi panen, kebutuhan
tenaga pemanen, dan jumlah trip pengangkutan pada hari tersebut adalah sebagai
berikut:
Taksasi panen = 127.37 ha x 0.16 x 130 pokok/ha x 24 kg = 63 583 kg
Kebutuhan tenaga pemanen = 63 583 Kg = 25 orang
2500 Kg
Jumlah trip = 63 583 ton = 12 trip
5.5 ton
Sistem panen. Sistem hanca panen di Kebun Sei Air Hitam menggunakan
sistem hanca giring tetap dan hanca tetap. Sistem hanca giring tetap adalah sistem
dimana pemanen mendapat hanca yang tetap, jika hancanya di satu blok telah
selesai, pemanen baru boleh pindah ke hanca blok berikutnya sesuai nomor
pemanen. Sedangkan sistem hanca tetap yaitu sistem dimana pemanen diberikan
hanca untuk diselesaikan pada hari tersebut tanpa ada perpindahan dan akan
dikerjakan secara rutin oleh pemanen yang sama pada setiap rotasi. Jika dilihat
dari komposisi tahun tanam di Kebun Sei Air Hitam, sistem panen yang cocok
diterapkan adalah sistem hanca giring tetap per mandoran. Tetapi untuk beberapa
blok dengan tahun tanam 2002 dan 2004 masih menggunakan sistem hanca tetap.
Rotasi panen. Rotasi panen merupakan aspek atau faktor yang paling
menentukan di lapangan untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi. Rotasi
panen atau pusingan panen adalah jumlah hari yang dibutuhkan untuk kembali ke
areal/blok/seksi yang sama. Rotasi panen yang diterapkan di Kebun Sei Air Hitam
adalah 6/7 artinya dalam satu luasan areal tertentu dibagi menjadi 6 hari panen
yaitu hari senin sampai dengan hari sabtu dengan rotasi ulangan 7 hari. Rotasi
panen harus dipertahankan 7 hari. Hal tersebut dilakukan agar kuantitas dan
kualitas produksi dapat tercapai.
Pelaksanaan panen. Kegiatan panen dimulai dari pembagian hanca panen
oleh mandor panen pada saat apel pagi. Setelah kegiatan apel pagi, pemanen
segera masuk ke hanca masing-masing sesuai dengan hanca yang telah ditentukan.
Buah yang sudah matang dipanen, kemudian gagang panjang dipotong di piringan
± 2 cm dari permukaan buah. Setelah buah dipotong lalu diangkut oleh helper
pemanen ke TPH dan disusun di TPH secara teratur dengan kelipatan lima ke
belakang kemudian diberi nomor pemanen pada permukaan gagang buah.
Kegiatan pengutipan brondolan harus dilakukan secara efektif oleh helper
17
pemanen dengan tujuan untuk meminimalkan losses di lapangan. Brondolan yang
sudah dikutip dimasukkan ke dalam karung goni dan dikumpulkan di TPH.
Kegiatan pemanenan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pemanenan TBS kelapa sawit
Basis dan premi panen. Basis merupakan kewajiban pemanenan yang
harus dipenuhi oleh pemanen setiap hari kerja. Basis panen ditentukan
berdasarkan berat janjang rata-rata dan topografi yang dikelompokkan pada
golongan panen. Basis panen yang harus dicapai seorang pemanen adalah 1 000
kg/hari sedangkan output pemanen adalah 3 000 kg/hari. Besarnya premi panen
ditentukan berdasarkan tahun tanam pokok yang dipanen. Tujuan dari penentuan
premi panen yaitu untuk memberikan penghargaan terhadap hasil pekerjaan
pemanen, merangsang pekerja untuk berusaha mencapai output diatas standar,
mendorong kenaikan output dengan biaya yang lebih rendah, dan memupuk rasa
tanggung jawab pekerja terhadap tugasnya. Berikut merupakan contoh
perhitungan premi panen.
Seorang pemanen memanen di Afdeling II kaveld panen II dengan tahun
tanam 1994. Pemanen tersebut mendapatkan output panen sebesar 3 600 kg
dengan brondolan 480 kg. Maka perhitungan premi pemanen tersebut adalah
sebagai berikut.
Premi = 3 600 – 1 000 (Basis Pemanen) – 480
= 2 120 kg
Premi panen= Lebih basis 1 = 500 kg x Rp 25 = Rp 12 500
18
Lebih basis 2 = 500 kg x Rp 30 = Rp Rp 15 000
Lebih basis 3 = 1 120 kg x Rp 35 = Rp 39 200
Brondolan = 480 kg x Rp 120
= Rp 57 600
Jadi besarnya premi yang diperoleh pemanen tersebut adalah Rp 12 500+
Rp 15 000 + Rp 39 200 + Rp 57 600 = Rp 124 300. Selain pemanen, mandor
panen dan kerani produksi juga mendapatkan premi. Mandor panen mendapatkan
premi dari (jumlah tonase yang didapat – basis) x Rp 2.75/kg. Sedangkan kerani
produksi mendapatkan premi dari jumlah tonase yang didapat x Rp 1.2/kg TBS.
Premi supir disesuaikan dengan jarak tempuh, sedangkan premi pemuat basis
pertama 1 667 kg x Rp 3.5, basis kedua 1 667 kg x Rp 5 dan sisanya dikali 6
rupiah.
Efisiensi panen. Efisiensi panen merupakan kegiatan yang dilakukan
setelah pemanenan untuk mengetahui persentase tingkat keefektifan kegiatan
panen dalam areal luasan panen pada hari tersebut. Tujuan efisiensi panen adalah
mengetahui kerugian perusahaan pada hari tersebut, mencegah tumbuhnya tukulan
(anak sawit), dan sebagai bahan evaluasi pada saat apel pagi esok harinya.
Efisiensi panen dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Losses Panen (%) =
[(buah tinggal x BJR) + (brondolan tgl / 90)] x 100%
(TBS potong x BJR) + (buah tinggal x BJR) + (brondolan tgl / 90)
Efisiensi Panen (%) = 100% - Losses panen
Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang dapat menjadi pesaing bagi tanaman
kelapa sawit sehingga keberadaannya merugikan pertumbuhan dan produksi
kelapa sawit. Gulma yang tumbuh di sekitar pokok kelapa sawit perlu
dikendalikan karena dalam pertumbuhannya gulma berkompetisi memperebutkan
unsur hara, ruang, air, dan cahaya dengan tanaman budidaya. Tujuan
pengendalian gulma adalah menjaga jalan pikul, piringan, jalan tengah, dan TPH
bersih dari gulma sehingga mempermudah pekerjaan panen dan pemupukan.
Beberapa jenis gulma yang dominan di hanca yaitu jenis rumput-rumputan
seperti Axonopus sp., Cynodon dactylon, Centotheca lappacea, dan Eleusine
indica, jenis paku-pakuan seperti Nephrolepis biserata, Stenochlaena palustris,
Diterus arida, dan Gleichenia linearis, serta jenis daun lebar seperti Asystasia sp.,
Ageratum cony