TA : Perancangan Buku Ruang Terbuka Hijau Surabaya Dengan Teknik Essay Photography Guna Meningkatkan Kesadaan Lingkungan Hijau Masyarakat Surabaya.

(1)

 

 

 

 

 

 

PERANCANGAN BUKU RUANG TERBUKA HIJAU

 

 

SURABAYA DENGAN TEKNIK

ESSAY PHOTOGRAPHY

 

 

       

TUGAS AKHIR   

     

Program Studi   

S1 Desain Komunikasi Visual     

      Oleh:  

RIA OKTAVIANI   

12420100094                   

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA     

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA   

GUNA MENINGKATKAN KESADARAN LINGKUNGAN HIJAU

MASYARAKAT SURABAYA


(2)

vii  

ABSTRAK

Kota Surabaya dapat menjadi obyek pembelajaran cara sebuah kota metropolis dapat mengelolah wilayahnya sehingga memiliki eksistensi ruang terbuka hijau yang sesuai, mengingat pentingnya peran Ruang Terbuka Hijau bagi lingkungan. Hal ini terkait bagaimana pemerintahan Kota Surabaya dapat mempertahankan dan mengupayakan eksistensi ruang terbuka hijau di tengah kebutuhan lahan yang sangat tinggi sebagai Kota Metropolitan. Ruang terbuka hijau sangat penting diperlukan khususnya di wilayah perkotaan, Manfaat pentingnya menjaga lingkungan hijau khususnya di wilayah perkotaan adalah : manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, buah, bunga, dan buah), manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersihan udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keaneragaman hayati).

Kata Kunci: Buku Essay Photography, Ruang Terbuka Hijau, Kota Surabaya, Enjoyable.


(3)

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Batasan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.5.2 Manfaat Praktis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Penelitian Terdahulu ... 10

2.2 Ruang Terbuka Hijau (Open Green Space) ... 11

2.3 Kota Surabaya ... 12

2.4 Definisi Tentang Buku ... 12

2.4.1 Anatomi Buku ... 13

2.4.2 Karakter Buku dengan Gambar ... 20

2.5 Fotografi ... 22

2.5.1 Tahapan Dalam Fotografi ... 23

2.5.2 Teknik Memotret ... 25

2.6 Esai Fotografi ... 27

2.6.1 Perbedaan Esai Fotografi dengan sekumpulan Foto biasa) ... 29


(4)

xiii  

2.7.1 Penerapan Sistem Grid ... 33

2.7.2 Anatomi Grid ... 34

2.7.3 Jenis-Jenis Grid ... 36

2.8 Warna ... 37

2.8.1 Psikologi Warna ... 38

2.9 Tipografi ... 39

2.9.1 Prinsip dalam Tipografi ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

3.1 Metodologi Penelitian ... 43

3.2 Perancangan Penelitian ... 44

3.2.1 Riset Lapangan ... 44

3.2.2 Program ... 44

3.2.3 Gagasan Desain ... 45

3.2.4 Alternatif Desain ... 45

3.2.5 Konsultasi ... 45

3.2.6 Pedoman Desain Buku ... 45

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.3.1 Data dan Sumber Data ... 45

3.3.2 Data Primer ... 46

3.3.3 Data Sekunder ... 46

3.3.4 Wawancara ... 46

3.3.5 Observasi ... 47

3.3.6 Dokumentasi ... 48

3.4 Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV PEMBAHASAN ... 50

4.1 Hasil dan Analisis Data ... 50

4.1.2 Hasil Wawancara (Interview) ... 50

4.1.2 Hasil Observasi ... 52


(5)

4.4.1 Tabel Analisis SWOT (Buku Ruang Terbuka Hijau) ... 61

4.5 Keyword ... 62

4.6. Diskripsi Konsep ... 63

4.7 Alur Perancangan ... 64

4.8 Konsep Perancangan Karya ... 64

4.8.1 Tujuan Kreatif ... 64

4.8.2 Strategi Kreatif ... 65

4.9 Perancangan Media ... 71

4.9.1 Strategi Media ... 72

4.10 Implementasi Karya ... 77

4.10.1 Desain Cover Buku ... 6

4.10.2 Desain Halaman Buku ... 6

4.10.3 Desain Poster ... 6

4.10.4 Desain Flyer ... 6

4.10.5 Desain Kartu Nama ... 6

4.10.6 Desain Minni Banner ... 6

BAB V PENUTUP ... 96

5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

LAMPIRAN ... 100 BIODATA PENULIS ...


(6)

1

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30% dari luas wilayah. Hampir di semua kota besar di Indonesia, Ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai 10% dari luas kota. Padahal ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olahraga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada (rustam2000.wordpress.com/)

Menurut ketentuan UU NO. 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan disebutkan bahwa pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dan dalam undang-undang ini disyaratkan luas RTRH minimal 30% dari luas wilayah (Negara, Provinsi, Kota/Kabupaten).

Namun pada kenyataannya Surabaya dengan kota metropolitan menetapkan yang saat ini baru tercapai hanya kurang lebih 10% hingga 20% dari keseluruhan luas perkotaan yang dapat dipertahankan sebagai ruang terbuka hijau. Daerah pekotaan telah menjadi daerah komersil yang setiap jengkalnya dimanfaatkan untuk usaha dan pembangunan


(7)

Surabaya merupakan kota metropolitan yang masih belum bisa lepas dari persoalan tata kota. Tri Rismaharini dalam masa kepemimpinannya, telah membuat banyak sekali perubahan dan prestasi luar bisa, utamanya dalam meningkatkan pelayanan publik terutama yang terkait luar biasa dengan tata ruang publik atau taman kota. Banyak taman-taman yang dapat dijumpai di Kota Surabaya, dengan konsep All-in-one entertaiment par, dan berbagai tempat lainnya yang dulunya mati, gersang, dan tak terawat sekarang menjadi bersih, hijau, dan tertata rapi. Selain pembuatan taman kota, juga dilakukan pembangunan jalur pedestrian dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang dilanjutkan ke jalan Tunjungan, Blauran dan Panglima Sudirman (portalindionesia.com/).

Manfaat pentingnya menjaga lingkungan hijau khususnya di wilayah perkotaan adalah : manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, buah, bunga, dan buah), manfaat tidak lansung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersihan udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keaneragaman hayati).

Saat ini, taman-taman dan jalur hijau pedestrian itu menjadi tempat yang nyaman bagi warga untuk melepas penat. Kota yang meraih tiga kali piala adipura dalam 3 tahun terakhir dalam kategori Kota Metropolitan, sebagai wujud dalam mempertahankan prestasi yang telah diraih oleh Kota Surabaya, pihak pemkot


(8)

   

membuat program baru, yaitu sebuah program yang mendukung untuk mempertahankan Ruang Terbuka Hijau di Surabaya sebagai jantung kota dengan membuat program Surabaya Green and Clean.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Surabaya mendukung program Permasalahan lingkungan hidup. Misalnya, pemanasan global dan meningkatnya jenis dan kualitas penyakit akibat berlubangnya lapisan ozon yang disarankan diseluruh dunia, kedua, isu lingkungan hidup juga menyangkut ekspioitas terhadap sumber daya global seperti lautan dan atmosfir. Ketiga, permasalahan lingkungan disuatu negara akan berdampak pula bagi wilayah disekitarnya. Keempat, banyak kegiatan eksploitasi atau degradasi lingkungan memiliki skala lokal atau nasional, dan dilakukan di banyak tempat disuluruh dunia sehingga dapat dianggap sebagai masalah global misalnya erosi dan degradasi tanah, penebangan hutan, polusi air, dan sebagainya. Kelima, proses yang menyababkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan dan degradasi lingkungan berhubungan dengan dimana proses-proses politik dan sosial-ekonomi yang lebih luas, dimana proses-proses tersebut merupakan bagian dari ekonomi-politik global (Agung dan Yanyan, 2005:144).

Adapun standar dan tujuan dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan Peraturan Menteri Pekerja Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dikawasan perkotaan :

a. menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air,

b. menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat


(9)

c. meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai saran pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah dan bersih.

Menurut Harvey Molotch (1985:251) pada buku “The City as a Growth Machine” dalam “The Urban Sociologi Reader”, di edit oleh Lin, Jan dan Cristhoper Mele, terdapat proses komplek dari kegiatan penataan ruang kota modern dimana terdapat suatu kelompok kapitalis yang tidak akan berhenti dalam kegiatan memproduksi keuntungan atas ruang yang dimiliki dan keberhasilannya membangun ruang yang dapat dikonsumsi oleh dindividu atau karena sekelompok masyarakat mampu membuat bangunan seperti rumah, apartement, hotel dengan sistem sewa maupun beli. Selanjutnya Harvey juga mengungkapkan bahwa pembangunan kota bukan proses monolotik tetapi jalan untuk para sekelompok masyarakat tertentu yang ingin meningkatkan tingkat investasi dalam kegiatan pembangunan ruang serta banyaknya bank-bank yang dimiliki pemerintah dari sebagian kombinasi institusi keuangan swasta yang memiliki keterlibatan pemerintah izin pengelolahan kepada investor/pengembang dalam pembebasan lahan. Pengembang yang melakukan pembangunan fisiknya dan masyarakat yang tergusur oleh pengembang karena lahannya dikenai proyek pembangunan menjadi kombinasi masalah yang muncul.

