Analisa Biological Oxygen Demand (Bod) Dari Limbah Cair Laboratorium Balai Riset Dan Standardisasi Medan

(1)

ANALISA BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) DARI

LIMBAH CAIR LABORATORIUM BALAI RISET DAN

STANDARDISASI MEDAN

KARYA ILMIAH

MUTIARA HASNINA

052401075

PROGRAM D3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

ANALISA BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) DARI

LIMBAH CAIR LABORATORIUM BALAI RISET DAN

STANDARDISASI MEDAN

KARYA ILMIAH

Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar

Ahli Madya

MUTIARA HASNINA

052401075

PROGRAM D3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) DARI LIMBAH CAIR LABORATORIUM BALAI RISET DAN STANDARDISASI MEDAN Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : MUTIARA HASNINA

Nomor Induk Mahasiswa : 052401075

Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Desember 2008

Disetujui oleh :

Program Studi D3 Kimia Analis Dosen pembimbing Ketua,

(Dr. Matpongahtun, MSc) (Dr. Marpongahtun, MSc)

NIP :131796151 NIP : 131796151

Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua

(Dr. Rumondan Bulan, MS) NIP : 131459466


(4)

ii

PERNYATAAN

ANALISA BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) DARI LIMBAH CAIR LABORATORIUM BALAI RISET DAN STANDARDISASI MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Desember 2008

MUTIARA HASNINA 052401075


(5)

PENGHARGAAN

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT. karena rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya maka Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan. Adapun Karya Ilmiah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan D3 Kimia Analis-FMIPA USU.

Selama penulisan Karya Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya dan setulus – tulusnya kepada : Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen/Proram Studi Kimia FMIPA-USU ; Ibu Dr. Marpongahtun, MSc selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta kesabaran beliau ; Ibu Sues, Ibu Mardiani, Ibu Sumarni, Ibu Hartati, Ibu Purwanti, Bang Fadhil dan Kak Nizar selaku pembimbing di saat Praktek Kerja Lapangan.

Selanjutnya kepada sahabat-sahabat yang telah berjuang bersama yang juga selalu ada dan setia dalam suka dan duka selama ini : Amie, Diyah, Itis, K arti, Icoet. Terima kasih telah mengajaran makna “What the Friends are for”, Ganbatte Kudasai!. Dan buat teman – teman se-KAN ’05 yang sulit disebutkan satu persatu.

Dan akhirnya, tak mungkin terlupa, terima kasih yang tak terhingga yang terbesar dan paling tulus dari hati terdalam saya persembahkan untuk kedua Orang Tua saya, terkhusus untuk Mama; Hj. Masni Saldi SH. atas segala pengorbanan beliau (materi dan perasaan T_T ) dan juga menjadi motivator terbesar dalam hidup sampai saat ini. Thank You So Much, Merci, Syukron, Xie Xie, Gamsahamnida, Domo Arigato Gozaimasu. Semoga Allah SWT. memberikan balasan yang berlipat ganda, karena tak ada yang dapat membalas ketulusannya, termasuk penulis.

Penulis menyadari atas kekurangan dan kekhilafan materi dalam Karya Ilmiah ini, karenanya penulis mengharapkan saran –saran yang membangun demi kesempurnaannya Karya Ilmiah ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat demi kemajuan.

Medan, Desember 2008 Penulis,


(6)

iv

ABSTRAK

Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila tidak disertai dengan program pengelolaan limbah yang baik akan memungkinkan terjadinya pencemaran air, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan buangan air limbah yang berasal dari kegiatan industri adalah penyebab utama terjadinya pencemaran air. Air limbah yang dibuang ke lingkungan harus bebas dari bahan organik dan bahan anorganik sehingga kadar BOD – nya memenuhi standard dan tidak akan mencemari lingkungan. Analisa kadar BOD dari limbah cair BARISTAND telah dilakukan. Metode penentuan BOD distandardisasi pada periode 5 hari, suhu 200C dan sampel disimpan dalam botol yang kedap udara. Hasil analisa diperolehi kadar BOD pada Minggu I bulan Januari sampai dengan Minggu IV bulan Februari 2008 masing – masing adalah sebagai berikut : 10,4 mg/L ; 32,4 mg/L ; 24,4 mg/L ; 8,57 mg/L.


(7)

BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND ANALYSIS OF BALAI RISET DAN STANDARDISASI MEDAN LABORATORY WASTEWATER

ABSTRACT

There are many variant of technology and industrial activities now, if it will be not attended by waste water treatment well, it may pollute the water, direct or indirectly. The pollutants and waste water which come from the industrial activities are the maintain reason be water polluted. The waste water drained into the environment should be free of organic mater so that the BOD value have standart requirement and will not pollute an environment. Analyzed of BOD value of BARISTAND waste water have done. Method of BOD determination is standardized at 5 days, temperature of 200C and that sample saved in a hermatic bottle. BOD test value at first week on January until forth week on February 2008 are : 10,4 mg/L ; 32,4 mg/L ; 24,4 mg/L ; 8,57 mg/L.


(8)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN... ii

PENGHARGAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 2

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Manaat... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Air ... 4

2.1.1. Pencemaran Air ... 4

2.2. Limbah Cair ... 5

2.2.1. Pengertian Limbah Cair ... 5

2.2.2. Sumber Limbah Cair ... 6

2.2.3. Sumber Pencemar ... 8

2.3. Indikator Pencemar Air ... 11

2.4. Analisa Limbah Cair ... 13

2.4.1. Analisa BOD ... 14

2.4.2. Prinsip Analisa ... 17

2.4.3. Ganguan – gangguan Analisa ... 18

2.5. Usaha Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan 19 2.5.1. Penanggulangan Secara Non-Teknis ... 20

2.5.2. Penanggulangan Secara Teknis... 22

BAB 3. METODOLOGI ANALISA ... 24

3.1. Alat dan Bahan ... 24

3.1.1. Alat ... 24

3.1.2. Bahan ... 24

3.2. Prosedur Analisa ... 25

3.2.1. Persiapan Pereaksi ... 25

3.2.2. Prosedur Analisa ... 27

3.2.3. Flowchart ... 28

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1. Hasil ... 30

4.1.1. Data Hasil Analisa BOD ... 30

4.1.2. Perhitungan ... 30


(9)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

5.1. Kesimpulan ... 35

5.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(10)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Black and Grey List Bahan Pencemar Toksik pada

Masyarakat Eropa ... 10 Tabel 2. Data Analisa BOD ... 30


(11)

ABSTRAK

Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila tidak disertai dengan program pengelolaan limbah yang baik akan memungkinkan terjadinya pencemaran air, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan buangan air limbah yang berasal dari kegiatan industri adalah penyebab utama terjadinya pencemaran air. Air limbah yang dibuang ke lingkungan harus bebas dari bahan organik dan bahan anorganik sehingga kadar BOD – nya memenuhi standard dan tidak akan mencemari lingkungan. Analisa kadar BOD dari limbah cair BARISTAND telah dilakukan. Metode penentuan BOD distandardisasi pada periode 5 hari, suhu 200C dan sampel disimpan dalam botol yang kedap udara. Hasil analisa diperolehi kadar BOD pada Minggu I bulan Januari sampai dengan Minggu IV bulan Februari 2008 masing – masing adalah sebagai berikut : 10,4 mg/L ; 32,4 mg/L ; 24,4 mg/L ; 8,57 mg/L.


(12)

v

BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND ANALYSIS OF BALAI RISET DAN STANDARDISASI MEDAN LABORATORY WASTEWATER

ABSTRACT

There are many variant of technology and industrial activities now, if it will be not attended by waste water treatment well, it may pollute the water, direct or indirectly. The pollutants and waste water which come from the industrial activities are the maintain reason be water polluted. The waste water drained into the environment should be free of organic mater so that the BOD value have standart requirement and will not pollute an environment. Analyzed of BOD value of BARISTAND waste water have done. Method of BOD determination is standardized at 5 days, temperature of 200C and that sample saved in a hermatic bottle. BOD test value at first week on January until forth week on February 2008 are : 10,4 mg/L ; 32,4 mg/L ; 24,4 mg/L ; 8,57 mg/L.


(13)

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain (Effendi, 2003).

