Analisis Produksi Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau

ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR
KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTRA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Produksi
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur,
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2013
Muhammad Firdaus Lubis
NIM A24080144

ABSTRAK
MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS. Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan,
Provinsi Riau. Dibimbing ISKANDAR LUBIS.
Kegiatan magang dilakukan di PT. Inti Indosawit Subur, Kebun Buatan,
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau dari tanggal 13 Februari sampai dengan
13 Mei 2012. Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan secara khusus
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Kebun Buatan secara umum
sudah menerapkan teknik budidaya kelapa sawit sesuai dengan SOP (Standard
Operating Procedures) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan
persamaan regresi linear berganda, produksi TBS (Tandan Buah Segar)
dipengaruhi oleh jumlah hari kerja efektif tenaga kerja panen dan jumlah output

pemanen. Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam analisis adalah
98.3%. Permasalahan utama adalah menurunnya produktivitas tanaman pada
tanaman yang berumur lebih dari 22 tahun karena umur tanaman tersebut sudah
diatas umur produktivitas maksimal rata-rata kelapa sawit.
Kata Kunci : Kelapa sawit, Produksi TBS (Tandan Buah Segar), Faktor produksi

ABSTRACT
MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS. Production Analysis of Oil Palm (Elaeis
guineensis Jacq.) in PT.Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau. Supervised by
ISKANDAR LUBIS.
The internship program has been conducted at PT. Inti Indosawit Subur,
Buatan Estate, Pelalawan, Riau from February 13 to May 13 2012. The purpose of
this internship program is to learn oil palm cultivation and specifically analyzes
the factors that influence the production of palm oil. The data to be collected
consist of primary and secondary data. Buatan estate generally have applied the
technique of oil palm cultivation in accordance with standard operating
procedures that have been established by the company. Based on double linear
regression analysis, FFB (Fresh Fruit Bunch) production is influenced by the
number of harvesting working days and the amount of harvester output. The
coefficient of determination (R2) generated that variables of FFB production as

dependent variable can be describe by the independent variables (harvesting
working days, amount of harvester output and rainfall) for 98.3%. The main
problem is the decrease in crop productivity for plants older than 22 years as the
age of the plant is already above the maximum age of the average productivity of
oil palm.
Key Word: Oil palm, FFB Production, Determinant production factor

ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR
KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Produksi Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi
Riau
Nama
: Muhammad Firdaus Lubis
NIM
: A24080144

Disetujui oleh

Dr Ir Iskandar Lubis, MS
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan serta hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik dan lancar. Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai syarat
untuk kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil dari kerja dan analisis
selama kegiatan magang yang telah dilaksanakan penulis selama tiga bulan di
perkebunan kelapa sawit tepatnya di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur,
Pelalawan, Riau.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua dan seluruh keluarga besar atas doa dan dukungan yang diberikan
kepada penulis, Bapak Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS selaku pembimbing skripsi
yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahannya selama pelaksanaan
magang dan penyusunan skripsi. Ibu Ani Kurniawati selaku pembimbing
akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan studi. Bapak

Herman Sembiring selaku Estate Manager, Bapak Victory Brahmana selaku
Manager Asian Agri Learning Institute dan keluarga besar PT Inti Indosawit
Subur, Pelalawan, Riau, terutama Bang Rifky selaku Asisten Afdeling V dan
Bapak Morrys selaku Asisten Kepala yang telah memberi bimbingan dan
masukan kepada penulis. Teman-teman magang seperjuangan dan mahasiswa
AGH angkatan 45 beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun ke arah yang lebih baik

Bogor, Februari 2013
Muhammad Firdaus Lubis

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR


ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

2

TINJAUAN PUSTAKA


2

Botani Kelapa Sawit

2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

3

Kebutuhan Air Tanaman

3

Produktivitas Kelapa Sawit

4

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit


4

Persamaan Regresi Linear Berganda

5

METODE MAGANG

6

Tempat dan Waktu

6

Metode Pelaksanaan

6

Pengamatan dan Pengumpulan Data


6

Analisis Data dan Informasi

6

KEADAAN UMUM

7

Letak Wilayah Administratif

7

Keadaan Iklim dan Tanah

8

Luas Areal dan Tata Guna Lahan


8

Keadaan Tanaman dan Produksi

9

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

10

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

11

Aspek Teknis

11

Aspek Manajerial

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

26

Metode Pewarnaan Blok

26

Pengaruh populasi per hektar terhadap produksi, bobot janjang rata-rata dan
produktivitas
27

Pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas

29

Analisis Produksi Menggunakan Persamaan Regresi Berganda

30

SIMPULAN DAN SARAN

35

Simpulan

35

Saran

36

DAFTAR PUSTAKA

36

LAMPIRAN

38

RIWAYAT HIDUP

47

DAFTAR TABEL
1. Parameter iklim untuk kesesuaian tanaman kelapa sawit
2. Pengaruh curah hujan terhadap potensi produksi TBS
3. Pengaruh umur tanaman terhadap berat janjang rata-rata (BJR)
4. Populasi berdasarkan tahun tanam
5. Produktivitas dan bobot janjang rata-rata TBS di Kebun Buatan
6. Jumlah karyawan di PT Inti Indosawit Subur tahun 2012
7. Jumlah Pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman
8. Perbandingan luas areal seksi
9. Jenis kesalahan dan denda pada pelaksanaan potong buah
10. Pengaruh jumlah populasi per hektar terhadap tiga komponen produksi
11. Pengaruh Tahun Tanam (Umur) Terhadap Produktivitas
.
12. Perbandingan Produktivitas Kebun Buatan
13. Pendugaan faktor yang mempengaruhi produksi TBS
14. Output pemanen per bulan tahun 2011

3
4
5
9
9
10
12
15
.16
28
29
30
32
35

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.