Salah satu bentuk permasalahan ruang terbuka hijau dapat dilihat dari regulasi yang dibuat pemerintah yang menentukan jarak minimal kawasan lindung mangrove dari tepi laut 338 meter. Berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, kawasan hutan lindung mangrove ukurannya 130 kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah per tahun. Kondisinya kawasan lindung


(10)

   

mangrove sekarang berada di Gunung Anyar dan di Pamurbaya yang sebagiannya sudah menjolok ke laut dan sebagian lainnya masuk ke dalam daratan. Ini merupakan gambaran tentang kerusakan tata ruang Kota Surabaya. Dari sini bisa dilihat bawasannya pemerintahan kota tidak lagi berkuasa atas reboisasi hutan mangrove di pesisir pantai timur hanya 100 meter (syarat minimal). Selain itu, tidak semua kecamatan pantai timur tersebut. Pemkot Surabaya lalai pada perlindungan kawasan hutan mangrove dan reklamasi pantai kenjeran, pemkot Surabaya melakukan kebijakan reboisasi hutan mangrove kerusakan habitat dan ekologi di kawasan pantai Kenjeran sudah terjadi.

Kebijakan pemerintahan Kota berpedoman pada visi dari kota Surabaya itu sendiri yaitu Surabaya sebagai kota cerdas, manusiawi, bermartabat, dan berawawasan lingkungan. Misi yang dilakukan untuk merealisasikan visi tersebut adalah dengan cara menjaga, menata, sekaligus mengoptimalkan pemanfaatan kekayaan lingkungan hidup kota demi terciptanya kota hunian yang sehat serta mampu berdampak nyata dalam mencerdaskan kehidupan warga kota. Melalui upaya untuk mewujudkan visi pemerintah Kota Surabaya dalam pelaksanaan, perencanaan dan pengawasan terhadap lahan tersebut, maka pihak pemerintah kota membuat rujuakn hukum sebagai acuan dalam penerapan progran pelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah Kota Surabaya mengeluarkan sebuah peraturan yang berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya No.3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya pasal 35 ayat 1, Proporsi luas ruang terbuka hijau ditetapkan dan diupayakan secara bertahap sebesar 30% dari luas wilayah Kota.


(11)

Kota Surabaya dapat menjadi obyek pembelajaran cara sebuah kota metropolis dapat mengelolah wilayahnya sehingga memiliki eksistensi ruang terbuka hijau yang sesuai, mengingat pentingnya peran Ruang Terbuka Hijau bagi lingkungan. Hal ini terkait bagaimana pemerintahan Kota Surabaya dapat mempertahankan dan mengupayakan eksistensi ruang terbuka hijau di tengah kebutuhan lahan yang sangat tinggi sebagai Kota Metropolitan.

Buku merupakan media yang efektif untuk mengaplikasikan karya, melalui buku masyarakat juga dapat membacanya berulang-ulang. Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan sumber bangunan watak bangsa (Muktiono, 2003:2). Buku dapat dijadikan pula sebagai saran informasi untuk memahami sesuatu dengan mudah.

Singkatnya, buku mempunyai peran yang tidak kecil dalam mendorong perkembangan sosial, budaya, teknologi, politik dan ekonomi (Muktiono, 2003:4-5). Media buku dipilih karena menjadi salah satu rujukan sebagai sumber informasi yang jelas bagi masyarakat baik konsumen buku yang membahas secara mendalam tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Surabaya guna meningkatkan kesadaran masyarakat Surabaya

Selain menggunakan buku, media fotografi sangat membantu untuk sarana guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut serta menjaga dan mempertahankan fungsi dari Ruang Terbuka Hijau ( RTH), karena dalam dunia fotografi dapat memberikan suatu gambar visual yang terlihat sederhana, menarik indera penglihatan, modern, dan mudah untuk dipahami. Menurut Wijaya (2011: 9) mengatakan bahwa, salah satu kelebihan fotografi adalah mampu merekam


(12)

   

peristiwa yang aktual dan membentuk sebuah cerita didalamnya, sehingga fotografi tidak hanya dapat menciptakan keindahan saja, tetapi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi visual yang dapat menyampaikan pesan kepada publik. dengan mengedepankan teknik fotografi Essay.

Teknik fotografi yang digunakan untuk perancangan buku essay fotografi ruang terbuka hijau adalah dengan menggunakan esai foto. Esai foto merupakan sebuah “cabang” foto jurnalistik. Dalam esai foto, sebuah masalah disampaikan kepada publik dengan menampilkan lebih dari satu foto. Pengertian yang sederhana esai foto merupakan sebuah narasi atau informasi lebih, dengan komposisi foto dan esai berimbang dalam bentuk sekumpulan foto yang dirangkai dalam satu topik. Pengambilan foto yang menggambarkan suasana RTH di Kota Surabaya akan dikemas dan diaplikasikan dalam sebuah buku dengan menggunakan konsep esai foto. Pengambilan gambar dengan visual melalui. Konsep esai foto dalam bentuk buku, diharapkan dapat memperkenalkan, melestarikan dan menjadi wawasan bagi pembaca.

Pembuatan buku esai fotografi yang berisi tentang foto, informasi serta keadaan kota Surabaya tersebut dengan demikian diharapkan dapat menyampaikan dan menyadarkan kepada masyarakat bawasannya menjaga lingkungan khususnya Ruang Terbuka Hijau sangat penting untuk sekarang hingga masa depan.


(13)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

“Bagaimana Merancang Buku Esai Fotografi Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya Guna Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Kota Surabaya ?”

1.3 Batasan Masalah

Dari permasalahan yang dirumuskan diatas maka batasan masalah yang akan dikerjakan pada perancangan ini adalah :

1. Pengambilan foto meliputi : Taman Bungkul, Taman Bulak Banteng, dan Taman Keputih.

2. Objek foto meliputi : beberapa orang yang sedang beraktifitas dijalanan, sedang menikmati taman-taman yang ada Surabaya

3. Mengulas secara garis besar tentang ruang terbuka hijau di Kota Surabaya bagaimana cara memanfaatkan dan menyadarkan masyarakat.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan kebijakan Pemerintahan kota dalam memanfaatkan ruang terbuka hijau di Kota Surabaya, dan menghasilkan buku fotografi esai Ruang Terbuka Hijau kota Surabaya melalui buku ini dapat menyadarkan masyarakat tentang lingkungan hijau.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis


(14)

   

1. Perancangan buku ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berminat dalam melakukan penelitian terhadap masalah yang sama khususnya perancangan komunikasi visual berupa buku.

2. Dapat digunakan sebagai referensi keilmuan dengan konsep perancangan buku fotografi esai Ruang Terbuka Hijau kota Surabaya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari perancangan buku ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan Badan Perencanaan Kota Surabaya dalam meningkatkan kualitas Ruang Terbuka Hijau agar bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat Kota Surabaya. Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang pemanfaat Ruang Terbuka Hijau. 


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan Nurul Hidayat mahasiwa jurusan Filsafat Politik Islam, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dalam penelitiannya mengangkat tentang “Kebijakan Pemerintahan Kota Dalam Memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Surabaya”. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan pemerintahan kota dalam memanfaatkan ruang terbuka hijau di Kota Surabaya sudah diatur dalam Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2002 tentang pengelolahan Ruang Terbuka Hijau yang proporsinya haruslah mencapai 30% dari luasan kota. Ruang Terbuka Hijau tidak hanya berupa hutan kota, melainkan kawasan hijau yang berfungsi sebagai pertamanan, rekreasi, pemakamam, pertanian, jalur hijau, dan pekarangan. Di dalam ruang terbuka hijau diwajibkan sehingga terjadi perlindungan terhadap terhadap kondisi lahan. Akan tetapi di Kota Surabaya proporsi ruang terbuka hijau masih kurang lebih 23% dari luasan kota, belum mencapai target yang sudah ditetapkan pada peraturan daerah yaitu proporsi 30% dari luasan kota. Hal tersbut disebebakan system pemerintahan yang kurang transparan.

Implementasi kebijakan kondisi tata kelola taman sebagai wujud penerapan ruang terbuka hijau yaitu fasiltas taman yang dipergunakan untuk media edukasi dan banyaknya taman-taman kota yang jauh dari kata layak untuk


(16)

bisa dipergunakan sebagai media edukasi, dan bermain. Hal itu disebabkan merupakan lahan kontervensi, pemerintahan kota tidak berhak untuk membangun lagi, selain itu pemerintahan kota masih mengejar target 30% ruang terbuka hijau di wilayah Kota Surabaya, dengan menambah taman-taman, penanaman pohon dilahan kosong, dan lain-lain. Apabila target tersebut sudah mencapai 30%, pemerintahan Kota Surabaya merevilitasi taman-taman yang masih tertinggal.

Dan banyak faktor penghambat dari permasalahan pemerintahan terdahulu yaitu lahan kontervensi antara pihak pemerintah kota dan pihak swasta. Sehingga tidak leluasa rencana untuk mengindahkan ruang terbuka hijau. Serta dari tingkat kesadaran masyarakat yang kurang begitu memperhatikan manfaat dari menjaga lingkungan.

Perbedaan tujun penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu ada didalam fokus pembahasan dan jenis penelitian bilamana penelitian terdahulu menggunakan penelitian kualitatif (skripsi) dan sekarang menggunakan penelitian kuantitatif (Tugas Akhir), Pada penelitian saat ini lebih memfokuskan buku visual dengan teknik Essay Photography mempunyai daya tarik tersendiri untuk memberitahukan kepada masyakarakat akan pentingnya kesadaran lingkungan hijau.