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi, baik di sungai maupun di laut. Kegunaan air tersebut termasuk sebagai kegunaan secara konvensional.

Selain penggunaan air secara konvensional, air juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan teknologi. Kegiatan industri dan teknologi tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Dalam hal ini air sangat diperlukan agar industri dan teknologi dapat berjalan dengan baik. Dalam kegiatan industri dan teknologi, air digunakan antara lain sebagai : air proses, air pendingin, air ketel uap penggerak turbin, air utilitas dan sanitasi (Wardhana, 2004).

Di dalam kegiatan industri dan teknologi, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan karena dapat menyebabkan pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas air lingkungan. Jadi air limbah industri harus mengalami proses daur ulang sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang kembali ke


(14)

2

lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran air lingkungan. Proses daur ulang limbah industri atau Water Treatment Recycle Process adalah salah satu syarat yang harus dimiliki oleh industri yang berwawasan lingkungan.

Tchbanolohlous dan Eliassen membedakan empat macam komponen penyusun limbah cair, yaitu limbah cair domestik (domestic wastewater), limbah cair industri (industrial wastewater), rembesan dan luapan (infiltration and inlow), dan air hujan (storm water).limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya (Soeparman, 2001).

Beban BOD yang ditimbulkan pada limbah cair kira – kira 80 gram/orang/hari/. Volume dan kekuatan limbah cair dari sekolah, kantor, pabrik dan bangunan perdagangan bergantung pada jumlah jam operasi dan fasilitas makan yang tersedia (Soeparman, 2001).

Dari uraian tersebut, maka perlu dilakukan analisa BOD, karena BOD merupakan suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses – proses mikrobiologis yang benar – benar terjadi di dalam air (Santika, 1987).

Uji BOD juga merupakan salah satu dari uji coba yang paling penting untuk menentukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, selokan – selokan dan air yang telah tercemar. Uji coba biologilah yang mengukur jumlah zat organik yang kemungkinan akan dioksidasi oleh kegiatan – kegiatan bakteri aerobik (bakteri yang hidup dengan oksigen). Hasil dari uji BOD dapat diterjemahkan dalam istilah – istilah mengenai zat – zat organik maupun dengan jumlah oksigen yang digunakan selama oksidasinya karena hubungan kwantitatif yang pasti terdapat diantara jumlah oksigen yang perlu untuk merubah sejumlah tertentu campuran organik yang menjadi karbon dioksida dan air (Mahida, 1984).


(15)

1.2.Pemasalahan

Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, kalau suatu badan air dicemari oleh zat organik bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan – ikan dalam air dan dapat menimbulkan bau busuk pada air. Dengan demikian apakah kadar BOD dari limbah cair perindustrian dari suatu laboratorium di BARISTAND (Balai Riset dan Standardisasi) Medan memenuhi sandard dan baku mutu air limbah buangan yang telah ditetapkan, sehinga aman untuk dibuang ke perairan umum atau lingkungan.

1.3.Tujuan

Untuk mengetahui kadar BOD dari limbah cair laboratorium dan membandingkannya dengan baku mutu limbah cair industri yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan ketetapan – ketetapan yang berlaku lainnya.

1.4. Manaat

Memberikan informasi tentang kelayakan kadar BOD pencemaran limbah cair industri laboratorium tersebut serta dapat melakukan pengendalian pencemaran perairan bila terjadi disekitar industri laboratorium tersebut.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Planet bumi sebagian besar terdiri atas air karena luas daratan memang lebih kecil dibandingkan dengan luas lautan. Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air (Wardhana, 2004).

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan oleh bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).

2.1.1. Pencemaran Air

Dewasa ini air mejadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Untuk menetapkan standard air yang bersih tidaklah mudah, karena tergantung pada banyak faktor penentu. Walaupun penetapan standard air yang bersih tidak mudah, namun ada kesepakatan bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi pada keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka air tesebut telah mengalami pencemaran. Keadaan normal


(17)

air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air.

Selain daripada itu air seringgali juga mengandung bakteri atau mikroorganisme lainnya. Air ang menandung bakteri atau mikroorganisme tidak dapt langsung digunakan sebaai air minum, tetapi harus direbus dulu agar bakteri dan mikroorganismenya mati (Wardhana, 2004).

2.2. Limbah Cair

2.2.1. Pengertian Limbah Cair

Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan hampir 0,1% daripadanya berupa benda-benda padat yang terdiri dari zat organik dan bukan organik. Pelimbahan itu banyak berbeda dalam kekuatan dan komposisinya dari suatu kota yang lain disebaban oleh perbedaan – perbedaan yang nyata dalam kebiasaan – kebiasaan masyarakat yang berbeda – beda, sifat makanan mereka dan pemakaian air per kapita. Tidak ada dua jenis sampah yang benar – benar sama. Pelimbahan pada kota – kota non-industri kebanyakan terdiri dari sampah domestik yang murni (Mahida, 1984).

Berbagai kepustakaan menyebutkan pengertian limbah cair dalam istilah maupun batasan yang berbeda, namun secara umum mengandung pengertian yang sama. Batasan limbah cair berbagai sumber dikemukakan berikut ini :

1. Okun dan Ponghis (1975) menyatakan :

“kata limbah cair seharusnya dipakai untuk mengartikan semua limbah cair rumah tangga, termasuk air kotor dan semua limbah industri yang dibuang ke sistem saluran limbah cair, kecuali air hujan atau drainase permukaan”.


(18)

6

2. Menurut Willgooso (Udin Djabu, 1990/1991)

“Limbah cair adalah air yang membawa sampah dari tempat tinggal, bangunan perdagangan, dan industri berupa campuran dan bahan padat terlarut atau bahan tersuspensi”.

Dari defenisi limbah cair tersebut, dapat disimpulkan bahwa limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan – bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan dan perdagangan), sumber industri dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permuakaan, atau air hujan.

Limbah cair industri adalah limbah cair yang sebagian besar terdiri dari buangan industri (Soeparman, 2001).

2.2.2. Sumber Limbah Cair

Sebagaimana telah dikemukakan, limbah cair bersumber dari aktivitas manusia (human sources) dan aktivitas alam (natural sources).

1. Aktivitas Manusia

Aktivitas manusia yang menghsilkan limbah cair sangat beragam, sesuai dengan jenis kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam pula. Beberapa jenis diantaranya adalah :

a. Aktivitas Bidang Rumah Tangga

Sangat banyak aktivitas bidang rumah tangga yang menghasilkan limbah cair antara lain mencuci pakaian, mencuci alat makan/minum, memasak makanan dan minuman, mandi, mengepel lantai, mencuci kendaraan, penggunaan toilet dan sebagainya.


(19)

b. Aktivitas Bidang Perkantoran

Aktivitas perkantoran pada umumnya merupakan kegiatan pelayanan masyarakat. Limbah cair dari sumber ini biasanya dihasilkan dari aktivitas kantin yang menyediakan makanan dan minuman bagi pegawai, aktivitas penggunaan toilet (kamar mandi, WC, wastefel), aktivitas pencucian peralatan dan sebagainya.

c. Aktivitas Bidang Perdagangan

Kegiatan dalam bidang perdagangan yang menghasilkan limbah cair, yaitu pengepelan lantai gedung, pencucian alat makan dan minum di restoran, penggunaan toilet, pencucian pakaian, pencucian kendaraan dan sebagainya. d. Aktivitas Bidang perindustrian

Aktivitas bidang perindustrian juga sangat bervariasi. Variasi kegiatan bidang perindustrian dipengaruhi antara lain oleh faktor jenis bahan baku yang diolah/diproses, jenis bahan jadi yang dihasilkan, kapasitas produksi, teknik/jenis proses produksi yang diterapkan, kemampuan modal, jumlah karyawan, serta kebijakan manajemen industri.

e. Aktivitas Bidang Pertanian

Aktivitas bidang pertanian menghasilkan limbah cair karena digunakannya air untuk mengairi lahan petanian. Peristiwa pengayaan nutrient yang berlebihan pada badan air yang dikenal dengan istilah euthrofikasi merupakan salah satu akibat dari pencemaran limbah cair pertanian.

f. Aktivitas Bidang Pelayanan Jasa

Karakteristik limbah cair dari kegiatan pertanian, perdagangan dan pelayanan jasa secara umum mempunyai kesamaan. Limbah cair kegiatan ini dimasukkan kedalam kelompok limbah cair domestik.


