Uji Efektifitas Corynebacterium Dan Dosis Pupuk K Terhadap Serangan Penyakit Kresek (Xanthomonas Campestris Pv Oryzae) Pada Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Lapangan Pada Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Lapangan

(1)

UJI EFEKTIFITAS Corynebacterium DAN DOSIS PUPUK K

TERHADAP SERANGAN PENYAKIT KRESEK

(Xanthomonas campestris pv oryzae) PADA PADI SAWAH

(Oryza sativa L.) DI LAPANGAN

SKRIPSI

OLEH :

ADE CHRISTIAN MANIK

050302018

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UJI EFEKTIFITAS Corynebacterium DAN DOSIS PUPUK K

TERHADAP SERANGAN PENYAKIT KRESEK

(Xanthomonas campestris pv oryzae) PADA PADI SAWAH

(Oryza sativa L.) DI LAPANGAN

SKRIPSI

OLEH :

ADE CHRISTIAN MANIK

050302018

Skripsi adalah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Hasanuddin, MS) (Ir. Lahmuddin Lubis, MP)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRACT

Ade Christian Manik “Test Effectiveness of Corynebacterium And Dosage Fertilizer K Against Attacks Bacterial Leaf Blight Diseases (Xanthomonas campestris pv oryzae) in lowland rice (Oryza sativa L.) in Rice Field. Mr. Dr. Ir. Hasanuddin, MS as head of supervisor and Mr. Ir. Lahmuddin Lubis, MP as co-supervisor.

This research aims to determine the effectiveness of Corynebacterium and

K fertilizer to suppress the growth of crackle disease (Xanthomonas campestris pv oryzae).

The research was conducted in BBI Murni Tanjung Morawa, Deli Serdang, with a height of ± 28 meters above sea level. The experiment was conducted from June 2010 to October 2010.

This research used a randomized block design (RAK) factorial namely

Corynebacterium density (B) consists of B0 (Control), B1 (106 bacterial cells / ml), B2 (107 bacterial cells / ml), B3 (108 bacterial cells / ml) and fertilizer K (P) consists of P0 (Control), P1 (25

gr/plot), P2 (50 gr/plot), P3 (75 gr/plot) with combination treatment of 16 and 3 replications.

The results showed that the intensity of Xanthomonas campestris pv oryzae highest in B0P0 (control) was 6.36% and the

lowest in B2P2 treatment (107 bacterial cells/ml to (50 gr/plot) is 0.39%. The highest production found on B3P3 (108 bacterial cells/ml with (75 gr/plot) at 11.09 tonnes / ha and lowest in B0P0 (control) at 6.85 tonnes / ha.


(4)

ABSTRAK

Ade Christian Manik “Uji Efektifitas Corynebacterium Dan Dosis Pupuk K Terhadap Serangan Penyakit Kresek (Xanthomonas Campestris Pv Oryzae) Pada Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Lapangan Pada Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Lapangan” dengan komisi pembimbing Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS selaku ketua dan Bapak Ir. Lahmuddin Lubis, MP, selaku anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas Corynebacterium dan

dosis pupuk K untuk menekan pertumbuhan penyakit kresek (Xanthomonas campestris pv oryzae) .

Penelitian ini dilaksanakan di BBI Murni Tanjung Morawa, Deli Serdang dengan ketinggian ± 28 meter diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2010 sampai Oktober 2010

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yaitu kerapatan Corynebacterium (B) terdiri dari B0 (Kontrol), B1 (106 sel bakteri/ml), B2 (107 sel bakteri/ml), B3 (108 sel bakteri/ml) dan dosis pupuk K (P) terdiri dari P0 (Kontrol), P1 (30 kg/ha (50 kg KCL)), P2 (60 kg/ha (100 kg KCL)), P3 ( 90 kg/ha(150 kg KCL)) dengan kombinasi perlakuan 16 dan 3 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan Xanthomonas

campestris pv oryzae tertinggi pada B0P0 (kontrol) yaitu 6,36 % dan yang

terendah pada perlakuan B2P2(107 sel bakteri/ml dengan 60 kg/ha (100 kg KCL)) yaitu 0.39 %. Produksi tertinggi terdapat pada B3P3 (108 sel bakteri/ml dengan 90 kg/ha(150 kg KCL)) sebesar 11.09 ton/ha dan terendah pada B0P0 (kontrol) sebesar 6.85 ton/ha.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Pinang, pada tanggal 23 Desember 1986 dari Ayahanda J. Manik dan Ibunda D br Simanjuntak. Penulis merupakan putra ke-2 dari 3 bersaudara.

Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU St. Maria Tanjung Pinang. Pada tahun 2005 penulis lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB. Penulis memilih program studi Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT Perkebunan Nusantara III Kebun Pamela Tebing Tinggi pada bulan Juli – Agustus 2008.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah UJI EFEKTIFITAS

Corynebacterium DAN DOSIS PUPUK K TERHADAP SERANGAN PENYAKIT KRESEK (Xanthomonas campestris pv oryzae) PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI LAPANGAN. Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Bapak Dr. Ir. H. Hasanuddin, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Lahmuddin Lubis , MP selaku anggota komisi pembimbing dan teman-teman

yang telah memberikan banyak saran dan arahan serta kepada keluarga yang telah memberikan dukungan sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan proposal ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga proposal ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2011


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penulisan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi ... 4

Syarat Tumbuh Tanaman Padi ... 5

Iklim ... 5

Tanah ... 6

Penyakit Kresek (Xanthomonas campestris pv oryzae) ... ... 7

Biologi Penyakit... 7

Gejala Penyakit Xanthomonas campestris pv oryzae .. 8

Daur Penyakit... ... 9

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ... 10

Pengendalian Penyakit ... 11

Pemanfaatan Agensia Hayati Corynebacterium ... 12

Pupuk Kalium (K) ... ... 13

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian ... ... 14

Pelaksanaan Penelitian ... 16

Penyemaian Benih... ... 16

Pengolahan Tanah. ... 16

Penanaman ... 16

Pemeliharaan... 17

Pemupukan ... 17

Aplikasi Corynebacterium ... 17

Pemanenan ... 18

Parameter Pengamatan ... 18


(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Intensitas Serangan (%) Xanthomonas campestris pv oryzae ... 21 Pengaruh Dosis Corynebacterium Terhadap Intensitas Serangan (%) Xanthomonas campestris pv oryzae ... 21 Pengaruh Faktor Pupuk KCL (P) Terhadap Intensitas Serangan (%) Xanthomonas campestris pv oryzae... 22 Pengaruh Faktor Interaksi Perlakuan Corynebacterium (B) dengan Pupuk KCL (P) Terhadap Intensitas Serangan (%) X. campestris pv oryzae ... 23 Produksi (Ton/ha) ... 25

Pengaruh Dosis Corynebacterium Terhadap Produksi Padi ... 25 Pengaruh Pupuk K Terhadap Produksi Padi ... 26 Pengaruh Faktor Interaksi Perlakuan Corynebacterium (B) dengan Dosis Pupuk K (P) Terhadap Produksi Padi (Ton/ha) ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 29 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Nama Halaman

1 Rataan Intensitas Serangan (%) X. campestris pv oryzae pada padi, perlakuan dosis Corynebacterium (B) untuk setiap waktu

pengamatan (mst).) ... 20 2 Rataan Intensitas Serangan (%) Xanthomonas campestris pv

oryzae pada padi, perlakuan Pupuk KCL (P) untuk setiap

waktu pengamatan (mst) ... 22 3 Rataan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae (%) pada

padi, perlakuan Corynebacterium dan dosis pupuk K yang

Berbeda untuk setiap waktu Pengamatan ... 23 4 Rataan produksi padi pada perlakuan dosis Corynebacterium

(Ton/ha) ... 26 5 Rataan produksi padi pada beberapa Pupuk K (P) (Ton/ha) ... 27 6. Rataan produksi padi (Ton/ha) pada Perlakuan


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Nama Halaman

1 Gejala Serangan Xanthomonas campestris pv oryae ... 9 2. Gambar Bakteri Corynebacterium ... 13 3. Histogram Rataan Intensitas Serangan (%) X.

campestris pv oryzae pada padi, perlakuan dosis Corynebacterium (B) untuk setiap waktu pengamatan

(mst) ... 21 4. Histogram Rataan Intensitas Serangan (%)

Xanthomonas campestris pv oryzae pada padi,

perlakuan dosis Pupuk KCL (P) untuk setiap waktu

pengamatan (mst) ... 23

5. Histogram Rataan Intensitas Serangan (%)

Xanthomonas campestris pv oryzae pada padi,

perlakuan Corynebacterium (B) dengan Pupuk KCL (P) yang berbeda untuk setiap waktu pengamatan

(mst). ... 24 6. Histogram rataan produksi padi pada perlakuan dosis

Corynebacterium (B) (Ton/ha)... 26

7. Histogram rataan produksi padi pada Dosis Pupuk K (P) ... 27 8. Histogram rataan produksi padi pada interaksi


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Nama Halaman

1. Bagan Penelitian ... 33

2. Bagan Tanaman Sampel... 35

3. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Ciherang... 36

4 Rataan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae 5 mst ... 37

5. Rataan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae 6 mst ... 51

6. Rataan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae 7 mst ... 45

7. Rataan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae 8 mst ... 49

8. Rataan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae 9 mst ... 53

9. Rataan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae 10 mst ... 57

10. Rataan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae 11 mst ... 61

11. Rataan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae 12 mst ... 65

12 Rataan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae 13 mst ... 69

13. Rataan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae 14 mst ... 73

14. Rataan Produksi Padi (Ton/ha) ... 77

15. Foto Lahan... 81

16. Foto Produksi ... 82


(12)

ABSTRACT

Ade Christian Manik “Test Effectiveness of Corynebacterium And Dosage Fertilizer K Against Attacks Bacterial Leaf Blight Diseases (Xanthomonas campestris pv oryzae) in lowland rice (Oryza sativa L.) in Rice Field. Mr. Dr. Ir. Hasanuddin, MS as head of supervisor and Mr. Ir. Lahmuddin Lubis, MP as co-supervisor.

This research aims to determine the effectiveness of Corynebacterium and

K fertilizer to suppress the growth of crackle disease (Xanthomonas campestris pv oryzae).

The research was conducted in BBI Murni Tanjung Morawa, Deli Serdang, with a height of ± 28 meters above sea level. The experiment was conducted from June 2010 to October 2010.

This research used a randomized block design (RAK) factorial namely

Corynebacterium density (B) consists of B0 (Control), B1 (106 bacterial cells / ml), B2 (107 bacterial cells / ml), B3 (108 bacterial cells / ml) and fertilizer K (P) consists of P0 (Control), P1 (25

gr/plot), P2 (50 gr/plot), P3 (75 gr/plot) with combination treatment of 16 and 3 replications.

The results showed that the intensity of Xanthomonas campestris pv oryzae highest in B0P0 (control) was 6.36% and the

lowest in B2P2 treatment (107 bacterial cells/ml to (50 gr/plot) is 0.39%. The highest production found on B3P3 (108 bacterial cells/ml with (75 gr/plot) at 11.09 tonnes / ha and lowest in B0P0 (control) at 6.85 tonnes / ha.