Kegiatan pada saat pemupukan (a) muat pupuk dan (b) aplikasi
Contoh gulma dominan di areal Kebun Buatan
Contoh metode pewarnaan blok
Grafik persamaan regresi

.20
21
.27
31

DAFTAR LAMPIRAN
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas di
Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur
2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di
Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur
3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten di
Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur
4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di PT Inti Indosawit Subur
5. Peta Sebaran Kelas Lahan PT Inti Indosawit Subur
6. Peta Tahun Tanam Kebun Buatan
7. Peta PT Inti Indosawit Subur Kebun Buatan
8. Struktur organisasi Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur

38
39
40
42
43
.44
45
.46

PENDAHULUAN
Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak tertinggi per hektar, dan
menghasilkan hampir delapan kali dari produk saingannya yaitu kacang kedelai.
Produksi minyak kelapa sawit memerlukan pendekatan secara langsung. Untuk
dapat memproduksinya secara ekonomis dibutuhkan kemampuan yang tinggi,
manajemen yang rapi dan tenaga kerja yang disiplin dan terlatih. Aktivitas
tersebut selain menguntungkan bagi ekonomi daerah, juga menyediakan lapangan
kerja bagi ribuan keluarga yang masih bergantung pada hasil pertanian.
Luas areal perkebunan sawit di Indonesia terus bertumbuh dengan pesat,
demikian pula produksi dan ekspor minyak sawitnya. Menurut Gabungan Asosiasi
Pengusaha Kelapa Sawit, luas areal tanaman kelapa sawit meningkat dari 290 000
ha pada tahun 1980 menjadi 5 900 000 hektar pada tahun 2006 atau meningkat 20
kali lipat. Dalam kurun waktu yang sama produksi CPO (minyak kelapa sawit
mentah) dan CPKO (minyak inti sawit mentah), meningkat 17 kali lipat dari 850
000 ton menjadi 14 400 000 ton. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian
(2011) produksi CPO Indonesia sampai tahun 2010 adalah sebesar 19 760 011 ton
yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 15 120
644 ton. Luas lahan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2010 sebesar 8 430 206 ha
yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 sebesar 6 775 196 ha.
Produksi CPO yang tinggi dan bermutu dapat diperoleh apabila jumlah
produksi tandan buah segar kelapa sawit tinggi. Berbagai manajemen industri dan
pemeliharaan sebaiknya telah dimulai sejak awal, menurut Yahya (1990) untuk
mencapai produksi maksimal maka usaha pembudidayaan tanaman dimulai sejak
persiapan lahan sampai dengan panen dan hasil siap dipasarkan. Penerapan
teknologi budidaya yang baik (good agricultural practices), termasuk didalamnya
aspek pemeliharaan memegang peranan penting dalam pencapaian peningkatan
produktivitas tersebut.

Latar Belakang
Produktivitas tanaman yang tinggi pada kelapa sawit memerlukan
pemeliharaan yang intensif. Pemeliharaan pada perkebunan sawit meliputi
pemupukan, pengendalian gulma, pemangkasan, penjarangan, dan pengendalian
hama dan penyakit. Pemupukan sendiri merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi produktivitas kelapa sawit.
Upaya menjamin kestabilan produksi kelapa sawit harus diikuti peningkatan
pemeliharaan di lapang. Menurut Pardosi (1994), pemeliharaan tanaman kelapa
sawit adalah suatu usaha untuk rneningkatkan dan menjaga kesuburan tanah serta
kelestarian lingkungan tumbuh tanarnan guna rnendapatkan tanarnan yang sehat
dan rnampu berproduksi sesuai dengan yang diharapkan. Pemeliharaan tanarnan
sesuai dengan standar merupakan persyaratan mutlak untuk menjamin tanaman
tumbuh dengan baik dan berproduksi optimal dan pemeliharaan tanarnan ini harus
dilakukan sepanjang hidup tanaman.
Menurut Lubis (1992), pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM)
merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan proses produksi untuk

2
mendapatkan produksi kelapa sawit tetap maksimal dan cukup banyak
memerlukan tenaga dan biaya. Selain itu perusahaan juga harus tetap melakukan
perbaikan dan peningkatan serta pengembangan secara terus menerus agar
perusahaan dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Salah satu cara adalah
dengan melakukan evaluasi terhadap sistem budidaya yang berpengaruh langsung
terhadap hasil produksi, selanjutnya dilakukan upaya perbaikan dari sistem
budidaya tersebut yang dapat meningkatkan produksi..

Tujuan
Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya,
memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengolahan kebun kelapa
sawit baik secara teknis maupun manajerial. Tujuan khusus dari kegiatan magang
ini adalah untuk mempelajari dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi kelapa sawit..

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari dua kata yaitu Elaeis
berasal dari bahaya Yunani Elation yang berarti minyak, Guineensis berasal dari
bahasa Guinea (pantai barat Afrika) sedangkan Jacq. berasal dari nama seorang
Botanis asal Amerika, Jacquin. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) termasuk ke
dalam famili Arecaceae, yang dulu disebut Palmae. Tanaman ini pertama kali
diintroduksi di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848 di
Kebun Raya Bogor (Pahan, 2006). Klasifikasi tanaman kelapa sawit menurut
Lubis (1992) adalah
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Tracheophyta
Sub Divisio : Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Sub Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Cocoideae
Famili
: Aracaceae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guneensis Jacq.
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil dengan sistem perakaran yang
terdiri atas akar primer dengan diameter 8 – 10 mm yang keluar dari bagian
bawah batang, menyebar secara horisontal dan menghujam ke dalam tanah. Akar
sekunder dengan diameter 2 – 4 mm yang tumbuh dari akar primer secara
mendatar ataupun ke bawah. Akar tersier dengan diameter 0,7 – 1,2 mm dan akar
kuartener dengan diameter 0,1 – 0,3 mm dan panjang 1 – 4 mm. Akar tersier
merupakan akar yang aktif menyerap unsur hara. Pertumbuhannya tergantung
jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat (Fauzi et. al., 2008).

