Dwie Saptarani, 2015
PENALARAN INFORMAL MENGENAI ISU SOSIO-SAINTIFIK PADA JENJANG PENDIDIKAN SD, SMP, DAN SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Di era globalisasi saat ini muncul sejumlah isu yang sering dibahas dalam media masa, yakni isu-isu sosial yang berkaitan dengan konsep-konsep ilmiah yang
dianggap cukup bermasalah dan banyak mengundang kontroversi. Ungkapan isu sosio-saintifik ini telah datang untuk mewakili dilema sosial dengan melibatkan
produk atau proses ilmu pengetahuan dan menciptakan suatu perdebatan atau kontroversi Sadler Zeidler, 2005a. Isu-isu yang dihadapkan terhadap individu
tentu bukanlah suatu permasalahan yang sederhana, sehingga diperlukan suatu proses agar individu tersebut dapat mengambil keputusan berdasarkan pemahaman mereka
sehingga menghasilkan suatu keputusan yang tidak merugikan pihak manapun. Masalah sosio-saintifik telah menjadi sesuatu yang penting dalam pendidikan
sains karena menempati peran sentral dalam proses literasi sains Venville Dawson, 2010. Literasi sains memerlukan kemampuan untuk membahas,
menafsirkan bukti yang relevan, dan menarik kesimpulan dalam menanggapi isu-isu sosio-saintifik. Seperti yang diungkapkan Newton Osborne dalam Sadler, 2004a
bahwa beberapa ahli pendidikan berpendapat untuk menyertakan isu sosio-saintifik dalam proses pembelajaran agar dapat menghasilkan masyarakat yang bertanggung
jawab dan mampu menerapkan pengetahuan ilmiahnya, dan juga terbiasa untuk berpikir. Sarana Voss dalam Venville Dawson, 2010 mengungkapkan bahwa
jenis berpikir yang terjadi ketika mempertimbangkan isu-isu sosio-saintifik disebut dengan penalaran informal. Seperti yang telah dikemukakan oleh Tweney dalam
Sadler, 2004a bahwa meskipun hasil dari ilmu pengetahuan dapat disajikan dalam bahasa penalaran formal dan logika, hasil berpikir sendiri berasal dari penalaran
informal. Seseorang yang terlibat dalam penalaran informal akan merenungkan sebab akibat, pro-kontra, dan alternatif dalam menyikapi isu-isu sosio-saintifik tersebut.
Penelitian mengenai penalaran informal dan isu sosio-saintifik salah satunya telah dilakukan oleh Sadler 2004a, mengemukakan bahwa masalah sosio-saintifik sangat
Dwie Saptarani, 2015
PENALARAN INFORMAL MENGENAI ISU SOSIO-SAINTIFIK PADA JENJANG PENDIDIKAN SD, SMP, DAN SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
ideal sebagai alasan dalam mengaplikasikan penalaran informal, karena menurut definisinya masalah sosio-saintifik bersifat kompleks, terbuka, sering meninggalkan
dilema yang sangat kontroversial, dan tidak memiliki jawaban yang pasti. Penelitian yang telah dilakukan Sadler mengambil sampel dengan perbedaan gender. Perbedaan
gender dianggap akan menghasilkan jenis penalaran yang berbeda, terlebih bila penalaran yang digunakan mengenai isu sosio-saintifik, karena dilihat dari
kekompleksannya isu sosio-saintifik akan memunculkan beragam perspektif moral, etika, sosial, dan lain lain. Laki-laki dan perempuan akan menghasilkan pola
penalaran moral yang berbeda, walaupun diasumsikan laki-laki dan perempuan pada dasarnya tidak memiliki perbedaan pada pengambilan keputusan moral Gilligan,