(13)

ABSTRAK

Ade Christian Manik “Uji Efektifitas Corynebacterium Dan Dosis Pupuk K Terhadap Serangan Penyakit Kresek (Xanthomonas Campestris Pv Oryzae) Pada Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Lapangan Pada Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Lapangan” dengan komisi pembimbing Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS selaku ketua dan Bapak Ir. Lahmuddin Lubis, MP, selaku anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas Corynebacterium dan

dosis pupuk K untuk menekan pertumbuhan penyakit kresek (Xanthomonas campestris pv oryzae) .

Penelitian ini dilaksanakan di BBI Murni Tanjung Morawa, Deli Serdang dengan ketinggian ± 28 meter diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2010 sampai Oktober 2010

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yaitu kerapatan Corynebacterium (B) terdiri dari B0 (Kontrol), B1 (106 sel bakteri/ml), B2 (107 sel bakteri/ml), B3 (108 sel bakteri/ml) dan dosis pupuk K (P) terdiri dari P0 (Kontrol), P1 (30 kg/ha (50 kg KCL)), P2 (60 kg/ha (100 kg KCL)), P3 ( 90 kg/ha(150 kg KCL)) dengan kombinasi perlakuan 16 dan 3 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan Xanthomonas

campestris pv oryzae tertinggi pada B0P0 (kontrol) yaitu 6,36 % dan yang

terendah pada perlakuan B2P2(107 sel bakteri/ml dengan 60 kg/ha (100 kg KCL)) yaitu 0.39 %. Produksi tertinggi terdapat pada B3P3 (108 sel bakteri/ml dengan 90 kg/ha(150 kg KCL)) sebesar 11.09 ton/ha dan terendah pada B0P0 (kontrol) sebesar 6.85 ton/ha.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa dimasa mendatang sektor ini masih perlu ditumbuhkembangkan (Noor, 1996).

Produksi padi di Indonesia pada tahun 2020 diproyeksikan 57,4 juta ton dengan asumsi tidak ada terobosan teknologi. Jumlah penduduk Indonesia 267 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,27 % per tahun. Apabila perkapita masih setara dengan 65,9 juta Gabah Kering Giling (GKG). Bila produksi padi tidak meningkat, berarti tahun 2020 akan terjadi kekurangan beras sebanyak 4,5 ton atau setara dengan 8,5 juta ton GKG (Effendi, 2006).

Penyebab terjadinya penurunan produktivitas dan efisiensi usaha padi adalah sebagian besar petani menggunakan benih kualitas rendah dan berlebihan, bibit relatif tua, penanaman yang intensif diikuti penggunaan pupuk yang tidak rasional, berkembangnya Organisme Penggangu Tanaman (OPT), pengusahaan yang semakin sempit. Cara pengelolaan lahan yang kurang terpadu, eksploitasi secara intensif dan terus – menerus mengakibatkan menurunnya kesuburan dan sifat fisik tanah (Kasijadi dkk, 2007).


(15)

Secara umum, tumbuhan (termasuk tanaman) tidak berdiam diri ketika diserang patogen. Kenyataannya ada tumbuhan yang imun terhadap mayoritas patogen. Sistem pertahanan sangat tergantung kepada interaksi inang, patogen dan lingkungan (Sinaga, 2001).

Padi sawah, yaitu tanaman padi yang dalam pertumbuhannya memerlukan air, ditanam ditanah persawahan, pekerjaan penanaman padi sawah meliputi pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemungutan hasil (Sugeng, 2003).

Meskipun demikian, masih terdapat banyak kendala dalam upaya meningkatkan prouktivitas padi di indonesia. Penyakit merupakan salah satu faktor utama penyebab rendahnya produktivitas tanaman yang dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan kegagalan total pada suatu sistem pertanian. Kondisi pertanian di daerah tropis yang panas dan lembab, termasuk sebagian besar sistem pertanian di Indonesia, sangat dipengaruhi oleh penyakit bakterial (Semangun, 2000).

Sehubungan dengan pengaruh kesuburan tanah, penyakit tumbuhan dapat dibagi menjadi dua golongan. Yang pertama terutama timbul pada tanaman subur, golongan kedua terutama timbul pada tumbuhan yang lemah (Semangun, 1996).


(16)

Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui efektifitas bakteri Corynebacterium dalam menekan pekembangan penyakit kresek Xanthomonas campestris pv oryzae di lapangan.

2. Mengetahui dosis pupuk K yang sesuai untuk mencegah penyakit kresek

Xanthomonas campestris pv oryzae di lapangan.

Hipotesa Penelitian

1. Kepadatan sel bakteri Corynebacterium per ml berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian penyakit kresek Xanthomonas campestris pv oryzae di lapangan.

2. Dosis pupuk K berpengaruh terhadap penyakit kresek

Xanthomonas campestris pv oryzae di lapangan.

3. Terdapat Interaksi antara dosis pupuk K dan aplikasi berbagai tingkat

kepadatan sel Corynebacterium terhadap serangan penyakit kresek

Xanthomonas campestris pv oryzae di lapangan.

Kegunaan Penulisan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat melmperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan,


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Menurut Sugeng (2003) tanaman padi diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdovio : Angiospermae Kelas : Monokotiledoneae Ordo : Gramineales Famili : Gramineaceae Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L.

Akar tanaman padi merupakan akar tumbuhan graminae. Tumbuhan golongan ini memiliki akar serabut yang merupakan akar halus yang berfungsi untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah. Akar – akar tanaman akan membentuk batang – batang tanaman padi dan akan membentuk rumpun tanaman padi. Meskipun akar tanaman ini akar serabut tetapi pada bagian pangkal batang terdapat akar tunggang yang mengeras (Sugeng, 2003).

Batang tanaman padi tersusun dari beberapa ruas yang merupakan bubung kosong. Pada kedua ujung bubung ditutupi oleh buku yang panjangnya tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang dan ruas yang kedua, ketiga dan seterusnya adalah lebih panjang dari ruas yang didahuluinya. Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah yang membalut ruas sampai bulu bagian atas. Tepat pada buku bagian atas ujung dari daun pelepah


(18)

memperlihatkan percabangan dimana cabang yang terpendek menjadi apa yang disebut ligulae (lidah daun). Bagian yang terpanjang dan terbesar akan menjadi kelopak (Sugeng, 2003).

Daun kelopak pada daun pelepah yang terpanjang yaitu daun pelapah yang

membalut ruas yang paling atas dari batang umumnya disebutkan daun bendera (flag – leas). Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligulae menjadi bendera,

disitulah timbul ruas yang menjadi bulir padi. Bulir – bulir itu terdiri dari ruas yang pendek (Sugeng, 2003).

Bulir – bulir padi memiliki ruas – ruas yang pendek pada setiap ruas sebelah kiri dan kanan timbul cabang – cabang bulir dan pada ujung tiap – tiap cabangnya terdapat bunga padi yang bentuknya terlihat di dalam gambar (Sugeng, 2003).

Bunga padi memiliki tangkai bunga, perhiasan bunga, daun mahkota bunga yang terdiri dari dua belahan yang tidak sama besarnya. Kedua belahan daun mahkota bunga akan menjadi buah padi yang telah masak menjadi pembungkus berasnya yang kita sebut sekam bulir padi (Sugeng, 2003).

Syarat Tumbuh

Iklim

Batasan suhu yang lebih rendah untuk perkecambahan sulit diestimasikan dan sangat bervariasi, tetapi proses perkecambahan hanya lambat pada suhu 10 0C (50 0F). Perkecambahan optinum antara 18 0C – 33 0C dengan gizi dari kebanyakan perkecambahan varietas lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi dari yang lain. Pada suhu 42 0C perkecambahan tertahan, pada suhu 50 0c dan


(19)

benih mati. Suhu kritis antara 15 – 15,5 0C dan benih mati. Untuk penyesuaian dataran tinggi 25 0C sampai 28 0C suhu optimum dengan menghambat akar pada suhu dibawah 16 dan diatas 35 0C (Noor, 1996).

Lahan kering marjinal mempunyai curah hujan tahunan antara 1000 – 3000 mm/tahun. Sebagian mempunyai curah hujan bulanan <100 mm,

seperti lahan kering di wilayah Nusa Tenggara dan Bali. Curah hujan bulanan rata – rata dilahan rawa 7 – 10 bulan/tahun yang jatuh pada bulan September atau Oktober sampai dengan bulan April atau Mei. Dari jumlah dan pola curah hujan yang cukup merata di atas maka memunkinkan untuk bertanam padi dilahan rawa sepanjang tahun. Padi dapat tumbuh baik pada area yang intensitas matahari baik dan rataan temperatur berkisar 20 – 38 0C (68 – 100 0F). Suhu dibawah 15 0C menghambat perkembangan benih, menunda trasplanting, memperlambat formasi, menghambat perumbuhan reproduksi dan mengurangi hasil panen (Luh, 1991).

Tanah

Tanah yang baik untuk areal persawan ialah tanah yang mampu memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hydrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia (Grist, 1960).

Tidak semua jenis tanah cocok dengan areal persawahan karena tidak semua tanah dapat tergenang air. Padahal dalam sistem tanah sawah lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam. Oleh karena itu jenis tanah yang sulit menahan air (tanah dengan


(20)

kandungan pasir tinggi) kurang cocok untuk lahan persawahan. Sebaliknya tanah yang sulit dilewati air tanah dengan kandungan lempung tinggi cocok dibuat lahan persawahan (Noor, 1996).

Penyakit Kresek (Xanthomonas campestris pv oryzae)

Biologi Penyakit

Menurut (Singh, 2000) adapun sistematika dari bakteri

X. campestris pv oryae. Adalah sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria Divisio : Gracilicutes Ordo : Actionomycetes Subordo : Pseudomonadales Family : Pseudomonadaceae Genus : Xanthomonas

Species : Xanthomonas campestris pv oryzae

Penyebab penyakit hawar daun bakteri yang sering juga disebut dengan

penyakit kresek yang disebabkan oleh bakteri pathogen

Xanthomonas campestris pv oryzae. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit

yang paling merugikan pada tanaman padi. Secara ekonomis penyakit ini cukup penting oleh karena kehilangan hasilnya yang cukup besar. Kondisi pertanian di daerah tropis yang panas dan lembab, termasuk sebagian besar system pertanian di Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh penyakit bacterial (Semangun, 1996).

Bakteri ini berbentuk batang dan kapsul. Pada media buatan bakteri berukuran 1,3 – 2,2 x 0,5 – 0,8 µ m. sel bakteri kadang – kadang tunggal dengan


(21)

flagella monotrichous polar dengan panjang lebih dari 8,75µ m. Bakteri bersifat aerob, gram negatif dan tidak bersepora. Pada medium agar, koloni bakteri berwarna kuning jerami, berbentuk bulat, licin dan cembung. Suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri ini adalah 25 – 30 oC. suhu Pada suhu 53 oC bakteri ini akan mati (Gnananickam et al, 1999).

Gejala Serangan Xanthomonas campestris pv oryzae

Di lapangan terdapat dua bentuk gejala, yaitu kresek dan hawar. Kresek terjadi pada tanaman muda, yaitu tanaman yang berumur sekitar satu bulan. Rumpun padi yang terkena kresek secara keseluruhan menjadi layu. Di laboratorium, gejala ini dapat dikonfirmasi oleh adanya eksudat bakteri yang keluar dari jaringan tanaman sakit bila diamati di bawah mikroskop. Di lapangan, dapat dilihat dengan cara memasukan daun – daun sakit ke dalam gelas berisi air jernih, biarkan sekitar 5 – 10 menit, maka air jernih dalam gelas akan berubah menjadi keruh karena massa bakteri yang keluar dari dalam jaringan sakit. Gejala kresek ini sering mirip dengan gejala karena penggerek batang, tepi daun atau bagian daun yang luka berupa garis bercak dan bercak tersebut meluas (gambar1). sehingga perlu pengamatan yang teliti agar diagnosisnya tidak keliru. Bila anakan sakit mudah dicabut, kemungkinan besar karena penggerek, tetapi kalau sulit dicabut, kemungkinan kresek (Suparyono, 2007).