2.2 Ruang Terbuka Hijau (Green Openspace)

Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas secara tidak langsung dalam kurun waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang


(17)

terbuka hijau seperti taman kota, hutan, dan sebagainya (Hakim dan Utomo, 2004). Bagian dari ruang-ruang terbuka (Open Space) suatu wilayah perkotaan yang disii oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTRH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.

2.3 Kota Surabaya

Nama “Surabaya” muncul di era majapahit awal. Tercetusnya nama itu diyakini berasal dari kata Sura atau Suro (Hiu) dan Boyo (Buaya), dua makhluk yang dalam mitos local, berperang satu sama lain untuk mendapatkan gelar “yang terkuat dan paling kuat” di daerah sesuai dengan buatan Jayabaya. Sumber bersejarah lainnya menjelaskan bahwa symbol Sura (hiu) dan Baya (Buaya) sebenarnya untuk mengambbarkan peristiwa heroic yang terjadi di Ujung Galuh (nama masa lalu Surabaya), yang merupakan pertempuran antara pasukan yang dipimpin oleh Raden Widjaja dan tentara pasukan Tartar pada 31 Mei 1293 yang diperingati sebagai hari jadi Kota Surabaya (Direktori Pariwisata Surabaya, 2013:7).

2.4 Definisi Tentang Buku

Buku adalah Sarana informasi yang efektif karena memuat informasi yang lebih lengkap (Muktiono dalam Jafar, 2014:3) dan sumber ilmu pengetahuan dan sumber pengembangun watak bangsa Buku dapat dijadikan pula sebagai sarana informasi untuk memahami sesuatu dengan mudah. Dalam masyarakat, buku


(18)

 

 

untuk anak-anak umumnya adalah buku bergambar, karena anak-anak lebih mudah memahami buku tersebut dengan banyak gambar daripada tulisan, sedangkan orang dewasa lebih fleksibel untuk memahami apa yang ada pada buku walaupun tanpa gambar sekalipun (Muktiono, 2003:25). Buku Memiliki kelebihan yaitu, dapat disentuh dan dirasakan dan membuat mata tetap rileks (Audinovic, 2013).

Secara bahasa, buku berati lembar kertas yang berjilid, baik itu berisi tulisan/gambar maupun kosong (Depdiknas, 2001). Buku dapat berati sekumpulan tulisan/ gambar yang dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa hingga membentuk sebuah lembaran yang dijilid. Dengan begitu buku merupakan sarana yang tepat untuk menjelaskan tentang hasil Fotografi Essay yang dapat dilihat, disimak dan dinikmati keindahannya melalui seni fotografi.

2.4.1 Anatomi Buku

Menurut Iyan Wibowo dalam bukunya berjudul “Anatomi Buku” (2007:37), disebutkan bahwa buku memiliki beberapa bagian-bagian yang menjadi kelengkapan buku antara lain :

1. Cover Buku (Sampul Buku) a. Cover depan

Cover atau sampul sangat mempengaruhi daya tarik sebuah buku, sebab awal terhadap buku ada disini. Setiap datang ke toko atau sebuah pameran buku, yang terlebih pertama kali oleh pandangan kita adalah pajangan buku berbentu sampul buku yang menarik. Sampul


(19)

depan biasanya berisi judul, nama penulis, nama pemberi pengantar atau sambutan, serta logo dan nama penerbit.

b. Cover Belakang

Biasanya berisi judul buku, sinopsis, biografi penulis, ISBN (International Standard Book Number) beserta bardocode-nya, dan alamat penerbit sekaligus logonya.

c. Punggung Buku

Buku yang memiliki ketebalan tertentu biasanya memiliki punggung buku (khusus buku tebal). Punggung buku berisi nama pengarang, nama penerbit, dan logo penerbit.

d. Endorsement

Semacam dukungan atau pujian terhadap buku dari pembaca atau ahli atau orang terkenal untuk menambah daya pikat buku yang ditulis di cover buku atau cover belakang

e. Lidah Cover

Biasanya berii foto beserta riwayat hidup pengarang dan atau ringkasan buku yang dihadirkan untuk kepentingan estetika dan keekslusifan buku

2. Perwajahan Buku a. Ukuruan buku

Masalah ukuran buku sangat berhubungan dengan materi (isi). Sebuah novel biasanya memiliki ukuran yang berbeda dengan buku pelajaran. Buku pelajaran biasanya lebih panjang dan lebar.


(20)

 

 

b. Bidang Cetak

Dlama setiap halaman isi buku, kita melihat bagian yang kosong di setiap pinggiran-pinggirannya, atau biasa disebut margin. Selain untuk keindahan, bagian tersebut berfungsi mengamankan materi dari kesalahan cetak (misalnya terpotong). Sedangkan bagian yang berisi tulisan (materi) bisa dinamakan bidang cetak.

c. Pemilihan Huruf

Jenis huruf (font), ukuran huruf edan jarak antar baris (lead) sangat penting dalam pembuatan buku. Ketiga hal tersebut selain untuk kepentingan estetika, akan menentukan enak tidaknya buku dibaca. d. Teknik penomoran halaman

Masalah halaman berkaitan dengan kemudahan pembaca dalam menandai materi (isi).

e. Pemilihan warna

Beberapa buku terkadang membutuhkan pewarnaan pada bagian gambar tertentu yang memang dibutuhkan, untuk penegasan atau sekedar keindahan

f. Keindahan dan Kesesuaian Ilustrasi

Beberapa buku, terutama yang diperuntukan bagi anak-anak banyak membutuhkan ilustrasi yang berfungsi menggambarkan materi, sehingga membantu imajinasi pembaca memahami pesan di dalam buku.


(21)

Tidak semua buku dicetak dengan menggunakan kertas yang sama. Untuk buku anak-anak yang mengandung banyak ilustrasi dan berwarna, biasanya membutuhkan kertas yang lebih tebal. Hal ini memberngaruhi penjilidan di akhir proses penerbitan buku.

3. Halaman Preliminaries (Halaman Pendahulu) a. Halaman Judul

Halaman ini berada di halaman wal, setelah kita membuka cover buku, antara lain berisi judul, sub judul, nama penulis, nama penerjemah, nama penerbit, dan logo. Akan tetapi, sebagian buku terbitan memiliki halaman perancis (sub judul) yang terletak sebelum halaman judul, dan hanya berisi judul buku.

b. Hak Cipta (Copyright)

Halaman hak cipta berisi judul, identitas penerbit, penulis, termasuk tim yang terlibat selama proses publikasi, misalnya editor, penata letak, desainer sampul, illustrator, dan lain-lain. Halaman hak cipta ini biasanya juga disertai pernyataan larangan atau izin untuk memperbanyak (menggandakan) buku tersebut. Akan tetapi, kami pernah menemukan buku yang seakan-akan menolak hak cipta dengan menyebutkan bahwa buku tersebut boleh di fotokopi. Secara umum memang aneh tapi begitulah adanya perbedaan pendapat.


(22)

 

 

Halaman ini biasanya berisi motto dan atau ucapan terima kasih dari penulis.

d. Sambutan

Halaman ini berisi semacam sambutan yang disampaikan oleh lembaga atau perseorangan yang berkompeten. Ada pula yang menyebutnya sebagai sekapur sirih dan lain sebagainya.

e. Kata Pengantar

Kata pengantar berisi sedikit ulasan atas buku atau ulasan atas penulis, yang ditulis penerbit atau siapapun yang berkompeten dan berkaitan dengan isi buku.

f. Prakata

Prakat ditulis sendiri oleh penulis sebagai pemandu sebelum pembaca memasuki materi atau isi buku. Prakata biasanya berisi tentang uraian tujuan serta metode penulisan.

g. Daftar Isi

Memudahkan pembaca mencari halaman isi yang berkaitan dengan tema tertentu dari materi buku

h. Selain itu juga beberapa hal yang termasuk dalam halaman Preliminaries, tetapi tergantung kebutuhan sesuai dengan materi (isi) buku (tidak selalu ada), yaitu : Daftar Tabel, daftar singkatan, dan akronim, halaman daftar lambing, halaman daftar ilustrasi, halaman pendahuluan.


(23)

a. Judul Bab

Biasanya, jenis beserta ukuran font (font size lebih besar) judul bab dibuat berbeda dengan judu sub bab apalagi dengan isinya.

b. Penomoran Bab

Penomoran ini berbeda beda pada beberapa buku. Pad abuku yang berisi ilmu pengetahuan teoritis biasanya penomoran bab menggunakan angka romawi atau angka arab. Akan tetapi, pada buku-buku sastra atau buku-buku-buku-buku ilmu penegtahuan popular, biasanya lebih banyak menggunakan simbol-simbol atau beberapa tulisan, satu, dua, tiga, dan seterusnya.

c. Alinea

Setiap paragraph baru akan diatndai dengan adanya alinea. d. Penomroan Teks

Dalam penomroan teks, kita harus selalu konsisten dan sesuai aturan penomoran teks. Mislanya dengan huruf (A, 1, a, (1), (a)) dan dengan angka (1.1, 1.2, 1.2.3) atau dengan teknik lain

e. Perincian

Dalam emlakukan perincian hamper sama dengan system penomoran teks. Perincian banyak dijuampai pada soal-soal ujian. Perincian dapat berupa penjabaran, dapat pula berupa pilihan, dapat menggunakan nomor, dan dapat pula menggunakan angka.


