Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Wanita, kecantikan, dan kosmetik adalah tiga kata yang nyaris tak dapat dipisahkan. Kosmetik bisa dikatakan menemani hampir di setiap fase kehidupan seorang wanita, karena seorang wanita memiliki kebutuhan untuk tampil bersih, wangi, dan cantik. Kosmetik berasal dari kata kosmetikos Yunani yang artinya keterampilan menghias, mengatur. Jadi, kosmetik pada dasarnya adalah campuran bahan yang diaplikasikan pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi, dan sebagainya dengan tujuan untuk menambah daya tarik, melindungi, memperbaiki, sehingga penampilannya lebih cantik dari semula. Muliyawan, D., dan Suriana, 2013. Penggunaan kosmetik, khususnya di bagian muka dan mata, disebut dengan “riasan”, “dandanan”, atau “make up”. Tata rias wajah make up adalah kegiatan mengubah penampilan dari bentuk asli sebenarnya dengan bantuan bahan dan alat kosmetik. Istilah make up lebih sering ditujukan kepada pengubahan bentuk wajah, meskipun sebenarnya seluruh tubuh bisa dihias make up. Beberapa contoh dari make up adalah lipstick, mascara, eye liner, eye shadow, dan blush on. Make up sangat identik dengan perempuan meskipun pengguna make up tidak menutup kemungkinan adalah laki-laki dan diyakini sebagai sarana untuk membuat penampilan menjadi lebih menarik Yuwanto, 2015. Bagi wanita, produk kosmetik selalu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari demi mendapatkan dan mempertahankan kecantikan dari waktu ke waktu. Inilah yang menjadi alasan mengapa wanita lebih banyak mengenal berbagai kosmetik untuk mereka gunakan setiap hari. Universitas Kristen Maranatha Kondisi ini dimanfaatkan menjadi peluang besar bagi produsen kosmetik. Jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, menjadikan Indonesia pasar yang menjanjikan bagi perusahaan kosmetik. Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia PERKOSMI memperkirakan penjualan kosmetik di pasar dalam negeri hingga akhir tahun 2013 meningkat 15 dari realisasi tahun 2012 sebesar Rp. 9,75 triliun karena bertambahnya permintaan dari konsumen kelas menengah. “Tahun ini, penjualan kosmetik di pasar domestik diproyeksikan menyentuh Rp. 11,22 triliun, naik 15 dari realisasi penjualan 2012 sekitar Rp. 9,76 triliun. Penjualan di tahun 2013 akan bertambah seiring permintaan konsumen kelas menengah.”, kata Ketua Umum Perkosmi, Nuning S. Barwa, di Jakarta, Jumat 251 Neraca, 2013. Dari data tersebut terlihat adanya peningkatan penjualan kosmetik karena bertambahnya permintaan dari konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pula konsumen yang semakin peduli dengan penggunaan make up. Bagi seorang wanita, penggunaan make up merupakan salah satu hal yang setiap hari dilakukan untuk mempercantik penampilannya. Bahkan wanita biasanya sanggup menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk berdandan. Selain itu, banyak wanita yang rela menghabiskan banyak uang hanya untuk membeli perlengkapan make up. Sebuah survey di Amerika Serikat terhadap 3000 wanita yang diselenggarakan oleh Superdrug menemukan bahwa satu dari tiga orang wanita menolak untuk keluar rumah tanpa menggunakan make up, tidak peduli hanya sekedar untuk berbelanja. Bahkan sebanyak 37,0 dari peserta survey yang bekerja yakin bahwa atasan mereka akan mengganggap mereka tidak cukup baik merawat diri jika datang ke kantor tanpa menggunakan make up. Sementara 25,0 yakin bahwa mereka tidak akan mendapat promosi apabila berangkat ke kantor tanpa menggunakan make up. Selain itu, dari survey yang sama terbukti bahwa satu dari sepuluh wanita mengatakan mereka tidak akan membiarkan pasangan mereka melihat mereka tanpa menggunakan make up sama sekali. Jacky Fletcher, seorang pelatih kepribadian mengatakan “Memang kenyataannya kita sering menghakimi Universitas Kristen Maranatha seseorang dari penampilan luarnya. Bagi wanita yang terjun ke dunia bisnis dan harus tampil profesional ini menjadi hal yang penting. Namun jika alasan wanita menggunakan make up adalah karena khawatir akan pandangan orang tentang penampilan mereka, dan bukan siapa diri mereka, itu harus