Sedang gejala hawar berkembang pada tanaman yang lebih tua. Dalam keadaan lembab, terutama di musim hujan, eksudat bakteri dapat terbentuk pada gejala muda yang masih aktif. Gulma, sisa – sisa tanaman, merupakan tempat patogen penyakit ini tinggal dan bertahan selama bukan musim tanam. Bakteri


(22)

juga berada dan bertahan dalam air irigasi. Bakteri inilah yang menjadi sumber inokulum untuk pertanaman padi musim berikutnya. Suhu panas (25 – 30 0C), kelembapan tinggi (90 %), angin kencang, pemupukan nitrogen yang berlebih, dan hujan angin, sangat cocok untuk mendukung perkembangan penyakit ini. Penyakit disebarkan oleh air irigasi, kontak antar daun padi, dan percikan air hujan. Kegiatan selama pemeliharaan, seperti penyiangan, pemupukan, dan sebagainya terutama yang dapat mengakibatkan luka pada daun, juga sangat membantu penyebaran penyakit (Suparyono, 2007).

Gambar 1. Gejala Serangan Xanthomonas campestris pv oryae

Daur Penyakit

Bakteri masuk melalui hidatoda. Kemudian bakteri berkembangbiak di dalam epitheme dan menyerang jaringan pembuluh hingga menimbulkan penyakit. Pada tanaman muda bakteri sering dapat masuk ke dalam daun melalui stomata dan berkembang di dalam ruang intraselular dari parenkim tanpa menimbulkan gejala. Cara masuk lainnya adalah melalui luka mekanis yang sering terjadi pada daun dan akar (Ou, 1985).


(23)

Ras dari pathogen ini juga selalu berbeda pada setiap lokasi sehingga patogen ini merupakan penyebab penyakit terpenting di wilayah pegunungan Hirosima. Terdapat empat ratus limapuluh ras Xanthomonas oryzae pv oryzae yang sudah terisolasi dari delapan lokasi di daerah pegunungan Hirosima selama tahun 2000 sampai tahun 2003, kultivar – kultivar padi yang terkena infeksi menyebar (Tanaka et al, 2004) .

Bakteri juga mengadakan infeksi melalui luka – luka pada akar sebagai akibat dari pencabutan. Infeksi terjadi pada saat penanaman atau beberapa hari sesudahnya. Bahkan sudah diketahui bahwa luka pada akar – akar dapat menarik bakteri. Bakteri juga dapat mengadakan infeksi melalui pori air yang terdapat pada daun, melalui luka – luka yang terjadi karena daun yang bergesekan, dan melalui luka – luka karena serangga . Dalam pertanaman bakteri terutama tersebar oleh hujan yang berangin. Di sini angin tidak hanya memencarkan bakteri tetapi juga menyebabkan luka – luka karena gesekan daun padi (Semangun, 2000).

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit

Tanaman yang sering menderita karena berbagai gangguan lingkungan fisik (kekurangan air, kekurangan zat – zat hara, iklim dan lain – lain) dan gangguan biologik yaitu serangan oleh berbagai jenis jasad renik yang bersifat parasit (jamur, bakteri, virus, mikoplasma, dan nematoda) disebut patogen tanaman yang menyebabkan tanaman itu menjadi sakit. Tanaman itu dikatakan sakit apabila terjadi perusakan pada struktur tubuh tanaman atau terjadi proses perubahan metabolisme yang cukup intensif atau lama sehingga mempengaruhi pertumbuhan normal tanaman itu (Oka, 1993).


(24)

Tanah yang subur dengan pengolahan yang baik dan pemberian pupuk yang cukup dan seimbang akan menjamin pertumbuhan tanaman yang sehat. Tanaman sehat lebih mampu menahan serangan berbagai patogen. Sebaliknya tanaman akan merana dan tidak mampu melawan serangan patogen bila kondisi lingkungannya buruk (Oka, 1993).

Sumber inokulum menyebarkan infeksi pada tanaman, jerami atau sekam padi yang terinfeksi dapat membantu penyebaran inokulum. Selain itu gulma juga berperan sebagai inokulum meski perannya belum diketahui secara pasti. Bentuk biji pada padi diperkirakan dapat memberikan kesukaran dalam penyebaran infeksi walaupun hal ini belum diteliti secara ekperimen (CABI, 2003).

Pengendalian Penyakit

Penekanan perkembangan penyakit dianjurkan dengan menghilangkan gulma inang, jerami, dan turiang saat di luar musim. Pada saat tanam, dianjurkan untuk tidak memotong sebagian daun bibit padi untuk mengurangi kemungkinan terjadi kresek. Sementara kecepatan perkembangan penyakit dapat dihambat secara efektif dengan varietas tahan, pemupukan nitrogen yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, mengurangi kelembapan dalam kanopi. Varietas dengan sifat tahan yang dikendalikan oleh lebih dari satu gen tahan lebih efektif daripada yang dikendalikan oleh gen tahan tunggal, karena bakteri membentuk banyak strain. Salah satu contoh adalah varietas Cisadane, yang memiliki satu gen tahan dominan, satu gen tahan resesif, dan satu gen lain yang belum teridentifikasi. Dengan sifat tahan horizontal ini, Cisadane, yang dilepas pada 1980 dan bersifat agak tahan (moderately resistant) terhadap hawar daun bakteri, sampai saat ini


(25)

masih mampu memperlihatkan ketahanan yang baik terhadap penyakit ini. Penggunaan gen tahan tunggal, baik yang bersifat dominan maupun resesif, tidak durable, sangat dibatasi oleh musim, lokasi, atau keduanya. Beberapa teknik budidaya, seperti pemupukan nitrogen sesuai dengan kebutuhan, pemupukan kalium yang cukup (rekomendasi 100 kg KCl/Ha), penggunaan benih sehat, manajemen air, dan bertanam dalam barisan (legowo) sangat dianjurkan terutama pada musim hujan untuk mengurangi percepatan perkembangan hawar daun bakteri (Suparyono, 1997).

Pemanfaatan Agensia Hayati Corynebacterium

Dengan kesadaran baru di bidang pertanian yaitu dengan penerapan system pengendalian hama terpadu (PHT) dengan cara memaksimalkan penerapan berbagai metode pengendalian hama secara komprihensif dan mengurangi penggunaan pestisida. Salah satu komponen PHT tersebut adalah pengendalian hayati dengan memanfaatkan bakteri antogonis berbagai penelitian tentang bakteri antagonis terbukti bahwa beberapa jenis bakteri potensial digunakan sebagai agensia hayati. Bakteri – bakteri antagonis ini diantaranya selain dapat menghasilkan antibiotik dan siderofor juga bisa berperan sebagai kompetitor terhadap unsur hara bagi patogen tanaman, Pemanfaatan bakteri – bakteri antagonis ini dimasa depan akan menjadi salah satu pilihan bijak dalam usaha meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian hayati untuk menunjang budidaya pertanian berkelanjutan (Hasanuddin, 2003).

Pengendalian penyakit HDB yang diterapkan oleh BBPOPT Jatisari adalah dengan pemanfaatan bakteri antagonis. Bakteri antagonis tersebut adalah


(26)

Corynebacterium. Efektifitas Corynebacterium sebagai bakteri antagonis terhadap

penyakit HDB nampaknya sudah cukup baik dan corynebacterium menunjukkan hasil yang baik pada penghambatan pemunculan gejala awal, penyebaran maupun intensitas serangan (Wibowo dkk, 2005).

Menurut Agrios (1997) bakteri Corynebacterium dapat diklasifikasikan sebagai berikut ;

Kingdom : Procaryotae (Bacteria) Divisio : Firmicutes

Class : Thallobacteria Family : Streptomytaceae Genus : Clavibacter

Species : Clavibacter (Corynebacterium sp)

Bentuk bakteri Corynebacterium (gambar 2) adalah berbentuk batang lurus sampai agak sedikit membengkok dengan ukuran 0,5 – 0,9 X 1,5 – 4 µm. Kadang – kadang mempunyai segmen berwarna dengan bentuk yang tidak menentu atau granular dan bentuk gada yang membengkak. Bakteri ini umumnya tidak bergerak, tetapi beberapa spesiesnya ada yang bergerak dengan rata – rata dua bulu cambuk polar .


(27)

Pupuk Kalium

Fungsi utama kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Yang tidak bisa dilupakan ialah kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit (Lingga dan Marsono, 2007).

Secara fisiologis K mempunyai fungsi mengatur pergerakan stomata dan hal – hal yang berhubungan dengan cairan sel. Unsur K berperan dalam mengatur membuka dan menutupnya stomata tanaman, sehingga mempengaruhi transpirasi.

Bila kandungan K tinggi, maka sel – sel stomata tanaman menutup (Novizan, 2002).

Fungsi hara K sebagai komponen yang berperan dalam reaksi enzim tanaman. Fungsi kalium dalam hal ini untuk memperbaiki rendemen gabah, ketahanan terhadap kekeringan, ketahanan terhadap penyakit tanaman, memperbaiki kualitas gabah dan lain-lain. Dengan demikian untuk mendapatkan gabah dengan kualitas yang baik, maka tanaman perlu diberi hara yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan (Andi dkk, 2008).


(28)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lahan percobaan Balai Benih Induk Tanjung Morawa, Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian ± 28 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni 2010 sampai dengan September 2010.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih varietas padi varietas ciherang, pupuk Urea, Pupuk TSP, Pupuk KCL.

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkul, garu, meteran, mikroskop, timbangan, sabit, tali plastik, ember, kalkulator dan alat tulis seta papan nama.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan RAK faktorial dengan 2 faktor yaitu ;

Faktor I Dosis Corynebacterium B0 : kontrol

B1 : 106 sel bakteri/ml B2 : 107 sel bakteri/ml B3 : 108 sel bakteri/ml


(29)

Faktor II Dosis pemberian pupuk K P0 : kontrol

P1 : 25 gr/plot P2 : 50 gr/plot P3 : 75 gr/plot

Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan Jumlah ulangan

(t-1) (r-1) ≥ 15 (16-1) (r-1) ≥ 15 15 r-15 ≥ 15 R ≥ 2

Jumlah ulangan = 3

Jumlah unit percobaan = 48 plot

Adapun kombinasi perlakuan sebagai berikut B0P0 B1P0 B2P0 B3P0

B0P1 B1P1 B2P1 B3P1

B0P2 B1P2 B2P2 B3P2

B0P3 B1P3 B2P3 B3P3

Model linier yang digunakan dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial adalah sebagai berikut

Y ijk = μ + ρІ + βk + (αβ)jk + Σijk

Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan pada taraf ke-j dengan beberapa dosis


(30)

μ = Nilai tengah sebenarnya

ρІ = Pengaruh blok ke-i

βk = Pengaruh dosis pada taraf ke-k

(αβ)jk = Pengaruh interaksi pada taraf ke-j dan taraf ke-k

Σijk = Pengaruh galat pada unit percobaan

Pelaksanaan Penelitian

Penyemaian Benih

Tanah untuk media semai dibersihkan, diratakan dan dibuat bedengan dengan ketinggian 10 cm dengan ukuran 2 m x 2 m. Sebelum penyemaian , benih dimasukkan kedalam goni dan direndam selama 48 jam, setelah 2 hari benih ditaburkan secara merata diatas bedengan.