(24)

 

 

Setiap kutipan harus mencantumkan sumber. Jika kutipan agak banyak maka harus dibuat dengan font berbeda, baik ukuran, dan jenis font nya, atau bisa juga dengan cara diberi background.

g. Ilustrasi

Ilustrasi harus memiliki keterkaitan dengan materi. Sebab, pemberian ilustrasi bertujuan membantu menjelaskan materi melalui gambar. h. Tabel

Penempatan table harus berdekatan dengan materi yang berkaitan. Jika tidak memungkinkan karena menyesuaikan layout, sebaiknya diberi nomor.

i. Judul Lelar

Judul lelar biasanya ditempatkan di atas atau dibawah teks, kadang diletakan bersebelahan dengan nomor halaman buku. Judul lelar biasanya berisi judul buku (pada setiap halaman genap) dan judul baba tau nama pengarang (pada setiap halaman ganjil).

j. Inisial

Inisial adalah huruf pertama dalam di awal paragraph setelah judul bab yang dibuat sangat besar melebihi ukuran huruf lain.

k. Catatan Samping

biasanya berada di akhir kutipan tidak langsung. l. Catatan Kaki

Biasanya berada di baris paling bawah halaman, sbeelum judul lelar. 5. Halaman Postliminary (Penyudahan)


(25)

a. Catatan Penutup

Semacam catatan kaki yang berada di akhir materi atau setelah bab terakhir.

b. Daftar Istilah

Biasanya berisi istilah-istilah asing dan penjelasannya yang dipakai dalam materi buku

c. Indeks

Daftar kata istilah penting yang dilengkapi dengan nomor halman. Indeks disusun secara alfabetis dan terletak pada bagian akhir buku. Kita dapat mencari informasi dari istilah yang terdapat dalam indeks sebagaimana tidak semua buku memerlukan indeks

d. Daftar Pustaka

Berisi daftar buku-buku yang dijadikan referensi dalam menulis materi buku

e. Biografi penulis

Penjelasan tentang latar belakang penulis yang melahirkan buku 2.4.2 Karakter Buku dengan gambar

Dalam sebuah buku memiliki content yang banyak mengandung gambar atau foto sebaiknya tidka terlalu ekcil atau setidaknya tidak jauh dari ukuran 20 x 27 cm, 21 x 28 cm, 21 x 29,7 cm. Adapun peletakannya page number pada tiap halaman sebaiknya mengikuti aturan, untuk halaman ganjil diletakan pada bagian kiri buku, sedangkan pada halaman genap pada bagian halaman kanan buku. Unsur yang harus ada pada sebuah buku dengan gambar, antara lain adalah :


(26)

 

 

1. Gambar, dapat menyampaikan sesuatu informasi atau pesan dengan lebih jelas daripada teks

2. Mutu, bukan hanya dilihat dari segi estetika tetapi juga dari segi perkembangan target audience dari aspek afektif dan kognitif.

3. Urutan cerita atau fakta dari gambar-gambar yang dilihat perlu ada.

4. Bahasa, bahasa yang digunakan hendaklah yang mudah dipahami. Akan lebih baik jika terdapat unsur-unsur yang nantinya dapat menambah perbendaharaan kata

5. Perkataan dan ungkapan, hendaklah disajikan berulang-ulang sebagai tujuan pengukuhan

6. Gaya penyajian, perlu jelas dan teratur serta mempunyai unsur hiburan. 7. Keharmonisan antara teks dan gambar, mengingat hal ini sangat penting pastikan gabungan antara gambar dan tulisan saling melengkapi.

8. Ciri fisik buku ini adalah : a. cover yang menarik b. mutu kertas yang baik c. penjilidan yang kuat

d. ukuran dan jenis huruf yang mudah dibaca dan dipahami

e. cetak huruf tidak menutupi gambar agar tidak membingungkan (iyan WB, 2007:87).


(27)

Perkembangan fotografi di Indonesia bermula dari masa penjajahan, dimana fotografernya sendiri berasal dari masyarakat Indonesia dengan kelas sosial menengah keatas sebagai penyalur hobi dan mengabadikan momen-momen penting perkembangan sejarah dan kebudayaan Indonesia pada saat itu. Fotografi menjadi popular hingga saat ini, karena proses penghasilan gambar dan cahaya pada film ini dapat diperbanyak dan hasilnya memberikan informasi serta pesan kepada orang lain sebagai sumber Audience. dengan menggunakan media fotografi, hingga saat ini monumen-monumen sejarah dan cerita tentang kebudayaan Indonesia dapat kita pahami melalui media fotografi sebagai alat komunikasi massa (Wijaya, 2011:67)

Fotografi atau gambar dianggap memainkan pernan penting sebagai media komunikasi yang integral dari banyak aspek didalam kehidupan manusia, fungsi komunikasi dalam hal ini untuk melayani beragam fungsi yang prnting. Komunikasi dapat memuaskan kehidupan kita yang ada dalam berbagai kebutuhan fisik, identitas diri, kebutuhan sosial dan praktis.

2.5.1 Tahapan dalam Fotografi

Tahapan dalam fotografi ada empat, yaitu komposisi, fokus, kecepatan dan diafragma (Alwi, 2004:42), Berikut penjelasannya:

1. Komposisi

Adalah susunan yang ada dalam foto. Bagaimana susunan itu hanya fotografer yang bisa mengetahui dan melakukannya. Komposisi dilakukan berdasarkan :


(28)

 

 

a. Point Of Interest

Merupakan sesuatu hal yang paling menonjol pada foto, yang membuat orang langsung melihat kepadanya dan tertarik untuk melihatnya atau disebut juga menjadi pusat perhatian audience.

a) Framing

Menggunakan lensa fix, dilakukan dengan cara fotografer maju-mundur, mendekat-menjauh dari objek. Tetapi dengan lensa zoom atau tele maka framing dilakukan dengan cara memutar ring zoom atau tele maka framing dilakukan dengan cara memutar ring zoom ke kanan-kiri atau ke depan-belakang searah dengan objek foto.

b) Balance

Adalah keseimbangan yang harus dipertimbangkan pada objek foto. Komposisi juga disusun berdasarkan jarak pemotretan yang dilakukan dengan variasi long shot, medium shot, dan close u. juga sudut pengambilan dengan variasi hing angle dan low angle, lalu penempatan objek lain dengan objek utama, dengan variasi foreground dan background dan posisi kamera yang di letakan vertical maupun horizontal.

2. Fokus

Adalah kegiatan mengatur ketajaman pada objek foto yang telah dijadikan point of interest pada saat komposisi. Dilakukan dengan cara memutar ring fokus pada lensa sehingga terlihat pada kaca pembidik, objek yang tadinya


(29)

tidak tajam dan tidak jelas, menjadi fokus dan tajam serta jelas bentuk dan tampilannya

3. Kecepatan (speed)

Adalah gerakan tirai yang membuka-menutup sesuai angka yang dipilih pada tombol kecepatan. Tirai ada pada bagian belakang dalam kamera. Kecepatan diibaratkan kelopak mata manusia, kalau kelopak mata manusia membuka berati manusia bisa melihat begitu juga sebaliknya bila kelopak mata menutup. Rumus kecepatan adalah “makin besar kecepatan (ditunjukan dengan angka yang besar), makin sebentar atau sedikit cahaya yang bisa masuk ke kamera dengan membakar film”. Sebaliknya, “makin kecil (kecepatan (ditunjukan dengan angka yang kecil ), makin lama atau banyak cahaya yang bisa masuk ke dalam kamera dan membakar film”. 4. Diafragma (Aparture)

Merupakan sama halnya dengan kecepatan, Diafragma juga diibaratkan bola mata manusia. Kalau bola mata membesar, berati cahaya yang bisa masuk ke dalam mata manusia banyak, terutama kalaau manusia berapa di dalam kegelapan. Sebaliknya, kalau bola mata manusia mengecil berati cahaya yang bisa masuk ke dalam mata manusia sedikit dan sebaliknya bila berada ditempat terang dimana manusia mengedip sehingga bola matapun mengecil dan cahaya yang bisa masuk ke dalam mata manusia pun juga sedikit. Teori diafragma yaitu “makin besar diafragma (ditunjukan dengan angka kecil), makin banyak cahaya yang bisa lolos ke kamera melalui


(30)

 

 

lensa” sebaliknya, makin kecil difragma (ditunjukan dengan angka besar), maka makin sedikit cahaya yang bisa lolos ke dalam kamera melalui lensa. 2.5.2 Teknik Memotret

Teknik memotret adalah suatu cara dalam memotret setelah diketahui bagaimana tahapan memotret (Alwi, 2004: 60-66). Teknik memotret bermacam-macam, tetapi yang paling banyak digunakan untuk pemotretan foto sebagai berikut :

1. Freeze

Merupakan teknik memotret pada objek bergerak yang menginginkan objek tersebut berhenti ( diam atau freeze) setelah dipotret. Karena itu menggunakan kecepatan tinggi diatas 1/60 sesuai gerakan objek foto. Memotret freeze bisa dilakukan menggunakan lampu flash.

2. Blur

Merupakan teknik memotret pada objek bergerak untuk memperoleh hasil foto objek yang bergerak tersebut menjadi blur atau tidak fokus (goyang), sementara objek yang tidak bergerak diam dan tajam. Karena itu kecepatan yang digunakan adalah kecepatan rendah atau dibawah 1/60.