diwaspadai.” Utami, 2011. Penampilan tampaknya sudah menjadi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial yang dalam setiap interaksinya tidak terlepas dari orang lain. Penampilan daya tarik fisik merupakan salah satu faktor penentu yang penting dalam mengawali hubungan interpersonal. Sebagian besar penelitian tentang daya tarik fisik physical attractiveness fokus pada daya tarik wajah facial attractiveness, karena banyak penelitian mengungkapkan bahwa fitur wajah merupakan faktor utama dalam daya tarik fisik physical attractiveness secara keseluruhan. Nielsen dan Kernaleguen dalam Korichi, Pelle-de-Queral, Gazano, dan Aubert, 2008 menunjukkan bahwa daya tarik wajah facial attractiveness memberikan pengaruh terhadap evaluasi subjektif dari daya tarik fisik secara keseluruhan, serta kepuasan sosial dan profesional dan keinginan sosial. Salah satu cara yang dilakukan oleh wanita untuk meningkatkan daya tarik wajah mereka adalah melalui penggunaan make up. Banyak profesi yang menuntut untuk berpenampilan yang baik dan menarik. Salah satunya adalah profesi sebagai seorang Public Relations PR atau Hubungan Masyarakat. Sebagai seorang PR, ada 5 persyaratan mendasar yang harus dimiliki yaitu Ability to communicate kemampuan berkomunikasi, Ability to organize kemampuan manajerial atau kepemimpinan, Ability to get on with people kemampuan bergaul atau membina relasi, Personality integrity memiliki kepribadian yang utuh dan jujur, dan Imagination memiliki banyak ide dan kreatif. PR adalah jurusan yang menekankan pada pentingnya komunikasi, membangun reputasi, persepsi, dan hubungan dalam internal maupun eksternal suatu organisasi. Hal ini bisa berupa Universitas Kristen Maranatha menjalin hubungan baik dengan customer, atasan, sesama pegawai, klien, rekan bisnis, dan perusahaan atau organisasi lain. Terkadang sebagai seorang PR, juga banyak memberikan masukan kepada pihak manajerial, walaupun secara umum wilayah kerjanya sangat dekat dengan media atau masyarakat luar Orionbetelgeuze, 2013. Penampilan menjadi modal utama bagi seorang PR agar tampak meyakinkan di depan publik. Seorang PR harus memahami cara bersikap dan berpakaian yang baik, memiliki kepribadian yang baik, menarik, sopan, dan anggun, serta faktor-faktor penunjang penampilan. Penampilan merupakan hal yang penting bagi manusia sebagai makhluk sosial terutama bagi seorang PR yang akan sering berhadapan dengan publik yang berasal dari berbagai macam kalangan. Salah satu cara untuk menunjang penampilan dan membuat tampilan menarik terutama bagi seorang wanita adalah dengan menggunakan make up. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada mahasiswi Universitas ‘X’ Jakarta, 7 dari 10 mahasiswi mengatakan bahwa sebagian besar mahasiswi Universitas ‘X’ Jakarta menggunakan make up. Universitas ‘X’ Jakarta merupakan salah satu universitas dengan jurusan komunikasi favorit di Jakarta. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari mahasiswi Universitas ‘X’ Jakarta, Universitas ‘X’ Jakarta sering didatangi oleh media maupun stasiun televisi dimana stasiun televisi tersebut mencari talent atau bakat-bakat yang dimiliki oleh para mahasiswa dan mahasiswi Universitas ‘X’ Jakarta. Hal ini juga dapat dilihat bahwa banyak alumni maupun mahasiswa dan mahasiswi yang terjun ke dunia entertainment atau dunia pertelevisian, yang tidak terlepas juga dari bakat dan prestasi yang mereka miliki. Berkaitan dengan hal tersebut pihak Universitas ‘X’ Jakarta memberikan penghargaan kepada para alumni yang berhasil dan sukses berkarir di bidangnya masing-masing, dimana penghargaan tersebut berupa pemberian plakat dan piala sebagai simbol penghargaan, serta nama alumni yang diukir pada sebuah lantai Universitas ‘X’ Jakarta. Selain untuk memberikan apresiasi terhadap para Universitas Kristen Maranatha alumni, hal ini juga dilakuka n oleh pihak Universitas ‘X’ Jakarta untuk memotivasi dan memacu semangat mahasiswa dan mahasiswi untuk belajar dan mengukir prestasi dalam bidang apapun. Selain itu agar mahasiswa dan mahasiswi berani mengembangkan bakat di industri hiburan dan