Pengolahan Tanah

Sebelum tanah sawah dibajak harus dibersikan lebih dahulu dari jerami atau rumput yang ada. Dikumpulkan disuatu tempat dan dibakar atau di jadikan kompos.

Pembajakan

Pembajakan dengan jetor sebanyak 2 kali, yang pertama pembajakan kasar 10 – 30 cm dan setelah seminggu kemudian dilakukan pembajakan halus dengan kedalaman 10 – 20 cm.

Penggaruan

Penggaruan dilakukan berulang – ulang sehingga lahan benar – benar bersih dari sisa jerami, dan lahan kelihatan lebih datar sebelum ditanam padi.


(31)

Penanaman

Bibit yang akan ditanam adalah bibit yang berumur 25 – 30 hari, berdaun 5 – 7 helai. Bibit yang digunakan adalah bibit yang sehat, tingginya ± 25 cm, batangnya besar dan kuat, bebas dari serangan hama penyakit dan tinnginya seragam. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi hari. Penanaman dilakukan dengan berjalan mundur, tangan kiri memegang bibit, tangan kanan menanam, tiap lubang ditanam 2 atau 3 batang bibit dengan kedalaman ± 3 cm. Penanaman tegak lurus.

Pemeliharaan

Penyulaman dilakukan pada pagi/sore hari bila ada tanaman yang mati atau rusak. Penyulaman dilakukan hingga tanaman berumur 10 hari setelah tanam di lapangan. Tanaman disiangi dari gulma – gulma setiap minggunya sebelum dilakukan pemupukan.

Pemupukan

Penggunaan dosis pupuk yang dilakukan untuk lahan adalah pupuk KCL sesuai dengan dosis pupuk per plot. Pemupukan dilakukan dua kali. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 12 hari dengan dosis pupuk sepertiga dari dosis pupuk, sedangkan sisa pupuk di berikan pada tahap kedua yaitu kira – kira pada waktu tanaman berumur 40 hari. Pemupukan dilakukan dengan cara menebarkan pupuk secara merata.

Aplikasi Corynebacterium

Isolat Corynebacterium diperoleh dari BPTPH Gedung Johor, dibiakan

kembali dengan menggunakan larutan EKG (ekstrak kentang gula). Dilakukan pengenceran untuk mendapatkan kerapatan bakteri dengan bantuan alat


(32)

Haemocitrometer. Aplikasi Corynebacterium dilakukan setelah pengamatan pendahuluan. Bila telah ditemukan persentase serangan ≥ 5% maka dil akukan penyemprotan Corynebacterium pada tanaman sesuai dengan perlakuan. Penyemprotan dilakukan dengan hand sprayer dengan interval 1 minggu (7 hari) sekali sampai dengan umur 86 hari setelah tanam. Aplikasi dilakukan pada sore hari, mulai pukul 15.00, waktu aplikasi dihindari waktu terik matahari untuk mencegah rusaknya bakteri akibat sinar matahari (Retnowati dkk, 2007).

Pemanenan

Pemanenan dapat dilakukan setelah 100 hari pada tingkat pemasakan 95 % bulir sudah menguning, bagian bawah malai terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21 – 26 %. Seluruh bagian tanaman sudah berwarna kuning. Batang mulai menguning. Gabah yang diambil sudah sulit dipecah apabila dipecah dengan kuku. Dikeringkan sawah seminggu sebelum panen, di potong dengan sabit dan di panen dengan mesin. Setelah itu padi dikeringkan di terik matahari.

Parameter Pengamatan

Intensitas Serangan Penyakit Xanthomonas campestris pv oryze Pengamatan intensitas serangan dilakukan pada saat tanaman terinfeksi pertama kali dilapangan dan diamati setiap 1 minggu sekali. Pengamatan intensitas serangan penyakit dapat dilakukan dengan rumus :

% 100 )

(

) (

x Z x N

v x n I =

Keterangan :

I : Intensitas Serangan

n : Jumlah daun tanaman yang terserang v : Nilai skala yang terserang


(33)

N : Jumlah daun yang Diamati

Z : Skala tetinggi dari kategori skala serangan Skala (uji lapang, area daun terserang)

0 = Tidak ada serangan

1 = Serangan 1 – 5 % areal daun terserang 3 = Serangan 6 – 12 % areal daun terserang 5 = Serangan 13 – 25 % areal daun terserang 7 = Serangan 26 – 50 % areal daun terserang 9 = Serangan 51 – 100 % areal daun terserang (Silitonga dkk, 2003).

Produksi

Pengamatan produksi tanaman dilakukan pada saat panen. Hal ini dilakukan dengan menghitung produksi masing – masing plot perlakuan dalam satuan kg/plot dan dikonvensikan ke dalam per hektar dan hal yang sama dilakukan pada masing masing tanaman sampel dengan menggunakan rumus:

perplot produksi

x )

(m Plot Luas

) m (10.000 ha

1 lahan (Luas (ton/ha)

Produksi 2

2 =


(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Intensitas Serangan (%) Xanthomonas campestris pv oryzae

1. Pengaruh Dosis Corynebacterium Terhadap Intensitas Serangan (%) Xanthomonas campestris pv oryzae

Hasil pengamatan intensitas serangan X. campestris pv oryzae Pada setiap waktu pengamatan mulai dari 5 – 14 minggu setelah tanam (mst) dapat dilihat pada lampiran 4 – 13 dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa faktor

dosis Corynebacterium berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan

X. campestris pv oryzae. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata,

maka dilakukan Uji Jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 : Uji Beda Rataan Intensitas Serangan (%) X. campestris pv oryzae pada perlakuan dosis Corynebacterium (B) untuk setiap waktu pengamatan (mst).

Perlakuan Pengamatan

5mst 6mst 7mst 8mst 9mst 10mst 11mst 12mst 13mst 14mst

B0 0.74a 0.77a 0.81a 0.88a 1.10a 1.21a 1.55a 1.64a 1.80a 1.87a

B1 0.73a 0.75b 0.78b 0.84b 0.96b 1.03b 1.19b 1.26b 1.41b 1.49b

B2 0.74a 0.75b 0.77b 0.78c 0.93b 0.96c 1.15b 1.22b 1.34b 1.46b

B3 0.72b 0.74c 0.79b 0.87a 0.95b 1.10b 1.29b 1.37b 1.44b 1.52b

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pada pengamatan intensitas serangan (%) penyakit X. campestris pv oryzae pada 5 mst memperlihatkan perberian


(35)

B1 (106 sel bakteri/ml) dan B2 (107 sel bakteri/ml) memiliki beda nyata dengan B3 (108 sel bakteri/ml) terhadap IS. Dimana dosis Corynebacterium yang tinggi

dapat menekan nilai IS menjadi lebih kecil dibandingkan pada dosis

Corynebacterium yang lainnya.

Pada pengamatan 11 – 14 mst dapat dilihat bahwa aplikasi

Corynebacterium dengan perlakuan pemberian dosis B0 (kontrol) berbeda nyata

dengan B1 (106 sel bakteri/ml), B2 (107 sel bakteri/ml), dan B3 (108 sel bakteri/ml) terhadap intensitas serangan (%) kresek

X. campestris pv oryzae, namun pemberian dosis Corynebacterium yang berbeda

antara B1. B2, dan B3 tidak berbedanya hal ini dikarenakan interval perbedaan dosis Corynebacterium yang diberikan terlalu dekat sehingga tidak memberikan perbedaan nyata .

Faktor pemberian dosis Corynebacterium (B) terhadap IS

X. campestris pv oryzae secara lebih rinci dapat dilihat pada histogram di bawah

ini:

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00

5mst 6mst 7mst 8mst 9mst 10mst 11mst 12mst 13mst 14mst

Pengamatan

B0 B1 B2 B3

Gambar 3: Histogram Rataan Intensitas Serangan (%) X. campestris pv oryzae pada padi pada perlakuan dosis Corynebacterium (B) untuk setiap waktu pengamatan (mst)


(36)

2. Pengaruh Faktor Pupuk KCL (P) Terhadap Intensitas Serangan (%)

X. campestris pv oryzae

Hasil pengamatan intensitas serangan X. campestris pv oryzae Pada setiap waktu pengamatan mulai dari 5 – 14 minggu setelah tanam (mst) dapat dilihat pada lampiran 4 – 13 dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa faktor pupuk berpengaruh nyata. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata, maka dilakukan Uji jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 : Uji Beda Rataan Intensitas Serangan (%) X. campestris pv oryzae pada padi pada perlakuan Pupuk KCL (P) untuk setiap waktu pengamatan (mst).

Perlakuan Pengamatan

5mst 6mst 7mst 8mst 9mst 10mst 11mst 12mst 13mst 14mst

P0 0.79a 0.84a 0.93a 1.08a 1.45a 1.59a 1.77a 1.84a 1.95a 2.04a

P1 0.72b 0.73b 0.75b 0.78b 0.87b 0.96b 1.25b 1.32b 1.43b 1.50b

P2 0.71b 0.73b 0.74b 0.77b 0.84b 0.91b 1.15b 1.22c 1.32c 1.40b

P3 0.71b 0.72b 0.73b 0.75b 0.79c 0.84c 1.02c 1.11d 1.29c 1.40b

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk KCL pada 5 – 14

minggu setelah tanam berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan

X. campestris pv oryzae. Pada pengamatan 5 – 8 mst pengaruh pemberian dosis

pupuk KCL yang berbeda antara P1 (25 gr/plot), P2 (50 gr/plot), P3 (75 gr/plot) tidak berbeda nyata. Sedangkan pada pengamatan 9 – 11 mst

perlakuan P1 berbeda nyata dengan perlakuan P2 dan P3 tetapi antara perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata. Intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebesar 2,04 % dan yang terendah terdapat pada P1 da P2 1,40%.


(37)

Dari data di atas diketahui bahwa semakin tinggi dosis pupuk K yang diberikan maka semakin rendah tingkat intensitas serangan penyakit kresek. Dimana terlihat jelas pada perlakuan P0 (kontol) intensitas serangan paling rendah 2.04 %. Dan intensitas tertinggi pada perlakuan P3 (75 gr/plot) adalah 1.40 %.

Faktor pemberian dosis Pupuk KCL (P) terhadap IS

X. campestris pv oryzae secara lebih rinci dapat dilihat pada histogram di bawah

ini:

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

5mst 6mst 7mst 8mst 9mst 10mst 11mst 12mst 13mst 14mst Pengamatan

P0 P1 P2 P3

Gambar 4 : Histogram Rataan Intensitas Serangan (%) X. campestris pv oryzae pada padi pada perlakuan dosis Pupuk KCL (P) untuk setiap waktu pengamatan (mst)

3. Pengaruh Faktor Interaksi Perlakuan Corynebacterium (B) dengan Pupuk KCL (P) Terhadap Intensitas Serangan (%) X. campestris pv

oryzae

Pengamatan intensitas serangan penyakit X. campestris pv oryzae (%) pada 5 – 14 minggu setelah tanam dapat dilihat pada lampiran 4 – 13.

Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa faktor kombinasi perlakuan Corynebacterium dengan Pupuk KCL yang berbeda berpengaruh nyata. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata dilakukan Uji Jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3 :


(38)

Tabel 3 : Uji Beda Rataan Intensitas Serangan X. campestris pv oryzae (%) pada Padi dengan Perlakuan Corynebacterium dan dosis pupuk K yang Berbeda untuk setiap waktu Pengamatan

Perlakuan Pengamatan

5mst 6mst 7mst 8mst 9mst 10mst 11mst 12mst 13mst 14mst

B0P0 0.16 0.33a 0.55a 1.05a 2.96a 4.07a 4.82a 5.47a 6.01a 6.36a

B0P1 0.04 0.04c 0.07c 0.13 0.31c 0.41c 1.81b 2.03b 2.26b 2.46b

B0P2 0.00 0.02c 0.03c 0.07d 0.19c 0.34c 1.27c 1.45c 1.82c 2.03c

B0P3 0.00 0.02c 0.04c 0.06d 0.15c 0.26d 0.64c 0.79c 1.71c 1.91c

B1P0 0.15 0.17b 0.31b 0.57b 1.23b 1.34b 1.83b 1.89b 2.35b 2.67b

B1P1 0.02 0.01c 0.05c 0.10c 0.23c 0.51c 0.94c 1.10c 1.53c 1.77c

B1P2 0.00 0.05c 0.11c 0.19c 0.39c 0.64c 1.08c 1.23c 1.47c 1.70c

B1P3 0.00 0.00c 0.00c 0.00d 0.05c 0.11d 0.22d 0.48d 0.83d 1.04d

B2P0 0.11 0.21b 0.24b 0.29c 1.27b 1.21c 2.47b 2.60b 2.92b 3.11b

B2P1 0.02 0.03c 0.05c 0.07d 0.23c 0.39c 0.59c 0.77c 1.11c 1.35c

B2P2 0.02 0.02c 0.02c 0.02d 0.11c 0.13d 0.28d 0.46d 0.69d 0.93d

B2P3 0.03 0.03c 0.05c 0.09c 0.13c 0.23d 0.53d 0.66c 0.91c 1.52c

B3P0 0.07 0.16b 0.37b 0.87a 1.29b 2.24b 2.06b 2.36b 2.59b 3.13b

B3P1 0.00 0.03c 0.07c 0.13c 0.29c 0.45c 1.09c 1.18c 1.36c 1.53c

B3P2 0.00 0.02c 0.06c 0.09c 0.15c 0.31d 0.87c 1.04c 1.17c 1.37c

B3P3 0.00 0.01c 0.04c 0.10c 0.19c 0.30d 0.83c 1.09c 1.28c 1.47c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata 5% menurut Uji Jarak Duncan (UJD)

Dari tabel dapat dilihat bahwa pada pengamatan 5 minggu setelah tanam masing perlakuan kontrol pada interaksi pemberian dosis Corynebacterium dengan pemberian dosis pupuk K antara B0P0, B1P0, B2P0 tidak berbeda nyata terhadap intensitas serangan penyakit X. campestris pv oryzae tetapi hal ini berbeda nyata jika dibandingkan B3P0.

Pada pengamatan terakir 14 mst diketahui intensitas tertinggi terdapat pada perlakuan interaksi B0P0 (6.36 %) dan terendah pada B2P2 (0.39 %). Hal ini menunjukkan bahwa interaksi pada pemberian dosis Corynebacterium tanpa pemberian pupuk tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.


(39)

Faktor Interaksi antara pemberian dosis Corynebacterium dan Pupuk KCL (P) terhadap IS X. campestris pv oryzae secara lebih rinci dapat dilihat pada histogram di bawah ini.

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

5mst

6mst

7mst

8mst

9mst

10mst

11mst

12mst

13mst

14mst

Pengamatan

In te n s it a s s e r a n g

B0P0

B0P1

B0P2

B0P3

B1P0

B1P1

B1P2

B1P3

B2P0

B2P1

B2P2

B2P3

B3P0

B3P1

Gambar 5: Histogram Rataan Intensitas Serangan (%) Xanthomonas campestris pv oryzae pada padi pada perlakuan Corynebacterium


(40)

Tingginya intensitas serangan penyakit pada perlakuan B0P0 (kontrol) dikarenakan tidak adanya pengendalian yang dilakukan yang mengakibatkan patogen dapat berkembang dengan cepat.

Produksi Padi

1. Pengaruh Dosis Corynebacterium Terhadap Produksi Padi

Hasil pengamatan pengaruh dosis Corynebacterium terhadap produksi padi dapat dilihat pada lampiran 14.

Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa dosis

Corynebacterium berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Untuk melihat

perlakuan yang mana berbeda nyata dilakukan Uji Jarak Duncan (UJD) pada taraf 5 % seperti pada tabel 4.

Tabel 4 : Uji beda rataan produksi padi pada perlakuan dosis

Corynebacterium (B) (Ton/Ha)

Dosis Rataan Produksi

(Ton / Ha) Corynebacterium

B0 (kontrol) 7.89d

B1 (106 sel bakteri / ml) 8.49c B2 (107 sel bakteri / ml) 9.13b B3 (108 sel bakteri / ml) 9.52a

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan

Pada Pengamatan data produksi di atas diketahui produksi tertinggi pada perlakuan B3 (108 sel bakteri / ml) sebesar 9.52 %, dan produksi terendah pada perlakuan B0 (kontrol) sebesar 7.89 %.


(41)

Pada setiap perlakuan menunjukkan perbedaan nyata terhadap hasil produksi tanaman. Dimana perlakuan B0 berbeda nyata terhadap B1, B2, B3.

Uji beda nyata antara perlakuan Dosis Corynebacterium terhadap produksi dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Produksi (ton/Ha)

0 2 4 6 8 10 12

B0 B1 B2 B3

Gambar 6 : Histogram rataan produksi padi pada perlakuan dosis

Corynebacterium (B) (Ton/Ha)

2. Pengaruh Pupuk K Terhadap Produksi Padi

Hasil analisis sidik ragam pengaruh pupuk K (P) terhadap produksi padi menurut Uji Jarak Duncan (UJD) pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 : Uji beda rataan produksi padi pada beberapa Pupuk K (P) (Ton/Ha)

Dosis Pupuk K Rataan Produksi

(Ton/Ha)

P0 (kontrol) 7.51b

P1 (25 gr/plot) 8.58b

P2 (50 gr/plot) 9.03b

P3 (75 gr/plot) 9.90a

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan


(42)

Pada hasil penelitian menyatakan bahwasannya produksi tertinggi pada perlakuan P3 (75 gr/plot) sebesar 9.90 Ton/Ha, dan produksi terendah pada perlakuan P0 (kontrol) sebesar 7.51 Ton/Ha.

Hasil ini berbeda nyata dan untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada histogram di bawah ini:

Rataan Produksi (Ton / Ha)

0 2 4 6 8 10 12

P0 P1 P2 P3

Perlakuan (Dosis Pupuk K)

P

ro

d

u

k

s

i

(T

o

n

/

H

Gambar 7 : Histogram rataan produksi padi pada Dosis Pupuk K (P)

3. Pengaruh Faktor Interaksi Perlakuan Corynebacterium (B) dengan Dosis Pupuk K (P) Terhadap Produksi Padi (Ton/Ha)

Pengamatan produksi gabah kering padi dapat dilihat pada lampiran 14. Dari analisis sidik ragam produksi dapat dilihat adanya perbedaan nyata pada masing-masing perlakuan, maka dilalkukan Uji Jarak Duncan (UJD). Hasilnya dapat dilihat pada tabel 6.


(43)

Tabel 6. : Uji Beda Rataan produksi padi (Ton/Ha) pada Perlakuan

Corynebacterium (B) dengan pupuk K (P) yang berbeda.

Perlakuan interaksi Rataan Produksi (Ton/Ha)

B0P0 6.85g

B0P1 7.52f

B0P2 8.16e

B0P3 9.01c

B1P0 7.26g

B1P1 8.33e

B1P2 8.89d

B1P3 9.47c

B2P0 8.17e

B2P1 9.03c

B2P2 9.29c

B2P3 10.03b

B3P0 7.78f

B3P1 9.43c

B3P2 9.78b

B3P3 11.09a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata 5% menurut Uji Jarak Duncan (UJD)

Pada hasil pengamatan di atas diketahui produksi tertinggi B3P3 (11.09 Ton/Ha) dan produksi terendah pada perlakuan B0P0 (6.85 Ton/Ha). Dimana pengaruh interaksi perlakuan B0 (Kontrol) dengan perlakuan P0, P1, P2, P3 terhadap produksi padi berbeda nyata (perlakuan B0P0, B0P1, B0P2 dan B0P3 berbeda nyata).

Pengaruh interaksi perlakuan B1P0 dengan perlakuan B1P1, B1P2, B1P3 terhadap produksi padi berbeda nyata, sedangkan jika dibandingkan antara perlakuan B1P1 dengan B1P2, dan B1P3 memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata.

Pengaruh interaksi perlakuan B2P0, B2P1, B2P2, B2P3 terhadap produksi tanaman padi menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata.


(44)

Pengaruh interaksi perlakuan B3P0 dengan B3P1, B3P2, B3P3 terhadap produksi tanaman padi menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Sedangkan jika dibandingkan antara perlakuan B3P1, B3P2, B3P3 terhadap produksi tanaman padi memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata.

Perbedaan Pengaruh interaksi perlakuan antara faktor Dosis Corynebacterium (B) dengan faktor pemberian pupuk K (P) dapat dilihat lebih jelas pada histogram di bawah ini:

0 2 4 6 8 10 12 B0 P0 B0 P1 B0 P2 B0 P3 B1 P0 B1 P1 B1 P2 B1 P3 B2 P0 B2 P1 B2 P2 B2 P3 B3 P0 B3 P1 B3 P2 B3 P3 R a ta a n P ro d u k s i (T o n /

Gambar 8 : Histogram rataan produksi padi pada interaksi perlakuan

Corynebacterium (B) pada Dosis Pupuk K (P).

Pembahasan

Dari hasil penelitian di atas diketahui bahwa pemberian Corynebacterium dapat menekan intensitas serangan penyakit kresek X. campestris pv oryzae. Itu dapat dilihat dari perbandingan tingkat intensitas serangan dari tanaman padi yang tidak diberi perlakuan Corynebacterium dengan tanaman padi yang diberi perlakuan Corynebacterium, dimana tanaman padi yang tidak diberi perlakuan (B0, IS adalah 1.87 %) dan tanaman yang diberi perlakuan (B1, IS adalah 149 % ; B2, IS adalah 1,46 % ; B3, IS adalah 1,52 %). Hal ini sesuai dengan literatur Wibowo, dkk


(45)

(2005) yang menyatakan pengendalian penyakit HBD yang diterapkan oleh BBPOPT Jatisari adalah dengan pemanfaatan bakteri antagonis. Bakteri antagonis tersebut adalah

Corynebacterium. Efektifitas Corynebacterium sebagai bakteri antagonis terhadap

penyakit HDB nampaknya sudah cukup baik dan menunjukkan hasil yang baik pada penghambatan pemunculan gejala awal, penyebaran maupun intensitas serangan.

