No.33 Vol.1 Thn.XVII April 2010 ISSN : 0854 - 8471
TeknikA 85
Gambar 3.6 Efisiensi Penyisihan COD
untuk Variasi Berat Adsorben
Gambar 3.7 Perbandingan Kapasitas Penyerapan COD untuk Variasi Berat Adsorben
Gambar 3.7 menunjukkan besarnya kapasitas penyerapan COD yang terjadi pada masing-masing
variasi berat adsorben. Dalam volume 100 ml larutan, berat adsorben 0,5 gr dapat menyerap COD
sebesar 0,133 mgg.
Penyerapan COD selanjutnya terjadi sebesar 4,533 mgg untuk berat adsorben 1 gr. Pada variasi 1,5 gr
berat adsorben, kapasitas penyerapan terjadi lebih besar dengan nilai 6 mgg. Untuk berat 2 gr,
kapasitas penyerapan mulai menurun hingga ke titik 3,2 mgg. Sama halnya dengan berat adsorben
sebelumnya, pada berat 3 gr, adsorben memiliki kapasitas penyerapan yang menurun drastis hingga
ke titik 0,733 mgg.
Dengan jumlah adsorben yang kecil yaitu 0,5 gr dan 1 gr, efisiensi menjadi kecil karena jumlah partikel
adsorben yang minim sementara ia berada pada lingkungan
adsorbat yang
besar 100
ml mengakibatkan banyaknya rongga yang mestinya
masih dapat terisi oleh adsorben. Adanya ruang kosong ini memperkecil jumlah permukaan yang
teradsorpsi sehingga
efisiensi penyisihanpun
menjadi tidak optimal. Dengan berat adsorben 1,5 gr, kapasitas penyerapan yang terjadi menjadi sangat
efektif dengan hasil penyisihan yang tinggi. Ini merupakan kondisi ideal bagi adsorben untuk dapat
menyerap adsorbat yang ada pada volume kerja 100 ml. Untuk jumlah adsorben yang lebih besar lagi
yaitu 2 gr dan 3 gr, dengan volume yang sama, ternyata menyebabkan terjadinya penggumpalan
adsorben sehingga permukaan adsorben tidak seluruhnya
terbuka. Hal
ini menyebabkan
berkurangnya luas permukaan aktif dari adsorben sehingga proses penyerapan tidak efektif yang
mengakibatkan berkurangnya kapasitas penyerapan. Pernyataan ini selaras dengan Ahalya, et al 2003
yang menyatakan bahwa pada proses yang spesifik, semakin rendah jumlah atau dosis bv adsorben
yang digunakan maka semakin besar kemampuan penyisihannya.
3.3.3 Penentuan Waktu Kontak Optimum Seperti variasi berat adsorben, veriasi waktu kontak
juga memiliki lima variasi. Waktu kontak adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengadukan
antara fly ash sebagai adsorben dan larutan artifisial sebagai
adsorbat. Berdasarkan
penelitian sebelumnya untuk jenis adsorben ampas tebu, waktu
kontak optimum yaitu pada 15 menit, namun karena fly ash merupakan hasil sampingan dari pembakaran,
maka waktu kontak yang dibutuhkan akan lebih lama B. Bayat, 2002. Agar lebih jelas mengenai
penurunan konsentrasi masing-masing variasi, dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan Gambar 3.8.
Dari grafik dapat dilihat dengan waktu kontak 30 menit dapat menurunkan konsentrasi COD dari 100
ppm menjadi 17 ppm. Untuk waktu pengadukan 60 menit, konsentrasi COD dapat berkurang dari
konsentrasi 100 ppm menjadi 13 ppm. Selanjutnya pada waktu pengadukan 90 menit, 120 menit dan
150 menit, fly ash dapat mereduksi COD dari 100 ppm masing-masing menjadi 9 ppm, 11 ppm dan 15
ppm.