(20)

8

2. Aktivitas Alam

Hujan merupakan aktivitas alam yang menghasilkan limbah cair yang disebut larian (storm water runoff). Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan merembes ke dalam tanah (+ 30 %) dan sebgaian besar lainnya (+ 70 %) akan mengaliri permukaan tanah menuju sungai, telaga atau tempat lain yang lebih rendah.

Air larian yang jumlahnya berlebihan sebagai akibat dari hujan yang turun dengan intensitas tinggi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan saluran air hujan (storm sewer) teraliri dalam jumlah yang melebihi kapasitas, dan dapat menyebabkan terjadinya banjir. Atas dasar itu, air hujan atau air larian perlu diperhitungkan dalam perencanaan sistem saluran limbah cair (Soeparman, 2001).

2.2.3. Sumber Pencemar

Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa gas, bahan – bahan terlarut dan partikulat. Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, limbah (run off) pertanian, limbah domestik, pembuangan limbah industri dan lain – lain.

Bahan Pencemar (Polutan)

Bahan pencemar (polutan) adalah bahan – bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu penentuan ekosistem tersebut.

1. Polutan Tak Toksik

Polutan/pencemar tak toksik biasanya telah berada pada ekosistem secara alami. Sifat destruktif pencemar ini muncul apabila berada dalam jumlah yang berlebihan sehingga dapat mengganggu kesetimbangan ekosistem melalui perubahan proses fisika-kimia perairan. Polutan tak toksik terdiri atas bahan – bahan tersuspensi dan nutrient.


(21)

2. Polutan Toksik

Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan kematian (sub-lethal), misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku dan karakteristik morfologi berbagai bentuk organisme akuatik. Polutan toksik ini biasanya berupa bahan – bahan yang bukan alami, misalnya pestisida, detergen, dan bahan artificial lainnya.

Mason (1993) mengelompokkan pencemar toksik menjadi lima, sebagai berikut :

a. Logam (metals), meliputi : lead (timbal), nikel, kadmium, zinc, copper dan merkuri. Logam berat diartikan sebagai logam dengan nomor atom 20, tidak termasuk logam alkali, alkali tanah, lantanida dan aktinida.

b. Senyawa organik, meliputi pestisida, organoklorin, herbisida, PCB, hidrokarbon alifatik berklor, pelarut (solvents), surfaktan rantai lurus, hidrokarbon petroleum, aromatic polnuklir, dibenzodioksin berklor, organometalik, fenol dan formaldehida. Senyawa ini berasal dari kegiatan industri, pertanian dan domestik

c. Gas, misalnya klorin dan amonia.

d. Anion, misalnya sianida, flousida, sulfida dan sulfat. e. Asam dan alkali.

Masyarakat Eropa (European Community) mengelompokkan bahan pencemar toksik menjadi black and grey list, yang terdapat dalam tabel berikut ini (Effendi, 2003).


(22)

10

Black dan Grey List Bahan Pencemar Toksik pada Masyarakat Eropa

Table 1. Black dan Grey List Bahan Pencemar Toksik pada Masyarakat Eropa

No Daftar Hitam Daftar Semi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8. Senyawa organohalogen Senyawa organofosfat Senyawa organotin

Bahan – bahan yang karsinogenik

Merkuri Kadmium

Minyak mineral dan petroleum hidrokarbon

Bahan – bahan sintesis persisten

1. Senyawa logam dan metalloid :zinc, perak, copper, selenium, arsen, antimonium, timah, molybdenum, titanium, uranium, barium, berilium, boron, tellurium, vanadium, kobalt dan talium.

2. Biosida yang tidak muncul pada black list

3. Bahan – bahan yang menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak.

4. Bahan organik toksik dan persisten.

5. Senyawa organik fosfor

6. Minyak mineral dan hidrokarbon petroleum non-persisten

7. Sianida dan flourida

8. Bahan yang mempengaruhi kesetimbangan oksigen, misalnya amonia dan nitrit.

2.3. Indikator Pencemar Air

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati. Adanya tanda atau perubahan tersebut menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar. Uaraian pada bagian selanjutya akan


(23)

menjelaskan mengapa air yang telah tercemar ditandai oleh adanya perubahan – perubahan :

a. Perubahan Suhu Air

Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Padahal setiap kehidupan memerlukan oksigen untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang secara lambat terdifusi kedalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air makin sedikit oksigen yang terlarut didalamnya.

b. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5 – 7,5. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang ada pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air.

c. Perubahan Warna, Bau dan Rasa Air

Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dan air limbah industri dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih.

Akan tetapi, tingkat pencemaran air tidak mutlak harus tergantung pada warna air. Seringkali zat – zat beracun justru terdapat di dalam bahan buangan idustri yang tidak mengakibatkan perubahan warna pada air sehingga tampak jernih.


(24)

12

Bahan buangan industri yang bersifat organik atau bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri pengolahan bahan makanan seringkali menimbulkan bau yang sangat menyengat hidung. Mikroba di dalam air akan mengubah bahan buangan organik, terutama gugus protein, secara degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau.

Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi. Air normal yang dapat digunakan untuk suatu kehidupan pada umumnya tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut) maka hal itu berarti telah terjadi pelarutan sejenis garam – garaman. Air yang mempunyai rasa biasanya berasal dari garam-garam yang terlarut. Bila hal ini terjadi maka berarti juga telah ada pelarutan ion-ion logam yang dapat mengubah konsentrasi ion Hidrogen dalam air. Adanya rasa pada air pada umumnya diikuti pula dengan perubahan pH air.

d. Timbulnya Endapan, Koloidal dan Bahan Terlarut

Endapan dan koloidal bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan industri yang berbentuk padat. Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang dapat larut sebagian akan menjadi koloidal. Endapan sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air bersama – sama dengan koloidal. Endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air. Padahal sinar matahari sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan fotosintesis. Karena tidak ada sinar matahari maka proses fotosintesis tidak dapat berlangsung. Akibatnya, kehidupan mikroorganisme menjadi terganggu.

Apabila endapan dan koloidal yang berasal dari bahan – bahan organik, maka mikroorganisme, dengan bantuan oksigen yang terlarut di dalam air akan melakukan


(25)

degradasi bahan organik tersebut sehingga menjadi bahan yang lebih sederhana. Dalam hal ini kandungan oksigen yang terlarut di dalam air akan berkurang sehigga organisme lain yang memerlukan oksigen akan terganggu pula.

e. Mikroorganisme

Kalau bahan buangan yang harus didegradasi cukup banyak, berarti mikroorganisme akan ikut berkembang biak. Pada perkembang-biakan mikroorganisme ini tidak tertutup kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut berkembang pula. Mikroba patogen adalah penyebab timbulnya berbagai macam penyakit.

f. Meningkatnya Radioaktivitas Air Lingkungan

Memngingat bahwa zat radioaktivitas dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis apabila tidak ditangani dengan benar, baik melaului efek langsung maupun tertunda, maka tidak dibenarkan dan sangat tidak etis bila ada yang membuang bahan sisa radioaktivitas ke lingkungan.

Secara nasional sudah ada peraturan perundangan yang mengatur masalah bahan sisa (limbah) radioaktif. Mengenai hal ini Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) secara aktif mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan tersebut. Pembakaran batubara adalah salah satu sumber yang dapat menaikkan radioaktivitas tersebut ke lingkungan (Wardhana, 2004).

2.4. Analisa Limbah Cair

(Menurut Okun dan Ponghis, 1975), berbagai analisa kualitas limbah cair yang penting untuk diketahui adalah bahan padat tersuspensi (suspended solids), bahan padat terlarut (dissolved solids), kebutuhan oksigen biologi (Biological Oxygen Demand = BOD), kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD), pH (Soeparman, 2001).


(26)

14

2.4.1. Analisa BOD

Analisa organik dari limbah adalah dasar yang sepatutnya menetapkan kemampuan menguraikan organik tersebut untuk merancang pengendalian tanaman polusi air dan memantau pekerjaannya, dan juga mengevaluasi dampak air limbah yang dilepaskan ke danau – danau dan sungai – sungai. Jumlah dari beragam campuran, yang telah mengiringi penggunaan umum dari suatu tes uji yang tidak spesifik dan tidak langsung untuk mengidentifikasi penjumlahan besar dari unsur – unsur organik dalam air maupun dalam limbah cair.