Pada hasil pengamatan diatas menunjukkan bahwa Pengaruh Pemberian

Dosis Pupuk K berbeda nyata. Dimana perlakuan antara P0 (kontrol),

P1 (25 gr/plot), P2 (50 gr/plot) berbeda nyata terhadap P3 (75 gr/plot). Dimana

semakin Tinggi dosis Pupuk K yang diberikan maka semakin tinggi Produksi tanaman Padi. Dimana pada tanaman padi pupuk K memberikan ketahanan juga berperan dalam memperkuat tubuh tanaman sehingga tanaman masih dapat berproduksi. Hal ini sesuai dengan literatur Andi, dkk (2008), yang menyatakan bahwa Fungsi hara K sebagai komponen yang berperan dalam reaksi enzim tanaman, ketahanan terhadap penyakit tanaman memperbaiki kualitas gabah.

Serangan penyakit terendah terdapat pada perlakuan B2P2 dikarenakan

Corynebacterium yang mampu menghambat perkembangan penyakit yang

dikombinasikan dengan dosis pupuk K yang berguna untuk ketahanan tanaman terhadap penyakit kresek ini. Hal lain yang mempengaruhi intensitas serangan pada perlakuan B2P2 adalah kelembaban udara rata-rata selama musim pertanaman yaitu 83% dan curah hujan antara 0,2 – 10,5 mmHg (lampiran 17). Dimana kelembapan 83 % masih dibawah kelembapan optimum yang diperlukan oleh pathogen untuk berkembang. Seperti pada literatur Suparyono (2007)

menyatakan bahwa kelembaban optimum untuk perkembangan penyakit


(46)

Hubungan antara Intensitas Serangan terhadap produksi tanaman padi pada percobaan ini adalah hubungan terbalik yang atinya dimana apabila intensitas serangan tinggi pada perlakuan B0P0 ( 6.36 %) maka produksi tanaman padi semakin rendah seperti pada perlakuan B0P0 (6.85 Ton/Ha) dan sebaliknya jika intensitas serangan rendah pada perlakuan B3P3 (1,47 %) maka produksi tanaman padi akan tinggi seperti pada perlakuan B3P3 (11.09 Ton/Ha).

Jika dibandingkan antara pengaruh perlakuan pemberian dosis

Corynebacterium (B) yang berbeda dengan pemberian dosis Pupuk K (P) yang

berbeda terhadap produksi tanaman padi, maka dapat disimpulkan bahwa faktor pemberian dosis pupuk K (P) yang berbeda lebih memperlihatkan perbedaan terhadap hasil produksi tanaman padi, jika dibandingkan dengan faktor pemberian dosis Corynebacterium hal ini diketahui jika kedua faktor tersebut diinteraksikan dapat dilihat pada tabel 3 (halaman 24). Produksi yang dihasilkan pada interaksi Faktor I (B) diinteraksikan dengan perlakuan P1 dan P2 (B0P1, B1P1, B2P1, B3P1, B0P2, B1P2, B2P2, B3P2) produksi tanaman padi tidak berbeda nyata Faktor I (B) diinteraksikan dengan perlakuan P3 (B0P3, B1P3, B2P3, B3P3) terlihat perbedaan nyata yang sangat jelas. Hal ini menunjukkan faktor perlakuan P3 (75 gr/plot) yang memiliki pengaruh besar terhadap hasil produksi tanaman padi.


(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian dosis Corynebacterium yang berbeda antara B1 (106 sel bakteri/ml), B2 (107 sel bakteri/ml), B3 (108 sel bakteri/ml) tidak

berbeda nyata terhadap intensitas serangan penyakit kresek. Dimana intensitas serangan tertinggi pada perlakuan B3 (1.52 %) dan terendah pada perlakuan B2 (1.46 %).

2. Pemberian dosis Pupuk K yang berbeda antara P1 (25 gr/plot), P2 (50 gr/plot), P3 (75 gr/plot) tidak berbeda nyata terhadap intensitas serangan penyakit kresek. Dimana intensitas serangan tertinggi pada perlakuan P1 (1.50 %) dan yang terendah adalah P2 (1.40 %) dan P3 (1.40 %)

3. Pada perlakuan interaksi antara faktor B (pemberian Corynebacterium) dengan faktor P (Pupuk K) memiliki pengaruh nyata terhadap intensitas serangan penyakit kresek, dan perlakuan yang paling efektif menekan

intenitas serangan penyakit kresek adalah B2P2 (107 sel bakteri/ml dan 50 gr/plot) yakni 0,93 %.

4. Produksi tertinggi pada perlakuan B3P3(108 sel bakteri/ml dan 75 gr/plot) yakni 11.09 Ton/Ha dan produksi terendah pada perlakuan B0P0 (kontrol) yakni 6.85 Ton/Ha.


(48)

Saran

Penulis menyarankan agar pada pengendalian penyakit kresek X. campestris pv oryzae sebaiknya menggunakan agensia Corynebacterium dan


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. N., 1997. Plant Pathology Fift Edition. Department of Plant Pathology. University of Florida. Hlm 440 – 444

Andi Y. F., M. D. Mario., R.H., Anasiru., A. Zubair., Y. Antu. Petunjuk Teknis

Budidaya Padi Hibrida. Balai Pengkajian Teknologi. http:/Juknis_padi_hibrida. Pdf. Diakses pada tanggal 10 Maret 2010.

CABI. 2003. Data Sheets on Quarantine Pest, Xanthomonas Oryzae. Diakses dar pada tanggal 12 Agustus 2009.

Effendi, B. S., 2006. Mengatasi Kekurangan Produksi Padi Melalui PHT. Gnananickam, S. S., V. Brindha Priyadarisini, N N. Narayana, Preet Vasudevan

and Kavitha., 1999. An Overview of Bacterial Bligh Disease of Rice and

Strategis For its Management.

Madias. India. Curret Science. Vol 77 No. 11. Diakses pada tanggal 23 Desember 2009.

Grist, D. H., 1960. Rice. Longmans, Malaysia.

Hasanuddin. 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme Dalam Sistem

Pengendalian Penyakit Secara Terpadu.

Library.USU.ac.id/download/fp/fp_hasanuddin, pdf USU digital Library. Medan. Diakses pada tanggal 16 April 2010.

Kasijadi., Ali., Yusran., Wahyunindyawati dan S. Balai., 2007. Integrasi

Berbasis Padi Ternak.

tanggal 30 Maret 2010.

Lingga, P dan Marsono, 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Luh, B. S, 1991. Rice. An AVL Book Published by Van Nostrand Reindhold, New York.

Noor, M., 1996. Padi Lahan Maginal. Penebar Swadaya, Jakarta.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia, Jakarta.

Oka, I. N., 1993. Pengantar Epidermiologi Penyakit Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.


(50)

Ou, S. H., 1985. Rice Diseases. Commonwealth Mycological Institute. Kew Surrey . England.

Retnowati, Lilik., Cahyadi Irwan, Baskoro SW dan Harsono L., 2007.

Perbanyakan dan Cara Aplikasi Corynebacterium. BBOPT. Jatisari.

Hlm 1 – 2

Semangun, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press, Yogyakarta.

Semangun, H., 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.

Silitonga, Tiur Sudiaty., Ida Hanarida Somantri., Aan Andang Daradjat dan Hakim Kurniawan., 2003. Panduan Sistem Karakterisasi dan Evaluasi

Tanaman Padi. Departemen Pertanian, Bogor. Hlm 30

Sinaga, M. S., 2001. Dasar - Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Singh, R. S., 1998. Plant Disease. Oxford Publishing, New Delhi. Sugeng, 2003. Bercocok Tanaman Padi. Aneka Ilmu. Semarang.

Suparyono, 1997. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Padi.

Tanaka, Koji., Sayaka Nakatsu, Zen Nasuke Katsuba, Hiros Furaya, Takao Tsuchiya, Takasi Oku., 2004. Notes on the Occurrence of Pathogenic

Races of Xanthomonas oryzae pv oryzae Found in Hirosima Prefecture.

Prefectural University. Japan. Diakses pada tanggal 20 Maret 2010

Wibowo, Baskoro, dan Sugeng., 2005. Pemanfaatan Bakteri Antagonis. BBOPT, Jati sari.


(51)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Penelitian

I U II III

2,25 m

2,25 m

36

B0P1

B1P3

B2P2

B0P3

B2P2 B0P3

B0P2

B2P1

B1P1

B0P3

B1P2

B3P2

B2P2

B2P3

B1P3

B3P3

B0P1

B1P1

B0P2

B2P1

B2P2

B3P1

B0P1

B3P3

B3P2

B2P3

B1P3

B1P1

B2P1

B0P2

B3P2

B3P1

B1P2

B3P1 B1P2

B0P0

B2P0

B1P0

B3P0

B2P0 B0P0

B1P0

B3P0

B0P0

B3P3

B1P0

B3P0

B2P0


(52)

Keterangan

B0P0 : Kontrol dengan kontrol

B0P1 : Kontrol dengan dosis pupuk 25 gr/plot

B0P2 : Kontrol dengan dosis pupuk 50 gr/plot

B0P3 : Kontrol dengan dosis pupuk 75 gr/plot

B1P0 : Corynebacterium 106 sel bakteri / ml dengan kontrol

B1P1 : Corynebacterium 106 sel bakteri / ml dengan dosis pupuk 25 gr/plot

B1P2 : Corynebacterium 106 sel bakteri / ml dengan dosis pupuk 50 gr/plot

B1P3 : Corynebacterium 106 sel bakteri / ml dengan pupuk 75 gr/plot B2P0 : Corynebacterium 107 sel bakteri / ml dengan kontrol

B2P1 : Corynebacterium 107 sel bakteri / ml dengan dosis pupuk 25 gr/plot

B2P2 : Corynebacterium 107 sel bakteri / ml dengan dosis pupuk 50 gr/plot

B2P3 : Corynebacterium 107 sel bakteri / ml dengan pupuk 75 gr/plot

B3P0 : Corynebacterium 108 sel bakteri / ml dengan kontrol

B3P1 : Corynebacterium 108 sel bakteri / ml dengan dosis pupuk 25 gr/plot

B3P2 : Corynebacterium 108 sel bakteri / ml dengan dosis pupuk 50 gr/plot


(53)

Lampiran 2. Bagan Tanaman Sampel

2,25 m

2,25 m

1 Meter XXXXXX X X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X

X X X

X

X X X X

X X

X

X

X

X X X X X X X X X X X X X X X X

U

Jumlah Populasi = 49 tanaman Jumlah Tanaman Sampel = 5 tanaman Jarak Tanam = 25 cm x 25cm

Keterangan


(54)

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Ciherang

Asal : Persilangan IR 18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1- 3///IR64///IR64

Golongan : Tidak berbulu

Bentuk : Tegak

Tinggi : ± 107 – 115 cm

Anakan Produktif : 10-15 tanaman Warna :

Kaki : Hijau Batang : Hijau Telinga daun : Putih Lidah daun : Putih

Muka daun : Kasar pada sebelah bawah daun Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak Gabah :

Bentuk : Panjang, Ramping Warna : Kuning Bersih Bobot 1000 butir : 28 gram Nasi

Rasa : Pulen Kadar Amilosa : 23% Panen :

Hasil Gabah : ± 7 ton / ha gabah kering Umur : 100 – 115 hari

Kerontokan : Sedang

Penyakit : Agak tahan terhadap bakteri busuk daun strain III dan Iv Tahun Dilepas : 25 Februari 2000