3. Depth Of Field (Ruang Tajam)

Merupakan teknik memotret pada objek yang tetap atau diam untuk memperoleh gambar yang tampak tajam dan terfokus. Semakin dekat jarak dengan subjek maka semakin sempit Depth Of Field (ruang tajam) dan sebaliknya semakin jauh kamera dengan subjek maka semakin lebar Depth Of Fieldnya.


(31)

4. Panning

Merupakan teknik memotret dengan menggerakan kamera sesuai gerakan objek foto. Tujuannya adalah gerakan tersebut terekam oleh kamera hanya lintasannya saja pada latar belakang objek foto secara blur bergaris.

5. Zooming

Merupakan teknik memotret untuk memperoleh hasil foto dengan kesan objek mendekat atau menjauih kamera, untuk itu digunakan lensa zoom kecepatan yang dipakai adalah kecepatan rendah dibawah 1/60.

6. Multi Exposure

Merupakan teknik memotret untuk memperoleh hasil foto dengan kesan menumpuk objek yang difoto lebih dari satu kali berada pada satu frame (bingkai film).

7. Window Light

Merupakan teknik memotret dengan memanfaatkan cahaya dari satu sumber, bisa dari cahaya jendela (window), bisa juga cahaya dari sumber lain yang searah seperti halnya cahaya jendela.

8. Silhouete

Merupakan teknik memotret dengan menetapkan kamera menghadap langsung sumber cahaya, sementara objek foto di tengah-tengah sumber cahaya dengan kamera. Hasil fotonya, objek foto gelap sementara latar belakang (sumber cahaya) terang.


(32)

 

 

Esai foto atau foto esai adalah sebuah “cabang” dari fotografer jurnalistik. Esai foto menampilkan lebih dari satu foto yang menggambarkan sebuah permasalahan kepada publik. Arti yang lebih sederhana, esai foto adalah sebuah narasi yang berbentuk sekumpulan foto kemudian dirangkai dalam satu topik dan bertujuan untuk menyampaikan pendapat atau opini secara sekaligus, fakta dan peristiwa (duniaesai.com).

Michael Davis, mantan picture editor di National Geographic mengatakan foto essay cenderung mengenai satu tipe atau aspek dari banyak tempat, banyak hal, atau orang dan membutuhkan alur yang menyatu. Dalam membuat foto essay membutuhkan “kejernihan melihat”. Dalam menentukan sudut pandang secara keseluruhan, melihat duduk perkara, terkadang dengan mengaitkan hal-hal yang sering kali tidak tampak terlalu jelas kaitannya antara satu hal dengan hal yang lainnya, bisa juga dengan kaitan waktu atau kaitan kejadian

Dalam membuat sebuah esai foto, dibutuhkan seleksi dan pengaturan yang sesuai agar foto dapat membentuk suatu cerita lewat satu tema. Secara keseluruhan, permasalahan yang diangkat lebih dalam, lebih utuh, lebih imajinatif dna memberikan ruang dimensi yang luas dibandingkan yang dapat dicapai foto tunggal. Subjek untuk foto esai bisa beragam bisa dari kejadian, tokoh, gagasan atau suatu tempat. Cara penuturannya juga beragam dari segi kronologis dan tematik. Esai bentuknya fleksibel yang terpenting adalah foto-foto tersebut saling melengkapi dan menjadi satu tema dalam bentuk alur cerita.

Secara umum, foto essay seperti dalam foto-foto yang disusun menjadi satu cerita yang memiliki narasi atau alur. Foto pertama biasanya memikat,


(33)

memancing pembaca untuk ingin tahu kelanjutan dari cerita tersebut. Selanjutnya foto-foto yang membangun badan cerita dan emngiringi pembaca untuk tetap membacanya. Kemudian foto yang melengkapi cerita dan foto penutup yang berfungsi mengikat sekaligus memberikan kesan dan arti.

Beberapa jenis foto yang ada dalam rangkaian esai fotografi:

1. Establishing shot menggambarkan tempat atau setting tempat kejadian yang menggunakan lensa wide angle untuk memberikan kesan tiga dimensi 2. Detail shot foto detail dari benda atau bagian dari orang yang penting

misalnya close-up wajah orang atau benda-benda yang melekat pada manusia, menggunakan lensa makro atau tele.

3. Interaction shot berisikan tentang interaksi antara dua orang atau lebih sedang berbicara maupun melakukan suatu kegiatan, menggunakan lensa tele.

4. Climax sebuah foto yang menggambarkan puncak dari sebuah acara atau kegiatan.

5. Closer atau clincher foto yang menutup cerita yang memberikan kesan, pesan, insipirasi atau motivasi

2.6.1 Perbedaan Esai Foto dengan Sekumpulan Foto Biasa

Ada beberapa hal mendasar yang membedakan esai foto dengan kumpulan foto biasa, menurut Budi Andana Marahimin ( lifestyle.kompasmania.com). Hal ini dapat dirumuskan menjadi empat point yang dapat disampaikan sebagai berikut :


(34)

 

 

Bisa saja kita memotret suatu acara dan menghasilkan suatu foto yang kuat secara tunggal. Namum apabila tidak didukung tema yang kuat, foto-foto tersebut tidak dapat dirangkai. Sehingga tema merupakan sebuah keharusan dalam membuat suatu esai foto

2. Esai foto cenderung berbau opini dan menggali emosi bagi yang melihat. Fotografer sebaiknya melakukan pendalaman dengan melakukan pengungkapan ke lokasi dan terjun langsung ketengah problema serta menangkap secara detail baik itu secara simbolik maupun snapshot. Sehingga sang fotografer tidak kehilangan momen-momen penting dan yang sering tidak terdekteksi dalam satu kali sesi pemotretan saja.

3. Esai foto memerlukan narasi agar memperkuat tema

Narasi atau copywrite atau teks foto adalah sebuah keharusan dalam membuat suatu esai foto bisa menjadi sulit dimengerti maknanya oleh yang melihat.

4. Esai foto mendapat nilai tambah bila tampil dengan tata letak yang diperhitungkan baik, Tata letak yang baik (ukuran, jenis, font, dll) akan menonjolkan interaksi antara foto dan membentuk kesatuan yang utuh. 2.6.2 Merangkai Esai Foto

Menurut Nonot S. Utama dalam kutipan sebuah “Majalah Foto Media” (2002:58) selama melakukan pemotretan, beberapa hal dibawah ini dapat menjadi panduan dalam merangkai foto :


(35)

Dipakai untuk menggambarkan suasana objek dan lingkungan disekelilingnya.

2. Foto Medium Shot

Digunakan untuk memperlihatkan suatu kejadian 3. Foto Close Up

Digunakan untuk memperlihatkan emosi dari subjek itu 4. Foto Utama atau Lead

Foto yang paling menonjol dari keseluruhan. 5. Foto Potrait

Menggambarkan tokoh kunci dari sebuah foto esai. 6. Foto Interaksi

Menggambarkan bagaimana subjek melakukan interaksi hubungan dengan lingkungan

7. Foto Sekuen

Memamparkan tahapan perkembangan pada subjek dalam pemotretan 8. Foto Detail

Bertujuan sebagai foto yang memperkuat emosi

9. Close

Digunakan sebagai penutup foto. Sebuah foto dalam esai foto tidak harus menampilkan semua ketentuan diatas hanya saja foto utama dan penutup amat penting disajikan sebaik mungkin. Sementara foto lainnya dapat disesuaikan dengan keadaan lapangan.


(36)

 

 

2.7 Layout

Dalam buku layout yang ditulis oleh Gavin Ambrose dan Paul Harris (2005:11), Layout adalah pengaturan elemen desain dalam kaitannya dengan ruang atau bidang dimana elemen tersebut berada, dan dalam keserasian dengan tampilan secara keseluruhan dari segi estetis. Sasaran utama dalam layout adalah untuk menampilkan elemen visual maupun tekstual tersebut yang di komunikasikan dengan cara yang teratur, sehingga memungkinkan pembaca untuk menangkapnya dengan mudah. Tidak ada aturan emas dalam mengatur layout , karena ada berbagai penanganan yang berbeda bagi tiap media yang berbeda.

Menurut Lia Anggraini dan Kirana Nathalia (2014:74-86) dalam bukunya “Desain Komunikasi Visual; Dasar-dasar Panduan Untuk Pemula” secara umum, layout merupakan tata letak ruang atau bidang, layout dapat dilihat pada majalah, website, iklan televisi, bahkan susunan furniture di salah satu ruangan kita. Dalam desain komunikasi visual, layout merupakan salah satu hal yang utama. Sebuah desain yang baik harus mempunyai layout terpadu.

Dalam sebuah layout, terdapat beberapa elemen seperti elemen teks, elemen visual, dan elemen lainnya. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dan dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan. Berikut ini prinsip-prinsip layout :


(37)

Yakni urutan perhatian dalam layout atau aliran pandangan ketika melihat layout. layout yang baik dapat mengarahkan kita ke dalam informasi yang disajikan pada layout. maka disini urutan pe-layout-an sebaiknya diatur sesuai prioritas. Misalnya dari informasi paling penting hingga ke informasi yang kruang penting.