3
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropika basah disekitar 12° LU dan
12° LS, pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut (m dpl). Jumlah curah
hujan yang baik adalah 2 000 - 2 500 mm/tahun dengan distribusi yang merata
sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan (bulan kering kurang
dari tiga bulan) dengan kelembaban yang berkisar antara 50-90% dan optimal
pada kadar 80%, tidak memiliki defisit air, dan hujan agak merata sepanjang
tahun. Tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24 - 28°C
untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada
suhu terendah 18°C dan tertinggi 32°C akan tetapi suhu rendah dapat
meningkatkan aborsi tandan bunga sebelum anthesis dan memperlambat
pemasakan tandan buah, sedangkan suhu tinggi berpengaruh sebaliknya (Fauzy,
2008). Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 - 6.0 namun yang terbaik adalah
pada pH 5.0 - 5.6, tanah yang mempunyai pH rendah dapat ditingkatkan dengan
pengapuran namun akan membutuhkan biaya yang tinggi.
Tanah dengan pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut
terutama tanah gambut (Lubis, 1992). Bentuk wilayah dan kondisi tanah sangat
berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik
pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan
mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah
ringan dengan kandungan pasir 20 -60 %, debu 10-40%, dan liat 20-50%. Tanah
yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi yang
dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan
0 - 15° (Fauzi et. al., 2008). Secara umum, kelapa sawit dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik pada tanah tanah ultisol, entisol, inceptisol, dan histosol.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik jika tanah tersebut memiliki drainase
yang baik dan pH berkisar antara 5-6 (Sastrosayono, 2008). Parameter iklim untuk
kesesuaian tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel1.
Tabel 1. Parameter iklim untuk kesesuaian tanaman kelapa sawit
Parameter Iklim

Kelas 1 (Baik)

Curah Hujan (mm)
2 000 – 2 500
Defisit air (mm/thn)
0 – 150
Hari tanpa hujan
< 10
Temperatur (°C)
22 – 23
Penyinaran (jam)
6
Kelembaban (%)
80
Sumber : Sunarko (2007)

Kelas 2
(Sedang)
1 800 – 2 000
150 – 250
< 10
22 – 23
6
80

Kelas 3
(Kurang Baik)
1 800 - 1 500
250 – 500
< 10
22 – 23
400
< 10
22 – 23
12
Sumber : Sunarko (2007)

Selain umur tanaman, stand per hectare (SPH) atau populasi per hektar
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman
kelapa sawit. Risza (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
penurunan produksi dengan kerapatan tanam. Kelapa sawit yang hidup di tempat
yang terlindung dan kurang mendapatkan cahaya matahari pertumbuhannya akan
meninggi, tidak normal, habitusnya kurus, lemah, jumlah daun sedikit, dan
produksi bunga betina berkurang.
Keadaan topografi dan kondisi jalan juga sangat mempegaruhi kegiatan
produksi kelapa sawit. Hal tersebut mempengaruhi secara langsung terhadap
proses produksi seperti pemupukan, pemanenan, pengangkutan buah ke pabrik.
Disamping itu kemahiran pemanen, premi panen, dan lainnya juga sangat
mempengaruhi produksi kelapa sawit.

Persamaan Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya (Y)
dihubungkan atau dijelaskan lebih dari satu variabel, mungkin dua, tiga dan
seterusnya variabel bebas namun masih menunjukkan diagram hubungan yang
linear. Penambahan variabel bebas ini diharapkan dapat lebih menjelaskan
karakteristik hubungan yang ada walaupun masih saja ada variabel yang
terabaikan. Analisis regresi linear berganda berguna untuk mengukur pengaruh
antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.
Bentuk umum model persamaan linear berganda
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + … + bn Xn
Keterangan :
Y
X
a, b

= variabel yang dijelaskan (dependen)
= variabel yang menjelaskan (independen)
= besaran yang akan diduga

6

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur
yang berada di Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi
Riau yang dilaksanakan mulai dari 13 Februari sampai dengan 13 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang ini dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan dengan
melaksanakan berbagai pekerjaan yang ada di perkebunan. Pada saat melakukan
magang, mahasiswa bertanggung jawab sebagai pekerja harian lepas (PHL)
selama tiga minggu pertama, pendamping mandor pada tiga minggu berikutnya,
dan pendamping asisten selama enam minggu terakhir. Semua tahapan ini
dilakukan secara berurutan yang hasil pekerjaanya dimasukkan ke dalam jurnal
harian. Kegiatan penulis sebagai PHL, pendamping mandor, dan pendamping
asisten dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, dan 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Dalam kegiatan magang ini didapatkan data primer (metode langsung) dan
data sekunder (metode tidak langsung). Pengumpulan data primer dilaksanakan
dengan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap semua kegiatan teknis
yang dilaksanakan pada saat magang. Data sekunder diperoleh dari arsip laporan
manajerial baik data bulanan, semesteran, maupun data tahunan. Data tersebut
berkaitan dengan keadaan iklim, keadaan tanah dan tata guna lahan, keadaan
tanaman dan produksi, sruktur organisasi dan ketenagakerjaan.

