Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy dalam Mengerjakan Up pada Mahasiswa Up Lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung.

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai self-efficacy dalam mengerjakan up pada mahasiswa up lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai derajat self-efficacy beserta hal-hal yang dipengaruhinya seperti pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, ketekunan, daya tahan, pengalaman mengatasi stress dan derajat penyelesaian yang telah dicapai.

Sampel penelitian adalah mahasiswa UP lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung sebanyak 49 orang. Alat ukur yang dipakai untuk mengetahui derajat self-efficacy mahasiswa UP lanjutan adalah berupa kuesioner yang susun oleh peneliti berdasarkan teori Bandura. Melalui pengolahan data menggunakan rumus kolerasi rank Spearman pada program SPSS 10.0 diketahui bahwa validitas dari alat ukur self-efficacy ini berkisar antara 0,375-0,725, sedangkan reabilitasnya adalah sebesar 0,948 dengan mengunakan metode Alpha Cronbach pada program SPSS 10.0.

Hasil penelitian menunjukan bahwa self-efficacy pada mahasiswa UP lanjutan di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung terbagi menjadi dua kategori yaitu, sebanyak 53,1% mahasiswa UP lanjutan memiliki self-efficacy rendah dan sebanyak 46,9% mahasiswa UP lanjutan memiliki self-efficacy yang tinggi.

Berdasarkan penelitian ini, saran yang diberikan pada peneilitian ini adalah bagi mahasiswa yang memiliki self-efficacy yang rendah agar dapat memastikan kemauan dirinya sendiri agar dapat menentukan skala prioritas yang utama yaitu mengerjakan UP, sedangkan bagi dosen dan pihak fakultas diharapkan dari hasil penelitian ini agar mendapatkan gambaran mengenai self-efficacy mahasiswa UP lanjutan dan faktor-faktor yang membentuk self-efficacy sehingga dapat digunakan


(2)

untuk bahan pertimbangan dalam memberikan saran-saran atau masukan yang dapat membangun keyakinan diri mahasiswa UP lanjutan dalam menyelesaikan UP Peneliti juga menyarankan agar dilakukan penelitian mengenai pengaruh sumber-sumberself-efficacy terhadap derajat self-efficacy pada mahasiswa yang sedang mengontrak skripsi.


(3)

DAFTAR ISI

Lembar Judul

Lembar Pengesahan

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... viii

Daftar Bagan ... xiii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 7

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian ... 8


(4)

1.4.Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9

1.5.Kerangka Pikir ... 9

1.6.Asumsi ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Efficacy Belief 2.1.1 Definisi Self-Efficacy ... 17

2.1.2 Konsep Reciprokal Determinism...17

2.1.3 Pengaruh self-Efficacy...20

2.1.4 Sumber-Sumber Self-Efficacy ... 20

2.1.3.1 Mastery Experience ... 20

2.1.3.2 Vicarious Experience ... 21

2.1.3.3 Verbal Persuasion ... 22


(5)

2.1.5 Proses-Proses yang Diaktifkan oleh Self-Efficacy ... 25

2.1.4.1 Proses Kognitif ... 25

2.1.4.2 Proses Motivasi ... 26

2.1.4.3 Proses Afektif ... 27

2.1.4.4 Proses Seleksi ... 28

2.2 Masa Dewasa Awal 2.2.1 Definisi Dewasa Awal... 29

2.2.2 Perkembangan fisik ... 30

2.2.2 Perkembangan Kognitif ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 35

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian ... 36


(6)

3.3Alat Ukur

3.3.1Self-Efficacy ... 37

3.3.2Prosedur Pengisian ... 38

3.3.3Sistem Penilaian ... 39

3.3.4Kuesioner Data Pribadi dan Data Penunjang ... 40

3.4Pengujian Alat Ukur 3.4.1Uji Validitas ... 40

3.4.2Uji Reliabilitas ... 41

3.5Populasi Sasaran 3.5.1Populasi Sasaran Penelitian ... 42

3.5.2Karakteristik Populasi ... 42

3.5.3Teknik Pengambilan Sampel... 42

3.6Teknik Analisa ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden 4.1.1 Jenis Kelamin ... 44

4.1.1 Lama Mengontrak UP ... 44


(7)

4.1.3 Pekerjaan ... 45

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Derajat Self-Efficacy ... 46

4.1.3 Tabulasi Silang Derajat Self-efficacy Tinggi... 47

4.1.3 Tabulasi Silang Derajat Self-efficacy Rendah ... 48

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN


(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Skema KerangkaPikir………15

Bagan 3.1 Skema Rancangan Penelitian ………...…35

       

     

       


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.4 Pembagian Item Dalam Alat Ukur Self-Efficacy ... 38

Tabel 4.1 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

Tabel 4.2 Persentase Responden Berdasarkan Lama Mengontrak UP ... 44

Tabel 4.3 Persentase Responden Berdasarkan IPK ... 45

Tabel 4.4 Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 45

Tabel 4.5 Persentase Derajat Self-Efficacy ... 46

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Antara Self-Efficacy Belief Tinggi Dengan Indikator Self-Efficacy belief ... 47

Tabel 4.7 Tabulasi Silang Antara Self-Efficacy Belief Rendah Dengan Indikator Self-Efficacy belief ... 48


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Responden

Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Mengontrak UP

Frekuensi Responden Berdasarkan IPK

Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Lampiran 2 Tabel Hasil Perhitungan Uji Validitas Dan Reliabilitas

Alat Ukur Self-Efficacy

Lampiran 3 Data Responden (hasil Penelitian)

Tabel Frekuensi Responden Berdasarkan derajat Self-Efficacy Belief

Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Pilihan yang Dibuat

Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Usaha yang Dikeluarkan

Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Ketekunan

Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Daya Tahan

Crosstab Derajat Self-Efficacy dengan Pengalaman Mengatasi Stress


(11)

Lampiran 4 Crosstab Data Penunjang Dengan Derajat Self-EfficacyBelief

Lampiran 5 Kuesioner Self-Efficacy Belief

Lampiran 6 Kuesioner Data Penunjang


(12)

 

 


(13)

LAMPIRAN 1

Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

jenis kelamin

8 16.3 16.3 16.3

41 83.7 83.7 100.0

49 100.0 100.0

"L" "P" Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Mengontrak UP lama mengontrak up

13 26.5 26.5 26.5

23 46.9 46.9 73.5

9 18.4 18.4 91.8

4 8.2 8.2 100.0

49 100.0 100.0 lama mengontrak up (semester) "2" "3" "4" "5" Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

bekerja

28 57.1 57.1 57.1

21 42.9 42.9 100.0

49 100.0 100.0

Status Pekerjaan

bekerja tidak bekerja Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(14)

Frekuensi Responden Berdasarkan IPK IPK

15 30.6 30.6 30.6

26 53.1 53.1 83.7

8 16.3 16.3 100.0

49 100.0 100.0 IPK

"2,01-2,50" "2,51-3,00" "3,01-3,50" Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(15)

LAMPIRAN 2

Tabel Hasil Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Derajat Self-Efficacy

Item Validitas Keterangan Item Validitas keterangan

1 0.367 Dipakai 25 0.399 Dipakai

2 0.417 Dipakai 26 0.627 Dipakai

3 0.258 Dibuang 27 0.492 Dipakai

4 0.393 Dipakai 28 0.488 Dipakai

5 0.439 Dipakai 29 0.406 Dipakai

6 0.5137 Dipakai 30 0.428 Dipakai

7 0.471 Dipakai 31 0.553 Dipakai

8 0.622 Dipakai 32 0.679 Dipakai

9 0.567 Dipakai 33 0.584 Dipakai

10 0.617 Dipakai 34 0.565 Dipakai

11 0.635 Dipakai 35 0.535 Dipakai

12 0.434 Dipakai 36 0.518 Dipakai

13 0.516 Dipakai 37 0.730 Dipakai

14 0.563 Dipakai 38 0.614 Dipakai

15 0.595 Dipakai 39 0.489 Dipakai

16 0.414 Dipakai 40 0.613 Dipakai

17 0.424 Dipakai 41 0.518 Dipakai

18 0.581 Dipakai 42 0.668 Dipakai

19 0.343 Dipakai 43 0.234 Dibuang

20 0.543 Dipakai 44 0.442 Dipakai

21 0.540 Dipakai 45 0.726 Dipakai

22 0.525 Dipakai 46 0.619 Dipakai

23 0.715 Dipakai 47 0.726 Dipakai

24 0.681 Dipakai 48 0.649 Dipakai


(16)