2. Emphasis

Yaitu penekanan di bagian-bagian tertentu pada layout. penekanan ini berfungsi agar pembaca dapat lebih terarah atau focus pada bagian yang kurang penting. Emphasis/penekanan dapat diciptakan dengan cara berikut a. memberikan ukuran huruf yag jauh lebih besar dibandingkan

elemen-elemen layout lainnya pada halaman tersebut

b. menggunakan warna yang kontras/berbeda dengan latar belakang elemen lainnya.

c. Meletakan hal yang penting tersebut pada posisi yang menarik perhatian.

d. Menggunakan bentuk atau style yang berbeda dengan sekitarnya

3. Keseimbangan (balance)

Teknik mengatur keseimbangan terhadap elemen layout. prinsip keseimbangan terbagi menajadi dua jenis, keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris. Pada keseimbangan simetris, sisi berlawanan harus sama persis agar tercipta sebuah keseimbangan. Sementara itu, pada


(38)

 

 

keseimbangan asimetris obyek-obyek yang berlawanan tidak sama atau seimbang. Bisa saja salah satu sisi obyek lebih ekcil ukurannyaatau lebihs eidkit jumlahnya dari sisi yang berlawanan. Keuntungan dari keseimbangan asimetris adalah dapat memberikan kesan yang tidak kaku atau snatai (casual).

4. Unity

Yaitu menciptakan kesatuan desain keseluruhan. Seluruh elemen yang digunakan harus saling berkaitan dan disusun secara tepat.

2.7.1 Penerapan Sistem Grid

Grid merupakan garis-garis vertical maupun horizontal yang membagi halaman menjadi beberapa unit. Melalui system grid ini, seorang perancang grafis dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam pengulangan komposisi yang sudah diciptakan. Setiap proyek desain mempunyai keadaan atau masalah yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sistem grid ini dapat menunjukan elemen-elemen tertentu yang diperlukan oleh desainer.

2.7.2 Anatomi Grid 1. Format

format adalah area dimana nantinya desain akan berada. Mislanya, format dalam sebuah majalah adalah halaman majalah itu sendiri. Namun, pada website, formatnya berupa browser website. Format menentukan letak area elemen desain seperti teks, image, dan media lain.


(39)

Margins adalah ruang negative antara sisi luar format dan batas luar dari konten. Margin yang lebih besar menciptakan banyak spasi. Selain itu, margin yang besar dapat membantu pembaca memusatkan perhatian pada ruang positif (konten).

3. Flowlines

Flowlines adalah agris horizontal yang memecah ruang menjadi beberapa bidang horizontal.

4. Modules

Modules adalah unit individu ruang yang dipisahkan oleh interval yang teratur. Modules merupakan blok bangunan dasar dari grid. Ketika modules diulang-ulang maka akan tercipta kolom dan baris. Idealnya lebar modul disesuaikan ukuran baris teks.

5. Spatial Zones (zona spasial)

Zona spasial adalah bidang modul yang berdekatan. Setiap bidang diberi fungsi tertentu dalam desian. Sebagai contoh, sebuah bidang horizontal yang panjang dapat digunakan untuk menempatkan gambar yang horizontal panjang. Sementara itu, sebuah bidang vertical yang panjang dapat digunakan untuk membuat bold teks panjang, dan lain-lain.

6. Columns (kolom)

Kolom adalah modul dalam barisan vertical. Semakin banyak jumlah kolom maka pembuatan grid akan akan semakin fleksibel. Akan tetapi, banyaknya kolom juga dapat mempersulit desainer dalam menggunakann elemen desain pada grid. Lebar kolom bisa sama atau berbeda-beda tergantung pada jenis grid.


(40)

 

 

7. Rows (baris)

Rows merupakan baris yang sama dengan kolom, tetapi dalam format horizontal.

8. Folio

Folio tercipta saat nomor halaman ditempatkan secara konsisten dalam margin, biasanya diatas atau di bawah komposisi

9. Running header & footer

Running Header adalah panduan bagian atas untuk naskah yang dibaca. Di sini, kita akan menemukan informasi seperti judul, bab judul, judul bagian, penulis, dan lain-lain. Running footer merupakan informasi yang sama seperti running header, tetapi ditempatkan di bagian bawah format.

10. Marker

Marker adalah indikator penempatan informasi subordinat atau informasi yang harus tampil secara konsisten. Marker dapat digunakan untuk menunjukan lokasi folio, nomor halaman, dan lain-lain.

2.7.3 Jenis-Jenis Gird

1. Manuscript Grid

Manuscript Grid adalah grid dengan struktur yang paling sederhana. Grid ini hanya menggunakan satu kolom. Struktur utama pada grid ini ditentukan oleh satu kotak kolom di tengah. Pada grid ini dapat diletakan seperti catatan kaki,

nomor halaman dan informasi skunder lainnya. Walaupun manuscript Grid ini

terbilang sangat sederhana bukan berate pengolahannya tidak membutuhkan perhatian khusus ketertarikan visual pembaca, kenyamanan saat membaca, dan


(41)

stimulasi merupakan factor-faktor yang sangat penting agar pembaca tetap tertarik pada isi bacaan.

2. Column Grid (Grid Kolom)

Untuk Jenis layout yang satu ini menempatkan beberapa kolom dalam formatnya, lebih fleksibel. Kolom-kolom pada grid ini, bisa saling berhubungan atau saling terlepas. Pada grid kolom ini dapat diletakan elemen teks dan visual baik pada kolom yang sama maupun yang terpisah, dan bisa hanya meletakan gambar di salah satu kolom sementara dikolom lainnya hanya teks. Bisa juga di dalam satu kolom tidak diisi penuh.

3. Modular Grid (Grid Modular)

Modular Grid adalah Column Grid dengan penambahan divisi horizontal

(row/baris). Dengan demikian akan terlihat pembagian yang konsisten antara

kolom dan barisnya. Pertemuan antara devisi vertical dan horizontal itulah yang

disebut dengan istilah modul. Grid ini digunakan pada formal publikasi yang lebih kompleks, yang membutuhkan pengaturan lebih daripada column grid.

2.8 Warna

Warna merupakan unsur penting dalam objek desain, karena warna memiliki kekuatan yang mampu memberikan respon secara psikolohis (Supriyono, 2010:58). Warna juga unsur yang sangat penting dalam desian grafis, warna memegang peranan penting dalam desian grafis. Warna merupakan bagian terpenting dalam sebuah desain. Penggunaan dan pemilihan warna yang tepat dapat memberikan kesan yang baik, bahkan bisa menjadi desain yang kita buat


(42)

 

 

berubah sebagai karya yang luar biasa. Oleh karena itu kita harus mengerti arti warna.

Warna-warni tercipta karena adanya cahaya. Tanpa adanya cahaya, manusia tidak akan dapat membedakan warna. Seperti halnya jika kita memasuki sebuah ruangan yang gelap dan tertutup tanpa adanya cahaya, maka mata kita tidak akan dapat membedakan warna-warni yang ada di dinding tersebut. Pada tahun 1666 pengetahuan tentang warna di definisikan oleh Sir Isaac Newton. Dimana ketika itu Newton secara tidak sengaja melihat spectrum warna yang dihasilkan oleh cahaya yang terpancar melalui sebuah gelas prisma (Nuryawan 2009:101). Warna di kelompokan menjadi beberapa kelompok warna, yaitu :

a. Warna primer menurut teori warna pigmen dari Brewster adalah warna-warna dasar. Warna-warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna-warna-warna primer. Warna merah, biru, kuning adalah warna primer yang dikenal dan dipakai dalam dunia seni rupa.

b. Warna sekunder adalah warna yang dihasilkan dari campuran dua warna primer dalam sebuah ruang warna. Contohnya seperti, merah + hijau = kuning, merah + biru = magenta dan hijau + biru = cyan

c. Warna netral, adalah warna-warna yang tidak lagi memiliki kemurnian warna atau dengan kata lain bukan merupakan warna sekunder maupun primer

d. Warna kontras atau komplementer adalah warna yang berkesan berlawanan satu dengan yang lainnya. Contoh warna kontras adalah merah dengan hijau, kuning dengan ungu dan biru dengan jingga.


(43)

e. Warna panas adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini menjadi symbol riang, semangat, marah dan lain-lain.

f. Warna dingin adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkran warna mulai dari hijau jingga ungu. Warna ini menjadi symbol kelembutan, sejuk, nyaman dan lain-lain.

2.8.1 Psikologi Warna

Seluruh warna spectrum telah disiapkan untuk suatu rangsangan sifat dan emosi manusia. Menurut Marian L. David (1987:135), warna mempunyai asosiasi dengan pribadi seseorang. Mengingat pentingnya warna maka kita perlu mengetahui arti warna, yaitu :

a. Kuning Jingga : Kebahagiaan, penghormatan, kegembiraan, optimisme, terbuka.

b. Kuning : Cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat, penegcut, gelisah, berseri.

c. Kuning Hijau : Persahabatan, muda, kehangatan, baru, gelisah, berseri. d. Hijau Biru : tenang, santai, diam, lembut, setia, kepercayaan.

e. Hijau Muda : Kurang pengalaman, tumbuh, cemburu, iri hati, kaya, segar, istirahat, tenang.

f. Biru : damai, setia, konservatif, pasif terhormat, depresi, lembut, menahan diri, ikhlas.

g. Biru Ungu : spiritural, kelelahan, hebat, kesuraman, kematangan, sederhana, rendah hati, keterasingan, tersisih, tenang, sentosa.