Analisis Data dan Informasi
Data yang diperoleh kemudian diolah menurut kebutuhan penulisan dan
selanjutnya hasil dari pendekatan statistik sederhana tersebut akan disajikan dalam
bentuk narasi, tabel, grafik, dan diagram sesuai kebutuhan. Data yang telah
diperoleh tersebut sebagian dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda dan sebagian lagi dianalisis menggunakan Uji-t untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit berdasarkan data yang
diperoleh dari perusahaan.
Persamaan regresi berganda yang telah didapat kemudian di uji dengan
menggunakan Uji Asumsi. Uji Asumsi klasik berguna untuk menguji apakah
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak diuji atau tidak.
Kelayakan model regresi dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi
normal, dan tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi
dalam model yang digunakan. Jika keseluruhan syarat tersebut terpenuhi berarti
model analisis telah layak digunakan.

7
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data
berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan metode
parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi yaitu data berasal dari
distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel
sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan
adalah statistik non parametrik. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji One
Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05.
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar
variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam
model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Ada beberapa metode
pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu dengan melihat nilai inflation
factor (VIF) pada model regresi, membandingkan nilai koefisien determinasi
individual (r2) dengan nilai determinasi secara serentak (R2), dan dengan melihat
nilai eigenvalue dan condition index. Pada pembahasan ini akan dilakukan uji
multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF), jika VIF lebih besar
dari lima maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan
variabel bebas lainnya.
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang
harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala
heteroskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan
diantaranya yaitu Uji Park, Uji Glesjer, Melihat pola grafik regresi, dan uji
koefisien korelasi Spearman.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model
regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji DurbinWatson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol
ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
2. Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang
berarti tidak ada autokorelasi.
3. Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka
tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif
Perkebunan kelapa sawit PT. Inti Indosawit Subur (PT. IIS) Kebun Buatan
merupakan salah satu perkebunan kelapa sawit milik Asian Agri yang terdapat di
Provinsi Riau (Plantation 2). Secara administrasi, PT. Inti Indosawit Subur Kebun

8
Buatan termasuk wilayah Kecamatan Kerinci Kanan, Kecamayan Dayun
(Kabupaten Siak), Kecamatan Pelalawan, dan Kecamatan Pangkalan Kerinci
(Kabupaten Pelalawan). Sedangkan secara geografis, letak areal perkebunan ini
berada pada 101º40’ – 102º15’ BT dan 0º05’ – 0º43’ LS. PT. Inti Indosawit Subur
Kebun Buatan terletak di Jalan Lintas Timur KM 65 Desa Bukit Agung,
Pangkalan Kerinci, Pelalawan – Riau. Kebun Buatan merupakan kebun Asian
Agri pertama yang memperoleh sertifikat RSPO (Roundable Sustainable Palm
Oil). Batas-batas PT. Inti Indosawit Subur Kebun Buatan adalah sebagai berikut :


Sebelah utara



Sebelah selatan



Sebelah barat



Sebelah timur

: Plasma SP 9, SP 10, Desa Delik, Sungai Siak, Kecamatan
Lubuk Dalam dan Dayun
: Plasma SP 6, Sungai Kampar, Kec. Langgam, dan
Pangkalan Kerinci
: Plasma SP 3, SP 5, Kecamatan Kerinci Kanan, dan
Tualang
: Plasma SP 7, SP 8, Kompleks RAPP , Kecamatan Dayun,
dan Kecamatan Pelalawan
Keadaan Iklim dan Tanah

Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson, iklim di PT Inti Indosawit Subur
termasuk tipe iklim B (daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis). Puncak
musim hujan terjadi pada bulan September dan Oktober, sedangkan puncak
musim kemarau terjadi pada bulan Mei dan Juni. Rata-rata curah hujan selama
lima tahun terakhir (2007-2011) adalah 2 152.4 mm/tahun dengan rata-rata hari
hujan adalah 98.6 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.6 bulan/tahun dan rata-rata
bulan basah sembilan bulan/tahun. Suhu rata-rata harian adalah 31 °C dengan
kisaran suhu per hari 27 – 33 °C. Data curah hujan dan hari hujan di Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 2007 - 2011 disajikan
pada Lampiran 4.
Jenis tanah pada areal Kebun Buatan adalah alluvial dan podsolik merah
kuning. Pada wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit jenis
tanahnya adalah podsolik merah kuning dengan kedalaman tanah yang lebih dari
100 cm dan tekstur tanah terdiri dari lempung liat berpasir, lempung berpasir dan
lempung. Pada areal yang datar, jenis tanahnya adalah alluvial dengan kedalaman
tanah lebih dari 100 cm dan bertekstur lempung berpasir sampai pasir. Peta
sebaran kelas lahan PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 5.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Kebun Buatan terbagi menjadi 6 Afdeling kebun inti (Afdeling I-VI) yang
terdiri dari Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha,
Afdeling III dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1 112 ha, Afdeling V
dengan luas 883 ha, dan Afdeling VI dengan luas 942 ha. Peta tahun tanam Kebun
Buatan disajikan pada Lampiran 6. Selain itu terdapat juga lahan kemitraan pola