LAMPIRAN 3

FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN DERAJAT SELF-EFFICACY

26 53.1 53.1 53.1

23 46.9 46.9 100.0

49 100.0 100.0

Kategori SE Belief rendah tinggi Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN PILIHAN YANG DIBUAT

23 3 26

88.5% 11.5% 100.0%

2 21 23

8.7% 91.3% 100.0%

25 24 49

51.0% 49.0% 100.0% rendah tinggi Kategori SE Belief Total rendah tinggi Pilihan Total

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN USAHA YANG DIKELUARKAN

22 4 26

84.6% 15.4% 100.0%

5 18 23

21.7% 78.3% 100.0%

27 22 49

55.1% 44.9% 100.0% rendah tinggi Kategori SE Belief Total rendah tinggi Usaha Total


(17)

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN KETEKUNAN

15 11 26

57.7% 42.3% 100.0%

2 21 23

8.7% 91.3% 100.0%

17 32 49

34.7% 65.3% 100.0% rendah tinggi Kategori SE Belief Total rendah tinggi Ketekunan Total

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN DAYA TAHAN

26 - 26

100.0% - 100.0%

6 17 23

26.1% 73.9% 100.0%

32 17 49

65.3% 34.7% 100.0% rendah tinggi Kategori SE Belief Total rendah tinggi Daya tahan Total

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN PENGALAMAN MENGATASI STRESS

20 6 26

76.9% 23.1% 100.0%

3 20 23

13.0% 87.0% 100.0%

23 26 49

46.9% 53.1% 100.0% rendah tinggi Kategori SE Belief Total rendah tinggi Pengalaman mengatasi stress Total


(18)

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN DERAJAT PENYELESAIAN

23 3 26

88.5% 11.5% 100.0%

4 19 23

17.4% 82.6% 100.0%

27 22 49

55.1% 44.9% 100.0% rendah

tinggi Kategori SE

Belief

Total

rendah tinggi Derajat penyelesaian yang

telah dicapai


(19)

LAMPIRAN 4

TABEL A.1

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN MASTERY EXPERIENCE

19 7 26

73.1% 26.9% 100.0%

21 2 23

91.3% 8.7% 100.0%

40 9 49

81.6% 18.4% 100.0% rendah tinggi Kategori SE Belief Total "berpengaruh" "tidak berpengaruh" Mastery Experience Total TABEL A.2

FREKUENSI TOKOH PANUTAN RESPONDEN

23 46.9 46.9 46.9

20 40.8 40.8 87.8

6 12.2 12.2 100.0

49 100.0 100.0 teman

orang tua lain-lain Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(20)

TABEL A.3

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN VICARIOUS EXPERIENCE

18 8 26

69.2% 30.8% 100.0%

18 5 23

78.3% 21.7% 100.0%

36 13 49

73.5% 26.5% 100.0% rendah tinggi Kategori SE Belief Total "berpengaruh" "tidak berpengaruh" Vicarious Experience Total TABEL A.4

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN SOCIAL/VERBAL PERSUASION

21 5 26

80.8% 19.2% 100.0%

21 2 23

91.3% 8.7% 100.0%

42 7 49

85.7% 14.3% 100.0% rendah tinggi Kategori SE Belief Total berpengaruh tidak berpengaruh Social/Verbal Persuasion Total


(21)

TABEL A.5

CROSSTAB DERAJAT SELF-EFFICACY DENGAN PHYSIOLOGICAL AND AFFECTIVE STATES

17 9 26

65.4% 34.6% 100.0%

15 8 23

65.2% 34.8% 100.0%

32 17 49

65.3% 34.7% 100.0% rendah

tinggi Kategori SE

Belief

Total

berpengaruh

tidak berpengaruh Physiological & Affective

States


(22)

LAMPIRAN 5

KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi tugas Usulan Penelitian, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang tengah menempuh mata kuliah Usulan Penelitian Lanjutan.

Dalam lampiran berikut terdapat kuesioner yang berhubungan dengan penelitian saya. Sehubungan dengan keperluan tersebut saya mengharapkan bantuan Saudara untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner yang terlampir berikut ini.

Informasi yang Saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian yang saya buat. Oleh karena itu saya mohon kesungguhan Saudara dalam mengisi kuesioner ini sehingga informasi yang diperoleh akan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

Atas kesediaan dan kerjasama Saudara, saya ucapkan terima kasih.


(23)

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini terdapat pernyataan yang berhubungan dengan keadaan diri saudara. Saudara diminta untuk memberikan pendapat mengenai pernyataan tersebut dengan cara memberikan checklist (√) pada salah satu kolom kemungkinan jawaban. Masing-masing pernyataan mempunyai empat kemungkinan jawaban, yaitu :

ƒ Sangat yakin (SY) : Jika saudara merasa sangat yakin dengan pernyataan tersebut.

ƒ Yakin (Y) : Jika saudara merasa yakin dengan pernyataan tersebut.

ƒ Tidak Yakin (TY) : Jika saudara merasa tidak yakin dengan pernyataan tersebut.

ƒ Sangat Tidak Yakin (STY) : Jika saudara merasa sangat tidak yakin dengan pernyataan tersebut.

Setiap jawaban yang saudara pilih adalah benar, bila itu merupakan pendapat yang sesuai dengan diri saudara


(24)

SELF EFFICACY

SAYA YAKIN MAMPU UNTUK …… SY Y TY STY

1. ….Memilih topik yang aktual daripada yang sudah banyak diteliti oleh mahasiswa lain untuk digunakan dalam UP.

2. ….Berusaha dan bekerja keras untuk menyelesaikan UP tepat waktu.

3. ….Mengatasi kesulitan dalam menterjemahkan literatur berbahasa asing dalam menyusun UP daripada harus menyalin dari skripsi mahasiswa lain.

4. ….Tetap mempertahankan usaha untuk menyelesaikan UP meskipun sudah melewati target waktu yang ditentukan.

5. ….Melakukan penjadwalan ulang atas beberapa target UP yang tidak tepat waktu.

6. ….Mengikuti perbaikan demi perbaikan UP sebagaimana yang diarahkan pembimbing.

7. ….Melaksanakan bimbingan sesuai dengan jadwal yang ditentukan daripada datang terlambat.

8. ….Berusaha selalu berkonsentrasi dalam mengerjakan UP.

9. ….Mencari alternatif solusi untuk mengatasi masalah yang timbul selama mengerjakan UP.

10. ….Bangkit kembali dalam situasi-situasi yang menekan dan kurang menguntungkan.


(25)

mendapat tekanan dari keluarga.

12. ….Melakukan langkah-langkah tepat untuk keperluan penyusunan UP

13. ….Secara konsisten memperbaiki hasil feed back daripada menunda-nunda revisi.

14. ….Berusaha mencari literatur yang disarankan oleh dosen pembimbing di perpustakaan.

15. ….Berusaha untuk merevisi UP secepatnya meskipun feed back yang diberikan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

16. ….Tetap berpikir jernih sekalipun terdesak oleh batas waktu penyelesaian UP.

17. ….Mengkaji sumber-sumber penyebab keterlambatan menyusun UP.