1982. Penalaran moral yang berbeda tentu saja akan memengaruhi pola penalaran informal yang dihasilkan.
Penalaran informal dianggap penting ketika informasi kurang diakses, atau ketika masalah bersifat lebih terbuka, bisa diperdebatkan, kompleks, atau terstruktur, dan
terutama ketika masalah ini mensyaratkan individu untuk membangun suatu argumentasi Sadler, 2004a. Penalaran informal bersifat individual, artinya masing-
masing individu dalam memikirkan suatu hal pasti menggunakan alasan yang mendasari pemikiran tersebut secara berbeda. Berbeda dengan penalaran formal yang
biasanya kita kenal di logika matematika, maka penalaran informal ini akan sangat beragam jenisnya, tergantung bagaimana kita mengelompokkannya. Setelah
seseorang bernalar, maka hasil pemikirannya tersebut akan dituangkan dalam bentuk argumen yang dapat dibangun dari berbagai macam perspektif untuk menanggapi
berbagai macam masalah pada isu-isu sosio-saintifik. Sama halnya dengan ilmuan yang menggunakan penalaran informalnya untuk memperoleh suatu wawasan,
masyarakat bisa pula mengandalkan penalaran informal untuk dapat menjelaskan keputusan kontroversial yang mereka ambil dalam menghadapi isu-isu sosio-saintifik
Sadler Zeidler, 2005a. Masyarakat demokratis yang hidup di era sekarang ini dibangun di atas ilmu
pengetahuan dan teknologi yang disajikan dengan isu-isu sosio-saintifik, dan proses penalaran informal memungkinkan mereka untuk bisa mengakses, merumuskan,
Dwie Saptarani, 2015
PENALARAN INFORMAL MENGENAI ISU SOSIO-SAINTIFIK PADA JENJANG PENDIDIKAN SD, SMP, DAN SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mengevaluasi, berargumentasi, dan memberikan bukti pendukung yang kuat dalam menghadapi isu-isu sosio-saintifik. Walaupun hidup di era seperti itu, pada
pembelajaran di sekolah jarang sekali isu-isu sosio-saintifik diangkat sebagai bahan dalam melatih siswa untuk bisa bernalar dalam memecahkan suatu permasalahan,
padahal dalam aplikasinya sains banyak dikemas di lingkungan masyarakat sebagai isu yang menuai kontroversi. Bagaimana masyarakat dapat berkembang di era
modern sepeti ini, jika masyarakat tidak dilatih untuk dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang tak
terlepas dari peran teknologi dan sains. Dengan banyak menjawab permasalahan- permasalahan yang diangkat dari isu sosio-saintifik, menunjukkan bentuk tanggung
jawab sebagai individu yang memiliki literasi sains Herlianti dkk, 2014. Artinya, jika masyarakat tak dapat menjawab berbagai macam permasalahan mengenai isu
sosio-saintifik, maka masyarakat bukanlah seorang individu yang memiliki literasi sains, padahal literasi sains harus dimiliki jika menginginkan kehidupan yang lebih
maju. Untuk dapat membangun suatu bangsa yang baik, harus dimulai dari individu- individu yang memiliki kemampuan yang baik pula.
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan sistem pendidikan yang kuat untuk menciptakan manusia-
manusia yang produktif dan berkembang yang mampu menjawab tantangan zaman yang selau dinamis. Siswa dituntut untuk memiliki keterampilan ilmiah, keterampilan
berpikir, dan strategi berpikir Widhy, Nurohman, Wibowo, 2013. Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Seperti yang dilansir dari modul Implementasi Kurikulum
2013 yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, kurikulum 2013 yang sekarang digunakan di Indonesia menggunakan esensi pendekatan ilmiah
sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pendekatan ilmiah ini mengandalkan penalaran siswa
untuk dapat memunculkan dan mengembangkan sikap ilmiah. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah. Oleh karena itu diperlukan
pembiasaan dalam mengembangkan suatu pola fikir yang dikemas lebih spesifik pada pola penalaran. Pada Kurikulum 2013, terdapat Kompetensi Inti yang terkait dengan
Dwie Saptarani, 2015
PENALARAN INFORMAL MENGENAI ISU SOSIO-SAINTIFIK PADA JENJANG PENDIDIKAN SD, SMP, DAN SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
proses penalaran, artinya siswa dituntut untuk dapat menggunakan penalarannya untuk pengambilan keputusan yang baik, namun kenyataannya masih banyak siswa
yang belum menggunakan penalarannya dengan baik sehingga kurang dapat membuat keputusan yang bijak terkait permasalahan-permasalahan yang dianggap
penting. Hasil dari apa yang difikirkan seseorang akan sangat tergantung dengan bagaimana proses berfikir orang tersebut. Memang sangatlah sulit untuk dapat
mengetahui bagaimana proses yang ada di otak seseorang ketika memikirkan suatu hal. Tidak ada alat yang maupun test yang dapat mengukur sejauh mana atau sedalam
apa proses berfikir seseorang itu.Tapi hasil tak pernah jauh dari proses, maka tentu saja proses berfikir seseorang dapat dilihat dari hasil pemikiran yang seseorang
kemukakan. Alasan-alasan dari hal yang mendasari seseorang mengemukakan hasil fikirannya kita kenal dengan penalaran. Penalaran sebagai suatu bentuk alasan
mengapa seseorang dapat berpikir dan tentunya akan berpengaruh terhadap hasil dari pola pikir individu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tuntutan dari kurikulum 2013
adalah pengembangan penalaran untuk mencapai esensi dari pendekatan ilmiah. Walaupun kurikulum di Indonesia berubah-ubah, namun esensi yang diharapkan
tentu sama, yakni untuk mempersiapkan sumberdaya manusia yang siap untuk ditempatkan dalam kondisi apapun, dan siap menerima berbagai macam tantangan
zaman. Pentingnya sebuah kurikulum membawa implikasi pada penerapan pembelajaran yang terarah sehingga tujuan dari pendidikan dapat terencana dengan
baik. Kegiatan pembelajaran memerlukan sebuah perencanaan agar pencapaian tujuan pendidikan dapat terselenggara dengan efektif dan efisien serta isi kurikulum
merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, apapun kurikulum yang digunakan di Indonesia, tetap hal terpenting adalah bagaimana membawakan sebuah
proses pembelajaran yang baik sehingga akan mempermudah tercapainya tujuan dari pendidikan.