9
PIR-Trans, dengan luas 10 946 ha serta lahan KKPA (Kredit Koperasi Primer
Anggota) yang terdiri dari dua afdeling yaitu Afdeling VII dengan luas 851 ha dan
Afdeling VIII dengan luas 649 ha. Total areal PT. Inti Indosawit Subur - Kebun
Buatan seluas 5 803 Ha dan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu areal tanaman
menghasilkan (TM) dengan luas 5 549 ha, areal prasarana dengan luas 205 ha
yang terdiri dari emplasment (62 ha), pabrik (50 ha), dan lain-lain (93 ha), dan
areal yang tidak bisa ditanam dengan luas 49 ha yang terdiri dari bukit, sungai,
lembah, rawa, dan tandus. Peta PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada
Lampiran 7.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Jenis tanaman kelapa sawit yang ditanam di PT Inti Indosawit Subur Kebun
Buatan adalah jenis Tenera (DxP) yang dihasilkan oleh Balai Penelitian
Perkebunan Marihat. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m
dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga
diperoleh populasi per hektar 136 pokok dengan empat tahun tanam yang berbeda.
Namun pada kenyataan di lapangan, populasi tanaman rata-rata per hektar lebih
rendah dari populasi yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh keadaan
topografi, jarak tanam yang tidak tepat, dan tanaman yang mati karena terserang
hama dan penyakit. Keadaan tanaman pada PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat
pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Populasi berdasarkan tahun tanam
Tahun Tanam
Luas (Ha)
Populasi
1988
988
125 571
1989
744
96 339
1990
1 886
241 253
1991
1 931
243 899
SubTotal
5549
707 062

Pokok/Ha
127
129
128
126
129

Sumber : Laporan Unit Kebun PT. Inti Indosawit Subur Kebun Buatan

Tabel 5. Produktivitas dan bobot janjang rata-rata TBS di Kebun Buatan
Produksi/tahun
Luas
Produktivitas
BJR
Jumlah
Areal
Tahun
Bobot TBS
(ton/ha/tahun) (kg/tandan)
TBS
(ha)
(kg)
(tandan)
2006
5 549
6 583 304 129 094 480
22.73
19.61
2007
5 549
6 486 647 133 869 140
23.57
20.64
2008
5 549
6 348 920 140 089 790
24.67
22.07
2009
5 549
6 182 967 143 665 640
25.77
23.24
2010
5 549
5 376 461 126 851 010
22.84
23.59
2011
5549
5 540 121 138 503 040
24.96
25.03
2012
5549
5 427 131 142 068 000
25.60
26.18
(Budget)
Sumber : Kantor Besar Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2012)

10
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PT Inti Indosawit Subur merupakan salah satu anak perusahaan dari PT
Asian Agri. PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh seorang General Manager
yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang
mencakup budidaya tanaman, pabrik, teknik dan administrasi. Seorang General
Manager dibantu oleh Manajer Kebun (Estate Manager), Manajer Pabrik (Mill
Manager), Humas dan Kepala Tata Usaha (KTU). Struktur organisasi PT Inti
Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 8.
Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab dalam bagian adminstrasi
kebun. KTU dibantu oleh kepala gudang dalam hal pelaksanaan dan pengawasan
administrasi di gudang. Status pegawai di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas
karyawan tetap (SKU) dan pekerja harian lepas (PHL).
Jumlah karyawan staf dan non staf di PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah karyawan di PT Inti Indosawit Subur tahun 2012
No
Jabatan
Jumlah
1.
Staf
General Manager
Estate Manager
Mill Manager
Asisten Kepala
Asisten Afdeling
Asisten Quality Control (QC)
Asisten Humas
Asisten By Product
Asisten Traksi
KTU
2.
Non Staf
Tenaga Kerja Tak Langsung
SKU B/H Traksi
SKU B/H Kantor
SKU B/H Afdeling
Tenaga Kerja Langsung
SKU B/H Panen
SKU B/H Pemeliaraan
SKU B/H Lain-lain
Jumlah

1
1
1
2
6
1
1
1
1
1

105
117
95
272
540
80
1225

Sumber : Laporan Unit Kebun Buatan Bulan januari 2012

Seorang General Manager membawahi Estate Manager yang secara
langsung bertanggung jawab terhadap manajemen kebun. Estate Manager
membawahi Asisten Traksi, Asisten Kepala, Asisten Afdeling, Kepala Tata Usaha,
Humas, dan Kepala Poliklinik. Estate Manager berperan untuk mengkordinasikan
semua kegiatan di Afdeling, menjaga produksi dan mutu hasil agar tetap optimal,
selain itu juga agar menjamin aplikasi perawatan, menjamin operasional kebun
agar berjalan efektif, efisien, dan sesuai dengan prosedur sistem manajemen yang

11
telah ditetapkan, serta menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit
organisasinya.
Dalam menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten Kepala
(Askep) yang bertugas membantu dalam pengawasan kegiatan di setiap afdeling,
Asisten Kepala membawahi Asisten Afdeling. Pimpinan tertinggi di afdeling
adalah Asisten Afdeling, yang bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan
yang ada di afdeling tersebut. Asisten Afdeling membawahi Mandor I yang
mengurusi pekerjaan di lapangan, dan Kerani Afdeling serta Kerani Keliling yang
mengurusi administrasi afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab langsung
kepada Asisten Kepala, Estate Manager, dan General Manager atas pelaksanaan
hasil kerja dari afdeling yang dipimpinnya.
Jumlah seluruh tenaga kerja yang terdapat pada Kebun Buatan PT Inti
Indosawit Subur sebanyak 1 225 orang sehingga diperoleh Indeks Tenaga Kerja
(ITK) pada Kebun Buatan sebear 0.22 orang/ha. ITK merupakan rasio antara
jumlah tenaga kerja dengan luas kebun. Jumlah ITK yang ideal untuk perkebunan
kelapa sawit sebesar 0.2 – 0.3 orang/ha. Pengelolaan tenaga kerja pada Kebun
Buatan sudah efisien karena ITK pada Kebun Buatan diantara 0.2 – 0.3 orang/ha.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek
manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan Tunas pokok (pruning), pemanenan,
pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, pengendalian gulma (manual dan
kimiawi), pemeliharaan sarana dan prasarana.
Pelaksanaan kerja di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur secara umum
dilaksanakan selama 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja dalam sehari
rata-rata selama 7 jam yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 11.30 WIB,
istirahat selama setengah jam (11.30 sampai dengan 12.00 WIB), lalu dilanjutkan
bekerja selama dua jam dari pukul 12.00 sampai dengan 13.30 WIB. Penulis
diwajibkan mengikuti muster morning (apel pagi) yang dimulai pukul 05.30 WIB
bersama Asisten, mandor dan krani, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan apel
sore hari di kantor Afdeling pada pukul 16.00 sampai dengan 18.00 WIB untuk
melaksanakan kegiatan administrasi dan perencanaan kegiatan yang akan
dilakukan untuk esok hari.