18. ….Belajar dari kesalahan sebelumnya dalam menyelesaikan UP.

19. ….Mengutamakan untuk mengerjakan UP dibanding pekerjaan kantor.

20. ….Berusaha mencari bahan rujukan dari sumber lain seperti media cetak atau internet.

21. ….Tetap konsisten dalam mempertahankan usaha untuk mengatasi kesulitan dalam mengerjakan UP.

22. ….Tetap berpikir positif dalam menghadapi kendala penyelesaian UP.

23. ….Mencari jalan keluar dari feed back yang diberikan dosen.

24. ….Mengerjakan revisi dengan sebaik-baiknya.


(26)

menunggu bimbingan yang dijadwalkan di kampus.

26. ….Menyelesaikan UP untuk bimbingan berikutnya sebelum batas waktu yang ditentukan.

27. ….Menyelesaikan UP sebelum batas waktu yang ditentukan meskipun banyak hal lain yang harus diselesaikan.

28. ….Tetap belajar tanpa lelah untuk mempercepat penyelesaian UP.

29. ….Mengatasi kekecewaan karena gagal bertemu dengan dosen pembimbing sesuai dengan jadwal yang disepakati.

30. ….Melaksanakan bimbingan UP sesuai dengan janji yang telah disepakati.

31. ….Memilih mengerjakan UP di perpustakaan daripada mengerjakan hal lain yang lebih menyenangkan.

32. ….Berusaha mengerahkan kemauan untuk mengatasi rasa malas dalam mengerjakan UP.

33. ….Memperbaiki hasil feed back dengan dosen pembimbing meskipun merasa lelah dan kurang sehat. 34. ….Tetap bertahan meskipun menghadapi situasi yang

menekan.

35. ….Mengalihkan frustrasi karena UP tidak kunjung selesai.

36. ….Melanjutkan tahap demi tahap penyusunan UP.

37. ….Menetapkan skala prioritas yang utama untuk mengerjakan UP.

38. ….Berusaha untuk menjaga emosi agar tidak mempengaruhi semangat dalam mengerjakan UP.


(27)

39. ….Mencari sumber-sumber bacaan untuk menyempurnakan Up meskipun harus mencari di kampus lain.

40. ….Tetap bertahan dan berusaha mencari jalan keluar yang terbaik untuk menyelesaikan hambatan selama mengerjakan UP.

41. ….Berpikir jernih menghadapi sikap dosen pembimbing yang tidak mendukung proses penyelesaian UP.

42. ….Menerapkan feed back yang diberikan dosen pembimbing dalam penyelesaian UP.

43. ….Memilih teman yang lebih berprestasi dalam bidang akademik untuk berdiskusi tentang UP.

44. ….Mengabaikan ajakan teman untuk bermain karena dapat menghambat penyelesaian UP.

45. ….Menemukan solusi ketika menghadapi kesulitan dalam mengerjakan UP.

46. ….Tetap berpikir konstruktif meskipun kurang mendapat dukungan dari dosen pembimbing.

47. ….Berpikir positif untuk tetap mempertahankan motivasi dalam mengerjakan UP.

48. ….Mengulangi kerja keras sebelumnya dalam menyelesaikan UP.


(28)

LAMPIRAN 6

DATA PENUNJANG

PERTANYAAN:

1. Apakah saudara pernah mengalami keberhasilan yang berarti bagi saudara? a. Pernah, dalam hal ... b. Tidak pernah

2. Seberapa sering saudara mengalami keberhasilan? a. Sering sekali b. Jarang

3. Bagaimana perasaan saudara saat berhasil?

a. Bangga b.Puas c. Kurang puas 4. Apakah saudara pernah mengalami kegagalan?

a. Pernah, dalam hal ... b. Tidak pernah

5. Seberapa sering anda mengalami kegagalan?

a. Sering b. Jarang

6. Bagaimana perasaan saudara saat mengalami kegagalan? a. Sedih, kecewa b. Biasa saja


(29)

7. Siapakah tokoh yang menjadi inspirasi dan contoh bagi saudara?

a. Teman, dalam hal ... b. Orang tua, dalam hal ... c. ...

8. Apakah keberhasilan teman/kakak kelas mempengaruhi keyakinan diri saudara? a. YA, dalam hal ...

b. Tidak

9. Seberapa sering keberhasilan teman/kakak kelas anda memberikan pengaruhnya kepada saudara?

a. Sering b. Jarang

Dampaknya bagi saudara... 10. Apakah kegagalan teman/kakak kelas mempengaruhi keyakinan diri saudara?

a. YA, dalam hal... b. Tidak

11. Seberapa sering kegagalan teman/kakak kelas mempengaruhi keyakinan diri saudara?

a. Sering b. Jarang


(30)

12. Seberapa sering saudara menerima kritikan atas kegagalan saudara?

a. Sering b. Jarang

Dalam hal ... 13. Apa dampak kritikan tersebut bagi saudara?

a. Menurunkan semangat b. Membangkitkan semangat c. ...

14. Seberapa sering saudara menerima pujian atas keberhasilan saudara?

a. Sering b. Jarang

Dalam hal ... 15. Bagaimana perasaan saudara ketika menerima pujian?

a. Senang

b. Berusaha meningkatkannya lagi. c. Biasa saja


(31)

16. Apa dampak pujian bagi saudara? a. Meningkatkan semangat b. Menurunkan semangat c. Menimbulkan kepuasan

d. ... 17. Apakah kondisi fisik mempengaruhi keyakinan diri saudara?

a. YA, alasannya ... b.Tidak

18. Kondisi fisik yang bagaimana yang mempengaruhi keyakinan diri saudara? a. Sehat, Mengapa?... b. Semangat, Mengapa?... c. Sakit, Mengapa?... d. Lelah, Mengapa?... e...

19. Apakah suasana hati mempengaruhi keyakinan diri saudara? a. YA,alasannya ... b. Tidak


(32)

20. Suasana hati yang bagaimana yang mempengaruhi saudara?

a. senang, bagaimana pengaruhnya?... b. sedih, bagaimana pengaruhnya?... c. ...…….

Untuk yang sudah bekerja :

21. Apakah anda sering mengalami kesulitan dalam memilih antara mengerjakan pekerjaan kantor atau mengerjakan UP?

a. ya b. tidak

22. Manakah yang lebih anda prioritaskan, UP atau pekerjaan kantor?

……….……… alasannya : ……… ……… ……….


(33)

LAMPIRAN 7

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Sejarah Universitas Kristen Maranatha

Bandung Ibukota Propinsi Jawa Barat adalah kota beriklim tropis dan sejuk dengan temperatur antara 200-280 C. Paris Van Java merupakan sebutan lain dari kota ini karena keindahannya ditambah keramahtamahan penduduknya, sehingga Bandung merupakan tempat yang paling menyenangkan untuk belajar. Di samping terdapat berbagai macam tempat pariwisata yang menarik, Bandung juga merupakan kota pelajarnya Jawa Barat, sehingga tidak mengherankan jika Bandung menjadi tempat tujuan yang banyak digemari oleh para pelajar dari berbagai penjuru tanah air. Dari sekian banyak Universitas Swasta yang ada di Bandung, Universitas Kristen Maranatha merupakan Universitas yang banyak menjadi pilihan generasi muda untuk menimba ilmu.

Sejak berdirinya, yaitu pada tahun 1965, Universitas Kristen Maranatha telah menghasilkan banyak sarjana yang berkualitas, yang telah mengabdikan ilmunya bagi bangsa dan negara. Universitas Kristen Maranatha terletask di jalan Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH No.65 Bandung, terletak tidak jauh dari pusat kota Bandung, merupakan tempat yang sangat strategis dengan berbagai fasilitas pertokoan, rumah makan, tempat olah raga dan sarana angkutan umum yang memadai untuk


(34)

menjangkau tempat-tempat di kota Bandung serta tempat pemondokan yang ada di sekitar kampus, ditambah suasana dan kondisi yang nyaman untuk belajar.