Kebutuhan Oksigen Biologi (KOB = BOD) mungkin termasuk sebagian besar penggunaan secara luas dari uji nonspesifik. Pada dasarnya uji coba mengukur jumlah oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme selama pembusukan aerobik terhadap polutan organik. Jumlah dari oksigen yang digunakan merupakan pengukuran tak langsung dari jumlah unsur organik yang mampu mengalami biodegradasi yang tersaji dalam sampel yang diberikan. Meskipun dalam kepentingannya, tes uji BOD dan hasilnya cukup sulit dimengerti dan cukup menyiksa.

Prosedur tes BOD memkan waktu dan mungkin juga menghasilkan hasil yang relatif tidak tepat dan interpretasi dari tes uji sering bersifat subjektif. Karena potensial dari masalah, prosedur uji non biologi seperti contohnya COD, dan Total Organic Cabon (TOC), telah diusulkan sebagai alternatif dari tes uji BOD. Uji ini juga melengkapi pengukuran non-spesifik dalam konten senyawa organik, tetapi dalam istilah kimia ekivalen ini termasuk jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi usur-unsur organik. Walaupun tes tersebut memiliki keuntungan dalam kecepatan dan ketepatan dari tes uji BOD, mereka hanya memiliki besar tak bermanfaatnya dalam kemampuan biodegradasi dan ketidak mampuannya dalam biodegradasi tersebut. BOD hanyalah parameter yang melengkapi suatu indikasi dari


(27)

jumlah senyawa-senyawa organik yang mampu melakukan biodegradasi dalam limbah cair dan sungai – sungai yang menerima pembuangan limbah cair (Minear, 1984).

Banyaknya limbah cair organik dari industri proses makanan dan sumber – sumber lainnya yang mudah dimasuki ke dekomposisi biologi dapat diuji dengan BOD. Bagaimanapun, pemeliharaan khusus harus diberikan dengan sepatutnya dalam menetralisasi suatu limbah cair, pengenceran botol uji atau pengenceran air dengan mikroorganisme dari limbah cair lama atau limbah pencemaran air sungai, dan menggunakan pengenceran yang cukup sehingga efek dari beberapa racun dikurangi dan nilai BOD tercapai. Dalam penamabahan kepada kumpulan atau campuran dan pencmapuran sampel-sampel yang sesuai ke beragam aliran limbah cair, khususnya data hasil harus terekam pada limbah industri. Beberapa campuran sampel terlalu menyita periode waktu yang sering dituntut oleh industri – industri yang beragam jadwal produksinya untuk kunci jumlah dari produksi limbah kepada jumlah atau kuantitas dari produk suatu perusahaan (Hammer, M.J. 2004).

Uji BOD adalah salah atu metode analisis yang paling banyak digunakan dalam penanganan limbah dan pengendalian polusi. Uji ini mencoba menentukan kekuatan polusi dari suatu limbah dalam pengertian kebutuhan mikroba akan oksigen dan merupakan ukuran tak langsung dari bahan organik dalam limbah.

Mikroorganisme dapat mengoksidasi baik senyawa – senyawa yang mengandung karbon dan senyawa – senyawa nitrogen. Bila konsentrasi organisme nitrifikasi yang terdapat dalam botol BOD rendah, akan terdapat periode persiapan (lag) sebelum organisme ini terdapat dalam jumlah cukup banyak untuk memperlihatkan kebutuhan nitrogen yang nyata.

Jumlah oksigen yang rendah dalam botol uji BOD, 2-3 mg, menunjukkan bahwa limbah yang berkekuatan tinggi, seperti kebanyakan limbah pengolahan


(28)

16

pangan dan limbah hewan, harus diencerkan terlebih dahulu sebelum analisis. Kesulitan dalam pengenceran limbah baik secara fisik maupun kimia tidak seragam sehingga menurunkan ketepatan uji BOD standard yang diperkirakan mempunyai ketepatan + 20 persen.

Air buangan domestik yang mengandung limbah idustri mempunyai BOD kira-kira 200 ppm. Limbah pengolahan pangan umumnya lebih tinggi dan seringkali lebih dari 1000 ppm (Jenie, 1993).

Biological Oxygen Demand (BOD) juga dimaksudkan sebagai banyakya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme pada waktu melakukan proses dekomposisi bahan organik yang ada di perairan. Pengukuran konsentrasi oksigen yang digunakan untuk dekompoisi lebih penting daripada pengukuran DO.

Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik dan mikroorganisme mati. Penggunaan oksigen disebut BOD, dan dipengaruhi oleh berbagai parameter lain seperti temperatur, waktu dan sinar matahari. Pengukuran BOD dilakukan melalui cara distandardisasi dengan tes yang dilakukan di tempat gelap,pada temperatur tertentu dan pada periode waktu terbatas.

Pengukuran BOD pada dasarnya dilakukan dengan menempatkan sampel pada botol 300 ml diinkubasi pada temperatur 200C selama lima hari.perbedaan konsentrasi DO pada akhir dan semula dihitung. Selain untuk memperkirakan pengaruh konsentrasi adanya mikroorganisme diadakan dilusi dan penambahan mikroorganisme (Sutrisno, T.C. 2006).


(29)

2.4.2. Prinsip Analisa

Pemeriksaan didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Sebgai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak. Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut :

3 2 2 2 2 3 2 4 3 2

4 H O NH

a CO O c b a n N O H

Cn a b c bakteri n c  + c

       →        + +

zat organik oksigen

Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira – kira 2 hari dimana 50% reaksi telah tercapai, 5 hari supaya 75% dan 20 hari supaya 100% tercapai, maka pemeriksaan BOD dapat dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organik. Tentu saja, reaksi tersebut juga berlangsung pada badan air sungai, air danau maupun di instalasi ppengolahan air buangan yang menerima air buangan yang mengandung zat organik tersebut. Dengan kata lain, tes BOD berlaku sebagai simulasi (berbuat seolah-olah terjadi) suatu proses biologis secara alamiah.

Reaski biologis pada tes BOD dilakukan pada temperatur inkubasi 200C dan dilakukan selama 5 hari, hingga mempunyai istilah yang lengkap BOD205

Demikian, jumlah zat organik yang ada di dalam air diukur melalui jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organik tersebut. Karena reaksi BOD dilakukan didalam botol yang tertutup, maka jumlah oksigen yang telah dipakai adalah perbedaan antara kadar oksigen di dalam larutan pada t=0 (biasanya baru ditambah oksigen dengan aerasi, hingga = 9 mg O

(angka 20 berarti temperatur inkubasi dan angka 5 menunjukkan lama waktu inkubasi), namun di beberapa literatur terdapat lama inkubasi 6 jam atau 2 hari atau 20 hari.

2/L, yaitu konsentrasi


(30)

18

teliti). Oleh karena itu, semua sampel yang mengandung BOD. 6 mg O2/L harus

diencerkan supaya syarat tersebut dapat terpenuhi.

2.4.3. Gangguan – gangguan Analisa

Ada 5 jenis gangguan yang umumnya terdapat pada analisa BOD yaitu nitrifikasi, zat beracun, kemasukan udara pada botolnya, kekurangan nutrien (garam) dan kekurangan bakteri yang dibutuhkan proses tersebut. Gangguan-gangguan tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

a. Proses nitrifikasi dapat dimulai terjadi di dalam botol BOD setelah 2 sampai 10 hari NH3 amoniak berubah menjadi NO3- (nitrat) lewat NO2- (nitrit) oleh jenis

bakteri tertentu. Nitrifikasi juga membutuhkan oksigen. Di alam terbuka ada 2 sebab yang mencegah pertumbuhan bakteri nitrifikasi : serigkali nitrifikasi ini tidak terjadi (misalnya karena suhu 100C atau karena air sungai yang tercemar telah sampai ke muara). Hal ini menyebabkan nitrifikasi pada botol BOD tidak berlaku, seperti pada reaksi karbon yag mensimulasi suatu proses alam.oleh karena itu di dalam analisa BOD bau pertumbuhan bakteri penyebab proses nitrifikasi harus dihalangi dengan inhibitor, walaupun kemungkinan suhu tinggi seperti di daerah tropis, mempercepat proses nitrifikasi secara alamiah.

b. Zat beracun dapat memperlambat pertumbuhan bakteri (yaitu memperlambat reaksi BOD) bahkan membunuh organisme tersebut. Kalau zat tersebut memang sangat beracun hingga bakteri-bakteri tidak bisa hidup sama sekali atau sukar berkembang, maka hanya sebagian jumlah bakteri akan aktif dalam oksidasi zat organik tersebut, hingga BOD yang tercatat akan lebih rendah dari angka COD suatu sampel yang tidak mengandung zat beracun.