Aspek Teknis
Tunas Pokok
Penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) adalah pemotongan pelepah
dengan memperhitungkan jumlah pelepah yang dipertahankan. Tunas pokok
adalah pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang
yakni mempertahankan jumlah pelepah yang masih produktif dan dilain pihak
harus memotong pelepah untuk mempermudah pekerjaan potong buah,
memperkecil losses (berondolan tersangkut di ketiak pelepah) dan memelihara

12
sanitasi tanaman sehingga menciptakqan lingkungan yang bersih. Jumlah optimal
yang dipertahankan pada tanaman muda adalah 48 - 56 pelepah. PT Inti Indosawit
Subur mempunyai kebijakan penunasan progresif (progressive pruning), yaitu
penunasan yang dilakukan secara bersamaan dengan panen, jadi pokok yang
ditunas adalah pokok yang ada buah matangnya. Kelebihan dari sistem tunas
progresif ini adalah ancak akan semakin rapi karena ancak pasti akan dimasuki
setiap satu rotasi panen selain itu tunasan ini juga meminimalkan kebutuhan
supervisor. Kekurangan dari sistem tunasan ini adalah membutuhkan tenaga
pemanen yang banyak, sebab apabila tenaga pemanen kurang dan rotasi panen
tinggi maka progressive pruning tidak dapat dilakukan dengan baik. Untuk
mengatasi hal ini maka pihak manajemen membentuk suatu tim pekerja yang
khusus untuk melakukan penunasan. Rotasi penunasan yang dilakukan adalah 9
bulan untuk pelaksanaan hal ini dapat disesuaikan dengan kondisi tanaman di
lapangan.
Pelepah yang terlalu banyak ditunas juga tidak baik karena hal ini akan
menyebabkan over pruning yaitu terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara
berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini
terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan menyebabkab peningkatan
gugurnya bunga betina, penurunan seks ratio (peningkatan bunga jantan) dan
penurunan BJR. Under pruning juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
produksi, karena unsur hara digunakan untuk pelepah yang berlebih dan
mengganggu proses panen. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur
tanaman disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman
Jumlah
Umur Tanaman
Kebijakan
Pelepah /
Songgo
(Tahun)
Spriral
Pemotongan pelepah tidak
diperbolehkan. Prioritas untuk
15
Minimum dipertahankan 32 pelepah
4
1
Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

Di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur terdapat beberapa instruksi kerja
dalam melakukan pekerjaan penunasan yaitu :
1 Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bidang tebasan berbentuk
tapak kuda.
2 Selama menunas semua epifit pada batang tanaman dibersihkan dengan
mencabut menggunakan tangan dan “digebyok” dengan batang pelepah
pada bagian yang lebih tinggi.
3 Pokok yang pertumbuhannya kurang bagus atau kuning karena
defisiensi hara harus ditunas lebih hati hati, cukup membuang daun
keringnya saja.
4 Pokok yang telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas karena pada
akhirnya akan di thinning out.

13
Pemanenan
Panen merupakan pekerjaan terpenting pada perkebunan kelapa sawit,
alasannya adalah karena panen merupakan tujuan akhir dari proses membangun
perkebunan, karena hasil yang didapat dari proses panen adalah uang yang
bermanfaaat untuk mendukung kelangsungan perusahaan kedepannya. Sebagai
contoh apabila panen di suatu perusahaan tidak berjalan dengan baik dan terdapat
banyak pelanggaran yang terjadi maka akan menyebabkan perusahaan merugi. Di
Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur terdapat Standard Operating Procedure
panen atau yang dikenal dengan istilah Sapta Potong Buah, yaitu: 1). Buah
matang dipotong semua, 2). Buah mentah tidak ada, 3). Berondolan dikutip
semuanya, 4). Buah disusun rapi dan cangkem kodok, 5). Pelepah disusun rapi di
gawangan mati, 6). Pelepah sengkleh tidak ada, dan 7). Administrasi diisi dengan
teliti dan tepat waktu.
Mutasi masa panen. Sebelum dapat dipanen, mutasi dari Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) menjadi Tanaman Menghasilkan (TM) merupakan suatu
masa yang sangat perlu mendapatkan perhatian baik dari lamanya maupun dari
persiapan yang harus dilakukan. Kedua aspek tersebut sangat perlu diperhatikan
dalam rangka mencapai keuntungan per Ha yang cepat dalam artian
mempersingkat masa TBM. Dengan memperhatikan genetik tanaman, kultur
teknis, dan pemeliharaan yang semakin maju maka masa TBM dapat dipersingkat
menjadi kurang dari tiga puluh bulan. Syarat-syarat mutasi dari TBM menjadi TM
adalah, umur rata-rata tanaman telah mencapai tiga puluh bulan ataupun kurang
dari itu, kerapatan panen besar dari 20%, dan berat janjang rata-rata besar dari tiga
kilogram.
Persiapan panen. Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum mulai panen pada
saat tanaman menghasilkan adalah kastrasi, memotong tunas pasir, sanitasi kebun,
pembuatan pasar pikul, pembuatan TPH dengan ukuran 3 x 4m2 untuk tiga pasar
pikul dapat ditampung oleh satu TPH yang mencakup 100 - 110 tanaman, dan
yang paling penting adalah mempersiapkan karyawan dan peralatan pemanen.
Kriteria panen. Kriteria mutu buah yang digunakan sesuai dengan tingkat
kematangannya, klasifikasi mutu buah dibedakan menjadi lima kategori, yaitu :
1. Buah Mentah (Unripe)
Adalah buah yang membrondol kurang dari satu brondolan per kg janjang
2. Buah Masak (Ripe)
Adalah janjang yang warnanya kemerahan dan membrondol paling sedikit
satu brondolan per kg janjang dan paling banyak 30%
3. Buah Terlalu Masak (Over-Ripe)
Adalah janjang yang membrondol lebih dari 30% hingga maksimum 75%
4. Janjang Kosong (Empty Bunch)
Adalah janjang buah membrondol lebih dari 90% hingga membrondol
seluruhnya.
5. Buah Abnormal (Abnormal Bunch)
Adalah janjang buah yang gagal berkembang menjadi buah masak normal,
antara lain : buah parthenokarpi, buah batu, dan buah sakit.
Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