Dengan luas tanah kurang lebih 50.000m dan memiliki gedung-gedung yang lengkap untuk setiap fakultasnya, disertai saran dan prasarana yang sangat memadai lainnya, sangatlah mendukung kelancaran proses belajar mengajar di Universitas Kristen Maranatha. Untuk meningkatkan fasilitas belajar mengajar di Universitas Kristen Maranatha sekarang dibangun gedung "Grha Widya Maranatha" yang berlantai 15.

Universitas Kristen Maranatha berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Sampai dengan thaun 2005 telah terdapat 7 fakultas dengan sembilan belas program studi, serta program pasca sarjana dengan tiga program studi, yaitu: Fakultas Kedokteran; Fakultas Teknik dengan Program Studi Teknik Sipil (S1), Teknik Elektro (S1), Teknik Industri (S1). Fakultas Psikologi; Fakultas Sastra dengan Program Studi Sastra Inggris (S1), Sastra Jepang (S1), Bahasa Inggris (D3), dan Bahasa China (D3); Fakultas Ekonomi dengan Program Studi Ekonomi Akuntansi (S1), Ekonomi Manajemen (S1) dan Program Kelas Malam Ekonomi Akuntansi (S1) dan Manajemen (S1); Fakultas Teknologi Informasi dengan Program Studi Teknik Informatika (S1), Sistem Informasi (S1), dan Teknologi Informasi (D3); Program Pasca Sarjana, dengan Program Magister Manajemen (S2), Magister Psikologi (S2), Master of Business Administration (S2). Selain itu telah dibuka pula Program Studi


(35)

Sastra China (S1). Hal tersebut semakin menjadikan Universitas Kristen Maranatha pilihan yang tepat bagi pelajar untuk belajar.

Visi dan Misi Universitas Kristen Maranatha

Visi : Universitas Kristen Maranatha menjadi Perguruan Tinggi yang mandiri

dan berdaya cipta, serta mampu mengisi dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni abad ke-21 berdasarkan kasih dan keteladanan Yesus Kristus.

Misi : Mengembangkan cendekiawan yang handal, suasana yang kondusif,

dan nilai-nilai hidup yang Kristiani sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan senia dalam penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi Kristen Maranatha.

Fakultas Psikologi

Latar belakang Fakultas Psikologi

Sehubungan dengan permasalahan sosial, ekonomi, budaya, politik yang melanda negara dan bangsa, dirasakan adanya peningkatan kebutuhan masyarakat akan psikolog. Secara spesifik permasalahan tersebut terkait dengan dinamika kehidupan manusia sebagai individu, anggota dari dunia kerja, serta dinamika relasi interpersonal dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya.Untuk itu Fakultas


(36)

Psikologi UKM selalu berupaya meningkatkan SDM maupun fasilitas pendidikannya baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak.

Tujuan Pendidikan

Menghasilkan psikolog yang dapat memahami proses dasar psikologi dan juga melakukan penilaian (assesment) psikologi sehingga dapat menginterprestasikan tingkah laku manusia, baik perorangan maupun kelompok sesuai dengan kaidah-kaidah psikologi.

Materi Kuliah

Untuk menyelesaikan program sarjana dan mendapat gelar Sarjana Psikologi (S.Psi), seorang mahasiswa harus menyelesaikan 148 SKS termasuk penulisan skripsi. Materi kuliah meliputi, antara lain, Psikologi Umum, Psikologi Perkembangan, Psikologi Klinik, Psikologi Industri dan Organisasi, Psikologi Sosial, Konseling, Psikoterapi. Kecuali itu diberikan pelatihan intensif dalam bentuk pratikum, antara lain Psikodiagnostik, Psikologi Eksperimen, Psikologi Klinis, dll.

Lulusan Sarjana Psikologi (S. Psi) dapat melanjutkan pendidikannya ke Program Magister Psikologi (S2) dengan konsentrasi Psikologi Terapan di Universitas Kristen Maranatha. Program ini dirancang dengan total kredit 42 SKS yang dilaksanakan dalam jangka waktu 4 semester.


(37)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas). Tujuan utama dari universitas adalah

mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk memasuki dunia kerja, oleh karena itu proses belajar di universitas sangat berbeda dengan proses belajar pada jenjang pendidikan sebelumnya (SD, SMP, dan SMA). Mahasiswa dituntut untuk mandiri dan aktif dalam belajar dan memperoleh pengetahuan guna membentuk pola pikir yang sistematis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ditemui selama kuliah di universitas.

Tiap-tiap universitas menawarkan bermacam-macam fakultas yang berbeda meskipun sebagian besar sama. Pada universitas ”X” Bandung, salah satu fakultas yang ditawarkan adalah fakultas Psikologi. Pada fakultas psikologi universitas ”X”, mahasiswa harus menyelesaikan beban sks sebanyak 145 SKS selama minimal delapan semester untuk mendapatkan gelar sarjana. Beban SKS terakhir yang harus diselesaikan mahasiswa adalah menyusun skripsi dan mengikuti sidang sarjana sebagai syarat kelulusan. Untuk dapat mengontrak skripsi, mahasiswa wajib


(38)

2

menyelesaikan dan dinyatakan lulus dalam mata kuliah Usulan Penelitian (UP) yang terdiri atas bab I dan bab III untuk kemudian mengikuti seminar usulan penelitian. Setelah UP diseminarkan mahasiswa tersebut akan memperoleh nilai dan dapat melanjutkan mengontrak skripsi pada semester berikutnya.

Pada semester ganjil tahun akademik 2007-2008, jumlah mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP adalah 189 orang, 44% diantaranya (83 orang ) mengontrak UP lanjutan. Data ini menunjukan sebesar 44% mahasiswa gagal menyelesaikan UP dalam satu semester. Setelah peneliti melakukan survey awal mengenai hambatan dalam mengerjakan UP melalui metode wawancara kepada lima orang mahasiswa dan menyebarkan angket kepada 10 orang mahasiswa yang sedang mengontrak mata kuliah UP, diperoleh fakta bahwa selama mengerjakan UP mereka mengalami hambatan, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar diri mahasiswa.

Dari hasil wawancara mengenai hambatan yang dialami dalam mengerjakan UP terhadap lima orang mahasiswa diperoleh gambaran bahwa satu orang mahasiswa menyatakan hambatan yang dirasakannya adalah rasa malas atau kurang motivasi. Mahasiswa itu merasa kecewa apabila harus menunggu dosen beberapa lama untuk bimbingan padahal proses bimbingan tersebut berlangsung tidak sebanding dengan lamanya menunggu. Hal tersebut membuat mahasiswa menjadi malas dan tidak termotivasi untuk melakukan bimbingan. Selain itu, kesulitan untuk menterjemahkan buku referensi juga menjadi salah satu penyebab timbulnya rasa


(39)

3

kurang bisa membagi waktu antara mengerjakan UP dan mengerjakan tugas-tugas kuliah lainnya sehingga membuat salah satu mata kuliahnya harus dikorbankan. Selain itu, hambatan yang dirasakan adalah tuntutan dari orang tua agar dirinya cepat lulus. Ia merasa tertekan dengan tuntutan orang tuanya tersebut karena selalu membahas masalah kelulusannya tanpa mengerti usaha yang telah dikeluarkan mahasiswa tersebut untuk menyelesaikan UP.

Dua orang mahasiswa lainnya mengatakan bahwa hambatan yang mereka rasakan adalah kesulitan untuk menahan diri agar tidak bermain atau berkumpul dengan teman-temannya. Mereka mengakui bahwa saat ini mereka belum bisa fokus untuk mengerjakan UP karena masih ingin untuk menghabiskan waktu dengan hal-hal yang menyenangkan dengan teman-temannya seperti nongkrong-nongkrong dan nonton di bioskop. Selain itu juga mereka tidak dapat mempertahankan mood untuk mengerjakan UP, apabila sedang mengerjakan UP dan tiba-tiba merasa bosan maka mereka akan langsung berhenti mengerjakan dan melakukan kegiatan lainnya.