(44)

 

 

h. Ungu : misteri, kuat, supremasi, formal, melankolis, pendiam, agung (mulia).

i. Merah Ungu : tekanan, intrik, drama, terpencil, penggerak, teka-teki.

j. Coklat : hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersamaan, tenang, sentosa, rendah hati.

k. Hitam : kuat, duka cita, resmi, kematian, keahlian, tidak menentu. l. Abu-abu : tenang dan netral

m. Putih : senang, harapan, murni, lugu, bersih, spiritual, pemaaf, cinta, terang. 2.9 Tipografi (Typhography)

Typhography sama halnya dengan warna. Typhography merupakan salah satu elemen yang penting dalam desain. Typhography berfungsi sebagai elemen pelengkap dalam desain, bisa dikatakan typhography merupakan visual language atau bahasa yang dapat dilihat. Tipografi dibagi menjadi 2 macam, yaitu tipografi dalam logo (latter marks), dan tipografi yang digunkaan dalam media-media aplikasi logo (corporate typeface atau corporate typhograph).

Menurut Adi Kusrianto (2010:45) ada beberapa juta typeface yang beredar di pasaran dan dimiliki oleh designer graphic. Agar mudah untuk mengenali jenis tipografi sesuai bentuk dan fungsinya. Maka sejak dulu para ahli tipografi telah mengkelompokan aksara-aksara menurut kriteria masing-masing, berikut ini beberapa kriteria utama sesuai bentuk anatomi yang diharapkan akan membantu pembaca untuk mengenalinya kemudian dapat memanfaatkan fungsinya dengan tepat.


(45)

Huruf serif memilikigaris-garis kecil yang disebut counterstroke pada ujung hampir semua letter. Garis-garis kecil itu porsinya berdiri horizontal terhadap badan tipografi. huruf serif ini dikenal lebih legible dan readable karena garis-garis horizontal pada masing-masing kaki huruf itu untuk menuntun pandangan mata pembaca pada baris teks yang tengah di bacanya. 2. Tipografi Sans Serif

Huruf sans serif adalah huruf yang tanpa serif (garis kait) dan bersifat solid. Huruf tanpa kait ini memiliki sifat yang streamline, fungsional, dan konteporer. Dalam dunia desain, typography terdiri dari berbagai macam jenis huruf. Tampilan fisik dari jenis-jenis huruf yang berbeda dan memiliki karakter masing-masing memiliki potensi dalam merefleksikan sebuah kesan. Jenis-jenis huruf tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan dan karakter dari sebuah desain. Ada pula huruf-huruf yang khusus diciptakan untuk keperluan sebuah rancangan grafis. Huruf ini disebut dengan custom typeface (Sihombing 2001:53-71).

2.9.1 Prinsip dalam Tipografi

Menurut Sihombing (2001:53-71) ada dua prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu desain yaitu Legibility, dan Readability. 1. Legability

Merupakan kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca. Dalam suatu karya desain, dapat terjadi cropping, overlapping, dan lain sebagainya., yang dapat menyebabkan kurangnya legability daripada suatu


(46)

 

 

huruf. Untuk menghindari hal ini, maka seorang desainer harus mengenal dan mengerti karakter daripada bentuk suatu huruf dengan baik.

2. Readability

Merupakan penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Dalam menggabungkan huruf dan huruf baik untuk membentuk suatu kata, kalimat atau tidak harus memperhatikan hubungan antara huruf yang satu dengan yang lain. Khususnya spasi antar huruf. Jarak antar huruf tersebut tidak dapat diukur secara matematika, tetapi harus dilihat dan dirasakan. Ketidaktepatan menggunakan spasi dapat mengurangi kemudahan membaca suatu keterangan yang membuat informasi yang disampaikan pada suatu desain komunikasi visual terkesan kurang jelas. Huruf-huruf yang digunakan mungkin sudah cukup legible, tetapi apabila pembaca merasa cepat capai dan kurang dapat membaca teks tersebut dengan lancer, maka teks tersebut dapat dikatakan tidak readable.


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Pembuatan buku ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini karena data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data yang berasal dari teknik pengumpulan data berupa observasi langsung, wawancara, catatan lapangan, dokumentasi pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Menurut Moleong (Arifin, 2007: 26), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahamu fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian. Misalnya, perilaku, persepsi, pandangan, motivasi,

tindakan sehari-hari, secara holistik dan dengan metode Descriptif dalam bentuk

kata-kata dan bahasa (Narative) pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dipilihnya pendekatan kualitatif karena pembuatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Surabaya guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga dan memanfaatkan RTH sebagai lahan yang memberikan nilai moral dan pendidikan. Sehingga menjadi penting sebagai media informasi tentang RTH.


(48)

 

3.2 Perancangan Penelitian

Perancangan yang disusun secara logis dan sistematis titik tolak utama dalams ebuah penelitian. Hal ini bertujuan agar hasil dari perancangan dapat turut menyadarkan masyarakat tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat dipertanggungjawabkan. Kerangka Tugas Akhir harus disusun dengan jelas sehingga menghasilkan kemudahan dalam memecahkan masalah serta memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses perancangan. Prosedur perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

3.2.1 Riset Lapangan

Tahap ini merupakan tahap awal untuk mendapatkan beragam informasi yang berkaitan dengan informasi tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang telah ditentukan, yang nantinya akan dipakai sebagai data informasi tentang RTH. Riset lapangan meliputi: informasi tentang pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau, meningkatkan pelayanan publik terutama yang terkait luar biasa dengan tata ruang publik atau taman kota, hingga wawancara dengan subjek yang memiliki kompetensi pemahaman terhadap RTH sebagai perbandingan utama dalam proses pengumpulan data.

3.2.2 Program

Pada tahap ini, dilakukan identifikasi masalah berdasarkan data yang telah diperoleh, sehingga menghasilkan data/informasi yang dapat diajukan sebagai gagasan pembuatan buku esai tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH).


(49)

3.2.3 Gagasan Desain

Tahap ini meliputi pembuatan rancangan konsep baik secara verbal maupun secara visual. Gagasan desain dibuat berdasarkan makna, fungsi, dan manfaat yang terkandung dalam Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang akan diwujudkan

melalui Body Copy setiap halaman buku.

3.2.4 Alternatif Desain

Perancangan pembuatan beberapa alternatif desain yang komperehensif

berdasarkan hasil Bodycopy yang telah disusun sebelumnya.

3.2.5 Konsultasi

Dari beberapa alternatif desain yang telah dibuat, maka selanjutnya dikonsultasikan kepada pihak-pihak terkait untuk mendapatkan desain terpilih.

3.2.6 Pedoman Desain Buku

Dari alternatif desain yang telah konsultasikan, kemudian dilakukan beberapa perbaikan yang dianggap perlu guna menunjang kesesuaian dan pemenuhan kriteria dari segi komunikasi, teknologi, ekonomi, teknis hingga pada proses visualisasi yang nantinya akan diimplementasikan pada buku.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh memiliki peranan yang penting untuk menentukan garis besar nilai-nilai budaya yang ada keseharian masyarakat Surabaya


(50)

 

khususnya untuk bisa menikmati fasilitas yang telah disediakan oleh Pemerintahan Kota Surabaya. Data ini berguna untuk mengetahui konsep awal

yang akan digunakan untuk merancang Buku Fotografi Essay Ruang Terbuka

Hijau Kota Surabaya. Sumber dari penelitian ini terdiri atas data primer yang merupakan data utama dari data sekunder sebagai data pendukung.

3.3.2 Data Primer

Merupakan data yang dikumpulkan langsung di lapangan oleh peneliti. Sumber data primer diperoleh melalui informan yang telah ditentukan. Informan adalah orang (sumber) yang mengetahui secara pasti kondisi atau latar belakang objek yang akan diteliti, dalam hal ini adalah subjek yang telah memiliki kompetensi pemahaman yang mendalam terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH).

3.3.3 Data Sekunder

Pengumpulan data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan, artinya data tersebut didapatkan dari sumber-sumber lain yang mendukung, sumber data sekunder diharapkan berperan membantu mengungkapkan data yang diharapkan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini dapat didapatkan melalui studi literatur dalam buku, catatan, jurnal, artikel, maupun dokumen-dokumen lainnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian.

3.3.4 Wawancara

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan formasi dengan tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek


(51)

penelitian (Emzir, 2010:50). Pada hakikatnya wawancara ialah kegiatan untuk memperolah informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian atau merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dan keterangan langsung dari sumber, yaitu tanya jawab kepada informan. Dalam pembuatan ini, informan yang dipilih adalah informan yang terkait dengan Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) seperti Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan Badan Perencanaan Dan Pembangunan Kota Surabaya. Untuk melengkapi informasi yang diperoleh, dipilih beberapa orang dari masyarakat umum sekitar kawasan tersebut, secara acak ataupun atas saran dan rekomendasi dari informan.

3.3.5 Observasi

Penelitian dengan metode ini yaitu pengamatan atau observasi (observation

research) biasnaya dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung, gejala-gejala komunikais terkait dengan persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultural masyarakat (Pawito, 1007:11). Hasil observasi berupa kejadian. Kondisi atau suasana tertentu dan perasaan emosi sesorang. Dalam hal ini observasi dilakukan dengan cara mengamati fenomena budaya masyarakat tentang bagaimana memanfaatkan fasilitas yang diberikan pemkot surabaya berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH). Hal ini dilakukan untuk mendalami informasi atau data terkait dengan promosi dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya.


(52)

 

3.3.6 Dokumentasi

Dalam melakukan sebuah penelitian, perlu mendokumentasikan berupa foto untuk memperdalam data penelitian. Dokumentasi ini dilakukan dengan cara mendokumentasikan Kawasan RTH yang berupa foto, arsip, rekaman suara narasumber dan seluruh gambar-gambar objek penelitian serta bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan perancangan media promosi ini. Dokumentasi sangat penting sebagai bukti penelitian sekaligus informasi yang mendukung data penelitian tersebut.