14
Buah matang didasarkan pada jumlah berondolan yang lepas secara alami
dari janjang panen. Buah dapat dipanen jika untuk tiap 1 kg berat janjang terdapat
satu brondolan yang lepas alami di piringan, tidak termasuk untuk brondolan yang
terlepas karena terkena penyakit. Misalkan, jika BJR dalam suatu blok adalah 10
kg maka kriteria matang panen di blok tersebut adalah apabila terdapat sepuluh
brondolan di piringan pokok, apabila hanya ada sembilan brondolan masih
dikatakan mentah.
Taksasi panen. Kegiatan taksasi dilakukan minimal sehari sebelum
dilaksanakannya pemanenan pada areal yang akan di panen. Tujuan dari taksasi
ini adalah untuk mengetahui banyaknya janjang yang akan dipanen pada hari
tersebut, untuk menentukan jumlah tenaga pemanen yang diperlukan dan
kebutuhan transportasi untuk pengangkutan buah. Taksasi panen dilakukan oleh
mandor panen pada 400 pokok sampel yang dipilih secara acak pada lahan yang
akan dipanen atau minimal 10% dari luas lahan yang akan dipanen. Selain itu di
PT Inti Indosawit Subur dilakukan juga sensus BBC (Black Bunch Census) setiap
enam bulan sekali yang bertujuan untuk mengetahui produksi dalam enam bulan
mendatang, sensus BBC ini dilakukan setiap akhir bulan Juni dan akhir bulan
Desember.
Rotasi panen. Merupakan salah satu faktor penting yang menentukan di
lapangan untuk mendapatkan produksi per ha yang tinggi, biaya per kg yang
rendah serta kadar ALB yang rendah. Pada saat buah normal, rotasi panen harus
dijaga tujuh hari namun jika kerapatan panen rendah rotasi dapat diperpanjang
menjadi sepuluh hari. Jika rotasi panen terlalu cepat akan mendorong buah yang
tidak matang dipanen karena jumlah buah matang telah menurun dan juga akan
meningkatkan biaya panen tetapi output pemanen akan menurun akibat tidak ada
buah. Sebaliknya, jika terlalu lama akan menyebabkan buah matang tinggal di
pohon dan menyebabkan buah terlalu matang sehingga brondolan semakin banyak
dan akan mengakibatkan waktu pemanen terpakai untuk mengutip brondolan.
Pada PT Inti Indosawit Subur rotasi panen yang standar dilakukan adalah 6/7
artinya kegiatan pemanen dilaksanakan dalam satu minggu untuk tiap afdeling.
Namun pada saat kerapatan buah sangat rendah (low crop) rotasi panen dapat
diperpanjang maksimal 10 hari.
Sistem panen. Untuk memudahkan pemanenan, dalam satu blok dibagi
menjadi enam seksi yaitu A, B, C, D, E, dan F sehingga rotasi panen bervariasi
antara 3,5 – 4,5 kali. Maksud dari pembagian seksi ini agar satu seksi selesai
dipanen dalam satu hari, mempermudah pemanen untuk pindah ancak, juga
mempermudah kontrol dan transport buah dengan harapan output pemanen dapat
lebih tinggi lagi. Penetapan seksi panen ditentukan berdasarkan perhitungan
produksi masing-masing blok. Jumlah tenaga pemanen buah per mandoran antara
18 – 20 orang. Jumlah mandor panen per afdeling maksimal tiga orang dengan
krani buah tiga orang. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperkecil biaya tak
langsung. Sistem pengancakan menggunakan ancak giring tetap per mandoran
yang terdiri dari 2 – 4 baris tanaman per pemanen. Kelebihan dari sistem ancak ini
adalah jumlah tenaga kerja dapat diatur sesuai kebutuhan ataupun kondisi
kematangan buah, output mandor dan karyawan dapat dipacu dengan
pengancakan yang memperhatikan kekuatan masing-masing karyawan,
diharapkan mandor aktif melakukan pengawasan dan antara sesama mandor dapat
bersaing secara sehat. Disamping itu sistem ini juga memiliki kekurangan yaitu