Dua orang mahasiswa lainnya menyatakan bahwa mereka tidak punya waktu untuk mengerjakan UP karena sibuk dengan pekerjaan kantor. Selain kuliah di fakultas Psikologi mereka juga menjadi karyawan dari suatu bank swasta di Bandung. Pekerjaan yang ditekuni itu sangat menyita waktu dan energi sehingga sepulang kerja dan sampai di kost masing-masing, mereka merasa sangat lelah dan menjadi malas untuk mengerjakan tugas kuliah. Mereka lebih memilih untuk mengerjakan pekerjaan kantor karena menurut mereka mengerjakan UP tidak menghasilkan uang sedangkan


(40)

4

Menurut Bandura (2002) keyakinan tentang kemampuan seseorang dalam mengatur dan melaksanakan sumber-sumber dari tindakan yang dibutuhkan untuk mengatur situasi-situasi yang berorientasi ke masa depan disebut sebagai self- efficacy. Derajat self-efficacy menentukan seberapa besar keyakinan akan kemampuan mahasiswa untuk melewati hambatan-hambatan dalam menyelesaikan UP dan melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu penyusunan skripsi. Seperti yang diungkapkan Bandura (2002) bahwa kegagalan atau keberhasilan seseorang dapat mempengaruhi keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Seberapa sering seseorang dapat mengatasi hambatan akan mempengaruhi keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri sangat dibutuhkan untuk melewati mata kuliah Usulan Penelitian. Menurut Bandura (2002) keyakinan pada kemampuan diri sendiri berpengaruh terhadap beberapa proses yaitu menentukan pilihan yang dibuat oleh mahasiswa, usaha yang dikeluarkan untuk mewujudkan pilihannya tersebut, ketekunan dalam menghadapi hambatan, resiliensi dalam menghadapi ketidakberuntungan, pengalaman mengatasi stress dan menyadari derajat penyelesaian yang telah dicapai dalam menyusun UP.

Untuk mengatasi hambatan yang muncul selama proses pengerjaan UP dibutuhkan keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri yang tinggi. Apabila mahasiswa memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan dirinya sendiri maka akan membuat pengerjaan UP lebih mudah karena keyakinan diri yang tinggi akan mengubah hambatan menjadi tantangan untuk berusaha lebih keras. Sebaliknya,


(41)

5

sendiri, mereka akan menganggap bahwa mereka memang tidak mampu mengatasi hambatan.

Berdasarkan survei awal terhadap 10 orang mahasiswa yang mengontrak UP lanjutan mengenai gambaran keyakinan diri selama proses mengerjakan UP, dapat digambarkan bahwa empat orang merasa yakin mereka mampu menyelesaikan UP dan mentargetkan semester ini selesai. Mereka menjadikan UP sebagai prioritas utama dibandingkan kegiatan yang lainnya dan juga melakukan usaha yang lebih besar dibanding sebelumnya. Mood dan kondisi fisik yang kurang bagus dirasakan kurang berpengaruh terhadap performance mereka., mereka selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan UP tersebut. Mereka melihat juga ada persaingan antara sesama mahasiswa yang mengontrak UP lanjutan sebagai pembanding apakah mereka lebih cepat atau lebih lambat bila dibandingkan dengan temannya.

Dua orang mahasiswa lainnya merasa yakin dengan kemampuan dirinya dan

menentukan target yang sesuai dengan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan UP tetapi mereka tidak mengeluarkan usaha yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. Kondisi mood dan fisik berpengaruh terhadap performance yang mereka tampilkan. Apabila mereka sedang merasa sedih atau marah, mereka menjadi tidak dapat berkonsentrasi mengerjakan UP. Apabila mereka menemui hambatan mereka akan berusaha sebisanya untuk menyelesaikan, apabila masih gagal mereka berhenti berusaha. Menurut mereka, mengerjakan UP adalah urusan pribadi dan tidak


(42)

6

menganggap adanya persaingan antara sesama mahasiswa yang sedang mengontrak UP sehingga tidak berpengaruh apabila temannya lebih maju daripadanya.

Dua orang lainnya merasa tidak yakin akan kemampuan diri mereka, sehingga apabila mereka menemukan hambatan selama mengerjakan UP, pada umumnya mereka langsung beralih melakukan kegiatan yang lebih menyenangkan dibandingkan mengerjakan UP. Mereka tidak memiliki target menyelesaikan UP dan tidak berusaha maksimal untuk menyelesaikan UP. Mereka tidak membuat UP sebagai prioritas utama dalam kegiatan mereka. Mereka tidak terpengaruh mood yang sedang kurang bagus dan kondisi fisik yang kurang fit apabila sedang mengerjakan UP. Mereka tidak menganggap harus bersaing dengan mahasiswa lainya untuk menyelesaikan UP lebih cepat.

Satu orang menganggap bahwa ia tidak yakin mampu menyelesaikan UP. Ia hanya menunggu bimbingan dari dosen pembimbing sepenuhnya untuk memberi masukan dan petunjuk mengenai apa yang harus dilakukannya, apabila dosen sudah memberikan feedback, ia pun tidak langsung merevisi hasil pekerjaannya. Kondisi Mood dan kondisi fisik yang kurang mendukung menjadi salah satu faktor penghambat baginya untuk mengerjakan UP. Apabila menemui hambatan, ia akan berusaha semampunya dan apabila tidak berhasil mengatasi maka ia akan langsung meminta bantuan pada dosen pembimbing. Ia juga merasa lebih mudah untuk lansung meminta bantuan dari dosen pembimbing daripada harus menyelesaikan hambatan yang ia temui selama mengerjakan UP-nya sendiri. Ia tidak menganggap ada


(43)

7

Satu orang lainnya merasa tidak yakin akan kemampuan dirinya dan tidak memiliki target kapan UP-nya harus selesai. Ia lebih memprioritaskan kegiatan bersama-sama temannya daripada menyelesaikan UP. Ia berusaha untuk menyelesaikan tetapi dengan usaha yang seadanya. Dapat dikatakan bahwa ia hanya sekedar mengerjakan tetapi ia tidak memperhatikan kualitas hasil pekerjaannya. Ia lebih mengikuti mood dan kondisi fisiknya, jadi apabila ia sedang mengerjakan UP dan tiba-tiba moodnya hilang maka ia akan berhenti mengerjakan dan beristirahat untuk memulihkan moodnya, biasanya istirahatnya berlangsung lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan UP. Apabila ia menemui hambatan maka ia akan lebih mudah menyerah tanpa berusaha untuk mencari jalan keluarnya.

Berdasarkan data hasil survey awal tersebut, peneliti menemukan adanya variasi self-efficacy beserta hal-hal yang dipengaruhinya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk menggambarkan self-efficacy pada Mahasiswa psikologi yang sedang mengontrak UP Lanjutan di Fakultas Psikologi universitas ”X” Bandung.

1.2. Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian diatas, masalah yang ingin diteliti adalah seperti apa gambaran derajat self-efficacy pada Mahasiswa Psikologi yang mengontrak UP Lanjutan di Universitas ”X” Bandung.


(44)

8

1.3. Maksud dan tujuan penelitian 1.3.1. Maksud penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai self-efficacy pada Mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak UP Lanjutan di universitas ”X” Bandung.

1.3.2. Tujuan penelitian

Untuk memperoleh informasi mengenai derajat self-efficacy beserta faktor-faktor yang dipengaruhinya yaitu pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, ketekunan dalam menghadapi hambatan, resiliensi dalam menghadapi ketidakberuntungan, dan derajat penyelesaian yang telah dicapai pada Mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak UP Lanjutan di Universitas ”X” Bandung.