3.4 Teknik Analisis Data

Pada teknik analisis data ini peneliti menggunakan model spradly dengan

menggunakan analisis taksonomi yaitu analisis dimana peneliti bukan hanya

penjelajahan umum, melainkan menganalisis yang memusatkan perhatian pada domain tertentu, yang nantinya sangat berguna untuk menggambarkan masalah yang menjadi sasaran studi. Pengumpulan data ini dilakukan secara terus menerus melalui pengamatan wawancara dan mendokumentasi sehingga data yang terkumpul menjadi banyak ( Moleong, 2008: 84-110). Menurut Moleong, analisis data dilakukan dengan beberapa tahap, yakni reduksi, penyajian data, dan kesimpulan.

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Teknik reduksi merupakan teknik penyederhanaan jawaban-jawaban dari seluruh pertanyaan yang telah diajukan kepada pihak-pihak tertentu atau instansi yang diangggap mengetahui lebih tentang kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)


(53)

Oleh karena itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci dan segera dilakukan analisis data melalui reduksi data, yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti pada tahapan penelitian selanjutnya.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah selesai selanjutnya adalah tahap menyajikan data yaitu objek-objek yang dianggap memiliki potensi khusus untuk dapat diangkat potensi tersebut . Data akan dikelompokkan sesuai dengan unsur desain komunikasi visual yaitu data verbal dan data visual. Selanjutnya kesimpulan yang berisi uraian singkat sesuai dengan hasil penyajian.

3. Verifikasi Kesimpulan

Tahap selanjutnya adalah penarikan kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Pada dasarnya kesimpulan awal yang sudah diperoleh masih bersifat sementara dan kesimpulan tersebut akan berubah jika ditemukannya bukti-bukti yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk memperoleh bukti-bukti inilah yang dimaksud dengan verifikasi

data. Setelah melalui proses verifikasi akan didapatkan berbagai keyword yang

dibutuhkan oleh peneliti, yang selanjutnya akan dikembangkan kagi sebuah konsep pada perancangan penelitian.


(54)

Mohon Maaf Untuk Bab IV Silahkan Datang Ke

Perpustakaan Institut Bisnis dan Informatika Stikom


(55)

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penciptaan buku esai fotografi ruang terbuka hijau surabaya :

1. Gagasan dalam penciptaan buku esai fotografi ini adalah untuk memberikan

wawasan baru tentang pentingnya fungsi serta peranan menjaga lingkungan hijau. Dan mengajak masyarakat untuk ikut serta di dalamnya.

2. Desain dalam perancangan ini adalah enjoyable dengan menampilkan visual

yang menarik serta indah di pandang yang memiliki makna bahwa ruang terbuka hijau perlu kita jaga khususnya di wilayah perkotaan

3. Implementasi perancangan mengacu pada buku esai fotografi dan media

pendukung dengan tema enjoyable

4. Media utama yang digunakan adalah buku esai fotografi dan untuk media

pendukung promosi buku menggunakan poster, x-banner dan kartu nama

5. Media buku esai fotografi dan pendukungnya dirancang sesuai dengan tema

rumusan desain, yaitu enjoyable dari ruang terbuka hijau sebagai tempat

wisata baru yang ada di surabaya serta menggunakan warna yang melambangkan kesejukan, ketenangan dan keharmonisan yang kemudian diaplikasikan ke dalam desain layout.


(56)

 

5.2 Saran

Adapun saran dari penciptaan buku esai fotografi topeng dalang ini adalah :

1. Memperdalam pembahasan tentang bagaimana pentingnya menjaga ruang

terbuka hijau khususnya di wilayah perkotaan

2. Mengembangkan buku esai ini lebih banyak dan dapat ditingkatkan lagi foto


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Adi, Kusrianto. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi, 2007 Alwi, Audy Mirza. 2004 Foto Jurnalistik: Metode Memotret dan Mengirim Foto

ke Media Massa. Jakarta: Bumi Aksara

Endarmoko, E. 2006. Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta:PT Bumi Aksara Hurlock, Elizabeth, B.1991. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Muktiono, Joko D. 2003. Aku Cinta Buku. Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Moleong. Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya

Rustan, Surianto. 2008. Layout Dasar dan Penerapannya. Jakarta: Gramedia Rustan, Surianto. 2011. Font & Tipografi. Jakarta.: PT:G Gramedia

Prisma Haris Nurwayan, Winny Gunarti, Sri Rahayu Darmawani. 2009. Kombinasi Warna Komplementer. Jakarta Barat: PT. Gramedia

Pujriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer: Teori Grafis Komputer. Yogyakarta: Andi

Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 1988. Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1988 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Jakarta : Depdagri.

Djamal, Zoer`aini I. 2005. Tantangan Lingkungan & Lansekap Hutan Kota. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Jurnal :

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249496-R050912.pdf ( Diakases pada tanggal 10 Maret 2016 )

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-21195-Chapter1-346687.pdf ( Diakses Pada tanggal 15 Maret 2016 )


(58)

 

 

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/533/jbptunikompp-gdl-eviearisan-26612-3-unikom_e-i.pdf ( Diakses pada tanggal 15 Maret 2016 )


(1)

49

 

Oleh karena itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci dan segera dilakukan analisis data melalui reduksi data, yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti pada tahapan penelitian selanjutnya.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah selesai selanjutnya adalah tahap menyajikan data yaitu objek-objek yang dianggap memiliki potensi khusus untuk dapat diangkat potensi tersebut . Data akan dikelompokkan sesuai dengan unsur desain komunikasi visual yaitu data verbal dan data visual. Selanjutnya kesimpulan yang berisi uraian singkat sesuai dengan hasil penyajian.

3. Verifikasi Kesimpulan

Tahap selanjutnya adalah penarikan kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Pada dasarnya kesimpulan awal yang sudah diperoleh masih bersifat sementara dan kesimpulan tersebut akan berubah jika ditemukannya bukti-bukti yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk memperoleh bukti-bukti inilah yang dimaksud dengan verifikasi data. Setelah melalui proses verifikasi akan didapatkan berbagai keyword yang dibutuhkan oleh peneliti, yang selanjutnya akan dikembangkan kagi sebuah konsep pada perancangan penelitian.


(2)

Mohon Maaf Untuk Bab IV Silahkan Datang Ke

Perpustakaan Institut Bisnis dan Informatika Stikom


(3)

  96 

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penciptaan buku esai fotografi ruang terbuka hijau surabaya :

1. Gagasan dalam penciptaan buku esai fotografi ini adalah untuk memberikan wawasan baru tentang pentingnya fungsi serta peranan menjaga lingkungan hijau. Dan mengajak masyarakat untuk ikut serta di dalamnya.

2. Desain dalam perancangan ini adalah enjoyable dengan menampilkan visual yang menarik serta indah di pandang yang memiliki makna bahwa ruang terbuka hijau perlu kita jaga khususnya di wilayah perkotaan

3. Implementasi perancangan mengacu pada buku esai fotografi dan media pendukung dengan tema enjoyable

4. Media utama yang digunakan adalah buku esai fotografi dan untuk media pendukung promosi buku menggunakan poster, x-banner dan kartu nama 5. Media buku esai fotografi dan pendukungnya dirancang sesuai dengan tema

rumusan desain, yaitu enjoyable dari ruang terbuka hijau sebagai tempat wisata baru yang ada di surabaya serta menggunakan warna yang melambangkan kesejukan, ketenangan dan keharmonisan yang kemudian diaplikasikan ke dalam desain layout.


(4)

 

97 

5.2 Saran

Adapun saran dari penciptaan buku esai fotografi topeng dalang ini adalah : 1. Memperdalam pembahasan tentang bagaimana pentingnya menjaga ruang

terbuka hijau khususnya di wilayah perkotaan

2. Mengembangkan buku esai ini lebih banyak dan dapat ditingkatkan lagi foto penunjang agar dapat menarik minat pembaca


(5)

 

  98

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Adi, Kusrianto. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi, 2007 Alwi, Audy Mirza. 2004 Foto Jurnalistik: Metode Memotret dan Mengirim Foto

ke Media Massa. Jakarta: Bumi Aksara

Endarmoko, E. 2006. Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta:PT Bumi Aksara Hurlock, Elizabeth, B.1991. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Muktiono, Joko D. 2003. Aku Cinta Buku. Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Moleong. Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya

Rustan, Surianto. 2008. Layout Dasar dan Penerapannya. Jakarta: Gramedia Rustan, Surianto. 2011. Font & Tipografi. Jakarta.: PT:G Gramedia

Prisma Haris Nurwayan, Winny Gunarti, Sri Rahayu Darmawani. 2009. Kombinasi Warna Komplementer. Jakarta Barat: PT. Gramedia

Pujriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer: Teori Grafis Komputer. Yogyakarta: Andi

Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 1988. Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1988 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Jakarta : Depdagri.

Djamal, Zoer`aini I. 2005. Tantangan Lingkungan & Lansekap Hutan Kota. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Jurnal :

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249496-R050912.pdf ( Diakases pada tanggal 10 Maret 2016 )

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-21195-Chapter1-346687.pdf ( Diakses Pada tanggal 15 Maret 2016 )


(6)

  99

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/533/jbptunikompp-gdl-eviearisan-26612-3-unikom_e-i.pdf ( Diakses pada tanggal 15 Maret 2016 )