(31)

c. Kemasukan (keluarnya) oksigen dari botol selama waktu inkubasi harus dicegah. Botolnya harus ditutup dengan hati-hati (diatas tutup botol) bisa diberi air (water seal), gelembung udara tidak boleh ada di dalam botol, gelembung udara dapat dikeluarkan dengan mengetuk botol. Oleh karena itu pada waktu inkubasi botol BOD harus disimpan di tempat gelap.

d. Nutrien merupakan salah satu syarat bagi kehidupan bakteri – bakteri. Nutrien terbentuk dari bermacam-macam garam (Fe, K, Mg dan sebagainya). Karena kekurangan nutrien tersebut sukar diduga, maka sebaikya pada setiap botol BOD ditambah nutrien secukupnya sebelum masa inkubasi, yaitu pada saat t=0.

e. Karena benih dari bermacam-macam bakteri kurang jumlahnya atau kurang cocok bagi jenis air buangan yang akan dianalisa , maka cara pembenihan selalu harus diikuti dengan baik, sehingga menjamin jumlah populasi bakteri yang diperlukan (cocok).

Catatan :

Kalau sampel BOD mengandung racun, pertumuhan bakteri terhalang (inhibisi) maka angka BOD rendah. Cara lain untuk mendeteksi gangguan – gangguan tersebut adalah dengan pengenceran sampel supaya dosis zat beracun dapat berada dibawah konsentrasi yang berbahaya, memang cara ini terbatas, hingga pengenceran maksimum yang diperbolehkan adalah kira – kira 10 kali (Santika, 1987).

2.5. Usaha Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan

Telah disadari bahwa kemajuan industri dan teknologi yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia itu ternyata menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan yang akhirnya juga berdampak terhadap manusia. Oleh karena itu


(32)

20

penerapan kemajuan industri dan teknologi tersebut dapat memberikan hasil dan manfaat yang lebih baik bagi kelangsungan hidup manusia.

Oleh karena pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat luas dan sangat merugikan manusia maka perlu diusahakan pengurangan pencemaran lingkungan atau bila mungkin meniadakannya sama sekali. Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran tersebut ada 2 macam cara, yaitu :

1. Penanggulangan Secara Non Teknis 2. Penanggulangan Secara Teknis

2.5.1. Penanggulangan Secara Non-teknis

Dalam usaha mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dkenal istilah penanggulangan secara non-teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan perindustrian dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan. Peraturan perundangan yang dimaksudkan hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri dan teknologi yang akan dilaksanakan di suatu tempat yang antara alain meliputi :

a. Penyajian Informasi Lingkungan

Penyajian Informasi Lingkungan ini diberikan sebelum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dilaksanakan. Berdasarkan penyajian informasi lingkungan ini akan diketahui secara cepat apakah AMDAL yang diusulkan perlu segera dilaksanakan. Secara umum PIL akan memuat tentang : kegiatan yang diusulkan, kondisi yang akan dianalisa, dampak yang mungkin terjadi akibat kegiatan yang diusulkan serta tindakan yang direncanakan untuk mengendalikannya.


(33)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah suatu studi tentang beberapa masalah yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang diusulkan. Dalam hal ini studi yang dilakukan meliputi kemungkinan terjadinya berbagai macam perubahan baik perubahan sosial-ekonomi maupun perubahan biofisik lingkungan sebagai akibat adanya kegiatan yang diusulkan tersebut. Semua data yang diberikan dalam AMDAL akan sangat membantu manakala terjadi pencemaran dampak lingkungan.

c. Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi

Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi dimaksudkan agar jika terjadi pencemaran lingkungan dari kegiatan tersebut dapat dipantau dengan mudah dan cepat sehingga penanggulangannya dapat dilakukan secara terpadu, dan daya dukung alam lingkungan sekitarnya tetap terjamin bagi kelangsungan hidup manusia. d. Pengaturan dan Pengawassan Kegiatan

Dalam rangka mengurangi dan menanggulangi dampak pencemaran lingkungan, perlu diadakan pengaturan dan pengawasan atas segala macam kegiatan industri dan teknologi.

e. Menanamkan Perilaku Disiplin

Seringkali terjadi pencemaran lingkungan karena tidak dsiplinnya petugas yang menangani kegiatan industri dan teknologi. Pembuangan limbah pabrik atau tempat kerja tanpa terlebih dahulu melalui proses pengolahan limbah seringkali dijumpai sebagai kasus utama penyebab terjadinya pencemaran lingkungan. Sudah menjadi tanggung jawab moral pemilik pabrik, teknisi dan semua karyawan pabrik yang potensial untuk menimbulkan pencemaran sangat diharapkan untuk mencegah terjadinya pencemaran.


(34)

22

2.5.2. Penanggulangan Secara Teknis

Banyak macam dan cara yang dapat ditempuh dalam penanggulangan secara teknis. Dapat diperoleh beberapa cara dalam hal peanggulangan secara teknis, antara lain adalah sebagai berikut :

a. Mengubah Proses

Apabila dalam suatu proses industri dan teknologi terdapat bahan buangan (limbah) yang berupa zat – zat kimia, baik melalui pencemaran udara, pencemaran air maupun melalui pencemaran daratan. Keadaan ini harus dihindari, yaitu dengan mengubah proses yang ada dan dalam kegiatan industri dan teknologi sudah ada yang melakukan cara ini dan ternyata berhasil dengan baik.

b. Mengganti Sumber Energi

Sumber energi yang digunakan pada berbagai kegiatan industri dan teknologi sebagaian besar masih mengandalkan pemakaian bahan bakar fosil, baik minyak maupun batubara, seperti telah diuraikan bahwa pemakaian bahan bakar fosil menghasilkan komponen pencemar udara yang berupa gas SO2, NO2, H2S dan

sebagainya. Hal ini bisa dikurangi dengan memakai bahan bakar LNG (Liquid Natural Gases) yang menghasilkan gas buangan yang lebih bersih.

c. Mengelola Limbah

Semua kegiatan industri dan teknologi akan menghasilkan limbah yang menimbulkan masalah bagi lingkungan. Pegolahan limbah dari bahan buangan industri dan teknologi dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Cara pengolahan limbah ini sering disebut dengan Waste Treatment atau Waste Management. Cara mengelola limbah industri dan teknologi tergantung pada sifat dan kandungan limbah serta tergantung pula pada rencana pembuangan olahan limbah secara permanen.


(35)

d. Menambah Alat Bantu

Untuk melengkapi cara penanggulangan pencemaran lingkungan secara teknis dilakukan dengan menambahakan alat Bantu yang dapat mengurangi pencemaran. Alat Bantu yang digunakan tergantung pada keadaan dan macam kegiatan (Wardhna, 2004).