1.4. Kegunaan penelitian 1.4.1. Kegunaan Ilmiah

1) Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kajian Psikologi Pendidikan.

2) Memberikan tambahan informasi sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai derajat Self-Efficacy.


(45)

9

1.4.2. Kegunaan Praktis

1) Memberi informasi pada mahasiswa tentang self-efficacy agar mahasiswa dapat mengenali kemampuan dirinya dalam hal pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, ketekunan dalam menghadapi hambatan, resiliensi dalam menghadapi ketidakberuntungan, dan derajat penyelesaian yang telah dicapai untuk membantu mempercepat penyelesaian penyusunan UP.

2) Memberikan informasi kepada pihak fakultas agar memiliki gambaran tentang self-efficacy mahasiswa yang sedang mengontrak UP lanjutan.

1.5. Kerangka Pemikiran

Mahasiswa adalah individu yang berada pada tahap perkembangan early adulthood atau biasa disebut sebagai masa dewasa awal. Beberapa ciri perkembangan yang terdapat pada masa early adulthood adalah meninggalkan dependency masa kanak-kanak tetapi belum memiliki tanggung jawab penuh masa dewasa, menyelesaikan studi dan memiliki pekerjaan tetap, memiliki kondisi kesehatan dan kemampuan fisik yang sempurna, memiliki hubungan pribadi dengan lawan jenis yang lebih intim dan mendalam, dan berusaha mewujudkan karir yang mantap pada bidang yang disukai. (Santrock 2002)

Salah satu ciri masa early adulthood adalah menyelesaikan studi dan memiliki pekerjaan tetap. Proses penyelesaian studi di Fakultas Psikologi Universitas “X” mempersyaratkan penyelesaian Usulan Penelitian yang kemudian akan ditindaklanjuti


(46)

10

dengan melaksanakan proses bimbingan berulang-ulang. Besarnya persentase mahasiswa yang gagal menyelesaikan UP selama satu semester menjadi bukti bahwa UP memerlukan kesungguhan, kerja keras, konsistensi, dan kemandirian dalam menyelesaikannya. Untuk itu mahasiswa perlu memiliki self efficacy pada derajat tinggi.

Self-efficacy merujuk pada seberapa besar kemampuan seseorang dalam mengatur dan melaksanakan sumber-sumber dari tindakan yang dibutuhkan untuk mengatur situasi-situasi yang berorientasi ke masa depan. Self-efficacy belief menentukan bagaimana mahasiswa merasa, berpikir, memotivasi diri dan bertingkah laku dalam melakukan kegiatan belajar. Self-efficacy juga mempengaruhi pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, ketekunan dalam menghadapi hambatan dan kegagalan, resiliensi dalam menghadapi ketidakberuntungan, pengalaman mengatasi stress, dan derajat penyelesaian yang telah dicapai.(Bandura 2002)

Hal tersebut berarti bahwa self-efficacy mempengaruhi pilihan yang dibuat oleh mahasiswa UP lanjutan di Fakultas Psikologi, usaha yang dikeluarkan, ketekunan dalam menghadapi hambatan selama menyelesaikan UP, ketekunan mahasiswa dalam menghadapi tekanan, pengalaman untuk mengatasi stress yang muncul selama mengerjakan UP dan sejauh apa mahasiswa UP lanjutan menyadari derajat penyelesaian yang telah dicapainya.

Mahasiswa UP lanjutan yang memiliki penghayatan self-efficacy yang tinggi terhadap kemampuan mereka akan memandang tugas yang sulit sebagai tantangan


(47)

11

Mahasiswa tersebut akan memilih untuk mengerjakan tugas yang lebih sulit dan memiliki tantangan yang lebih tinggi dibanding tugas yang lainnya. Mahasiswa UP lanjutan yang memiliki penghayatan self-efficacy yang tinggi akan menentukan tujuan yang menantang dan berkomitmen terhadap tujuan tersebut sehingga memberikan usaha yang penuh dengan keyakinan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Mahasiswa UP lanjutan tersebut mengeluarkan usaha yang lebih besar apabila menemui hambatan dalam mengerjakan tugas dan mampu mengontrol sumber stress agar tidak mempengaruhi kesehatan fisik mahasiswa itu sendiri. Apabila mereka menemui kegagalan, mereka akan menganggap bahwa usaha yang dikeluarkan kurang keras bukan karena mereka tidak mampu mengerjakan tugas tersebut.

Mahasiswa UP lanjutan yang memiliki penghayatan self-efficacy yang rendah terhadap kemampuan mereka akan memilih untuk megerjakan tugas yang lebih mudah atau memiliki tantangan yang lebih rendah. Mahasiswa UP lanjutan yang memiliki penghayatan self-efficacy yang rendah akan berusaha sebisa mungkin untuk menghindari situasi-situasi yang mengharuskannya menyelesaikan dan melewati suatu tugas dengan tantangan dan tingkat kesulitan yang tinggi. Mereka tidak mengeluarkan usaha yang lebih untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Apabila mereka menemui hambatan dan kegagalan, maka mereka akan menganggap bahwa memang mereka tidak mampu untuk menyelesaikan tugas tersebut dan menyerah. Mahasiswa UP lanjutan yang memiliki penghayatan self-efficacy yang rendah tidak mampu mengontrol sumber stress agar tidak mempengaruhi kondisi kesehatan fisik mereka.


(48)

12

Kondisi kesehatan mereka akan lebih mudah terganggu apabila dihadapkan pada hambatan dan kegagalan.

Empat proses psikologi utama self-efficacy yang dapat mempengaruhi area fungsi individu adalah proses kognitif, proses afektif, proses motivasional dan proses seleksi (Bandura, 2002). Kebanyakan tindakan pada awalnya diatur dalam pikiran. Self-efficacy belief yang dimiliki oleh mahasiswa Psikologi akan membentuk anticipatory scenario. Mahasiswa UP lanjutan yang mempunyai penghayatan efficacy tinggi, membayangkan skenario sukses yang memberikan tuntutan positif dan dukungan untuk pelaksanaan pencapaian prestasi. Sedangkan Mahasiswa UP lanjutan yang meragukan efficacy dirinya, membayangkan skenario kegagalan. Saat dihadapkan pada tugas-tugas yang sulit, dalam lingkungan kuliah yang membebani, mahasiswa UP lanjutan yang tercekam oleh keraguan mengenai efficacy yang dimiliki, aspirasinya menurun dan hasil belajarnya akan memburuk.

Self efficacy belief individu secara kognitif dapat dikembangkan melalui empat sumber pengaruh utama, yaitu: mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion dan physiological and affective states. Ke-empat sumber tersebut menjadi instruktif melalui penilaian kognitif. Dengan kata lain, semuanya tergantung pada bagaimana mahasiswa Psikologi menginterpretasikan sumber-sumber informasi yang diperolehnya tersebut.

Cara paling efektif untuk menciptakan penghayatan yang kuat mengenai efficacy adalah melalui mastery experiences atau pengalaman bahwa mahasiswa UP


(49)

13

keyakinan akan efficacy mahasiswa UP lanjutan dan kegagalan menghambat efficacy, terutama bila kegagalan terjadi sebelum penghayatan efficacy itu terbentuk secara mantap. Apabila mahasiswa UP lanjutan sering mengalami kegagalan dalam kuliahnya sebelum efficacy terbentuk secara mantap, maka mahasiswa tersebut akan menganggap dirinya memang tidak mampu dalam mengerjakan sesuatu dan bukan karena usaha yang dikeluarkannya kurang keras. Penghayatan efficacy yang dapat bertahan membutuhkan pengalaman dalam mengatasi rintangan-rintangan melalui usaha yang terus menerus dan ulet. Melalui pengalaman pribadi, mahasiswa UP lanjutan akan belajar mengenai hal-hal yang dibutuhkan untuk bisa berhasil dalam belajar atau menyelesaikan tugas. Setelah mahasiswa UP lanjutan yakin bahwa dirinya memiliki apa yang dibutuhkan untuk berhasil dalam belajar, mahasiswa tersebut akan mampu bertahan dalam menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan dan cepat pulih pada waktu mengalami kegagalan.