(55)

Lampiran 4. Pengamatan IS X. campestris pv oryzae pada pengamatan 5 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

B0P0 0.20 0.11 0.17 0.48 0.16

B0P1 0.11 0.00 0.00 0.11 0.04

B0P2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

B0P3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

B1P0 0.11 0.17 0.17 0.45 0.15

B1P1 0.05 0.00 0.00 0.05 0.02

B1P2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

B1P3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

B2P0 0.11 0.11 0.12 0.34 0.11

B2P1 0.05 0.00 0.00 0.05 0.02

B2P2 0.05 0.00 0.00 0.05 0.02

B2P3 0.05 0.05 0.00 0.10 0.03

B3P0 0.10 0.06 0.05 0.21 0.07

B3P1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

B3P2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

B3P3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 0.83 0.50 0.51 1.84

Rataan 0.05 0.03 0.03 0.04

Transformasi data Arc Sin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

B0P0 0.84 0.78 0.82 2.44 0.81

B0P1 0.78 0.71 0.71 2.20 0.73

B0P2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

B0P3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

B1P0 0.78 0.82 0.82 2.42 0.81

B1P1 0.74 0.71 0.71 2.16 0.72

B1P2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

B1P3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

B2P0 0.78 0.78 0.79 2.35 0.78

B2P1 0.74 0.71 0.71 2.16 0.72

B2P2 0.74 0.71 0.71 2.16 0.72

B2P3 0.74 0.74 0.71 2.19 0.73

B3P0 0.77 0.75 0.74 2.26 0.75

B3P1 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

B3P2 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

B3P3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

Total 11.87 11.65 11.65 35.17


(56)

Tabel Dwi Kasta Total

Dosis Dosis Pupuk K

Total Rataan

Corynebacterium P0 P1 P2 P3

B0 2.44 2.20 2.12 2.12 8.87 2.22

B1 2.42 2.16 2.12 2.12 8.82 2.20

B2 2.35 2.16 2.16 2.19 8.85 2.21

B3 2.26 2.12 2.12 2.12 8.63 2.16

Total 9.47 8.63 8.52 8.55 35.17

Rataan 2.37 2.16 2.13 2.14 2.20

Tabel Dwi Kasta Rataan

Dosis Dosis Pupuk K

Total Rataan

Corynebacterium P0 P1 P2 P3

B0 0.81 0.73 0.71 0.71 2.96 0.74

B1 0.81 0.72 0.71 0.71 2.94 0.73

B2 0.78 0.72 0.72 0.73 2.95 0.74

B3 0.75 0.71 0.71 0.71 2.88 0.72

Total 3.16 2.88 2.84 2.85 11.72

Rataan 0.79 0.72 0.71 0.71 0.73

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F. 05

Blok 2 0.0020 0.0010 3.04 tn 3.32

Perlakuan 15 0.0597 0.0040 11.94 * 2.01

Corynebacterium (B) 3 0.0031 0.0010 3.13 * 2.92 Pupuk K (P) 3 0.0512 0.0171 51.23 * 2.92

B x P 9 0.0053 0.0006 1.78 tn 2.42

Error 30 0.0100 0.0003

Total 47 0.070

FK = 25.77

KK = 0.02 %

Ket : tn = tidak nyata


(57)

Uji Jarak Duncan Faktor Pupuk K (P)

Sy 0.002

P 2 3 4 5

SSR 0,05 2.89 3.04 3.12 3.20

LSR 0,05 0.006 0.007 0.007 0.007

Perlakuan P2 P3 P1 P0

Rataan 0.71 0.71 0.72 0.79

.a b

Uji Jarak Duncan

Faktor Corynebacterium (B)

Sy 0.002

P 2 3 4 5

SSR 0,05 2.89 3.04 3.12 3.20

LSR 0,05 0.006 0.007 0.007 0.007

Perlakuan B3 B1 B2 B0

Rataan 0.72 0.73 0.74 0.74

a .b


(58)

Uji Jarak Duncan Faktor Interaksi B x P

Sy 0.009

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16 17 18 19 20

SSR 0,05 2.89 3.04 3.12 3.2 3.25 3.29 3.32 3.35 3.37 3.4 3.43 3.44 3.44 3.46 3.46 3.47

LSR 0,05 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03

Perlakuan B0P2 B0P3 B1P2 B1P3 B3P1 B3P2 B3P3 B1P1 B2P1 B2P2 B0P1 B2P3 B3P0 B2P0 B1P0 B0P0

Rataan 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.72 0.72 0.72 0.73 0.73 0.75 0.78 0.81 0.81

a b


(59)

Lampiran 5. Pengamatan IS X. campestris pv oryzae pada pengamatan 6 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

B0P0 0.35 0.26 0.38 0.99 0.33

B0P1 0.11 0.00 0.00 0.11 0.04

B0P2 0.00 0.05 0.00 0.05 0.02

B0P3 0.00 0.00 0.06 0.06 0.02

B1P0 0.16 0.14 0.20 0.50 0.17

B1P1 0.04 0.00 0.00 0.04 0.01

B1P2 0.05 0.00 0.11 0.16 0.05

B1P3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

B2P0 0.19 0.18 0.26 0.63 0.21

B2P1 0.05 0.05 0.00 0.10 0.03

B2P2 0.05 0.00 0.00 0.05 0.02

B2P3 0.04 0.05 0.00 0.09 0.03

B3P0 0.18 0.15 0.14 0.47 0.16

B3P1 0.02 0.00 0.07 0.09 0.03

B3P2 0.04 0.02 0.00 0.06 0.02

B3P3 0.00 0.04 0.00 0.04 0.01

Total 1.28 0.94 1.22 3.44

Rataan 0.08 0.06 0.08 0.07

Transformasi data Arc Sin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

B0P0 0.92 0.87 0.94 2.73 0.91

B0P1 0.78 0.71 0.71 2.20 0.73

B0P2 0.71 0.74 0.71 2.16 0.72

B0P3 0.71 0.71 0.75 2.16 0.72

B1P0 0.81 0.80 0.84 2.45 0.82

B1P1 0.73 0.71 0.71 2.15 0.72

B1P2 0.74 0.71 0.78 2.23 0.74

B1P3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

B2P0 0.83 0.82 0.87 2.53 0.84

B2P1 0.74 0.74 0.71 2.19 0.73

B2P2 0.74 0.71 0.71 2.16 0.72

B2P3 0.73 0.74 0.71 2.18 0.73

B3P0 0.82 0.81 0.80 2.43 0.81

B3P1 0.72 0.71 0.75 2.18 0.73

B3P2 0.73 0.72 0.71 2.16 0.72

B3P3 0.71 0.73 0.71 2.15 0.72

Total 12.15 11.93 12.09 36.18


(60)

Tabel Dwi Kasta Total

Dosis Dosis Pupuk K

Total Rataan

Corynebacterium P0 P1 P2 P3

B0 2.73 2.20 2.16 2.16 9.25 2.31

B1 2.45 2.15 2.23 2.12 8.95 2.24

B2 2.53 2.19 2.16 2.18 9.06 2.26

B3 2.43 2.18 2.16 2.15 8.93 2.23

Total 10.14 8.72 8.70 8.62 36.18

Rataan 2.53 2.18 2.18 2.15 2.26

Tabel Dwi Kasta Rataan

Dosis Dosis Pupuk K

Total Rataan

Corynebacterium P0 P1 P2 P3

B0 0.91 0.73 0.72 0.72 3.08 0.77

B1 0.82 0.72 0.74 0.71 2.98 0.75

B2 0.84 0.73 0.72 0.73 3.02 0.75

B3 0.81 0.73 0.72 0.72 2.98 0.74

Total 3.38 2.91 2.90 2.87 12.06

Rataan 0.84 0.73 0.73 0.72 0.75

Daftar Sidik Ragam

Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit F. 05

Blok 2 0.0016 0.0008 1.32 tn 3.32

Perlakuan 15 0.1550 0.0103 17.30 * 2.01

Corynebacterium

(B) 3 0.0053 0.0018 2.96 * 2.92

Pupuk K (P) 3 0.1336 0.0445 74.56 * 2.92

B x P 9 0.0161 0.0018 3.00 * 2.42

Error 30 0.0179 0.0006

Total 47 0.173

FK = 27.27

KK = 0.03 %

Ket : tn = tidak nyata


(61)

Uji Jarak Duncan Faktor Pupuk K (P)

Sy 0.003

P 2 3 4 5

SSR 0,05 2.89 3.04 3.12 3.20

LSR 0,05 0.008 0.009 0.009 0.009

Perlakuan P3 P1 P2 P0

Rataan 0.72 0.73 0.73 0.84

.a b

Uji Jarak Duncan

Faktor Corynebacterium (B)

Sy 0.003

P 2 3 4 5

SSR 0,05 2.89 3.04 3.12 3.20

LSR 0,05 0.008 0.009 0.009 0.009

Perlakuan B3 B1 B2 B0

Rataan 0.74 0.75 0.75 0.77

.a b


(62)

Uji Jarak Duncan Faktor Interaksi B x P

Sy 0.012

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16 17 18 19 20

SSR 0,05 2.89 3.04 3.12 3.2 3.25 3.29 3.32 3.35 3.37 3.4 3.43 3.44 3.44 3.46 3.46 3.47

LSR 0,05 0.033 0.035 0.036 0.037 0.037 0.038 0.038 0.039 0.039 0.039 0.040 0.040 0.04 0.040 0.040 0.040

Perlakuan B1P3 B0P2 B3P3 B0P3 B1P1 B2P2 B3P2 B2P1 B3P1 B0P1 B2P3 B1P2 B3P0 B1P0 B2P0 B0P0

Rataan 0.71 0.72 0.72 0.72 0.72 0.72 0.72 0.73 0.73 0.73 0.73 0.74 0.81 0.82 0.84 0.91

.a b


(63)

Lampiran 6. Pengamatan IS X. campestris pv oryzae pada pengamatan 7 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

B0P0 0.49 0.48 0.68 1.65 0.55

B0P1 0.12 0.02 0.07 0.21 0.07

B0P2 0.02 0.05 0.02 0.09 0.03

B0P3 0.00 0.02 0.10 0.12 0.04

B1P0 0.30 0.30 0.33 0.93 0.31

B1P1 0.06 0.07 0.02 0.15 0.05

B1P2 0.08 0.02 0.22 0.32 0.11

B1P3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

B2P0 0.23 0.14 0.36 0.73 0.24

B2P1 0.05 0.07 0.04 0.16 0.05

B2P2 0.05 0.00 0.00 0.05 0.02

B2P3 0.04 0.10 0.00 0.14 0.05

B3P0 0.45 0.32 0.35 1.12 0.37

B3P1 0.05 0.02 0.13 0.20 0.07

B3P2 0.10 0.08 0.00 0.18 0.06

B3P3 0.00 0.10 0.02 0.12 0.04

Total 2.04 1.79 2.34 6.17

Rataan 0.13 0.11 0.15 0.13

Transformasi data Arc Sin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

B0P0 0.99 0.99 1.09 3.07 1.02

B0P1 0.79 0.72 0.75 2.26 0.75

B0P2 0.72 0.74 0.72 2.18 0.73

B0P3 0.71 0.72 0.77 2.20 0.73

B1P0 0.89 0.89 0.91 2.70 0.90

B1P1 0.75 0.75 0.72 2.22 0.74

B1P2 0.76 0.72 0.85 2.33 0.78

B1P3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

B2P0 0.85 0.80 0.93 2.58 0.86

B2P1 0.74 0.75 0.73 2.23 0.74

B2P2 0.74 0.71 0.71 2.16 0.72

B2P3 0.73 0.77 0.71 2.22 0.74

B3P0 0.97 0.91 0.92 2.80 0.93

B3P1 0.74 0.72 0.79 2.26 0.75

B3P2 0.77 0.76 0.71 2.24 0.75

B3P3 0.71 0.77 0.72 2.20 0.73

Total 12.59 12.45 12.75 37.79


(64)