berpartisipasi seperti para alumni, dengan berbekal ilmu komunikasi yang diberikan oleh Universitas ‘X’ Jakarta Stephen, 2011. Berdasarkan hasil pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti di Universitas ‘X’ Jakarta, peneliti menemukan sebuah dinding pada gedung kampus yang dipajang dengan sederet artikel-artikel yang diberi bingkai. Artikel-artikel tersebut merupakan artikel para alumni Universitas ‘X’ Jakarta yang memiliki prestasi di bidangnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari bagian kemahasiswaan Universitas ‘X’ Jakarta, diketahui bahwa Universitas ‘X’ Jakarta memiliki 6 jurusan program S1. Salah satu jurusan yang paling digemari adalah jurusan public relations. Universitas ‘X’ Jakarta memiliki 264 mahasiswi dengan status aktif pada jurusan public relations yang berada pada semester 3 sampai dengan semester 8. Selain itu, juga berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari bagian kemahasiswaan Universitas ‘X’ Jakarta, diketahui pula bahwa Universitas ‘X’ Jakarta memiliki mata kuliah yang mengharuskan mahasiswi untuk berpenampilan rapi. Pada hari-hari tertentu, pihak Universitas ‘X’ Jakarta mewajibkan mahasiswi untuk menggunakan business attire terutama pada mahasiswi semester 6. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan mahasiswi menghadapi dunia kerja dan memiliki profesionalitas kerja. Namun dalam hal penggunaan make up , pihak Univeritas ‘X’ Jakarta tidak mewajibkan mahasiswi untuk menggunakannya. Mahasiswi menggunakan make up berdasarkan keputusannya sendiri. Menurut Korichi, Pelle-de-Queral, Gazano, dan Aubert 2008 make up secara psikologis memiliki dua fungsi yaitu fungsi seduction dan camouflage. Fungsi seduction artinya individu menggunakan make up untuk meningkatkan penampilan diri. Umumnya individu yang menggunakan make up untuk fungsi seduction merasa bahwa dirinya menarik dan menggunakan Universitas Kristen Maranatha make up untuk membuat lebih menarik. Fungsi camouflage artinya individu menggunakan make up untuk menutupi kekurangan diri secara fisik. Umumnya individu yang menggunakan make up untuk camouflage merasa dirinya tidak menarik sehingga perlu menggunakan make up untuk membuat menarik. Berdasarkan penelitian sebelumnya dari Angeles University mengenai Alasan Wanita Menggunakan Make Up, diperoleh bahwa hasil dari penelitian yang dilakukan kepada 40 orang wanita adalah wanita menggunakan make up untuk alasan memperoleh self-esteem, dengan persentase terbanyak yaitu sebanyak 25 orang 62,50. Kemudian, dilanjutkan dengan alasan beauty enhancement peningkatan kecantikan sebanyak 8 orang 20,00 dan attraction daya tarik sebanyak 7 orang 17,50 Afable, 2014. Coopersmith 1967 menyatakan self-esteem merupakan penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri yang disimpulkan seseorang dan tetap dipertahankannya. Dengan kata lain self- esteem merupakan personal judgment mengenai perasaan berharga yang diekspresikan dalam sikap individu terhadap dirinya. Penilaian tersebut selanjutnya akan menentukan penghargaan dan penerimaan individu atas dirinya. Karena berkaitan dengan dirinya sendiri, penilaian tersebut biasanya mencerminkan penerimaan atau penolakan terhadap dirinya, menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil serta berharga. Selanjutnya Coopersmith 1967 menyatakan bahwa self-esteem tumbuh dan berkembang pada diri seseorang dari sejumlah penghargaan, penerimaan, perlakuan yang diperoleh dari lingkungan dalam hubungan seseorang dengan lingkungannya. Coopersmith 1967 menyimpulkan bahwa terdapat empat faktor utama yang memberi kontribusi pada pembentukan dan perkembangan self-esteem. Empat faktor utama yang menjadi sumber pembentukan dan perkembangan self-esteem yaitu respectful dari significant others, sejarah keberhasilan, nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi individu, serta cara individu berespon terhadap devaluasi terhadap dirinya. Universitas Kristen Maranatha Coopersmith 1967 mengemukakan empat aspek self-esteem yaitu power yang merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan tingkah laku sendiri dan memengaruhi