Proses pembelajaran erat kaitannya dengan metode pembelajaran yang dilakukan. Metode pembelajaran seperti apa yang tepat digunakan dalam suatu proses
Dwie Saptarani, 2015
PENALARAN INFORMAL MENGENAI ISU SOSIO-SAINTIFIK PADA JENJANG PENDIDIKAN SD, SMP, DAN SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pembelajaran? Metode pembelajaran yang sesuai akan mempermudah siswa menyerap materi pembelajaran. Untuk dapat menentukan metode yang sesuai, perlu
dilakukan analis terhadap karakter peserta didik yang akan memperoleh pembelajaran. Oleh karena itu salah satunya penting mengetahui kategori penalaran
informal peserta didik untuk dapat menyesuaikan metode pembelajaran dengan kategori penalaran informal yang dimiliki siswa. Kategori penalaran informal peserta
didik sedikitnya akan menyingkap seperti apa karakter tiap individu dari peserta didik tersebut, dengan demikian akan mempermudah untuk mengetahui bagaimana metode
pembelajaran yang paling sesuai. Hal tersebut tentunya akan mempermudah guru dalam menyampaikan pembelajaran dan juga mempermudah siswa untuk menyerap
materi ajar. Sebagai bagian dari pendidikan IPA, pembelajaran Biologi mengupayakan
subyek didik sebagai manusia yang memiliki modal literasi sains, yaitu manusia yang membuka kepekaan diri, mencermati, menyaring, mengaplikasikan, serta turut serta
berkontribusi bagi perkembangan sains dan teknologi untuk peningkatan kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat. Selain kemampuan intelektual, literasi
sains juga menyangkut keterampilan berpikir tingkat tinggi, sosial, dan interdisipliner Nbina dan Obomanu, 2010. Pengertian individu yang berliterasi sains menyangkut
persoalan bagaimana seseorang menilai dan mengaplikasikan modal literasi sains yang dimilikinya sebagai wujud dari karakter individu yang bertanggung jawab
secara sosial Nuangchalerm, 2010. Implikasinya adalah pembelajaran biologi yang ditujukan pada pencapaian literasi sains jangka panjang perlu melibatkan aspek etika,
moral dan sosial dalam kurikulum yang interdisipliner Subiantoro, Ariyanti, Sulistyo, 2013.
Pengembangan dan implementasi pembelajaran biologi yang berorientasi pada pendidikan karakter dapat dilakukan melalui strategi Isu Sosio-saintifik, yakni dengan
menciptakan situasi belajar yang kontekstual, sehingga akan erat sekali hubungannya bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menggunakan penalaran
yang tepat, karena ketika berada di masyarakat penalaran yang banyak diperlukan adalah penalaran informal. Semakin berkembangnya zaman, isu sosio-saintifik yang
Dwie Saptarani, 2015
PENALARAN INFORMAL MENGENAI ISU SOSIO-SAINTIFIK PADA JENJANG PENDIDIKAN SD, SMP, DAN SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
beredar di masyarakat menjadi lebih kompleks. Jika dari jenjang anak-anak hingga dewasa, penalaran informal seorang individu tidak berkembang, maka seorang
individu akan sulit menjawab dan mengambil keputusan mengenai berbagai macam permasalahan sosio-saintifik, karena isu sosio-saintifik dapat dijawab menggunakan
penalaran informal. Oleh karena itu untuk dapat lebih mengeksplorasi hal tersebut dibutuhkan studi awal mengenai karakter siswa dengan melihat pola penalaran
informal, sehingga dalam mengimplementasikan sistem pembelajaran berbasis Isu Sosio-saintifik akan lebih mudah, selain itu dengan mengetahui penalaran informal
akan memudahkan untuk membenahi penalaran informal seseorang sehingga bisa menjadi lebih baik. Dengan demikian, penting untuk mengetahui secara mendasar
penalaran informal yang terjadi pada seorang individu. Bertolak atas dasar-dasar demikian maka peneliti mengambil
judul tentang “Penalaran Informal mengenai Isu Sosio-Saintifik pada Jenjang SD, SMP, Dan SMA.
B. Rumusan Masalah Penelitian