Tabel dwikasta Total

Dosis Dosis Pupuk K

Total Rataan

Corynebacterium P0 P1 P2 P3

B0 3.07 2.26 2.18 2.20 9.72 2.43

B1 2.70 2.22 2.33 2.12 9.38 2.34

B2 2.58 2.23 2.16 2.22 9.19 2.30

B3 2.80 2.26 2.24 2.20 9.50 2.38

Total 11.16 8.98 8.91 8.74 37.79

Rataan 2.79 2.24 2.23 2.19 2.36

Tabel Dwi Kasta Rataan

Dosis Dosis Pupuk K

Total Rataan

Corynebacterium P0 P1 P2 P3

B0 1.02 0.75 0.73 0.73 3.24 0.81

B1 0.90 0.74 0.78 0.71 3.13 0.78

B2 0.86 0.74 0.72 0.74 3.06 0.77

B3 0.93 0.75 0.75 0.73 3.17 0.79

Total 3.72 2.99 2.97 2.91 12.60

Rataan 0.93 0.75 0.74 0.73 0.79

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F. 05

Blok 2 0.0027 0.0014 0.96 tn 3.32

Perlakuan 15 0.3784 0.0252 17.94 * 2.01

Corynebacterium (B) 3 0.0127 0.0042 3.00 * 2.92

Pupuk K (P) 3 0.3265 0.1088 77.40 * 2.92

B x P 9 0.0392 0.0044 3.10 * 2.42

Error 30 0.0422 0.0014

Total 47 0.421

FK = 29.75

KK = 0.05 %

Ket : tn = tidak nyata


(65)

Uji Jarak Duncan Faktor Pupuk K (P)

Sy 0.004

P 2 3 4 5

SSR 0,05 2.89 3.04 3.12 3.20

LSR 0,05 0.013 0.013 0.014 0.014

Perlakuan P3 P2 P1 P0

Rataan 0.73 0.74 0.75 0.93

.a b

Uji Jarak Duncan

Faktor Corynebacterium (B)

Sy 0.004

P 2 3 4 5

SSR 0,05 2.89 3.04 3.12 3.20

LSR 0,05 0.013 0.013 0.014 0.014

Perlakuan B2 B3 B1 B0

Rataan 0.77 0.79 0.78 0.81

.a b


(66)

Uji Jarak Duncan Faktor Interaksi B x P

Sy 0.02

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16 17 18 19 20

SSR 0,05 2.89 3.04 3.12 3.2 3.25 3.29 3.32 3.35 3.37 3.4 3.43 3.44 3.44 3.46 3.46 3.47

LSR 0,05 0.05 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06

Perlakuan B1P3 B2P2 B3P3 B0P2 B0P3 B1P1 B2P1 B2P3 B3P2 B0P1 B3P1 B1P2 B2P0 B1P0 B3P0 B0P0

Rataan 0.71 0.72 0.73 0.73 0.73 0.74 0.74 0.74 0.75 0.75 0.75 0.78 0.86 0.90 0.93 1.02

.a b


(67)

Lampiran 7. Pengamatan IS X. campestris pv oryzae pada pengamatan 8 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

B0P0 0.70 1.21 1.23 3.14 1.05

B0P1 0.35 0.00 0.05 0.40 0.13

B0P2 0.05 0.11 0.05 0.21 0.07

B0P3 0.00 0.05 0.13 0.18 0.06

B1P0 0.57 0.55 0.60 1.72 0.57

B1P1 0.13 0.13 0.05 0.31 0.10

B1P2 0.11 0.05 0.40 0.56 0.19

B1P3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

B2P0 0.19 0.35 0.33 0.87 0.29

B2P1 0.05 0.05 0.11 0.21 0.07

B2P2 0.05 0.00 0.00 0.05 0.02

B2P3 0.05 0.23 0.00 0.28 0.09

B3P0 1.33 0.69 0.58 2.60 0.87

B3P1 0.05 0.05 0.30 0.40 0.13

B3P2 0.13 0.13 0.00 0.26 0.09

B3P3 0.00 0.24 0.05 0.29 0.10

Total 3.76 3.84 3.88 11.48

Rataan 0.24 0.24 0.24 0.24

Transformasi data Arc Sin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

B0P0 1.10 1.31 1.32 3.72 1.24

B0P1 0.92 0.71 0.74 2.37 0.79

B0P2 0.74 0.78 0.74 2.26 0.75

B0P3 0.71 0.74 0.79 2.24 0.75

B1P0 1.03 1.02 1.05 3.11 1.04

B1P1 0.79 0.79 0.74 2.33 0.78

B1P2 0.78 0.74 0.95 2.47 0.82

B1P3 0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

B2P0 0.83 0.92 0.91 2.66 0.89

B2P1 0.74 0.74 0.78 2.26 0.75

B2P2 0.74 0.71 0.71 2.16 0.72

B2P3 0.74 0.85 0.71 2.30 0.77

B3P0 1.35 1.09 1.04 3.48 1.16

B3P1 0.74 0.74 0.89 2.38 0.79

B3P2 0.79 0.79 0.71 2.29 0.76

B3P3 0.71 0.86 0.74 2.31 0.77

Total 13.43 13.52 13.53 40.48


(68)

Tabel Dwi Kasta Total

Dosis Dosis Pupuk K

Total Rataan

Corynebacterium P0 P1 P2 P3

B0 3.72 2.37 2.26 2.24 10.60 2.65

B1 3.11 2.33 2.47 2.12 10.03 2.51

B2 2.66 2.26 2.16 2.30 9.39 2.35

B3 3.48 2.38 2.29 2.31 10.46 2.62

Total 12.97 9.34 9.19 8.98 40.48

Rataan 3.24 2.34 2.30 2.24 2.53

Tabel Dwi Kasta Rataan

Dosis Dosis Pupuk K

Total Rataan

Corynebacterium P0 P1 P2 P3

B0 1.24 0.79 0.75 0.75 3.53 0.88

B1 1.04 0.78 0.82 0.71 3.34 0.84

B2 0.89 0.75 0.72 0.77 3.13 0.78

B3 1.16 0.79 0.76 0.77 3.49 0.87

Total 4.32 3.11 3.06 2.99 13.49

Rataan 1.08 0.78 0.77 0.75 0.84

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F. 05

Blok 2 0.0003 0.0002 0.03 tn 3.32

Perlakuan 15 1.1504 0.0767 11.65 * 2.01

Corynebacterium (B) 3 0.0742 0.0247 3.76 * 2.92

Pupuk K (P) 3 0.9105 0.3035 46.09 * 2.92

B x P 9 0.1657 0.0184 2.80 * 2.42

Error 30 0.1976 0.0066

Total 47 1.348

FK = 34.13

KK = 0.10 %

Ket : tn = tidak nyata


(69)

Uji Jarak Duncan Faktor Pupuk K (P)

Sy 0.010 0.72 0.74 0.75

P 2 3 4 5

SSR 0,05 2.89 3.04 3.12 3.20

LSR 0,05 0.028 0.029 0.030 0.031

Perlakuan P3 P2 P1 P0

Rataan 0.75 0.77 0.78 1.08

.a b

Uji Jarak Duncan

Faktor Corynebacterium (B)

Sy 0.010 0.75 0.84 0.81 0.85

P 2 3 4 5

SSR 0,05 2.89 3.04 3.12 3.20

LSR 0,05 0.028 0.029 0.030 0.031

Perlakuan B2 B1 B3 B0

Rataan 0.78 0.84 0.87 0.88

a .b


(70)

Uji Jarak Duncan Faktor Interaksi B x P

Sy 0.038 0.60 0.60 0.64 0.63 0.63 0.64 0.64 0.64 0.65 0.66 0.66 0.69 0.76 0.90 1.03

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16 17 18 19 20

SSR 0,05 2.89 3.04 3.12 3.2 3.25 3.29 3.32 3.35 3.37 3.4 3.43 3.44 3.44 3.46 3.46 3.47

LSR 0,05 0.11 0.12 0.12 0.12 0.12 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13

Perlakuan B1P3 B2P2 B0P2 B0P3 B2P1 B3P2 B2P3 B3P3 B1P1 B3P1 B0P1 B1P2 B2P0 B1P0 B3P0 B0P0

Rataan 0.71 0.72 0.75 0.75 0.75 0.76 0.77 0.77 0.78 0.79 0.79 0.82 0.89 1.04 1.16 1.24

a .b

c d


(71)

Lampiran 8. Pengamatan IS X. campestris pv oryzae pada pengamatan 9 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

B0P0 3.02 2.84 3.02 8.88 2.96

B0P1 0.55 0.21 0.18 0.94 0.31

B0P2 0.18 0.23 0.17 0.58 0.19

B0P3 0.08 0.13 0.24 0.45 0.15

B1P0 1.16 1.17 1.36 3.69 1.23

B1P1 0.22 0.23 0.25 0.70 0.23

B1P2 0.19 0.15 0.83 1.17 0.39

B1P3 0.05 0.08 0.02 0.15 0.05

B2P0 1.09 0.65 2.07 3.81 1.27

B2P1 0.11 0.35 0.23 0.69 0.23

B2P2 0.16 0.11 0.05 0.32 0.11

B2P3 0.05 0.33 0.02 0.40 0.13

B3P0 2.56 0.41 0.91 3.88 1.29

B3P1 0.16 0.14 0.58 0.88 0.29

B3P2 0.20 0.22 0.02 0.44 0.15

B3P3 0.02 0.45 0.10 0.57 0.19

Total 9.80 7.70 10.05 27.55

Rataan 0.61 0.48 0.63 0.57

Transformasi data Arc Sin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

B0P0 1.88 1.83 1.88 5.58 1.86

B0P1 1.02 0.84 0.82 2.69 0.90

B0P2 0.82 0.85 0.82 2.50 0.83

B0P3 0.76 0.79 0.86 2.42 0.81

B1P0 1.29 1.29 1.36 3.94 1.31

B1P1 0.85 0.85 0.87 2.57 0.86

B1P2 0.83 0.81 1.15 2.79 0.93

B1P3 0.74 0.76 0.72 2.22 0.74

B2P0 1.26 1.07 1.60 3.94 1.31

B2P1 0.78 0.92 0.85 2.56 0.85

B2P2 0.81 0.78 0.74 2.34 0.78

B2P3 0.74 0.91 0.72 2.37 0.79

B3P0 1.75 0.95 1.19 3.89 1.30

B3P1 0.81 0.80 1.04 2.65 0.88

B3P2 0.84 0.85 0.72 2.41 0.80

B3P3 0.72 0.97 0.77 2.47 0.82

Total 15.91 15.30 16.13 47.33


(1)

(2)

(3)

Produksi Ulangan III (kg/plot)


(4)

(5)

(6)