Cara kedua untuk menciptakan dan memperkuat self-efficacy belief adalah melalui vicarious experiences atau pengalaman yang dapat diamati dari seorang model sosial. Melihat orang lain yang mempunyai karakteristik sama dengan dirinya mengalami keberhasilan dalam bidang akademis melalui usaha yang terus menerus meningkatkan kepercayaan Mahasiswa UP lanjutan bahwa mereka juga mampu menguasai aktivitas yang kurang lebih sama untuk mencapai keberhasilan. Dengan cara yang sama, mengamati kegagalan orang lain meskipun sudah berusaha dengan kuat, akan menurunkan penilaian efficacy dan usaha dirinya. Pengaruh dari modelling


(50)

14

yang diamati. Makin besar kesamaan yang dianggap ada, maka semakin besar pengaruh keberhasilan dan kegagalan model. Bila mahasiswa UP lanjutan memandang model-model sebagai sesuatu yang sangat berbeda dari dirinya, maka self-efficacy belief pada dirinya tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh tingkah laku dan pencapaian model-model tersebut.

Social persuasion adalah cara ketiga yang dapat menguatkan keyakinan mahasiswa UP lanjutan bahwa dirinya memiliki hal-hal yang dibutuhkan untuk berhasil. Mahasiswa UP lanjutan yang dipersuasi secara verbal bahwa dirinya mempunyai kemampuan untuk menguasai aktivitas tertentu, cenderung menggerakkan usaha yang lebih besar dalam belajar dan mempertahankannya. Mahasiswa UP lanjutan yang mengalami persuasi bahwa dirinya kurang mampu, cenderung menghindari aktivitas-aktivitas yang menantang yang dapat mengembangkan potensinya dan mudah menyerah bila menghadapi kesulitan saat belajar.

Cara ke-empat untuk menguatkan self-efficacy belief adalah dengan mengurangi reaksi stres mahasiswa UP lanjutan, mengubah kondisi emosional yang negatif dan mengubah misinterpretasi keadaan fisik (physiological and affective states). Sebagian mahasiswa UP lanjutan bergantung pada keadaan fisik dan keadaan emosional dalam menilai kemampuan diri sendiri. Mahasiswa UP lanjutan menginterpretasikan reaksi stress dan ketegangan sebagai tanda-tanda kerentanan terhadap hasil belajar yang tidak memuaskan. Bukan hanya kondisi emosi yang


(51)

15

dipersepsi dan diinterpretasikan. Mahasiswa UP lanjutan dengan penghayatan efficacy yang tinggi cenderung memandang ketergugahan afektif sebagai fasilitator yang memberikan energi pada performance, sedangkan Mahasiswa UP lanjutan yang mengalami keraguan pada diri sendiri melihatnya sebagai hal yang menghambat.

(Bandura, 2002)

Mahasiswa UP lanjutan

Indikator self efficacy : - Pilihan yang dibuat. - Usaha yang dikeluarkan. - Ketekunan

- Resiliensi

- Pengalaman mengatasi stress - Derajat penyelesaian Proses Secara

Kognitif

Self Efficacy

Beliefs

Sumber-sumber Self-Efficacy : - Mastery Experience

- Vicarious Experience - Social/verbal Persuasion - Physiological and Affective states

Tinggi


(52)

16

1.6. Asumsi-asumsi

1. Mahasiswa UP lanjutan memiliki sumber-sumber informasi yang membentuk self-efficacy berupa mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and affective states yang berbeda-beda

2. Mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion, dan physiological and affective states dimaknakan berbeda-beda untuk kemudian menciptakan self-efficacy beliefs yang dapat dilihat dari tingkah laku dengan derajat self-efficacy yang berbeda-beda.

3. Derajat self-efficacy Mahasiswa yang mengontrak Up lanjutan dapat dilihat melalui tingkah laku mahasiswa dalam hal pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkan, ketekunan dalam menyelesaikan tugas, resiliensi dalam menghadapi ketidakberuntungan, pengalaman mengatasi stress, dan derajat penyelesaian yang disadari.


(53)

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian mahasiswa UP lanjutan memiliki derajat self-efficacy belief rendah.

2. Sebagian mahasiswa UP lanjutan yang memiliki self-efficacy tinggi menunjukan keyakinan yang tinggi akan kemampuan menentukan pilihan, kemampuan mengerahkan usaha dalam mencapai tujuan, kemampuan bertahan dalam menghadapi rintangan dan hambatan, kemampuan belajar dari pengalaman dalam mengatasi stress serta kemampuan menyadari derajat penyelesaian yang telah dicapai dalam mengerjakan UP, tetapi untuk indikator ketekunan dalam mengerjakan UP memiliki persentase yang hampir sama besar dengan mahsiswa yang memiliki self-efficacy

belief rendah.

3. Sebagian mahasiswa UP lanjutan memiliki self-efficacy yang rendah menunjukan keyakinan yang rendah akan kemampuan menentukan pilihan, kemampuan mengerahkan usaha dalam mencapai tujuan, kemampuan mempertahankan ketekunan dalam mengerjakan UP, kemampuan bertahan dalam menghadapi rintangan dan hambatan, kemampuan belajar dari pengalaman dalam mengatasi stress serta


(54)

58

kemampuan menyadari derajat penyelesaian yang telah dicapai dalam mengerjakan UP.

4. Berdasarkan faktor Mastery experience, pengalaman keberhasilan memberikan pengaruh yang positif kepada sebagian besar mahasiswa UP lanjutan dengan derajat self-efficacy tinggi dalam hal meningkatkan motivasi dan menimbulkan kepuasan dalam mengerjakan UP sedangkan pengalaman kegagalan memberikan pengaruh negatif kepada sebagian besar mahasiswa dengan derajat self-efficacy rendah dalam hal menurunkan motivasi dan semangat.

5. Berdasarkan faktor vicarious experience, pengalaman keberhasilan tokoh panutan memberikan pengaruh dalam hal meningkatkan kepercayaan diri, lebih bersemangat dan lebih merasa mampu untuk menyelesaikan UP pada mahasiswa UP lanjutan dengan derajat self-efficacy tinggi, sedangkan pengalaman kegagalan lebih banyak memberikan pengaruh pada mahasiswa UP lanjutan dengan derajat self-efficacy rendah dalam hal menurunkan kepercayaan diri, menurunkan semangat kerja dan menurunkan keyakinan atas kemampuan dirinya sendiri.

6. Berdasarkan fakktor social/verbal persuasion, sebagian besar mahasiswa UP lanjutan mendapat pujian maupun kritik dari dosen dan sesama mahasiswa baik yang sedang mengontrak UP lanjutan maupun mahasiswa lainnya.


(55)

59

7. Berdasarkan faktor physiological and affective states, mahasiswa dengan derajat self-efficacy tinggi maupun rendah dipengaruhi oleh kondisi fisik dan emosional selama mengerjakan UP.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

1. Bagi para peneliti lain:

Melakukan penelitian mengenai pengaruh sumber-sumber self-efficacy terhadap derajat self-efficacy mahasiswa yang sedang mengontrak skripsi.

2. Guna Laksana

Bagi mahasiswa UP lanjutan yang memiliki self-efficacy yang rendah disarankan agar dapat mengenali kemauan dan kemampuan diri agar dapat menentukan skala prioritas yang utama untuk mengerjakan dan menyelesaikan UP.