15
tanggung jawab karyawan terhadap ancaknya masih relatih kecil dan adanya
pelanggaran masih sulit dideteksi apabila kontrol tidak dilakukan dengan ketat.
Kegiatan panen dimulai dimulai dengan apel pagi antara mandor buah
dengan para pemanen. Pada saat apel pagi mandor membagi ancak pemanen
berdasarkan hasil taksasi yang telah di lakukannya pada sore hari sebelumnya.
Setelah itu pemanen menuju ke lokasi panen yang telah ditentukan. Alat yang
digunakan untuk panen adalah egrek, kampak, gancu, angkong, dan goni.
Sebelum buah dipotong, terlebih dahulu pelepah yang berlebihan harus dibuang
atau yang biasa disebut dengan “progressive pruning”. Kemudian buah dipotong
dan diusahakan agar buah dan pelepah dipotong rapat ke batang untuk
menghindari berondolan tersangkut di pelepah sisa. Setelah itu pelepah yang telah
dipotong disusun rapi di gawangan mati. Buah yang telah dipotong diangkut dan
dikumpulkan di TPH terdekat dengan disusun rapi. Brondolan dikutip seluruhnya
dan diangkut ke TPH. Untuk tangkai buah yang masih panjang akan dipotong
membentuk huruf V atau yang dikenal dengan istilah “cangkem kodok”.
Kemudian diberi kode nomor pemanen pada tangkai buah. Kehilangan (losses)
pada panen kelapa sawit cukup tinggi. Sumber kehilangan pada saat panen adalah,
berondolan yang tidak dikutip oleh pemanen. buah mentah yang ikut terpanen,
buah masak yang tidak terpanen, brondolan atau buah dicuri, buah masak yang
tertinggal di piringan, dan buah busuk.
Pembagian seksi panen. Sebagai contoh Afdeling V Kebun Buatan dengan
luas areal TM 883 ha dengan produksi sebesar 26.45 ton/ha/tahun dan rotasi/tahun
sebesar 48, maka untuk menghitung hasil panen harian dan pembagian area
tersebut dalam enam seksi dapat dihitung dengan cara perhitungan di bawah.
Hasil perhitungan tersebut dapat digunakan untuk menduga produksi harian dan
menentukan kebutuhan pemanen. Berikut perhitungannya.
Penetapan luas area produksi per seksi per rotasi (ha/seksi/rotasi)
=
 Luas rata – rata per seksi (A) :
 Luas rata – rata hari jumat (5 jam kerja) (B) :
 Koefesien penambah luas area (C) :
 Luas rata- rata seksi hari biasa (7 jam kerja) : 147.2 ha + 7 ha = 154.2 ha
 Luas seksi hari jumat ( 5 jam kerja ) : 105 ha + 7 ha = 112 ha
Penetapan rencana produksi per seksi per rotasi ( ton/ha/seksi/rotasi)
ton/ha/seksi/rotasi
 Produksi rata – rata / Rotasi :
 Produksi perseksi hari biasa (7 jam kerja) : 0.55 154 ha = 84.7 ton
 Hari jumat 5 jam kerja) : 0.55 112 ha = 61.6 ton
Luas areal seksi yang diperoleh dalam perhitungan tidak sama dengan luas
areal aktual yang telah ditetapkan, perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan luas areal seksi
Seksi
A
B
C
D
P
154.2
154.2
154.2
154.2
A
167.0
162.0
141.0
133.0

E
112.0
132.0

F
154.2
148.0

Sumber : Kantor Afdeling V Kebun Buatan

P
A

: Luas areal hitung (tanpa memperhitungkan faktor lain)
: Luas areal aktual

Total
883.0
883.0

16
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perbedaan antara luas areal yang
ditetapkan tanpa mempertimbangkan faktor lain dengan luas areal aktual. Faktorfaktor yang menjadi bahan pertimbangan adalah bentuk blok, topografi blok,
posisi blok terhadap blok yang lain, dan lain-lain.
Dapat diperkirakan hasil panen per seksi pada hari biasa sebesar 84.7 ton.
Jika berat janjang rata-rata 25 kg maka dalam panen per seksi per hari ada sekitar
3 388 janjang. Dengan kemampuan rata-rata pemanen memanen 80 Janjang per
hari maka dibutuhkan lebih kurang 42 tenaga pemanen untuk memanen satu seksi
dalam sehari. Untuk memperkecil biaya tidak langsung, jumlah pemanen dapat
diperkecil dengan menaikkan output pemanen baik dengan cara menaikkan basis
panen per hari ataupun dengan menggunakan tenaga pemanen yang lebih terampil.
Basis, premi, dan denda panen. Basis panen adalah banyaknya jumlah
tandan yang harus dipanen oleh pemanen dalam satu hari kerja, sedangkan premi
adalah upah yang diberikan untuk pemanen yang melebihi basis borong. Besar
basis dan premi panen ditentukan oleh umur tanaman, kondisi topografi, dan berat
janjang rata-rata pada areal tersebut. Denda adalah potongan terhadap pemanen
yang melanggar kriteria panen yang telah diberlakukan oleh perusahaan, denda
berupa pemotongan terhadap upah pemanen dengan besar denda yang berbedabeda tiap kesalahan. Jenis denda dan kesalahan dalam pelaksanaan potong buah
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Jenis kesalahan dan denda pada pelaksanaan potong buah
Jenis Kesalahan (pelanggaran)
Denda
Potong buah mentah
Rp. 5 000/jjg
Gagang panjang tidak dipotong rapat
Rp. 1 000/jjg
Buah masak tinggal di pokok/tidak
Rp. 5 000/jjg
dipanen
Buah mentah diperam di ancak
Rp. 5 000/jjg
Buah mentah tinggal di
Rp. 5 000/jjg
piringan/diancak/parit
Buah matahari / berondolan dipotong
Rp. 1 000/jjg
Gagang
Berondolan tidak dikutip bersih
Rp. 3 000/jjg
Pelepah tidak disusun rapi di
Rp. 1 000/jjg
gawangan
Pelepah sengkleh
Rp. 1 000/j