(36)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat

1. Inkubator dengan kisaran suhu 100C – 500C dan telah distabilkan pada suhu 200

2. Botol winkler 300 mL C pada saat pengujian

3. Gelas ukur 1000 mL 4. Beaker Glass

5. Buret 50 mL

6. Labu ukur 1000 mL 7. Pipet ukur 10 mL 8. Pipet volume 50 mL 9. Bola karet

10.Corong

11.Erlenmeyer 250 mL

3.1.2. Bahan

1. Air suling 2. Larutan Na2S2O3

3. H

0,025 N

2SO

4. Larutan K

4(p)

2Cr2O7

5. Larutan NaOH/KI

0,025 N


(37)

7. Larutan MgSO4

8. Larutan MnSO4

9. Larutan FeCl3

10. Larutan CaCl2

11. Buffer Posfat

3.2. Prosedur Analisa 3.2.1. Persiapan Pereaksi

a. Larutan Buffer Posfat

8,5 g KH2PO4 ; 21,75 g K2HPO4 ; 33,4 g Na2HPO4.7H2O ; 1,7 g NH4Cl,

dilarutkan kedalam labu ukur dan diencerkan dengan air suling sampai 1 liter b. Larutan MgSO4

22,5 g MgSO4.7H2O dilarutkan dalam air suling dan diencerkan sampai 1 liter

c. Larutan FeCl3.6H2O

0,25 g FeCl3.6H2O dilarutkan dalam air suling dan diencerkan sampai 1 liter

d. Larutan CaCl2

27,5 g CaCl2 anhidrous dilarutkan dalam air suling dan diencerkan sampai 1 liter

e. Larutan MnSO4

480 g MnSO4.4H2O atau 400 g MnSO4.2H2O atau 364 g MnSO4.H2O

dilarutkan dengan air suling dalam labu ukur 1000 ml. Kemudian ditambahkan lagi air suling dan ditepatkan sampai tanda tera.

f. Larutan NaOH/KI

500 g NaOH dan 150 gr KI dilarutkan. Diencerkan dengan air suling sampai 1000 mL.


(38)

26

g. Larutan Indikator Amilum 2%

2 g Amilum dan 0,2 g asam salisilat, HOC6H4COOH sebagai pengawet

dilarutkan dalam labu ukur 100 mL dengan air suling yang dipanaskan (didihkan) sampai tanda tera.

h. Larutan Na2S2O3 0,025 N

6,205 g Na2S2O3.5H2O ditimbang dan dilarutkan dengan air suling yang telah

dididihkan (bebas oksigen) ditambah 1,5 mL NaOH 6N atau 0,4 g NaOH dan diencerkan hingga 1000 mL.

i. Larutan Baku K2Cr2O7 0,025N

1,2259 g K2Cr2O7 (yang telah dikeringkan pada 1500C selama 2 jam) dengan

air suling ditepatkan sampai 1000 mL. Standrdisasi Larutan N-tiosulfat 0,025N

20 mL larutan baku K2Cr2O7 0,025N dippet kedalam erlenmeyer 250 mL, lalu

ditambahkan 80 mL air suling dan 2,00 g serbuk KI dan 1 mL H2SO4(p). lalu

dititrasi dengan larutan Na2S2O3

2 1 1 3 2 2 V N x V O S Na N =

sampai terjadi warna kuning, kemudian ditambahkan 1-2 mL indikator amilum sampai timbul warna biru, kemudian titrasi dilanjutkan sampai tidak berwarna.

Rumus :

Keterangan : V1 = Volume K2Cr2O7 yang digunakan

V2 = volume Na2S2O3 yang digunakan


(39)

3.2.2. Prosedur Analisa Preparasi Sampel

1. Sampel dipipet sesuai dengan kepekatan sampel tersebut dan dimasukkan kedalam labu takar 1000 mL

2. Kemudian ditambahkan MgSO4, CaCl2, FeCl3

3. Ditambahkan sedikit air suling lalu diaerasi

, Buffer Posfat kedalam sampel sebanyak masing – masing 1 mL

4. Dipaskan volumenya hingga garis tanda dan diaerasi kembali

5. Dengan hati-hati dimasukkan sampel yang telah diencerkan kedalam 2 botol KOB 300 mL dan dihindari adanya gelembung udara dalam botol

6. Kemudian salah satu botol dari botol tersebut diperiksa oksigen terlarutnya (DO0), dan satu botol lagi diinkubasi selama 5 hari pada suhu 18 – 20 0C.

Botol KOB yang satu diinkubasi dalam inkubator sebagai DO 7. Dilakukan perlakuan yang sama terhadap blanko.

5

Pengujian Oksigen Terlarut

1. Kedalam botol sampel yang telah diinkubasi ditambahkan 1 mL MnSO4

2. Didiamkan beberapa saat hingga gumpalannya mengendap sempurna

dan NaOH/KI lalu dikocok dengan membolak balikkan botol beberapa kali

3. Setelah itu ditambahkan 1 mL H2SO4(p)

4. Dipipet 50 mL dan dimasukkan kedalam erlenmeyer, kemudian dititrasi dengan Na

dialirkan melalui dinding bagian dalam dari leher botol, kemudian botol segera ditutup kembali kemudian dikocok dengan hati-hati sehingga semua endapan melarut

2S2O3

5. Ditambahkan 2–3 tetes amilum sampai timbul warna biru, titrasi kembali dilanjutkan hingga warna biru hilang

0,025 N sampai terjadi warna kuning muda


(40)

28

3.2.3. BAGAN PROSEDUR KERJA Skema Analisa BOD

← Pipet sesuai kepekatannya

← Masukkan kedalam labu ukur 1000 mL

← Tambahkan MgSO4, CaCl2, FeCl3, Buffer

Fosfat masing-masing 1 mL

← Tambahkan sedikit air suling lalu daerasi

← Dipaskan volumenya hingga garis tanda dan diaerasi kembali

← Dengan hati-hati dmasukkan sample yang telah diencerkan kedalam 2 botol winkler 300mL dan dihindari adanya gelembung udara

← Periksa oksigen terlarutnya ← Diinkubasi pada suhu 18-200C selama 5 hari Sampel

Larutan Bening

Botol I (DO0) Botol II (DO5)


(41)

Pengujian Oksigen Terlarut

← Ditambahkan 1 mL MnSO4

← Ditambahkan 1 mL NaOH/KI

← Dikocok dengan membolak balikkan botol beberapa kali

← Didiamkan beberapa saat hingga gumpalannya mengendap sempurna

← Ditambahkan 1 mL H2SO4(p)

← Dikocok kembali dengan hati-hati sehingga semua endapan melarut

dialirkan melalui dinding bagian dalam dari leher botol, kemudian botol segera ditutup kembali

← Dipipet 50 mL dan dimasukkan kedalam erlenmeyer

← Dititrasi dengan Na2S2O3

← Ditambahkan 2 – 3 tetes indikator amilum

0,025 N

← titrasi kembali dilanjutkan dengan Na2S2O3 0,025 N hingga warna biru

hilang

← Dicatat volume titran yang terpakai Botol II (Hasil InkubasiDO5)

Larutan bening dan Endapan coklat

Larutan Coklat

Larutan kuning pucat

Larutan biru


(42)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Data Hasil Analisa BOD

Hasil BOD pada limbah Laboratorium BARISTANDdari Minggu ke-I sampai Minggu ke-IV tanggal 14 Januari 2008 sampai tanggal 14 Februari 2008 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Data Analisa BOD

No Minggu

Nilai BOD limbah Laboratorium BARISTAND Vol. titran

Na2S2O3

Blanko (mg/L) (ml) Inlet (mg/L) Outlet (mg/L)

1 I 20 0,4 56,4 10,4

2 II 20 0,4 16,4 32,4

3 III 20,1 0,8 318 24,4

4 IV 20,6 0,77 16,37 8,57

4.1.2. Perhitungan

Tanpa Pengenceran BOD = DO0 – DO

Dengan Pengenceran

5

BOD = {(DO0 – DO5) – K (AP0 – AP5

DO

)} x P

0 =

v. sampel ml. titer x N x 8000 DO5 =

v. sampel ml. titer x N x 8000


(43)

Dimana :

DO0 = kadar oksigen terlarut mg/L nol hari

DO5 = kadar oksigen terlarut mg/L 5 hari

AP0 = kadar oksigen terlarut mg/L nol hari larutan pengencer

AP5 = kadar oksigen terlarut mg/L 5 hari larutan pengencer

K = faktor koreksi sebesar (P-1)/P P = faktor pengenceran

Minggu I Blanko

N-Na2S2O3 : 0,025 N

Sampel : 50 ml V1 : 1,9 ml

V2 : 1,8 ml

DO0 = 1,9 x 0,025 x 8000

50 = 7,6 mg/L

DO5 = 1,8 x 0,025 x 8000

50 = 7,2 mg/L BOD = (7,6 – 7,2)