• Bagi mahasiswa UP lanjutan yang memiliki self-efficacy yang rendah disarankan agar menentukan prioritas utama untuk mengerjakan UP dibandingkan pekerjaan lain selama kuliah.

• Bagi dosen pembimbing dan pihak fakultas disarankan untuk dapat memberikan motivasi ataupun saran-saran yang dapat membangun keyakinan diri mahasiswa UP lanjutan dalam menyelesaikan UP.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert, 2002. Self-Efficacy, The exercise of Control. Freeman and Company: Stanford University, New York.

Graziano, Anthony M, Michael L. Raulin. 2000. Research Methods: A Process of Inquiry. Needham Heights: Allyn & Bacon.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik NonParametrik: Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia

Santrock, Jhon W. 2002. Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup Jilid 2, terjemahan Juda Damanik,Ahmad Chusairi, Jakarta: Erlangga

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing, design, analysis, and use. Copywright Allyn & Bacon, United States America-Massachusets: Needham Heights


(57)

DAFTAR RUJUKAN

Apriani, Miskah. 2007. Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Pada Siswa Kelas III Yang Akan Mengikuti SPMB di SMUN ”X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Deisar, Nidia. 2008. Studi Deskriptif Tentang Derajat Self-Efficacy Pada Sales Junior Di Dealer Mobil ”X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Bandura, A. 1997. Self-Efficacy, The Exercise of Control (online). (http://www.des.emory.edu/mfp/Self-efficacy/html, chapter 1-2, diakses 8 Maret 2008).

Pajares, F. 2002. Efficacy, Overview of Social Cognitive Theory and Self-Efficacy (online).(http://www.positivepractise.com/efficacy/self efficacy/html, chapter 1, diakses 8 maret 2008)


(1)

1.6. Asumsi-asumsi

1.

Mahasiswa UP lanjutan memiliki sumber-sumber informasi yang membentuk

self-efficacy berupa mastery experience, vicarious experience, verbal

persuasion, dan physiological and affective states yang berbeda-beda

2.

Mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion, dan

physiological and affective states dimaknakan berbeda-beda untuk kemudian

menciptakan self-efficacy beliefs yang dapat dilihat dari tingkah laku dengan

derajat self-efficacy yang berbeda-beda.

3.

Derajat self-efficacy Mahasiswa yang mengontrak Up lanjutan dapat dilihat

melalui tingkah laku mahasiswa dalam hal pilihan yang dibuat, usaha yang

dikeluarkan, ketekunan dalam menyelesaikan tugas, resiliensi dalam

menghadapi ketidakberuntungan, pengalaman mengatasi stress, dan derajat

penyelesaian yang disadari.


(2)

57

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian mahasiswa UP lanjutan memiliki derajat self-efficacy belief rendah.

2. Sebagian mahasiswa UP lanjutan yang memiliki self-efficacy tinggi menunjukan keyakinan yang tinggi akan kemampuan menentukan pilihan, kemampuan mengerahkan usaha dalam mencapai tujuan, kemampuan bertahan dalam menghadapi rintangan dan hambatan, kemampuan belajar dari pengalaman dalam mengatasi stress serta kemampuan menyadari derajat penyelesaian yang telah dicapai dalam mengerjakan UP, tetapi untuk indikator ketekunan dalam mengerjakan UP memiliki persentase yang hampir sama besar dengan mahsiswa yang memiliki self-efficacy belief rendah.

3. Sebagian mahasiswa UP lanjutan memiliki self-efficacy yang rendah menunjukan keyakinan yang rendah akan kemampuan menentukan pilihan, kemampuan mengerahkan usaha dalam mencapai tujuan, kemampuan mempertahankan ketekunan dalam mengerjakan UP, kemampuan bertahan dalam menghadapi rintangan dan hambatan, kemampuan belajar dari pengalaman dalam mengatasi stress serta


(3)

kemampuan menyadari derajat penyelesaian yang telah dicapai dalam mengerjakan UP.

4. Berdasarkan faktor Mastery experience, pengalaman keberhasilan memberikan pengaruh yang positif kepada sebagian besar mahasiswa UP lanjutan dengan derajat self-efficacy tinggi dalam hal meningkatkan motivasi dan menimbulkan kepuasan dalam mengerjakan UP sedangkan pengalaman kegagalan memberikan pengaruh negatif kepada sebagian besar mahasiswa dengan derajat self-efficacy rendah dalam hal menurunkan motivasi dan semangat.

5. Berdasarkan faktor vicarious experience, pengalaman keberhasilan tokoh panutan memberikan pengaruh dalam hal meningkatkan kepercayaan diri, lebih bersemangat dan lebih merasa mampu untuk menyelesaikan UP pada mahasiswa UP lanjutan dengan derajat self-efficacy tinggi, sedangkan pengalaman kegagalan lebih banyak memberikan pengaruh pada mahasiswa UP lanjutan dengan derajat self-efficacy rendah dalam hal menurunkan kepercayaan diri, menurunkan semangat kerja dan menurunkan keyakinan atas kemampuan dirinya sendiri.

6. Berdasarkan fakktor social/verbal persuasion, sebagian besar mahasiswa UP lanjutan mendapat pujian maupun kritik dari dosen dan sesama mahasiswa baik yang sedang mengontrak UP lanjutan maupun mahasiswa lainnya.


(4)

59

Universitas Kristen Maranatha 7. Berdasarkan faktor physiological and affective states, mahasiswa dengan

derajat self-efficacy tinggi maupun rendah dipengaruhi oleh kondisi fisik dan emosional selama mengerjakan UP.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

1. Bagi para peneliti lain:

Melakukan penelitian mengenai pengaruh sumber-sumber self-efficacy terhadap derajat self-efficacy mahasiswa yang sedang mengontrak skripsi.

2. Guna Laksana

Bagi mahasiswa UP lanjutan yang memiliki self-efficacy yang rendah disarankan agar dapat mengenali kemauan dan kemampuan diri agar dapat menentukan skala prioritas yang utama untuk mengerjakan dan menyelesaikan UP.

• Bagi mahasiswa UP lanjutan yang memiliki self-efficacy yang rendah disarankan agar menentukan prioritas utama untuk mengerjakan UP dibandingkan pekerjaan lain selama kuliah.

• Bagi dosen pembimbing dan pihak fakultas disarankan untuk dapat memberikan motivasi ataupun saran-saran yang dapat membangun keyakinan diri mahasiswa UP lanjutan dalam menyelesaikan UP.


(5)

Company: Stanford University, New York.

Graziano, Anthony M, Michael L. Raulin. 2000. Research Methods: A Process of

Inquiry. Needham Heights: Allyn & Bacon.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Jakarta.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik NonParametrik: Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:

PT. Gramedia

Santrock, Jhon W. 2002. Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup Jilid 2,

terjemahan Juda Damanik,Ahmad Chusairi, Jakarta: Erlangga

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing, design, analysis, and use.

Copywright Allyn & Bacon, United States America-Massachusets:

Needham Heights


(6)

64       Universitas Kristen Maranatha   

DAFTAR RUJUKAN

Apriani, Miskah. 2007. Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Pada Siswa Kelas III

Yang Akan Mengikuti SPMB di SMUN ”X” Bandung. Skripsi. Bandung:

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Deisar, Nidia. 2008. Studi Deskriptif Tentang Derajat Self-Efficacy Pada Sales Junior

Di Dealer Mobil ”X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

Bandura, A. 1997. Self-Efficacy, The Exercise of Control (online).

(http://www.des.emory.edu/mfp/Self-efficacy/html, chapter 1-2, diakses 8

Maret 2008).

Pajares, F. 2002. Efficacy, Overview of Social Cognitive Theory and

Self-Efficacy (online).(http://www.positivepractise.com/efficacy/self efficacy/html,

chapter 1, diakses 8 maret 2008)