orang lain, significance yaitu penerimaan, perhatian dan kasih sayang yang diterima seseorang dari orang lain, competence yang merupakan kemampuan seseorang untuk sukses memenuhi tuntutan prestasi dengan tingkatan dan tugas yang bervariasi untuk kelompok usia tertentu, dan yang terakhir adalah virtue yaitu merupakan kemampuan seseorang untuk mengikuti standar moral dan etika, serta taat pada prinsip-prinsip religius. Coopersmith 1967 juga mengemukakan bahwa daya tarik fisik dan tinggi badan memiliki hubungan yang konsisten dengan harga diri. Individu dengan kondisi fisik yang menarik cenderung memiliki harga diri yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi fisik yang kurang menarik. Berdasarkan hasil wawancara survey awal yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 orang 100 mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta, dengan kisaran umur 18 – 25 tahun, diperoleh informasi yaitu sebanyak 10 orang 100 mengatakan bahwa sehari-hari mereka menggunakan make up, terutama apabila berpergian keluar rumah, seperti ke kampus, mall, dan ketika akan menghadiri suatu acara seperti acara pernikahan maupun event-event tertentu. Ketika peneliti bertanya mengenai perbedaan penggunaan jenis make up sehari-hari dengan make up ketika menghadiri suatu acara, 6 orang 60,0 mengatakan bahwa terdapat perbedaan jenis make up yang digunakan, seperti penggunaan foundation, eyeshadow, shading wajah, dan bulu mata palsu, 4 orang 40,0 mengatakan bahwa tidak ada perbedaan penggunaan jenis make up, namun diaplikasikan dengan lebih tebal dari biasanya penggunaan sehari-hari. Ketika peneliti bertanya mengenai awal responden memutuskan untuk menggunakan make up, 2 orang 20,0 mengatakan bahwa mereka menggunakan make up karena keinginan diri sendiri, 8 orang 80,0 mengatakan bahwa mereka menggunakan make up karena melihat Universitas Kristen Maranatha orang lain, teman, lingkungan kampus, internet atau pun media sosial, sehingga mereka tertarik untuk menggunakan make up. Ketika peneliti bertanya mengenai alasan responden menggunakan make up, 5 orang 50,0 mengatakan make up dapat membuat tampilan menjadi lebih segar, wajah terlihat merona, menjadi tidak pucat, dan membuat tampilan menjadi lebih rapi, 5 orang 50,0 mengatakan make up dapat menutupi kekurangan pada bagian asli wajah, membuat diri cantik dan menarik, serta dapat menimbulkan rasa percaya diri terutama ketika berhadapan dengan orang lain. Ketika peneliti bertanya mengenai perasaan responden ketika berada pada situasi dimana orang-orang di sekitarnya menggunakan make up sedangkan responden tidak, atau make up yang digunakan oleh responden tidak maksimal, 3 orang 30,0 mengatakan bahwa ia tetap merasa percaya diri dan berusaha mengatasinya dengan meminjam make up milik teman untuk memperbaiki make up yang telah digunakan, 7 orang 70,0 mengatakan bahwa dalam kondisi tersebut ia merasa panik, tidak percaya diri, minder, ‘uring-uringan’, gelisah, risih, takut dibicarakan oleh orang lain, tidak ingin banyak berjalan-jalan pada acara tersebut agar tidak bertemu dengan banyak orang, dan ingin segera pulang. Ketika peneliti bertanya mengenai pendapat responden mengenai dirinya, 4 orang 40,0 mengatakan bahwa mereka merasa dirinya menarik, dan 6 orang 60,0 mengatakan bahwa mereka merasa dirinya tidak menarik. Kemudian, 1 orang 10,0 mengatakan bahwa ia merasa dirinya menarik baik ketika menggunakan maupun tidak menggunakan make up, dan 9 orang 90,0 lainnya mengatakan bahwa mereka lebih menyukai dirinya dan merasa lebih menarik ketika menggunakan make up. Berdasarkan gambaran di atas, adanya kecenderungan mahasiswi jurusan public relations menggunakan make up untuk menutupi kekurangan diri secara fisik dan menambah kepercayaan diri mereka. Kepercayaan diri muncul dari penilaian diri. Peneliti merasa bahwa self-esteem perlu Universitas Kristen Maranatha dimiliki oleh mahasiswi jurusan public relations, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai self-esteem pada mahasiswi yang menggunakan make up jurusan public relations di Universitas ‘X’ Jakarta.

1.2 Identifikasi Masalah