= 0,4 mg/L

Sampel Inlet

Blanko : 0,4 mg/L N-Na2S2O3 : 0,025 N

V Sampel : 50 ml Pengenceran : 20 kali V1 : 1,9 ml V2 : 1,1 ml

DO0 = 1,9 x 0,025 x 8000

50 = 7,6 mg/L


(44)

32

DO5 = 1,1 x 0,025 x 8000

50 = 4,4 mg/L

BOD = {(7,6 – 4,4) – (0,95) (0,4)} x 20 = 56,4 mg/L

Sampel Outlet

Blanko : 0,4 mg/L N-Na2S2O3 : 0,025 N

V Sampel : 50 ml Pengenceran : 5 kali V1 : 1,9 ml V2 : 2,5 ml

DO0 = 2,5 x 0,025 x 8000

50 = 10 mg/L

DO5 = 1,9 x 0,025 x 8000

50 = 7,6 mg/L

BOD = {(10 – 7,6) – (0,8) (0,4)} x 5 = 10,4 mg/L


(45)

4.2. Pembahasan

Dengan semakin berkembangnya industri di berbagai bidang termasuk adanya suatu laboratorium analisa maka limbah yang dihasilkan juga semakin banyak. Limbah padat dan cair harus diolah terlebih dahulu sampai kandungannya sesuai dengan syarat baku mutu limbah cair laboratorium BARISTAND dan ternyata limbah cairnya memenuhi syarat air buangan dan tidak menyebabkan pencemaran linkungan.

Dalam proses pengendalian dan pengoperasian limbah cair yang perlu diperhatikan adalah pengolahannya yang betul – betul dipantau agar pertumbuhan dan pembiakan mikroorganisme yang diberikan hidup dan bekerja secara optimal untuk merombak senyawa – senyawa organik yang terlarut maupun yang tidak terlarut sehingga pengolahan limbahnya maksimal.

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industtri dan untuk mendesain sistem – sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat adalah peristiwa alamiah, kalau suatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat mengakibatkan kematian ikan – ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut.

Kebutuhan Oksigen Biologi (KOB, Biological Oxygen Demand = BOD) mungkin termasuk sebagian besar penggunaan secara luas dari uji coba nonspesifik. Pada dasarnya uji coba mengukur jumlah oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme selama pembusukan aerobik terhadap polutan organik. Pemeriksaan BOD didasarkan atas dasar reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air dan dari proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan ammonia. Jumlah oksigen yang digunakan merupakan pengukuran tak langsung dari jumlah unsur organik yang


(46)

34

mampu mengalami biodegradasi yang tersaji dalam sampel yang diberikan (Minear, 1984).

Sebaiknya beberapa zat organik maupun inorganik dapat bersifat racun terhadap bakteri (misalnya sianida, tembaga dan sebagainya) dan harus dikurangi sampai batas yang diinginkan. Derajat keracunan ini juga dapat diperkirakan melalui analisa BOD.

Kalau sampel BOD mengandung zat racun, pertumbuhan bakteri terhalang (inhibsi) maka angka BOD rendah. Cara lain untuk mendeteksi gangguan tersebut adalah dengan pengenceran sampel supaya dosis zat beracun dapat berada dibawah konsentrasi yang berbahaya, memang cara ini terbatas, hingga pengenceran maksimum yang diperbolehkan adalah kira – kira 10 kali.

Demikian, jumlah zat organik yang ada di dalam air diukur melalui jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organik tersebut. Karena reaksi BOD dilakukan dalam botol tertutup, maka jumlah oksigen yang telah dipakai adalah perbedaan antara kadar oksigen di dalam larutan pada saat t=0 (Santika, 1987).

Nilai BOD yang diperoleh ketika menganalisa limbah laboratorium pada Minggu I : 10,4 mg/L, Minggu II : 32,4 mg/L, Minggu III : 24,4 mg/L, Minggu IV : 8,57 mg/L. Nilai yang berubah – ubah pada tiap minggunya disebabkan kandungan senyawa organik dan kebutuhan mikroba akan oksigen dalamair limbah yang berubah – ubah.

Dari hasil uji yang dilakukan terhadap sampel limbah cair laboratorium BARISTAND dengan parameter BOD ternyata limbah cair laboratorium BARISTAND memenuhi persyaratan baku mutu air limbah yang ditetapkan.


(47)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil analisa yang diperolehi dapat disimpulkan bahwa air limbah laboratorium BARISTAND mempunyai tingkat BOD tiap minggunya yang berbeda – beda yaitu, pada Minggu I : 10,4 mg/L, Minggu II : 32,4 mg/L, Minggu III : 24,4 mg/L, Minggu IV : 8,57 mg/L. Hal ini disebabkan pada jumlah atau kadar zat organik dalam sampel yang berbeda – beda pada setiap sampel yang diperiksa di Laboratorium BARISTAND tersebut.

5.2. Saran

Penganalisaan BOD sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah sampel diambil, karena proses biologis terus berlangsung yang dapat mempengaruhi nilai BOD.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Efferndi, H. 2003. Telaah Kualitas Air

Hammer, M.J. 2004.

. Yogyakarta : Kanisius.

Water and Wastewater Technology

Jenie, B.S.L. dan Rahayu W.P. 1993.

. Fifth Edition. New Jersey : Prentice Hall.

Penggunaan Limbah Industri Pangan

Mahida, U.N. 1986.

. Yogyakarta : Kanisius.

Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri.

Minear, R.A., Keith, L.H. 1984.

Jakarta : C.V. Rajawali.

Water Analysis Organic Species.

Santika dan Sumestri, S. 1987.

Volume III. Orlando : Academic Press, Inc.

Metode Penelitian Air.

Soeparman dan Soeparmin. 2001.

Surabaya : Usaha Nasional.

Pembuangan Tinja dan Limbah Cair

Sutrisno, T.C. 2006.

. Jakarta : Buku Kedokteran.

Teknologi Penyediaan Air Bersih

Wardhana, W.A. 2004. 2004.

. Cetakan Keenam. Jakarta : Rineka Cipta.

Dampak Pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi. Yogyakarta : ANDI.


(49)

LAMPIRAN A : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

NOMOR : 03/MENKLH/II/1991

TENTANG : BAKU MUTU AIR LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN YANG TELAH BEROPERASI

TANGGAL : FEBRUARI 1991

BAKU MUTU AIR LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN YANG TELAH BEROPERASI

No Parameter Satuan

Golongan Baku Mutu Air Limbah I II III IV

1 pH - 6-9 6-9 6-9 6-9

2 BOD5 mg/L 20 50 150 300 3 COD mg/L 40 100 300 600 4 Zat Padat Tersuspensi mg/L 100 200 400 500 5 Amonia Bebas mg/L 0,02 1 5 20 6 Nitrat mg/L 10 20 30 50 7 Nitrit mg/L 0,06 1 3 5


(50)

LAMPIRAN B : KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH IBUKOTA JAKARTA

NOMOR : 1608

TENTANG : BAKU MUTU AIR LIMBAH INDUSTRI/ PERUSAHAAN/ BADAN DI DKI JAKARTA

TANGGAL : 26 SEPTEMBER 1988

BAKU MUTU AIR LIMBAH INDUSTRI/ PERUSAHAAN/ BADAN DI DKI JAKARTA

No Parameter Bakumutu Satuan

1 BOD 75 mg/L

2 COD (Bichromat) 100 mg/L 3 Padatan Tersuspensi 100 mg/L

4 Amonia 5,0 mg/L

5 Nitrat 10 mg/L

6 Nitrit 1,0 mg/L


(51)

Minggu II Blanko

N-Na2S2O3

Sampel : 50 ml : 0,025 N

V1

V

: 1,9 ml

2

DO

: 1,8 ml

0 =

50

1,9 x 0,025 x 8000 = 7,6 mg/L

DO5 =

50

1,8 x 0,025 x 8000 = 7,2 mg/L

BOD = (7,6 – 7,2) = 0,4 mg/L

Sampel Inlet

Blanko : 0,4 mg/L N-Na2S2O3

V Sampel : 50 ml : 0,025 N

Pengenceran : 20 kali V1 : 1,8 ml V2 : 1,5 ml DO0 =

50

1,8 x 0,025 x 8000 = 7,2 mg/L

DO5 =

50

1,5 x 0,025 x 8000 = 6 mg/L

BOD = {(7,2 – 6) – (0,95) (0,4)} x 20 = 16,4 mg/L


(52)

