1
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Beras merupakan bahan pangan pokok penduduk Indonesia. Usahatani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan bagi
sekitar 21 juta masyarakat Indonesia. Beras juga merupakan komoditas politik yang sangat strategis, sehingga produksi beras dalam negeri menjadi tolak ukur
ketersediaan pangan bagi Indonesia. Peran serta campur tangan pemerintah Indonesia sangat besar dalam upaya peningkatan produksi dan stabilitas harga
beras. Kecukupan pangan terutama beras dengan harga yang terjangkau telah menjadi tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian Harjanti, 2012.
Kekurangan pangan bisa menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial, dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas nasional.
Sistem pertanian intensif yang dikembangkan selama beberapa dekade yang lalu telah memberikan kontribusi yang besar terhadap swasembada pangan
dan peningkatan standar hidup. Sistem pertanian ini telah tercapai pada satu titik, namun masih meninggalkan permasalahan seperti terdegradasinya sumberdaya
alam yaitu sumberdaya air semakin langka Boer, 2003. Jika pangan dunia harus dipenuhi untuk masa sekarang dan mendatang, maka harus dikembangkan
pendekatan baru untuk sistem pertanian yang lebih aman. Kritik demikian telah disampaikan oleh lembaga WCED word commission on environment and
development Reijntjes et al., 1999. Belakangan ini kondisi sumberdaya air semakin terbatas, beberapa alasan
dikemukakan diantaranya adalah perubahan prilaku iklim, terjadinya anomali iklim seperti peristiwa El Nino yaitu iklim kering yang lebih kering dari
2
normalnya Boer, 2003, serta perubahan kondisi wilayah tangkapan air. Masalah lain, keberlanjutan program pembangunan, menuntut adanya dukungan
persediaan sumberdaya air yang semakin meningkat. Oleh karena itu, semua pihak yaitu sektor-sektor pengguna air termasuk masyarakat petani dihadapkan
pada permasalahan ketersediaan sumberdaya air yang semakin terbatas. Atas dasar permasalahan demikian, maka konsep pengembangan pertanian ke depan
tidak cukup lagi hanya menekankan pada peningkatan produksi, tetapi juga sekaligus menyangkut upaya pengaturan dan pemakaian air yang hemat.
Ketersediaan air yang cukup merupakan salah satu faktor utama dalam produksi padi sawah. Sebagian besar daerah Asia, tanaman padi tumbuh kurang
optimum akibat kelebihan air atau kekurangan air karena curah hujan yang tidak menentu dan pola lanskap yang tidak teratur. Umumnya alasan utama
penggenangan pada budidaya padi sawah yaitu karena sebagian besar varietas padi sawah tumbuh lebih baik dan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi
ketika tumbuh pada tanah tergenang dibandingkan dengan tanah yang tidak tergenang. Air mempengaruhi karakter tanaman, unsur hara dan keadaan fisik
tanah, dan pertumbuhan gulma de Datta, 1981. Kebutuhan air tanaman padi ditentukan oleh beberapa faktor seperti jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, umur
tanaman, varietas padi yang ditanam, dan sebagainya. Kebutuhan air terbanyak untuk tanaman padi pada saat penyiapan lahan sampai tanam dan memasuki fase
bunting sampai pengisian bulir Juliardi dan Ruskandar, 2006. Budidaya padi konvensional yang cara pemberian air irigasinya masih
mengandalkan genangan air di petakan sawah, belakangan ini mendapat perhatian dan telah dilakukan berbagai kajian terkait dengan produktivitas sumberdaya air.