Tabel 3.4 Penurunan Konsentrasi, Perbandingan
Efisiensi Penyisihan dan Kapasitas Penyerapan pada Variasi Waktu Kontak
Waktu Kontak
menit Cout
ppm Effisiensi
Kap. Penyerapan
mgg
30 17,0
83,0 5,533
60 13,0
87,0 5,800
90 9,0
91,0 6,067
120 11,0
89,0 5,933
150 15,0
85,0 5,667
Gambar 3.8 Perbandingan Konsentrasi Akhir COD untuk Variasi Waktu Kontak
Terlihat bahwa pada waktu kontak 90 menit adsorben bekerja lebih optimun dibandingkan
dengan variasi waktu lainnya. Ini disebabkan karena sifat fly ash sendiri yang merupakan hasil
pembakaran sehingga memiliki titik jenuh yang lebih lama B. Bayat, 2002 dibandingkan penelitian
No.33 Vol.1 Thn.XVII April 2010 ISSN : 0854 - 8471
TeknikA 86
sebelumnya dengan menggunakan adsorben ampas tebu. Nilai titik jenuh yang tinggi juga dimiliki oleh
adsorben zeolit aktif yaitu 150 menit Fatha,2007. Efisiensi penyisihan COD pada variasi waktu kontak
dapat dilihat pada Gambar 3.9. Pada grafik terlihat bahwa efisiensi penyisihan dari masing-masing
variasi sangat besar yaitu diatas 80. Untuk waktu kontak 30 menit dan 60 menit, efisiensi penyisihan
yang didapat masing-masing sebesar 83 dan 87. Efisiensi terus meningkat pada waktu kontak 90
menit yaitu 91. Selanjutnya efisiensi penyisihan menurun untuk waktu kontak 120 menit dan 150
menit yaitu sebesar 89 dan 85. Dari grafik terlihat jelas bahwa kondisi optimum untuk variasi
waktu kontak terletak pada waktu 90 menit.
Gambar 3.9 Efisiensi Penyisihan COD
untuk Variasi Waktu Kontak
Gambar 3.10 Perbandingan Kapasitas Penyerapan COD untuk Variasi Waktu Kontak
Pada Gambar
3.10 dapat
dilihat kapasitas
penyerapan dari masing-masing variasi. Untuk wktu pengadukan 30 menit, fly ash dapat menyerap 5,533
mgg. Kapasits penyerapan terus naik pada waktu kontak 60 menit dan 90 menit yaitu sebesar 5,8 mgg
dan 6,067 mgg. Untuk waktu kontak selanjutnya kapasitas penyerapan mulai menurun yaitu pada
waktu 120 menit dan 150 menit masing-masing sebesar 5,933 mgg dan 5,667 mgg. Kapasitas
penyerapan paling besar terjadi pada waktu kontak 90 menit dan paling kecil terdapat pada waktu
kontak 30 menit.
Pada 30 menit pertama, penyerapan yang terjadi oleh adsorben
belum terlalu
banyak, kapasitas
penyerapan akan
terus meningkat
seiring berjalannya waktu pengadukan. Hingga pada waktu
kontak 90 menit, kerja adsorpsi berjalan dengan efektif terlihat dari efisiensi dan daya serap yang
tinggi. Bisa dikatakan bahwa penyerapan bagi adsorben dengan volume kerja 100 ml adsorbat telah
mencapai titik jenuh pada waktu 90 menit. Setelah menit ke-90, adsorben masih tetap bisa mereduksi
COD, namun kapasitas
penyerapannya telah menurun, ini disebabkan karena kondisi jenuh yang
telah dicapai sebelumnya dimana hampir seluruh permukaan adsorben telah tertutup oleh partikel
adsorbat yang ada. Pada kondisi ini terjadi kesetimbangan dinamis antara laju adsorpsi dengan
desorpsi dimana tidak akan ada lagi COD yang diserap maupun terlepas atau larut kembali ke dalam
adsorbat Waranusantigul et al, 2003.
3.3.4 Penentuan Konsentrasi Adsorbat Optimum