Sampel Outlet

Blanko : 0,4 mg/L N-Na2S2O3

V Sampel : 50 ml : 0,025 N

Pengenceran : 10 kali V1 : 1,9 ml V2 : 1,0 ml DO0 =

50

1,9 x 0,025 x 8000 = 7,6 mg/L

DO5 =

50

1,0 x 0,025 x 8000

= 4 mg/L

BOD = {(7,6 – 4) – (0,9) (0,4)} x 10 = 32,4 mg/L

Minggu III Blanko

N-Na2S2O3

Sampel : 50 ml : 0,0248 N

V1

V

: 1,8 ml

2

DO

: 1,6 ml

0 =

50

1,8 x 0,025 x 8000 = 7,1 mg/L

DO5 =

50

1,6 x 0,025 x 8000 = 6,3 mg/L

BOD = (7,1 – 6,3) = 0,8 mg/L


(53)

Blanko : 0,8 mg/L N-Na2S2O3

V Sampel : 50 ml : 0,0248 N

Pengenceran : 200 kali V1 : 1,8 ml V2 : 1,2 ml DO0 =

50

1,8 x 0,0248 x 8000 = 7,14 mg/L

DO5 =

50

1,2 x 0,0248 x 8000

= 4,76 mg/L

BOD = {(7,14 – 4,76) – (0,99) (0,8)} x 200 = 318 mg/L

Sampel Outlet

Blanko : 0,8 mg/L N-Na2S2O3

V Sampel : 50 ml : 0,0248 N

Pengenceran : 20 kali V1 : 1,9 ml V2 : 1,4 ml DO0 =

50

1,9 x 0,0248 x 8000 = 7,53 mg/L

DO5 =

50

1,4 x 0,0248 x 8000 = 5,55 mg/L

BOD = {(7,53 – 5,55) – (0,95) (0,8)} x 20 = 24,4 mg/L


(54)

Minggu IV Blanko

N-Na2S2O3

Sampel : 50 ml : 0,0242 N

V1

V

: 1,9 ml

2

DO

: 1,7 ml

0 =

50

1,9 x 0,0242 x 8000 = 7,35 mg/L

DO5 =

50

1,7 x 0,0242 x 8000 = 6,58 mg/L

BOD = (7,35 – 6,58) = 0,77 mg/L

Sampel Inlet

Blanko : 0,77 mg/L N-Na2S2O3

V Sampel : 50 ml : 0,0242 N

Pengenceran : 20 kali V1 : 2,0 ml V2 : 1,6 ml DO0 =

50

2,0 x 0,0242 x 8000 = 7,74 mg/L

DO5 =

50

1,6 x 0,0242 x 8000 = 6,19 mg/L

BOD = {(7,74 – 6,19) – (0,95) (0,77)} x 20 = 16,37 mg/L


(55)

Blanko : 0,77 mg/L N-Na2S2O3

V Sampel : 50 ml : 0,0242 N

Pengenceran : 10 kali V1 : 1,9 ml V2 : 1,5 ml DO0 =

50

1,9 x 0,0242 x 8000 = 7,35 mg/L

DO5 =

50

1,5 x 0,025 x 8000 = 5,80 mg/L

BOD = {(7,35 – 5,80) – (0,9) (0,77)} x 10 = 8,57 mg/L


(1)

LAMPIRAN B : KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH IBUKOTA JAKARTA

NOMOR : 1608

TENTANG : BAKU MUTU AIR LIMBAH INDUSTRI/

PERUSAHAAN/ BADAN DI DKI JAKARTA

TANGGAL : 26 SEPTEMBER 1988

BAKU MUTU AIR LIMBAH INDUSTRI/ PERUSAHAAN/ BADAN DI DKI JAKARTA

No Parameter Bakumutu Satuan

1 BOD 75 mg/L

2 COD (Bichromat) 100 mg/L

3 Padatan Tersuspensi 100 mg/L

4 Amonia 5,0 mg/L

5 Nitrat 10 mg/L

6 Nitrit 1,0 mg/L


(2)

Lampiran -2 : Perhitungan Hasil Analisa Minggu II

Blanko N-Na2S2O3

Sampel : 50 ml : 0,025 N

V1

V

: 1,9 ml

2

DO

: 1,8 ml

0 =

50

1,9 x 0,025 x 8000

= 7,6 mg/L DO5 =

50

1,8 x 0,025 x 8000

= 7,2 mg/L BOD = (7,6 – 7,2)

= 0,4 mg/L Sampel Inlet

Blanko : 0,4 mg/L N-Na2S2O3

V Sampel : 50 ml : 0,025 N

Pengenceran : 20 kali V1 : 1,8 ml V2 : 1,5 ml DO0 =

50

1,8 x 0,025 x 8000

= 7,2 mg/L DO5 =

50

1,5 x 0,025 x 8000

= 6 mg/L


(3)

Sampel Outlet

Blanko : 0,4 mg/L N-Na2S2O3

V Sampel : 50 ml : 0,025 N

Pengenceran : 10 kali V1 : 1,9 ml V2 : 1,0 ml DO0 =

50

1,9 x 0,025 x 8000

= 7,6 mg/L DO5 =

50

1,0 x 0,025 x 8000

= 4 mg/L

BOD = {(7,6 – 4) – (0,9) (0,4)} x 10 = 32,4 mg/L

Minggu III Blanko N-Na2S2O3

Sampel : 50 ml : 0,0248 N

V1

V

: 1,8 ml

2

DO

: 1,6 ml

0 =

50

1,8 x 0,025 x 8000

= 7,1 mg/L DO5 =

50

1,6 x 0,025 x 8000

= 6,3 mg/L BOD = (7,1 – 6,3)


(4)

Sampel Inlet

Blanko : 0,8 mg/L N-Na2S2O3

V Sampel : 50 ml : 0,0248 N

Pengenceran : 200 kali V1 : 1,8 ml V2 : 1,2 ml DO0 =

50

1,8 x 0,0248 x 8000

= 7,14 mg/L DO5 =

50

1,2 x 0,0248 x 8000

= 4,76 mg/L

BOD = {(7,14 – 4,76) – (0,99) (0,8)} x 200 = 318 mg/L

Sampel Outlet

Blanko : 0,8 mg/L N-Na2S2O3

V Sampel : 50 ml : 0,0248 N

Pengenceran : 20 kali V1 : 1,9 ml V2 : 1,4 ml DO0 =

50

1,9 x 0,0248 x 8000

= 7,53 mg/L DO5 =

50

1,4 x 0,0248 x 8000

= 5,55 mg/L

BOD = {(7,53 – 5,55) – (0,95) (0,8)} x 20 = 24,4 mg/L


(5)

Minggu IV Blanko N-Na2S2O3

Sampel : 50 ml : 0,0242 N

V1

V

: 1,9 ml

2

DO

: 1,7 ml

0 =

50

1,9 x 0,0242 x 8000

= 7,35 mg/L DO5 =

50

1,7 x 0,0242 x 8000

= 6,58 mg/L BOD = (7,35 – 6,58)

= 0,77 mg/L Sampel Inlet

Blanko : 0,77 mg/L N-Na2S2O3

V Sampel : 50 ml : 0,0242 N

Pengenceran : 20 kali V1 : 2,0 ml V2 : 1,6 ml DO0 =

50

2,0 x 0,0242 x 8000

= 7,74 mg/L DO5 =

50

1,6 x 0,0242 x 8000

= 6,19 mg/L

BOD = {(7,74 – 6,19) – (0,95) (0,77)} x 20 = 16,37 mg/L


(6)

Sampel Outlet

Blanko : 0,77 mg/L N-Na2S2O3

V Sampel : 50 ml : 0,0242 N

Pengenceran : 10 kali V1 : 1,9 ml V2 : 1,5 ml DO0 =

50

1,9 x 0,0242 x 8000

= 7,35 mg/L

DO5 =

50

1,5 x 0,025 x 8000

= 5,80 mg/L

BOD = {(7,35 – 5,80) – (0,9) (0,77)} x 10 = 8,57 mg/L