3
Praktek budidaya padi yang selama ini diterapkan adalah dengan membuat kondisi lahan yang jenuh air dan bahkan memberikan genangan air beberapa
centimeter diatas permukaan tanah de Datta, 1981. Sorotan bahwa padi merupakan tanaman air atau paling tidak berasosiasi dengan lingkungan air mulai
dipertanyakan. Prinsip umum kebutuhan air tanaman padi adalah untuk memenuhi
kebutuhan proses evapotranspirasi Et. Proses evapotranspirasi ditentukan oleh kondisi iklim dan fase pertumbuhan dan perkolasi ditentukan oleh tekstur tanah
Hansen et al., 1986. Menjaga kebutuhan air tanaman padi di petakan sawah, maka dalam prakteknya, petakan diberi genangan air antara 5
– 10 cm mengikuti perkembangan tinggi tanaman. Artinya, selama masa pertumbuhan tanaman,
kondisi lahan dalam keadaan anaeraobik. Sebaliknya, prinsip padi SRI justru mengkritisi kondisi daerah perakaran yang anaerobik ini mengakibatkan
pertumbuhan dan proses produksi tanaman padi kurang maksimal. Kondisi perakaran padi SRI dibuat dalam keadaan aerobik dengan cara memberikan air
secukupnya dalam kondisi tergenang dan kering secara bergantian dalam periode tertentu, dimana kondisi demikian pertukaran gas oksigen di daerah perakaran
menjadi intensif. Pertumbuhan akar tanaman menjadi lebih baik untuk dapat mendukung pertumbuhan bagian atasnya. Kondisi demikian diyakini mampu
memberikan pertumbuhan dan hasil padi lebih maksimal. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang strukturnya
ringan, berdrainase baik, dan cukup unsur hara. Teknik budidaya tanaman padi sistem intensifikasi dengan pemeliharaan yang intensif dan penyediaan kebutuhan
unsur hara tanaman melalui pemupukan mampu menyediakan semua kebutuhan
4
tanaman dalam jumlah yang optimal Pramono, dkk., 2005. Teknik budidaya intensifikasi padi aerob terkendali berbasis organik merupakan teknik budidaya
tanaman padi dimana sebagian kebutuhan pupuk menggunakan pupuk organik dan pengaturan kondisi air yang tidak selalu tergenang selama pertumbuhan
Simarmata, 2008. Pupuk organik merupakan sumber utama nitrogen untuk tanah dan
berperan besar untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Mikroorganisme di dalam tanah akan merombak pupuk organik menjadi humus
atau bahan organik tanah. Sama halnya dengan humus, pupuk organik berperan untuk menyediakan nutrisi bagi tanaman. Beberapa manfaat pupuk organik bagi
lingkungan di antaranya sebagai sumber nutrisi, memperbaiki struktur fisik tanah, memperbaiki kimia tanah, meningkatkan daya simpan air, dan meningkatkan
aktivitas biologi tanah Glio, 2015. Penelitian tentang sistem pengairan dan dosis pupuk organik pada tanaman
padi perlu dikembangkan untuk mengetahui sistem pengairan dan dosis pupuk organik yang tepat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah Oryza
sativa L.. Penelitian ini menggunakan dua jenis perlakuan yaitu sistem pengairan dan dosis pupuk organik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah perlakuan sistem pengairan dan dosis pupuk organik berhubungan
dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi? 2.
Apakah pengurangan tinggi genangan air pada sistem pengairan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi?
5
3. Berapakah penambahan dosis pupuk organik yang optimal untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi yang maksimal?
1.3 Tujuan
1. Meningkatkan hasil tanaman padi melalui pengaturan genangan dan
pemberian dosis pupuk organik yang optimal.
2. Meningkatkan hasil tanaman padi melalui penurunan tinggi genangan pada
sistem pengairan. 3.
Meningkatkan hasil tanaman padi melalui pemberian dosis pupuk organik yang optimal.
1.4 Manfaat
1. Bagi petani, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar teknik
budidaya tanaman padi yang lebih efisien. 2.
Menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang teknik budidaya tanaman padi yang hemat air dan pupuk organik.
1.5 Hipotesis
1. Pengurangan tinggi genangan air dan pemberian dosis pupuk organik
mampu meningkatkan hasil tanaman padi. 2.
Pengairan intermittent pada sistem pengairan mampu meningkatkan hasil tanaman padi.
3. Dosis pupuk organik P
4
40 gpot merupakan dosis pupuk organik optimal yang mampu meningkatkan hasil tanaman padi.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA